Pembinaan Karakter Siswa Di SMP Nasional Pati Dwi Yuni Lestari (09110047) Mahasiswa PPKN IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Perlu adanya perhatian tegas diberbagai pihak untuk mengatasi berbagai permasalahan yang di hadapi bangsa ini. Terutama kepribadian remaja berkaitan dengan karakter, sebab remaja menentukan nasinb dan masa depan bangsa serta kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Salah satu cara yang tepat yaitu pendidikan pembinaan dan pengembangan karakter harus dilakukan sedini mungkin karena pendidikan pengembangan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending process) dan karakter adalah sifat pribadi yang relative stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standart nilai dan norma yang tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan Kualitatif, Fokus dari penelitian ini adalah pelaksanaan dan pembinaan karakter yang ditanamkan siswa untuk membentuk karakter siswa SMP Nasional Pati.Program pembinaan penerapan karakter yang telah di lakukan SMP Nasional Pati adalah Setiap guru memasukkan nilai-nilai karakter dalam setiap proses pembelajaran melalui mata pelajaran yang ada di sekolah dengan pelaksanaannya penerapan pembinaan karakter disampaikan sesuai dengan pokok bahasan dalam mata pelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai karakter yang terdiri dari 18 nilai. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah pembentukan karakter yaitu melalui proses pendidikan penanaman karakter yang di lakukan di SMP Nasional Pati dan guru berperan mengembangkan karakter kepada siswa dengan berbagai strategi pembentukan karakter yaitu keteladanan, penanaman disiplin, pembiasaan ,menciptakan suasana yang kondusi, intregrasi dan internalisasi setelah pembentukan karakter kepada siswa oleh guru dan karakter itu dapat di kembangkan ke dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di SMP Nasional Pati telah menempuh berbagai cara untuk pembinan karakter siswa yang disertai dengan perwujudan nyata dalam kehidupan keseharian dan didalam materi pembelajaran di sekolah. Namun begitu di SMP Nasional Pati masih banyak siswa yang belum memahami nilai karakter seperti masih kurangnya mentaati peraturan dan tata tertib yang dibuat oleh sekolah dan masalah kecil memerlukan perhatian khusus untuk menangani masalah ini. Pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya diantaranya dengan guru bimbingan konseling mengadakan pembinaan karakter secara mendekat dengan siswanya diharapkan siswa bias menjadi baik dan peran orang tua juga diharapkan bias membantu dalam pelaksanaannya dan bias mengawasi putra-putrinya dengan baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah SMP Nasional Pati dalam pembinaan karakter siswa dimasukkan ke dalam kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakulikuler demi terciptanya pembinaan karakter ini pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua siswa, diharapkan bias meningkatkan karakter yang baik, maka proses belajar mengajar menjadi lancer sehingga tujuan pendidikan yang utama mewujudkan manusia yang seutuhnya akan terwujud. Dengan demikian niat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan semakin besar bila didukung dengan karakter yang baik. Saran yang diajukan oleh peneliti adalah agar tujuan pendidikan melalui pembinaan karakter dapat tercapai dengan maksimal dan siswa yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka harus ditingkatkan sikap karakter baik dan bias bertanggung jawabkan sehingga tujuannya dapat dicapai dan direalisasikan. Kata Kunci : pembinaan karakter, orang tua, siswa PENDAHULUAN Indonesia saat ini sedang menghadapi suatu krisis multidimensi. Kondisi ini dapat dilihat dari berbagai fenomena yang terjadi pada kehidupan sosial masyarakat. Sebagai contoh yang terjadi pada perilaku atau sikap para remaja saat ini dapat dilihat dengan adanya berbagai berita kasus kenakalan
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
51
