PEMBUATAN FILM ANIMASI 2 DIMENSI “THE WAR OF BHARATAYUDHA” MENGGUNAKAN TEKNIK MOTION GRAFIS DAN PARENT PADA WAYANG KULIT
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh Ika Asti Astuti 11.12.6181
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2015
PEMBUATAN FILM ANIMASI 2 DIMENSI “THE WAR OF BHARATAYUDHA” MENGGUNAKAN TEKNIK MOTION GRAFIS DAN PARENT PADA WAYANG KULIT Ika Asti Astuti1), Mei P. Kurniawan2), 1) 2)
Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta Sistem Informasi STMIK AMIKOM Yogyakarta
Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283 Email :
[email protected]),
[email protected])
membuat pertunjukan wayang kulit cerita perang bharatayudha menarik bagi yang melihatnya.
Abstract - Puppet Skin is one of the traditional arts culture in Indonesia. Puppet art in antiquity is often used as a means of delivering information and entertainment community. But with the changing times, puppet art is not enough to attract the attention of people, especially teenagers who prefer to be the sophistication of technology. Therefore we need a reintroducing innovations in puppet one is to combine the techniques of animation. Motion graphic is a term that is used to create a visual communication design to be more attractive. Motion graphics is expected to create more attractive puppet show especially for teenager.
2. Landasan Teori 2.1 Tinjauan Pustaka Ardinata Harlan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2011), Perancangan Tokoh Karakter Serial Animasi “Wayang Mahabarata” Sebagai Media Pelestarian Wayang Indonesia Untuk AnakAnak Dan Remaja Dengan Konsep Retro Style, Film animasi sebagai salah satu alternatif untuk kembali mempopulerkan tokoh-tokoh karakter wayang di kalangan anak dan remaja sekaligus melestarikannya.[1] Wahyu Eka Prasetya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2011), Perancangan Film Serial Animasi Punakawan Untuk Anak-Anak, berfokus untuk merancang suatu film animasi anak tentang punakawan dan wayang yang mampu diingat, menghibur dan menyampaikan pesan yang terkandung dalam animasi. Dengan media animasi diharap membuat wayang yang statis menjadi lebih dinamis dan dapat merangkul anakanak untuk mengenal dan mencintai budayanya.[2] Penelitian ini memiliki fokus terhadap pembuatan film animasi 2 dimensi wayang kulit. Dengan menggabungkan film animasi dan teknik motion graphic, penelitian ini diharapkan dapat lebih mempopulerkan kembali kesenian wayang kulit dan cerita perang barathayuda di kalangan anak dan remaja khususnya Indonesia sekaligus melestarikannya.
Keywords - puppet, motion graphic, 2D animation, parent, film 1. Pendahuluan Kemajuan teknologi yang pesat membuat pertunjukan wayang kulit sekarang ini kurang diminati terutama oleh remaja dan anak-anak. Maka dari itu dibutuhkan suatu inovasi dalam mempopulerkan kembali wayang kulit salah satunya yaitu dengan menggabungkannya dengan teknik animasi dan motion grafis. Motion graphic atau motion grafis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai solusi desain grafis profesional dalam menciptakan suatu desain komunikasi yang dinamis dan efektif untuk film, televisi dan internet. Motion grafis membuat suatu video atau film yang menarik untuk dilihat. Berdasar uraian diatas, maka penulis bermaksud membuat suatu film animasi dua dimensi motion grafis dengan mengambil cerita wayang kulit perang baratayuda versi Yogyakarta. Dengan menggunakan teknik motion grafis ini, diharap dapat membuat suatu pertunjukan wayang kulit yang menarik terutama bagi remaja dan anak-anak. Selain dapat mempraktekkan teknik motion grafis, penelitian ini juga dapat digunakan untuk kelestarian wayang kulit di Indonesia. Penelitian ini juga diharap mampu menarik perhatian khususnya remaja Indonesia untuk lebih memanfaatkan teknologi sebagai salah satu media dalam melestarikan budaya. Rumusan masalah yang diambil yaitu “Bagaimana membuat film animasi 2 dimensi The War Of Bharatayudha menggunakan teknik motion grafis dan parent pada wayang kulit?” Tujuan dari penelitian ini adalah mempraktekkan teknik motion grafis dan animasi parent untuk dapat
2.2 Film Menurut Wibowo (2006), film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, film adalah sebiah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar dari sebuah objek gambar. 2.3 Animasi 2D Kartun adalah suatu gambar interpreatif yang simbolis mengenai sikap orang, situasi atau kejadian tertentu. Kartun sering digunakan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas kepada masyarakat, sebab kartun mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menarik perhatian dan menonjolkan isi pesan serta
1
karakter yang mudah dikenal dan dimengerti, bukan pada detilnya. [3]
3. Analisis 3.1 Ide cerita Pada pembuatan film animasi 2 Dimensi yang diberi judul The War Of Bharatayudha ini terinspirasi dari kisah pewayangan Hindhu yang terkenal yaitu kisah Mahabarata. Mahabarata mengisahkan perlawanan antara tokoh kebaikan (Pandhawa) dengan tokoh kejahatan (Kurawa) melalui sebuah perang yang dinamakan Bharatayudha.
