SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
PENTINGNYA SEJARAH DALAM PEMBINAAN KARAKTER BANGSA DAN PEMBANGUNAN NASIONAL Amirullah Dosen Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar email:
[email protected]
ABSTRAK Peranan sejarah dalam pembinaan karakter bangsa disebabkan oleh adanya fungsifungsi, yang terkandung dalam sebuah karya sejarah, yang mengandung nilai-nilai yang bersifat mendidik, bagi martabat kemanunusiaan, sebab mendidik dan mengajar adalah membentuk manusia berahlak, berkelakuan baik dan benar, dengan memimpin dan menuntun perkembangan guna mengajarkan sejarah dengan bimbingan dan teladan yang nyata, teori dan peraktek dalam kehidupan kemasyarakatan, kesenian dan keagamaan yang bersumber dari kehidupan kebudayaan.Sejarah berguna bagi kehidupan manusia, karena nilai-nilai yang logis dan etis, yang terkandung dalam karya sejarah tersebut, sebagai hasil penggarapan dari tiap fase kehidupan dari berbagai ruang dan waktu serta dari masa kemasa sehingga sejarah menghidupkan dan mengembangkan cara berpikir dan merasa melalui pembelajaran sejarah yang berkesinambungan (up to date) dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada pembinaan karakter bangsa. Secara historis pembinaan karakter bangsa bertitik tolak pada nilai-nilai luhur budaya bangsa yang diajarkan pada orang tua, para pendidik, pemerintah dan para tokoh masyarakat yang bertumpuh pada kesadaran sejarah dalam memberikan bimbingan dan membentuk akhlak dan jiwa generasi muda dalam kehidupannya (life long education). Kata Kunci: Sejarah, Pembinaan Karakter, Bangsa PENDAHULUAN Karakter Bangsa serta pengembangan bangsa dan Negara, adalah merupakan konsekwensi dari lahirnya kemerdekaan suatu bangsa dan Negara, yang pernah mengalami penjajahan dari bangsa lain. Dimana penguatan atau pembinaan ini terutama di tujukan pada bangsa dan Negara Republik Indonesia dengan memahami arti pentingnya pembelajaran sejarah terutama ditujukan kepada kesatuan politik dan kultural sebagai penguat karakter bangsa sekarang dan masa akan datang bahkan dalam segala bidang dalam kehidupan manusia, dan terbentuknya kesadaran nasional. Untuk mendapatkan suatu gambaran umum, tentang apa yamg akan dilakukan dalam pokok masalah, yang difokuskan pada judul artikel ini, maka penulis lebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan pembinaan bangsa.
-141-
SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
Membina berarti memelihara dan mengembangkan aspek-aspek dalam sejarah. Terutama dalam pembinaan serta pengembangan bangsa dan Negara, adalah merupakan konsekuensi dari satuan kemerdekaan suatu bangsa, yang pernah m,engalamio penjajahan dari bangsa lain. Dalam pembinaan ini, terutama ditujukan kepda bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang meliputi kesatuan politik dan kultural, bahkan juga pembinaan bangsa dan Negara ini, mencakup pembinaan dalam segala bidang kegiatan, dalam kehidupan manusia, demi terbentuknya kesadaran nasional. Maslah dalam pembinaan bangsa dan Negara ini, adalah suatu masalah yang bersifat kompleks, dan mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia, dan dalam pelaksanaannya, harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan. Dengan demikian, jelaskan kepada kita, betaopa besar peranan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan pembinaan bangsa dan Negara, termasuk didalamnya ilmu pengetahuan sejarah, seperti apa yang dikemukakan oleh R. Soekmono: “bahwa sejarah adalah penting artinya bagi Negara, dan bagi corak nasional didalam pendidikan kita”. Berdasarkan pernyataan tersebut diatas bahwa jelaslah keadfaan kita, betapa pentingnya peranan sejarah, dalam hubungannya dengan pembinaan bangsa dan Negara pada umumnya, dan bangsa Indonesia pada khususnya. Dan sebagai