32 ORGANOLOGI INSTRUMEN TIUP SARUNE
Yobel Arista Sitepu
ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan Sarune, cara memproduksi bunyi Sarune, dan sistem pelarasan bunyi Sarune. Dimana alat musik ini merupakan salah satu peninggalan leluhur dari nenek moyang masyarakat Karo, yang sampai sekarang masih digunakan pada acara adat masyarakat karo. Dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang bertujuan, agar hasil dari suatu studi kepustakaan yang saling berhubungan (relevan) terhadap pokok permasalahan yang hendak diteliti. Adapun teori yang digunakan yaitu, Organologi, Instrumen, Sarune, Proses, Memproduksi, Bunyi, Sistem, dan Pelarasan. Dalam tulisan ini menjelaskan sampai kepada hal sekecil-kecilnya tentang pembuatan Sarune. Secara umum tulisan ini menunjukkan bahwa adanya keberadaan pembuat Sarune pada masyarakat Karo di desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Pembuatan alat musik Sarune Karo tersebut, dikerjakan sepenuhnya secara tradisional dibantu dengan peralatan tukang pada umumnya dan dengan bahan seperti Kayu Selantam, Sisik baning/tanduk kerbau, daun kelapa, dan Timah. Adapun hasil dari pengerjaan itu terbagi menjadi lima bagian yaitu Batang Sarune, Gundal Sarune, ampang-ampang sarune, Tongkeh Sarune, dan Anak-anak Sarune. Kata Kunci : Organologi, Instrumen, Tiup Sarune A. Pendahuluan Suku Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak suku yang ada di Kepulauan Indonesia. Berdasarkan pendapat para ahli, secara geografis yang menjadi wilayah suku Karo adalah: Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, dan Dairi. Selain itu, suku Karo juga banyak menetap di beberapa wilayah Kota Medan, seperti : Deli Tua, Padang Bulan, Sunggal, dan lain-lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan Jambur1 di tempat tersebut. Tanah Karo sebagai tempat bermukim masyarakat yang heterogen memiliki kemampuan mempertahankan seni tradisi dengan baik. Seni tradisi sebagai warisan budaya antara lain terdiri dari seni musik, sastra, (cerita rakyat, pantun), tari, ukir (pahat). Salah satu unsur budaya yang diwariskan pada masyarakat Karo adalah kesenian dalam bentuk ensambel musik tradisional yang disebut Gendang lima sendalanen. Selain Gendang lima sendalanen, ada beberapa bentuk kesenian yang hampir punah keberadaannya, bahkan ada yang hilang sama sekali. Hal ini disebabkan karena sudah mengalami perubahan-perubahan pola pikir dalam kehidupan sehari-harinya dan sudah banyak dipengaruhi oleh budaya lain seiring berkembangnya zaman 1
Ada dua pengertian jambur : Dulunya Jambur sebagai tempat Anak Perana (pemuda desa) tempatnya tinggal. Didaerah perkotaan Jambur ini adalah tempat berlangsungnya kegiatan adat Karo, seperti di Losd. 1 Hasil wawancara dengan Jasa Tarigan dan dibuktikan oleh Drs.Kumalo Tarigan, MA
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
33 Gendang lima sendalanen adalah sekumpulan instrumen yang terdiri dari satu buah sarune (sebagai pembawa melodi), dua buah gendang (gendang singanaki dan gendang singindungi), serta dua buah gong sebagai instrumen ritmis meskipun kedengarannya sebagai pembawa metronom (gung dan penganak). Ke lima instrumen tersebut bermain bersama sebagai satu grup atau ensambel. Gendang lima sendalanen yang disebut juga gendang sarune, termasuk ensambel musik yang paling dikenal pada masyarakat Karo. Kata gendang diartikan sebagai alat musik, lima berarti lima, dan sendalanen berarti sejalan. Dengan demikian, gendang lima sendalanen mengandung arti lima buah alat musik yang digabungkan dalam satu kelompok atau ensambel, dan dimainkan bersama-sama dalam pertunjukan oleh 4 - 5 pria. Di antara beberapa instrumen ansambel Gendang lima sendalanen, Sarune merupakan satu-satunya instrumen musik yang termasuk ke dalam klasifikasi alat musik aerophone. Alat musik ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu anak sarune, tongkeh sarune, ampang-ampang sarune, batang sarune, dan gundal sarune, Sarune mempunyai peran penting yaitu berfungsi sebagai pembawa melodi utama