PEMBUATAN DAN ANALISIS STIK UBI KOPI Soma Murni Setiawati, A.Md1, Sherly Maulina2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan dan menambah nilai jual dari ubi jalar merah yang selama ini kurang diminati oleh masyarakat. Padahal jika dilihat dari segi kesehatan, ubi jalar merah baik untuk kesehatan karena ubi jalar merah mempunyai kandungan gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, vitamin A, vitamin C. Pada penelitian ini ubi jalar merah yang diolah menjadi stik ubi kopi dianalisis dengan paremeter uji kadar lemak metode sokletasi, kadar air metode thermogravimetri, cemaran mikroba metode angka lempeng total serta uji organoleptik. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan didapatkan hasil kadar lemak 31,28% ; kadar air 3,36% ; angka lempeng total <30x10-2 (5,0x102 koloni/gram). Hasil yang didapatkan sesuai dengan SNI 012886-2000, sehingga stik ubi kopi ini dapat dan layak dikosumsi oleh masyarakat. Stik ubi kopi ini dibuat dengan modal Rp.80.500,- dan mendapatkan keuntungan Rp. 24.500,-. ABSTRACT Research is underway to utilize and add value to the sale of red sweet potatoes that have been less than enthused by the community. In fact, if viewed in terms of health, red sweet potatoes good for health because it has a red sweet potato nutrients such as protein, fat, carbohydrates, minerals, calcium, vitamin A, vitamin C. In this study red sweet potato is processed into yam sticks coffee test parameter analyzed by the method sokletasi fat content, moisture content thermogravimetri method, microbial contamination as well as the total plate count method of organoleptic tests. From the research that has been implemented the results obtained 31.28% fat content; water content of 3.36%, total plate count <30x10-2 (X102 5.0 colonies / gram). The results obtained in accordance with SNI 01-2886-2000, so stick sweet and decent coffee can consumed by the community. These sticks are made with sweet coffee Rp.80.500 capital, - and a profit of Rp. 24 500. PENDAHULUAN Ubi jalar atau ketela rambat (lpomoea batatas L.) merupakan salah satu sumber karbohidrat yang baik dan tidak hanya sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar merah juga kaya dengan protein, lemak, kalori, serat, abu, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, vitamin B1, B2, C dan asam nikoninat. Namun, karena pengolahan ubi jalar yang kurang variatif disertai dengan stigma murahan membuat ubi jalar jarang dikosumsi masyarakat Indonesia. Karena kandungan karbohidrat yang tinggi pada ubi jalar merah membuat penulis berkeinginan untuk menggunakan ubi jalar merah sebagai bahan dasar utama dalam pembuatan makanan ringan. Makanan ringan atau kudapan atau dalam bahasa inggrisnya snack adalah istilah bagi makanan yang bukan merupakan menu utama (makan pagi, Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
makan siang atau makan malam). Makanan yang dianggap makanan ringan adalah sesuatu makanan yang dapat menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu, memberi sedikit pasokan tenaga ke tubuh atau sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Makanan ringan yang beredar di pasaran sangat banyak jenisnya dan banyak diantara makanan ringan tersebut dibuat dari bahan – bahan yang mengandung karbohidrat seperti tepung baik tepung terigu, tepung tapioka ataupun tepung jagung. Karena hal tersebut membuat penulis berinovatif untuk membuat suatu makanan ringan yang terbuat dari bahan dasar ubi jalar merah. Pada pembuatan makanan ringan dari ubi jalar ini ditambahkan kopi sebagai perasa. Kopi terkenal Page 1
akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein sendiri merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umumnya terkait dengan aktivitas kafein di dalam tubuh. Menurut Harvard Women’s Health, konsumsi kopi bebepara cangkir sehari dapat mengurangi resiko diabetes tipe 2, pembentukan batu ginjal, kanker usus besar, penyakit parkinson, kerusakan fungsi hati (sirosis), penyakit jantung serta menghambat penurunan daya kognitif otak. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk menghasilkan suatu produk makanan olahan dengan bahan dasar ubi jalar merah dan kopi sebagai perasa yang penulis beri nama Stik Ubi Kopi dengan harapan makanan ringan ini dapat diterima oleh semua pihak.
dimasukan ke dalam pengenceran 10-2 dan dihomogenkan. Kemudian dipipet 1ml lagi dari pengenceran 10-2 yang telah dihomogenkan lalu dimasukan ke dalam pengenceran 10-3, bagitu juga perlakuannya pada pengenceran 10-4 dan pengenceran 10-5, dan dihomogenkan. Lalu dari pengenceran 10-4 dan10-5 yang telah dihomogenkan tersebut dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri secara duplo. Ditambahkan 15-20 ml PCA yang sudah didinginkan hinnga temperature 450C pada masing-masing cawan yang sudah berisi suspensi. Supaya larutan contoh dan media PCA tercampur seluruhnya, lakukan pemutaran cawan ke depan dan ke belakang atau membentuk angka delapan dan diamkan sampai menjadi padat. Diingkubasikan pada temperature 340C sampai dengan 360C selama 2x24 jam dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik.
METODA Metoda yang digunakan untuk Penetapan Kadar Lemak adalah Metode SokletasI, untuk Penetapan Kadar Air adalh Metode Thermogravimetri, untuk Uji Cemaran Mikroba adalah Metode Angka Lempeng Total (ALT), dan untuk Uji Organoleptik adalah Uji Hedonik.
Perhitungan Jumlah Koloni Dihitung jimlah koloni pada setiap seri pengenceran kecuali cawan petri yang berisi koloni menyebar (spreader colonies).Pilih cawan yang mempunyai jumlah koloni 25-150.
EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Sampel yang dianalisis dibuat sendiri pada satu kali proses pembuatan, dimana prosuk yang jadi ditempatkan pada suatu wadah dan dihomogenkan. Pengambilan sampel diambil secara acak yaitu yang dapat mewakili dari seluruh sampel yang ada. Jumlah sampel yang diambil disesuaikan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk proses analisis (+ 300 gram), kemudian dihaluskan dan disimpan untuk proses analisis. UJI CEMARAN MIKROBA Cara Uji Disterilkan area kerja dan semua peralatan yang akan digunakan. Dibuat larutan pengencer BPW 0,1% masing – masing 9 ml untuk pengenceran 102,10-3 sampai dengan pengenceran 10-5 ke dalam tabung reaksi steril. Ditimbang 1 gr contoh padatan, kemudian ditambahkan 9 ml larutan pengencer BPW 0,1% hingga diperoleh pengenceran 1:10 lalu dihomogenkan. Dipipet sampel yang telah diencerkan tersebut sebanyak 1ml, kemudian Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
PENETAPAN KADAR AIR Berat Konstan Cawan Penguap Cawan penguap dicuci dan dikeringkan. Cawan penguap dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105° C selama 2 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15-30 menit. Cawan penguap ditimbang hingga berat konstan. Penetapan kadar air Sampel ditimbang dengan teliti 1 – 2 gram menggunakan cawan penguap yang telah konstan. Panaskan sampel tersebut di dalam oven selama 3 jam dengan suhu 105° C. Setelah 2 jam dinginkan cawan dan sampel dalam desikator + 15 menit. Timbang cawan penguap dan sampel hingga didapat berat konstan. Hitung kadar air dari sampel. PENETAPAN KADAR LEMAK Timbang dengan teliti sampel sebanyak 2 g. Dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang dilapisi dengan kapas. Dilapisi selongsong tersebut dengan kapas lagi. Keringkan dalam oven (800C) selama 1 jam. Masukkan ke dalam alat soklet yang telah dihubungkan dengan labu destilasi ( labu lemak) berisi batu didih dengan berat yang telah Page 2
diketahui bobotnya. Diekstrak dengan n-Heksana atau pelarut lemak lainnya selama ± 6 jam. Uji terlebih dahulu dengan mengambil sedikit pelarut yang terdapat dalam tabung ekstrator dan direaksikan dengan NaOH dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian dikocok kemudian dikocok, jika terdapat busa maka proses ekstrasi diteruskan atau sebaliknya. Atau dapat juga dengan cara meneteskan pelarut dari tabung ekstrator ke atas kertas, jika ada noda lemak maka proses ekstrasi diteruskan atau sebaliknya. Disuling sisa n-Heksana dan dikeringkan ekstrak lemak dalam oven pada suhu 1050C. Dinginkan dengan desikator dan kemudian timbang, ulangi langkah ini hingga didapat bobot konstan. UJI ORGANOLEPTIK Diperiksa sampel secara organoleptik terhadap warna, rasa, tekstur, dan aroma. Uji dilakukan oleh beberapa panelis tak terlatih. Dibuat tabel pengujian mewakili respon. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari hasil pratikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil penentuan cemaran mikroba, kadar air, kadar lemak dan uji organoleptik dari stik ubi kopi sebagai berikut : Standar Parameter No Hasil SNI 01-2886uji 2000 -2 <30x10 Cemaran (5,0x102 Maks. 4x104 1 mikroba koloni/ koloni/ gram gram) 2 Kadar air 3,36% Maks. 4% Kadar 3 31,28% Maks. 38% lemak 4 Uji organoleptik a. Penilai83,34% menyatakan suka an b. Warna 83,34% menyatakan kuning kecoklatan c. Tekstur 73,33% menyatakan renyah d. Aroma 70% menyatakan harum e. Rasa 83,34% menyatakan enak
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Pembahasan Dari hasil pratikum yang telah dilakukan dengan parameter uji penentuan cemaran mikroba, kadar air, kadar lemak dan uji organoleptik didapatkan hasil analisis untuk penentuan cemaran mikroba <30 x 102 (5,0 x 102 koloni/g), kadar air 3,36%, kadar lemak 31,28% dan uji organoleptik dari 30 panelis menyatakan suka 83,34% ; kuning kecoklatan 83,34% ; renyah 73,33% ; harum 70% ; enak 83,34%. Dari hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa produk ini layak untuk dikosumsi karena hasil analisis yang didapatkan sesuai dengan standar SNI 01-2886-2000 tentang makanan ringan ekstrudat. Produk stik ubi kopi ini memiliki potensi pasar cukup bagus dan luas karena belum ditemukannya produk yang sama yang beredar di pasaran. Namun, produk ini belum cukup dikenal oleh masyarakat. Untuk itu dalam pemasaran produk ini perlu dilakukan promosi kepada masyarakat sekitar untuk perkembangan produk stik ubi kopi ini. KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilaksanakan pada produk yang telah dibuat didapatkan hasil : uji cemaran mikroba pada stik ubi kopi adalah <30x102 (5,0 x 102 koloni/gram), kadar air pada stik ubi kopi adalah 3,36%, kadar lemak pada stik ubi kopi adalah 31,28%, dan uji organoleptik dari 30 panelis menyatakan penilaian: suka, warna: kuning kecoklatan, rasa: enak, bau: harum, tekstur: renyah. SARAN Penulis menyarankan kepada masyarakat untuk memilih makanan yang sehat, memilki nilai gizi yang baik untuk tubuh, tidak hanya memilih makanan hanya karena rasanya yang enak tanpa memperhatikan nilai gizi dari makanan tersebut. Dengan sedikit kreativitas dalam pengolahan sehingga dapat menciptakan produk hasil olahan makanana yang lebih bervariasi, menarik, dan meningkatkan harga jual. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-4493199 Uji Ubi Jalar. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Page 3
Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 01-28862000 Makanan Ringan Ekstrudat. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-28911992 Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Bambang Cahyono,Ir. 2011. Sukses Bertanam Kopi. Jakarta: Pustaka Mini. Dede Juanda dan Bambang Cahyono. 2000. Ubi Jalar. Yogyakarta: Kanisius. Elizarni, dkk.2007. Modul Organoleptik. SMAK. Padang. http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_ringan http://www.plantamor.com/index.php?plant=711. Diakses pada tanggal 15 Februari 2012 jam 19.23 WIB http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/07/raga m01.htm. Diakses pada tanggal 15Februari 2012 jam 19.15 WIB http://www.lintas.me/go/budiboga.blogspot.com/kan dungan-gizi-ubi-jalar-merah-vitamin-anya-mencapai-2310-mcg-/1/. Diakses pada tanggal 15 Februari 2012 jam 19.40 WIB Sudarmadji, Slamet, dkk.2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Winarno.1992.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 4
PEMBUATAN DAN ANALISIS ES KRIM JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) Fitriyeni, M.Si 1, Miko Kurniawan2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan berbagai macam asam amino esensial yang terkandung di dalamnya, maka dari itu penulis tertarik untuk membuat es krim dari jamur tiram dimana es krim sangat disukai di semua kalangan. Dalam analisisnya digunakan metoda mikro kjedhal untuk penetapan protein, metoda weibull untuk penetapan lemak dan metoda hitung cawan untuk cemaran mikroba (angka lempeng total). Dari analisis yang dilakukan didapatkan kadar protein sebesar 11,49%, kadar lemak 7,98% dan 20 x 103 untuk angka lempeng total. Hasil tersebut telah memenuhi syarat yang ditentukan SNI. Kata kunci: es krim, jamur tiram ABSTRACT Oyster mushrooms (Pleurotus ostreatus) is a fungal food that hashigh nutrient content to a wide range of essential amino acidscontained in it, therefore the authors are interested in making icecream of mushroom oyster where the ice cream is preferred in allwalks of life. In the analysis method used for determination of proteinmicro kjedhal, Weibull method for the determination of fat and the method of calculating the cup for microbial contamination (total plate count). Obtained from the analysis conducted by the protein content of 11.49%, 7.98% fat and 20 x 103 for total plate count. These resultshave been determined eligible SNI. Keywords: ice cream, oyster mushrooms PENDAHULUAN Es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang diizinkan. Kandungan gizi jamur tiram yaitu protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,530,4%. Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari (Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian) METODA Metoda yang digunakan untuk protein adalah semimikro kjedhal. Penetapan kadar lemak metoda weibull. Uji angka lempeng total metoda total plate Page 5
count (TPC). Dan uji organoleptik metoda secara hedonik (tingkat kesukaan). EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Diambil cuplikan sejumlah yang dibutuhkan untuk dianalisis secara representatif, homogenkan contoh dan siap untuk dianalisis. PENENTUAN KADAR LEMAK Ditimbang sampel 1-2 g ke dalam gelas piala lalu tambahkan 30 mL HCl 25% dan 20 mL air serta beberapa butir batu didih. Tutup gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit kemudian saring dalam keadaan panas dan cuci dengan air panas sehingga tidak bereaksi asam lagi. Keringkan kertas saring berikut isinya pada suhu 1000 C - 1050 C, masukkan kertas saring tersebut ke dalam kertas saring pembungkus (paper thimble) dan ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama 2 – 3 jam pada suhu ±800C setelah itu sulingkan larutan heksana atau pelarut lemak lainnya dan keringkan ekstrak lemak pada suhu 1000 - 1050 C. Dinginkan dan timbang labu kjedhal. Ulangi proses pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap (konstan) PENENTUAN KADAR PROTEIN Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan Natrium Borak 0,01 N Dipipet larutan Na2B4O7 10 mL, dimasukkan kedlam Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 25 mL aquades, indikator MM, dititrasi dengan HCl dengan TAT orange. Penentuan Kadar Protein Ditimbang teliti 0,5100 gram contoh dimasukkan kedalam labu kjedhal 100 mL. Ditambahkan 2,0000 gram campuran selen dan 25 mL H2SO4 pekat teknis. Didestruksikan hingga larutan hijau jernih. Setelah didinginkan, diencerkan dalam labu ukur 100 mL. Dipipet 5 mL dengan pipet gondok dan dipindahkan kedalam labu didih 250 mL serta ditambahkan batu didih. Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP dan 5 mL NaOH 30 % (berlebih) dan hubungkan dengan alat penyuling. Hasil sulingan ditampung dengan 10 mL H3BO3 2 % , dan 3-5 tetes indikator MM. Sulingkan hingga hasil sulingan berwarna kuning. Dititar hasil sulingan dengan HCl 0.01 N dengan titik akhir titrasi orange. Dikerjakan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
blanko dengan mengganti bahan dengan aguades, lakukan destruksi, destilasi, dan titrasi seperti bahan contoh. UJI ANGKA LEMPENG TOTAL Dipipet 1 mL dari masing-masing pengenceran yang telah dibuat ke dalam cawan petri steril secara duplo, kemudian dituangkan sebanyak 12-15 mL media PCA yang telah dicairkan yang bersuhu 45 ± 10C dalam waktu 15 menit dari pengenceran pertama ke dalam setiap cawan petri. Digoyangkan cawan petri dengan hati – hati (diputar dan digoyangkan ke depan dan ke belakang serta ke kanan dan ke kiri) hingga contoh tercampur rata dengan pembenihan. Dikerjakan pemeriksaan blanko dengan mencampur air pengencer dengan perbenihan untuk setiap contoh yang diperiksa. Lalu dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku kemudian dimasukkan semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam inkubator dan diinkubasikan pada suhu 35 ± 10C selama 24 – 48 jam. Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan yang mengandung 25 – 250 koloni setelah 48 jam. Setelah itu, dihitung angka lempeng total dalam 1 gram atau 1 mL contoh dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN PENENTUAN KADAR PROTEIN Parameter Penetapan Kadar Protein
Hasil
11,49%
Standar Nasional Indonesia (SNI) Min 2,7%
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan kadar protein sebesar 11,49% dan hasil ini telah memenuhi syarat SNI dimana standarnya min 2,7%. Tingginya kadar protein yang didapat dikarenakan pada bahan buku untuk pembuatan produk ini mengandung kadar protein yang tinggi adapun penambahan susu dan telur menjadi salah satu faktor tingginya kadar protein yang terdapat pada produk ini. Kadar protein dari jamur tiram itu sendiri rata-rata sebesar 3,5 – 4 %. Tingginya kadar protein dalam produk ini sangat bagus bagi yang mengkonsusmi karena protein sangat penting bagi Page 6
kehidupan organisme pada umumnya, karena protein berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
persentase tertinggi dari masing-masing parameter yaitu tingkat kesukaan “suka”, warna “putih”, rasa “manis”, dan aroma “susu”. Ini berarti produk dapat dipasarkan karena masyarakat cukup menyukai produk ini.
PENENTUAN KADAR LEMAK Parameter
Hasil
Standar Nasional Indonesia (SNI)
Penetapan 7,98% Min 5% Kadar Lemak Kadar lemak yang didapat dari praktikum yaitu sebesar 7,98% dan sesuai dengan SNI (min 5%). Kadar lemak yang didapat tidak terlalu tinggi karena bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan es krim ini adalah bahan-bahan yang rendah lemak. Lemak yang dihasilkan sebagian besar berasal dari adanya penambahan susu. Lemak yang terkandung dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh. Rendahnya lemak yang ada pada es krim ini sangat baik dikonsumsi oleh penderita kelebihan kolesterol. UJI ANGKA LEMPENG TOTAL Parameter Angka Lempeng Total
Hasil 20x103 koloni/g
Standar Nasional Indonesia (SNI) 2,0x105 koloni/g
Setelah dilakukan uji cemaran mikroba (angka lempeng total) didapatkan banyaknya koloni sebesar 20 x 103 koloni/g, hasil ini cukup tinggi dikarenakan pada pembuatan produk tidak adanya pasteurisasi sehingga jumlah koloni yang tumbuh cukup banyak namun hasil ini masih memenuhi sayarat mutu SNI dimana standarnya 2,0 x 105. UJI ORGANOLEPTIK Parameter No Uji
Hasil tingkat kesukaan = 93 %
1
Uji Organoleptik
warna putih = 96 % rasa manis = 93 % aroma susu = 83 %
Uji organoleptik terhadap 40 orang panelis tidak terlatih mulai dari remaja putra dan putri, didapatkan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
KESIMPULAN Jadi dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan, kadar protein sebanyak 11,49%, kadar lemak sebanyak 7,98% dan angka lempeng total 20 x 103. Jadi es krim jamur tiram ini telah memenuhi syarat mutu SNI sehingga es krim jamur tiram ini layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. SARAN Disarankan kepada analis/peneliti yang ingin melanjutkan proyek ini agar bisa lebih membuat es krim dengan variasi lain dan tetap memeperhatikan nilai gizi. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Chairil. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan : Yogyakarta. Mulyono HAM, M.Pd. 2008. Membuat Reagen Kimia di Laboratorim. Bumi Aksara:Jakarta Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Penerbit Liberty. Yogyakarta Idris, S. 1992. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Perternakan Universitas Brawijaya. Malang Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2897-1992. Cara Uji Cemaran Mikroba. Badan Standarisasi Indonesia. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2891-1992. Uji Makanan Minuman. Badan Standarisasi Indonesia. Standar Nasional Indonesia.SNI 01-3713-1995. Es Krim. Badan Standarisasi Indonesia Sudarmaji, Slamet.dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta dan UGM : Yogyakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_tiram http://www.iptek.net.id/jamur Page 7
PEMBUATAN SIRUP MANGGIS dan ANALISISNYA (Garcinia mangostana L) 1Afridayanti,S.Pd, 2 Komariah 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Asia Tenggara. Sirup Manggis berupa minuman kesehatan dengan rasa lezat serta memiliki banyak manfaat bagi manusia terutama kulitnya. Dalam kulit manggis terkandung berupa senyawa xanthone yang berfungsi sebagai anti oksidan yang kuat untuk menambah dan mendukung sistem kekebalan manusia. Selain itu juga berkhasiat sebagai anti penuaan diri, mengobati serangan jantung, anti kanker dan tumor, serta baik untuk tulang dan gigi. Sirup merupakan salah satu bentuk alternatif produk yang dianjurkan, karena lebih tahan lama , mudah dicampur,dan diperkaya zat gizi. Komposisi dari sirup manggis yaitu daging buah manggis, kulit manggis, air, madu, gula aren. Manggis termasuk famili Guttiferae, daunnya berbentuk bundar memanjang, tebal dan mengkilat. Setelah produk dibuat dan dilanjutkan dengan analisis kandungan gizinya, maka didapatkan kadar gula 29,82%, kadar vitamin C 0,00375%, dan cemaran mikroba 1x10-2 ABSTRACT Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a kind of perpetual green trees of tropical regions that are believed from North Asia. Mangosteen syrup health is a drink with a delicious taste and has many benefits for humans, especially the skin. In the mangosteen peel contained a xanthone compound that serves as a powerful antioxidant to supplement and support the human immune system. It is also efficacious as an anti-aging self, treat a heart attack, anti-cancer and tumors, as well as good for the bones and teeth. Syrup is a form of alternative products that is recommended, because it is more durable, easily mixed and enriched nutrients. The composition of the mangosteen syrup is fruit mangosteen, mangosteen peel, water, honeyand palm sugar.Mangosteen is including in guttiferal family, elongated circular shaped leaves, thick and shiny. One the product is made and continued with the analysis of nutritional content, the sugar obtained 29,82%, 0,00375% vitamin C, and microbial contamination 1x10-2. PENDAHULUAN Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia dan Indonesia. Tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggis (Sumatera Barat). Tumbuh hingga mencapai 7 sampai 25 meter. Buahnya juga disebut manggis, berwarna Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Buah manggis dalam perdagangan dikenal sebagai "ratu buah", sebagai pasangan durian, si "raja buah". Berkat permintaan ekspor yang terus meningkat, dalam beberapa tahun terakhir manggis mulai dikebunkan. Tujuannya untuk dinikmati daging buahnya yang putih dan terasa segar di mulut. Menikmati daging buahnya boleh saja, tetapi kulitnya jangan dibuang. Sebab, sejak abad ke-13 di China, kulit buah manggis dipakai sebagai obat anti diare dan anti disentri. Page 8
Khasiat dan manfaat dari buah manggis diantaranya, pencegahan dan penyembuhan penyakit kanker. Sekarang ini sedang dilakukan penelitian tentang khasiat buah manggis terhadap penyakit-penyakit kanker. Hasil penelitian, ekstrak yang terdapat pada buah manggis dapat mencegah tumbuhnya sel-sel pada penderita leukimia, menahan laju perkembangan sel pada kanker paruparu, kanker hati, dan kanker usus. Mencegah penyakit mematikan, buah ini berkhasiat mengatasi penyakit yang dianggap berbahaya seperti diabetes, kanker, penyakit jantung, dan lainnya. Buah manggis juga berkhasiat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Seorang dokter di Amerika Serikat mengaku mengganti obat-obatan penghilang rasa sakit yang diderita di lehernya dengan mengkonsumsi buah manggis secara rutin, dan banyak lagi manfaat buah manggis lainnya. ( elitha - eri.net ) Buah yang berasa asam-manis ini tidak hanya menimbulkan sensasi kesegaran saja. Dibalik warnanya yang gelap dan kesegarannya tersimpan berbagai kandungan senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan. Pada umumnya masyarakat menyukai kesegaran buah manggis yang bertekstur halus dan putih. Manggis biasa diolah menjadi bermacam produk diantaranya sirup, teh, jus, dan lainnya. Salah satu hasil olahan manggis adalah sirup. Sirup merupakan minuman segar yang diproses dengan penambahan gula ke dalam bubur buah, untuk mengkonsumsi perlu pengenceran dengan air, baik air panas maupun dingin. Untuk perbaikan penampilan, sering ditambahkan pewarna dan bahan penstabil atau pengisi ke dalam sirup. Berdasarkan keterangan diatas, penulis tertarik untuk membuat sirup manggis yang berbahan dasar daging buah dan kulit buah manggis. METODA Metoda yang digunakan adalah uji hedonik terhadap tekstur, bau, rasa, dan warna dengan metoda organoleptik, penentuan kadar gula dengan metoda luff schoorl, penentuan kadar vitamin C secara iodimetri dan uji angka lempeng total dengan metoda TPC. EKPERIMENTAL Pengambilan Sampel Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Pengambilan bahan dasar pembuatan sirup berasal dari manggis yang dibeli di daerah gadut dipilih dari kondisi yang baik. Sampel untuk dianalisis diambil dari buah dan kulit manggis itu sendiri kemudian dipisahkan masing-masing komponennya. PEMBUATAN PRODUK Pembuatan sirup manggis Buah manggis segar sebanyak 2 kg, dipisahkan antara buah dan kulitnya lalu dimasak hingga sari buah menjadi kering dan biji terlepas dari daging buah kemudian disaring, tambahkan air 1L, tambahkan gula 1,25 g dan diaduk hingga kental selama 3-4 jam. Cuci bersih kulit manggis, buang bagian terluar yang keras, daging kulit dalam manggis dihancurkan dan diambil sebanyak 1 kg, lalu direndam didalam etanol 70% selama 24 jam, didapatkan cairan berlapis, lapisan pertama bewarna ungu dan lapisan kedua bewarna putih, diambil lapisan bewarna ungu ditambahkan ekstrak rosella 10mL dan madu 40mL, panaskan dengan suhu 90-95°C selama 10 menit, dinginkan dan tambahkan pewarna blackcurrant 1% seujung sendok. Campurkan buah manggis yang sudah kental dengan zat pewarna kulit manggis, aduk hingga rata, dinginkan, dan kemas dalam botol. Cara uji gula (SNI 01.2892-199) Persiapan sampel Ditimbang 2 gr sampel dengan teliti, masukkan ke dalam labu ukur 250 mL tambahkan sedikit aquadest dan kocok. Ditambahkan 5 mL Pb asetat setengah basa kemudian dikocok.Tambahkan 1 tetes (NH4)2 HPO4 10% (bila terbentuk endapan putih maka penambahan Pb asetat setengah basa sudah cukup).Tambahkan 15mL larutan (NH4)2 HPO4 10% untuk menguji apakah Pb asetat setengah basa sudah diendapkan seluruhnya, teteskan 1-2 tetes (NH4)2 HPO4 10% apabila tidak timbul endapan berarti penambahan (NH4)2 HPO4 10% sudah cukup.Kocok dan paskan dengan aquadest sampai tanda batas, homogenkan, didiamkan dan disaring hingga didapat filtrat (F1). Sebelum inversi Dipipet 10mL filtrate (F1) dan masukkan kedalam erlenmeyer. Pasang pendingin tegak pada mulut erlenmeyer lakukan refluk, waktu 3 menit sudah Page 9
mendidih. Panaskan terus selama 10 menit (pakai stopwatch) kemudian angkat dan segera didinginkan dalam bak berisi es (jangan digoyang). Setelah didinginkan tambahkan 25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20% (hati-hati terbentuk gas CO). Titrasi dengan larutan standar thio 0,1 N hingga kuning gading. Tambahkan 2 mL amilum 0,5% dititrasi kembali dengan larutan Thio 0,1N hingga TAT hilang warna biru (dicatat sebagai Vs). Lakukan titrasi secara duplo. Kerjakan penetapan blangko dengan 25mL aquadest dan 25 mL larutan luffschoorl (dicatat sebagai Vb). Sesudah inversi Dipipet 50 ml filtrate (F1) dengan pipet gondok masukkan kedalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan 25 mL HD 25% pasang thermometer dan lakukan hidrolisis di atas penangas air. Apabila suhu mencapai suhu 68°C-75°C pertahankan 10 menit tepat. Angkat dan bilas thermometer dan dinginkan. Tambahkan indicator pp, netralkan larutan tersebut dengan NaOH 30% ( dicek PH larutan menggunakan kertas pH universal). Jika sudah netral paskan sampai tanda batas dengan aquadest dan homogenkan. Dipipet 10mL larutan filtrate pindahkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 15mL aquadest, 25mL Luff schoorl dan batu didih kemudian refluk selama 10 menit. Pasang pendingin tegak pada mulut erlenmeyer lakukan refluk, waktu 3 menit sudah mendidih. Panaskan terus selama 10 menit (pakai stopwatch) kemudian angkat dan segera didinginkan dalam bak berisi es (jangan digoyangkan). Setelah didinginkan ditambah 25 mL H2SO4 25% dan 10mL larutan KI 20% (hati-hati terbentuk gas CO). Titrasi dengan larutan standar thio 0,1 N hingga kuning gading. Tambahkan 2 mL amilum 0.5% dititrasi kembali dengan larutan Thio 0,1 N hingga TAT hilang warna biru (dicatat sebagai Vs). Lakukan titrasi douplo. Kerjakan penetapan blangko dengan 25 mL aquadest dan 25 mL larutan luffschoorl (dicatat sebagai Vb). Penentuan kadar vitamin C Timbang 10 – 30 gram sampel sirup secara teliti dan masukkan ke dalam labu takar 100mL dan tambahkan air suling sampai tanda tera. Saring dengan cawan krus gooch atau dengan sentrifuse, untuk memisahkan filtratnya. Ambil 5 – 25 mL filtrate yang telah diperoleh dan masukkan ke dalam Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Erlenmeyer 125 mL. Tambah 2 mL larutan amilum 1% dan tambah 20 mL air suling kalau perlu. Kemudian dititrasi dengan 0,01 N standar lod kemudian yang mengandung 16gram KI perliter. Dilakukan titrasi secara duplo dan hitung kadar vitamin C. Uji angka lempeng total Ditimbang ± 1 gram sampel. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan pengencer BPW (larutan 10-1). Dipipet 1 mL larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW (larutan 10-2). Dipipet 1 mL larutan 10-2 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW (larutan 10-3). Dipipet masing-masing 1 mL larutan 10-2 dan 10-3 ke dalam masing-masing cawan petri (dilakukan duplo). Ditambahkan ke dalam cawan petri tersebut media PCA dan dibiarkan membeku. Kemudian diinkubasi semua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam incubator pada suhu 35 0C ± 1 0C selama 24 – 48 jam. Dihitung jumlah pertumbuhan koloni pada cawan petri yang mengandung 25 koloni sampai 250 koloni. Dihitung angka lempeng totalnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji Parameter Kadar Kadar gula 29,82% Kadar 0,00375% vitamin C Uji mikroba <3,0x102 1x102
Standar Min 30% 4,2-66 mg Max.10
Pembahasan Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil kadar gula sebesar 29,82%, apabila dibandingkan dengan SNI 01-2892-1991 sangat jauh dari standar karena sirup manggis ini tidak boleh memiliki kadar gula yang tinggi, apabila mengkonsumsi gula yang berlebihan pada manggis akan menyebabkan kadar gula seseorang itu meningkat. Pada manggis tersebut telah memilki antioksidan dalam kulit manggis yang dapat meregenerasi sel beta pankreas sehingga tubuh kembali memproduksi insulin yang cukup untuk mengendalikan gula darah (Dr.Paulus Herbalis di kota Tangerang). Page 10
Kadar vitamin C yag didapatkan dari hasil praktikum sebesar 0,00375%. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak, hasil praktikum memiliki nilai yang sangat rendah. Vitamin C memiliki sifat yang mudah rusak karena pemanasan yang terlalu lama dan mudah larut dalam air, sehingga mudah teroksidasi. (Guthrie 1983). Untuk kandungan cemaran mikroba pada sampel sirup sebanyak 3,0x102 - 1x102. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan didapat hasil uji kadar gula sebesar 29,82 %, kadar vitamin C sebesar 0,00375% dan cemaran mikroba 1x10-2. Dari data yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa produk sirup manggis ini dapat dikonsumsi dan dipasarkan. SARAN Pada sirup manggis tidak boleh menggunakan gula yang berlebihan karena akan menyebabkan kadar gula yang meningkat, sebaiknya untuk minuman yang bersifat kesehatan menggunakan gula dengan dosis yang rendah, agar orang-orang yang memiliki kelainan pada gula pun dapat menikmati sirup manggis ini. Pada sirup manggis pemanis yang diberikan sebaiknya alami seperti madu dan gula aren. Madu sebagai penambah stamina, penurun tekanan darah, dan mengatasi mual sedangkan gula aren untuk membantu kerja lambung dan hati. Olahan manggis yang dicampur dengan air putih dapat membantu meluruhkan endapan senyawa yang tidak tercerna diginjal.(Lina Mardiana, herbalis Yogyakarta)
Astawan. M. dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Penerbit Akademi Presindo, Jakarta. HIm. 42-46. Guthrie.1983. Introductory Nutrtion. USA : The CV. Mosby Company. Hftp://edwinms.blogdetik.com/ Http://usahasuksesmandiri.blogspot.com/2012/01/m anfaat-buah-manggis-untuk-kesehatan.html Http://www.juskulitmanggis.biz/ Kantor deputi menteri negara ristek dan teknologi, bidang pendayagunaan dan pemasyarakatan IPTEK. 2000. Teknologi Membangun UKM/IKM Daerah. Jakarta Nilma, dan Barwita Yuniana.2010.Modul Mikrobiologi Bilingual.Padang : Kementrian Perindustrian RI Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri. Standar Nasional Monesia.SNI No. 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman. Dewan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia.SNI No 01-0428-1989, Petunjuk pengambilan contoh padatan. Dewan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia SNI No 01-2892-1992, Cara uji gula. Dewan Standar Nasional Indonesia. Winarno R.G, Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta: Penerbit Sastra Hudaya.
