PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN MENGGUNAKAN HAK TANGGUNGAN DAN PENYELESAIANNYA DI BMT BAHTERA PEKALONGAN PADA TAHUN 2009 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada STAIN Pekalongan Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya ( A. Md ) di Bidang Ilmu Perbankan Syariah
Disusun oleh :
Cundriani NIM. 231.208.050
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2011 i
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Cundriani
NIM
: 231.208.050
Jurusan
: D3 Perbankan Syariah
Menyatakan bahwa Tugas Akhir Yang berjudul “PEMBIAYAAN
BERMASALAH
TANGGUNGAN
DAN
DENGAN
PENYELESAIANNYA
MENGGUNAKAN DI
BMT
HAK
BAHTERA
PEKALONGAN PADA TAHUN 2009” adalah benar-benar karya penulis sendiri, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Pekalongan, Oktober 2011 Yang menyatakan,
Cundriani NIM. 231.208.050
ii
iii
NOTA PEMBIMBING
Lamp: 4 (empat ekseplar)
Kepada Yth.
Hal :Naskah Tugas Akhir
Bapak Ketua STAIN C/q Ketua Jurusan Syari’ah Di PEKALONGAN
Assalamua’laikum Wr. Wb Setelah diadakan penelitian seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan Tugas Akhir Saudara/i: Nama
: Cundriani
NIM
: 231.208.050
Program Studi : D3 Perbankan Syari’ah Jurusan Syari’ah Judul
: PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN MENGGUNAKAN HAK TANGGUNGAN DI BMT BAHTERA PEKALONGAN PADA TAHUN 2009
Dengan ini saya mohon agar Tugas Akhir Saudara tersebut dapat segera di ujikan (dimunaqosahkan). Demikian, harap menjadi perhatian dan disampaikan terima kasih. Wasalamu’alaikum Wr. Wb Pekalongan,
Oktober 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Moh. Hasan Bisyri, M. Ag NIP. 19731104 200003 1 002
Ali Amin Isfandiar, M. Ag NIP. 19740812 200501 1 002
iii http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
iv
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN Jl. Kusuma Bangsa No. 9 Telp (0285) 412575-Faks. 423418, Email:
[email protected]@hotmail.com Pekalongan
PENGESAHAN
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan mengesahkan tugas akhir saudari: Nama
: CUNDRIANI
NIM
: 231 208 050
Judul Skripsi
: PEMBIAYAAN
BERMASALAH
DENGAN
MENGGUNAKAN HAK TANGGUNGAN DAN PENYELESAIANNYA
DI
BMT
BAHTERA
PEKALONGAN PADA TAHUN 2009 Yang telah diujikan pada hari Kamis dan Jumat, tanggal 27-28 Oktober 2011 dan dinyatakan lulus serta diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) dalam Ilmu Perbankan Syariah.
Dewan Penguji Penguji I
Penguji II
Susminingsih, M.Ag NIP. 19750211 199803 2 001
H. Gunawan Aji, M.Si, Akt NIP. 150409274 Pekalongan, 28 Oktober 2011 Ketua STAIN Pekalongan
DR. Ade Dedi Rohayana, M.Ag. NIP. 19710115 199803 1 005 iv http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
v
PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini Kupersembahkan Sebagai Tanda Cintaku Untuk: Allah SWT, atas limpahan rahmat yang tiada terkira kepadaku Bapak dan ibu tercinta yang selalu menyelipkan nama dalam do’a malamnya. Semoga aku bisa membanggakan dan membahagiakan kalian kelak Saudaraku Kang Apri, Mbak Tusrini, Mbak Tri w, S.Pd.I, Adik-adiku Ponco, Rohma, Renita N keponakanku yang lucu, Hamka, Zaqi, Ghufron, Alba yang selalu membuatku tersenyum dan Support untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini Nenek Tariyah (Alm) semoga mendapat keistimewaan disisi_Nya Sahabat-sahabatku DIII Perbankan Syari’ah angkatan 2008 kelas B. Semoga persaudaraan ini terjalin sampai kelak.... Teman-taman D3 perbankan Syari’ah 2008 Tunanganku Ahmad Romadhon yang telah memberiku semangat, dan nasehat dalm menyelesaikan Tugas Akhir ini....