dalam gendang lima sendalanen. Sarune ini terbagi dalam 2 ukuran, yaitu ukuran besar dan kecil. Namun kali ini si peneliti hanya meneliti Sarune ukuran kecil saja. Sarune diproduksi secara manual. Dalam proses pemilihan bahan baku dan pembuatan sarune, masih menggunakan alat-alat tradisional. Kajian organologis terhadap Sarune ini menarik perhatian peneliti untuk didekati sesuai disiplin ilmu yang dimiliki, dan telah dipelajari selama di bangku kuliah. Kajian ini perlu dilakukan sebagai upaya dukungan untuk pelestarian kesenian. B. Instrumen Sarune Sarune merupakan alat musik yang berklasifikasi areofon, keluarga reed (berlidah). Bahan terbuat dari kayu selantam, mempunyai lima bagian, yaitu anak-anak sarune, timah / tongkeh sarune, ampang-ampang sarune, batang sarune dan gundal sarune. Sarune pada Masyarakat karo pada umumnya terbagi dalam 2 ukuran, Yaitu ukuran besar dan kecil. Dilihat dari ukurannya sudah tentu suara yang dikeluarkan pasti berbeda, dimana suara yang dihasilkan sarune ukuran kecil pasti lebih tinggi dari sarune ukuran besar. Sarune ini termasuk dalam gendang Ansambel Lima Sendalanen yang mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai pembawa melodi. C. Proses Pembuatan Sarune Bahan- bahan yang digunakan Kayu Selantam Sifat kayu yang fleksibel dalam penggunaan, menyebabkan kayu dapat memberikan manfaat yang sangat besar dan tidak ternilai bagi kehidupan manusia. Walaupun telah banyak ditemukan bahan lain yang dapat menggantikan penggunaan kayu tersebut. Pemanfaatan kayu antara lain adalah sebagai bahan furniture dan mebel, kayu lapis, papan komposit, kertas, bahan bangunan baik struktural atau non- struktural, kayu bakar dan lain-lain. Selain penggunaan tersebut diatas, kayu juga dapat digunakan untuk pembuatan alat musik seperti gitar, organ, biola dan lain-lain. Alasan kayu sebagai bahan dasar pembuatan alat musik antara lain karena keunggulan sifat akustiknya. Oleh karena itu lah, maka Bahan utama untuk membuat Sarune Karo, kayu yang digunakan adalah kayu selantam (sejenis tumbuhan perdu, termasuk salah satu dari bulungbulung si melias gelar) walaupun ada juga kayu lain yang pernah dibuat jadi bahan dasar sarune misalnya pohon nangka. Namun karena suara yang dihasilkan kurang bagus, maka kayu tersebut tidak dipakai lagi dan kembali berlalih ke kayu Selantam. Resonansi bunyi ataupun sustain dari kayu Selantam tersebut sangat bagus. Maka dari itu, kayu tersebut
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
34 digunakan sebagai bahan dasar membuat Batang, Gundal dan Abal-abal Sarune. Biasanya kayu selantam ini dapat dijumpai dipagar-pagar perladangan. 1. Timah Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Kegunaan timah banyak sekali, terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa, tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. kegunaan timah disini merupakan sebagai bahan dasar untuk membuat tongkeh Sarune. 2. Bambu Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya dan memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat, Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik. Dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Kegunaan bambu disini merupakan sebagai tempat mencetak timah menjadi tongkeh Sarune. 3. Sisik Baning Sisik Baning merupakan suatu istilah yang dipakai dalam bahasa karo, dimana ini merupakan hewan sebangsa penyu, kura-kura, dan bulus. Bagian yang diambil dari binatang ini adalah sisik dari tempurungnya, yang kemudian diolah menjadi ampang-ampang Sarune. 4. Benang Benang yang dipakai ini adalah benang yang biasa digunakan tuk menjahit. Kegunaan benang ini, sebagai pengikat daun kelapa ke mata rantai jam (mbulu-mulu). 5. Daun Kelapa Daun kelapa yang digunakan ini merupakan daun yang telah kering dan (Biak Mersik) pilihan , dan merupakan sebagai bahan dasar untuk membuat Anak-anak Sarune. 6. Mata rantai Jam Bahan ini digunakan sebagai tempat diikaatnya daun kelapa. Awalnya bahan yang digunakan yaitu bulu ayam. Namun sekarang ini telah digantikan dengan mata rantai jam. Walaupun bulu ayam tersebut telah diganti dengan mata rantai jam namun namanya tetap mbulu-mbulu. D. Alat Yang Digunakan Sepenuhnya teknik pembuatan Sarune di kerjakan dengan tangan dan menggunakan alat bantu yang sering digunakan tukang kayu, adapun alat-alat pertukangan yang digunakan antara lain: 1. Parang 2. Gergaji