DAFTAR PUSTAKA Andarwulan N, Koswara S. 1992. Kimia Vitamin. Jakarta : Rajawali. Anonymous. Pengolahan Hasil Pertanian Hortikultura. Wahana Informasi Teknologi Pasca Panen. Edisi 21, 14 Maret 2002. Teknopro, Subdit Teknologi Pengolahan Hasil Hortikultura. Ditjen BPPHP Departemen Pertanian. Arpah. 2001. Monograf Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan, Program Studi Ilmu Pangan, Program Pascasarjana, IPB Bogor. Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 11
PEMBUATAN DAN ANALISIS MANISAN KERING BUAH MANGGA (Mangifera indica) Darmus,A.Md.1 Silvia Herwandi2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Buah mangga memiliki rasa yang lezat dan komposisi gizi yang baik. Kandungan utama dalam buah mangga adalah air dan karbohidrat. Karbohidrat pada mangga terdiri dari gula sederhana, tepung, dan selulosa. Gula sederhana menyebabkan buah memiliki rasa manis dan dapat diubah menjadi tenaga yang dapat digunakan oleh tubuh. Mangga juga mengandung protein, asam sitrat, vitamin C, dan komponen lainnya. Dalam 100 gram buah mangga segar mengandung 44 kalori, 0,2 gram lemak, 11,2 kabohidrat,13 mg kalsium, 0,08 mg vitamin C. Manisan buah adalah buah yang diawetkan dengan gula. Tujuan pemberian gula dengan kadar yang tinggi pada manisan buah, selain untuk memberikan rasa manis, juga untuk mencegah tumbuhnya mikroorganisme (jamur, kapang). Dalam penelitian terhadap manisan buah mangga ini didapatkan kadar air 21,89 % , kadar gula sakarosa 41,80 %, vitamin C 0,0375 %, dan kapang/khamir dengan hasil 30 koloni/mL, serta dilakukan pula uji organoleptik. ABSTRACT Mango fruit has a delicious flavor and good nutrition composition. The main content of the fruit is the mango water and carbohydrates. Carbohydrates in mango consists of simple sugars, starch, and cellulose. Simple sugars cause the fruit has a sweet taste and can be converted into energy that can be used by the body. Mango also contains protein, citric acid, vitamin C, and other components. In 100 grams of fresh mango fruit contains 44 calories, 0.2 grams fat, 11.2 carbohydrates, 13 mg calcium, 0.08 mg of vitamin C. Candied fruit is fruit preserved with sugar. The purpose of the high sugar levels in the candied fruit, in addition to providing sweetness, as well as to prevent the growth of microorganisms (fungi, molds). In a study of the mango fruit preserves moisture content obtained 21.89%, 41.80% sucrose sugar levels, vitamin C 0.0375%, and fungi / yeast as 30 colonies / mL, as well as organoleptic test is also conducted. PENDAHULUAN Indonesia termasuk Negara yang beriklim tropis. Hal ini menyebabkan Indonesia kaya akan bermacam-macam buah-buahan. Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Warna buah cepat sekali berubah karena pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan proses pemanenan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga buah mudah menjadi busuk. Oleh karena itu untuk memperpanjang masa simpannya buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi produksi buah yang tidak laku terjual yang sering kali terjadi pada saat musim panen raya. Salah satu buah yang dapat diolah Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
untuk berbagai makanan dan minuman adalah buah mangga. Mangga merupakan salah satu buah-buahan tropis yang banyak dihasilkan di Indonesia. Buah ini termasuk lima besar buah berpotensi di Indonesia. Produksi mangga mencapai 400.000 ton per tahun. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, buah mangga juga dapat dikonsumsi dalam bentuk produk olahan (Erliza Hambali 2004). Meskipun mangga banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi mangga bukan tanaman asli Indonesia. Mangga yang berkembang di Indonesia diduga berasal dari India. istilah mangga itu sendiri berasal dari bahasa tamil, India, yaitu mankay atau manPage 12
gas. Dalam istilah botani, mangga disebut mangifera indica L. Di Indonesia. Mangga dapat tumbuh dengan baik didaerah dataran rendah dan tinggi. Oleh karena itu, buah mangga tersebar hampir diseluruh indonesia. Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbagai kesempatan. Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk buah-buahan yang paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan gula, dengan cara merendam dan memanaskan buah dalam madu. METODE Metode yang digunakan untuk menganalisis beberapa komponen dalam manisan buah mangga tersebut yaitu: uji organoleptik metode hedonik, penetapan kadar air metode thermogravimetri, penetapan kadar gula metode luff schoorl, penetapan kadar vitamin C metode yodimetri, uji mikroba kapang metode TPC (Total Plate Count) EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Sampel mangga dibeli di pasar Raya Padang sebanyak ± 2 Kg dengan memilih mangga dengan kualitas bagus. Kemudian sampel diolah menjadi produk makanan berupa manisan dan dibawa ke laboratorium Sekolah Menengah Analis Kimia Padang untuk dianalisis. UJI ORGANOLEPTIK Diambil manisan buah mangga, dicium untuk mengetahui bau sampel, dirasakan dengan lidah atau dicicipi sampel untuk mengetahui rasa sampel, dirasakan tekstur dari sampel dengan jari tangan (lunak, agak lunak, tidak lunak, dan sebagainya), uji ini dilakukan oleh 30 orang panelis tidak terlatih yang dipilih berdasarkan umur. PENETAPAN KADAR AIR Siapkan semua alat dan bahan. Dipanaskan dengan oven cawan penguap pada suhu 105 ºC selama 3 jam. Didinginkan cawan penguap di dalam desikator 15 menit. Ditimbang hingga diperoleh bobot konstan Setelah cawan penguap konstan ditimbang 2 gram sampel manisan buah mangga dengan neraca Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
analitik digital. Dipanaskan dalam oven 1050C selama 2 jam dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. Hitung kadar air. PENETAPAN KADAR GULA (DIHITUNG SEBAGAI SAKAROSA) Ditimbang sampel sebanyak 2 g dilarutkan dengan aquades ke dalam labu ukur 250 mL tambahkan air dan kocok, tambahkan 5 mL Pb asetat setengah basa, ditambahkan larutan (NH4)2HPO4 10% sebanyak 1-2 tetes, tambahkan 15 mL (NH4)2HPO4 10. Apabila timbul endapan berarti penambahan (NH4)2HPO4 10% sudah cukup, tambahkan aquades sampai tanda batas, homogenkan, diamkan beberapa menit dan saring. a. Sebelum inversi Dipipet 10 mL hasil saringan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades, ditambahkan 25 mL larutan luff schoorl, ditambahkan batu didih dan dipanaskan 10 menit mendidih, didinginkan dengan cepat, ditambahkan 25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL KI 20 %, ditutup dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna kuning gading, kemudian ditambahkan 1 mL amilum 0,5 % dan dititar kembali dengan thio 0,1 N sampai warna biru hilang, dilakukan juga pada blanko. b. Sesudah inversi Dipipet 50 mL hasil saringan, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL ditambahkan 25 mL HCl 25 %, ditambahkan batu didih dipasang thermometer, panaskan larutan diatas penangas air penangas airc selama 10 menit, dinginkan, dinetralkan dengan NaOH 30% paskan dengan aquades dan homogenkan, dipipet 10 mL larutan dengan pipet gondok dimasukkan ke dalam Erlenmeyer , tambahkan 25 mL larutan luff dan 15 mL aquades, batu didih dan panaskan selama 10 menit dan dinginkan, ditambahkan 25 mL H2SO4 25%, 10 mL KI 20 % dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna kuning gading, tambahkan 1 mL larutan kanji 0,5 % dan dititar kembali dengan larutan thio 0,1 N sampai warna biru hilang lakukan juga pada blanko. PENETAPAN KADAR VITAMIN C Timbang 10 gram sampel dan masukkan kedalam labu ukur 100 mL, dan tambahkan air suling sampai Page 13
tanda tera. Saring dengan cawan krus Goach atau dengan kertas saring, untuk memisahkan filtratnya. Ambil 25 mL, filtrat yang diperoleh dan masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. Tambah 2 mL indikator amilum 1 % dan tambah 20 mL air suling. Titrasi dengan Iod 0.01 N yang mengandung 16 gram KI per liter. Sampel
1. 2.
Gula sakarosa 41,17 % 42,44 %
Gula sakarosa rata – rata 41,80 %
(SNI 014443-1998) Manisan Pala Min. 25 %
UJI KAPANG METODE HITUNG CAWAN Ditimbang ± 1 gram sampel, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan pengencer PW (larutan 10-1), dipipet 1 mL larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan PW ( larutan 10-2 ), dipipet masing-masing 1 mL larutan 10-1 dan 10-2 ke dalam masing-masing cawan petri ( dilakukan duplo ), ditambahkan ke dalam cawan petri tersebut media PDA yang didalamnya sudah ditambahkan amoksilin dan dibiarkan membeku, kemudian diinkubasi ke dalam inkubator selama 5 hari (tanpa dibalik), dihitung jumlah pertumbuhan koloni kapang pada cawan petri tersebut (dapat dilakukan mulai hari ke tiga sampai ke lima), dilaporkan atau dicatat hasil sebagai jumlah khamir dalam satuan koloni /g contoh. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar air Sampel Kadar air rata- rata 1. 21,27% 21,89% 2. 22,52%
pangan karena mikroorganisme pembusuk tumbuh secara optimal pada kelembaban tinggi. Dari table diatas mengandung 21,89 % kadar air dari sampel 1 yang memiliki kadar air 21,27 % dan sampel 2 yang memiliki kadar air 22,52 % Rendahnya kadar air yang didapat dari standar mutu mengakibatkan daya tahan Manisan Mangga ini bisa tahan hingga 3 minggu. Sehingga produk ini masih aman dikonsumsi masyarakat umum jika lebih dari seminggu dari tanggal produksinya. PENETAPAN KADAR GULA JUMLAH (DIHITUNG SEBAGAI SAKAROSA) Gula yang biasa kita makan yang rasanya manis dalam tubuh dirubah menjadi energi karena itu tidaklah heran jika kita kekurangan gula, badan kita terasa lemas dan sebaliknya dengan gula kita akan terasa segar. Sukrosa diubah menjadi gula reduksi dan hasilnya dikenal sebagai gula invers. Kecepatan inversi dipengaruhi oleh suhu, waktu pemanasan dan harga pH dari larutan. Dari hasil dari praktikum yang dilakukan didapatkan kadar gula sakarosa pada sampel manisan sebesar 41,80 %. Hasil ini sesuai dengan standar yang digunakan yaitu SNI manisan pala (SNI 01-44431998) karena syarat mutu min. 25 % untuk kadar gula (dihitung sebagai sukrosa). Jadi kadar gula yang didapat sesuai degan SNI yang ada dan manisan mangga layak dikonsumsi oleh masyarakat. KADAR VITAMIN C
SNI maks. 40%
Kadar air suatu bahan menunjukkan jumlah air yang terkandung di dalamnya. Kadar air merupakan parameter penting untuk suatu produk. Kadar air mempengaruhi penampakan, tekstur, dan daya simpannya (Winarno, 1995). Semakin kecil kadar air dalam suatu bahan pangan, maka semakin lama daya tahan dari suatu bahan pangan. Hal ini diakibatkan karena mikrooganisme pembusuk tidak tumbuh secara optimal pada kelembaban rendah. Dan sebaliknya, semakin besar kadar air dalam suatu bahan pangan, maka semakin sebentar daya tahan dari suatu bahan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Sam pel
Kadar vitamin C
Kadar Literatur vitamin C rata-rata 1. 0,03984 %0,03754 0,06 % 2. 0,03524 % %
Sifat-sifat vitamin C : Mudah larut dalam air,sukar larut dalam eter dan kloroform, tidak tahan tehadap pemanasan, mudah rusak dengan adanya logam tembaga Cu++, dalam suasana asam, stabil, sedangkan dalam suasana netraal atau basa mudah rusak. Karena vitamin C tidak tahan terhadap pemanasan didapatkan hasil nya sebesar 0,03754 %.
Page 14
UJI KAPANG METODE HITUNG CAWAN Paremeter Uji Mikroba kapang
Hasil 30 koloni/g contoh
Fungi/kapang sangat memerlukan bahan pangan yang berbentuk zat organik untuk nutrisinya. Selain itu kapang juga dapat dipengaruhi oleh faktor dan keadaan lingkungan tertentu. Faktor suhu, kelembaban, pH, tempat tumbuh, zat penghambatan yang lain. Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan jumlah kapang per g sampel sebesar 30 koloni/g sampel. Jadi jumlah kapang dari produk manisan mangga ini sudah sesuai dengan standar SNI 01-4443-1998 yaitu maks.50 koloni/g sampel. UJI ORGANOLEPTIK No . 1.
2. 3.
4. 5.
Parameter uji Uji tekstur Lunak Agak lunak Uji Bau Bau mangga Uji warna Kuning kecoklatan Coklat Uji rasa Manis Uji hedonik Sangat suka Suka
% Panelis 73,33 26,66 80 50 50 100 23,33 76,67
Untuk uji tekstur, 73,33 % panelis menyatakan lunak, 26,66 % panelis menyatakan agak lunak terhadap manisan mangga. Untuk uji bau 50 % panelis menyatakan bau mangga. Untuk uji warna, 50 % panelis menyatakan warna coklat kekuningan dan 50 % panelis menyatakan warna coklat. Untuk uji rasa 100 % panelis menyatakan manis. Untuk uji hedonik, 23,33 % panelis sangat suka dan 76,67 % panelis suka terhadap produk manisan mangga ini. Data yang didapatkan beraneka ragam, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor penerimaan individu seperti umur, jenis kelamin, pendididkan, faktor sosial, masyarakat, waktu, dsb. Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulan : Untuk uji organoleptik terhadap manisan buah mangga yaitu: memiliki tekstur, bau, warna, dan rasa yang normal, selain itu produk memenuhi syarat sebagai manisan buah disukai dan diterima oleh panelis. Kadar air yang ada pada manisan buah mangga sebesar 21,89 %. Kadar gula yang pada manisan buah mangga sebesar 41,80 %. Kadar vitamin C pada manisan buah mangga sebesar 0,03754 % Kapang pada manisan buah mangga sebesar 30 koloni/g. Dari hasil yang didapat sesuai dengan SNI 014443-1998 (Manisan Pala) SARAN Penulis menyarankan agar adanya penelitian lebih lanjut dengan parameter lain yang belum diteliti. DAFTAR PUSTAKA Drs.M.P.Arief Prahasta..2010.Agribisnis mangga Bandung:CV. Pustaka Grafika. Standar Nasional Indonesia. 01-2892-1992. Cara uji gula. Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia. 01-4443-1998. Manisan pala. Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia. 3746:2008. Cara Uji Cemaran Mikroba. Badan Standarisasi Nassional. Standar Nasional Indonesia. 19-2896-1992. Cara Uji Cemaran Logam. Badan Standarisasi Nasional.
Page 15
ANALISIS DAN PEMBUATAN KERIPIK KACANG KEDELAI (Glycine max L.) DAN KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.) Yeni Hermayanti,M.Si 1, Sri Wahyuni 2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Keripik atau kripik adalah sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian, buah-buahan atau sayuran yang digoreng di dalam minyak nabati. Keripik tempe adalah tempe tipis yang digoreng kering seperti kerupuk. Teksturnya kering dan keras. Untuk meningkatkan nilai gizi dari keripik tersebut maka digunakan bahan baku kacang kedelai dan kacang tunggak dengan perbandingan 3:1, karena kacang kedelai dan kacang tunggak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Setelah produk dibuat dilanjutkan dengan analisis kandungan gizinya, yaitu kadar protein dengan metoda semi mikro kjedhal 22,77 %, kadar air secara thermogravimetri 1,67 %, uji kapang 0 koloni/gram atau negatif dan dari hasil pengujian organoleptik banyak panelis yang menyukai Keripik Tempe ini. Dapat disimpulkan hasil analisis keripik tempe sesuai dengan standar Keripik Tempe Goreng SNI 01-2602-1992. ABTRACT Chips or crackers is a kind of snack in the form of thin slices of tubers, fruits or vegetables fried in vegetable oil. Tempe crisps are fried thin dry like crackers. Its texture is dry and hard. To improve the nutritional value of the chips it uses raw materials soybean and cowpea with a ratio of 3:1, as soybean and cowpea contain nutrients needed by the body. Once the product is made followed by analysis of the nutritional content, the protein content by the method of semi-micro kjedhal 22.77%, water content 1.67% thermogravimetri, fungi testing 0 colonies / gram or negative and the results of organoleptic testing many panelists who like chips Tempe. Analysis can be concluded in accordance with the standards tempe chips Chips Fried Tempe SNI 01-2602-1992. PENDAHULUAN Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal diIndonesia. Makanan tersebut dibuat dengan cara fermentasi atau peragian. Tempe yang kita ketahui biasanya terbuat dari kacang kedelai yang difermentasi menjadi tempe. Tempe mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada umumnya tempe dibuat dari bahan dasar berupa kacang kedelai, namun kali ini penulis melakukan variasi pembuatan tempe berbahan dasar kacang kedelai dan kacang tunggak dengan perbandingan 3:1 selanjutnya dijadikan keripik tempe kacang kedelai dan kacang tunggak. Biji kacang kedelai (Glycine max L.) 100 gramnya mengandung Energi 1.866 kj (466 kkal ), karbohidrat 3,0 gr, gula 7,33 gr, diet serat 9,3 gr, lemak 19,94 gr, protein 36,49, air 8,54 gr, kalsium 277 mg (28 %) dan nutrisi lainnya. Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Kacang tunggak atau kacang tolo (Vigna unguiculata L.) 100 gramnya mengandung 10 gr air, 22 gr protein, 1,4 gr lemak, 51 gr karbohidrat, 3,7 gr vitamin, 3,7 gr karbon, 104 gr kalsium dan nutrisi lainnya. Energi yang dihasilkannya sekitar 14200 kj/ 100 gr. Pada biji yang masih muda dalam 100 gr mengandung 88,3 air, 3 gr protein, 7,9 gr karbohidrat, 0,2 gr lemak, 1,6 vitamin, 0,6 karbon dan energi yang dihasilkannya sekitar 155 kj/100 gr (van der maesen dan Somaatmaja,1993 ). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai gizi kacang tunggak hampir sama dengan kacang kedelai sehingga dapat diganti sebagai pengganti kacang kedelai. Nilai gizi yang tinggi dan harga yang relatif murah menjadikan kacang tunggak sebagai bahan makanan sumber protein nabati untuk mencukupi kebutuhan gizi dalam masyarkat. Page 16
Umumnya di Sumatera Barat kacang tunggak digunakan sebagai bahan tambahan pencampur rendang. Pada saat produksi melimpah harga kacang tunggak menjadi murah, sehingga keuntungan yang didapat petani menjadi rendah. Tidak demikian halnya jika kacang tunggak dapat diolah menjadi produk yang dapat lebih memiliki nilai tambah dengan cara pembuatan keripik tempe dari campuran kacang tunggak dan kacang kedelai. Keripik tempe adalah tempe tipis yang digoreng kering seperti kerupuk. Teksturnya kering dan keras. Apabila disimpan ditempat yang kering dan bersih, keripik tempe dapat tahan disimpan sampai beberapa minggu. Pembuatan keripik tempe ini, dapat memberikan nilai tambah, juga merupakan salah satu cara dalam melaksanakan program pemerintah daerah guna peningkatan ketahanan pangan serta mengembangkan industri pengolahan pangan sumber protein. Dengan mengolah kacang kedelai dan kacang tunggak menjadi keripik diharapkan kacang tunggak tidak hanya dapat dinikmati dan dijadikan sebagai campuran rendang saja tetapi dapat juga dinikmati menjadi keripik tempe. METODA Metoda yang digunakan untuk penentuan Kadar Air adalah Thermogravimetri, untuk Uji Kapang adalah Hitung Cawan, Kadar Protein adalah semi mikro kjedhal dan Uji Organoleptik adalah Hedonik. EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Sampel adalah kripik tempe yang dibuat dari kacang kedele dan kacang tunggak dengan perbandingan 3 : 1. Sampel keripik tempe kacang kedelai dan kacang tunggak, dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan alu selanjutnya ditimbang sesuai dengan keperluan analisis. PENENTUAN KADAR AIR Cawan penguap kosong dimasukan kedalam oven dengan suhu 100 – 105 0C selama 1 jam. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang cawan penguap sampai konstan. Ditimbang dengan seksama 2 gram cuplikan pada cawan penguap yang sudah diketahui bobotnya .Dikeringkan pada oven suhu 105 0 C, selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator, selam 15 menit,
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
ditimbang sampai berat konstan kemudian hitung sesuai dengan rumus. 𝑊
Kadar Air = 𝑊1 x 100% 2
PENENTUAN ANGKA UjI KAPANG Homogenisasi sampel Persiapan sampel dilakukan dengan menimbang 1 gram sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan BPW steril ( pengenceran 10-1 ). Dipipet 10-1 sebanyak 1 ml, dimasukan kedalam kuvet yang berisi 9 ml larutan pengencer BPW steril ( pengenceran 10-2) lakukan sampai 10-3. Pemeriksaan Angka Uji Kapang Sampel dipipet 1 ml larutan 10-2 dan 10-3 dan dimasukan kedalam cawan petri steril dan lakukan duplo. Dimasukan kedalam cawan petri, tuang media PDA (Plate Deхtrosa Agar) sebanyak 12-15 ml yang telah dicairkan pada suhu 45 0C dalam waktu 15 menit dari pengencer pertama. Digoyangkan Cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyangkan ke depan dan kebelakang serta kekanan dan kiri) hingga contoh tercampur rata dengan perbenihan. Dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku. Setelah beku, dibungkus dengan posisi terbalik dan inkubasikan dalam inkubator pada suhu kamar 25 0 C selama 4 – 7 hari. Dicatat pertumbuhan koloni setiap cawan yang tumbuh. Dihitung angka uji kapang dalam 1 gram dengan mengalikan jumlah koloni kapang pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan. PENENTUAN KADAR PROTEIN Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan Natrium Boraks 0,01 N Kristal Natrium Boraks ditimbang dengan tepat dan teliti untuk konsentrasi 0,01 N. Larutan dalam labu ukur 100 ml dengan aquadest dan paskan sampai tanda batas. Larutan dipipet 10 ml dengan pipet gondok masukkan dalam Erlenmeyer. Tambahkan 25 ml aquadest dan 2-3 tetes indicator MM. Titrasi dengan larutan HCl sampai TAT Orange. Catat volume penitaran, lakukan duplo. Selanjutnya tentukan kosentrasi HCl. Tahapan Penentuan Kadar Protein Destruksi Campuran selen dibuat dengan menimbang 2,5 gram selen, 100 gram K2SO4 dan 20 gram Page 17
CuSO4.5H2O, kemudian semua zat dicampurkan dan homogenkan.Sampel ditimbang sebanyak 0,5100 gram secara teliti dengan menggunakan neraca analitik. Sampel yang telah ditimbang di masukkan kedalam labu kjedhal. Campuran selen ditimbang 2 gram dengan neraca kasar ,kemudian ditambahkan campuran selen pada sampel dalam labu kjedhal, kemudian, H2SO4 pekat ditambahkan sebanyak 25 ml dan beberapa batu didih kedalam labu kjedhal. Proses destruksi dilakukan diatas nyala api kompor gas dengan api kecil ,dimana labu kjedhall dipasang miring 450 pada standar dan klem saat proses destruksi berlangsung. Api kompor gas dapat dibesarkan setelah pemanasan sekitar 15 menit dan kocok larutan yang di destruksi setiap 15 menit. Destruksi dihentikan jika warna larutan telah berubah menjadi hijau jernih. Jika larutan telah hijau jernih ,hentikan proses destruksi dan dinginkan. Apabila larutan telah dingin, pindahkan kedalam labu ukur 100 ml. Bilas terlebih dahulu labu kjedhal dengan aquadest hingga bersih. Encerkan larutan dengan aquadest dan paskan sampai tanda garis, paskan dan homogenkan. Destilasi Sampel dipipet 5 ml dengan pipet gondok, selanjutnya dimasukkan kedalam labu suling, tambahkan 2 – 3 tetes indicator pp. Alat destilasi disiapkan dan dipasang mulai dari labu suling, pendingin lurus dan erlenmeyer dan hubungkan dengan sumber air menggunakan selang air. Tambahkan 5 ml larutan NaOH 30% dengan pipet takar kedalam labu suling. Erlenmeyer untuk menampung destilat diisi 10 ml H3BO3 2% dan 3 tetes indicator MM, proses destilasi dapat dihentikan pada saat warna destilat didalam erlenmeryer telah berwarna kuning. Pendingin lurus dibilas dengan aquadest dan hasil bilasan ditampung pada destilat tersebut. Tahap titrasi Buret diisi dengan larutan HCL 0,01 N, kemudian titar dengan destilat tersebut. Titrasi dilakukan hingga warna sampel berubah menjadi orange (TAT). Catat volume penitaran. Lakukan hal yang sama seluruh tahapan untuk blangko. Hitung kadar protein dengan rumus : Kadar Protein =
( 𝑽𝒔−𝑽𝒃 ). 𝑵 𝑯𝑪𝒍 . 𝟎,𝟎𝟏𝟒 . ƒ𝒌 . ƒ𝒑 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
x 100 %
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik) Sampel diperiksa dengan uji hedonik (tingkat kesukaan) terhadap rasa, warna dan tekstur. Uji dilakuakan oleh 30 orang panelis tidak terlatih. Dibuat tabel pengujian untuk mewakili respon dari masing-masing panelis. HASIL DAN PEMBAHASAN KADAR AIR Tabel 1. Hasil kadar air Percobaan Hasil Percobaan I
1.83 %
Percobaan II
1.50 %
Rata-rata
1.67 %
SNI Maksimal 3%
Dari tabel data diatas kadar air yang di peroleh pada sampel lebih kecil dari syarat mutu kadar air keripik tempe goreng yang terdapat SNI 01-26021992, bahwa standar penetapan kadar air dalam keripik tempe goreng maksimal 3 %. Semakin sedikit jumlah air yang dikandung maka kualitas kripik baik ini terkait dengan hasil kapang. UJI KAPANG Tabel 2. Hasil Uji Kapang Jumlah koloni per N pengenceran Hasil SNI O PengenPengenceran 10-2 ceran 10-3 I 0 0 Maks. 0 104 II 0 0 Dari tabel diatas didapat angka kapang pada keripik sebesar 0 koloni/g lebih kecil dari standar mutu berdasarkan SNI 01-2602-1992. Hal ini terkait dengan hasil kadar air yang terkandung didalam sampel cukup kecil sehingga dapat menekan pertumbuhan kapang. Semakin sedikit jumlah kapang yang diperoleh semakin baik kualitas sampel. KADAR PROTEIN Tabel 3. Hasil Protein Percobaan Hasil Percobaan I
26,38 %
Percobaan II
19,16 %
Rata-rata
22,77 %
SNI Minimal 20 %
Page 18
Dari tabel data di atas kadar protein pada keripik kacang kedelai dan kacang tunggak dengan perbandingan 3:1 adalah 22,77%, hasil ini telah memenuhi standar yaitu min 20 %. Jadi, dengan perbandingan 3:1 hasil protein yang didapat memenuhi standar dari SNI 01-2602-1992 yaiyu SNI keripik tempe goreng. Semakin besar jumlah protein yang diperoleh semakin baik kualitas sampel dan akan semakin tinggi pula nilai gizi dari suatu makanan.
UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik) No. Kriteria Hasil (%) 1. Tekstur 1.1 Kurang renyah 6.67 1.2 Agak renyah 3.34 1.3 Tidak renyah 3.34 1.4 Renyah 80.00 1.5 Sangat renyah 6.67 2 Rasa 2.1 Agak suka 6.67 2.2 Suka 80.00 2.3 Sangat suka 13.33 3 Warna Kuning muda
Hasil uji hedonik sebanyak 30 panelis menyatakan, 80 % menyatakan suka, 13.33 % menyatakan sangat suka, 6,67 % menyatakan agak suka, 80 % menyatakan tekstur keripik ini renyah, 6,67 % menyatakan sangat renyah, 3,34 % menyatakan tidak renyah, 6,67 % menyatakan kurang renyah, 3,34 % menyatakan agak renyah dan untuk rasa dan panelis menyatakan keripik berwarna kuning muda. Hasil uji sesuai dengan standar mutu berdasarkan SNI 01-2602-1992. Jadi, produk keripik tempe kacang kedelai dan kacang tunggak ini diakukai oleh konsumen dengan tekstur yang renyah. KESIMPULAN Dari pratikum yang telah dilakukan pada sampel keripik dari kacang kedelai (Glicine max L.) dan kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) dengan perbandingan 3 :1, maka didapatkan hasil kadar air dengan metoda thermogravimetri sebesar 1,67 %, kapang dengan metoda hitung cawan 0 koloni / g sampel, dan kadar protein dengan metoda semi mikro kjedhal 22,67 %. Dari uji organoleptik yang dilakukan bahwa sampel keripik tempe kacang Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
kedelai berwarna kuning muda, teksturnya renyah dan panelis menyukainya. Data diatas menunjukkan Kripik tempe memenuhi syarat SNI 01-2602-1992, sehingga produk keripik tempe goreng dari kacang kedelai dan kacang tunggak ini dapat menjadi alternative makanan olahan dan dapat dipasarkan. SARAN Dapat dikembangkan lagi bahan makanan olahan berbahan dasar kedele yang divariasikan dengan kacang-kacangan yang ada di Indonesia sehingga dengan naiknnya harga kedele tidak memberatkan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Chalimatus Sa’diyah, Ersi Herliana. 2009. Membuat Keripik Tempe Aneka Rasa. Depok : Penebar Swadaya. Elizarni, dan Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik. SMAK. Padang. Gusti, Eli danYeni Hermayanti. 2006. Modul Analisis Proksimat. SMAK. Padang http://www.scribd.com/doc/25442764/Farid-AswanPengaruh-Frekuensi-Penyiraman Terhadap-Pertumbuhan-Dan-HasilKacang-Tunggak (diakses tanggal 26 desember 2006). Http:// alfisophian. Blogspot. Kapang. Com. Http://eemoo-esprit.blogspot.com /2010/10/ kandungan-gizi-kacang kedelaisoybeanhtml (diakses 10 juni 2009). Nilma,Yuniana,barwita. 2010. Mikrobiologi Bilingual. Padang : SMAK Sarwono, B. 2000. Membuat Tempe dan Oncom.Jakarta : Penebar Swadaya. Standar Nasional Indonesia.SNI 01-2602-1992. Keripik Tempe Goreng. Dewan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia. SNI 3144:2009.Tempe Kedelai .Dewan Standarisasi Nasional. Sudarmaji Slamet,dkk. 2003. Prosedur Dan Analisa Untuk Bahan Makanan dan pertanian. Liberty: Yogyakarta. Winarno,F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi . PT Gramedia Pustaka Utama . Jakarta. Yeniza, 2005. Analisis Gravimetri. SMAK. Padang.
Page 19
ANALISIS DAN PEMBUATAN KERIPIK BENGKUANG ( Pachyrhizus erosus (L) RASA COKLAT Barwita Yuniana, M.Si1 , Jeni Novita Sari.2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Bengkoang (Pachyrhizus Erosus L) merupakan komoditas hortikultura (budidaya tanaman kebun) yang mudah rusak setelah panen. Penanganan segar yang tidak tepat menyebabkan komoditas tersebut kurang laku di pasarkan. Pemanfaatan umbi bengkoang dalam bentuk produk olahan keripik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pemanfaatannya dan sekaligus menaikan nilai tambah.Metode yang digunakan pada analisis ini yaitu metode thermogravimetri untuk kadar air metode mikro kjedahl untuk kadar protein, metode iodimetri untuk kadar vitamin C dan metode TPC untuk cemaran mikroba. Dari analisis yang dilakukan didapatkan kadar air sebesar 3,675%; kadar protein sebesar 1,51%; kadar vitamin C sebesar 0,26 % dan Uji cemaran Mikroba (ALT) sebesar 5.102 koloni/gram. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keripik bengkuang rasa coklat layak untuk dikonsumsi. ABTRACT Bengkoang (Pachyrhizus ErosusL) is a horticulture(cultivation of garden plants) thatare easily damaged after harvest. Improper handling of fresh causethe commodity to be waste not the market. Utilization bengkoang bulbsin the formof processed products chipsis one way to improve utilization and simultaneously raise the value added. The method used in this analysisis a method for moisture content thermogravimetri kjedahl micro method for protein content, iodimetri method for vitamin Cand TPC method for microbial contamination. Obtained from the analysis conducted for moisture content 3,675%; protein content of 1,51%; levels of vitamin C 0,26 %, andthusbe able to ALT 5.102 koloni/gram for the tyam chocolate chips suitable for consumption. PENDAHULUAN Bengkuang (Pachyrhizus Erosus (L) ) tergolong jenis umbi-umbian yang tumbuh di daerah daratan rendah beriklim sedang atau panas, memiliki rasa dan aroma yang tidak menonjol dan memberikan efek mendinginkan pada tubuh jika dimakan. Manfaat dari tanaman bengkuang ini sangat banyak diantaranya adalah: 1) umbi bengkuang mengandung inulin yang tidak dapat dicerna sehingga dapat digunakan sebagai pengganti gula, 2) dapat diolah sebagai bahan makan, 3) sebagai bahan dasar obat untuk penyakit kanker, diabetes mellitus, nyeri perut, 4) sebagai bahan dasar kosmetik. Sumatera Barat memiliki potensi bengkuang yang cukup banyak, dimana produksi terbanyak terdapat di Kota Padang dengan produksi setiap 4 kecamatan dari 11 kecamatan yang ada di kota Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
padang dengan produksi setiap tahunya rata-rata 2.834 ton (Sumbar Dalam Angka,2004). 4 kecamatan yang dimaksud yaitu, Kec. Kuranji, Kec. Pauh, Kec. Nanggalo dan Kec. Koto Tangah. Besarnya produksi bengkuang menyebabkan Kota Padang terkenal sebagai Kota Bengkuang. Selama ini bengkuang dari segi pemanfaatannya hanya dikosumsi dan dijual dalam bentuk fresh fruit atau dimakan segar atau dibuat rujak. Pada saat produksi melimpah harga bengkuang menjadi sangat murah sehingga keuntungan yang didapat petani menjadi sangat rendah.Tidak demikian halnya jika bengkuang diolah lebih lanjut, dimana bengkuang dapat lebih memiliki nilai tambah apabila bengkuang diolah menjadi berbagai produk yang sesuai dengan komposisi yang dikandungnya yaitu mengandung kadar air , karbohidrat dan serat Page 20
yang tinggi dengan rasa yang manis ,tekstur yang renyah serta aroma khas disamping terdapat komponen aktif yang bersifat mendinginkan dan memutihkan sehingga bengkuang dapat digunakan dalam industri kosmetik dan bahan baku obatobatan. Pembuatan produk olahan dari bengkuang perlu dilakukan mengingat bahwa pada saat panen raya harga bengkuang sangat murah dan sifatnya yang perishabel (mudah rusak ), sehingga perlu diolah lebih lanjut dalam bentuk produk yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pembuatan keripik bengkuang misalnya, dapat memberikan nilai tambah, juga merupakan salah satu cara dalam melaksanakan program pemerintah daerah guna peningkatan ketahanan pangan serta mengembangkan industri pengolahan pangan berbasis potensi bahan baku daerah. Dengan pengolahan bengkuang menjadi keripik diharapkan bengkuang tidak hanya dapat dinikmati dan dijadikan sebagai oleh-oleh dalam bentuk segar tetapi bengkuang dapat dinikmati dalam keripik bengkuang. METODA Metoda yang digunakan untuk uji cemaran mikroba adalah TPC, untuk Uji Vitamin C adalah Iodimetri, Uji Kadar Air adalah Thermogravimetri dan Uji Organoleptik adalah Hedonik. EKSPERIMENT Pengambilan Sampel Sampel keripik bengkuang, dihaluskan dengan menggunakan lupang dan alu.Ditimbang sampel sesuai dengan keperluan analisa. PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL Homogenisasi sampel Dilakukan persiapan sampel. Ditimbang 1 gram sampel dan dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan BPW steril (pengenceran 10-1).Dipipet 10-1 sebanyak 1 ml, dimasukan kedalam kuvet yang berisi 9 ml larutan pengencer BPW steril (pengenceran 10-2) lakukan sampai 10-3. Pemeriksaan Angka Lempeng Total Dipipet 1 ml larutan 10-2 dan 10-3 dan masukan kedalam cawan petri steril dan lakukan duplo. Dimasukan kedalam cawan petri, tuang media PCA (Plate coun Agar) sebanyak 12-15 ml yang telah Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
dicairkan yang bersuhu 45 0c dalam waktu 15 menit dari pengencer pertama. Digoyangkan Cawan petri dengan hati-hati (putar dan goyangkan ke depan dan kebelakang serta kekanan dan kiri) hingga contoh tercampur rata dengan perbenihan. Dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku. Setelah beku, dibungkus dengan posisi terbalik dan inkubasikan dalam inkubator pada suhu 35 0 C selam 24-48 jam. Dicatat pertumbuhan koloni setiap cawan yang mengandung 25-250 kolioni setelah 24 jam. Dihitung angka lempeng total dalam 1 gram dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktro pengenceran yang digunakan. PENENTUAN KADAR VITAMIN C Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,1 N dengan Kalium Dikromat 0,1 N Kristal K2Cr2O7 ditimbang dengan tepat dan teliti untuk konsentrasi 0,1N. Larutan dalam labu ukur 100 ml dengan aquadest dan paskan sampai tanda batas. Larutan dipipet 10 ml dengan pipet gondok masukkan dalam Erlenmeyer 250 ml.Tambahkan 25 ml aquadest, 25 ml larutan HCl 4 N dan 10 ml Larutan KI 10 %.Titrasi dengan Lar. Thio Sulfat sampai terbentuk warna kuning gading lalu tambahkan indikator amilum 1% sebanyak 1 ml.Titrasi kembali dengan Lar.Thio Sulfat sampai tepat hilang warna biru hilang.Baca volume penitaran. Standarisasi I2 0,01 N dengan Natrium Thio Sulfat Pipet 10 ml thio sulfat kedala erlenmeyer 250 ml.Tambahkan 25 ml aquades dan 1 ml amilum.Titar dengan Lar.Thio Sulfat sampai terbentuk warna biru.Penitaran dilakukan duplo. Penentuan Kadar Vitamin C Keripik yang telah dihaluskan ditimbang 10 gram sampel yang sudah dihaluskan dengan teliti dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml.Ditambahkan aquades sampai tanda batas dan homogenkan.Dipipet 10 ml filtrat dengan pipet gondok kedalam erlenmeyer 250 ml.Ditambahkan 25 ml aquades dan1 ml indikator amilum 1 % .Titrasi dengan larutan standar I2 0,01 N sampai terbentuk warna biru.
Page 21
PENENTUAN KADAR AIR Cawan penguap kosong dimasukan kedalam oven dengan suhu 100-105 0C selama 1 jam. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang cawan penguap sampai konstan. Ditimbang dengan seksama 1 gram cuplikan pada cawan penguap yang sudah diketahui bobotnya. Dikeringkan pada oven suhu 105 0 c, selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator, selam 15 menit. Ditimbang sampai konstan. PENENTUAN KADAR PROTEIN Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan Natrium Boraks 0,01 N Kristas Natrium Boraksditimbang dengan tepat dan teliti untuk konsentrasi 0,01N. Larutan dalam labu ukur 100 ml dengan aquadest dan paskan sampai tanda batas. Larutan dipipet 10 ml dengan pipet gondok masukkan dalam Erlenmeyer. Tambahkan 25 ml aquadest dan 2-3 tetes indicator MM. Titrasi dengan larutan HCl sampai TAT Orange. Catat volume penitaran. Penentuan Kadar Protein Tahap destruksi Campuran selen dibuat dengan menimbang 2,5 gram selen ,100 gram K2SO4 dan 20 gram CuSO4.5H2O, kemudian semua zat dicampurkan dan homogenkan. Sampel ditimbang sebanyak 0,5100 gram secara teliti dengan menggunakan neraca analitik .Sampel yang telah ditimbang di masukkan kedalam labu kjedhal. Campuran selen ditimbang 2 gram dengan neraca kasar ,kemudian ditambahkan campuran selen pada sampel dalam labu kjedhal. H2SO4 pekat ditambah 25 ml dan beberapa batu didih kedalam labu kjedhal. Proses destruksi dilakukan diatas nyala api kompor gas dengan api kecil ,dimana labu kjedhal dipasang miring 450 pada standard dan klem saat proses destruksi berlangsung. Api kompor gas dapat dibesarkan setelah pemanasan sekitar 15 menit dan kocok larutan yang di destruksi setiap 15 menit. Destruksi dihentikan jika warna larutan telah berubah menjadi hijau jernih. Jika larutan telah hijau jernih ,hentikan proses destruksi dan dinginkan. Apabila larutan telah dingin ,pindahkan kedalam labu ukur 100 ml. Bilas terlebih dahulu labu kjedhal dengan aquadest hingga bersih. Encerkan larutan dengan aquadest dan paskan sampai tanda garis, paskan dan homogenkan. Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Tahap destilasi Pipet 5 ml sampel dengan pipet gondok , dan dimasukkan kedalam labu suling ,tambahkan 2-3 tetes indicator pp. Pasang dan siapkan semua alat destilasi mulai dari labu suling , pendingin lurus dan erlenmeyar dan hubungkan dengan sumber air menggunakan selang air. Tambahkan 5 ml larutan NaOH 30% dengan pipet takar kedalam labu suling. Erlenmeyer untuk menampung destilat diisi 10 ml H3BO3 2% dan 3 tetes indicator MM. Mulut labu suling ditutup dengan gabus ,destilasi larutan tersebut . proses destilasi dapat dihentikan pada saat warna destilat didalam erlenmeryer telah berwarna kuning. Pendingin lurus dibilas dengan aquadest dan hasil bilasan ditampung pada destilat tersebut. Tahap titrasi Buret diisi dengan larutan HCL 0,01 N ,kemudian titar dengan destilat tersebut. Titrasi didilakukan hingga warna sampel berubah menjadi orange (TAT). Catat volume penitaran. UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik) Diperiksa sampel dengan uji hedonik (tingkat kesukaan) terhadap bau, rasa, warna dan tekstur. Uji dilakuakan oleh 30 orang panelis tidak terlatih. Dibuat tabel pengujian untuk mewakili respon dari masing-masing panelis. HASIL DAN PEMBAHASAN UJI ANGKA LEMPENG TOTAL Jumlah koloni per pengenceran N Pengenceran 10- Pengenceran 102 3 O I 6 0 II 4 0
Hasil
5.102
Dari uji ALT didapatkan nilai ALT keripik sebesar 5.102 koloni/g lebih kecil dari standar mutu berdasarkan SNI 01-4305-1996. Hal ini disebabkan karena sampel cukup kering, sehingga dapat menekan pertumbuhan mikoroba dan juga mikroba akan mati pada saat penggorengan. Semakin sedikit jumlah mikroba yang terdapat didalam suatu bahan, maka kualitas sampel akan semakin baik dan daya simpan bahan akan semakin lama.
Page 22
UJI KADAR VITAMIN C Dari hasil analisa diperoleh kadar Vitamin C sebesar 0,26 %. Berdasarkan literatur vitamin C yang terdapat didalam buah bengkuang 14 g – 21 g (http:// repository. usu.ac.id). Kecilnya kadar vitamin C yang diperoleh di sebabkan karena vitamin mudah hilang jika kena panas yaitu pada saat pengukusan, penjemuran dan penggorengan dan vitamin C larut di dalam air. UJI KADAR AIR NO Percobaan
Hasil
1
Percobaan I
3,66 %
2
Percobaan II
3,69 %
Rata-rata
3,675 %
Dari hasil analisis yang diperoleh kadar air keripik, yaitu, 3,675 % lebih kecil dari standar mutu berdasarkan SNI 01-4305-1996. Semakin sedikit jumlah air yang diperoleh semakin baik kualitas sampel dan akan semakin lama masa simpan sampel. UJI KADAR PROTEIN NO Percobaan
Hasil
1
Percobaan I
1,57 %
2
Percobaan II
1,45 %
Rata-rata
1,51 %
Dari hasil analisa diperoleh kadar protein sebesar 1,51 % lebih besar berdasarkan literatur kandungan protein 1,47 % (Anonim, 1996)Cit Yeni. Hal ini disebabkan adanya penambahan coklat pada keripik. UJI ORGANOLEPTIK (Uji Hedonik) No. Kriteria Hasil (%) 1. Tekstur 1.1 Kurang renyah Agak renyah 1.2 Renyah Sangat renyah 93,3 1.3 6,67 1.4 2 Rasa 2.1 Agak suka Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
2.2 2.3 3 4
Suka Sangat suka Bau Warna
66,67 33,33 Coklat Coklat
Hasil uji hedonik sebanyak 30 panelis menyatakan, 66,67 % menyatakan suka, 33,33 % menyatakan sangat suka, 93,3 % menyatakan tekstur keripik ini renyah, 6,67 % menyatakan sangat renyah dan untuk rasa dan bau panelis menyatakan keripik berwarna coklat dan beraroma coklat. Hasil uji sesuai dengan standar mutu berdasarkan SNI 014305-1996. Jadi, produk keripik bengkuang rasa coklat dikukai oleh konsumen dengan tekstru yang renyah. KESIMPULAN Dari pratikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa keripik bengkuang rasa coklat yang dibuat dan dianalisis oleh penulis baik untuk dikonsumsi sehari-hari. Dilihat dari hasil pratikum yang diperoleh didapat hasil dimana Uji Hedonik (tingkat kesukaan) dengan kriteria sangat suka, Kadar Air sebesar 3,675 %, Kadar Protein sebesar 1,51 %, Kadar Vitamin C sebesar 0,26 % dan Uji cemaran Mikroba (ALT) sebesar 5.102 koloni/gram , hasil yang diperoleh sesuai dengan standar mutu SNI 01-4305-1996. Berdasarkan uji Hedonik dapat disimpulkan bahwa produk yang di ujikan kepada panelis sebanyak 30 orang sebanyak 66,67 % menyatakan suka, 33,33 % menyatakan sangat suka, 93,3 %menyatakan tekstur keripik ini renyah, dan 6,67 % menyatakan sangat renyah. Jadi, produk keripik bengkuang rasa coklat dikukai oleh konsumen dengan tekstru yang renyah. SARAN Kepada masyarakat disarankan untuk mengkonsumsi bengkuang baik dalam bentuk alami ataupun dalam bentuk alternatif olahan lainya. Dalam hal ini penulis menjadikan bengkuang menjadi produk olahan berupa keripik bengkuang rasa coklat. Oleh sebab itu, penulis menyarankan bagi masyarakat yang tidak/kurang suka dengan buah bengkuang dalam bentuk segar kini dapat menikmati dalam makanan olahan berupa keripik bengkuang.
Page 23
DATAR PUSTAKA Anonim. 1996. Daftar Komposisi Makanan. Direktorat Gizi. Departemen Kesehatan RI. Anonim. 2000. Keripik Buah yang Renyah dan Bergizi. http://indomedia.com/. Baedhowie.M dan Sri dranggonowati,B.Sc.1982. Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil Pertanian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Emma. S.W. 2007. Bengkuang Si Umbi Penyejuk. http://www.yahoo.com/Blog Gizi dan Kesehatan http://id.wikipedia.org/wiki/keripik.2012 http://mawarmawar.wordpress.com.2009 http://myworldfisheries.blogspot.com/2011/03/penen tuan-total-plate-count angka.html. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2352 9/5/Chapter%20I.pdf.2010 http://www.catatanistri.com/kesehatan/sehat-denganumbi-bengkuang.html.2010 Moestafa, Tiurlan.F.H dan Sumarsi. 1997. Isolasi Pati Baengkuang dan Standardisasinya untuk Keperluan Industri Kosmetik. BBPPIHP. Bogor. Slamet Sudarmadji dan Bambang Haryono Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Standar Nasional Indonesia. SNI No. 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Dewan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia. SNI No. 01-4305-1996. Keripik Singkong. Dewan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia. SNI No. 2897:2008. Cara Uji cemaran Mikroba. Dewan Standarisasi Nasional. Utami, Prapti dan Tim Lentera, 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes. Jakarta: Agromedia Pustaka. Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yeni, Gustri. 2007. Laporan Hasil Penelitian Produk atau Teknik Produksi. Padang: Baristand Industri.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Page 24
PEMBUATAN DAN ANALISIS SIRUP BELIMBING WULUH (Averhoa Bilimbi) Ria Elvi Susanti, S.Pd1 Def Oktama Hendra2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Sirup adalah larutan gula atau sakarosa pekat yang digunakan sebagai bahan minuman tanpa ditambahkan asam seperti asam sitrat,asam tartrat atau asam laktat juga aroma dan zat warna. akan tetapi tidak tertutup kemungkinan pada sirup ini terdapat bakteri coliform yang membahayakan kesehatan serta kadar gula yang melebihi kadarnya yang tidak sesuai dengan standar mutu Indonesia. Maka dilakukan pengujian terhadap sirup yang telah dibuat untuk mengetahui kualitas sirup tersebut. Metode yang digunakan untuk penetapan kadar gula (sukrosa) adalah metoda Luff schorl ,penetapan kadar vitamin C metoda iodimetri ,uji Coliform metoda MPN dan untuk uji organoleptik metoda Hedonik Uji kadar gula pada sirup belimbing wuluh ini yaitu untuk mengetahui kadar gula yang terkandung pada sirup tersebut sehingga sesuai dengan standard mutu atau tidak dan menentukan kualitas sirup. Sirup belimbing wuluh memiliki kadar gula 70,88 %, dan kadar vitamin C 0,0345 %. Uji Coliform dengan hasil negatif, serta dilakukan uji organoleptik. ABSTRACT Syrup is a concentrated solution of sugar or saccharose used as a beverage without added acid such as citric acid, tartaric acid or lactic acid is also fragrance and dye. however, it is also possible in this syrup contained coliform bacteria are harmful to health and blood sugar levels that exceed levels that are not in accordance with quality standards in Indonesia. Then be tested against the syrup that has been made to determine the quality of the syrup. The method used for the determination of the sugar (sucrose) is a method of Luff schorl, vitamin C assay method Iodimetri, test Coliform MPN method and organoleptic method for hedonic Test blood sugar syrup starfruit on this is to determine levels of sugars contained in the syrup so in accordance with quality standard or not and determine the quality of the syrup. Starfruit syrup has a sugar content 70.88%, and vitamin C content of 0.0345%. Coliform test with negative results, as well as the organoleptic tests carried out. PENDAHULUAN Indonesia termasuk Negara yang beriklim tropis. Hal ini menyebabkan Indonesia kaya akan bermacam-macam buah-buahan. Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Salah satu buah yang dapat diolah untuk berbagai makanan dan minuman adalah buah belimbing wuluh (Averhoa bilimbi) karena belimbing wuluh sudah banyak dikenal oleh masyarakat, akan tetapi pemanfaatannya yang kurang. Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh subur di ndonesia. Tanaman ini Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar di pekarangan rumah,dan ditemukan di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter. Pohon yang berasal dari Amerika tropis ini tumbuh di tempat yang tidak ternaungi dan mempunyai kelembaban yang cukup. Buah belimbing wuluh sangat terbatas pemanfaatannya, hingga banyak yang dibiarkan terbuang. Sebagaimana dikenal banyak orang dapat digunakan sebagai sayuran dan obat tradisional. Belimbing wuluh memiliki kandungan vitamin C yang tinggi (52,00 mg/ 100 g) yang baik bagi kesehatan. Kandungan vitamin C yang tinggi dapat Page 25
dijadikan antioksidan untuk mencegah penyebaran sel kanker, disamping itu, belimbing berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah sariawan. Sedangkan pektin pada dinding sel belimbing mampu mengikat usus hingga mendorong pengeluarannya kolesterol dan asam empedu dalam usus hingga mendorong pengeluarannya. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dapat dimanfaatkan sebagai sirup, bumbu masakan atau sayur, membersihkan noda pakaian, mengkilatkan barang-barang dari kuningan, dan sebagai bahan obat tradisional seperti untuk batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang, jerawat, panu, tekanan darah tinggi, kelumpuhan, gangguan pencernaan, dan radang rectum. Sirup adalah larutan gula atau sakarosa pekat yang digunakan sebagai bahan minuman tanpa ditambahkan asam seperti asam sitrat, asam tartrat atau asam laktat juga aroma dan zat warna. Sirup (dari bahasa arab sharab) adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi, namun hampir tidak memiliki kecenderungan untuk mengendapkan Kristal. METODE Metode yang digunakan untuk penetapan kadar gula (sukrosa) adalah metoda Luff schorl ,penetapan kadar vitamin C metoda iodimetri ,uji Coliform metoda MPN dan untuk uji organoleptik metoda Hedonik. EKSPERIMENTAL Pengambilan sampel Sampel belimbing wuluh dapat dibeli di pasar Raya Padang sebanyak ± 2 Kg dengan memilih belimbing yang berkualitas bagus. Kemudian sampel diolah menjadi produk minuman berupa sirup dan dibawa ke laboratorium Sekolah Menengah Analis Kimia Padang untuk dianalisis. PENETAPAN KADAR GULA (DIHITUNG SEBAGAI SAKAROSA) Ditimbang sampel sebanyak 2 g dilarutkan dengan aquades ke dalam labu ukur 250 mL tambahkan air dan kocok, tambahkan 5 mL Pb asetat setengah basa, ditambahkan larutan (NH4)2HPO4 10% sebanyak 1-2 tetes, tambahkan 15 mL (NH4)2HPO4 10%, dan tambahkan 1-2 tetes (NH4)2HPO4 10%. Apabila timbul endapan berarti penambahan (NH4)2HPO4 10% sudah cukup, tambahkan aquades Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
sampai tanda batas, homogenkan, diamkan beberapa menit dan saring. c. Sebelum inversi Dipipet 10 mL hasil saringan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades, ditambahkan 25 mL larutan luff schoorl, ditambahkan bati didih dan dipanaskan 10 menit mendidih, didinginkan dengan cepat, ditambahkan 25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL KI 20 %, ditutup dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna kuning gading, kemudian ditambahkan 1 mL kanji 0,5 % dan dititar kembali dengan thio 0,1 N sampai warna biru hilang, dilakukan juga pada blanko. d. Sesudah inversi Dipipet 50 mL hasil saringan, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL ditambahkan 25 mL HCl 25 %, ditambahkan batu didih dipasang thermometer, panaskan larutan diatas penangas air penangas air selama 10 menit, dinginkan, dinetralkan dengan NaOH 30% paskan dengan aquades dan homogenkan, dipipet 10 mL larutan dengan pipet gondok dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 25 mL larutan luff dan 15 mL aquades, batu didih dan panaskan selama 10 menit dan dinginkan, ditambahkan 25 mL H2SO4 25%, 10 mL KI 20 % dan dititar dengan thio 0,1 N sampai warna kuning gading, tambahkan 1 mL larutan kanji 0,5 % dan dititar kembali dengan larutan thio 0,1 N sampai warna biru hilang lakukan juga pada blanko. PENETAPAN KADAR VITAMIN C Timbang 10 gram sampel dan masukkan kedalam labu ukur 100 mL, dan tambahkan air suling sampai tanda tera. Saring dengan cawan krus Goach atau dengan kertas saring, untuk memisahkan filtratnya. Ambil 25 mL, filtrate yang diperoleh dan masukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. Tambah 2 mL indikator amilum 1 % dan tambah 20 mL air suling. Titrasi dengan Iod 0.01 N yang mengandung 16 gram KI per liter. UJI COLIFORM b) Preparasi Sampel Dipipet contoh sirup sebanyak 1 mL secara aseptic dan dimasukkan ke dalam wadah steril.Untuk contoh daging, telur, susu ditambahkan 9 mL larutan BPW 0,1% steril ke dalam kantong steril yang berisi contoh, dihomogenkan 1 menit sampai 2 menit (kecuali untuk susu cair) sebagai pengenceran 10-1. Page 26
c) Cara uji a. Uji Pendugaan Dipipet 1 mL larutan dari pengenceran 10-1 tersebut dengan menggunakan pipet steril ke dalam 9 mL larutan BPW 0,1% untuk mendapatkan pengenceran 10-2 dengan cara yang sama seperti pada butir diatas dibuat pengenceran 10-3. Dipipet masing-masing 1 mL larutan dari setiap pengenceran ke dalam 3 seri tabung yang telah berisi 5 mL media LB yang berisi tabung durham. Diinkubasi pada temperatur 35 ºC selama 24 jam sampai 48 jam. Diperhatikan adanya gas yang terbentuk di dalam tabung durham, hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas. UJI ORGANOLEPTIK Diambil sirup belimbing wuluh dari botolnya.Dicium bau sampel untuk mengetahui bau sampel. Dirasakan dengan lidah atau dicicip sampel untuk mengetahui rasa sampel. Dirasakan tekstur dari yang tidak terlatih yang dipilih berdasarkan umur. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penentuan Hasil Uji Coliform Uji Dugaan 10-1
10-2
10-3
-
-
-
Uji Penguat
Hasil
-
-
Hasil uji coliform adalah negative karena pada uji dugaan tidak ada terdapat gelembung udara pada Sam Vitamin pel C 3. 0,033 % 4. 0,036 %
Vitamin C rata – rata
Literatur
0,0345 %
0,0520 %
N o
% Uji Rasa
1.