warga Negara yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, harus turut berpartisipasi dalam pembinaan serta pembangunan bangsa dewasa ini. Dalam pembelajaran sejarah telah kita menyaksikan, bagaimana kerasnya penindasan dan penekanan para penguasa yakni penjajah, namun tidak mampu melumpuhkan seluruh bidang kegiatan perjuangan bangsa kita, sebeb bila pembinaan itu terhalang, suatu bidang kehidupan dan perjuangan, maka pikiran dan tenaga Pembina, menyalurkan potensinya dibidang lain. Oleh karna sejarah perjuangan Indonesia, adalah kontiunitas, dari suatu perjuangan generasi yang satu kegenerasi pelanjut. Dan salah satu bidang kehidupan, yang tidak dapat dikekang oleh penjajah atau kaum penguasa, ialah bidang kebudayaan, diantaranya senisastra, seni suara dan lain sebagainya. Dalam bidang inilah, bangsa Indonesia mendapat kesempatan, untuk memupuk dan membina kekuatan-kekuatan kerohanian, untuk menyadari apa arti kemerdekaan, penjajahan, kebebasan dan perbudakan. Demikianlah pembinaan bangsa kita yang tidak pernah berhenti, dari masa kemasa, baik adanya factorfaktor intern, maupun ekstern. Dan juga tidak pernah mengalami degradasi secara total, namun kini, kita merasakan adanya perubahan yang sangat besar yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kita. Sebuah alasan penulis untuk mengambil judul ini sebagai jawaban untuk menemukenali secara implisit bahwasanya sejarah itu adalah merupakan suatu ilmu yang sangat penting dalam perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Pertumbuhan sejarah sebagai ilmu, seolah-olah sangat dipengaruhi oleh situasi sejarah suatu bangsa, yang mengharuskan untuk memikirkan masalah-masalah hidup dan matinya suatu bangsa atau Negara. Dalam artian bahwa hidup itu, kita harus berjuang, untuk membebaskan diri, bangsa dan Negara dari kekuasaan siapapun juga, yang ingin menguasai atau menjajah kita. Sebagai contoh, perjuangan bangsa Indonesia dalam mengahadapi Penjajahan Belanda sampai pada titik kemerdekaan 17 agustus 1945 yang merdeka
-142-
SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
dan berdaulat dimana Republik Indonesia itulah menjadi alat perjuangan kearah kehidupan kebangsaan yang bebas dan adil makmur. Sejarah sebagai ilmu, memang penting sekali dalam kehidupan manusia terutama dalam pembinaan karakter bangsa sejalan dengan pernyataan ahli sejarah Jerman bahwa bangsa Jerman menang dalam perang Jerman – Perancis (1870) tidak karena jenderal-jenderalnya, tetapi karena guru-guru rakyat Jerman yang mendidik bangsanya yang mengajarkan sejarah bangsanya.(R. Moh. Ali, 2005;15). Pengertian Sejarah dan Bangsa Berbicara masalah sejarah dan bangsa, kita harus memperhatikan, beberapa hal yang mencakup segala kejadian dalam kehidupan manusia. Karena masalah ini memerlukan pengertian serta penguraian yang teliti, agar supaya tidak mendapat kekeliruan, dalam menempatkan pengertian sejarah dan bangsa tersebut. Pelajaran sejarah banyak sekali pengertian-pengertian dan pendapat-pendapat umum tentang belajar sejarah itu, akan tetapi, yang penting kita ketahui, bahwa belajar sejarah itu, dapat memperkuat kepribadian, untuk menyelidiki latar belakang suatu kejadian, serta sebab-sebabnya, serta hubungannya dengan kejadian yang lain. Sejarah itu adalah proses perjuangan manusia, untuk mencapai perikehidupan kemanusiaan yang sempurna. Dalam proses perjuangan ini, mewujudkan suatu peri-kehidupan kemanusiaan sesuai dengan cita-cita kemanusiaannya. Yang meliputi seluruh umat manusia, dalam wujud yang sempurna, yaitu keadilan dan kebahagiaan. Oleh karena itu pendidik hendaknya memberikan pengertian dalam pelajaran sejarah, sehingga peserta didik dapat memahami dan menghargai serta memanfaatkan ide yang terkandung dalam sejarah. Agar lebih jelas lagi penulis