2.4 Motion Graphic Menurut Curran (2000), Motion graphic atau motion grafis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai solusi desain grafis profesional dalam menciptakan suatu desain komunikasi yang dinamis dan efektif untuk film, televisi dan internet. Pada dunia perdagangan, informasi, dan hiburan adalah suatu tantangan, ketika dimana pemirsa/audience memutuskan apakah tidak atau akan untuk saluran, keluar dari situs web, atau ketika menonton trailer, untuk melihat film. Maka dari itulah diperlukan strategi, kreativitas, dan keterampilan dari seorang desainer broadcasting, desainer judul film dan animator dalam seni motion grafis. Motion graphic saat ini banyak digunakan baik di dunia perfilman, pertelevisian, dan periklanan. Dalam perfilman, motion graphic biasa digunakan untuk pembuatan opening title atau movie trailer. Sedangkan dalam dunia pertelevisian, motion graphic lebih dimanfaatkan sebagai network branding antara lain dalam bentuk station ID, public Service Announcement (PSA), show opener, dan show packages yang mencakup bumper, lower-third. Interstitials, lineups and upfronts dan mortises. [4]
3.2 Tema Tema yang diangkat dari pembuatan film animasi 2 Dimensi yang diberi judul The War Of Bharatayudha ini adalah “Kepahlawanan”. 3.3 Logline Logline dari pembuatan film animasi 2 Dimensi yang diberi judul The War Of Bharatayudha ini yaitu “Bagaimana jika terdapat sekumpulan orang yang jahat dan kemudian ada sekumpulan orang baik yang berusaha melawan kejahatan dan ketidakadilan yang terjadi ?” 3.4 Sinopsis Sinopsis dari pembuatan film animasi 2 Dimensi yang diberi judul The War Of Bharatayudha ini dapat dibuat melalui tujuh pertanyaan dasar yang harus dijawab. Berikut tujuh pertanyaan dasar yang harus dijawab, yaitu : 1. Siapakah tokoh utama dalam film itu? Jawab : Beberapa tokoh dari pihak pandawa yaitu Kresna, Srikandi, Yudhistira, Arjuna, Abimanyu, Bima, Nakula, Sadewa, Satyaki, Gathutkaca dan Trusthajumena. 2. Apa yang diinginkan oleh tokoh utama? Jawab : Menegakkan kebenaran dan keadilan di seluruh dunia. 3. Siapa/Apa yang menghalangi tokoh utama untuk mendapatkan keinginannya? Jawab : Beberapa tokoh dari pihak kurawa yaitu Bisma, Bogadenta, Jayadrata, Burisrawa, Karna, Sarojakususma, Dursasana, Durna, Sengkuni dan Duryudana. 4. Bagaimana pada akhirnya tokoh utama berhasil mencapai apa yang dicita-citakan dengan cara yang luar biasa, menarik dan unik? Jawab : Dengan mengalahkan pihak kurawa pada perang bharatayuda 5. Apa yang ingin Anda sampaikan dengan mengakhiri cerita seperti itu? Jawab : Yang ingin disampaikan adalah bahwa kemenangan akan selalu diraih oleh orang-orang yang baik. 6. Bagaimana anda mengisahkan cerita anda? Jawab : Dengan membuat film animasi 2 Dimensi yang menggambarkan perlawanan antara pandhawa dengan kurawa menggunakan efekefek gambar serta pemberian backsound agar terlihat menarik.