Manis asam 100 %
2.
-
3.
-
% Uji Tekst ur Agak Kenta l 26,66 % Kenta l 73,33 % -
% Uji Bau
% Uji Warna
% Uji Hedonik
belimbi ng wuluh 86,66 % Kurang Khas 13,33 % -
Kuning Kehijau an 73,33 % Kuning Muda 23,33 % Kuning Tua 3,33 %
Sangat Suka 16,66 %
Suka 76,66 %
Agak Suka 6,66 %
Hasil Uji Organoleptik Dari data diatas untuk uji hedonik, 16,66 % panelis sangat suka terhadap produk sirup buah belimbing wuluh, 76,66 % panelis suka terhadap produk sirup buah belimbing wuluh dan 6,66 % panelis agak suka terhadap produk sirup buah belimbing wuluh ini. Data yang didapatkan beraneka ragam, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor penerimaan individu seperti umur, jenis kelamin, pendididkan, faktor sosial, masyarakat, waktu, dsb. Sehingga produk ini dapat dikembangkan dalam skala besar karena pada 30 orang panelis menunjukkan kesukaan terhadap produk sirup buah belimbing wuluh. Hasil uji vitamin C Dari tabel diatas kadar vitamin C yang terkandung dalam sirup belimbing wuluh adalah kecil dimana kadar yang didapatkan adalah 0,0345%. Hasil
tabung durham. Hasil uji coliform ini menunjukan bahwa sirup belimbing wuluh tidak ada mengandung bakteri coliform dan baik untuk dikonsumsi.
Sampel Gula Gula SNI sakarosa sakarosa rata-rata
Hasil uji gula Dari hasil praktik yang dilakukan didapatkan kadar gula pada sirup adalah 70,88% dan pada syarat mutu sirup sakarosa SNI 01- 2892-1992 adalah minimal 65%. Hal ini menandakan bahwa kadar gula terhitung pada sampel sirup sudah memenuhi syarat mutu sirup.
1.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
70,15 % 70,88 %
Min. 65 %
2. 71,61 % tersebut berkurang dari kadar vitamin C yang terdapat pada buah belimbing wuluh yang belum di olah menjadi sirup, dikarenakan oleh adanya pemanasan pada proses pembuatan sirup. Page 27
Sedangkan vitamin C tidak tahan terhadap adanya pemanasan.(kimia pangan dan hasil pertanian) Kesimpulan Dari hasil praktikum yang telah penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa untuk uji gula diperoleh hasil 70,69%. Untuk uji kadar Vitamin C didapatkan hasil 0,0345 % ini dikarenakan vitamin C tidak tahan terhadap pemanasan dan mudah rusak dengan adanya logam tembaga. Untuk uji koliform diperoleh hasil negatif (0 0 0) hasil ini sudah sesuai dengan SNI. Untuk uji organoleptik disimpulkan bahwa 93,22% panelis menyukai produk sirup belimbing wuluh. Saran Agar produk ini lebih nikmat dan segar ketika dikonsumsi, sebaiknya diletakan di tempat yang aman dan dingin sehingga bakteri tidak mudah masuk ke dalam produk.belimbing wuluh ini sebagai buah yang kaya akan manfaat, oleh karena itu penulis menyarankan agar adanya penelitian selanjutnya dengan parameter lain yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Elizarni dan Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik.: Sekolah Menengah Analis Kimia Padang Baedhowie.M dan Pranggonowati. “Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil Pertanian”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan. Pusat Standardisasi industri , Sirup Glukosa . SNI 19-2896-1992 Departemen Perindutrian dan Perdagangan.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Page 28
PEMBUATAN DAN ANALISIS GALAMAI SIRSAK (Annona muricata Linn) Eli Gusti, S.Pd 1 , Erik Marlius 2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Sirsak adalah tumbuhan yang diambil daging buahnya. Sirsak yang sudah matang akan mengeluarkan aroma khas yang segar dan warna daging buah yang stabil, walaupun sudah diolah. Bentuk olahan dari sirsak yang dibuat adalah galamai. Galamai merupakan salah satu jenis makanan dari Minangkabau yang dikategorikan sebagai makanan manis. Parameter penelitian dalam menganalisis galamai sirsak antara lain, kadar air,gula jumlah kadar sakarosa, vitamin C, kapang dan organoleptik. Galamai sirsak mengandung 12 % kadar air, 38,20 % gula jumlah, 20,49% kadar sakarosa, 10,9 mg/100 g Vitamin C, dan negatif kapang. Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan, lebih dari 80 % panelis menyukai produk ini. Hasil yang didapat sesuai dengan acuan Standar Nasional Indonesia Dodol Sirsak sehingga produk ini layak untuk dikonsumsi dan dipasarkan. ABSTRACT Soursop is a fruit of plants are taken. Ripe soursop will issue a fresh aroma and color pulp that is stable, despite being processed. Processed form is made from soursop galamai. Galamai is one type of food from the Minangkabau are categorized as sweet foods. Parameter studies in analyzing galamai soursop, among others, water content, the amount of sugar, saccharose levels, vitamin C, mold and organoleptic. Galamai soursop contains 12% water content, the amount of sugar 38.20%, 20.49% content of saccharose, 10,9 mg/100 g Vitamin C, and the negative mold. From the results of organoleptic tests are conducted, more than 80% of the panelists liked this product. The results obtained in accordance with the Indonesian National Standard reference Dodol Soursop so this product suitable for consumption and sale. PENDAHULUAN Sirsak adalah tumbuhan yang diambil daging buahnya. Sirsak yang sudah matang akan mengeluarkan aroma khas yang segar. Daging buah sirsak juga memiliki warna putih yang stabil, walaupun sudah diolah.
yang tinggi sangat baik untuk pencegahan penyakit hipertensi. Buah sirsak juga mengandung 3,3 g/100 g serat pangan. Kandungan serat yang tinggi sangat dibutuhkan dalam proses pencernaan (Mardiana, 2011).
Buah sirsak mengandung 68% kandungan gula dari seluruh bagian padat daging buah. Sirsak mengandung vitamin C sebesar 20 mg/100 g daging buah. Kandungan vitamin C yang tinggi pada sirsak merupakan penyedia antioksidan yang sangat baik sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlambat proses pencernaan (Mardiana, 2011).
Sirsak yang memiliki rasa asam manis ini memberikan sensasi tersendiri bagi para penggemarnya. Sirsak biasa dibuat sirup, dodol, dan beberapa jenis makanan lainnya. Bentuk olahan sirsak yang dibuat adalah galamai. Galamai pada dasarnya hampir sama dengan dodol. Daging buah yang dihancurkan kemudian dimasak dengan penambahan bahan makanan.
Kandungan sirsak terletak pada rendahnya kadar natrium (14 mg/100 g), tetapi tinggi kadar kalium (278 mg/100 g). Perbandingan kalium dan natrium
Sirsak yang dimanfaatkan menjadi produk olahan makanan, mempunyai nilai jual yang tinggi.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Page 29
Sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi sirsak yang belum termanfaatkan dengan baik. METODE Metode yang digunakan antara lain hitungan cawan untuk kapang, thermovolumetri untuk kadar air, luff schoorl untuk gula jumlah dan kadar sakarosa, iodimetri untuk vitamin C, dan uji penerimaan (affective test) untuk organoleptik. EKSPERIMENTAL Pengambilan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan adalah buah sirsak yang dijual di kedai buah kawasan Pasaraya, Padang. Pembuatan Produk Kulit buah dikupas, dibuang bijinya. Ambil 500 g kemudian dimasukkan ke dalam blender ditambahkan 6 sdm santan kental, kemudian dihaluskan sampai menjadi bubur. Dimasak, ditambahkan gula pasir 400 g, 200 g tepung ketan yang telah dilarutkan dengan air, dan garam ½ sdt. Setelah masak, didinginkan dan dipotong sesuai selera. Galamai yang sudah jadi siap dipasarkan. PENGUJIAN KAPANG Ditimbang 1 gram sampel secara aseptik, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL peptone water (pengenceran 10-1). Dipipet 1 mL pengenceran 10-1 ke tabung reaksi yang berisi 9 mL peptone water (pengenceran 10-2). Dipipet masing – masing 1 mL dari kedua pengenceran tadi ke dalam cawan petri secara duplo, kemudian ditambahkan media PDA ke dalam cawan petri sampai terisi 2/3 cawan. Digoyangkan dan dibiarkan padat. Disimpan pada suhu kamar selama 5 hari. PENENTUAN KADAR AIR Ditimbang 5 gram sampel, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 75 mL xylene dan beberapa batu didih. Disambungkan erlenmeyer dengan aufhauser dan pendingin lurus. Dipanaskan di atas lampu spritus selama satu jam. Setelah satu jam, lampu spritus dimatikan. Dibaca volume air pada aufhauser. PENENTUAN GULA JUMLAH DAN KADAR SAKAROSA Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,1 N Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Dipipet 10 mL K2Cr2O7 0,1 N, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25 mL aquades, 25 mL HCl 4 N, dan 10 mL KI 10%. Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai titik akhir titrasi warna kuning gading. Ditambahkan amilum 1 mL, kemudian dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai titik akhir titrasi warna biru hilang. Preparasi Sampel Ditimbang 2 gram sampel, kemudian dilarutkan dengan aquades. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL, ditambahkan aquades dan dikocok. Ditambahkan Pb asetat setengah basa 5 mL, kemudian dikocok. Ditambahkan (NH4)2HPO4 10% 1 tetes, dan ditambahkan kembali (NH4)2HPO4 10% 15 mL. Untuk menguji apakah Pb asetat setengah basa diendapkan seluruhnya, diteteskan 1 – 2 tetes (NH4)2HPO4 10%. Apabila tidak timbul endapan berarti penambahan (NH4)2HPO4 10% sudah cukup. Dipaskan sampai tanda tera dengan aquades, kemudian disaring. Sebelum Inversi Dipipet 10 mL larutan filtrat, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 15 mL aquades dan 25 mL larutan luff serta beberapa batu didih. Dipanaskan selama 10 menit, kemudian didinginkan. Ditambahkan 25 mL H2SO4 25% dan 10 mL KI 20%. Dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir titrasi warna kuning gading. Ditambahkan amilum 1 – 2 mL, kemudian dititrasi kembali dengan larutan standar Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir titrasi warna biru hilang. Dilakukan penetapan blanko dengan 25 mL aquades dan 25 mL larutan luff. Setelah Inversi Dipipet 50 mL larutan filtrat, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan 25 mL HCl 25%. Dihidrolisis di atas penangas air sampai suhu 70ºC dan dipertahankan selama 10 menit, didinginkan. Ditambahkan indikator pp 1 – 2 tetes dan NaOH sampai netral (warna pink seulas). Setelah netral dipaskan sampai tanda tera dengan aquades. Dipipet larutan tersebut 10 mL, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 15 mL aquades dan 25 mL larutan luff serta beberapa batu didih. Dipanaskan selama 10 menit, kemudian didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan H2SO4 Page 30
25% dan 10 mL KI 20%. Dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir titrasi warna kuning gading. Ditambahkan amilum 1 – 2 mL, kemudian dititrasi kembali dengan larutan standar Na2S2O3 0,1 N sampai titik akhir titrasi warna biru hilang. Dilakukan penetapan blanko dengan 25 mL aquades dan 25 mL larutan luff. PENENTUAN VITAMIN C Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,01 N Dipipet 10 mL K2Cr2O7 0,01 N kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25 mL aquades, 25 mL HCl 4 N, dan 10 mL KI 10%. Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai titik akhir titrasi warna kuning gading. Ditambahkan amilum 1 mL, kemudian dititrasi kembali dengan Na2S2O3 sampai titik akhir titrasi warna biru hilang. Standarisasi I2 dengan Na2S2O3 0,01 N Dipipet 10 mL Na2S2O3 0,01 N, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 100 mL aquades, 25 mL H2SO4 25%, dan 3 mL amilum. Dititrasi dengan I2 sampai titik akhir titrasi berwarna biru. Penentuan Vitamin C Ditimbang sampel 10 gram, kemudian dilarutkan dalam aquades. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dipaskan dengan aquades dan disaring hingga didapat filtrat. Dipipet filtrat 25 mL, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 20 mL aquades dan 2 mL amilum. Dititrasi dengan larutan standar I2 0,01 N sampai titik akhir warna biru. ORGANOLEPTIK Disajikan sejumlah sampel kepada panelis. Diuji sampel dari segi warna, aroma, tekstur, rasa, dan kesukaan terhadap sampel. Dicantumkan pengujian panelis pada formulir organoleptik yang disediakan. Panelis pengujian sampel sebanyak 30 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kapang Dari praktikum yang telah dilakukan, kapang tidak ditemukan dalam galamai sirsak. Pada syarat mutu yang mengacu kepada SNI Dodol Sirsak, kapang tumbuh pada dodol maksimal 50 koloni/gram. Kapang memerlukan waktu untuk membentuk spora, sehingga sanitasi sehari – hari terhadap Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
peralatan sangat penting untuk mencegah pertumbuhan kapang ini dan pembentukan sporanya. Peralatan yang higienis dan disanitasi dengan baik dan juga kebersihan area produksi yang terjaga, akan menghasilkan produk yang bebas dari pertumbuhan kapang dan pembentukan sporanya. Produk layak dikonsumsi dan dipasarkan apabila bebas dari cemaran mikroba, terutama kapang. Uji Kadar Air, Gula Jumlah, Kadar Sakarosa, dan Vitamin C Parameter Hasil Gula jumlah 38,20% Kadar sakarosa 20,49% Kadar air 12% Vitamin C 10,9 mg/100 g Dari praktikum yang dilakukan, gula jumlah didapat 38,2% dan kadar sakarosa didapat 20,49%. Pada syarat mutu yang mengacu kepada SNI Dodol Sirsak, gula jumlah pada dodol minimal 35 – 45%. Tinggi rendahnya kandungan gula berpengaruh terhadap aroma, tekstur, rasa, dan daya tahannya. Kadar air yang didapat pada galamai sirsak adalah 12%. Untuk standar mutu yang mengacu pada SNI Dodol Sirsak, kadar air pada dodol maksimal 20%. Kandungan air dalam makanan mempengaruhi daya tahan makanan terhadap serangan mikroba untuk pertumbuhannya. Untuk memperpanjang daya tahan makanan, sebagian air harus dihilangkan dengan cara pengeringan atau penguapan. Vitamin C dalam galamai didapat 10,9 mg/100 g, sedangkan dalam buah sirsak mengandung vitamin C sebesar 20 mg/100 g daging buah. Rendahnya vitamin C pada galamai diakibatkan proses pengolahan sirsak menjadi galamai dengan cara pemanasan yang cukup lama. Selain itu, penyimpanan juga mempengaruhi kandungan vitamin C makanan. Semakin lama penyimpanannya, maka akan semakin berkurang kandungan vitamin C tersebut. Organoleptik Dari organoleptik yang dilakukan, 80% panelis menyukai produk galamai sirsak dengan rasa manis – asam, 63,4% panelis menilai bahwa galamai sirsak tetap beraroma sirsak, 40% warna putih Page 31
kekuningan dan 70% menilai galamai sirsak bertekstur lunak. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa galamai sirsak banyak disukai oleh masyarakat umum. Galamai sirsak mengandung 12% kadar air, 38,20 % gula jumlah, 20,49% kadar sakarosa, 10,9 mg/100 g Vitamin C, dan 0 koloni/gram kapang. Hasil yang didapat sesuai dengan standar acuan SNI Dodol Sirsak sehingga galamai sirsak layak untuk dikonsumsi dan dipasarkan. SARAN Penelitian tentang galamai sirsak ini diharapkan lebih dikembangkan lagi agar dapat mengetahui mutu dan kualitas yang sesuai standar dan permintaan pasar. Pembuatan galamai sirsak ini juga diharapkan diproduksi dengan berbagai rasa dan bentuk yang lebih menarik lagi. Buah sirsak yang belum termanfaatkan ini dapat meningkatkan nilai ekonomi buah sirsak yang ada di Indonesia. Dengan meningkatnya nilai ekonomi ini, diharapkan tumbuhnya industri berskala kecil dan menengah di kalangan masyarakat umum dengan bahan baku buah sirsak. DAFTAR PUSTAKA Elizarni, Fitriyeni. 2007. Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (Modul) Organoleptik. Padang: SMAK Padang. Mardiana, Lina, Juwita Ratnasari. 2011. Ramuan dan Khasiat Sirsak. Jakarta: Penebar Swadaya. Nilma, Barwita Yuniana. 2010. Modul Mikrobiologi Bilingual. Padang: SMAK Padang. SNI 01 – 4297 – 1996. Dodol Sirsak. Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Minuman. Cetakan ke – 2. Yogyakarta: Liberty.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Page 32
PEMBUATAN DAN ANALISIS SELAI SALAK PONDOH (Salacca edulis) Sri Elfina, S.Pd, M.Si1 Juliastri2 1Guru 2Siswa
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang
Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected]
ABSTRAK Buah salak pondoh selain dikonsumsi sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai produk olahan diantaranya selai. Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas dan tingkat penerimaan panelis terhadap produk. Analisis yang dilakukan pada selai salak pondoh adalah penetapan padatan terlarut metode refraktometri, penetapan kadar serat kasar metode gravimetri, uji angka lempeng total, dan uji kapang / khamir metode hitung cawan serta uji organoleptik metode hedonik. Dari hasil analisis didapatkan padatan terlarut sebesar 72,98 %, serat kasar sebesar 1,30 %, uji angka lempeng total dengan hasil 2 × 102 koloni / gram, dan uji kapang dengan hasil 1 × 101 koloni / gram, dan uji hedonik sebesar 73,33 % menyatakan suka. Kata kunci : salak pondoh, selai, serat, refraktometri, gravimetri, hitung cawan ABSTRACT Salak fruit than is consumed as fresh fruit, can be processed into a variety of refined products such as jam. This study aims to determination the quality and the level of panelists acceptance of the product Analysis conducted in salak jam is determination of dissolved solid refractometry method, the determination of crude fiber content of the gravimetric method, total plate test, and test the mold / yeast plate count method and organoleptic tests hedonic method. From the analysis obtained dissolved solids of 72.98%, crude fiber of 1.30% crude fiber, total plates count test the result of 2 × 102 colonies / gram, and mold test the results of 1 × 101 colonies / gram, and the hedonic test by 73,33% stating like. Keyword : salak fruit, jam, fiber, refractometry, gravimetric, plate count PENDAHULUAN Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Salak adalah sejenis palma dengan buah yang biasa dimakan dalam bahasa Inggris disebut salak atau snake fruit, karena kulitnya mirip dengan sisik ular (Wikipedia, 2012). Di antara bermacam-macam salak yang ada, salak pondoh merupakan salak yang paling disukai oleh konsumen karena rasanya manis, tidak sepat walaupun waktu buah masih muda. Salak pondoh memiliki daging yang tebal antara 0,8 cm sampai 1,5 cm dan buahnya juga harum (Rahmat, 1999). Salak dapat mengobati sakit diare dan juga bermanfaat untuk kesehatan kulit dan kuku. Dalam mengkonsumsi buah salak, sebaiknya tidak Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
membuang kulit ari buah salak (kulit tipis yang menempel pada buah salak) karena kulit ari tersebut ternyata berkhasiat dalam memperlancar buang air besar (BAB). Salak juga ternyata bermanfaat untuk kesehatan mata. Penelitian oleh Nurfi Afriansyah, M.Sc dari Pusat Litbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa kandungan betakaroten dalam 100 gram salak lebih banyak 5,5 kali dari buah mangga, 3 kali dari buah jambu biji dan 5 kali dari buah semangka merah. Betakaroten adalah salah satu zat antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran wortel, yang sangat berkhasiat untuk kesehatan mata (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Page 33
Salah satu cara pengawetan buah-buahan yang mudah dan cukup ekonomis adalah pengolahan salak segar menjadi selai salak. Selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat dibuat dari campuran 45 bagian berat buah (cacah buah) dan 55 bagian berat gula. Selai erat kaitannya dengan roti. Bersamaan dengan makin populernya roti di kalangan masyarakat, selai pun makin banyak dikonsumsi masyarakat, baik sebagai teman makan roti tawar maupun sebagai filling pada berbagai produk bakery (Zalpon, 2011). Dari penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat suatu produk dalam Analisis Terpadu II yang berjudul “Pembuatan dan Analisis Selai Salak Pondoh (Salacca edulis)” yang merupakan inovasi pengolahan buah salak pondoh yang memberikan nilai ekonomis yang mudah dibuat. METODE Metode yang digunakan untuk penetapan Padatan Terlarut adalah Refraktometri,, penetapan Kadar Serat Kasar adalah Gravimetri, untuk Uji Angka Lempeng Total metode Hitung Cawan, Uji Kapang/Khamir adalah metode Hitung Cawan serta Uji Organoleptik metode Hedonik. EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah salak pondoh yang dibeli dari pedagang buah di Pasar Raya Padang. Pembuatan Selai Salak Pondoh (Tim Karya Tani Mandiri, 2010) Dikupas buah salak, dibuang bijinya dan daging dicuci bersih.Lalu direbus daging salak sampai empuk, ditiriskan kemudian diblender hingga membentuk bubur salak. Dimasak hasil blenderan dengan wajan dan tambahkan gula pasir, sari buah jeruk nipis, madu dan garam. Dimasak sampai mengental Kemudian selai siap saji, tunggu dingin lalu dipacking dalam kotak bersih. PENETAPAN PADATAN TERLARUT (SNI 3746 : 2008) Ditimbang dengan teliti hingga 10 gram contoh ke dalam gelas piala dan ditambahkan 25 mL aquabides. Dipanaskan hingga mendidih selama 2 menit, diaduk dan didinginkan. Dibiarkan 20 menit Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
lalu ditimbang dan disaring. Dipastikan peralatan telah dipersiapkan dan diteliti menurut buku panduan alat dan dibersihkan permukaan prisma lalu dikeringkan. Dipindahkan satu tetes air ke prisma refraktometer untuk menentukan titik nol atau digunakan sebagai koreksi. Diambil larutan contoh dan diatur suhu yang diiinginkan. Diteteskan (2 sampai 3 tetes) larutan contoh ke dalam prisma refraktometer, dibuat larutan menyebar ke permukaan prisma dan segera diatur tombol untuk mengatur prisma. Dibaca refraktometer sesuai petunjuk buku panduan alat. Digunakan beberapa skala koreksi untuk mendapatkan pembacaan terkoreksi. PENETAPAN KADAR SERAT KASAR (SNI 01 – 2891 – 1992) Timbang sampel 2 gram sampel. Bebaskan lemaknya dengan cara ekstraksi dengan cara soklet atau dengan cara mengaduk,mengenap tuangkan contoh dalam pelarut organik sebanyak 3 kali. Keringkan contoh dan masukkan dalam erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 50 mL H2SO4 1,25 %, kemudian didihkan selama 30 menit dengan pendingin tegak. Ditambahkan 50 mL NaOH 3,25 % dan didihkan selama 30 menit. Dalam keadaan panas saring dengan corong yang berisi kertas saring tak berabu (whatman 41) yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya. Cuci endapan yang terdapat dalam kertas saring secara berturut-turut dengan H2SO4 1,25 % panas 25 mL, air panas 25 mL, dan etanol 96 % 25 mL. Angkat kertas saring beserta isinya, masukkan dalam cawan yang telah diketahui bobotnya, dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga bobot konstan. Bila ternyata kadar serat kasar lebih besar dari 1 %, abukan kertas saring beserta isinya, timbang sampai berat tetap. UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (SNI 3746 : 2008) Ditimbang 1 gram sampel. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan pengencer BPW (larutan 10-1), homogenkan. Dipipet 1 mL larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW ( larutan 10-2 ). Dipipet 1 mL larutan 10-2 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW ( larutan 10-3 ). Dipipet Page 34
masing-masing 1 mL larutan 10-2 dan 10-3 ke dalam masing-masing cawan petri ( dilakukan duplo ). Ditambahkan kedalam cawan petri tersebut media PCA sebanyak 15 mL dan dibiarkan membeku. Kemudian diinkubasi ke dalam inkubator 2x24 jam. Dihitung jumlah pertumbuhan koloni pada cawan petri tersebut. Dihitung angka lempeng totalnya. UJI KAPANG / KHAMIR (SNI 3746 : 2008) Ditimbang 1 gram sampel. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan pengencer BPW (larutan 10-1). Dipipet 1 mL larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW (larutan 10-2). Dipipet masing-masing 1 mL dari pengenceran 10-1 dan 102 ke dalam cawan petri steril secara duplo. Dituangkan media PDA yang sudah ditambahkan antibiotik sebanyak 15 mL ke dalam cawan petri steril dan digoyangkan cawan petri sehingga campuran tersebar merata. Kemudian diinkubasikan cawan petri di dalam incubator pada suhu 25oC ± 1oC selama 5 hari (tanpa dibalik). Dihitung jumlah koloni kapang / khamir (dapat dilakukan pada hari ke tiga sampai kelima). Dicatat hasil sebagai jumlah kapang / khamir (dalam satuan koloni/g contoh). UJI ORGANOLEPTIK (SNI 3746 : 2008) Diperiksa sampel secara organoleptik terhadap aroma, warna, rasa, dan tekstur, uji dilakukan oleh 30 orang panelis tak terlatih, dan dibuat tabel pengujian mewakili respon. HASIL DAN PEMBAHASAN No. 1 2 3 4 5
Parameter Padatan Terlarut Kadar Serat Kasar Uji Angka Lempeng Total Uji Kapang / Khamir Uji Organoleptik
Hasil
Standar SNI
72,98 %
Min. 65 %
1,30 %
-
2 × 102
1 × 103
1 × 101
5 × 101
73,33 % suka
-
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Penetapan Padatan Terlarut Dari hasil praktikum didapatkan bahwa kadar padatan terlarut dalam sampel selai salak pondoh adalah 72,98% jika dibandingkan dengan SNI % padatan terlarut dalam selai minimal 65% . Dalam penelitian DEPKES RI kadar karbohidrat (sukrosa) sebesar 20% sedangkan hasil yang didapatkan penulis sebesar 30%. Ini berarti dalam selai salak pondoh ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi seperti glukosa, fruktosa, dan serat makanan. Penetapan Kadar Serat Kasar Dari hasil praktikum didapatkan bahwa kadar serat kasar dalam sampel selai salak pondoh adalah 1,47%. Karena kadar serat kasarnya lebih dari 1% maka dilanjutkan pekerjaan pada pengabuan kertas saring sehingga didapatkan kadar serat kasar sebesar 1,30%. Dari hasil analisis di atas, penulis tidak dapat membandingkan hasilnya dengan standar karena penulis belum menemukan standar untuk kadar serat kasar pada selai salak pondoh. Angka Lempeng Total Dari hasil praktikum Angka Lempeng Total yang dilakukan didapatkan jumlah koloni sebanyak 2,0 x 102, jika dibandingkan dengan SNI 3746 : 2008 Selai Buah, jumlah koloni pada selai buah maksimal 1 × 103 . Ini berarti hasil yang diperoleh ini sesuai dengan SNI maka produk selai salak pondoh ini layak dikonsumsi oleh masyarakat. Uji ALT ini menunjukkan tingkat kebersihan dalam pengolahan produk ini. Uji Kapang / Khamir Dari hasil praktikum uji kapang yang dilakukan didapatkan jumlah koloni sebanyak 1,0x101 koloni/gram, jika dibandingkan dengan SNI 3746 : 2008 Selai Buah, jumlah kapang maksimal 5 × 101 koloni/gram . Ini berarti hasil yang diperoleh sesuai dengan SNI, maka produk selai salak pondoh ini layak dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak mudah dirusak oleh kapang (jamur). Daya tahan selai salak pondoh ini dalam suhu kamar selama 2 hari sedangkan di dalam kulkas berkisar 6 – 7 hari.