menguraikan beberapa pengertian sejarah/definisi sejarah menurut para ahli sejarah menurut visi masing-masing: Menurut Ali (2005) bahwa sejarah itu berarti: 1) Jumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita, 2) Cerita tentang perubahan-perubahan dan sebagainya, 3) Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan tersebut. Dalam kutipan diatas membagi tiga pengertian sejarah, ditinjau dari perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam lingkungan kehidupan manusia dan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pengertian sejarah, menurut Hugiono dkk:1991:1 bahwa: Sejarah adalah cerita tentang peristiwa masa lampau yang benar-benar terjadi. Hanya dalam penegasan Hugiono bahwa sebuag peristiwa yang terjadi dan benar-benar terjadi di masa lampau. Selanjutnya, dalam kamus bahwa Indonesia oleh W.JS. Poerwadarminta (2003:646) bahwa sejarah mengandung tiga pengertian: 1. Kesusatraan lama : silsila, asal usul 2. Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau 3. Ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benarbenar terjadi pada masa lampau serta riwayat. Menurut Muhammad Hatta Sejarah adalah memberi pengetian tentang suatu kejadian, pada masa yang lalu sebagai suatu masalah, masalah inilah yang
-143-
SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
memberikan pengupasan sebab terlalu banyak cabang-cabangnya. Hal ini dikemukakan oleh Mohammad Hatta dalam Buku Pengantar Ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan 1960 sebagai berikut: “Sedjarah wujudnya memberi pengertian dari masa lalu… ia menggambarkan dimuka kita suatu ideal tipe, bentuk rupa dari pada masa itu, bukan gambaran yang sebenar-benarnya, tetapi gambaran yang dimudahkan, supaya kita mengenal rupanya…..ia bukan melahirkan ceritra dari pada kejadian yang lalu, tetapi memberikan pengertian tentang suatu kejadian atau satu masa lalu dengan mengemukakan kedjadian itu”. (R. Moh. Ali 2005;36)
Kemudian menurut H. Roeslan Abdulgani memberi pengertian sejarah dalam tiga dimensi yakni: masa lampau, masa sekarang dan masa akan datang dengan menyatakan sebagai berikut: “Yang saya maksud dengan ilmu sejarah adalah sejarah adalah salah satu ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau, beserta segala kejadiankejadiannya, dengan maksud untuk kemudian menilai sejarah kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan tersebut untuk dijadikan pembendaharaan atau pedoman bagi penilaian dan arah progress masa depan”. (Rahman dan Madjid, 2008: 3-4)
Kutipan tersebut diatas memandang ilmu sejarah dari pada tiga dimensi. Sebab itu sejarah pada masa lalu harus dipelajari dengan membandingkan kenyataan dalam perkembangan situasi masa kini dan harapan-harapan perspektif kemasa akan datang. Demikianlah pengertian-pengertioan sejarah yang dapat saya kutip, namun masih banyak pengertia-pengertian yang lain, yang penulis tidak sebutkan dalam tulisan ini. Kemudian dari definisi diatas maka penulis mencoba menyimpulkan bahwa pengertian sejarah adalah suatu ilmu yang mempunyai faedah dan juga mempelajari tentang kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh manusia sebagai objek dan subjek sejarah dari dahulu sampai masa akan datang. Artinya bahwa sejarah itu ada karna ada manusia dan manusialah yang menjadi objek dan juga menjadi subjek sejarah. Kemudian kita sampai pada pertanyaan apa itu bangsa? Nah dalam masalah bangsa inipun telah menjadi suatu maslah, yang memerlukan perhatian, serta penguraian yang lebih teliti agar supaya tidah mendapat kekeliruan dalam menempatkan pengertian bangsa tersebut. Dalam bahasa Indonesia bangsa berate kasta, kaum, rakyat, natie (Belanda), Naitional (Inggris). Kebangsaan berarti national dan rasa kebangsaan berarti nasionalisme. Adapun pengertian atau