2.5 Teknik Parent Parent berfungsi untuk menghubungkan atau mengaitkan antara layer Parent (induk) dengan layer Child (layer lainnya). Ketika terdapat perubahan parameter pada parent maka secara default, parameter pada layer child akan mengikuti parameter parent [5]. Parent digunakan untuk menyinkronkan perubahan lapisan dengan menetapkan transformasi satu lapisan ke lapisan lain. Teknik parent mempengaruhi semua transform properties kecuali position, scale, rotation, dan Orientation (untuk lapisan 3D). Sebuah layer hanya memiliki sebuah parent, tetapi suatu layer dapat diparent-kan ke banyak layer [6]. 2.6 Wayang Kulit Purwa [7] Wayang merupakan suatu pertunjukan “bayang” yang tidak stabil, tidak pasti, tidak tenang, terbang dan bergerak kian kemari pada sebuah kelir (kain putih yang digunakan sebagai gelanggang permainan wayang). Wayang kulit merupakan salah satu jenis wayang yang ada di Indonesia. Disebut wayang kulit karena terbuat dari kulit binatang. Wayang kulit purwa merupakan pertunjukan wayang kulit dengan cerita yang bersumber pada Mahabarata dan Ramayana india. Purwa merupakan tilah lain dari babak atau episode. Sehingga jika suatu pertunjukan wayang kulit tetapi tidak bersumber pada cerita Ramayana atau mahabarata bukanlah wayang purwa.
2
7. Bagaimana tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung lain mengalami perubahan dalam cerita ini? Jawab : Berkat nasihat Kresna, akhirnya pandawa berhasil memenangkan perang sehingga kebenaran dan kebaikan dapat ditegakkan. 3.5 Pengembangan Karakter Pengembangan karakter pada penelitian ini berupa keterangan gambar, nama lain, sifat dan senjata 22 karakter wayang utama dan 4 karakter pendukung. Karakter pihak pandhawa yang digunakan yaitu Kresna, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Srikandi, Setyaki, Thrusthajumena, Abimanyu dan Gathutkaca. Karakter pihak Kurawa yaitu Bisma, Bogadenta, Karna, Burisrawa, Durna, Sengkuni, Duryudana, Sarojakusuma, Dursasana, Jayadrata, dan Salya. Karakter pendukung pada penelitian ini adalah Gajah, Murdaningrum, Parikesit, dan Begawan Sempani. 3.6 Merancang Warna Karakter Perancangan warna yang digunakan penulis untuk semua tokoh – tokoh dalam pembuatan film animasi 2 dimensi “The War Of Bharatayudha” adalah warna hitam dengan garis-garis berwarna putih. Hal ini dimaksudkan agar saat diaplikasikan pada tahapan produksi dapat terlihat seperti sebuah wayang yang dimainkan dibelakang sebuah layar. 3.7 Desain Properti Properti adalah objek-objek pendukung yang digunakan oleh tokoh. Objek pendukung yang digunakan dalam penelitian ini berupa senjata - senjata dan kereta perang. 3.8 Storyboard Berikut cuplikan storyboard film animasi The War Of Bharatayudha. Tabel 1. Cuplikan Storyboard Sce Picture Duration Description ne 1
00:00:00:0000:00:00:01
2
00:00:01:0000:00:04:00
3
00:00:04:0000:00:07:00
4
00:00:07:0000:00:12:00
5
00:00:12:0000:00:18:00
karna tanding. AUDIO: backsound_dan_n arasi.wav Animasi: empat buah awan bergerak dari kiri ke kanan menghapus ilustrasi karna tanding. AUDIO: backsound_dan_n arasi.wav (TO): muncul wayang lima pandawa bersamaan. Animasi: muncul nama wayang satu persatu dari yudhistira, bima, arjuna, nakula kemudian sadewa. AUDIO: backsound_dan_n arasi.wav (TD): muncul wayang abimanyu, gathutkaca, thrustajumena, srikandhi, kresna dan setyaki Animasi: muncul nama wayang satu persatu AUDIO: backsound_dan_n arasi.wav
4. Implementasi dan Pembahasan 4.1 Implementasi 4.1.1 Produksi Setelah dilakukan tahapan pra produksi atau perancangan, tahapan selanjutnya yaitu produksi. Pada tahapan produksi ini penulis melakukan tahapan drawing, coloring, serta pembuatan background dan foreground.