Page 35
KESIMPULAN Selai salak pondoh adalah satu inovasi dalam pengawetan buah segar. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan padatan terlarut sebesar 72,98%, kadar serat kasar sebesar 1,30%, uji Angka Lempeng Total metode Hitung Cawan sebesar 200 koloni/gram, uji Kapang/ Khamir metode Hitung Cawan sebesar 10 koloni/gram, dan uji Organoleptik kepada panelis tidak terlatih sebanyak 73,33% menyatakan suka. Dapat disimpulkan bahwa sampel selai salak pondoh baik dikonsumsi oleh masyarakat. SARAN Penulis menyarankan bahwa produk selai dari buah salak pondoh ini baik dikonsumsi karena kandungan serat yang baik bagi pencernaan dan mengandung betakaroten untuk kesehatan mata. Selain itu, penulis berharap agar ada penelitian lebih lanjut untuk penelitian dengan parameter uji lain yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Rochani, Siti. 2007. Bercocok Tanam Salak Pondoh. Jakarta : Azka Mulia Medika. Stantar Nasional Indonesia, 3746 : 2008 . Selai Buah . Badan Standarisasi Nasional Stantar Nasional Indonesia,01 – 2891 -1992. Uji Makanan Minuman. Badan Standarisasi Nasional Surachmat.2011.http://salacasand.wordpress.com/l ebih-lengkap-tentang-salak-pondoh/.24 Januari 2012 Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budi Daya Buah Salak. Bandung : Nuansa Aulia. Winarno,1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Zalpon.2011.http://zalpon.wordpress.com/about/ino vasi-lain/ .Diakses tanggal 24 Januari 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Salak. Diakses tanggal 19 Februari 2012.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Page 36
PEMBUATAN DAN ANALISIS PERMEN JELLY DARI DAUN KEMBANG SEPATU (hibiscus rosa-sinensis Linn) Zelfiarti S,Si.MT1, Willy Zulaekar2, 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn) adalah tanaman semak suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur yang mengandung flavonoida. Di samping itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga mengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C yang berkhasiat sebagai obat demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan. Untuk meningkat nilai jual dari daun kembang sepatu maka dapat diolah menjadi permen jelly. Analisis permen jelly dari daun kembang sepatu ini menggunakan beberapa metode yaitu metode Iodometri secara luff schoorl untuk kadar gula dengan hasil sebesar 48,81%, metode thermogravimetri untuk kadar air dengan hasil 16,8%, metode hitung cawan untuk kapang/khamir dengan hasil 0 (negatif) dan metode hedonik untuk uji organoleptik yang mana 83,33% panelis tidak terlatih menyatakan suka, 93,33% menyatakan berasa manis, 86,67% menyatakan berwarna hijau dan 66,67% menyatakan bertekstur Kenyal. Dari 250 gr daun kembang sepatu menghasilkan 500 gr permen jelly dengan keuntungan 50 %. ABSTRACT Hibiscus (Hibiscus rosa-sinensis Linn) is a shrub Malvaceae tribe originating from East Asia which contain flavonoids. In addition daunnnya also contains saponins and polyphenols, polyphenols containing flowers, roots also contain tannins, saponins, scopoletin, cleomiscosin A, and C are efficacious cleomiscosin as drug fever in children, cough medicine, and medicine canker sores. To increase the sale value of hibiscus leaves can then be processed into jelly candy. Analysis of jelly sweets from hibiscus leaves is using several methods, namely the Luff Schoorl iodometric methods for sugar with a yield of 48.81%, thermogravimetri method for water content of 16.8% with the results, the method of calculating the cup to mold / yeast with the 0 (negative) and the hedonic method for the organoleptic test where 83.33% untrained panelists stated like, 93.33% stated that taste sweet, 86.67% said green and 66.67% claim Chewy texture. From hibiscus leaves 250 gr 500 gr produce jelly candy with a profit of 50%. PENDAHULUAN Kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis Linn) adalah tanaman semak yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropics. Ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) memiliki kandungan flavonoid dan saponin yang berkemampuan menurunkan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang efektif dan ekonomis. Daun kembang sepatu berkhasiat sebagai obat demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Permen jelly merupakan permen yang dibuat dari air atau sari buah yang berpenampakan jernih, transparan, serta memiliki tekstur dengan kekenyalan tertentu. Permen jelly tergolong produk pangan semi basah sehingga produk cepat rusak, sehingga penambahan bahan pengawet diperlukan untuk memperpanjang masa simpannya. Proses pemasakan permen jelly berkisar pada suhu 60800C. Apabila pada proses pemasakan suhu yang digunakan tidak dijaga, maka akan menyebabkan karamelisasi sehingga permen bewarna kecoklatan. Page 37
Seiring perkembangan zaman bahan pembuatan permen jelly juga mengalami variasi rasa dan aroma. Untuk itu penulis bermaksud memodifikasi bahan dasar dari pembuatan permen jelly supaya dapat dijadikan jajanan sehat oleh masyarakat khususnya kalangan anak-anak. METODA Metoda yang digunakan untuk Penetapan Kadar Gula adalah iodometri secara luff-schoorl, Kadar Air adalah metoda thermogravimetri, Uji Kapang adalah metoda TPC / Hitung Cawan, dan Uji organoleptik dengan metoda hedonik (tingkat kesukaan) EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Sampel yang untuk analisis diambil dari permen jelly yang telah dibuat yang dapat mewakili dari seluruh komposisi sampel dengan cara kwartering dan disimpan untuk dilakukan analisis. PENETAPAN KADAR GULA Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,1 N dengan Kalium Dikromat 0,1 N Larutan K2Cr2O7 0,1 N dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 25 mL aquadest, 25 mL HCl 4 N, 10 mL KI 10 %, kemudian dititar dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning gading. Ditambahkan 1 mL amilum 1 % kemudian dititar kembali dengan menggunakan larutan standar Na2S2O3 0,1 N sampai hilangnya warna biru. Dibaca volume penitaran. Penentuan Kadar Gula Preparasi Sampel : Ditimbang 2 gram sampel permen jelly dengan teliti, dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL, ditambahkan sedikit aquadest dan dikocok. Ditambahkan 5 mL Pb Asetat ½ basa kemudian dikocok.Ditambahkan 1 tetes (NH4)2HPO4 10 % (bila terbentuk endapan putih maka penambahan Pb asetat setengah basa sudah cukup). Ditambahkan 15 mL larutan (NH4)2HPO4 10 % untuk menguji apakah Pb asetat ½ basa sudah diendapkan seluruhnya, diteteskan 1-2 (NH4)2HPO4 10 % apabila tidak timbul endapan putih maka penambahan (NH4)2HPO4 10 % sudah cukup. Dikocok dan dipaskan dengan aquadest sampai Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
tanda batas, dihomogenkan, didiamkan dan disaring hinga didapat filtrate 1(F1). Sebelum Inversi : Dipipet 10 mL filtrat F1 dan dimasukan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Ditambahakan 15 mL aquadest 25 mL luff Schoorl (dengan pipet gondok) dan batu didih. Dipasang pendingin tegak pada mulut Erlenmeyer 250 mL dan direfluk selam 3 menit sudah mendidih. Dipanaskan terus sampai 10 menit (pakai stopwatch) dan diangkat dan segera didinginkan dalam bak yang berisi es (jangan digoyang). Setelah dingin ditambahakan 25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20 % (hati-hati terbentuk gas CO2). Dititrasi dengan larutan standar Thio 0,1 N hingga kuning gading. Ditambahkan 2 mL amilum 0,5 % dan dititrasi dengan larutan Thio 0,1 N hingga TAT hilang warna biru (dicatac sebagai Vs). Dilakukan titrasi secara duplo. Kerjakan penetapan blangko dengan 25 mL aquadest dan 25 mL luff Schoorl (dicatat sebagai Vb). Setelah Inversi : Dipipet 50 mL filtrate (F1) dengan pipet gondok dan dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan 25 mL HCL 25 % pasang thermometer dan lakukan hidrolisis di atas penangas air. Apabila suhu mencapai suhu 680C750C dipertahankan 10 menit tepat. Diangkat thermometer dan dibilas dan dikeringkan. Ditambahkan indicator pp, dinetralkan larutan tersebut dengan NaOH 30 % (dicek Ph larutan menggunkan kertas Ph universal).Jika sudah netral dipaskan dengan aquadest dan dihomogenkan. Dipipet 10 mL larutan filtrat pindahkan ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 15 mL aquadest, 25 mL Luff Schoorl dan batu didih kemudian direfluk selama 10 menit. Dipasang pendingain tegak pada Erlenmeyer dilakukan refluk , waktu 3 menit sudah mendidih. Dipanaskan terus selama 10 menit dan diangkat dan segera dinginkan dalam bak yang berisi es (jangan digoyang). Setelah dingin ditambahkan 25 mL larutan H2SO4 25% dan 10 mL KI 20% (hati-hati terbentuk gas CO). Dititrasi dengan larutan standar Thio 0,1N hinga kuning gading. Ditambahkan 2 mL amilum 0,5% dititrasi dengan larutan Thio 0.1 N hingga TAT hilang warna biru (dicatat sebagai vs). Dilakukan titrasi secara duplo. Dikerjakan penetapan blangko dengan 25 mL aquadest dan 25 mL Luff Schoorl (dicatat sebagai Vb). Page 38
PENETAPAN KADAR AIR Panaskan cawan penguap dalam oven pada suhu 105oC selama lebih kurang satu jam dan dinginnkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang dengan neraca analitik. Masukkan 5 gr contoh,serta timbang. Panaskan cawan yang berisi contoh tersebut dalam oven pada suhu 105oC selama tiga jam (tiga jam setelah oven 105oC). Pindahkan cawan segera kedalam desikator dan dinginkan selama 15 menit kemudian timbang. Lakukan pemanasan kembali selama 1 jam dan ulangi kembali sampai perubahan berat antara pemanasan selama 1 jam mempunyai interval kecil dari 2 mg. Lakukan pekerjaan duplo. UJI KAPANG Ditimbang 1 gram sampel dan dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan BPW steril (10-1) kemudian diencerkan sampai 10-2 dan 10-3. Dipipet 1 mL larutan 10-2 dan 10-3 dan masukkan ke dalam cawan petri steril secara duplo. Dituangkan media PDA yang telah dicairkan pada suhu 45OC sebanyak 15-20 mL kedalam cawan petri dan dihomogenkan. Setelah membeku, balikkan cawan petri dan diinkubasi pada suhu 25OC atau suhu kamar selama 5 hari. Dihitung koloni jamur atau kapang.
sebesar 40%, banyak air yang bebas menjadi tak bebas lagi untuk pertumbuhan mikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan dapat meningkatkan daya awet (Winarno, 1991). Kadar gula yang tinggi akan menghambat pertumbuhan kapang/khamir sehingga dapat menambah daya tahan produk (pengawet). KADAR AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan pangan yang dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan citarasa makanan. Kadar air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan makanan tersebut (Winarno,1991). Kadar air sangat berpengaruh dalam mutu pangan sehingga dalam pengolahan, air tersebut sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan dan pengeringan. kadar air yang diperoleh pada permen jelly adalah sebesar 16,8gan ini dapat disimpulkan bahwa permen jelly dari daun kembang sepatu memiliki kualitas baik sehingga kemungkinan dapat menekan pertumbuhan bakteri dan layak dikonsumsi oleh masyarakat. Kadar air pada permen jelly yang terlalu rendah akan menghasilkan permen dengan warna kecoklatan akibat adanya proses karamelisasi, sedangkan kadar air yang terlalu tinggi akan mengurangi keawetan produk.
HASIL No
Parameter Uji
Hasil
SNI
1 Kadar Gula
48,81 %
Min. 27 %
2 Kadar Air
16,80 %
Maks. 20 %
3 Kapang
Tidak ditemukan
Maks 1X102
4 Uji Organoleptik
suka = 83,33%
normal
warna =hijau 86,67% tekstur= kenyal 66,67%
UJI KAPANG Berdasarkan analisis yang dilakukan tidak terdeteksi adanya kapang/khamir di dalam sampel (negatif). Hal ini dikarenakan perlakuan yang aseptic dan suhu pemasakan yang tinggi sehingga dapat meminimunkan jumlah kapang dan khamir yang tumbuh. Jadi, jumlah kapang/khamir dari produk permen jelly dari daun kembang sepatu ini sudah sesuai dengan SNI dan dapat dikatakan bahwa produk ini layak untuk dikonsumsi.
rasa = manis 93,33%
PEMBAHASAN KADAR GULA Gula total merupakan kandungan gula yang terdapat pada permen jelly yang berasal dari gula, fruktosa dan gula invert. Kadar gula total diukur dengan menggunakan metode Luff Schrool. kadar gula yang didapat pada permen jelly adalah sebesar 48,81 % yang mana telah sesuai SNI yaitu minimal 27 %. Bila bahan pangan diberikan gula Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
UJI ORGANOLEPTIK Uji organoleptik terhadap 40 orang panelis tidak terlatih mulai dari remaja putra dan putri, didapatkan persentase tertinggi dari masing-masing parameter yaitu tingkat kesukaan “suka”, warna “ungu”, rasa “manis”, tekstur “kenyal”, dan aroma “sedap”. Ini berarti produk dapat dipasarkan karena masyarakat cukup menyukai produk ini.
Page 39
KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan. Kadar gula sebesar 48,81 %, Kadar air sebesar 16,8 %, Uji kapang sebanyak 0 per mL (negatif). Uji organoleptik didapatkan data yaitu, Tekstur: Kenyal= 66,67 % Warna : Hijau= 86,67 % Rasa : Manis= 93,33 % Kesukaan: Suka= 83,33 % Dan dari ¼ kg bahan baku daun menghasilkan ½ kg permen jelly. ¼ kg permen jelly menghasilkan 16 packing dengan berat bersih 30 gram/packing dengan persentase produk 200 % dan keuntungan 47,5 % dari biaya produksi. SARAN Kepada Analis berikutnya bisa mengembangkan penilitian ini dengan menambahkan bahan baku lainnya sehingga dapat meningkatkan kualitas dan cita rasa sehingga menambah daya jual dari bahan yang dibuat. DAFTAR PUSTAKA EJournal.unbari.ac.id/index.php?option&view=articl e&id=87:pengaruh-ekstrak-daun-kembangsepatu-hibiscus-rosasinensis-dalammenurunkan-suhu-anak-demam Elizarni dan Fitriyeni, 2007. Organoleptik. Sekolah Menengah Analis Kimia Padang, Padang. Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Rajagravindo Persada; Jakarta. https://izzatijannah.wordpress.com/2011/12/08 Standar Nasional Indonesia 3547.2-2008. Kembang Gula - Bagian 2: Lunak Sudarmadji, Slamet,dkk,2003. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta :Yogyakarta. Tnalaspurwo.org/media/pdf/kea-hibiscus-rosasinensis(kembang-sepatu).pdf. Winarno, F. G, 1991. Kimia pangan dan gizi. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Page 40
PEMBUATAN DAN ANALISIS NUGGET DARI AMPAS KEDELAI (Glycine Max) Yulia Arsiyelis, ST, M.Si 1, Miftahul Khairah2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Ampas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sisa barang yang telah diambil sarinya atau patinya. Ampas kedelai adalah sisa dari hasil pengolahan kedelai menjadi bahan makanan yang biasanya dibuang saja, kebanyakan dibuang kesungai sehingga membuat sungai menjadi tercemar dan juga mengganggu lingkungan karena baunya. Ampas kedelai juga masih banyak mengandung berbagai senyawa yang baik bagi kesehatan, seperti protein, lemak, kandungan mineral serta berbagai nutrisi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar protein dengan metode mikro kjedhal dengan hasil 8,06 %, penetapan kadar lemak metode sokletasi dengan hasil 1,66%, uji angka lempeng total dengan metode hitung cawan dengan hasil 7,425 x 103, serta dilakukan juga uji organoleptik. Kata kunci : Ampas kedelai, Naget ABSTRACT Residues acording to Indonesian Dictionary is the rest of the stuff that has taken the juice or starch. Soybean residue is the residue of the processing of soybeans into food that is usually thrown away, dumped into the river, making most of the river is being polluted and also disturb the environment because it smelled. Soybean residue also contains many different compounds that are good for health, such as protein, fat, mineral and a variety of nutrients. The aim of this study was to determine the protein content of the micro kjedhal method with the results of 8.06%, the determination of fat content sokletasi method with the results of 1.66%, total plate count test with plate count method with the results of 7,425 x 103, and was also organoleptic tests. Key word : Soybean residue, Nugget PENDAHULUAN Manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk. energi melakukan kegiatan sehari-hari Dengan perkembangan zaman yang semakin modern masyarakat lebih suka untuk mengonsumsi makanan yang cepat saji atau instan. Salah satunya adalah nugget. Nugget adalah salah satu pangan hasil pengolahan yang memiliki cita rasa berdasrkan sumbernya. Bahan dasar nugget biasanya berasal dari daging sapi atau ayam. Orang yang vegetarian tidak dapat menikmati makanan cepat saji yang satu ini. Maka dari itu, penulis mengganti bahan baku nugget menjadi ampas kedelai. (www.wikipedia.com) Ampas tahu merupakan produk sampingan dari proses pembuatan tahu yang dapat megganggu lingkungan karena baunya dan belum banyak dimanfaatkan. Selama ini, ampas tahu hanya dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak atau Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
dibuang begitu saja kesungai yang mengakibatkan sungai tercemar. Dengan pengolahan yang tepat guna produk sampingan dapat dimanfaat menjadi makanan yang berigizi dan baik untuk kesehatan. (Poultryindonesia.com). Ampas tahu untuk penenlitian ini diperoleh dari salah seorang pengolah kedelai menjadi susu kedelai (Ibu Yuhermiza). Karena belum ada yang melakukan pengolahan terhadap sisa olahannya, maka penulis tertarik untuk membuat nugget dari ampas kedelai serta menganalisanya. METODA Metoda yang digunakan untuk Angka Lempeng Total adalah Metode Hitung Cawan, untuk Kadar Protein Metode Semi Mikro Kjedhal, dan Penetapan Kadar Lemak Metode Ekstraksi Langsung dengan Alat Soklet. Page 41
Pengambilan Bahan Baku Bahan baku yang akan digunakan berasal dari ampas kedelai sisa pembuatan susu kedelai yang baru diolah di rumah ibu Yuhermiza di Taruko I, Padang. Cara Pembuatan Produk Tiriskan ampas kedelai ½ kg, haluskan bawang merah 1 ons dan bawang putih 2 siung. Parut wortel sebanyak 3 ons sampai halus. Kocok telur 2 butir dalam gelas, masukkan gilingan bawang merah, bawang putih, parutan wortel ,tepung bumbu sajiku 1 bungkus, royco 2 bungkus, tepung terigu ¼ kg dan telur yang telah dikocok, kedalam wadah yang berisi ampas kedelai kemudian diaduk rata. Sediakan wadah lain, taburkan tepung panir di dasar wadah, masukkan adonan dengan ketebalan ±1 cm, taburkan lagi tepung panir d iatasnya Kukus adonan kira-kira 10 menit atau sampai adonan empuk. Kemudian dinginkan beberapa saat. Cetak adonan dengan berbagai macam bentuk sesuai selera. Sebelum digoreng, lumuri adonan yang sudah dicetak dengan putih telur, lumuri lagi dengan tepung panir. Nugget dari ampas kedelai siap dihidangkan. Uji Organoleptik Sampel diberikan kepada 25 orang panelis, kemudian diberikan format pengujian yang akan diisi sesuai hasil pencicipan panelis. Penetapan Angka Lempeng Total Metode Hitung Cawan Dipipet 1 ml sampel dan dilarutkan dalam 9 mL BPW dan dihomogenkan (10-1). Dipipet 1 mL pengenceran 10-1, dilarutkan dalam 9 mL BPW, dikocok dan dihomogenkan (10-2). Dilakukan pengenceran 10-3 dengan cara yang sama seperti 10-2. Dipipet 1 mL pengenceran 10-2dan 10-3 ke dalam cawan petri steril secara duplo. Dituangkan sebanyak 12-15 mL media PCA (Plat Count Agar) kedalam tiap cawan. Digoyang cawan petri dengan hati-hati. Dibiarkan campuran dalam cawan petri membeku. Dimasukkan kedua cawan petri dengan posisi terbalik kedalam inkubator dan inkubasi pada suhu 35°C selama 2X24 jam. Catat pertumbuhan koloni setiap cawan yang mengandung 25-250 koloni setelah 48 jam. Dihitung angka lempeng total 1 mL sampel dengan mengalikan jumlah rata-rata Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan. Kadar Protein Metode Semi Mikro Kjedhal Sampel ditimbang dengan teliti 0,5100 gram dimasukkan kedalam labu kjedhal, ditambahkan 2 gram campuran selein dan 25 ml H2SO4 pekat, panaskan sampai larutan menjadi jernih kehijauan (±2 jam). Sampel dibiarkan menjadi dingin, kemudian diencerkan kedalam labu ukur 100 ml, lalu dipaskan dengan aquades sampai tanda tera. Pipet 5 ml larutan, masukkan kedalam labu suling, ditambahkan 5 mL NaOH 30% dan beberapa tetes indicator PP. Kemudian disuling selama 10 menit. Hasil sulingan ditampung dengan Erlenmeyer yang telah berisi 10 mL larutan H3BO3 2% yang telah ditambahkan dengan indikator campuran. Warna larutan di dalam Erlenmeyer akan berubah dari warna awal orange menjadi kuning. Bilas ujung pendingin dengan air suling, kemudian titar dengan HCl 0,01 N. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk blanko. Kadar Lemak Metode Ekstraksi Langsung dengan Alat Sokletasi Timbang dengan teliti 2,0000 gram sampel, masukkan kedalam selongsong. Masukkan selongsong kedalam alat soxhlet yang telah dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobot konstannya. Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6 jam. Uji apakah sudah bebas lemak dengan cara penambahan NaOH atau diteteskan pada kertas saring Apabila telah bebas lemak, sulingkan heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengeringan pada suhu 115º C. Dinginkan dan timbang. Ulangi pengeringan ini hingga diperoleh bobot tetap. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kadar Protein Berat Sampel (g)
0,5104 gram
Volume Penitaran (mL)
2,70 mL 2,65 mL
Rata -rata peni tara n
2,67 5 mL
Kadar Protein (%)
9,23 %
Standa r
Min. 12
Page 42
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kadar protein sebesar 9,23%, apabila dibandingkan dengan standar maka hasil yang diperoleh kecil dari SNI 01-6683-2002, Nagget Ayam (Chicken nugget). Ini disebabkan kandungan protein pada ampas kedelai tidak sebesar kandungan dari produk olahan yang menggunakan kacang kedelai lainnya.
dengan bermacam bentuk, agar menambah daya tarik konsumen. Hasil uji organoleptik yang diberikan kepada 30 orang panelis tidak terlatih, yang menyatakan sangat suka, sebesar 37% (11 orang), yang mengatakan suka 63% (19 orang). Dari 30 orang panelis diperoleh 50% menyukai nugget ampas kedelai dengan tekstur kenyal dan bewarna kuning kecoklatan.
Tabel 3. Hasil Kadar Lemak Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil kadar lemak sebesar 1,635%, jika dibandingkan dengan SNI 01-6683-2002, Naget Ayam (Chicken nugget) maka hasil yang diperoleh masuk dalam standar yaitu maksimal 20. Dengan begitu dapat diambil kesimpulan bahwa nugget ampas kedelai ini rendah lemak.
Menghitung Biaya Operasional dan Analisis Keuntungan Nugget Ampas Kedelai Bahan produksi Jumlah Nama Bahan Harga Kebutuhan
Berat Sampel (g)
Berat Labu + Batu Didih (g)
2,0002
105,4413
2,0003 105,4219 Rata-rata
Berat Labu + Batu Didih + Lemak (g)
105,4720 105,4521
Kadar Lemak (%)
1,66
Standar
Maks. 20
1,61 1,635
Hasil Angka Lempeng Total Pen gen cera n 10-2
10-3
Jumlah Koloni I 80
6
II 77
8
Jumla h koloni/ gram
Standar Plate Count
7,85 x 103
7,425 x 103
7 x 103
Hasil bagi ratarata pengenceran 102 dan 10-3 <2, maka diambil rata-rata pengenceran keduanya
Stan dar
Ampas Kedelai
½ Kg
Rp.500,-
Bawang Merah
1 ons
Rp. 1.000,-
Bawang Putih
2 siung
Rp. 500,-
Telur
3 butir
Rp. 3.000,-
1 bungkus
Rp. 2.500,-
Royco
2 bungkus
Rp. 700,-
TepungTerigu
¼ Kg
Rp. 2.000,-
Tepung Panir
¼ kg
Rp. 2.000,-
Wortel
3 ons
Rp. 1.000,-
Garam
1 bungkus
Rp. 500,-
Tepung Bumbu Sajiku
Total
Rp. 13.700,-
Biaya Pemasaran 1 kg Nugget : Mak s. 5x 10-4
Analisis Uji Mikroba yang dilakukan didapatkan jumlah koloni sebanyak 7,425 x 103, jika dibandingkan dengan SNI 01-6683-2002, Naget Ayam (Chicken nugget) hasil yang diperoleh ini lebih kecil dari standar, maka produk nugget ampas kedelai ini layak dikonsumsi oleh masyarakat. Uji Organoleptik Nugget ampas kedelai ini bertekstur kenyal dan bewarna coklat kekuningan. Nugget ini dibentuk Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Plastik
Rp. 2.000,-
Label
Rp. 2.000,-
Total
Rp. 4.000,-
Total Biaya Produksi 1kg Nugget :Rp. 30.900,Total Penjualan 1 kali produksi :Rp. 75.000,Total Keuntungan :Rp. 75.000 – Rp. 30.900 :Rp. 44.100,KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang penulis lakukan, dapat diketahui kandungan dari nugget ampas kedelai yaitu protein sebesar 8,06%, lemak sebesar 1,635%, Angka lempeng total dengan jumlah koloni Page 43
7,425 x 103, sedangkan dari hasil uji organoleptik didapatkan 63% panelis menyatakan suka dan 37% menyatakan sangat suka. Kadar protein dari produk tidak sesuai standar dikarenakan bahan baku berupa ampas kedelai yang tidak memiliki kadar protein seperti kacang kedelai itu sendiri. Dari penetapan kadar lemak dan angka lempeng total, produk nugget ini telah memenuhi syarat dari SNI. Maka dapat dikatakan bahwa produk nugget ampas kedelai ini layak untuk dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Dari hasil penjabaran secara sederhana keuntungan yang didapat dari hasil penjualan nugget ampas kedelai ini sebesar Rp. 44.100,-. SARAN Agar produk ini tetap awet, maka sebaiknya disimpan di dalam kulkas. Diharapkan juga agar produk ini bisa berkembang dengan penambahan bahan baku lainnya sehingga menambah cita rasa dan nilai gizi dari nugget ampas kedelai. Karena produk ini adalah bahan olahan dari limbah atau ampas kedelai maka penulis menyarankan agar adanya penelitian selanjutnya dengan parameter lain yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita.2004. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Gusti, Eli. Yeni Harmayanti. 2006. Modul Analisis Proksimat. SMAK : Padang Ir. Suprapti, Lies. 2005. Teknologi Pengolahan Pangan “Pembuatan Tahu”. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta. Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas tahu sebagai makanan tambahan. Proceeding Seminar 1983.Lembaga Kimia NasionalLIPI, Bandung. Elizarni. Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik. SMAK: Padang
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02 .Desember 2012
Page 44
UJI KADAR GULA, UJI CEMARAN LOGAM Cu, UJI CEMARAN MIKROBA ALT, SERTA PENETAPAN KADAR AIR PADA PERMEN KESEHATAN DAUN SIRIH (Chaviva auriculata Miq) Dra. Nilma, MP1, Billi Aziz2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Telah dilakukan pembuatan dan analisis permen daun sirih. Dari hasil analisis didapatkan, Kadar air (metoda Thermovolumetri) 15%, Kadar Gula sebagai sakarosa ( metoda Luff Schrool) 77,49%, Angka Lempeng Total (Metode hitung cawan) 1 x 103 koloni/g, dan Cemaran Logam Cu (Metoda Spektrofotometri Serapan Atom) 0,2117 mg/kg. Lebih dari 70%panelis menyukai permen daun sirih. ABSTRACT Was done makings and analisis is betel leaf peppermint. Of analisis's result is gotten, Water rate (Thermovolumetri's method) 15%, Sugared rate as sakarosa( Luff Schrool's method) 77,49%, Plate number Total (Method accounts cup) 1 x 10 3 colony / g, and Cu's Metal Calumny (Spektrofotometri's method Atom uptake) 0,2117 mg / kg. More than 70% panelis like betel leaf peppermint. PENDAHULUAN Permen adalah produk pangan yang disukai semua orang, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Berbagai bentuk, rasa, dan warna sangat memikat menjadi faktor utama. Tidak dapat dipungkiri konsumsi permen sangat besar di masyarakat. Hal ini menyebabkan pembuatan permen dapat menjadi peluang bisnis yang sangat potensial. Permen termasuk salah satu makanan berkalori tinggi yang pada umumnya berbahan dasar gula, air, dan sirup fruktosa. Pada umumnya permen sangat disukai oleh kalangan anak - anak. Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap. Kandungan senyawa anti bakteri dalam sirih dapat bekerja pada bakteri gingivitis (aaerob dan anaerob) dan bakteri pembentuk plak (Stertococcus mutans-c dan streptococcus mutans-d) (Syarief, 1992); kandungan antioksidannya dapat menghambat oksidasi penyebab ketengikan (Matz, 1984). Faktor lainnya yang mempengaruhi pemilihan daun sirih sebagai bahan baku adalah harga yang relatif murah dan mudah diperoleh. METODA Metoda yang digunakan untuk Uji kadar gula adalah Iodometri, untuk Uji ion logam Cu dan Penetapan kadar air adalah metoda Termovolumetri adalah serta untuk Uji cemraan mikroba ALT adalah metoda hitung cawan.
