PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN METODE DEMONSTRASI Oleh : Drs. Usep Ruhenda, M,Pd. Abstrak Penelitian ini berangkat dari adanya pemikiran sejauhmana pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani yang mengandung nilai-nilai moral di dalamnya dapat membina dan mengubah sikap tanggung jawab, disiplin, kerjasama, dan sikap sportif serta prilaku moral lainnya. Kenyataan yang teramati di sekolah bahwa pembinaan terhadap ketiga aspek seperti kognitif, psikomotor, dan afektif masih timpang sebab penekanan pengajaran masih tertumpu pada pengembangan aspek gerak (psikomotor) sementara aspek kognitif dan afektif agar terlantar. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan dan di atur dalam penerapan siklus tindakan sebanyak dua kali. Dari hasil pengolahan data ternyata penelitian ini mampu memberikan gambaran bahwa pembinaan nilai-nilai moral melalui pengajaran pendidikan jasmani ternyata efektif terutama pada sikap disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan sikap sportif pada siswa. Penelitiam ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan metode demonstrasi dengan rancangan penerapan dua siklus tindakan. Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Bandung. Pokus penelitian ini adalah pembinaan moral siswa melalui pengajaran pendidikan jasmani.Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas XI (khusus putra) SMA Negeri 2 Bandung. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, foto kegiatan, dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data ternyata penerapan pembinaan moral siswa melalui pengajaran pendidikan jasmani ternyata cukup efektif terutama perubahan pada sikap disiplin, tanggung jawab, kerjasama dan sikap sportif. Hal ini didukung dengan hasil pengolahan data pada setiap penerapan siklus tindakan yang menunjukkan kemajuan berarti pada efektifitas pembinaan moral siswa melalui pengajaran pendidikan jasmani dengan metode demonstrasi. Dari hasil penelitian dapat direkomendasikan bahwa penerapan model pembinaan moral siswa melalui pengajaran pendidikan jasmani dengan metode demonstrasi dapat dijadikan alternatif pembinaan terutama sikap-sikap seperti disiplin, tanggung jawab, kerjasama, dan sikap psortif. PENDAHULUAN Pendidikan moral yang diajarkan di sekolah tidak hanya terbatas pada optimalisasi proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara (PKN), Pendidikan Agama (PA) saja, melainkan juga seluruh mata pelajaran termasuk pendidikan jasmani. Upayaupaya tersebut hendaknya diperhitungkan sejak awal perencanaan dalam seluruh komponen pembelajaran, dan terutama dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas dan di luar kelas. Seperti upaya-upaya pembinaan nilai-nilai moral seperti disiplin, sikap bertanggung jawab, sportif, jujur, serta bagaimana menciptakan hubungan paedagogis antara guru dan siswa. Semua upaya itu baik yang berlangsung di kelas maupun di luar kelas harus bertumpu pada pembinaan moral siswa secara mantap dan utuh. Pembinaan moral siswa dapat dilakukan dengan mengembangkan domain afektif melalui pendidikan jasmani dan dilakukan secara sistimatis melalui pembinaan pergaulan yang disadari dan yang bersifat mendidik. Nilai-nilai moral yang diajarkan melalui pendidikan jasmani itu sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku siswa, seperti bagaimana mengajarkan dan PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