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
vi
MOTTO
Pembiayaan bermasalah dalam lembaga keuangan selalu ada, hal yang terpenting adalah dapat menyelesaikannya......
Tahap penyelesaian pembiayaan bermasalah membutuhkan kesabaran yang berkualitas....
vi http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
vii
ABSTRAKSI Nama : Cundriani NIM : 231.208.050 Judul : PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN MENGGUNAKAN HAK TANGGUNGAN PENYELEASIANNYA DI BMT BAHTERA PEKALONGAN PADA TAHUN 2009
DAN
BMT Bahtera Pekalongan yang berdiri dengan dilatarbelakangi demi memperkenalkan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada ekonomi syari’ah dengan menggunakan sistem bagi hasil. BMT Bahtera Pekalongan ada berbagai macam bentuk usaha dan termasuk di dalamnya usaha memberikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan usah utama BMT Bahtera Pekalongan yang dalam pelaksanaannya tergantung dari tingkat kemajuan BMT. Namun setiap pembiayaan pasti mengandung resiko dan resiko tersebut adalah pembiayaan bermasalah. Permasalahan yang akan dibahas yaitu bagaimana kondisi pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan dan bagaimana pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan dan penyelesaiannya di BMT Bahtera Pekalongan pada tahun 2009. Kondisi pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan yaitu, nasabah mudah ingkar janji, usaha nasabah mangalami penurunan sehingga tidak dapat membayar kewajiban keuangan, nasabah mengalami kerugian usaha , barang tidak laku, laba menurun, modal yang diberikan habis untuk keperluan konsumif seperti: keperluan sekolah, pinjaman yang di berikan untuk melahirkan, nasabah sakit keras, sehingga modal tidak berkembang. Berpengaruh terhadap pinjaman yang diberikan akhirnya pada saat jatuh tempo nasabah tidak dapat melunasi. Penyusunan Tugas Akhir ini menggunakan penelitian lapangan (Field risearch). Untuk memperoleh data primer dengan mengadakan observasi dan wawancara kepada subyek penelitian dan penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder dengan cara studi pustaka. Selanjutnya data dianalisis ecar deskriptif. Apabila pembiayaan yang diberikan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk penyelesaian pemiayaan tersebut baragam, apabila memang masih dapat diselamatkan, maka dilakukan dengan cara penyehatan atau Revitalisasi, tetapi apabila pembiayaan tersebut sudah tidak dapat diselamatkan kembali maka tindakan terakhir yang dilakukan oleh BMT adalah melakukan eksekusi terhadap jaminan pembiayaan yang telah dijaminkan oleh nasabah. Apabila debitur cidera janji, maka pemegang hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan secara umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan, dapat diketahui bahwa penyelesaian pembiayaan bermasalah menggunakan hak tanggungan diterapkan menurunnya prosentase pembiayaan bermasalah 3, 5% yang terselesaikan dengan hak tanggungan 1%. vii http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
viii
KATA PENGANTAR Bismilahirrohmaanirrohiim Assalamu’alaikum Wr.Wb Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN MENGGUNAKAN HAK TANGGUNGAN DAN PENYELESAIANNYA DI BMT BAHTERA PEKALONGAN PADA TAHUN 2009. Tugas Akhir ini penulis kerjakan guna memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) dalam jurusan syari’ah program studi perbankan syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan. Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1.
Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana, M. Ag selaku Ketua STAIN Pekalongan.
2.
Bapak Drs. Ahmad Tubagus Surur, M. Ag Selaku Ketua Jurusan Syari’ah STAIN Pekalongan.
3.
Bapak Ahmad Syukron, M.EI Selaku Ketua Program Studi D III Perbankan Syari’ah STAIN Pekalongan.
4.