Page 45
EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Pengambilan bahan dasar pembuatan permen daun sirih di peroleh di daerah pasar raya Padang. Gula pasir 250 g direbus dengan 125 mL air rebusan daun sirih sampai mendidih sambil terus diaduk. Dimasukkan 165 g glukosa cair dan terus diaduk selama ±30 menit, diangkat dan didiamkan. Dimasukkan adonan permen ke dalam cetakan, diamkan hingga dingin dan mengeras, setelah itu keluarkan permen dari cetakan dan bungkus dalam plastik. UJI KADAR GULA Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,1 N dengan Kalium Dikromat 0,1 N Larutan K2Cr2O7 0,1 N dipipet sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan 25 mL aquades, 15 mL H2SO4 4 N, 15 mL KI 20%, kemudian dititar dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning gading. Ditambahkan 1 mL amilum 0,5% kemudian dititar kembali dengan menggunakan larutan standar Na2S2O3 0.1 N sampai hilangnya warna biru. Baca volume penitaran. Uji Kadar Gula Preparasi Sampel Ditimbang 2 g sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL ditambahkan sedikit air an dikocok. Ditambahkan 5 mL Pb asetat ½ basa, kemudian diteteskan 1 tetes larutan Ammonium Pospat 10%(bila timbul endapan putih maka penambahan Pb asetat ½ basa sudah cukup). Ditambahkan 15 mL Ammonium Pospat 10%. Dikocok dan dipaskan dengan aquades sampai tanda tera, dihomogenkan dan disaring hingga didapatkan filtratnya. Sebelum Inversi Dipipet 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades dan 25 mL larutan Luff school dan beberapa batu didih, dipasangkan pendingan tegak dan direfluk selama 3 menit mendidih, panaskan terus selama 10 menit, didinginkan. Kemudian ditambahkan 25 mL H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20%, dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga kuning gading, ditambahkan 2 mL amilum 0,5%, dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0.1 N sampai Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
hilang warna biru. Baca volume penitaran. Lakukan sebanyak duplo. Blanko juga dilakukan. Sesudah Inversi Dipipet 50 mL filtrat dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, ditambahkan 25 mL HCl 25% dan dipanaskan sampai suhu 680C-700C, didinginkan. Kemudian ditambahkan indikator PP, netralkan larutan tersebut dengan menambahkan NaOH 30%. Dipipet 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 mL aquades dan 25 mL larutan Luff school dan beberapa batu didih, dipasangkan pendingan tegak dan direfluk selama 3 menit mendidih, panaskan terus selama 10 menit, didinginkan. Kemudian ditambahkan 25 mL H2SO4 25% dan 10 mL larutan KI 20%, dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0.1 N hingga kuning gading, ditambahkan 2 mL amilum 0,5%, dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3 0.1 N sampai hilang warna biru. Baca volume penitaran. Lakukan sebanyak duplo. Blanko juga dilakukan. UJI LOGAM Cu Preparasi Sampel Ditimbang sampel sebanyak 2 g, diarangkan dan dilanjtukan dengan pengabuan di dalam furnace dengan suhu 700-9000C, abu yang dihasilkan dilarutkan dengan sedikit HNO3 pekat dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, kemudian cawan porselen dibilas dengan aquabides, air bilasan dimasukkan kedalam labu ukur dan dipaskan dengan aquabides sampai tanda tera dan dihomogenkan. Pembuatan Larutan Standar Cu Dipipet sebanyak 10 mL tritisol Cu 1000 ppm, kemudian dimasukkan ke dalan labu ukur 100 mL, ditambahkan aquabides sampai tanda tera dan dihomogenkan. Dibuat deret standar dengan komposisi 0, 0.5, 1, 1.5, 2, 2.5 ppm didalam labu ukur 50 mL, ditambahkan aquabides sampai tanda tera dan dihomogenkan. Absorban diukur dengan menggunakan AAS. Pembuatan Larutan Standar Cu Dipipet sebanyak 5 mL tritisol Na 1000 ppm, kemudian dimasukkan ke dalan labu ukur 50 mL, ditambahkan aquabides sampai tanda tera dan dihomogenkan. Dibuat deret standar dengan komposisi 0, 0.5, 1, 1.5, 2, ppm didalam labu ukur 100 mL, ditambahkan aquabides sampai tanda tera. Page 46
UJI CEMARAN MIKROBA ALT Dibuat tingkat pengenceran sesuai dengan tingkat kebutuhan, 10-1; 10-2; 10-3, dengan menggunakan larutan pengencer PW, 1 mL sampel dalam 9 mL larutan pengencer. Dipipet masing-masing 1 mL dari pengenceran 10-2-10-3 ke dalam cawan petri steril secara duplo, dituangkan 12 mL-15 mL media PCA yang masih cair dengan suhu 450C ke dalam masing-masing cawan petri. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati sampai media tercampur rata. Biarkan campuran dalam cawan petri memadat. Masukkan cawan petri dengan posisi terbalik dalam inkubator pada suhu 350C selama 48 jam. Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan petri, yang mengandung 25 koloni - 250 koloni dalam 48 jam. Lakukan juga pada blanko.
UJI LOGAM Cu
PENETAPAN KADAR AIR Ditimbang sampel sebanyak 5 g, dimasukkan sampel ke dalam labu destilasi, ditambahkan 50 mL xylol dan beberapa batu didih. Dipasang rangkaian destilasi dengan menggunakan segitiga continue (Aufhauser), pendingin lurus dan labu destilasi yang berisis sampel tadi. Dilakukan proses destilasi dengan menggunakann lampu spritus selama 1 jam sampai semua air dalam sampel dibebaskan. Proses destilasi dihentikan apabila tidak ada lagi air yang masuk ke dalam Aufhauser. Di baca jumlah mL air yang terdapat pada alat aufhauser.
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar air melebihi standar SNI yaitu maks.3,5%. Hal ini disebabkan mungkin karena proses pemanasankurang sempurna, sehingga kadar air masih tinggi.
No
Sampel
1 2
1 2
Rata-rata sukrosa
Sakaro sa (%) 77,56 77,43 77,49
Dari praktikum yang telah dilakukan jumlah kadar gula yang terdapat dalam minuman kesehatan sari tebu adalah 77,49 %. Hasil yang didapat masuk standar yaitu Min. 35%.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Rata-rata (mg/kg) -0,2117
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan logam Cu dalam sampel yaitu sebanyak -0,2117 mg/kg dan hasil ini masuk ke dalam standar yaitu maks. 2 mg/kg. PENETAPAN KADAR AIR No
Sampel
1 2
1 2
Berat yang terbaca 0,3 0,3
Kadar air (%)
Rata-rata (%)
15 15
15
UJI CEMARAN MIKROBA ALT N o 1 2
HASIL DAN PEMBAHASAN UJI KADAR GULA Sebelu Sesuda N Samp m h o. el (g) inversi inversi (%) (%) 2,001 1. 10,17 91,81 5 2,000 2. 7,62 89,12 1
Konsentrasi (mg/kg) -0,0957 -0,1160
Tingkat pengen ceran 10-2 10-2 10-3 10-3
Jumlah (koloni/ gram) 9 12 3 3
Hasil (koloni/ gram) 10,5 x 102 3 x 103
ALT (koloni/g ram) <30x102 (1x103)
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa cemaran mikroba angka lempeng total dari SNI kembang gula bagian keras. KESIMPULAN Dari analisis yang telah dilakukan terhadap permen dai daun sirih didapatkan kadar air 15%, kadar gula 77,49%, kadar Cu -0,2117 mg/kg, dan jumlah koloni cemaran mikroba angka lempeng total 1x103 koloni/gram. SARAN Diharapkan kepada masyarakat agar dapat mengolah daun sirih selain dijadikan sebagai obat juga dapat bernilai ekonomis. Penulis juga mengharapkan kepada pembaca yang berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permen sirih ini dengan parameter yang berbeda. Page 47
Agar dapat lebih mengetahui kendungan terhadap permen sirih ini, serta manfaat yang didapat. Disarankan untuk penyimpananpermen daun sirih di tempat yang sejuk agar permen tetap segar. DAFTAR PUSTAKA Alamatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Mustofiah, Dewi.2011.Bunga-Bunga Sekitar Kaya Obat untuk Kesehatan. Jakarta; Gagas Media. Standar Nasional Indonesia. 01-3547-2008. Kembang Gula – Bagian 1 : Keras Standar Nasional Indonesia. 01-3547-2008. Kembang Gula – Bagian 1 : Keras. Cara uji kembang gula Keras Lampiran B.5. Cara uji gula Standar Nasional Indonesia. 01-3547-2008. Kembang Gula – Bagian 1 : Keras. Cara uji kembang gula Keras Lampiran B.3. Kadar air Sudarmadji, Slamet. 2001, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Winarno, F.G. 2004, Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 48
PEMBUATAN DAN ANALISIS TELUR ASIN RASA BAWANG DAN RENDANG Sylvi, S.T,M.Si1, Nofrita2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah di cerna, dan bergizi tinggi. Selain itu,telur juga mudah di peroleh dan harganya relative murah. Umumnya telur itik digunakan untuk telur asin yang bertujuan untuk mengawetkan serta menambah cita rasa. Pada saat ini telur asin dibuat ditambahkan dengan rasa rendang dan bawang. Dalam penilitian ini dilakukan penetapan kadar protein dengan metode semi mikro kjedhal dengan hasil 11.35 %, penetapan kadar garam dengan hasil 2,76%, kemudian uji angka lempeng total dengan metode hitung cawan dengan hasil 3.75 x 102,serta dilakukan juga uji organoleptik. ABSTRACT Eggs are one source of animal protein that taste delicious, easily digested and highly nutritious. In addition, eggs are also easily obtained and relatively cheap price. Generally eggs duck used to the salted roes which aims to preserve and increase it tastes. At this time of the salted roes made added with a sense of rending and onions. The study is done in the levels of a protein with this method of micro spring kjedal with the 11:35%, the level of the determination of a salt with the result of rp 2.76%, then test with a total plate count method of calculating with the 3.75 x 102, and organoleptic tests are also performed. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi.Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah.Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya.Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral.Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur.Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat.telur.(Anonymous, 2000) Telur itik mempunyai kandungan protein lebih banyak terdapat pada kuning telur 17 %, sedangkan bagian putihnya terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Sebutir telur mempunyai kegunaan protein (net protein Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
utilization) 100% dibandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak. Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35%, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol. Kandungan nilai gizi telur itik secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur.Untuk mengurangi kerusakan telur itik selama penyimpanan dan sekaligus meningkatkan nilai ekonominya dilakukan upaya pengasinan (Sarwono, 1995). Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman Page 49
dalam larutan garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat, atau abu gosok atau bubuk bata merah. Kebanyakan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi telur asin sebagai lauk, hal ini merupakan peluang untuk membuat Produk “ Telur Asin Rasa Bawang dan Rasa Rendang”.Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul laporan analisis II “Telur Asin Rasa Bawang dan Rasa Rendang”.Selain itu, rata-rata telur asin yang dijual hanya memiliki rasa asin saja. Sehingga “ TelurAsin Rasa Bawang dan Rasa Rendang” yaitu telur asin yang memiliki gizi protein tinggi, rasanya berbeda sangat cocok dikembangkan. Pembuatan produk telur asin rasa bawang ini menpunyai nilai tambah pada telur asin itu sendiri.Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dengan produk, maka dilakukan analisa terhadap produk. METODA Metoda yang digunakan untuk, untuk Kadar garam Argentometri cara mohr, protein adalah semi mikrokjedhal,penentuan Uji Cemaran Mikroba (ALT) metoda TPC, dan Uji hedonik (tingkat kesukaan) metoda organoleptik. EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Diambil cuplikan secara acak dari berbagai hasil produk. Analisis pertama yang dilakukan analisis mikrobiologi, analisis kadar garam kemudian dilanjutkan dengan kadar protein. UJI CEMARAN MIKROBA (ALT) Sampel dihaluskan dan ditimbang 1 gram. Dilarutkan dalam 9 mL BPW steril dan dimogenkan (10-1). Dipipet 1 mL pengenceran 10-1, dilarutkan dalam 9 mL BPW steril, dikocok dan dihomogenkan (10-2). Dilakukan pengenceran 10-3 dengan cara yang sama seperti 10-2. Dipipet 1 mL pengenceran 10-2 dan 10-3 ke dalam cawan petri secara duplo. Dituangkan sebanyak 12-15 mL media PCA (Plat Count Agar) ke dalam tiap cawan. Digoyang cawan petri dengan hati-hati. Dibiarkan campurkan dalam cawan petri membeku. Dimasukkan kedua cawan petri dengan posisi terbalik ke dalam incubator dan inkubasi pada suhu 35oC selama 2x24 jam. Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap cawan yang mengandung 25-250 koloni setelah 48 jam. Dihitung angka lempeng total 1 mL sampel dengan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan. PENENTUAN KADAR PROTEIN Standarisasi Asam Klorida 0,01 N dengan Natrium Borak 0,01 N Dipipet larutan Na2B4O7 10 mL, dimasukkan kedlam Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 25 mL aquades, indikator MM, dititrasi dengan HCl dengan TAT orange. Penentuan Kadar Protein Ditimbang teliti 0,5100 gram contoh dimasukkan kedalam labu kjedhal 100 mL. Ditambahkan 2,0000 gram campuran selen dan 25 mL H2SO4 pekat teknis. Didestruksikan hingga larutan hijau jernih. Setelah didinginkan, diencerkan dalam labu ukur 100 mL. Dipipet 5 mL dengan pipet gondok dan dipindahkan kedalam labu didih 250 mL serta ditambahkan batu didih. Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP dan 5 mL NaOH 30 % (berlebih) dan hubungkan dengan alat penyuling. Hasil sulingan ditampung dengan 10 mL H3BO3 2 % , dan 3-5 tetes indikator MM. Sulingkan hingga hasil sulingan berwarna kuning. Dititar hasil sulingan dengan HCl 0.01 N dengan titik akhir titrasi orange. Dikerjakan blanko dengan mengganti bahan dengan aguades, lakukan destruksi, destilasi, dan titrasi seperti bahan contoh. PENENTUAN KADAR GARAM (NaCl) Standarisasi AgNO3 0.01N dengan NaCl 0.01N Dipipet larutan NaCl 10 mL, dimasukkan kedlam Erlenmeyer 250 mL, indikator K2CrO4, dititrasi dengan AgNO3 dengan TAT endapan merah bata. Penentuan Kadar Garam Hasil sampel yang sudah diabukan, dilarutkan kemudian disaring menggunakan kertas saring yang filtratnya ditampung dengan labu ukur 100 mL hingga bebas klor, paskan sampai tanda batas. Dipipet 5mL larutan kedalam Erlenmeyer 250mL. Diasamkan dengan beberapa tetes HNO3 (1:1), sampai larutan bereaksi asam terhadap indikator MM. Dinetralkan dengan MgO ditambah 1mL larutan K2CrO4 dititar dengan AgNO3 sampai endapan merah bata.
Page 50
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian terhadap sampel telur asin rasa bawang dan rendang No .
Produk
1.
Telur Asin
2.
Telur Asin
3.
4.
Telur Asin Telur Asin Rasa Bawang Telur Asin Rasa Rendang Telur Asin
Parameter Penetap an kadar Garam Penetap an Angka Lempen g Total Penetap an kadar Protein Uji Organol eptik (uji hendoni k)
Hasil
Standar
2,76%
Min. 2%
3.75 x 102
Maks. 1 x 105
11.35 %
Suka 55% Suka 55% Suka7 5%
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, maka didapat kadar protein yang diperoleh adalah 11.35%,hasilnya tidak terlalu berbeda dengan kadar protein pada telur asin yaitu sebesar 13,6%(Alex, 2011). Hal itu disebabkan karena jenis itik yang dipelihara serta kualitas pemeliharaanya, terutama faktor pakan pada masing-masing perternak itik berbeda sehingga ketersedian protein pada masing-masing telur itikpun berbeda. Dari praktikum Uji Mikroba yang dilakukan didapatkan jumlah koloni sebanyak 3,75 x 102, jika di bandingkan dengan SNI 7388-2009, syarat mutu daging segar . Hasil yang diperoleh lebih kecil dari ketentuan standar, karena prodak ini banyak mengandung garam, yang berfungsi untuk sebagai bahan pengawet serta pencegah masuknya bakteri pembusuk kedalam telur. Dari praktikum Uji Kadar Garam yang dilakukan didapatkan kadar rata-ratanya sebesar 2,76%, jika di bandingkan dengan SNI 01-4277-1996, telur asin . Hasil yang diperoleh melebihi batas minimal yaitu sebesar 2%, garam berfungsi sebagai pengawet sehingga dapat disimpan pada suhu kamar.Garam Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
juga dapat berfungsi sebagai pencegah masuknya bakteri pembusuk, dimana sebagai bukti hasil ALT yang jauh di bawah rata-rata.Dari sini dapat disimpulkan bahwa “Telur Asin Rasa Bawang dan Rendang” cukup layak untuk dikonsumsi. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan sampel “Telur Asin Rasa Bawang dan Rasa Rendang” maka didapat hasil kadar proteinnya sebesar 11.35%, kadar garam 2.7%, dan cemaran mikrobanya 3.75 x 102 koloni/gram sampel. Dari 15 butir telur asin rasa bawang dan rendang didapat produk jadi sebanyak 15 butir dan presentase keuntungan sebanyak 10%. SARAN Penulis menyarankan agar dilakukan analisis parameter yang lainya. Dan juga demi meningkatkan kreasi dan inovasi sebaiknya dilakukan pembuatan telur asin tidak hanya menggunakan rasa bawang dan rendang saja melainkan dapat memanfaatkan rasa lainya, serta juga dapat menumukan cara lain sehingga rasa yang didapat lebih enak juga dapat untuk dijadikan peluang usaha. DAFTAR PUSTAKA Alex.2011.Telur Asin & Telur Aneka Rasa.Yogyakarta:Penerbit Pustaka Baru Press. Bambang Suharno, Ir. dan Khairul Amri. 2007. Beternak itik secara intensif. Direktorat Gizi,Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Bahan Makanan: Jakarta Esti dan A. Sediadi.2000.Telur Asin.TTG Budidaya Pertanian. http//www/ristek.go.id Suprapti, M dan O. Rostiana.2002.Pengawetan Telur: Telur Asin, Tepung telur,dan Telur Beku.Kanisius,Yogyakarta. Sarwono,B. 1995. Telur :Pengawetan dan Manfatnya. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Suhardi,dkk.1997.Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Minuman Standar Nasional Indonesia 01-2891-1992 Cara Uji Makanan dan Minumanan Standar Nasional Indonesia 01-3556-2000 Cara Uji Garam Konsumsi Beryodium Page 51
Standar Nasional Indonesia 01-4277-1996 Telur Asin http://zaifbio.wordpress.com/2010/05/05/teluramara-polkad-telur-asin-macam-rasaenak-dan bergizi”/. Rabu,22 Februari 2012 jam 10:07 (http://www.chem-is-try.org/materi kimia/ instrumen analisis/ uji-organoleptik/ ujiorganoleptik/
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 52
PEMBUATAN KERIPIK KULIT SINGKONG SERTA ANALISISNYA Silvania Lorina,M.Si 1,Afrisan2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Singkong merupakan tanaman tropis yang hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan, mulai dari daunnya sampai umbinya. Umbi singkong biasanya hanya diambil dagingnya untuk diolah sebagai makanan sedangkan kulitnya dibuang sebagai limbah. Kulit singkong merupakan sisa dari produksi olahan umbi singkong ternyata mempunyai potensi yang besar menjadi suatu produk yang mempunyai nilai jual yang tinggi yaitu keripik kulit singkong karena pada kulit singkong masih memiliki banyak kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Dari produk keripik kulit singkong yang telah dibuat, maka dilakukan analisa mutu dari produk olahan tersebut, yaitu penetapan kadar karbohidrat dengan metoda iodometri, penetapan kadar asam lemak bebas, penetapan kadar air dan uji organoleptik, sehingga di dapatkan hasil berturut-turut sebesar 65,02% untuk kadar karbohidrat, 0,02% untuk kadar asam lemak bebas, 1,57% untuk kadar air ABSTRACT Cassava is a tropical plant that almost all parts of this plant can be used, starting from the leaves to the tubers. Cassava tubers are usually only for processed meat as food while the skin discarded as waste. Cassava is the remainder of the production of processed cassava roots apparently has a great potential to be a product that has a high value because of the cassava chips in cassava peel still has a lot of high carbohydrate content. Of cassava chips products that have been made, then analyzed the quality of processed products, namely the determination of carbohydrate content by iodometric method, the determination of free fatty acid levels, the determination of water content and organoleptic test, so in get the results, 65.02 % for carbohydrate content, 0.02% for levels of free fatty acids, 1.57% for moisture content, respectively A. PENDAHULUAN Singkong merupakan buah yang banyak mengandung karbohidrat, mineral, serat dan kandungan gizi yang bermanfaat untuk tubuh. Hampir semua bagian dari pohon singkong dapat dimanfaatkan mulai dari umbinya hingga daunnya. Umbi singkong biasanya hanya diambil dagingnya untuk makanan ringan, sedangkan kulit singkong dibuang begitu saja atau dijadikan makanan ternak. Padahal, di dalam kulit singkong memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sebesar 8-15% dari berat total singkong segar (http://bisnisukm.com/kulit-singkong-lezat-bergizidan bernilai-jual-tinggi.html) Berdasarkan informasi tersebut, maka dilakukanlah pengolahan limbah berupa kulit singkong ini menjadi produk olahan berupa keripik Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
kulit singkong yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mensisiati limbah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis. Diharapkan dengan adanya pembuatan keripik kulit singkong ini dapat dijadikan peluang usaha yang menguntungkan serta bisa dinikmati semua kalangan serta meningkatkan manfaat kulit singkong sebagai produk pangan olahan yang lebih menguntungkan daripada hanya dijadikan sebagai limbah.
Page 53
METODA 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan praktik dilakukan di Laboratorium SMK SMAK Padang dari tanggal 01 Maret sampai dengan 30 April 2012. 2. Sampling Bahan Baku Bahan baku kulit singkong didapat dari kebun singkong di dekat rumah penulis. Kulit singkong tersebut biasanya hanya ditinggal dalam kebun oleh para pembeli singkong. 3. Sampling sampel Sampling untuk analisis dari produk yang telah dibuat dilakukan dengan metoda quatering, dengan cara mengambil beberapa bungkus keripik yang telah dibungkus secara random dengan rumus 𝑥 = √𝑛 + 1 dan kemudian sampel tersebut digabungkan semua, setelah itu baru dilakukan quatering dengan cara membagi 4 sampel tersebut dan diambil sampel yang berhadapan. Kemudian sampel yang diambil tadi diaduk lagi dan dilakukan quatering kembali sampai didapatkan jumlah sampel yang sesuai untuk analisis yang akan dilakukan. 4. Alat Alat yang digunakan, adalah : desikator, cawan penguap, erlenmeyer250 mL dan 500 mL, gelas piala 250 mL, labu ukur 100 mL, buret 50 mL, pendingin tegak, corong, batang pengaduk, pipet gondok 10 mL, pipet takar 10 mL, pipet tetes, soklet, pendingin gondok, labu didih, gelas ukur 100 mL, pipet gondok 25 mL, neraca analitik, oven, tissu, tang penjepit, labu semprot, penangas air, standar, klem, slang plastik dan lampu spritus. 5. Bahan Bahan yang digunakan, adalah : asam klorida 3%, kertas lakmus, kaertas Luff, KI 30%, NaOH 30%, asam sulfat 25%, aquades, larutan kanji (indikator), Thio 0,1N, larutan baku tembaga sulfat 5 hidrat, asam sitrat, kalium dikromat 20%, asam asetat 3%, alkohol 96%, indikator pp, sampel (keripik kulit singkong), kapur sirih, minyak goreng, gabus, karet, kertas saring dan gas.
6. Cara Kerja Pembuatan Keripik Disiapkan semua peralatan, bahan dan bumbu. Direndam kulit singkong selama 1 jam, dipisahkan kulit singkong antara kulit luar dan kulit dalam yang akan dipakai dan dicuci kembali,. Direndam kulit singkong dalam air kapur sirih selama 1 jam kemudian dibilas hingga bersih. Kulit singkong yang telah dibilas tadi kemudian direbus hingga matang setelah itu dikering anginkan. Kulit singkong yang telah kering dilumuri dengan tepung bumbu dan digoreng. Kemudian keripik dikemas sesuai dengan keinginan. Penetapan Karbohidrat Ditimbang 5 gram sampel ke dalam erlenmeyer 500 mL. Kemudian ditambahkan 200 mL asam klorida 3%, refluk selama 3 jam dengan pendingin tegak. Dinginkan dan netralkan dengan larutan NaOH 30% (dengan lakmus atau pp) dan tambahkan sedikit asam asetat 3% agar suasana larutan agak sedikit asam. Pindahkan isinya ke dalam labu ukur 500 mL dan impitkan hingga tanda batas kemudian saring. Dipipet 10 mL hasil saringan ke dalam erlenmeyer 500 mL, tambahkan 25 mL larutan Luff (dengan pipet) dan beberapa butir batu didih serta 15 mL aquades. Panaskan dengan penangas air (refluk) campuran tersebut dengan nyala api tetap. Usahakan agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3 menit, didihkan terus selama 10 menit (dihitung dari saat mulai mendidih) kemudian cepat dinginkan dalam bak berisi es. Setelah dingin tambahkan 15 mL larutan KI 20% dan 25 mL asam sulfat 25% perlahan-lahan. Titar secepatnya dengan larutan thio 0,1 N (gunakan indikator larutan kanji 0,5%). Rumus : 𝑤1 𝑥 𝑓𝑝 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 𝑥 100 % 𝑤 Keterangan : Kadar karbohidrat W W1
Fp
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
: 0,90 x kadar glukosa : bobot cuplikan (mg) : glukosa yang terkandung Untuk mL thio yang diguna Kan dalam mg dari daftar Luff-Scrhool : faktor pengenceran
Page 54
Penetapan Asam Lemak Bebas Ditimbang 5 gram sampel yang telah digiling kemudian masukkan kedalam erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 50 mL alkohol 96% netral. Kemudian tambahkan 1-3 tetes indikator pp. Titar dengan NaOH 0,1 N, hingga warna merah muda (pink) yang tidak berubah selama 15 detik. Lakukan penetapan duplo. Hitung kadar asam lemak bebas Rumus : 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 (𝑉 𝑥 𝑁)𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝐸 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑙𝑚𝑖𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100% 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
Penetapan Kadar Air Ditimbang 5 gram sampel ke dalam cawan porselen yang sudah diketahui bobotnya. Panaskan dalam oven pada suhu 105oC. Kemudian dinginkan dalam desikator. Timbang cawan porselen sampai di dapatkan bobot konstan. Rumus : 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑥 100% 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 Uji Organoleptik Diletakkan keripik kulit singkong dalam wadah kemudian 30 panelis akan melakukan uji organoleptik keripik kulit singkong tersebut. Panelis akan memberikan hasil organoleptik dengan kriteria rasa, tekstur, warna dan bau dari keripik kulit singkong. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Uji dan Kualitas Mutu Produk No. 1. 2. 3. 4.