definisi bangsa atau rasa kebangsaan atau nasionalisme, penulis akan jelaskan dengan mengemukakan beberapa pendapat para ahli sejarah dan sejarawan antara lain: Prof. Dr. J. Romein mengemukakan pendapatnya yang menyatakan: “….bangsa yakni suatau suku bangsa atau beberapa suku bangsa yang mendirikan suatu Negara atau sama-sama berusaha mendirikan suatu Negara dan neghara yang didirikan atau yang akan didirikan bersama itu adalah suatu Negara yang nasional, artinya suatu dengan penduduknya yang sama hak dan kewajibannya, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, penduduk yang ingin mengikat nasibnya dalam suatu Negara bersama.” (Prof. Dr. J. Romein, 1956 Hlm 75)
-144-
SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
Selanjutnya menurut Mayor Polak yang berpendapat bahwa bangsa itu bila ditinjau dari segi sosiologinya adalah bangsa itu adalah nation yakni sejumlah orang berdiam disuatu wilayah tertentu. Nation adalah suatu persekutuan hidup yang besar diantaranya anggota-anggota suatu bangsa ada antar hubungan dan kesadaran serta perasaan bahwa mereka menjadi satu. (Yahya Muhaimin, 2006: 34) Dari pengertian bangsa tersebut diatas bahwasanya ada unsur-unsur pendukung yang membentuk bangsa itu sendiri yang pertama adalah dibentuk karna himpunan manusia, yang ada hubungan darahnya kedua karna adanya bahasa yang sama sebagai symbol bahasa pemersatu, ketiga adanya adat kebiasaan yang serupa. Hal ini menjadi dasar bahwa bangsa (nation) itu adalah suatu solidaritas besar yang terbentuk karena adanya keinsafan bahwa orang telah berkorban banyak, dan bersedia akan memberi pengorbanan dalam mempertahankan jiwa kebangsaan (nation) tersebut. Dan menuju pda satu tujuan, yaitu kesadaran nasional atau kesatuan bangsa pda tiap-tiap Negara. Pentingnya Sejarah dalam Pembinaan Bangsa dan Pembangunan Nasional Dalam pembangunan adalah mengadakan perubahan, dan perubahan itu adalah akibat dari akal manusia, maka ini berarti, bahwa manusia pada umumnya dan bangsa pada khususnya, mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan. Karena pembangunan adalah memerlukan tenaga-tenaga pemikir yang disebut juga creative minority atau elite, dan tenaga-tenaga itulah yang sanggup memberikan motivasi terhadap pembangunan. Demikian pula dalam pembinaan bangsa, sangat memerlukan tenaga pemikir, yang dengan pikirannya dapat menggerakkan masa untuk membangun, dan tenaga-tenaga pemikir semacam ini, hanyalah bisa dibentuk dalam perguruan tinggi. Disinilah letak darma bakti perguruan tinggi yang akan membentuk creative minority, sarjana-sarjana warga Negara yang aktif dalam pembangunan, sehat jasmani, cerdas pikiran, tinggi moralnya dan kuat mentalnya serta memliki kebebasan dan mempunyai kesadaran akan tanggung jawab. Akan tetapi yng baru yang harus dingat,bahwa didalam masalah pembangunan itu manusiayalah yang menentukan berhasil atau tidaknya, pembangunan yang kini sedang diselenggarakanya oleh rakyat dan negar di Indonesia ini. Kita boleh berbicara tentang berbagai teori pembangunan, dari pangkal sampai ke ujung ,akan tetapi tanpa membicarakan dan melihat manusia sebagai pelaku dalam proses pembangunan itu sendiri, maka dialah seluruh rencana, dan pelaksana cita-cita yang kita dambakan bersama itu. Dalam hidup bersamasebagai anggota kelompok sosial, maka terjadilah interaksi sosial diantara anggota kelompok yang bersama-sama itu, atau antara kelompok itu dengan kelompok lainya, yang membentuk masyarakat manusia itu ,dalam ruang lingkup yang lebih luas, interaksi itu memang menuntut pula keadilan, baik dari tiap-tiap anggota kelompok sesuai itu sebagai individu, maupun anggota kelompok itu acara keseluruhannya, untuk memberi dan menerima, mempengaruhi dan dipengaruhi, merabah dan dirabah, oleh indivdu atau kelompok lainya.