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
35 3. Pisau kecil 4. Temper / bor batang Sarune 5. Bor gundal 6. Kertas Pasir 7. Bor kecil ( melubangi lubang nada-nada pada batang sarune) 8. Pengkeruk ( mengkerok bagian dalam gundal) 9. kaleng ( tempat memasak timah) 10. pencetak timah 11. kompor E. Proses Pembuatan 1. Batang Sarune Dalam proses pembuatan sarune ini yang pertama dilakukan dengan mempersiapkan bahan baku yaitu kayu selantam ( sejenis tumbuhan perdu, termasuk salah satu dari bulungbulung simelias gelar) sebagai bahan dasar dalam membuat batang sarune dan gundal. Adapun yang dilakukan dengan memilih kayu Selantam yang ukuran diameternya lebih kurang 5cm. Ini dilakukan agar sesuai dengan diameter lingkaran pada Gundal Sarune.. Bagian pertama yang dikerjakan yaitu batang Sarune, karna itu merupakan patokan untuk membuat ukuran pada Gundal. kayu Selantam tersebut dipotong dengan menggunakan gergaji sesuai dengan ukuran Sarune yang diinginkan. Umumnya, panjang batang yang dipakai untuk sarune sekitar 22 cm.
Gambar Kayu Selantam Yang Telah Dipotong
Setelah kayu selantam tersebut selesai dipotong, maka proses berikutnya melobangi dari ujung keujung dengan menggunakan temper ( jarum, bor, besi yang digunakan untuk membuat lobang pada sesuatu misalnya papan sebagai tempat paku). Temper yang digunakan ini tidak mempunyai gerigi karena bentuknya yang persegi empat dan ukuran tempernya juga berbeda, dimana dari ujung mata temper, ukurannya sangat kecil dan tajam dan makin ke arah pegangan, ukuran temper bertambah besar. Temper ini sengaja digunakan agar lebar lubang pada batang Sarune tidak sama, dimana ukuran lubang dari ujung batang Sarune yang dibawah lebih lebar dari pada ukuran lubang batang sarune yang di atas.
Gambar Melubangi Kayu Dengan Temper Untuk Membuat Batang Sarune
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
36 Setelah kayu tersebut selesai di lubangi, maka dilakukan proses pembentukan menjadi batang Sarune. Dalam pengerjaan ini, sangat dibutuhkan keuletan dan kesabaran. Karena dalam pembentukan kayu selantam tersebut sepenuhnya dikerjakan secara manual dengan tangan dan dibantu dengan peralatan seadanya. Pembentukan batang Sarune pertama dilakukan dengan menggunakan parang hingga menghasilkan bentuk kasar dari batang Sarune. Hasil dari potongan parang tersebut, kemudian dilanjutkan dibentuk dengan menggunakan pisau kecil hingga benar- benar bulat. Diameter lubang bagian dalam batang yang dibawah ± 0,60cm dengan ketebalan dinding ±0,2cm dan diameter lubang bagian dalam batang yang diatas ± 0,2cm. Bagian-bagian kikisan dari pisau yang masih kasar ataupun kurang rata diperhalus dengan menggunakan kertas pasir. proses berikutnya, membuat lubang-lubang nada pada batang Sarune, dalam membuat lubang ini tidak sembarang dilubangi begitu saja. Melainkan, ada jarak-jarak yang telah ditentukan antara lubang yang satu dengan yang lainnya Agar suara yang dihasilkan harmonis. Dimana batang sarune diukur dengan menggunakan seutas tali, Dan setelah dapat ukuran dari sarune tersebut maka tali dibagi menjadi 9 bagian. Nah, hasil dari pembagian itulah yang nantinya menjadi jarak antara lubang satu kelubang berikutnya. Kecuali lubang yang paling atas, jarak nya 2 kali dari ukuran yang telah dibagi 9 sebelumnya. Untuk membuat lubang yang dibelakang, posisinya tepat di belakang antara lubang 1 dan 2 dari atas 2. Gundal Sarune Sama seperti batang Sarune, bahan yang digunakan untuk membuat Gundal juga dari kayu Selantam. Ukuran gundal diambil 5/9 dari ukuran Batang Sarune. atau lebih tepatnya diukur dari bawah batang sampai lubang kelima batang yaitu sekitar 12 cm. Setelah dapat ukuran dari gundal tersebut, kemudian Kayu selantam