Parameter Karbohidrat Asam lemak bebas Kadar air Organoleptik
Hasil 65,02 % 0,02 % 1,57 % Rasa agak pedas, tekstur renyah, warna coklat kemerahan dan berbau normal
Dari tabel 1, terlihat bahwa di dalam keripik kulit singkong terdapat kadar karbohidrat yang cukup yaitu sebesar 65,02%. Dengan tingginya kadar karbohidrat dalam keripik singkong maka keripik ini dapat dijadikan makanan ringan yang baik bagi kesehatan, karena karbohidrat berguna sebagai sumber energi, mencegah timbulnya ketosis (penumpukan asam lemak), mencegah Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
kehilangan mineral dari dalam tubuh, membantu metabolisme lemak dan protein, membantu sistim pencernaan yang mengandung lemak serta pemberi rasa manis pada makanan. Untuk kadar asam lemak bebas, minimal yang diperbolehkan oleh standar nasional indonesia (SNI) adalah 2,5%. Untuk keripik kulit singkong ini kadar asam lemak bebas dibawah standar yang diperbolehkan, oleh karena ini keripik kulit singkong layak untuk dikonsumsi. Karena jka asam lemak bebas terlalu tinggi dalam suatu pangan atau makanan, maka makanan itu akan cepat tengik jika terpapar dengan udara sehingga mutu makanan kurang baik mutunya. Untuk kadar air pada keripik kulit singkong masih memenuhi persyaratan yang diperbolehkan oleh SNI keripik, yaitu sebesar 1,57%. Kadar air yang kecil menyebabkan keripik kulit singkong layak dikonsumsi dan mempunyai daya tahan yang cukup lama. Dengan kadar air sedikit, mikroba menjadi tidak dapat hidup atau berkembang dengan baik sehingga makanan tidak mudah rusak atau kadaluarsa. Untuk uji organoleptik, didapatkan hasil, bahwa keripik kulit singkong ini mempunyai cita rasa yang enak, yaitu memiliki rasa yang agak pedas, bertekstur renyah, bewarna kecoklatan dan beraroma normal. Sehingga mempunyai potensi untuk dikonsumsi dan dipasarkan untuk makanan ringan. KESIMPULAN Dari data yang diperoleh dari praktikum, dapat disimpulkan bahwa keripik kulit singkong memiliki potensi atau layak untuk dikonsumsi dan dipasarkan, karena mutu dari keripik kulit singkong untuk kadar karbohidrat, asam lemak bebas dan kadar air memenuhi nilai standar dari SNI. Untuk langkah selanjutnya disarankan untuk melakukan praktikum selanjutnya untuk parameter lain pada SNI keripik. DAFTAR KEPUSTAKAAN Eli Gusti, Yeni Hermayanti, 2006, Modul Analisis Proksimat, Padang, Sekolah Menengah Analis Kimia Padang (SMAKPA) Elizarni, S.T., M.Si. dan Fitriyeni, M.Si., 2007,Modul Organoleptik, Padang, Sekolah Menengah Analis Kimia Padang (SMAKPA) Page 55
Muchtadi,
R. Dan Sugiyono, 1989, Ilmu Pengetahuan Pangan, Bogor, Pusat Antar Universitas, Institut Teknologi Bogor. Standar nasional Indonesia, SNI 01-2891-1992, Cara Uji Makanan dan Minuman, Badan Standarisasi Indonesia. Winarno, F.G., Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia, Jakarta. http://bisnisukm.com/kulit-singkong-lezat-bergizidan-bernilai-jual-tinggi.html. http://www.berita86.com/2010/05/kripik-kulitsingkong-dari-limbah.html. http://travelkompas.com/read/2011/08/24/13075429 /cicipi-renyahnya-kripik-kulit-singkong.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 56
ANALISIS DAN PEMBUATAN NUGGET JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus) Antun Kamilah, S.Pd, M.Kom1, Nora Santoso2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah terpenuhinya gizi sejak didalam kandungan sampai usia dewasa. Diantara makanan yang mengandung nilai gizi tinggi adalah jamur, salah satunya yaitu jamur tiram yang mengandung protein 19-35%. Protein sangat penting bagi tubuh kita karena protein dapat mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak, dan dibutuhkan untuk pembentukkan biomolekul. Jamur dapat dibuat menjadi berbagai produk olahan, diantaranya adalah nugget. Nugget jamur tiram putih dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, khususnya mereka yang vegetarian. Dari analisis yang dilakukan, nugget jamur tiram putih mengandung protein sebesar 22,89%, kadar air 49,11%, dan cemaran mikroba Angka Lempeng Total dengan jumlah koloni sebesar 3 x 104/mg sampel. Dalam uji Organoleptik nugget jamur tiram putih dapat diterima oleh masyarakat. ABSTRACT One factor that determines the quality of human resource is fulfilled of nutrition, since in the womb untill adult. Between foods which contain the high nutritional value is mushroom, one of them is oyster mushrooms that contain 19% - 35% protein. Protein is very important for our body because it can change body’s cells which have destroyed, and it is needed for forming biomolecul. Mushrooms can be made as many kinds of refine product, one of them is nugget. Nugget of white oyster mushrooms can be enjoyed by all of society especially for vegans. Based on analysis that has been done, Nugget of white oyster mushrooms contain 22,89 % protein, 49,11% water content, and microbial contamination by total plate colony count of 3 x 104/mg samples. Based on organoleptic tests, Nugget of white oyster mushrooms can be accepted by all of society. PENDAHULUAN Jamur tiram mengandung protein berkisar antara 19-35%, lebih tinggi dibandingkan kandungan protein pada daging sapi yang hanya 21% (Mahasin Taurisia 2010). Jamur tiram juga mengandung sembilan asam-asam amino esensial yang tidak bisa disintesis dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan fenilalanin. Kandungan lemak jamur tiram setidaknya 72% dari total asam-asam lemaknya adalah asam lemak tidak jenuh. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu. Kandungan serat mulai 7,4-24,6 % sangat baik bagi pencernaan. Jamur mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi pelaku diet. Jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
dan biotin. Normal kecukupan Gizi untuk sehat tubuh membutuhkan protein sebanyak 55 g/hari. Jamur merupakan suatu produk yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan sehinnga dapat memenuhi kebutuhan akan protein. Pengolahan nugget jamur ini merupakan cara pengolahan yang sederhana, sehingga setiap orang mampu melakukannya. Meskipun sederhana pengolahannya,tidak akan mengurangi nilai gizi yang terdapat pada jamur tersebut. Didalam pembuatan nugget jamur kita harus teliti, jika terjadi kesalahan akan mengurangi nilai gizinya dan mempengaruhi nilai rasa. Nugget jamur dapat dimakan sebagai cemilan maupun sebagai lauk pauk. Tetapi banyak masyarakat belum mengetahui benar akan khasiat dari jamur tiram putih ini. Page 57
METODA Metoda yang digunakan untuk parktikum ini adalah: Metoda gravimetri untuk penetapan Kadar Air, Metoda Semi Mikro khejedhal untuk penetapan Kadar Protein, Metoda Hitungan Cawan untuk Uji ALT, Metoda organoleptik untuk Uji Hedonik EKSPERIMENTAL Pengambilan sampel Bahan baku jamur tiram putih dibeli dari pembudidaya jamur tiram putih di daerah “pasar baru” kota Padang provinsi Sumatera Barat. Jamut tiram yang memenuhi persyaratan adalah jamur yang berwarna putih tidak terdapat warna coklat serta tidak bau. PENENTUAN KADAR AIR Ditimbang 1,000 gram sampel, masukkan kedalam cawan penguap yang telah diketahui beratnya, Kemudian dipanaskan pada suhu 105 ºC selama 3 jam, Didinginkan dalam desikator, Ditimbang, diulangi pekerjaan ini hingga didapat bobot konstan PENENTUAN KADAR PROTEIN Standarisasi larutan HCl dengan Na2B4O7 0.01 N Kristal Na2B4O7 ditimbang tepat dan teliti 0.1910 g dengan neraca analitik, Dilarutkan dalam labu ukur 100 mL dengan aquadest dan impitkan sampai tanda garis, Larutan dipipet 10 mL dengan pipet gondok masukkan dalam Erlenmeyer, Ditambahkan 15 mL aquadest dan beberapa tetes indicator MM, Dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N sampai warna orange, Penitaran dilakukan duplo. Penentuan Kadar Protein Ditimbang dengan teliti 0,5100 gram nugget jamur tiram putih yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu kjeldhal 100 m, Ditambahkan 2 gram campuran selen dan 25 mL H2SO4 p.a, Dipanaskan diatas kompor gas atau penangas air sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijauan (2 jam), Didinginkan dan diencerkan dengan aquadest,dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL sampai tanda tera, Dipipet 10 mL larutan dimasukkan ke dalam alat penyuling,ditambahkan 10 mL NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP, Disulingkan selama 10 menit, dan ditampung dengan 10 mL asam borak 2% yang telah ditambah dengan indicator MM hingga warna kuning, Dibilas ujung pendingin dengan aquadest, dititrasi dengan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
HCl 0,01 N, Dikerjakan penetapan blanko dengan cara yang sama. PENETEPAN CEMARAN MIKROBA ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) Homogenisasi contoh dalam bentuk padatan Ditimbang 1 gram contoh padatan, kemudian ditambahkan 9 mL larutan pengencer BPW 0,1% hingga diperoleh pengenceran 1:1. Lalu dihomogenkan, Cara uji : Sterilkan area kerja dan semua peralatan yang akan digunakan. Dibuat larutan pengencer BPW 0,1% masing-masing 9 mL untuk pengenceran 10-2 sampai 10-5 kedalam tabung reaksi steril. Dipipet sampel nugget yang telah diencerkan tersebut sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan ke dalam pengenceran 10-2, sambil dihomogenkan. Kemudian dipipet 1 mL lagi dari pengenceran 10-2 yang telah dihomogenkan tersebut lalu dimasukkan ke dalam pengenceran 10-3 , sambil dihomogenkan. Lalu diteruskan sampai 10-5. Lalu dari pengenceran 10-3, 104 dan 10-5 yang telah dihomogenkan tersebut dipipet 1 mL ke dalam cawan petri secara duplo. Tambahkan 15-20 mL media PCA yang sudah didinginkan hingga temperature 450 C pada masingmasing cawan yang sudah berisi suspensi. Supaya larutan contoh dan media PCA tercampur seluruhnya, lakukan pemutaran cawan kedepan dan belakang atau membentuk angka delapan dan diamkan sampai menjadi padat. Inkubasi pada temperature 34o C sampai dengan 36o C selama 2×24 jam dengan meletakkan cawan pada posisi terbalik. Penghitungan jumLah koloni Hitung jumLah koloni pada setiap seri pengenceran kecuali cawan petri yang berisi koloni menyebar (spreader colonies). Pilih cawan yang mempunyai jumLah koloni 30-300. Uji organoleptik Pada uji organoleptik penulis melibatkan 30 orang panelis tidak terlatih untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap produk yang dibuat.
Page 58
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Praktikum No Parameter Hasil analisis 1 Kadar Air 49,11% 2 3 4
Kadar Protein Cemaran Mikroba ALT Uji Organoleptik a. Uji hedonik
22,89% 3 × 104 Suka (57%)
SNI MAKS 60% MIN 12% MAKS 5 × 104 -
b. Uji Kenyal tekstur (63,33%) c. Uji aroma Bau nugget (73,33%) d. Uji warna Kuning kecoklatan (80%) e. Uji rasa Pas (73,33%) Pada analisis yang dilakukan dengan parameter kadar air, kadar protein dan cemaran mikroba ALT (Angka Lempeng Total), nugget jamur tiram putih yang penulis buat memenuhi persyaratan pada SNI 01 – 6683 – 2002 (Nugget Ayam). Dan pada uji organoleptik masyarakat suka pada nugget jamur tiram putih ini, dikarenakan kenyal, bau nugget, dan rasa yang enak tidak kalah enak dengan nugget ayam.
Mahasin, Taurisia. 2010. 18 Resep Variasi Olahan Jamur. Yogyakarta: Citra Media. Standar Nasional Indonesia. 01-6683-2002. Nugget Ayam. Standar Nasional Indonesia. 2891-1992.Cara Uji Makanan dan Minuman. Standar Nasional Indonesia. 2897:2008. Metoda Pengujian Cemaran Mikroba dalam Daging, Telur, dan Susu, serta Hasil Olahannya. Suriawiria, Unus. 2002. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. Sutarmadji Slamet, dkk. 2003. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Sutarmadji Slamet, dkk. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi 3. Yogyakarta: Liberty. Winarno F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yeniza. 2005. Modul Analisis Gravimetri. Padang. SMAK.
KESIMPULAN Dari hasil analisis terhadap kadar air, kadar protein, dan uji Cemaran Mikroba Angka Lempeng Total memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan SNI No 01 – 6683 – 2002 (Nugget Ayam). Untuk uji organoleltik nugget jamur tiram putih ini disukai oleh masyarakat DAFTAR PUSTAKA Elizarni, Fitriyeni. 2007. Modul Organoleptik. Padang. SMAK
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 59
PEMBUATAN DAN ANALISIS ES KRIM BUAH NAGA ( Hylocereus undatus ) LUSI MADONA S.Si1 , AUDIO MAYU APRILA2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika tenggah dan Amerika Selatan. Selain rasanya yang manis dan menyegarkan buah naga juga mengandung vitamin C,beta karoten, kalsium, dan karbohidrat,buah naga juga mengantung serat yang tinggi sebagai pengikat zat karsinogen. Dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar vitamin C dengan metoda iodometri diperoleh hasil 0,0071 %,penetapan kadar protein metoda mikro kjedhal diperoleh hasil 4,25 %, uji mikroba dengan metoda angka lempeng total diperoleh hasil 3,5 × 102, serta dilakukan pula uji organoleptik dimana 83,33 % panelis menyukai produk ice cream buah naga. Berdasarkan hasil analisa es krim buah naga layak untuk dikomsumsi. Dari 400 gram tepung es krim dan 70 gram buah naga didapatkan 14 cup es krim buah naga dengan harga jual Rp. 2000/cup sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 11.000 . kata kunci : Buah naga ABSTRACT Dragon fruits is the fruit of several cactus species of the genera Hylocereus and Selenicereus. The fruit came from Mexico, Central America and South America. But the taste is sweet and refreshing also contain vitamin C dragon, betecarotein, calcium, and carbohydrat, dragon fruit is also high in fiber as a binder carcinogen. In this study peformed yhe assay of vitamin C with iodometric with the result of 0,0071%, the method of micro-protein assay with result kjedhal 4,25%, microbial test method with the total plate with 3,5 x 10 -2, and carried similarly 83,33% organoleptic test where panelis liked the dragon fruit ice cream products. Based on the analysis of ice cream worth the dragon fruit consumed. of 400 grams flour 70 grams of ice cream and get 14 dragon fruit ice cream cup with a selling price of Rp. 2000/cup to obtain a profit of Rp. 11 000. Key words: Dragon fruit PENDAHULUAN Es krim adalah sebuah makanan beku dibuat dari produk dairy seperti krim (atau sejenisnya), digabungkan dengan perasa dan pemanis. Campuran ini didinginkan dengan mengaduk sambil mengurangi suhunya untuk mencegah pembentukan kristal es besar. Tradisionalnya, suhu dikurangi dengan menaruh campuran es krim ke sebuah wadah dimasukkan ke dalam campuran es pecah dan garam. Garam membuat air cair dapat berada di bawah titik beku air murni, membuat wadah tersebut mendapat sentuhan merata dengan air dan es tersebut. Meskipun istilah es krim sering digunakan untuk menunjuk ke "dessert" beku dan makanan ringan, tapi sebenarnya digunakan unuk menunjuk ke "dessert" beku dan makanan ringan yang terdiri dari Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
lemak susu. Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, membatasi penggunaan istilah tersebut berdasarkan kuantitas dari bahan dasar makanan tersebut. Menurut AL Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, organisasi yang meneliti buah naga merah, buah kaktus madu itu cukup kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang sangat membantu meningkatkan daya tahan dan bermanfaat bagi metabolisme dalam tubuh manusia. Penelitian menunjukkan buah naga merah ini sangat baik untuk sistem peredaran darah, juga memberikan efek mengurangi tekanan emosi dan menetralkan toksik dalam darah. Penelitian juga menunjukkan buah ini bisa mencegah kanker usus, selain mencegah kandungan kolesterol yang tinggi Page 60
dalam darah dan menurunkan kadar lemak dalam tubuh. Secara keseluruhan, setiap buah naga merah mengandungi protein yang mampu meningkatkan metabolisme tubuh dan menjaga kesehatan jantung; serat (mencegah kanker usus, kencing manis dan diet); karotin (kesehatan mata, menguatkan otak dan mencegah masuknya penyakit), kalsium (menguatkan tulang). Buah naga juga mengandungi zat besi untuk menambah darah; vitamin B1 (mencegah demam badan); vitamin B2 (menambah selera); vitamin B3 (menurunkankadar kolesterol) dan vitamin C (menambah kelicinan, kehalusan kulit serta mencegah jerawat). Berdasarkan hal tersebut,penulis tertarik untuk menghasilkan suatu produk yang berupa makanan ringan yang sehat dengan penambahan buah pada ice cream.Melalui analisis proyek kecil mandiri ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya,terutama bagi para penikmat ice cream. METODA Metoda yang digunakan untuk vitamin C adalah iodimetri, penetapan kadar protein metoda mikro kjedhal, uji Angka Lempeng Total (ALT) metoda hitung cawan dan uji organoleptik metoda hedonik. EKSPERIMENTAL PENENTUAN KADAR VITAMIN C Standarisasi Natrium Thio Sulfat 0,01 N dengan K2Cr2O7 0,01 N Dipipet 10 ml larutan K2Cr2O7 dimasukan ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan 25 ml aquades.ditambahkan 25 ml HCl dan KI 10% sebanyak 10 ml. Dititar dengan tiosulfat hingga warna larutan kuning gading lalu tambahkan dengan 1 ml amilum 1% dan dititar kembali dengan tio sulfat hingga hilang warna biru. Standarisasi iodium 0,01 N dengan Natrium Thio Sulfat 0,01N Dipipet larutan tiosulfat 0,01 N sebanyak 10ml kedalam erlenmeyer,ditambahkan 25 ml aquades dan 1 ml amilum 1%,dititar dengan lerutan iodium 0,01 N sampai terbentuk warna biru. Penentuan Kadar Vitamin C Ditimbang sampel es cream sebanyak 10 g dan dimasukan kedalam labu ukur 100 ml, lalu paskan Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
dengan aquades sampai batas garis dan homogenkan. Larutan tersebut disaring, lalu dipipet hasil saringan tadi sebanyak 10 ml dan dimasukan kedalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 2 ml larutan amilum 1% dan tambahkan 20 ml aquades, kemudian titrasi dengan standar iod 0,01 N, sampai timbul warna biru. Baca volume penitaran. Lakukan sebanyak triplo. Dan lakukan juga perlakuan yang sama pada blanko. PENETAPAN KADAR PROTEIN Standarisasi Larutan HCl 0,01 N dengan Na2B4O7 0,01 N Ditimbang Na2B4O7 sebanyak 0,191 g dengan neraca analitik. Larutkan dalam labu ukur 100 ml, larutkan dengan aquades sampai tanda tera dan homogenkan. Pipet larutan tersebut sebanyak 10 ml dengan pipet gondok lalu masukan kedalam erlenmeyer. Tambahkan 15 ml aquades dan beberapa tetes indikator MM. Titrasi dengan larutan HCl 0,01 N sampai warna titrasi orange. Lakukan penitaran duplo. Penetapan Kadar Protein Desruksi Dibuat campuran selen dengan menimbang SeO2 2,5 g, K2SO4 100 g, dan 20 g CuSO4.5H2O dan homogenkan. Ditimbang sampel sebanyak 0,5100 g secara teliti masukan kedalam labu kjedhal. Tambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H2SO4 dan beberapa batu didih. Lakukan proses desruksi di atas nyala api kompor gas dan labu kjedhal dipasang miring 450 pada standar dan klem,. Lakukan pemanasan sampai warna larutan berubah menjadi hijau jernih. Jika sudah hijau jernih hentikan proses desruksi dan biarkan dingin. Setelah dingin pindahkan larutan tadi kedalam labu ukur 100 ml bilas labu ukur dengan aquades dan paskan dengan aquades sampai tanda tera. Lalu homogenkan. Tahap Destilasi Pipet 5 ml sampel dan masukan kedalam labu destilasi, tambahkan 2 – 3 tetes indikator PP. Pasang dan siapkan rangkaian alat destilasi. Tambahkan 5 ml NaOH 30% dengan pipet takar kedalam labu suling dan tutup mulut labu suling. Untuk erlenmeyer penampung isi larutan H3BO3 2% dan tambahkan 2-3 tetes ind MM. Lalukan proses destilasi.proses destilasi dapat dihentikan pada saat Page 61
warna larutan penampung sudah berubah menjadi kuning. Lalu bilas pendingin lurus dengan aquades, hasil bilasan ditampung didalam larutan penampung destilat tersebut. Lakukan juga pada blanko. Berat Sampel (g) 0,5108 0,5103
Volume Penitaran ( ml) 1,50 1,50
1,50 1,60
Kadar protein (%)
Rata – rata (%)
Standar (%)
4,16 % 4,33 %
4,25 %
Min. 2,7
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) Ditimbang 1 gram sampel dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan PW steril (10-1) kemudian diencerkan sampai 10-3. Dipipet 1 mL larutan 10-2 dan 10-3 dan masukkan ke dalam cawan petri steril secara duplo. Dituangkan media PCA yang telah dicairkan pada suhu 45OC sebanyak 15-20 mL kedalam cawan petri dan dihomogenkan. Setelah membeku, balikkan cawan petri dan diinkubasi di inkubator selama 2 hari. Dihitung jumlah koloni mikroba. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kadar Vitamin C Volume Penitaran (ml) 0,9 0,9 ml ml 0,9 0,9 ml ml
Penentuan Kadar Protein Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sebesar 4,16% dan 4,33%, apabila dibandingkan dengan standar maka hasil yang diperoleh sesuai dengan SNI 01-3713-1995. Protein yang didapatkan berasal dari protein susu. ALT
Tahap Titrasi Isi buret dengan larutan HCl 0,01 N, kemudian titar destilat tersebut dengan larutan HCl 0,01 N, titrasi dilakukan hingga warna berubah menjadi orange. Lakukan juga pada blanko.
Berat Sampel ( g) 10.0007 g 10.0000 g
digunakan berbeda, itu yang mengakibatkan kadar vit c yang didapatkan tidak sesuai.
Jumlah koloni per pengenceran
0,0071 % 0,0071 %
Standar (%) 0,0094 %
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sebesar 0,0071 % dan 0,0071 %, hasil yang didapatkan tidak masuk standar karena vitamin C yang terkandung dalam buah naga sifatnya mudah rusak. Akibatnya kandungan vitamin C yang didapat lebih kecil dari yang seharusnya. Dan buah naga yang dipakai tempat nya berbeda dengan buah naga yang dipakai sebagai standar. Sehingga sruktur tanah dan jenis pupuk serta air yang Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
SPC
10-2 10-3 Max 2,0 x 3 0 105 4 0 Rata2=3,5 0 Pada uji yang dilakukan didapatkan bakteri sebanyak 3,5 × 102 dibandingkan dengan standar maka hasil yang didapatkan sesuai dengan standar dan produk ini layak untuk dikomsumsi. Uji Organoleptik Jumlah panelis
Sangat suka
Suka
Kuran g suka
30 orang
25 orang 83,33 %
5 orang 16,67 %
0
Tida k suka 0
-
-
Persentas e Kadar Vit. C (%)
Hasil keterangan yang didapat (3,5 x hitung 2 10 ) pengenceran 10-2
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 83% panelis sangat menyukai produk ice cream buah naga. Dan 16% panelis menyukai produk ice cream buah naga. Sehingga memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk skala besar. KESIMPULAN Dari percobaan yang dilakukan oleh penulis dalam es krim buah naga didapatkan kadar vitamin C sebanyak 0,0071 %, kadar protein sebanyak 4,25%, dan penentuan bakteri yang tumbuh sebanyak 3,5 x 102 dan pada iju organoleptik sebanyak 83,33 % panelis menyukai es krim buah naga.
Page 62
SARAN Agar produk tetap tahan lama lebih baik disimpan didalam lemari es pembeku. Dan sebaiknya dikomsumsi sebelum tangal kadarluarsa, untuk itu bagi pembaca disarankan mengkonsumsi es krim buah naga dan agar adanya penelitian selanjutnya dengan parameter yang lebih lengkap, dan produk ini dapat dikomsumsi oleh semua kalangan. DAFTAR PUSTAKA ^ a b c d e f g h davies mb, austin j, partridge da. 1991. Vitamin c: its chemistry and biochemistry. Hal : 97-100. The royal society of chemistry: cambridge. ^ ussery d. 1998. Gene expression & regulation.Aksara: jakarta. Anonymous. Pengolahan hasil pertanian hortikultura. Wahana informasi teknologi pasca panen. Edisi 21, 14 maret 2002. Teknopro, subdit teknologi pengolahan hasil hortikultura. Ditjen bpphp departemen pertanian. Aoac, 1970. Official methods of analysis of the association of official analytical chemists. Association of official analytical chemist, washington, d.c. Aurand, l.w. dan a.e. woods, 1973. Food chemistry. The evi publishing company, inc. Westport, connecticut. David, Elizabeth (1994). "harvest of the cold months: the social history of ice and ices". London: penguin. Isbn 0-14017641-1 . Elizarni dan fitriyeni, 2007. Organoleptik. Sekolah menengah analis kimia padang. Padang Fardiaz, srikandi. 1993. Analisis mikrobiologi pangan. Rajagravindo persada; jakarta. Felger, Richard & Moser, Mary B.(1985): people of the desert and sea: ethnobotany of the seri indians. University of arizona press, tucson Ham,mulyono,drs,m.pd.(2006). Membuat reagen kimia di laboratorium. Penerbit bumi http://www.cbs.dtu.dk/staff/dave/dna_cendog.html. Diakses pada 5 mei 2010 Kantor deputi menteri negara ristek dan teknologi, bidang pendayagunaan dan pemasyarakatan iptek. 2000. Teknologi membangun ukm/ikm daerah. Jakarta. Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Snell, f.d., dan f.m. riffen, 1972. Commercial methods of analysis. Resived edition. D.b. taraporevala sons & co. Private ltd. Bombay SNI 01- 3713 – 1995. Ice cream Standar nasional indonesia. 02-2891-1992. Cara uji makanan dan minuman. Sudarmaji, Slamet.dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty Yogyakarta UGM : Yogyakarta.