(FI): Tampak 5 buah gunungan yang berbentuk seperti kipas AUDIO: backsound_dan_n arasi.wav (TD): Masuk melewati pintu gunungan yang terbuka. Animasi: empat buah gunungan yang melipat jadi satu ke gunungan tengah kemudian tampak ilustrasi
4.1.1.1 Drawing Pada tahapan ini dilakukan pembuatan karakter tokoh wayang. Pertama, penulis melakukan gambar manual dengan menggunakan pensil dan kertas. Setelah gambar jadi, dilakukan penebalan garis-garis pada wayang. Gambar yang telah ditebalkan kemudian dilakukan proses scan agar dapat diedit lebih lanjut menggunakan komputer.
3
komputer yang digunakan membuat preview pada animasi yang dibuat menjadi tidak realtime. Hal ini membuat penulis sulit memastikan apakah animasi yang dibuat sudah tepat atau belum. Kesulitan lain yaitu pada saat dilakukan dubbing narasi. Dubbing narasi yang dilakukan menggunakan visual film yang telah jadi untuk mencocokkan waktu dubbing dengan film. Dalam tahapan ini penulis harus melakukan tiga kegiatan sekaligus di satu waktu yaitu melihat visual film, melakukan rekaman pada Adobe Audition CS6 dan membaca naskah narasi. Pada proses rendering, penulis mencoba mengeksport hasil dalam beberapa jenis file. Pada percobaan pertama, video dieksport kedalam file .AVI namun ukuran dari proses rendering tersebut sangat besar dan terjadi efek lagging atau patah-patah saat film dimainkan. Sehingga penulis mencoba untuk mengeksport film dalam bentuk .MPEG namun ukuran film masih dirasa terlalu besar. Percobaan terakhir, penulis mengeksport file kedalam bentuk file .mp4 dengan codec H.264. percobaan terakhir ini memberikan hasil yang optimal dimana tidak adaa lagging terjadi namun kualitas film tetap HD, sehingga penulis memutuskan untuk menyimpan dan menyebarluaskan film ini dalam bentuk .mp4. Ada banyak teknik motion grafis, namun penulis hanya mempraktekkan beberapa teknik saja yaitu basic animation (Anchor Point, Position, Rotation, Scale dan Opacity), wipe transition, stroke, puppet pin, masking dan morphing, page turn, parent, serta penambahan efek lighting, camera dan color balance. Teknik basic animation terdapat pada fasilitas yang diberikan Adobe After Effect pada setiap image yang dimasukkan ke timeline. Fasilitas ini terdapat pada tab Transform. Basic animation yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yaitu Anchor Point, Position, Rotation, Scale dan Opacity. Anchor Point merupakan titik point yang terletak di tengah suatu image. Anchor point digunakan penulis untuk menentukan letak titik point saat melakukan parent terhadap wayang kulit. Position digunakan penulis untuk mengubah letak posisi image misal keatas, kebawah, kesamping kanan maupun kiri. Rotation digunakan untuk melakukan gerakan memutar. Contoh rotation pada penelitian ini yaitu membuat gerakan ban yang berputar, menggerakkan wayang, gerakan hendak memanah atau memukul, dan banyak lagi. Scale digunakan untuk memperbesar atau memperkecil ukuran image. Contoh penggunaan scale yaitu pada saat pengenalan tokoh karakter. Opacity digunakan untuk membuat efek transparan pada image. Opacity ini banyak digunakan penulis saat melakukan animating tahap kedua yaitu pada saat perubahan transisi dari scene satu ke scene berikutnya. Wipe transition yang digunakan penulis yaitu linear wipe dan radialscale wipe. Transisi ini terdapat dalam fasilitas Adobe After Effect pada menu Effect > Transition. Contoh penggunaan efek transisi ini banyak digunakan pada penulisan judul babak. Transition ini juga digunakan untuk membuat animasi foreground asap dan transisi animasi saat buku dibuka.