remaja yang dilakukan oleh para pelajar seperti tawuran antar pelajar, penggunaan narkotika, dan seks bebas. Salah satu contoh kenakalan remaja yang di muat dalam surat kabar Kompas, Senin 16 Juni 2008 diberitakan adanya suatu gerombolan (gang) menamakan Gang Neko-neko Keroyok (Nero) yang mengintimidasi calon anggota dilakukan dengan menendang dan memukul menggunakan tangan dan kaki, termasuk menjambak rambut. Fenomena tersebut disebabkan karena masyarakat yang tidak berkarakter. Hubungan antara aspek moral dengan kemajuan bangsa dikemukakan oleh Thomas Lickona seorang professor pendidikan dari Cortland University. Lickona mengemukakan bahwa ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Menurut Thomas Lickona, tanda-tanda yang dimaksud adalah: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendanya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendanya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Megawangi (2004:8), kesepuluh tanda-tanda tersebut ternyata sudah ada di Indonesia, seperti diuraikan sebagai berikut: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja dari data Polda Metro Jaya: tahun 1998 di Jakarta tercatat 230 kasus tawuran (15 meninggal, 34 luka berat, 108 luka ringan), (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, membudayanya bahasa “prokem” di kalangan remaja dan bahasa-bahasa kasar adalah bukti telah terjadinya penggeseran sosial, (3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindakan kekerasan, banyaknya gang di kalangan remaja yang mempunyai solidaritas tinggi, peserta tawuran mengatakan bahwa alasan tawuran adalah karena solidaritas, (4) meningkatnya perilaku merusak diri. Data dari 5 SMK-TI di Bogor menunjukkan: 30,3% terlibat minuman keras, 15,4% pecandu narkoba, 34,6% berjudi/taruhan, 68% menonton film porno, 3,2% pernah melakukan hubungan seks, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik buruk. Tidak merasa bersalah ketika berbohong atau mencuri, menganggap bahwa mencontek/ berbohong/menggunakan kata-kata kasar adalah hal yang lumrah, (6) menurunnya etos kerja. Pelajar sering tidak mengerjakan PR, membolos, keluyuran pada waktu jam sekolah, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru. Hampir semua guru pasti merasakan adanya penurunan rasa hormat dan sopan santun di kalangan anak didiknya, (8) rendanya rasa tanggung jawab individu dan warga negara. Banyaknya terlihat graffiti/coret-coret di tempat-tempat umum, banyaknya anak remaja yang berperilaku tidak peduli (cuek), (9) membudaya perilaku ketidakjujuran. Mencontek saat ujian, membohongi orang tua yang sering dilakukan kalangan anak sekolah, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Di dalam kelas saling mengejek antar kawan/persaingan tidak sehat. Berhubung kesepuluh tanda-tanda jaman tersebut sudah terjadi di Indonesia, maka kondisi terpuruknya Indonesia saat ini
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
52
mungkin sejalan dengan pendapat Lickona “Sebuah peradaban akan menurun apabila demoralisasi pada suatu bangsa terjadi”. Berdasarkan data di atas, perlu adanya perhatian khusus dari berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Kepribadian remaja perlu diperhatikan, sebab akan menentukan nasib dan masa depan bangsa serta kelangsungan hidup bangsa Indonesia pada umumnya. Dapat dikatakan bahwa penanggulangan terhadap masalah-masalah moral remaja merupakan salah satu penentu masa depan mereka dan bangsanya. Salah satu cara yang tepat yaitu pendidikan pengembangan karakter harus dilakukan sedini mungkin. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Pasal 1 ayat (1): “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki: kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Penanaman karakter kepada anak dan kalangan remaja dapat dilakukan atau diterapkan di sekolah-sekolah. Proses pendidikan diharapkan mampu membangun karakter bangsa. Karakter pribadi seseorang, sebagian besar dibangun melalui pandidikan di sekolah. Pengembangan karakter bangsa sangat dibutuhkan untuk menciptakan penerus bangsa yang memiliki kepribadian yang baik. Dengan karakter yang tangguh, bangsa Indonesia akan dapat berdiri sejajar dengan bangsa lain, bahkan bukan tidak mungkin dapat melampui kemajuan bangsa lain. Berdasarkan uraian di atas, bahwa aspek moral mempunyai pengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa dikemukakan oleh Thomas Lickona. Ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda tersebut ada maka sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Anak – anak dan remaja merupakan penentu, penerus nasib dan masa depan suatu bangsa. Oleh karena itu penanam karakter kepada anak-anak dan remaja harus dilakukan sedini mungkin. Sekolah merupakan salah satu sarana yang mampu atau menjadi peran utama dalam membentuk karakter-karakter siswa. Karena kegiatan anak-anak dan remaja banyak dihabiskan di sekolah. Penulis mencoba melakukan penelitian tentang “Pembinaan Karakter Siswa di SMP Nasional Pati”. Penulis tertarik mencari jawaban tentang pola apa saja yang diterapkan SMP Nasional Pati dalam mengembangkan karakter siswa.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