Page 63
ANALISIS DAN PEMBUATAN DEMPUL KAYU DARI GETAH MERANTI (Sorea Sp) Wityanita , S.Pd 1, Yasredi Agus 2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Getah meranti adalah suatu campuran yang kompleks dari sekret tumbuh-tumbuhan dan insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari metabolisme dan di bentuk diruang-ruang skizogen dan skizolisigen. Getah meranti dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan dempul untuk kayu yang berguna untuk menutupi lubang-lubang yang ada pada kayu perabot rumah. Untuk memastikan layak atau tidaknya dempul ini untuk digunakan oleh masyarakat, maka harus dilakukan uji terlebih dahulu dengan parameter sebagai berikut : penetapan kadar air, kadar abu, bilangan asam, dan kelarutan dalam methanol. Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar air sebesar 3.77 %, kadar abu 0.42 %, bilangan asam 137.94 dan kelarutannya kurang baik dalam methanol. Setelah dibandingkan dengan SNI maka hasil tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat disimpulkan bahwa dempul ini memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dipergunakan. ABSTRACT Timber tree sap is a complex mixture of secretions of plants and insects, are usually solid and amorphous and the final results of the metabolism and in the form of room-space and skizolisigen skizogen. Timber tree sap can be used as a base material for the manufacture of wood putty is useful to cover existing holes in wood furniture. To verify whether or not worthy of this putty for use by the public, it must be tested first with the following parameters: determination of moisture content, ash content, acid number, and the solubility in methanol. Of lab work has been done the results obtained by the water content of 3.77%, 0.42% ash content, acid number 137.94 and poor solubility in methanol. After SNI compared with the results they meet established standards and it can be concluded that the putty has good quality and worth to be used. PENDAHULUAN Getah meranti merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang pada saat ini tidak begitu dimanfaatkan meskipun mudah untuk mendapatkannya, terutama di daerah pedesaan yang masih banyak dikelilingi hutan. Pohon meranti teristimewa ditanam untuk diambil kayu dan getahnya, getah ini memiliki banyak kegunaan seperti: bahan pembuatan cat, bahan pembuatan korek api, dan bahan untuk membuat dempul kayu. Getah keluar tatkala kulit (pepagan) kayu meranti dilukai. Getah akan mengalir keluar dan membeku setelah kena udara beberapa waktu lamanya. Getah juga dapat diperoleh dari luka-luka alami pada batang meranti, getah umumnya dipanen ketika berusia dua minggu dan masih berwarna kekuning-kuningan. Kalau diambil setelah usianya Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
genap satu bulan, getah berwarna putih mengkilat, bening, dan keras. METODA Metoda yang digunakan untuk Uji Air adalah Thermogravimetri, Uji Bilangan Asam adalah Alkalimetri, Abu adalah Gravimetri (secara langsung), dan Kelarutan dalam Methanol. EKSPERIMENTAL Pembuatan Produk Dalam pembuat dempul ini yang pertama sekali adalah memilih jenis getah yang paling baik yaitu berwarna putih mengkilat, kemudian bersihkan semua kotoran yang menempel pada getah dengan menggunakan pisau. Setelah bersih, kemudian Page 64
ditumbuk sampai halus memakai lumpang dan alu, getah yang sudah ditumbuk halus kemudian diayak pada ayakan 500 mikrometer untuk memperkecil partikelnya dan juga menyaring kotoran yang masih tertinggal. Selanjutnya ditimbang getah yang sudah halus sebanyak 1kg dan tambahkan 300 gram serbuk kayu dan 200 ml minyak tanah sambil diaduk hingga berbentuk seperti pasta. Setelah terbentuk pasta, maka dempul ini siap untuk digunakan. Pengambilan Sampel Untuk keperluan analisis dilakukan pengambilan sampel pada produk yang sudah jadi, dimana sampel yang diambil harus mewakili dari produk tersebut. Penentuan Kadar Air Timbang dengan teliti contoh yang sudah ditumbuk halus sebanyak 2 gram, masukkan dalam cawan porselen. Panaskan dalam oven listrik yang mempunyai pengatur suhu (105 0C) selama 2 jam, lalu dinginkan dalam desikator sampai mencapai suhu kamar dan timbanglah, panaskan lagi 30 menit dan dinginkan dalam desikator. Ulangi pemanasan dan penimbangan beberapa kali (biasanya 3-4 kali) sampai pengurangan berat antara dua penimbangan berturut-turut lebih kecil dan 0,0001 gram. Penentuan Bilangan Asam Standarisasi KOH dengan Asam Oksalat Pipet asam oksalat sebanyak 10 ml dengan pipet gondok , masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan aquades sebanyak 25 ml dan 1-2 tetes indikator PP. Masukkan KOH kedalam buret 50 ml dan lakukan titrasi sampai titik akhir titrasi ( pink seulas ). Penentuan Bilangan Asam Timbang dengan teliti 2 gram contoh, masukkan dalam erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 50 ml campuran etanol 96%-Benzol (1:1) sampai larut, lalu tambahkan 4 tetes indikator PP. Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,5 N sampai ada perubahan warna menjadi merah jambu. Lakukan juga penetapan pada blanko.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Penentuan Kadar Abu Timbang dengan teliti 2 gram contoh, masukkan kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Arangkan terlebih dahulu pada penangas, lalu abukan dalam furnace pada suhu 600 0C selama 2 jam, kemudian dinginkan pada desikator selama 15 menit. Timbang sampai didapat berat tetap. Kelarutan dalam Methanol Timbang sebanyak 1 gram sampel dengan neraca analitik, masukkan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan kira-kira 1ml metanol dengan memakai pipet takar.Lakukan penambahan metanol sampai larutan menjadi jenuh (amati kelarutannya, ada endapan atau tidak). Untuk uji lanjutan, saring endapan yang tidak larut dengan memakai kertas saring yang sudah diketahui beratnya. Setelah penyaringan selesai maka biarkan dahulu pelarutnya (metanol) menguap, kemudian timbang endapan yang ada dalam kertas saring. Hitung persentase kelarutannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Kadar Air Bilangan Asam Kadar Abu Kelarutan dalam Methanol
Hasil Analisis 3,77 % 137,94 0,43 % Kurang Baik
Standar Maks.7,5 % Min. 33 Maks.4 % Kurang Baik
Penetapan Kadar Air Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kadar air yang didapat telah sesuai dengan standar yang tercantum dalam SNI Damar untuk dempul kayu tipe B, dimana dalam SNI ini kadar airnya maksimal 7.5 %. Penetapan Bilangan Asam Dari hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh bilangan asam sebesar 137.94, maka dari itu bilangan asam pada dempul ini telah masuk kedalam kriteria mutu yang telah ditetapkan dalam SNI damar untuk dempul kayu tipe B, dimana bilangan asamnya min.33. Page 65
Penetapan Kadar Abu Berdasarkan hasil analisis kadar abu terhadap dempul ini maka dapat dinyatakan bahwa telah sesuai dengan SNI damar untuk dempul kayu tipe B, dimana kadar abu maksimal sebesar 4 %. Kelarutan Berdasarkan data yang diperoleh untuk kelarutan dempul ini dalam methanol maka dapat disimpulkan bahwa kelarutannya kurang baik dan sesuai dengan SNI yang telah ditetapkan untuk uji dan mutu damar untuk dempul kayu tipe B. KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut : kadar air 3.77 %, bilangan asam 137. 94, kadar abu 0.43 % dan kelararutannya kurang baik dalam methanol. Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa getah meranti yang digunakan untuk dempul kayu telah sesuai dengan SNI.
Standar Nasional Indonesia. 01-3182-1992. Bijibijian, Gaplek dan Bahan Lain sejenis Penentuan Kadar Air. http://id.wikipedia.org./wiki/meranti_merah (18 april 2012). Usu.ac.id (18 april 2012). Nadjeeb.wordpress.com/resin/ (18 April 2012). http://id.wikipedia.org/wiki/kelarutan (19 April 2012). http://duniabaca.com/faktor-yang-mempengaruhikelarutan.html (19 April 2012). http://banyaktugas.blogspot.com/2010/11/ faktorfaktor-yang-mempengaruhi.html http://www.membuatblog.web.id/2010/02/ asamlemak.htm (19April 2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol (19 April 2012 ) http://eremjezone.blogspot.com/2010/05/ kadarabu.html (19 April 2012).
SARAN Bagi masyarakat atau kalangan yang berminat membuat dempul ini,maka penulis memberikan saran agar menambahkan bahan yang dapat mempercepat dempul ini menjadi mengeras setelah digunakan pada benda yang dimaksud karena sampai sekarang penulis belum menemukan solusinya dan berharap agar kekurangan dari produk ini bisa terpenuhi untuk mendapatkan nilai guna yang menguntungkan bagi masyarkat luas. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Khairil, dkk.1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : Fakultas Matematika dan IPA Universitas Gajah Mada. Riawan, S. 1989. Kimia Organik. Jakarta. Sudarmadji, Slamet, dkk. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Standar Nasional Indonesia. 01-4238-1996. Mutu dan Cara Uji Damar untuk Dempul Kayu. Standar Nasional Indonesia. 19-0428-1989. Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan.
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 66
PEMBUATAN DAN ANALISIS JERAMI AMONIASI UNTUK PAKAN TERNAK Elizarni, ST.M.Si 1 Hendra Saputra2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Jerami padi dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pakan ternak ruminansia, bahkan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membuat pakan ternak dari jerami padi dengan cara fermentasi dengan teknik amoniasi. Tujuan penulis menganalisis jerami padi fermentasi adalah untuk mengetahui kadar protein secara mikro kjedhal, kadar lemak secara sokletasi, dan kadar serat kasar. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah kadar protein sebesar 6,88 %, kadar lemak 1, 375 % dan kadar serat kasar sebesar 19,76 %. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa jerami fermentasi sangat berguna untuk memberi makan ternak ruminansia dan menambah bobot gizi yang diperlukan oleh ternak ruminansia. ABSTRACT Rice straw can be used for the manufacture of animal feed raw materials ruminansia, it can even be stored in a enough long time. Therefore, the authors are interested in making animal feed from rice straw by fermentation with amoniasi techniques. Purpose the authors analyze the fermentation of rice straw is to determine levels of protein in micro kjedhal, sokletasi fat levels, and crude fiber content. The results of this study was the protein levels of 6,88%, fat content of 1, 375% and crude fiber content of 19.76% From the above it can be concluded that the fermentation is very useful hay for feeding livestock ruminansia and add weight to the nutrients required by livestock ruminansia. PENDAHULUAN Ternak ruminansia (pemamah biak) meliputi sapi, kerbau, kambing, dan domba secara alami membutuhkan hijauan berupa rumput dan daundaunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang penting bagi ternak ruminansia. Hijauan ini dapat berasal dari : hijauan liar (tidak sengaja ditanam dan tumbuh dengan sendirinya) dan hijauan yang dibudidayakan (sengaja ditanam dan dipupuk). Hijauan liar terdiri atas berbagai jenis rumput, leguminoceae, dan tanaman lainnya. Sedangkan hijauan yang dibudidayakan hanya merupakan satu species rumput atau bercampur dengan species rumput lain. Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh faktor musim, dimana pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah, sedangkan pada musim kemarau ketersediaan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya peternak memberi pakan sisasisa pertanian seperti jerami. Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Hasil pemanenan padi berupa jerami tidak banyak dimakan ternak, biasanya ditumpuk dan dibiarkan mengering kemudian dibakar. Jerami padi belum dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat peternak untuk ternak ruminansianya. Oleh sebab itu penulis mencoba untuk membuat pakan ternak dari jerami padi dengan tekhnik amoniasi. METODA Metoda yang digunakan adalah Penentuan kadar protein secara mikro khjedal, Penentuan kadar lemak metoda sokletasi, Penentuan kadar serat kasar. Uji Organoleptik. EKSPERIMENTAL Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah jerami padi yang dihasilkan ketika padi sedang panen yang ada di jalan Alai pauh dan sekitarnya.
Page 67
PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA MIKRO KHJEDAL Tahap Destruksi Campuran Selen dibuat dengan menimbang 2.5 gr SeO2, 100 gr K2SO4, dan 20 gr CuSO4.5H2O, kemudian semua zat disatukan dan dihomogenkan. Sampel ditimbang sebanyak 0.5100 gr secara teliti dengan menggunakan Neraca Analitik. Sampel yang telah ditimbang dimasukan kedalam labu Kjedhal. Campuran Selen ditimbang 2 gr dengan Neraca kasar, kemudian tambahkan campuran Selein pada sampel dalam labu Kjedhal. H2SO4 pekat ditambahan 25 mL dan beberapa butir batu didih kedalam labu kjedhal. Proses Destruksi dilakukan diatas nyala api kompor gas dengan api kecil, dimana labu Kjedhal dipasang miring 45o pada Standar dan Klem saat proses destruksi berlangsung. Api kompor gas dapat dibesarkan setelah pemanasan sekitar 15 menit dan Kocok larutan yang di destruksI setiap 15 menit. Destruksi dihentikan jika warna larutan telah berubahn menjadi hijau jernih. Jika larutan telah hijau jernih, hentikan proses Destruksi dan dinginkan larutan didalam pengangas air. Apabila larutan telah dingin pindahkan kedalam labu ukur 100mL. Bilas terlebih dahulu labu kjedhal dengan aquadest hinggga bersih. Encerkan larutan dengan aquadest hingga 100 mL, paskan dan homegankan. Tahap Destilasi Pipet 5 mL sampel (dengan pipet gondok) dan dimasukan kedalam labu suling, tambahakan 2-3 tetes indikator pp. Pasang dan siapkan semua alat destilasi mulai dari labu suling, pendingin lurus dan Erlenmeyer dan dihubungkan dengan sumber air menggunakan selang air. Tambahkan 5 mL larutan NaOH 30% dengan pipet takar kedalam labu suling. Erlenmeyer untuk menampung destilat diisi 10 mL H3BO3 2% dan 3 tetes indicator MM. Mulut labu suling ditutup dengan gabus, destilasi larutan tersebut. Proses destilasi dapat dihentikan pada saat warna destilat didalam erlenmeyer telah berwarna kuning. Pendingin lurus dibilas dengan aquadest dan hasil bilasan ditampung pada destilat tersebut. Tahap Titrasi Buret diisi dengan larutan HCL 0,01 N, kemudian titar dengan destilat tersebut. Titrasi dilakukan hingga warna sampel berubah menjadi orange ( TAT ). Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Catatan : Lakukan prosedur yang sama untuk blanko. Standarisasi larutan HCl dengan Na2B4O7 0,01 N Kristal Na2B4O7 ditimbang dengan tepat dan teliti untuk kosentrasi 0,01 N. Larutkan dalam labu ukur 100 mL dengan aquadest dan impitkan sampai tanda garis. Larutan dipipet 10 mL dengan pipet gondok masukkan dalam erlenmeyer. Tambahkan 15 mL aquadest,dan beberapa tetes indikator MM. Titrasi dengan larutan HCl0,01 Nsampaiberwarna orange. Penitaran dilakukan duplo. PENETAPAN KADAR LEMAK METODA SOKLETASI Persiapkan peralatan dalam keadaan bersih dan kering. Timbang sampel dengan teliti sebanyak 2 gr (haluskan jika sampel berukuran besar). Buat selongsong dengan kertas saring dan beri kapas sebagai penyumbat didalamnya. Masukan sampel yang telah ditimbang kedalam selongsong kertas. Keringkan dalam oven ( 800 C ) selama 1 jam. Beri tali pada ujung selongsong. Pasang dan rangkai alat soklet dan letakan pada hot plat. Gunakan labu dasar bulat yang telah diisi dengan batu didih yang telah ditimbang hingga bobot konstan sebelum digunakan. Masukan selongsong kertas yang telah berisi sampel kedalam tabung soklet. Pasang dan hubungkan selang pada kran air. Tambahkan pelarut n-Hexana kedalam tabung soklet hingga labu dasar bulat terisi pelarut kira-kira 2/3 bagian. Hidupkan heating mantel dan lakukan proses sokletasi sampai lemak terekstrak seluruhnya. Uji terlebih dahulu dengan mengambil sedikit pelarut yang terdapat pada tabung ekstraktor direakasikan dengan NaOH dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian dikocok jika terdapat busa maka proses ekstraksi diteruskan atau sebaliknya. Atau dapat juga meneteskan pelarut dari tabung ekstraktor dengan kertas jika ada noda lemak maka proses ekstraksi diteruskan atau sebaliknya. Jika telah selesai pisahkan antara lemak dengan n-hexana dengan cara menguapkan pelarut yang terdapat pada labu destilasi. Angkat labu didih tersebut dan panaskan didalam oven ( 1050 C ) selama 2 jam lalu pindahkan ke desikator selama ± 15 menit. Timbang labu didih tersebut hingga didapat bobot konstan. Hitung kadar lemak yang terdapat pada sampel.
Page 68
PENETAPAN KADAR SERAT KASAR Timbang sampel sebanyak 2 – 4 gr secara teliti dengan naraca analitik digital. Pindahkan sampel kedalam gelas piala 250 ml. Untuk pembebasan lemak tambahkan ethanol 96% 15 ml dan aduk kemudian diamkan sebentar. Endap tuangkan larutantersebut dengan kertas saring kedalam erlenmeyer 250 ml. Lakukan proses endap tuang dua kali dengan ethanol 96% tersebut dimana untuk ketiga kalinya endapan disertakan dalam penyaringan. Atau dapat juga pembebasan lemak sisa dari ekstraksi lemak dengan cara soklet. Angkat kertas saring yang telah berisi endapan lalu dikeringkan. Tambahkan ± 50 mL larutan H2SO4 1,25% kedalamnya dan diaduk. Pasang pendingin tegak pada mulut erlenmeyer. Panaskan ( larutan refluk ) selama 30 menit dengan penangasan air. Jika telah selesai lansung tambahkan ± 50 mL larutan NaOH 3,25%. Lakukan refluk kembali selama 30 menit. Jika telah selesai saring larutan dalam keadaan panas dengan kertas saring yang telah di timbang konstan sebelumnya dan corong. Lakukan pencucian dengan H2 SO4 panas,air panas dan yang terakhir dengan ethanol 96% ( masing-masing 25 mL ). Angkat endapan dan kertas saring serta pindahkan ke cawan penguap yang telah dikonstankan beratnya terlebih dahulu. Keringkankan endapan tersebut didalam oven dengan suhu 1050 C selama 2 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit. Timbang hingga didapatkan bobot konstan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
No 1 2 3
4
Parameter Penentuan kadar protein Penentuan kadar lemak Penentuan kadar serat kasar Uji Organoleptik
Jerami Amoniasi
Jerami Tanpa Amoniasi
6,88 %
3,45 %
1,375 %
1,20 %
19,76 %
33,02 %
Persentase Bentuk : Panjang : 46,67 % Pendek : 53,33 %
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Tekstur: Keras / kasar : 80 % Lembut / Lunak : 20 % Warna : Coklat ; 13,33 % Coklat muda: 53,33 % Coklatkekuningan33,33 % Bau : Amonia 50 % Jerami 36,67 % Tengik 13,33 % Berdasarkan tabel diatas, didapatkan kadar proteinnya sebesar 6,88 % sedangkan hasil jerami sebelum diamoniasi memiliki kadar protein 3,45%. Hasil yang didapat 2x lipat dari hasil sesudah diamoniasi. Sedangkan kadar lemak sebesar 1,375 % dan sedangkan hasil jerami sebelum diamoniasi memiliki kadar lemak 1,20%. Hasil yang didapat lebih besar daripada jerami yang belum diamoniasi. Kemudian kadar serat kasar yang di dapat setelah pratikum adalah 19,76 % dan masih belum memenuhi standar yang yang diuji sebelumnya dan butuh penelitian lebih lanjut. Kesimpulan : Dari data Organoleptik diatas, didapatkan hasil uji organo jerami amoniasi sebagai berikut : 1. Bentuknya pendek 2. Teksturnya kasar 3. Warnanya coklat dan, 4. berbau amoniak Untuk tekstur dikarenakan proses yang belum sempurna. Saran untuk peneliti berikutnya dilakukan penelitian lagi, sehingga didapatkan tekstur yang lunak. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan pada jerami amoniasi didapat hasil uji kadar protein sebesar 6,88 %, kadar lemak 1,38%, dan kadar serat kasar 19,76 %. Dari hasil pratikum yang didapatkan kadar protein dan kadar lemak sesuai dengan standar uji yang telah dilakukan sebelumnya tetapi kadar serat kasar belum sesuai dengan standar tersebut dan diperlukan penelitian lebih lanjut dan waktu yang lebih lama, dikarenakan waktu yang kurang. Sehingga didapatkan belum sesuai dengan standar.
Page 69
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan pada petani peternak ruminansia untuk memanfaatkan jerami padi yang di amoniasi 4 % urea dengan lama peram 2 minggu sebagai pakan serat, sehingga rendahnya produksi rumput lapangan pada saat musim kemarau dan terbatasnya lahan untuk budidaya tanaman makanan. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia. Djajanegara, A. 1983. Tinjauan Ulang Mengenai Evaluasi Suplemen pada Jerami Padi.Prosiding, Seminar Pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Makanan Ternak. Bandung: Lembaga Kimia Nasional LIPI. Lubis, D.A 1963. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta: Pembangunan. Standar Nasional Indonesia. No 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Dewan Standarisasi Nasional
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 70
ANALISIS DAN PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DARI AMPAS TEBU Yeniza,S.Pd,M.Si1, Anita Rozalina2 1Guru
SMK-SMAK Padang kelas XIII SMAK Padang Laboratorium SMK-SMAK Padang Jl.Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto.Kec. Pauh-Telp.(0751)777703,Fax(0751)777702 Email.
[email protected] 2Siswa
ABSTRAK Pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan – bahan organik atau bahan alami yang ramah lingkungan. Pupuk berasal dari sampah organik dan daun – daun kering. Pupuk kompos ampas tebu yaitu pupuk kompos yang berbahan baku ampas tebu selanjutnya ditambah bahan – bahan lain seperti kotoran sapi, serbuk gergaji, air, dan EM4. hasil yang didapat dari analisis pupuk kompos ampas tebu adalah kadar air yaitu 17,41 %, kadar nitrogen total yaitu 1,36 %, kadar C-organik yaitu 0,73 %. Jadi pupuk kompos ampas tebu ini layak digunakan oleh masyarakat karena bermanfaat untuk kesuburan tanah tanpa mencemari lingkungan. ABSTRACK Composted manure is a fertilizer made from ingredients - organic or natural materials that are environmentally friendly. Fertilizer from organic waste and leaf - dried leaf. Bagasse compost is compost made from raw bagasse plus further materials - other materials such as cow dung, sawdust, water, and EM 4. the results obtained from analysis of bagasse compost which is 17.41% water content, total nitrogen content is 1.36%, organic C content is 0.73%. So bagasse compost is fit for use by the public as beneficial for soil fertility without polluting the environment.
PENDAHULUAN Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumputrumputan. TINJAUAN PUSTAKA Pupuk kompos Pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan – bahan organik atau bahan alami yang ramah lingkungan. Pada dasarnya semua bahanbahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Ampas Tebu Ampas tebu atau lazimnya disebut bagase, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Bagase mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin. Kompos bagase kompos yang dibuat dari ampas tebu (bagase), yaitu limbah padat sisa penggilingan batang tebu. Limbah bagase memiliki kadar bahan organik sekitar 90%, kandungan N 0.3%, P2O5 0.02%, K2O 0.14%, Ca 0.06%, dan Mg 0.04%. Kadar Air Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa lain. Metode yang digunakan adalah thermogravimetri. Prinsip dari metode ini adalah menguapkan air yang ada Page 71
dalam bahan dengan pemanasan pada suhu 105oC, kemudian menimbang bahan sampai bobot konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. C-organik Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa – senyawa organik komplek yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi,baik berupa humus hasil humufikasi maupun senyawa – senyawa anorganik hasil mineralisasi yang juga melibatkan mikroba. Pentingnya untuk mikroorganisme tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik lingkungan dan air tanah. Nitrogen Tanaman yang mengandung Nitrogen yang tinggi selain yang menghasilkan tanaman. Dengan produksii yang tinggi juga kadar protein yang cukup tinggi. PARAMETER DAN METODA UJI 1. Penetapan kadar Air metoda gravimetri 2. Penetapan kadar Nitrogen total metoda mikro kjedhal 3. Penetapan kadar C-Organik Pengadaan Bahan Baku Bahan baku ampas tebu diperoleh dari pedagang air sari tebu di pasar Raya Padang. Kemudian ampas tebu diolah menjadi pupuk kompos organik. Adapun cara sampling sampel untuk dianalisis adalah: ( SNI 19-0428-1998 ) 1. Sampel pupuk ditumpung menjadi satu tumpukan yang menyerupai gunung, lalu di bagi menjadi 4 bagian. 2. Diambil lagi dari dua sudut yang berlawanan, demikian seterusnya hingga didapat bobot contoh yang diperlukan untuk diperiksa di laboratorium. Cara Kerja Pembuatan produk 1. Ampas tebu kering 5 Kg dipotong-potong dengan ukuran panjang 1-3 cm 2. Ditambah 3 Kg kotoran sapi dan 1 Kg serbuk gergaji 3. Dilarutkan 20 mL EM4 dan 200 g gula pasir dengan air sampai 2 L Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
4. Selanjutnya disiram campuran ampas tebu dengan 20 mL larutan EM4 dan 200 g gula pasir secara perlahan dan bertahap sehingga adonan terbentuk. Adonan terbentuk jika dikepal dengan tangan, maka ada air yang keluar dari adonan. Begitu juga bila kepalan dilepas maka adonan akan kembali mengembang. ( kandungan air sekitar 30% ) 5. Adonan selanjutnya dimasukan kedalam keranjang yang telah dilapisi terpal yang telah diberi rongga udara dan ditutup selama 7-10 hari 6. Selama proses pengomposan suhu dipertahankan 30-50oC. jika suhu melebihi 50oC, maka penutup dibuka dan adonan dibolak balik 7. Dan jika suhu dibawah 30oC maka ditambahkan 1500 mL air dan 150 g gula pasir, aduk adonan dan dibolak balik 8. Setelah proses pengomposan terpal dibuka dan diperkirakan pupuk telah matang dan siap dikemas dengan baik. Penetapan Kadar Air 1. Ditimbang 2,5 g sampel dengan teliti, lalu dimasukan kedalam cawan porselen yang telah diketahui bobot konstannya 2. Lalu dimasukan kedalam oven selama 2 jam pada suhu 105 – 110oC 3. Kemudian didinginkan didalam desikator selama 15 menit 4. Lalu ditimbang dengan neraca analitik 5. Demikian pekerjaan ini berulang hingga didapatkan bobot konstan. Rumus: . 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100%
Penetapan Kadar Nitrogen Total ( SNI 2803 : 2010 ) 1. Ditimbang 0,5 g sampel yang telah dihaluskan masukan kedalam labu kjedhal 2. Ditambahkan 25 mL larutan sulfat salisilat 0,2551 N, goyang hingga merata dan biarkan semalaman 3. Esoknya ditambahkan 4 g Na2S2O3 5H2O, kemudian panaskan pada suhu rendah hingga gelembung habis. Lalu naikan suhu secara Page 72
bertahap maksimal 300oC ( sekitar 2 jam ) dan biarkan dingin 4. Encerkan dengan akuades, pindahkan kedalam labu ukur 250 mL. Homogenkan dan tepatkan sampat tanda tera 5. Pipet 25 mL masukan kedalam labu didih, lalu masukan batu didih dan ditambahkan 150 ml akuades dan batu didih 6. Ditambahkan larutan NaOH 40% 10 mL, kemudian didestilasi 7. Hasil destilasi ditampung dengan H3BO3 1% sebanyak 20 mL, kemudian ditambah 3 tetes indicator Conway 8. Destilasi dihentikan bila hasil penyulingan telah mencapai 100 mL 9. Dititrasi dengan larutan H2SO4 0,05% sampai titik akhir titrasi tercapai (menjadi warna kuning) 10. lakukan pengerjaan blanko. Rumus :
Keterangan : Vs = Volume larutan H2SO4 yang terpakai untuk titrasi sampel (mL) Vb = Volume larutan H2SO4 yang terpakai untuk titrasi blanko (mL) N = Normalitas H2SO4 14.008 = Berat atom nitrogen Fp = Faktor pengenceran W = Berat contoh (mg) Penetapan Kadar C-OrganiK ( Anonimus, 1996 ) 1. Ditimbang 5 g sampel yang telah dihaluskan dan dimasukan kedalam Erlenmeyer 250 mL 2. Ditambahkan 15 mL H2SO4 pekat dan 10 ml larutan K2Cr2O7 2 N 3. Direfluk selama 1,5 jam. Setiap 15 menit labu digoyang supaya terjadi reaksi yang sempurna 4. Lalu didinginkan dan dipindahkan dalam labu ukur 100 mL. ditepatkan sampai tanda tera dan dihomogenkan 5. Dibiarkan mengendap 6. Bagian larutan yang jernih yang ada pada labu tersebut dipipet sebanyak 20 mL dan dimasukan kedalam Erlenmeyer 250 mL 7. Ditambah 12 mL FeSO4 0,2 N 8. Dititrasi dengan KMnO4 0,1 N sampai timbul warna lembayung senja 9. Lakukan pengerjaan blanko. Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Rumus :
Keterangan : Vs = Volume KMnO4 yang digunakan untuk titrasi sampel (mL) Vb = Volume KMnO4 yang digunakan untuk titrasi blanko (mL) Fp = Faktor pengenceran N = Normalitas KMnO4 W = Berat sampel (mg) HASIL DAN PEMBAHASAN Table 1. Hasil Uji Kadar Air No.
Sampel
Kadar Air (%)
Kadar rata - rata
SNI
1.
Sampel 1
19,00
17,41 %
2.
Sampel 2
15,91
Max 50 %
3.
Sampel 3
17,32
Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kadar air yang terkandung pada pupuk masih dalam batas standar yang ditentukan. Artinya, pupuk tersebut layak digunakan dan dipasarkan. Kecilnya kadar air ini dapat memperpanjang daya tahan pupuk tersebut. Tabel 2. Hasil Uji Kadar Nitrogen Total No.
Sampel
Kadar (%)
Rata rata
SNI
1.
Sampel 1
1,63
1,36 %
Min 0,40 %
2.
Sampel 2
1,10
Pada praktikum yang dilakukan, didapatkan kadar nitrogen total pada pupuk cukup tinggi. Berarti pupuk yang penulis buat bisa digunakan sebagai pupuk. Menurut Hardjowigeno, 1995 nitrogen dalam pupuk dapat meningkatkan produksi tanaman.
Page 73
Tabel 3. Hasil Kadar C-Organik No.
Sampel
Kadar (%)
Rata - rata
SNI
1.
Sampel 1
0.752
0,73 %
27% 58%
2.
Sampel 2
0,705
Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu ( saccharum offcinarum L.). Dalam Bulletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Holtikultura, institut Pertanian Bogor. Gusti, Eli dan Yeniza. 2010. “Melakukan Analisis Volumetri ”. SMK SMAK. Padang Handayani, mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 19 April 2012.
Pada uji kadar C-organik, didapatkan hasil yaitu kadar C-organik pada pupuk sangat rendah jauh dari standar yang telah ditetapkan. Hal ini mungkin disebabkan belum sempurnanya proses pengomposan. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan didapat hasil analisisnya yaitu kadar air sebesar 17,41 %, kadar C-organik sebesar 0,73 % dan kadar nitrogen total sebesar 1,36 %. Pupuk ini belum sempurna karena ada parameter yang belum memenuhi standar mutu pupuk kompos tersebut. SARAN 1. Untuk pembuat pupuk disaran agar proses pengomposannya lebih sempurna sehingga kadar C-organik yang didapatkan lebih besar. 2. Kepada para peneliti yang ingin meneliti pupuk ini, disaran agar melakukan analisis parameter yang lainnya untuk melengkapi data pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abdrohim, oim. 2008. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Tanaman Calsin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository, diunduh 19 April 2012. Anonimus. 1996. penuntun Praktikum Analisis Terpadu. Bogor : Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO) Guntaro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 74
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 75
Jurnal SMAKPA Vol.04, No.02, Desember 2012
Page 76