Bapak Ali Amin Isfandiar, M. Ag selaku dosen wali, Bapak Moh. Hasan Bisyri, M. Ag dan Bapak Ali Amin Isfandiar, M. Ag yang telah membimbing saya dalam mengerjakan Tugas Akhirsampai selesai dengan penuh kesabaran dan ketelitian. viii
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
ix
5. dalam mengerjakan Tugas Akhir sampai selesai dengan penuh kesabaran dan ketelitian. 6. Para dosen dan staf pengajar di STAIN Pekalongan yang sudah memberikan ilmu yang bermanfaat. 7. Para staf dan jajaran BMT Bahera Pekalongan, khususnya Bapak Miftakhurruza, S.E selaku bagian Remedial yang sudah membantu saya dengan meluangkan waktu dalam penyelesaian Tugas Akhir sampai selesai. 8. Yang tercinta Bapak, Ibu, Kakak, Adik-adik, dan Nenek (Alm) yang selau memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 9. Sahabat-sahabat saya yang turut memberikan semangat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 10. Semua teman D III Perbankan Syari’ah STAIN Pekalongan, khususnya kelas B angkatan 2008. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungannya. 12. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Tugas Akhir ini, oleh karena itu berbagai saran dan kritikan akan penulis terima dengan tangan terbuka. Akhirnya penulis berharap tulisan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu perbankan syari’ah. Amin ya Rabbal Alamin. Pekalongan, Oktober 2011 Penulis
Cundriani NIM. 231.208.050 ix http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
x
TRANSLITERASI
Daftar huruf-huruf dan tanda-tanda yang menggantikan huruf Arab dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah berdasarkan pada ejaan yang dipakai oleh Departemen Agama Republik Indonesia di dalam terjemahan Al-Qur’an. Kh = (Khaa’) Dh =
(Dhaad)
Th =
(Thaa)
Sh =
(Shaad)
Zh =
(Zhaa’)
Gh = (Ghain) Dz =
(Dzal)
Sy =
(Syin)
Ts =
(Tsaa’)
Z=
(Zaa)
Q=
(Qaaf)
H=
(Haa’)
,=
(Hamzah)
Ejaan dan tanda-tanda penulisan dalam Tugas Akhir ini, sama dengan yang di pakai oleh buku lain yang sudah tersiar di kalangan masyarakat kalimat yang terpakai dalan Bahasa Indonesia, maka ditulis menurut lazimnya.
x http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
HALAMAN MOTTO ................................................................................
vi
ABSTRAK
vii
.............................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii TRANSLITERASI......................................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................
xi
BAB 1
PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................
1
B. Perumusan Masalah ............................................................
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .........................................
5
D. Penegasan Istilah .................................................................
6
E. Telaah Pustaka ....................................................................
6
F. Kerangka Teori ...................................................................
16
G. Metodologi Penelitian .........................................................
19
H. Sistematika Penulisan ..........................................................
22
LANDASAN TEORI .................................................................
24
A. Pembiayaan Bermasalah ......................................................
24
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ................................
24
2. Jenis-jenis Pembiayaan Bermasalah ................................
25
3. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah ................
27
4. Mencegah terulangnya Kasus Pembiayaan Bermasalah ...
29
B. Hak Tanggungan .................................................................
32
1. Pengertian Hak Tanggungan ...........................................
32
2. Sifat dan Asas Hak Tanggungan .....................................
33
BAB II
xi http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
xii
3. Subjek Hak Tanggungan .................................................
36
4. Eksekusi Hak Tanggungan ..............................................
38
BAB III Gambaran Umum Perusahaan ...................................................
45
A. Profil BMT Bahtera Pekalongan ..........................................
45
1. Latar belakang BMT Bahtera Pekalongan .......................
45
2. Motto, Visi, Misi BMT Bahtera Pekalongan ...................
48
B. Struktur Organisasi ..............................................................
49
C. Fungsi dan Tanggung jawab Kepengurusan BMT Bahtera Pekalongan .............................................................
50
D. Produk-produk di BMT Bahtera Pekalongan .......................
53
1. Produk Penghimpunan Dana (Funding) ..........................
53
2. Produk Penyaluran Dana (Lending) ................................
55
3. Produk Jasa Lainnya ......................................................
57
E. Produk Bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan ................
58
BAB IV PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN MENGGUNAKAN HAK TANGGUNGAN DI BMT BAHTERA PEKALONGAN PADA TAHUN 2009 ...................
59
A. Kondisi Pembiayaan Bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan ..........................................................................
59
B. Pembiayaan Bermasalah Dengan Menggunakan Hak Tanggungan Dan Penyelesaiannya Di BMT Bahtera Pekalongan Pada Tahun 2009 .............................................. 65 BAB V
PENUTUP .................................................................................