yang telah dipersiapkan sebelumnya dipotong dan dilubangi hingga tembus dari ujung keujung kayu dengan menggunakan. Diameter lubang pada Gundal Sarune ± 0,90cm. Kayu Selantam yang telah selesai dilobangi, kemudian dibentuk menjadi Gundal Sarune. Dalam pengerjaan ini pertama dibentuk dengan parang hingga bentuk kasar Gundal, kemudian dilanjutkan dengan pisau kecil sampai bentuknya menyerupai Gundal Sarune. dan untuk menghaluskan bekas kikisan dari pisau yang masih kasar tersebut, digunakanlah kertas pasir hingga permukaan Gundal Sarune Benar-benar Halus. Setelah Gundal Sarune selesai dibentuk dengan ketebalan dinding ±0,4cm, proses berikutnya membuat ruang resonansi. Alat yang digunakan yaitu dengan pisau pengkeruk yang telah dimodif sedemikian rupa, agar dapat mengkeruk bagian dalam Gundal Sarune. 3. Ampang-ampang Sarune Bagian ini bentuknya melingkar dengan diameter 3 cm dan ketebalan ±2 mm, dibuat dari bahan tulang (hewan),tanduk kerbau tempurung sisik baning atau perak. Dalam pembuatan Ampang-ampang ini, bahan yang digunakan yaitu Sisik Baning dan tanduk kerbau. Sisik baning dikupas dari batok/ tempurungnya atau tanduk kerbau dipotong kemudian direbus. Ini dilakukan agar Sisik baning dan tanduk kerbau menjadi lembek dan mudah dalam pembentukannya. Setelah selesai direbus, maka Sisik baning ataupun tanduk kerbau tersebut dikeluarkan dalam keadaan masih panas dan ditindih misalnya dengan menggunakan kursi ataupun meja. Setelah ± 20 menit, Sisik baning tersebut ataupun tanduk kerbau dikeluarkan dimana bentuknya telah pipih. Kemudian dilakukan pembentukan ukuran menjadi bulat yaitu dengan menggunakan benang dan bor. Ujung ke ujung dari benang mengikat mata bor, dengan ukuran benang setelah mengikat bor 3cm kemudian ujung bor yang satu diletakkan di titik tengah dari Sisik Baning atau tanduk kerbau dan ujung satunya lagi direnggangkan sesuai dengan ukuran benang. Setelah
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
37 itu bor yang diluar diputar menggores sisik Baning tersebut mengikuti arah jam. Hasil dari kikisan mata bor tersebut membentuk sebuah lingkaran yang nantinya menjadi ukuran dari ampang- ampang Sarune. Dan diluar dari kikisan tersebut, dibuang dengan cara di gosok dengan menggunakan kertas pasir. Setelah bagian luar dibuang, tahap berikutnya menghaluskan permukaan ampang dengan menggunakan kertas pasir hingga benar-benar halus dan rata. Kemudian dilubangi bagian tengahnya dengan menggunakan bor kecil 4. Tongkeh Sarune Adapun bahan utama yang digunakan dalam pembuatan Tongkeh Sarune yaitu Timah dan alat pencetak yang terbuat dari bambu. Dimana timah dimasak didalam kaleng susu, kemudian dituangkan kedalam pencetak tongkeh tersebut. Sebelumnya, dicetakan tersebut di buat lidi ataupun kawat yang gunanya membuat lubang ditengah-tengah Tongkeh. Setelah ditunggu kira-kira 15 menit, cetakan dibuka dan timah tersebut dikeluarkan. Timah yang dicetak tadi telah menyerupai tongkeh Sarune, namun bentuknya masih agak kasar. Maka untuk memperhalus bagian tongkeh tersebut digunakanlah kertas pasir. 5. Anak – anak sarune Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-embulu (atau mata rantai jam) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun kelapa dipilih yang sudah tua atau Biak Mersik dan kering kemudian di rendam (remai) dalam air agar tidak mudah koyak. kemudian Daun dibentuk triangle sebanyak dua lembar dan salah satu sudut dari kedua lembaran daun diikatkan pada mbulu-mbulu atau mata rantai jam dengan menggunakan benang. 