membina disiplin, bertanggung jawab, sportif, kerja sama, dan lain lain. Dalam pembinaan moral siswa tadi peranan guru sangat dominan. Oleh karena itu keteladanan dan penampilan guru dalam proses belajar mengajar sangat menentukan. Jadi melalui pendidikan jasmani di sekolah diharapkan timbul perubahan perilaku seperti percaya diri, sportivitas, sikap bertanggung jawab, kerjasama, dan lain-lain. Untuk sampai pada tujuan pengembangan dan pembinaan tersebut guru harus mempertimbangkan karakteristik siswanya yang ditampilkan pada kegiatan pendidikan jasmani secara nyata dan langsung. Hal ini dapat dipahami bahwa pendidikan jasmani merupakan media yang tepat untuk membina moral siswa. Akan tetapi dalam praktik pengajaran pendidikan jasmani di sekolah, pembinaan domain afektif belum banyak mendapat sentuhan dan masih ada keraguan para guru pendidikan jasmani terhadap manfaat yang dihasilkan dari kegiatan pembinaan kearah domain tersebut. Sebagai pendidik, guru sepatutnya mampu berperan untuk mengembangkan potensi dan kreativitas siswa dengan memanfaatkan pendidikan jasmani. Artinya guru harus mampu mengembangkan kreativitasnya untuk menjabarkan kurikulum pendidikan jasmani yang sesuai dengan sistem yang ada di sekolah, sehingga kurikulum yang sudah ada dapat menjadi panduan yang bersifat fleksibel. Salah satu potensi afektual yang penting diajarkan dan dikembangkan adalah sikap kecintaan akan olahraga, tanggung jawab, sosialisasi, solidaritas, dan sikap sportivitas yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai moral tersebut dibina dan dibentuk dalam rangka pendidikan watak. Koentjaraningrat (Enre, 1979:23) menjelaskan bahwa “ … manusia yang berasal dari satu milieu yang kurang memperhatikan faktor pendidikan terutama perkembangan watak biasanya akan menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab.” Dengan demikian pendidikan jasmani hendaknya direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan total dari keperibadian siswa. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu wadah yang tepat untuk membina watak siswa termasuk di dalamnya pembinaan moral. Namun sumbangan yang unik ini masih kurang tercapai dalam praktek pengajaran di lapangan, padahal pembinaan nilai-nilai moral tersebut sangat penting dibina pada diri siswa. Perubahan moral siswa tidak dapat dimiliki hanya melalui pengalaman saja, akan tetapi berkembang dalam diri siswa melalui pengajaran, itu sebabnya dapat diubah sehingga siswa dapat memiliki sikap dan perilaku sosial yang baik. METOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kelas (Classroom research) yakni penelitian yang menggabungkan suatu tindakan yang sesungguhnya dengan penelitian di kelas. Penelitian ini beorientasi pada inovasi dan pengembangan kebermaknaan proses dan perolehan hasil belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan metode demonstrasi dengan masalah yang dikembangkan yakni nilai moral yang diajarkan pendidikan jasmani terhadap pembinaan moral siswa. Makna yang terkandung dalam tindakan kelas ini yakni suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan parktik pembelajaran di kelas yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara berulang-ulang. Penelitian ini dilakukan bukan untuk menghasilkan generalisasi, melainkan sebagai kajian dalam melihat efektifitas pengembangan suatu pembelajaran pendidikan jasmani terhadap pembinaan moral siswa berdasar pada pertimbangan terhadap situasi dan kondisi yang ada. Secara aksiologi penelitian tindakan kelas ini merupakan pendekatan yang bersifat instrumental PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
dengan aplikasi suatu tindakan langsung yang ditujukan pada kepentingan praktis di lapangan dari pada kepentingan teoritis. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif-naturalistik. Melalui pendekatan ini diharapkan diperoleh gambaran aktualistik, realitas sosial dari sasaran penelitian tentang proses, maupun perolehan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan tetap mempertahankan situasi lapangan secara alami dan wajar sebagaimana adanya. Selanjutnya hasil dari penelitian ini dibuat laporan tertulis berdasar data temuan yang sesungguhnya terjadi di kelas selama proses pembelajaran itu berlangsung. DESAIN PENELITIAN. PERENCANAAN
PERENCANAAN PERENCANAAN TINDAKAN OBSERVASI
TINDAKAN
SIKLUS I
SIKLUS II
OBSERVASI
EVALUASI
EVALUASI
REFLEKSI
REFLEKSI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
a.