81
A. Simpulan .............................................................................
80
B. Rekomendasi .......................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembiayaan bermasalah memberikan dampak kurang baik bagi negara, masyarakat, dan bagi perbankan Indonesia, karena pembiayaan bermasalah mengakibatkan menurunnya tingkat kesehatan koperasi, sehingga koperasi sulit menyalurkan pembiayaan ke debitur lain. Semakin besar jumlah pembiayan yang bermasalah, maka semakin besar jumlah dana cadangan yang harus disediakan dan kerugian yang ditanggung bank akan mengurangi modal sendiri. Pembiayaan yang bermasalah merupakan bagian dari kehidupan bisnis perbankan. Bahaya yang timbul dari pembiayaan bermasalah adalah tidak terbayarnya kembali pembiayaan tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya. Dampak yang ditimbulkan oleh pembiayaan bermasalah tersebut menguatkan keharusan perbankan untuk berusaha menyelesaikan. 1 Pembiayaan bermasalah dalam dunia perbankan merupakan suatu penyakit perbankan indonesia yang harus diantisipasi oleh semua pihak terlebih lagi keberadaan bank mempunyai peranan strategi dalam kegiatan perekonomian Indonesia. 2 Sehubungan dengan tenggang waktu pemberian pembiayaan, semakin lama waktu yang diberikan, masa resiko yang ada menjadi semakin tinggi. 3 Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian pembiayaan debitur 1
Lukman Nendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.5. Frans Hendra Winarta, Teknisi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Melalui Pendekatan Hukum, http:www.mitranetra.or.id. 3 Untung Budi, Kredit Perbankan Di Indonesia, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2006), hlm.51. 2
1
2
untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh koperasi. Dalam memberikan pembiayaan bank harus melakukan penilaian prospek usaha dari debitur. Jaminan merupakan salah satu unsur pemberian pembiayaan agar bank memperoleh keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya. 4 Jaminan dapat berupa barang, hak tagih yang dibiayai dengan pembiayaan yang bersangkutan. Dalam pemberian pembiayaan BMT
dengan badan koperasi
Kementrian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah) etlah mengeluarkan SK Menteri Koperasi dan UKM Nomor : 91/Kep/M.UKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah. 5 Dengan adanya SK tersebut, koperasi yang ingin menjalankan kegiatan operasional dengan prinsip syariah bisa memilih bentuk badan hukumnya, apakah berbentuk koperasi simpan pinjam berdasarkan prinsip syariah dengan bentuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau Koperasi Serba Usaha yang membuka Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS). Dalam pembiayaan bank menghendaki adanya jaminan atau agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti pelunasan hutang. Karena pembiayaan yang diberikan oleh bank mengandung resiko. Bilamana debitur cidera janji atau wanprestasi jaminan pembiayaan merupakan jaminan akan pelunasan pembiayaan yang diberikan kepada debitur.
4
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2003), hlm,
41. 5
Wawancara dengan Bp. Miftakhurreza, SE., selaku Bagian Remedial di BMT Bahtera Pekalongan, 24 Februari 2011, pukul 15.40 WIB.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
3
Jaminan sebagai langkah antisipasi minimalisir tingkat resiko yang akan ditanggung pihak kreditur jika nasabah wanprestasi. 6 Jaminan sangat penting untuk mengetahui apakah jaminan yang diberikan legal dan lengkap dengan surat-suratnya,kondisi fisik yang masih layak, surat perhitungan atau taksasi jaminan harus tepat. Pemberian jaminan bertujuan untuk menanggung atau menjamin hutang seorang debitur kepada kreditur. Dengan pemberian jaminan kebendaan tidak dapat dituntut untuk memenuhi kewajiban untuk membayar hutang kepada kreditur.7 Hak tanggungan sebagai salah satu jenis hak kebendaan, yang bersifat terbatas, yang hanya memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk pelunasan piutangnya. Di dalam pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, apabila debitur cidera janji maka pemegang hak tanggungan mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan secara umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. 8 BMT Bahtera Pekalongan merupakan lembaga keuangan syariah dengan menggunakan sistem bagi hasil. 9 Walaupun menggunakan sistem bagi hasil yang menguntungkan kedua belah pihak antara BMT dan nasabah, tidak menjamin bahwa BMT Bahtera tidak mempunyai masalah dengan