6. Abal-abal Abal-abal adalah tempat penyimpanan anak-anak Sarune, yang terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama yaitu badan Abal-abal bentuknya seperti tutup pena yang letaknya dibagian bawah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan Anak-anak Sarune. Bagian kedua adalah tutup Abal-abal, bentuknya seperti kepala pena yang berfungsi sebagai penutup bagian badan tempat Penyimpanan Anak-anak Sarune. Abal-abal ini terbuat dari kayu Selantam dan bambu yang masih muda, proses pertama yaitu membuat. Bambu dipotong ± sepanjang 4cm. Proses selanjutnya membuat tutup untuk badan Abal-abal. ukuran dari tutup tersebut setengah dari ukuran badan Abal-abal. Kayu yang digunakan yaitu kayu selantam. Kayu dipotong ukurannya setengah dari ukuran badan. Kemudian setengah bagian dibentuk dengan pisau hingga melingkar sesuai dengan ukuran lubang badan Abal-abal F. Hasil Setelah semua proses pembuatan selesai dilakukan, maka pembuatan Sarune karo telah rampung dan sudah siap untuk di mainkan. Adapun Bagian-bagian Sarune, yaitu : (a) batang sarune (b) gundal Sarune (c) ampang-ampang (d) tongkeh (e). anak-anak sarune dan (f). Abal-abal
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
38 Batang sarune sendiri terbuat dari kayu selantam, pada batang sarune inilah terdapat lobang-lobang nada berjumlah delapan buah sebagai penghasil atau pengubah nada ketika sarune ditiup Gundal, yang fungsinya membuat lantunan nada-nada menjadi lebih panjang dan nyaring atau keras atau lebih tepatnya, sebagai ruang resonansi terhadap nada yang ditiup dari anak-anak sarune. Dan juga terbuat dari kayu selantam yang berada pada bagian bawah sarune. Gundal ini merupakan corong (bell) pada alat tiup sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian luarnya konis. Ampang-ampang merupakan sebuah lempengan berbentuk bundar yang terbuat dari tempurung binatang Baning (sebangsa penyu, kura-kura, bulus) ataupun tanduk kerbau diletakkan ditengah tongkeh (terbuat dari timah). Ampang-ampang berfungsi sebagai penahan bibir pemain sarune ketika sedang meniup alat tersebut. Tongkeh terbuat dari timah yang berfungsi sebagai tempat menempel nya anak-anak sarune, ampang-ampang sarune dan penghubung kebatang sarune Anak-anak sarune berfungsi sebagai lidah (reeds), terbuat dari dua helai kecil daun kelapa yang telah dikeringkan. Biasanya ketika hendak memainkan sarune, anak-anak sarune tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air liur agar menjadi lunak sehingga mudah bergetar jika ditiup. Abal-abal merupakan tempat penyimpanan Anak-anak Sarune agar lebih aman, karena bentuk dari Anak-anak Sarune yang kecil dan mudah koyak. Perlu ditambahkan, ampang-ampang, anak-anak sarune, dan tongkeh biasanya dihubungkan satu sama lain dengan seutas tali berukuran kecil, yang berfungsi sebagai pengikat agar bagian-bagian tersebut tidak tercecer, terpisah atau hilang. G. Cara Memproduksi Bunyi Sarune 1. Teknik memegang Ada pun Cara memegang Sarune ini sama dengan batak Toba, dimana posisi tangan kanan berada diatas dan tangan kiri dibawah, Sementara jari-jari kedua tangan si penarune (pemain Sarune) memegang (membuka dan menutup) lobang nada yang terdapat pada badan (batang) alat musik tersebut. Apabila si penarune memegang dengan posisi tangan kanan dibawah dan tangan kiri diatas maka dia disebut jaluk (kidal). 2. Teknik meniup Sarune merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup, dimana anak-anak sarune (reeds) yang ditiup kemudian bergetar mengeluarkan bunyi yang kemudian merambat ke batang sarune dan ke Gundal yang merupakan ruang atau tempat resonansi dari bunyi tersebut. Kemudian dalam mengolah nada-nada yang ada pada Sarune berada pada lubanglubang nada di Batang Sarune yang telah di ukur dan distem sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan nada-nada yang harmonis. Dalam memainkan Sarune ini terdapat teknik meniup, yaitu Pulu nama (singalor lau), Petelin Kesah (Kenjulu), / circular breathing yaitu teknik melakukan tiupan tanpa putus dengan mengatur pernapasan sambil menghirup udara kembali lewat hidung sembari meniup. Dalam memainkan Sarune ini, pertama-tama anak-anak Sarune terlebih dahulu direndam di dalam air. Ini dilakukan supaya daun kelapa yang menjadi bahan anak-anak sarune tersebut lunak, dan mudah bergetar bila ditiup. Dalam menghasilkan nada-nada tertentu, penarune harus menutupkan ujung Sarunenya (tonggum) yang dibawah ke bagian betis kakinya sendiri, oleh karena itu posisi si penarune harus lah dalam keadaan duduk dengan kaki yang bersilah.