53
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Strategi Pembentukan Karakter Strategi dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui sikap-sikap sebagai berikut: 1. Keteladanan Keteladanan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mendidik karakter. Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan nyata daripada sekedar berbicara tanpa aksi. Faktor penting dalam mendidik adalah terletak pada “keteladanannya”. Keteladanan yang bersifat multidimensi, yakni keteladanan dalam berbagai aspek kehidupan. Keteladanan bukan hanya sekedar memberikan contoh dalam melakukan sesuatu, tetapi juga menyangkut berbagai hal yang dapat diteledani. Termasuk kebiasaan-kebiasaan baik merupakan contoh bentuk keteladanan, setidak-tidaknya ada 3 unsur yaitu agar seseorang dapat diteladani atau menjadi teladan, yaitu: a. Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi b. Memiliki kompetensi minimal c. Memiliki integritas moral 2. Penanaman kedisiplinan Disiplin pada hakikatnya dalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku didalam suatu lingkungan tertentu. Realisasinya harus terlihat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laku yang nyata, yaitu perbuatan tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya. 3. Pembiasaan Pendidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan melalui mata pelajaran di kelas, tetapi sekolah dapat juga menetapkannya melalui pembiasaan. Kegiatan pembiasaan secara spontan dapat dilakukan misalnya saling menyapa, baik antar teman, antar guru,maupun antar guru dengan murid. Sekolah yang telah melakukan pendidikan karakter dipastikan telah melakukan kegiatan pembiasaan. Pembiasaan dirahkan pada upaya pembudayaan pada aktifitas tertentu sehingga menjadi aktifitas yang terpola atau tersistem. 4. Menciptakan suasana yang kondusif Lingkungan dapat dikatakan merupakan proses pembudayaan merupakan proses pembudayaan anak dipengaruhi oleh kondisi yang setiap saat dihadapi dan dialami anak. Demikian halnya menciptakan suasana yang kondusif di sekolah merupakan upaya membangun kultur atau budaya yang memungkinkan untuk membangun karakter, terutama berkaitan dengan budaya kerja
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
54
dan belajar di sekolah. Tentunya bukan hanya budaya akademik yang dibangun tetapi juga budayabudaya yang lain,seperti membangun budaya berperilaku yang dilandasi akhlak yang baik. Sekolah yang membudayakan warganya gemar membaca, tentu akan menumbuhkan suasana kondusif bagi siswa-siswanya untuk gemar membaca. Demikian sekolah yang membiasakan warganya untuk disiplin, aman, dan bersih, tentu juga akan memberikan suasana untuk terciptanya karakter yang demikian. 5. Integrasi dan internalisasi Pendidikan pelaksanaan karakter sebaiknya dilaksanakan secara terintegrasi dan terinternalisasi ke dalam seluruh kehidupan sekolah. Terintegrasi, karena pendidikan karakter memang tidak dapat dipisahkan dengan aspek lain dan merupakan landasan dari seluruh aspek termasuk seluruh mata pelajaran. Terinternalisasi, karena pendidikan karakter harus mewarnai seluruh aspek kehidupan. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic utuh. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
Tabel 1. Waktu Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kegiatan Penunjukan dosen pembimbing Pengajuan judul Pengajuan proposal Pengurusan surat ijin penelitian Pengajuan Bab I
I v
Waktu Kegiatan April Mei II III IV I II III
IV
v v
v
v v
v v
Waktu Kegiatan No.
Kegiatan
6. 7. 8. 9. 10.
Pengajuan bab II Pengajuan bab III Pengajuan bab IV Pengajuan bab V Ujian skripsi
No.
Kegiatan
I v
I 11. 12.