Siklus Tindakan Pertama Hasil penelitian pembinaan moral siswa melalui pengajaran pendidikan jasmani yang diberikan pada siklus pertama menunjukkan bahwa pengajaran nilai moral yang dikehendaki seperti disiplin, kerja sama, tanggung jawab dan sportivitas yang diterapkan pada siklus tindakan pertama, pengaruhnya pada siswa masih nampak bersifat semu artinya siswa melakukan atau menunjukkan sikap-sikap tersebut manakala diperhatikan oleh guru. Sedangkan di luar itu masih ada siswa yang cenderung melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjukkan kurang disiplin, kurang tanggung jawab, kurang bias diajak kerja sama, dan kurang memilki sikap sportivitas. Hal ini dibuktikan dengan penyebaran angket menunjukkan bahwa siswa belum mampu menjadikan sikap-sikap sebagaimana dikehendaki dalam kegiatan sehari-hari. Kondisi pembelajaran sebagaimana digambarkan diatas memerlukan upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran pendidikan jasmani terutama pada pembinaan nilai-nilai moral yang dikehendaki. Oleh karena itu perlu di buat langkah-langkah yang jelas. b. Siklus Tindakan Kedua Sementara gambaran hasil penelitian pada siklus tindakan kedua siswa menunjukkan kemampuan menerapkan suatu aturan pada saat pembelajaran seperti hal dalam disiplin, kerja sama, tanggung jawan dan sportivitas dalam mengikuti pembelajaran. Disamping itu nilai-nilai moral yang diajarkan melalui pendidikan jasmani ini mulai ditunjukkan oleh siswa seperti ketepatan waktu dalam mengikuti proses pembelajaran, tanggung jawab dalam melaksanakan PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
tugas, kerja sama sesama teman, serta menunjukkan sikap sportif dalam mengikuti pembelajaran. Perilaku tersebut berusaha ditampilkan bukan hanya dalam proses pembelajaran saja akan tetapi dijadikan sebagai bagian dari prilaku pribadi siswa. Hal itu dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Namun demikian tentunya hal ini perlu terus dilatih dan ditindaklanjuti dengan kegiatankegiatan lainnya yang terencana dan terarah ssehingga mewujudkan hakekat belajar yang sebenarnya yakni sebagai suatu kegiatan dalam diri seseorang untuk melakukan perubahan yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, terutama dalam kaitannya dengan kebermaknaan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Kemampuan ini akan lebih punya makna manakala siswa tersebut memiliki kemampuan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. PEMBAHASAN Berdasar pada deskripsi hasil penelitian tindakan kelas melalui siklus pertama dan kedua, selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu Proses Pembelajaran Jasmani, dan Pembinaan Moral Siswa dengan metode demonstrasi. Siklus tindakan pertama Pembinaan nilai-nilai moral atau prilaku siswa melalui efektifitas pembelajaran pendidikan jasmani akan saling mempengaruhi terhadap perubahan moral siswa, karena pendidikan jasmani bukan hanya menekankan pada pembinaan aspek psikomotor belaka melainkan juga aspek afektif yang akan melahirkan kesadaran penanaman sikap secara mendalam tentang pola prilaku seseorang atau kelompok. Berdasarkan hasil pada siklus tindakan kesatu melalui wawancara, observasi, penyebaran angket, dan catatan lapangan kegiatan pembelajaran, peneliti mengidentifikasi dan mengklasifikasi permasalahan yang ada sebagaimana digambarkan pada tabel 1, Tabel 1 Efektifitas Pembinaan Moral Siswa melalui Pengajaran Pendidikan Jasmani Baik Cukup Kurang No. Pernyataan (%) (%) (%) 1 Mematuhi aturan dalam mengikuti pembelajaran 57,5 17,5 25 2. Melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan 35 40 25 penuh kesungguhan 3 Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran 30 57,5 17,5 4 Tidak bersikap kasar dan mengganggu teman sewaktu 30 17,5 52,5 pembelajaran berlangsung Tabel diatas menunjukkan bahwa aspek-aspek moral yang dinilai seperti: a. Mematuhi aturan dalam mengikuti pembelajaran mencapai 57, 5% (katagori baik), 17,5% (katagori cukup), dan 25 % (katagori kurang). Hasil ini menunjukkann bahwa masih ada siswa kurang disiplin pada aspek ini. Hal ini harus menjadi perhatian untuk pembelajran selanjutnya. b. Melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan penuh kesungguhan mencapai 35 % (katagori baik), 40% (katagori cukup), dan 25 % (katagori kurang). Pada aspek ini masih ada siswa yang kurang bertanggung jawab dalam melaksanaknn tugas yang diberikan guru. Hal ini disebabkan siswa kurang memahami tugas yang diberikan guru. Untuk itu perlu ada upaya-upaya tertentu diantaranya adalah memperbaiki informasi dalam penyampaian tugas untuk siswa. PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