4.1.1.2 Coloring and Editing Character Pada tahapan ini hasil gambar yang telah di scan kemudian diedit menggunakan software Adobe Photoshop. Proses pengeditan ini meliputi pewarnaan, tracing gambar, dan pemotongan bagian-bagian wayang.
4.1.1.3 Background dan Foreground Background merupakan latar belakang yang digunakan, sedangkan foreground adalah semua yang berada didepan background kecuali karakter. Background yang digunakan adalah selembar kertas yang dibuat menggunakan Adobe Photoshop CS6. Sedangkan untuk membuat foreground, penulis melakukan dua cara yaitu menggambar melalui Adobe Photoshop dan menggunakan brush yang dapat di download melalui situs www.all-free-download.com. 4.1.2 Pasca Produksi 4.1.2.1 Editing Video Editing video yang dilakukan yaitu menganimasikan semua bahan-bahan yang telah dibuat dan dirancang pada tahapan pra produksi dan produksi. Proses ini dilakukan penulis menggunakan Adobe After Effect CS6. 4.1.2.2 Editing Audio Editing Audio yang dilakukan penulis yaitu proses dubbing narasi dan mengedit backsound. Dubbing yang dilakukan penulis dengan menggunakan visual film yang telah jadi untuk menentukan waktu pengucapan narasi. Setelah melakukan proses dubbing dan mengedit backsound, penulis menggabungkan kedua file tersebut untuk memudahkan proses rendering film. 4.1.2.3 Finishing Finishing yang dilakukan berupa tahapan rendering film, yaitu mengeksport semua animasi serta sound yang dibuat kedalam bentuk file video. Setelah itu dilakukan tahapan mastering, yaitu menyimpan file video yang telah jadi kedalam media seperti CD atau DVD. Dalam penelitian ini, penulis melakukan burn hasil film animasi tersebut kedalam CD sesuai permintaan objek. 4.2 Pembahasan Pengujian film animasi ini dilakukan oleh Bapak Andi Wisnu Wicaksono, selaku pengurus Balai Budaya Minomartani yang paham mengenai wayang kulit cerita perang baratayudha. Penulis menunjukan film animasi yang telah dibuat untuk kemudian dilakukan penilaian terhadap film tersebut. Selain pengujian film animasi, pada sub bab ini juga akan dijelaskan kesulitan-kesulitan yang penulis temui selama pengerjaan penelitian ini. Kesulitan pertama yaitu dalam tahap pembuatan karakter wayang kulit. Kurangnya pengetahuan penulis tentang wayang menjadi alasan sulitnya tahapan ini. Kesulitan kedua yaitu pada saat tahapan animating pada Adobe After Effect. Kurang tingginya spesifikasi 4
Teknik stroke digunakan penulis untuk membuat animasi bunga, swirl dan smoke. Hal yang harus dilakukan pertama yaitu membuat masking menggunakan pen tool. Kemudian klik Effect > Generate > Stroke. Pada tab color, pilih warna yang berbeda dari warna object. Klik pada stopwatch tab End kemudian ubah menjadi 0%. Setelah itu tarik garis waktu ke detik yang diinginkan kemudian ubah tab End menjadi 100%. Terakhir ubah paint style menjadi Reveal Original Image. Puppet pin digunakan penulis dalam membuat efek darah dursasana mengalir. Teknik ini juga penulis gunakan pada tali panah. Caranya yaitu klik puppet pin pada toolbar formatting kemudian klik pada objek yang akan di lakukan puppet. Buka menu puppet yang terdapat dalam jendela object. Klik keyframe pada pin yang akan dipakai. Tarik playhead pada detik yang diinginkan kemudian klik kembali keyframe. Morphing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat objek satu berubah menjadi objek lain. Teknik ini digunakan saat yudhistira melemparkan jamus kalimasada ke Salya yang kemudian berubah menjadi tombak. Pertama, gunakan Adobe Photoshop untuk menempatkan gambar jamus kalimasada dan tombak dalam layer sendiri. Kemudian klik File > Scripts > Export Layers to File. Browse destination untuk menempatkan output file. Kosongi bagian file name prefix, file type biarkan PSD. Setelah itu masuk ke After Effect kemudian lakukan