II
Juni III
v
v
IV
I
II
v
v
v
Juli III
IV
Waktu Kegiatan Agustus September II III IV I II III IV
Ujian Skripsi Revisi
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
55
Tempat Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukannya di Yayasan Pendidikan Nasional Pati SMP Nasional Pati Jln. KHA Dahlan Gg. Tanjung (0295) 382 588 kode pos 59115. Fokus Penelitian Penelitian difokuskan pada pelaksanaan dan pembinaan karakter siswa yang ditanamkan oleh SMP Nasional Pati untuk membentuk karakter siswa SMP Nasional Pati dan dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana program pembinaan penerapan karakter yang telah dilakukan di SMP Nasional Pati. 2. Bagaimana kendala-kendala pembinaan siswa yang dihadapi di SMP Nasional Pati? 3. Bagaimana uoaya pembinaan yang diterapkan guru disekolah terhadap siswa di SMP Nasional Pati? Teknik Pengumpulan Data Proses dalam tehnik pengumpulan data dengan cara observasi wawancara dan dokumentasi. 1. Wawancara Mendalam (In-Dept Interview) Wawancara mendalam dilakukan untuk mengecek dan melengkapi data yang nampak yang diperoleh dari ucapan, pikiran, gagasan, terhadap responden. Pembahasan tentang wawancara akan memperoleh beberapa segi yang mencakup (1) pengertian dan macam-macam pertanyaan, (2) bentuk-bentuk pertanyaan, (3) menata-urutan pertanyaan, (4) perencanaan wawancara, (5) pelaksanaan dan kegiatan sesudah wawancara, dan (6) wawancara kelompok fokus. Dengan wawancara diharapkan informasi tentang pembinaan karakter siswa di SMP Nasional Pati, dapat terungkap dan terekam oleh peneliti secara cermat. 2. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, teori, dalil dan sebagainya. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data di manfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen yang di maksud dalam penelitian ini adalah berupa data-data arsip tentang pembinaan karakter siswa yang di terapkan oleh SMP Nasional Pati untuk membentuk karakter siswa SMP Nasional Pati. Melalui cara ini peneliti akan secara langsung mengetahui objek sekaligus mengali data-data yang diinginkan 3. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian atau metode dengan melakukan pengamatan langsung kepada suatu objek yang akan diteliti, guna untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada guru, siswa di SMP Nasional Pati. Disini penulis mengamati
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
56
secara langsung jalannya pelaksanaan penerapan pola pengembangan karakter siswa di SMP Nasional Pati. Hasil observasi kemudian dapat diambil kesimpulan atas apa yang telah diamati dan dapat digunakan sebagai pembanding antara hasil wawancara yang dilakukan dengan hasil pengamatan apakah ada kesesuaian atau tidak.
HASIL PENELITIAN Gambaran SMP Nasional Pati dalam Melaksanakan Pembinaan Karakter Siswa. Hal ini penulis ingin menguraikan masalah-masalah pokok permasalahan mengenai pembinaan karakter suatu siswa di SMP Nasional Pati diantara lain. a. Bagaimana program pembinaan penerapan karakter yang telah dilakukan di SMP Nasional Pati. b. Bagaimana kendala-kendala pembinaan siswa yang dihadapi di SMP Nasional Pati? c. Bagaimana upaya pembinaan yang diterapkan guru disekolah terhadap siswa di SMP Nasional Pati? Adapun gambaran tentang upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan karakter di SMP Nasional Pati sebagai berikut: a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi, dan budaya pasti menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku, dan agama. b. Pendidikan Karakter Disekolah Sekolah adalah tempat yang sangat strategis untuk pendidikan karakter, karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakternya. Sebuah pendidikan yang berhasil adalah yang dapat membentuk manusia-manusia berkarakter yang sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang terhormat. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan pihak-pihak terkait antara lain Kepala Seklah, guru dan Siswa hal ini untuk memecahkan permasalahan pembinaan karakter siswa dan untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi dan memecahkan solusimya.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
57