6
Handiwijaya & Rifai Wirasasmita, Manajemen Dana Bank, Cet. ke-2, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), hlm. 15. 7 Mulyadi Kartini & Wijaja Gunawan, Hak Tanggungan, Cet. ke-2, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005) hlm.16. 8 Ibid., hlm. 17. 9 Ibid., hlm.18.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
4
pembiayaan bermasalah.10 Data tahun 2009, BMT Bahtera Pekalongan mempunyai 4% pembiayaan bermasalah dari keseluruhan pembiayaan. 11 BMT Bahtera dalam penyelesaian pembiayaan bemasalah kepada nasabah dalam proses angsuran terjadi wanprestasi sampai masa jatuh tempo berakhir, maka jaminan yang diberikan dapat dilelang. BMT Bahtera Pekalongan bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) guna mengambil pelunasan hutang debitur. Hal ini BMT Bahtera Pekalongan lebih menekankan menggunakan hak tanggungan. Berangkat dari pemikiran, maka penulis tertarik untuk membahas tentang problem pembiayaan bermasalah yang diformulasikan dengan judul penelitian : “Pembiayaan Bermasalah Dengan Menggunakan Hak Tanggungan dan Penyelesaiannya Di BMT Bahtera Pekalongan Pada Tahun 2009”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian Tugas Akhir (TA) ini yaitu : 1. Bagaimana kondisi pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan? 2. Bagaimana pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan dan penyelesaiannya di BMT Bahtera Pekalongan pada tahun 2009?
10
Wawancara dengan Bp. Miftakhurreza,S.E, selaku Bagian Remedial di BMT Bahtera Pekalongan. 11 Dokumentasi BMT Bahtera Pekalongan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan di BMT Bahtera Pekalongan. Peneliti bertujuan untuk : 1.
Untuk mengetahui kondisi pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan.
2.
Untuk mengetahui pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan dan penyelesaiannya di BMT Bahtera Pekalongan pada tahun 2009.
2. Kegunaan Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari peneliti : a. Secara Teoritis Diharapkan dari hasil peneliti dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang
strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah
dengan menggunakan hak tanggungan di BMT Bahtera Pekalongan dan sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkan. b. Secara Praktis Untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi D3 Perbankan Syariah dan gelar Ahli Madya Perbankan Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
6
D. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman istilah-istilah pada tugas akhir di atas, agar dapat terarah atau sesuai dengan pembahasan dan pemenuhan sasaran yang Adapun istilah yang perlu ditegaskan adalah : 1. Pembiayaan Bermasalah Suatu keadaan nasabah atau debitur tidak mampu memenuhi kewajiban terhadap bank sesai dengan akad perjanjian. 12 2. Hak Tanggungan Tanggungan diartikan sebagai barang yang di jadikan jaminan. 13 Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan atas tanah untuk pelunasan hutang. 14 3. Penyelesaian Rencana atau tindakan yang matang tentang kegiatan untuk mecapai tujuan15
E. Telaah Pustaka Untuk menghindari terjadinya pengulangan materi yang sama pada penelitian sebelumnya, maka penulis melihat kembali katalog Tugas Akhir (TA) yang sudah ada. Ditinjau dari penelitian yang sudah dilakukan di
12
Untung Budi, Kredit Perbankan Di Indonesia, hlm 65. M. Kasmir Ibrahim, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : PT. Pustaka Tinta Mas, 1994), h1m. 43. 14 Muljadi Kartini & Wijaya Gunawan, Hak Tanggungan , hlm. 10. 15 Ivan Rahmawan A, Kamus Istilah Akuntansi Syariah Cet. ke-1, (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hlm. 48. 13