-145-
SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi manusia melibatkan diri pada lingkungan kehidupanya, soal keterlibatan manusia dalam interaksi sosial itu,sudah barang tentu meliputi berbagai macam segi, yang antara lan meliputi masalah komunikasi, agama, sosial,politik ekonomi,budaya, nilai-nilai dan sebagainya. Adapun tujuan dan arah pembangunan Nasional ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan apirituil berdasarkan pancasila didalam wadah Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bersatu dalam suasana perikehidupan Bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Dengan demikian, tujuan dn arah pembangunan Nasional itu, terkandung usaha membangun manusia pembangunan, yaitu manusia membangun, karena ingin hidup lebih baik dari pada sekarang ini, atau dengan kata lain membangun hari esok yang lebih baik dari pada hari ini. Jadi tujuan dan arah pembangunan Nasional itu adalah untuk memperbaiki kehidupan yang lebih baik lahir dan bathin, materiil dan sprirituil.Oleh karena itu pembangunan itu bukan hanya usaha untuk meningkatkan penghasilan perapita, atau meningkatkan produksi saja, atau meningkatkan kehidupan rohani saja. Akan tetapi pembangunan itu adalah pembangunan, untuk manusia seutuhnya dan seluruh umat manusia, sebagai yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang mengatakan: Berdasarkan pokok pikiran bahwa hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh Masyarakat Indonesia, maka landasan pelaksanaan pembangunan Nasional disegala bidang adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan memperhatikan hakekat pembangunan Nasional, maka pembangunan itu bukanlah semata-mata diarahkan kepada tercapainya hasil-hasil pisik dan kesejahteraan materiil.Akan tetapi melainkan juga pembinaan faktor manusianya.Yakni membangun sikap manusia, baik sikap mentalnya, maupun sikap hidupnya, karena manusia menempati kedudukan kunci sebagai sasaran untuk siapa pembangunan diadakan, dan juga sekaligus menjadi pelaksana pembangunn itu sendiri. Bagi Negara Indonesia yang kini sedang membangun, maka dalam pembangunan yang dilakukan oleh negeri-negeri Barat atau negeri di Timur, akan tetapi pembangunan di Indonesia ini, memotivasi-memotivasinya harus beramanasi dari pada pancasila, yang merupakan filsafat hidup kita. Kalau sila pertama dari pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka sebenarnya agama di Indonesia harus menjadi motivasi dan memberikan arah bagi pembangunan.Oleh karena itu kewajiban kita, ialah menggali ajaran agama, lalu memberikan interpretasi-interpretasi yang tepat, hingga demikian ajaran-ajaran agama itu merupakan ajaran-ajaran yang memberikan kegairahan dan kegembiraan hidup untuk membina hari kini dan menyongsong hari esok yang cerah Untuk mencapai hasil yang sempurna dalam pambangunan, maka kita perlu bekerja keras dan hemat serta teliti. Karena tanpa kerja keras pembangunan tidak bisa tercapai, dan tanpa hemat mustahil orang itu akan mendapatkan kecukupan hidup.
-146-
SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
Salah satu dalil ekonomi yang mengatakan bahwa: “in come is plus saving”. Dalam pekerjaan itu kita harus teliti, sebab dengan ketelitian itu, orang akan mengetahui mana pekerjaan yang bisa dilakukan dan sama pula yang tidak bisa. Dan juga dengan ketelitian itu orang akan mengetahui sebab-sebab suatu pekerjaan itu gagal atau sukses. Dalam pembangunan kita harus menghargai waktu, yakni mempergunakan waktu itu sebagaimana mestinya.Dan juga harus kita melihat kedepan.Sebab membangun adalah membangun masa kini untuk hari esok, bukan membangun masa yang lalu.Dalam hal ini Sjauqi Bey mengatakan dalam suatu syairnya: “sejelek-jelek kelompok umat manusia adalah orang-orang pemalas, yang apabila engkau ungguli dengan cepat-cepat mereka menyebut-nyebut kebesaran nenek moyangnya”. Begitulah suatu umat dikritik tentang kemunduran didalam bidang politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.Dan selanjutnya Sjauqi Bey menyatakan pula: “dan sebaik-baik kelompok umat manusia adalah meraka yang mempunyai sejarah kemuliaan. Dan untuk diri mereka sendiri mereka menegakkan kemuliaan yang baru”. Inilah watak dan mental yang harus kita miliki, ialah berbuat dan beramal untuk menulis sejarah kebesaran kita sendiri, sebagaimana sejarah kebesaran yang telah ditulis oleh pahlawan-pahlawan dan syuhada-syuhada kita yang sudah mangkat.Dalam melaksanakan pembangunan harus kita bersifat terbuka, yaitu suka menerima ide-ide yang baik, sekalipun datangnya bukan dari diri kita sendiri