Program Pembinaan Penerapan Karakter di Sekolah. Menurut Kepala Sekolah : “Dalam melaksanakan program ini seiap guu memasukkan nilai, karakter dalam setiap proses pembelajaran melalui mata pelajaran yang ada di sekolah” (hasil wawancara sabtu, 29 Juni 2013 Pukul 09.30) Senada dengan yang dikatakan oleh kepala sekolah juga dikatakan oleh guru BK sebagai berikut :
Menurut M (Guru BK) : Program pembinaan penerapan karakter yang telah dilakukan di SMP Nasional Pati disampaikan sesuai dengan pokok bahasan dalam mata pelajaran yang sesuai dengan nilai karakter yang terdiri dari 18 nilai. (hasil wawancara Sabtu, 29 Juni 2013, Pukul 09.30) Sedangkan menurut R (Guru) mengatakan bahwa : “selaku bidang studi IPS, program pembinaan juga diterapkan kepada siswa untuk peduli social contohnya, jika ada temannya yang sakit atau orang tua temannya meninggal dunia, siswa disuruh menjenguk/melayat menghadiri pemakamannya” (hasil wawancara, jum’at 29 Juni 2013, pukul 09.30). Pernyataan tersebut diatas berkaitan dengan teori Megawangi memang benar bahwa pendidikan karakter adalah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Nilai-nilai karakter yang ditamkan adalah nilai-nilai universal yang dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat, walaupun berbeda latar belakang budaya, suku dan agama. Hal senada juga disampaikan oleh guru yang mengampu bidang studi agama, beliau mengatakn bahwa:
Menurut M (Guru Agama Islam) “Program pembinaan penerapan karakter yang telah dilakukan di SMP Nasional pati disampaikan dengan pokok bahasan dalam mata pelajaran yang sesuai dengan nilai karakter yang terdiri dari 18 nilai. Terutama dalam pendidikan karakter akhlak yang kurang baik yang perlu dibenai terutama sopan santun terhadap guru. Selain itu akhlakul karimah, hubungan hablumminallah yang kaitannya dengan akidah dan syariah yang benar perlu diajarkan ke siswa. (hasil wawancara pada hari jum’at, 28 Juni 2013, 09.00) Berdasarkan observasi yang terjadi di lapangan, peneliti berharap agar program pembinaan penerapan karakter yang telah dilakukan di SMP Nasional Pati dapat lebih di tingkatkan untuk meningkatkan kualitas siswa khususnya pada pendidikan karakter. Agar kelak di masa depan siswa
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
58
dapat mempertanggung jawabkan karakter yang di tanamkan dari bangku Sekolah Menengah Pertama ini. Kendala-kendala Pembinaan Karakter Siswa yang ada di Sekolah. Dalam melaksanakan pembinaan karakter siswa banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi. Kendala tersebut bukan hanya dari faktor eksternal saja melainkan dari faktor internal. Faktor internal dari kendala-kendala dalam melaksanakan pembinaan karakter antara lain yaitu kurangnya mendapat perhatian dari pihak orang tua mereka. Hal ini disebabkan karena sebagain besar orang tua mereka adalah bekerja sebagai buruh. Pernyataan ini juga sama dengan pendapat R (Guru IPS) :
Menurut R (Guru IPS) : “Kendala yang dihadapi dalam pembinaan karakter siswa adlah kurangnya perhatian dari orang tua, karena sebagian besar siswa di SMP Nasional Pati ini orang tuanya sebagai buruh dengan waktu kerja yang tidak terbatas, jadi kurangnya pantauan terhadap anaknya”. (hasil wawancara tanggal 13 Mei 2013, Pukul 10.15).
Sedangkan menurut M (Guru BK) : “Kendala yang dihadapi guru di SMP Nasional Pati ini dipengaruhi oleh kurangnya perhatian dari orang tua murid sehingga banyak siswa yang didalam sekolah yang banyak melanggar aturan contohnya dating disekolah tidak tepat waktu atau terlambat, memakai seragam tidak rapi, berbicara kasar terhadap teman sebayanya” (hasil wawancara 29 Juni 2013, Pukul 09.00) Senada dengan pernyataan yang diungkapkan guru IPS dan guru BK, penulis juga menemukan fakta-fakta di lapangan bahwa pelaksanaan pembinaan karakter di SMP Nasional Pati ini memang kendalanya bermula dari kurangnya perhatian dan dukungan dari pihak sekolah dan kurangnya minat belajar siswa. Seperti yang diungkapkan M (Guru PKn) Kendala yang dihadapi dalam pembinaan karakter siswa yang ada di SMP Nasional Pati ini banyak sekali. Contoh di dalam kelas, siswa sering kali banyak yang tidak memperhatikan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga dalam ujian/ulangan harian siswa sering kali tidak bias mengerjakan dengan baik dan akhirnya nilai mereka kurang memuaskan. Kurang disiplin juga banyak di perlihatkan siswa dalam pembinaan karakter ini. Selain itu banyak sekali siswa yang kurang memperhatikan dalam pembayaran administrasi sekolah sehingga