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
7
lembaga keuangan syariah khususnya yang berkaitan dengan pembiayaan bermasalahan, penulis menemukan beberapa judul penelitian, antara lain : Shulachudin meneliti tentang pembiayaan bermasalahan atau Non Performing Loan (NPL) di BSM, ia menggunakan metode induktif. Diakhir penelitiannnya ia menyimpulkan bahwa dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah di BSM yaitu dengan melakukan perbaikan akad (remedial), dilakukan rescheduling. Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalahan di BSM yaitu dengan melakukan perbaikan akad (remedial) dilakukan rescheduling (menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran), dilakukan reconditing (memperkecil margin keuntungan bagi hasil).16 Muhammad Nur meneliti tentang pelaksanaan pemberian pembiayaan Mudharabah, menggunakan metode analisis data induktif. Dalam penelitianya menyimpulkan bahwa penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan dengan mengutamakan upaya Reschedulling, Reconditioning dan pembiayaan ulang dalam betuk Qordhul Hasan. Hal ini dilakukan agar meringankan beban nasabah dan juga untuk meminimalisir resiko pada kesehatan operasional bank. 17
16
Shulachudin, Pembiayaan Bermasalah atau Non Performing Loan/NPL di Bank Syariah Mandiri, (Pekalongan: STAIN, 2008), Tugas Akhir tidak diterbitkan. 17 Muhammad Nur, Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudrarabah Kepada Koperasi Studi Pada Bank Muamalat Cabang Medan, (Medan: Universitas Sumatra Utara, 2004), skripsi tidak diterbitkan (http://digilip.medan.ac.id/gsdi/collect/skripsi/archives/HASH78fb/.../doc.pdf), tanggal 10 Desember 2010.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
8
M. Mughni meneliti tentang Kebijakan Penyelamatan pembiayaan bermasalahan,
menggunakan
metode
analisis
data
induktif.
Dalam
penelitiannya menyimpulkan penyelesaian pembiaan dengan cara : a.
Penjadwalan kembali (rescheduling)
b.
Pembiayaan kembali (reconditioning)
c.
Penataan kembali (restrukturing) Dari ketiga cara tersebut, BNI Syariah dalam menangani pembiayaan
bermasalahan lebih menenkankan dengan cara reschedulling (penjadwalan kembali), bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan pembiayaan atau melunasi pembiayaan.18 Yodhana Riska Sitadevi di BMT Bahtera Pekalongan menjelaskan mengenai implementasi analisis 5C dalam mengurangi pembiayaan macet, dengan menggunakan metode deskriptif dan metode analisis. Hasil penelitiannya yaitu dalam memberikan pembiayaan BMT Bahtera Pekalongan menerapkan prinsip C, selain itu BMT Bahtera Pekalongan memastikan dan yakin tempat tinggal calon debitur adalah tetap. Keyakinan ini dapat diperoleh dengan melihat kepemilikan surat-surat calon debitur, seperti KTP, kwitansi pembayaran PLN, PDAM, karena jika terjadi pembiayaan bermasalah pihak BMT Bahtera bisa melakukan penagihan kerumah debitur. 19 Hendra Cipta meneliti tentang peranan jaminan dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah, menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitiannya
18
Mughni, Kebijakan Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Studi Kasus di BNI Syariah, (Pekalongan: STAIN, 2006), Tugas Akhir tidak diterbitkan. 19 Yodhana Riska Sitadevi, Implementasi Analisis 5C Dalam Mengurangi Pembiayaan Macet di BMT Bahtera Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2010), Tugas Akhir tidak diterbitkan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
9
menyimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah pada kolektabilitas macet dilakukan upaya reschedulling (Penjadwalan kembali) dan reconditioning (dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang) dalam bentuk pembiayaan AlQord Al Hasan.20 Zaenal meneliti tentang sistem pembiayaan Murabahah, dengan menggunakan
metode
deduktif
dan
induktif.