c. Hanya 30% siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran,sementara 57,5 % (katagori cukup), dan 17,5 % (katagori kurang). d. Sementara itu hanya 30 % siswa yang tidak bersikap kasar dan mengganggu teman sewaktu pembelajaran berlangsung terutama dalam simulasi pertandingan, 17,5% (katagori cukup) dan siswa yang memiliki prilaku berbuat kasar dan mengganggu teman menunjukkan sebanyak 52,5 % (katagori kurang). Aspek ini perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam pembelajaran berikutnya. Siklus tindakan kedua Nilai-nilai moral yang diajarkan pendidikan jasmani mulai ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran, seperti ketepatan waktu dalam mengikuti pembelajaran, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru, kerja sama sesama teman, serta menunjukkan sikap sportif dalam mengikuti pembelajaran terutama dalam pelajaran simulasi pertandinga. Prilaku tersebut berusaha untuk ditampilkan siwa bukan hanya dalam proses pembelajaran saja akan tetapi ditampilkan siswa sebagai bagian prilaku pribadi siswa. Hal ini terlihat pada tabel 2 dibawah ini : Tabel 2 Efektifitas Pembinaan Moral Siswa melalui Pendidikan Jasmani Baik Cukup Kurang No. Pernyataan (%) (%) (%) 1 Mematuhi aturan dalam mengikuti pembelajaran 70 15 15 2. Melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan 70 12,5 17,5 penuh kesungguhan 3 Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran 72,5 17,5 10 4 Tidak bersikap kasar dan mengganggu teman sewaktu 50 20 30 pembelajaran berlangsung Penjelasan dari tabel tersebut menunjukkan bahwa : a. Mematuhi aturan dalam mengikuti pembelajaran mencapai 70 % (katagori baik),15 % (katagori cukup), dan 15 % (katagori kurang). Dari hasil ini menunjukkan adanya peningkatan dalam perubahan prilaku siswa disbanding dengan siklus tindakan pertama. b. Melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan penuh kesungguhan mencapai 70 % (katagori baik), 12,5 % (katagori cukup), dan 17,5 % (katagori kurang). Pada aspek ini pun sama yaitu adanya peningkatan yang berarti dari hasil pemberian tindakan terhadap perubahan moral siswa. c. Siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran,sementara 72,5 % (katagori baik), 17,5 % (katagori cukup), dan 10 % (katagori kurang) . d. Siswa yang tidak bersikap kasar dan mengganggu teman yang tadinya sewaktu pembelajaran berlangsung terutama dalam simulasi pertandingan, 505% (katagori baik) dan siswa yang memiliki prilaku berbuat kasar dan mengganggu teman menunjukkan sebanyak 20 % (katagori cukup).dan 30% (katagori kurang) Pada intinya seluruh aspek moral yang diajarkan pada siklus kedua ini menunjukkan peningkatan yang berarti sehingga penelitian bisa dijadikan pegangan untuk pembinaan moral siswa melalui pengajaran pendidikan jasmani. Dalam struktur belajar dan taksonomi kualifikasi hasil belajar, pembinaan nilai-nilai moral melalui media pendidikan jasmani merupakan fungsi “afektif” ditandai dengan kepekaan dan keterlibatan seluruh potensi afeksi siswa untuk PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
merasakan, menghayati, menilai dan berkemauan menyerap suatu sistem nilai sehingga mampu menerima nilai baru dan lebih jauh mampu mengaktualisasikan dalam kehidupaan sehari-hari. SIMPULAN Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuannya yaitu pembinaan moral siswa melalui pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri 2 Bandung terbukti efektif dalam pengembangan sikap disiplin, tanggung jawab, kerja sama dan ssikap sportif para siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan serta temuan empiris secara spesifik dapat diungkapkan simpulan sebagai berikut : 1. Pengajaran pendidikan jasmani dengan metode demonstrasi cukup eefektif dalam pembinaan moral siswa seperti disiplin, kerja sama, sikap bertanggung jawab, dan memiliki sikap sportif 2. Penerapan pembinaan moral melalui pengajaran pendidikan jasmani dengan metode demonstrasi ternyata dapat meningkatkan efektifitas dalam proses pembelajaran dan pengajaran. 3. Berkenaan dengan penerapan model pembinaan moral melalui pengajaran pendidikan jasmani menurut peneliti cenderung lebih lebih baik dan penting sekali dikembangkan untuk diberikan pada siswa karena pembelajaran yang dilakukan melalui model ini menuntut siswa berpartisipasi aktif , lebih kreatif, dinamis, dan memiliki nuansa demokrasi dalam pembelajaran.