membuat keadaan ini
memperlambat dalam kegiatan proses belajar mengajar. (hasil wawancara Sabtu, 29 Juni 2013, Pukul 10.10) Hal ini perlu disikapi guru agar lebih melakukan pendekatan intern terhadap siswa yang kurang baik.sehingga siswa dapat menjalankan peraturan yang telah diatur oleh sekolah, agar proses kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan baik. Upaya Pembinaan yang Diterapkan Guru terhadap siswa di Sekolah Bentuk upaya-upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembinan karakter antara lain membuat peraturan dan tata tertib sekolah agar siswa mentaati peraturan tersebut. Tetapi bukan hanya
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
59
membuat peraturan saja melainkan guru sebagai figur teladan bagi siswanya juga harus menjadi contoh yang baik bagi siswa agar siswa tidak hanya diberi sebuah teori saja tetapi juga praktek dalam melaksanakan pembinaan karater. Hal ini juga senada dengan pendapat M (Guru BK):
“Bentuk upaya yang dilakukan sekolah terhadap pembinaan karakter kedisiplinan yang di terapkan di SMP Nasional Pati dengan cara di beri tata tertib tertulis dan lisan, Setiap kelas dipasang tata tertib, jika siswa yang melanggar di beri nasehat,peringatan dan sanksi serta menulis peringatan dan juga mendatangkan orang tua siswa. (Hasil wawancara tanggal jum’at, 28 juni 2013. Pukul 08.30) Hal ini juga sejalan dengan pembinaan karakter cinta Tuhan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Upaya yang di tempuh adalah :
Menurut Guru M.Z.M (Guru Agama Islam) “Upaya yang dilakukan di SMP Nasional Pati Sehubungan dengan pembinaan karakter selain setiap hari besar nasional di adakan upacara. Siswa juga diberi program tambahan dalam kegiatan ekstrakulikuler khusunya Baca tulis Al-Qur’an. Hal ini mendapat respon baik dari siswa yang mau ikut belajar dalam kegiatan ini. Selain itu akhlak yang kurang baik juga dibenahi terutama sopan santun terhadap guru. Dan akhlakul Karimah hubungan hablumminallah yang berkaitan dengan kaidah dan syariah yang benar perlu diajarkan kepada siswa. (hasil wawancara Senin, 24 Juni 2013, pukul 10.15) Menurut M (Guru BK) : “Dalam upaya pembinaan yang diterepkan guru di sekolah, sekolah telah memberikan memberikan aturan yang harus di taati siswa, selain itu sekolah juga mengadakan kegiatan setiap hari senin dan hari-hari besar Negara di adakan upacara bendera dan diberikan ceramah sesuai dengan pembagian tugas. Setiap hari dari senin sampai hari sabtu diadakan pembagian tugas untuk melaksanakan S3 (Senyum, Sapa dan Salam) ini dimaksudkan agar karakter siswa bias ditanamkan sejak bangku sekolah agar menghormati orang yang ada di sekitarnya”. (hasil wawancara Sabtu, 29 Juni 2013, Pukul 09.30) Dari dokumen yang diperlihatkan oleh bagian tatausaha di lapangan diketahui bahwa tata tertib mengenai pembinaan karakter siswa meliputi : a. Peraturan Umum 1) Pelajar SMP Nasional Pati senantiasa menjunjung tinggi tata susila, bersikap ramah dan harga menghargai sesamanya. 2) Tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tata tertib atau yang menyinggung perasaan umum. b. Peraturan Khusus. 1)
Pelajaran di mulai pukul 07.00 berahkir jam 12.10
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
60
2)
Pelajar tiba di sekolah selambat-lambatnya 5 menit sebelum pelajaran pertama.
3)
Masuk sekolah dan pulang sekolah keluar pintu depan .
4)
Menempatkan sepeda di tempat yang telah di tentukan dan dalam keadaan terkunci.
5)
Bagi yang terlambat harus minta ijin kepada guru BP atau Guru Piket.
6)
Pada waktu pelajaran semua berada dalam kelas masing- masing dan sudah menyiapkan diri untuk mengikuti pelajaran tersebut dalam keadaan tenang.
7)
Waktu menunggu kedatangan Bpk/Ibu guru, tidak ada yang di luar kelas keculi ketua kelas untuk menghubungi guru yang besangkutan.
8)
Pelajar harus mengikuti semua pelajaran dengan sebaik-baiknya.
9)
Sebelum pelajaran di mulai segala sesuatu yang di perlukan untuk pelajaran harus sudah di siapkan oleh piket kelas .(Papan tulis bersih , kapur, mistar, penghapus,dsb).