import file. Cari file kemudian klik salah satu gambar. Dialog box pilih footage dan centang photoshop sequence. Drag file gambar yang telah diimport kedalam timeline. Klik Layer > Time > Enable time remapping. Beri keyframe setiap gambar lalu hapus keyframe terakhir. Perpanjang durasi sampai detik yang diinginkan. Blok keyframe kemudian tarik keyframe terakhir sambil menekan tombol Alt sampai panjang durasi yang dibuat. Klik Layer > Frame Blending > Pixel Motion. Klik Enable frame blending. Page turn digunakan untuk membuat efek lembaran kertas terbuka. Caranya yaitu dengan klik Effect > Distort > CC Page Turn. Klik stopwatch pada Fold Position kemudian geser playhead ke detik yang diinginkan. Klik kembali keyframe. Parent merupakan teknik yang penulis gunakan untuk menggerakkan wayang kulit. Pertama, mengubah nilai anchor point pada layer tangan, kaki dan kepala menggunakan pan behind tool. Tarik ikon seperti obat nyamuk layer anak ke layer yang akan dijadikan layer orangtua. Lighting digunakan penulis untuk menambah kesan mendalam pada film animasi. Lighting yang digunakan penulis sebatas mengubah posisi light dan intensitas cahaya light. Untuk menambahkan light, klik Layer > New > Light. Penulis juga menggunakan teknik camera dalam penelitian ini. Camera yang digunakan sebatas untuk mengubah posisi kamera. Untuk menambahkan kamera, klik Layer > New > Camera. Untuk diingat bahwa untuk menambahkan efek kamera, object harus bersifat 3D.
Berikut screenshot film animasi 2 dimensi The War Of Bharatayudha:
Gambar 1. Tegal kuru tempat terjadinya perang bharatayudha
Gambar 2. Tulisan perang bharatayudha menggunakan aksara jawa
Gambar 3. Srikandi yang hendak memanah Bisma
Gambar 4. Lembaran buku terbuka
5
[5] Script, Island. 2008. Cara Mudah Membuat Special Effect pada Video. Jakarta:mediakita [6] http://helpx.adobe.com/after-effects/using/layerproperties.html [7] Sunarto, Drs., 1989, Wayang kulit Purwa Gaya Yogyakarta, Jakarta: Balai Pustaka
Gambar 5. Parikesit yang menjadi pewaris tahta kerajaan Hastinapura 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasar tahap-tahap yang telah dikerjakan selama proses pembuatan film animasi 2 dimensi The War Of Bharatayudha dengan menggunakan tekhnik motion grafis dan parent pada wayang, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Pembuatan film animasi wayang kulit menggunakan teknik motion grafis dan parent pastinya menarik perhatian khususnya remaja sehingga peluang mengenalkan kembali wayang pada remaja sangat besar. Namun hal ini tentunya juga sangat butuh dukungan dari berbagai pihak dan elemen masyarakat untuk membantu agar film animasi ini semakin dikenal dan diminati. 2. Hasil penelitian ini telah diuji oleh Bapak Andhi Wisnu Wicaksana selaku pengelola komunitas Balai Budaya Minomartani yang paham akan cerita perang Bharatayudha dan wayang kulit. 3. Ekstensi film animasi adalah MP4 dengan resolusi HDTV (High Definition Television) dengan ukuran 1920 x 1080 pixel. 4. Durasi film 6 menit 8 detik.
5.2 Saran Pada pembuatan film animasi ini tentu masih mempunyai beberapa kekurangan agar dapat disempurnakan lagi pada penelitian selanjutnya. Untuk itu beberapa saran penulis bagi peneliti selanjutnya adalah: 1. Penambahan kelengkapan cerita perang bharatayudha. 2. Melakukan inovasi untuk dibuat menjadi film animasi 3D. 3. Memperbanyak teknik motion grafis yang digunakan. 6. Daftar Pustaka [1] http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate16756-3407100062-Paper.pdf [2] http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate15848-3403100063-paperpdf.pdf [3] Syamsul a. dan Adi K. 2008. Sukses Menulis Buku Ajar dan Referensi, Surabaya:PT Grasindo [4] Krasner, Jon 2008. Motion Graphic Design: Applied History and Aesthetics. Oxford: Focal Press 6