ataupun kelompok kita sendiri. Disamping itu kita harus belajar, baik dari teori, maupun dari pengalaman. Dan juga kita harus kerja sama dengan kelompok-kelompok lain yang lebih maju. Kemudian kita harus berani mengadakan expriment dan percobaan.Sebab dunia ini maju dan berkembang, karena keberanian orang-orang yang mengadakan expriment dan percobaan itu. Dengan demikian jelaslah kepada kita, bahwa dalam melaksanakan pembangunan, kita harus bekerja keras dan hemat serta teliti, suka melihat kedepan, bersifat terbuka, suka belajar, suka kerja sama dan berani mengadakan expriment. Adapun pembangunan Nasional itu, bukanlah suatu hal yang mudah, sebab mencakup segi-segi yang luas, yakni mencakup bidang-bidang politik, sosial, ekonomi dan lain-lain sebagainya. KESIMPULAN Sebagai penutup dari pada uraian ini, maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai inti dari pada uraian tersebut diatas yang berhubungan dengan masalah pembinaan dan pembangunan bangun pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya.Yakni :(1) Peranan sejarah dalam pembinaan bangsa itu, disebabkan oleh adanya nilai sejarah yang terkandung dalam sebuah karya sejarah yang mengandung nilai-nilai yang bersifat mendidik, bagi martabat kemanusiannya. Sebab mendidik dan mengajar adalah membentuk manusia berakhlak, yang berkemauan baik dan benar, dengan memimpin dan menuntun perkembangan cara merasanya, atau cara berpikirnya dengan jalan memberi ilmu dengan bimbingan dan teladan yang nyata, teori dan praktek dalam kehidupan kemasyarakatan, kesenian dan keagamaan.(2). Sejarah berguna bagi kehidupan
-147-
SEMINAR NASIONAL “Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global” Kerjasama: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar dan Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial Indonesia Grand Clarion Hotel, Makassar, 29 Oktober 2016
manusia karena nilai-nilai yang logis dan etis yang terkandung dalam karya sejarah itu sebagai hasil penggarapan dari tiap-tiap fase kehidupan manusia dari berbagai ruang dan waktu dan dari masa ke masa. Dengan kata lain, bahwa cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari sekumpulan manusia dalam suatu ruang dan waktu. Penghidupan dan memperkembangankan cara berfikir dan merasa, ialah pengajaran dan pendidikan yang selalu up to date dalam ilmu pengetahuan,dan (3)Sejarah bagi manusia adalah untuk mengenal dirinya sendiri, dan dunia sekelilingnya. Dengan demikian sejarah merupakan sumber pilihan yang tidak kering-keringnya untuk tiap-tiap fase perjuangan kemerdekaan, dan sejarah yang membawa kebenaran mutlak adalah sejarah yang bersumber dari pada Al Qur’an. Sebab ialah yang menjadi sumber dari segala ilmu pengetahuan yang up to date untuk mengatur tingkah laku manusia, untuk menguasai dirinya dalam menghindari perbuatan maksiat, keji dan mungkar, ia menjadi sumber natural science di setiap zaman.Serta (4) Secara historis pembinaan bangsa bertitik tolak pada orang tua, para pendidik, pemerintah dan para pemimpin masyarakat.Karena merekalah yang diharapkan untuk memberi bimbingan dan membentuk akhlak dan jiwa si anak selama hidup atau life long education. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, T.1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi.Arah dan Perspektif.Jakarta: Gramedia. Abdulrahman, D. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat: Logos Wacana Ilmu. Ali, R. Moh. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKis Gazalba, S. 1966. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara. Gottschalk, L. 2006. Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press. Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya Poerwadarminta, W.J.S. 1952. Kamus Umum Bahas Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Razak, Y (ed.). 2008. Sosiologi sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Yogyakarta: Laboratorium Sosiologi Agama. Soedjatmoko, 1986.Dimensi Manusia dalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES. Kuntowijoyo, 1994.Metodologi sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bangung: Remaja Rosdakarya. Sjamsuddin, H. 2008. Metodologi Sejarah. Jogyakarta: Ombak Supardan, D. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara Muhaimin, Y. 2006. Masalah Kebijakan Pembinaan Pertahanan Nasional. Yogyakarta: Tiara Wacana Kartodirdjo, S. 1987. Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif Sejarah. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press. Suriaumantri, J. S. 2009. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan
-148-