10) Apabila 10 menit setelah lonceng, belum ada guru mengajar, ketua kelas/piket kelas melapor kepada guru pembimbing/piket dan pelajar tetap tenang dalam kelas sambil menunggu keputusan guru pembimbing/piket 11) Kelas yang di ijinkan bekerja atau belajar sendiri diwajibkan menjaga ketenangan kelas. 12) Apabila ada pergantian ruang kelas, para pelajar di wajibkan dengan tertib pindah kelas dengan membawa alat-alat yang perlu dan barang-barang berharga lainnya. 13) Pada waktu sebelum jam pelajaran pertama di mulai dan waktu istirahat harus berada di luar kelas. 14) Pelajar yang sakit atau berhalangan hadir harus ada pemberitahuan atau ijin. 15) Pelajar yang meninggalkan sekolah sebelum proses pembelajaran berahkir harus ada ijin dari guru pembimbing atau guru piket. 16) Pelajar yang meninggalkan kelas harus mendapat ijin dari Bapak/Ibu Guru yang mengajar pada waktu itu. 17) Waktu berada di sekolah tidak diperkenankan : a) Berbicara kotor atau tidak sopan b) Membawa buku-buku cabul, komik, gambar porno, dan buku yang tidak perlu. c) Membawa HP Kamera. d) Menghidupkan HP Pada waktu Berlangsung proses pembelajaran. e) Duduk di teras atau di tembok pagar sekolah f) Membuat gambar-gambar atau tulisan di dinding, bangku, W C, buku pelajaran dan lainlain disekolah g) Memindah bangku atau kursi h) Dilarang duduk diatas bangku/meja. 18) Pakaian Harus Rapi dengan ketentuan : a) Hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis, mengenakan pakaian seragam putih biru b) Untuk hari Jum’at dan Sabtu mengenakan pakaian seragam Identitas Sekolah
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
61
19) Tidak diperkenenkan memakai perhiasan yang berlebihan terutama waktu olah raga. 20) Rambut harus rapi, a) Untuk putrid : Bagi yang berambut panjang, harus diikat, tidak boleh terurai. b) Untuk Putra: Pendek dan rapi 21) Pelajar tidak diperkenankan menerima tamu teman pada waktu proses pembelajaran berlangsung tanpa ijin dan didampingi Guru Pembimbing/Piket 22) Semua tugas-tugas dari
bapak/ibu Guru harus dilakukan secara tertib dan tepat pada
waktunya. 23) Yang tidak mengikuti pelajaran olah raga harus ada pemberitahuan dari orang tua/wali 24) Pembayaran uang SPP selambat-lambatnya tanggal 10 untuk tiap bulannya. 25) Pelajar wajib menjaga keutuhan, kebersihan, dan keamanan sekolah. 26) Tetap bersopan santun tidak merugikan masyarakat 27) Hal-hal yang tidak dapat diselesaikan sendiri, sekalipun bukan urusan sekolah hendaknya disampaikan kepada kepala sekolah atau wali kelas atau pembimbing. 28) Seluruh Siswa SMP Nasional Pati di larang merokok. Bagi siswa yang tidak menepati Tata Tertib sekolah, akan diambil tindakan sesuai dengan keadaan. Upaya lain yang dilakukan pihak sekolah dalam pembinaan karakter siswa antara lain : a. Bekerjasama dengan keluarga Kehidupan dalam keluarga merupakan salah satu pendukung dan penentu semangat dan tidaknya siswa dalam mencari ilmu di sekolah. Keluarga juga sebagai tempat mencurahkan segala sesuatu pikiran yang ada pada diri siswa, juga sebagai tempat yang paling utama dalam mengajarkan pembinaan karakter. Keluarga yang kurang harmonis juga disebabkan beberapa hal, misalkan kurangnya rasa perhatian, faktor ekonomi dan tidak adanya saling kepercayaan antar anggota keluarga. Hal inilah yang dapat mengganggu siswa dalam berperilaku tidak sopan dan tidak bisa menerapkan nilai-nilai pembinaan karakter. Untuk mengatasi kendala tersebut guru melakukan pendekatan terhadap para wali murid, khusunya yang akanya bermasalah di sekolah. Dengan demikian guru dapat memberikan masukan-masukan yang positif terhadap para wali murid. b. Kepala Sekolah mengadakan rapat guru, wali kelas dan karyawan tiga bulan sekali (triwulan) yang pokok pembahasannya melaoprkan perkembangan para siswa dalam melaksanakan pembinaan karakter. Dalam kesempatan yang demikian itulah kepala sekolah dan guru dapat mengetahui perkembangan para siswa selama tiga bulan, sehingga kepala sekolah dan guru dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang akan diperbaiki pada bulan berikutnya dan sekaigus menghimpau para guru agar ikut membatu mengawasi dan mengontrol para siswa.