SARAN a. Pengembangan pembinaan moral siswa melalui pengajaran pendidikan jasmani dapat ditingkatkan dan dikembangkan sehingga sasaran daan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu guru-guru pendidikan jasmani harus memiliki kemampuan untuk lebih mengembangkannya. b. Pengembangan model pembinaan moral siswa ini dapat dijadikan alternatif dalam pembinaan moral siswa secara keseluruhan. c. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan penelitian-penelitian dengan pendekatan lain secara lebih luas dalam pengungkapan fakta, permasalahan, serta sumber sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. d. Efektifitas pendidikan jasmani dalam pembinaan moral siswa melalui jalur sekolah hendaknya ditunjang pula oleh keterlibatan lingkungan, keluarga, dan masyarakat terutama berkenaan dengan pembinaan dalam menanamkan sikap-sikap yang baik melalui pembinaan dilingkungan keluarga dan masyarakat.
PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
DAFTAR PUSTAKA Arnold, PJ, (1994). Sport and Moral Education. Journal of Moral Education, 23. 79 – 89 Carvax Publishing Company. Cheppy (1988). Pendidikan Moral Dalam Beberapa Perspektif. Jakarta. Depdikbud. PPLPTK. Depdiknas (2001) Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Djahiri, A. Kosasih, (1985). Strategi Pengajaran Afektif = Nilai = Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung : Jurusan PMP dan Kewargaan Negara. FIPS. Djahiri, A. Kosasih, (1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: Lab Pengajaran PMP – IKIP Bandung. Edwards, AL. (1975). Techniques of Attitude Scala Construction. New York: Appleton Century – Crofts. Elliot, John (1993). Action Research For Educational Change. Philadelphia: Open University Press. Enre, Abdullah Ambro (1979). Pengaruh Motif Berprestasi. Jakarta: Kanisius Hopkins, D (1993). A Teacher Sequenced Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. Lickona, Thomas (1992). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibilty. Canada Irvin Perkins Associates. Inc. Bantam Books. Madya, Suwarsih. (1994). Pedoman Penelitian Tindakan. Jogyakarta: Lembaga Penelitian - IKIP Jogyakarta. Miles, Mathew. B, & Huberman. A.Michael (1992). Analisis Data Kulaitatif. Buku Sumber Tentang Metoda-Metoda Baru. Alih Bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta : UI – Press. Muhibbin Syah (1999). Psikologi Pendidikan. Dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.\ Natawijaya, Rohman (1995). Peningkatan Kualitas Profesional Guru Sekolah Dasar Melalui Pemantapan. Lembaga Pendidikan (Mimbar Pendidikan No. 1 Tahun XI. April 1992) Pribadi, Sikun (1987). Mutiara – Mutiara Pendidikan. Jakarta : Erlangga. Rusli Lutan & Cholik, Toho (1995). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Buku Teks D-II PGSD. Depdikbud. Dirjendikti PPTG. Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. (Primary School Teacher Development Project). Sasongko, Rambat. (1980) Pertimbangan Moral Siswa Tentang Nilai-nilai Lingkungan Alam. Tesis Program Pasca Saerjana IKIP Bandung. Siedentop, Darryl (1990). Introduction to Physical Education. Fitness and Sport. California: Mayfield Publishing Company. Soekamto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi baru, Kesatu. Jakarta : CV. Rajawali. Stenhouse, Laurence. ( 1984). An Introduction to Curriculum Research and Development. London: Heinemann. Suherman. A dan Mahendra, A (2001). Menuju Perkembangan Menyeluruh. Mwnyiasati Kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Ddepdiknas. Dikdasmen. Bekerjasama dengann Dirjen Olahraga. Suseno, Frans Magnis. (1991) Berfilsafat dalam Konteks. Jakarta: Gramedia. Titus, H.H. Smith, M.S. & Nolan, R.T. (1984). Living issues ini Philosophy. New York: Nostrand Company. PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
PEMBINAAN MORAL SISWA MELALUI PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN MEETODE DEMONSTRASI