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
39
Gambar posisi memegang dan cara meniup pada Sarune H. Sistem Pelarasan Bunyi Proses terakhir Pembuatan Sarune dan yang paling sulit pengerjaannya yaitu dalam sistem pelarasan bunyi nada Sarune. Jarak antara lubang-lubang yang ada pada batang sarune sangatlah bepengaruh dengan nada yang dikeluarkan. Namun, ini pun belum bisa menjamin akan keharmonisan bunyi yang dihasilkan oleh sarune tersebut. Itu disebabkan karena pengaruh dari ruang resonansi pada Gundal dan ukuran lubang-lubang nada pada badan batang Sarune. Ada kesamaan dengan musik gamelan yang prisinsip struktural lebih kurang sama. bahwa tinggi nada dalam gamelan Bali (disini ada laras, Seliris yang secara umum juga disebut pelog) tidak 100% sesuai dengan notasi balok, akan tetapi cukup mendekati untuk menjelaskan prinsip dasar. Untuk melaraskan nada Sarune, disini pengrajin sedikit pun tidak dibantu oleh alat yang bisa mengetahui atau mendeteksi setiap nada yang dikeluarkan Sarune. Sipengrajin benar-benar mengandalkan kepekaan dari telinganya untuk mengetahui apakah nada-nada dari sarune buatannya tersebut telah sinkron (sejalan, cocok) dan harmonis. Cara pertama yang dilakukan yaitu dengan memainkan beberapa lagu. Bagian mana nada yang dikeluarkan agak fals atau sumbang, maka dilubang nada tersebutlah diubah kembali dengan cara diperlebar lubangnya. Bila cara itu juga belum sepenuhnya berhasil, maka cara berikutnya dengan mengkeruk bagian dalam gundal hingga nada yang dikeluarkan benarbenar Sinkron dan harmonis. Umumnya, bila ukuran Sarune yang dibuat panjangnya sekitar 22cm maka tonika atau pun nada dasar dari Sarune tersebut yaitu dari E mayor dengan frekuensi mendekati 330 Hz.
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed
40
DAFTAR PUSTAKA Ali muhammad.(1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani. Arikunto (1984). Prosedur Penelitian Kependidikan, Jakarta: Bina Aksara Banoe, Pono (2003). “ Kamus Musik” Yogyakarta : Kanisius Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka Ginting Pulumun. (2005) . Buku catatan Materi Kuliah Musik tradisional II Koentjaraningrat. (1991). Metode-Metode penelitian Masyarakat . Jakarta: PT. Gramedia. Koentjaraningrat. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta Purba Rivandi Rikho.(2009). Tinjauan Organologi Arbab Simalungun Buatan Bapak Arsiden Purba di Desa Manik Saribu, Dusun sait Buttu Saribu, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kabupaten Simalungun. Skripsi. Universitas Negeri Medan. Silitonga, Pita H D. Organologi, Universitas Negeri Medan Diktat Mata Kuliah Organologi Sumadi (2005:17) . Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rajawali Surakhmad, Winardo. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar : metode, dan Teknik, Bandung : Tarsito http:karokab.go.id/in/index.php?option=comcontent&view=article & id=244&itemid=204 www.jiliembeng.blogspot.com
Dokumen ini Diunduh dari Jurnal Online Grenek (Seni Musik) Unimed