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
62
Hasil yang dicapai Dari hasil penelitian tentang “Pembinaan Karakter Siswa di SMP Nasional Pati” dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pembinaan karakter siswa di SMP Nasional Pati sudah mendekati kata “baik” dengan adanya peningkatan pelaksanaan pendekatan karakter dan adanya peraturan tata tertib disekolah. b. Guru dalam upaya membina karakter siswa SMP Nasional Pati bekerjasama dengan orang tua murid sebagai wakil di lingkungan masyarakat. c. Siswa yang melanggar tata tertib hanya sebgaian dan itupun tidak secara terus menerus. d. Dengan adanya rapat-rapat tri wulan para guru juga semakin baik dalam bersikap. Karena guru merupakan ujung tombak penegak pelaksanaan pembinaan karakter, selain kepala sekolah. e. Orang tua sebagai pihak yang berkewajiban untuk mengajarkan pembinaan karakter di rumah sejak usia dini menjadi unsur penting dalam menjalin kerjasama dalam pembinaan karakter di sekolah.
KESIMPULAN Berdasarkan Hasil Penelitian mengenai “ Pembinaan Karakter Siswa di SMP Nasional Pati Sebagai berikut : 1. Pembinaan karakter Siswa dalam kegiatan Intrakurikuler di SMP Nasional Pati. a. Pembinaan karakter Religius yaitu diterapkan dalam setiap mata pelajaran tanpa mengubah isi materi pelajaran, khususnya mata pelajaran agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Terutama dalam pendidikan karakter akhlak yang kurang baik yang perlu di benahi terutama sopan santun terhadap guru. b. Pembinaan karakter Disiplin yaitu Masuk kelas tepat waktu, apabila diberi tugas dikumpulkan tepat waktu, tidak membuat gaduh saat di kelas, Membayar Administrasi /SPP tepat waktu, Memakai seragam sesuai dengan aturan yang berlaku, Mengerjakan piket sesuai dengan jadwal. c. Pembinaan karakter kejujuran yaitu Pada saat siswa mengerjakan soal ulangan guru selalu mengingatkan kepada siswa supaya ingat kepada Tuhan, saat mengerjakan soal dengan jujur. Menegur siswa apabila ketahuan menyontek teman dan akan diberi sanksi. d. Pembinaan karakter mandiri dan tanggung jawab yaitu Ketika Bapak/Ibu Guru memberikan tugas baik tugas di kelas atau pekerjaan rumah selalu memantau siswanya apakah ada yang tidak mengerjakan. Apabila ada siswanya yang tidak mengerjakan tugasnya akan diberikan sanksi. 2. Pembinaan karakter Siswa dalam kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Nasional Pati. a. Pembinaan karakter Religius Siswa selalu memperingati hari-hari besar keagamaan dengan mengisi kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi, Mengadakan Istighosah dan bagi agama Kristen dan Katolik melakukan kegiatan Retret dan Kolekte. Di SMP Nasional Pati terdapat
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
63
persekutuan Agama Kristen (PAK) Pemberian materi tentang agama Kristen dan Katolik yang dilaksanakan pada hari Jum’at . b. Pembinaan karakter Sosial Bentuk kegiatan sosial yang dilakukan siswa adalah Memberikan zakat fitrah pada hari raya Idul Fitri, Pembagian daging Qurban pada saat hari raya Idul Adha Pembagian tersebut diberikan kepada Fakir Miskin di Sekitar sekolah. c. Pembinaan karakter Disiplin Dengan meningkatkan kegiatan latihan untuk persiapan lomba, latihan PASKIBRAKA, Anak dating kegiatan sore sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Anak diberi motivasi dan dukungan agar menyenangi kegiatan ekstrakurikuler yang telah dipilihnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akadum, Rofiq, 2002, Instrumen Uji Sertifikasi, Jakarta: Depdiknas Arikunto, Suharsimi. 2005. Metode Penelitian Suatu Pendidikan Praktel, Jakarta: Rineka Cipta. Atmojo, Wihadi, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Azwar, Nasrul, 2008, Profesionalisme Guru. Jakarta: Pustaka Ilmu Press Daradjat, Zakiah, 2005, Metodik Khusus Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri., 2006. Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta Degeng, Martinus, 2007, Manajemen Pendidikan, Bandung: Angkasa Hadi, Sutrisno, 2002, Metodologi Research, ANDI: Yogyakarta. Hadiwijaya, AAN Santosa, 2006, Instrumen Uji Sertifikasi, Depdiknas, Jakarta. Kumaidi, 2006, Sistem Sertifikasi, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press Margono, S. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, E, 2008, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta, 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta Sudijono, Anas, 2004, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada Surya, Oemar, 2008, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara Suryabrata, Sumadi, 2002, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Usman, Moh Uzer, 2006, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya
JURNAL ILMIAH PPKN IKIP VETERAN SEMARANG
64