Diakhir
penelitianya,
menyimpulkan bahwa penanggulangan pembiayaan bermasalah adalah usaha Kospin Jasa Syariah untuk mencegah kemungkinan timbulnya kerugian lebih lanjut atas suatu pembiayaan yang tidak melalui pengelolaan tabungan dengan anggota atau calon anggota.21 Beberapa
kebijakan
dalam
rangka
penyelamatan
dan
penyelesaian
pembiayaan bermasalah : a. Penjadwalan ulang b. Persyaratan ulang c. Penataan kembali Rulliyah meneliti tentang strategi manajemen resiko pembiayaan, menggunakan metode induktif dan metode deskriptif. Hasil penelitiannya menyimpulkan
dalam
menangani
pembiayaan
bermasalah,
langkah-
langkahnya sebagai berikut 22 : a. Rescheduling 20
Hendra Cipta, Peranan Jaminan dalam Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BNI Syariah Yogyakarta, (Semarang: IAIN, 2009) skripsi tidak diterbitkan. (http:///www.perananjaminan-BNI-Syariah.html) tanggal 22 Februari 2011. 21 Zaenah, Sistem Pembiayaan Murabahah di Koperasi Syariah, (Pekalongan: STAIN, 2007), Tugas Akhir tidak diterbitkan. 22 Rulliyah, Strategi Manajemen Resiko Pembiayaan di BNI Syariah Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2010), Tugas Akhir tidak diterbitkan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
10
Tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran, dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan pembayaran. b. Reconditioning Maksudnya adalah bank mengubah berbagai persyaratan yang disepakati: 1. Kapitalis bagi hasil. 2. Penundaan pembayaran bagi hasil sampai waktu tertentu. 3. Penurunan bagi hasil Penurunan bagi hasil dimaksud agar lebih meringankan beban nasabah sebagai contoh jika bagi hasil per tahun sebelumnya dibebankan 20% per tahun diturunkan menjadi 18% per tahun. 4. Pembebasan bagi hasil Dalam pembebasan bagi hasil diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah tidak mampu lagi membayar pembiayaan tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. Chairul Umam meneliti tentang mekanisme penangangan pembiayaan macet, menggunakan metode induktif. Penelitiannya menyimpulkan bahwa dalam hal pembiayaan bermasalah, pihak bank perlu melakukan penanganan, sehingga tidak menimbulkan kerugian.23 Oleh karena itu cara-cara yang ditempuh bank syariah berupa : a. Menggali potensi pemimpin 23
M. Choirul Umam, Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet di Perusahaan Federal International Finance Cabang Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2010), Tugas Akhir tidak diterbitkan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
11
Nasabah yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha. b. Melakukan perbaikan akad (remedial) Suatu proyek yang dibiayai dengan perjanjian murabahah dan mengalami kerugian di mana penerima pinjaman tidak dapat membayar kembali pinjaman, dapat diselamatkan dengan cara menyediakan tambahan dana berdasarkan musyarakal, di mana bank menjadi mitra yang aktif. c. Rescheduling Memperpanjang jangka waktu pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran. Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan. d. Reconditioning Memperkecil margin keuntungan atau bagi usaha. Nasabah tetap mempunyai kewajiban membayar pokok pinjamannya hingga lunas. e. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan Al-Qordul Hasan. f. Bila kemacetan tersebut akibat kelalaian, pelanggaran atau kecurangan nasabah, maka bank dapat meminta agar nasabah menyelesaikan segera termasuk menyerahkan barang yang diagunkan (jaminan) kepada bank.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
12
Dian Retnowati meneliti tentang implementasi manajamen resiko, menggunakan metode deduktif dan metode induktif. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa menangani pembiayaan macet dilakukan dengan cara 24 a. Rescheduling yaitu menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. b. Reconditioning yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha. Apabila dalam proses penanganan pembiayaan di atas nasabah belum juga bisa memenuhi kewajibannya, maka nasabah harus menyerahkan dengan sukarela jaminannya kepada pihak BMT An Najah. Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabahmemang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. Khoirul Huda meneliti tentang efektifitas jaminan dalam pembiayaan konsumtif dengan menggunakan metode induktif. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah Bank Danamon menyita jaminan nasabah dan kemudian ditekankan pada nasabah untuk melakukan untuk adanya Reschedulling. Dalam hal ini Bank Danamon juga mengawasi kegiatan nasabah agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah lagi. 25 Qosim Muamar meneliti tentang analisis penanggulangan resiko kredit, menggunakan metode induktif. Hasil penelitiannya menyimpulkan 24
Dian Retnowati, Implementasi Manajemen Risiko Baitul Maal Watamwil (BMT) AnNajah Wiradesa, (Pekalongan: STAIN, 2009), Tugas Akhir tidak diterbitkan. 25 Khoirul Huda, Efektifitas Jaminan Dalam Pembiayaan Konsumtif di Bank Danamon Sumatra Utara, (Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara, 2006), Skripsi tidak diterbitkan (http://images.hasbulloh.multiply.multiplycontent.com/.../perananjaminan.ppt).
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
13
bahwa aspek yang dijadikan penilaian pembiayaan bermasalah, dalam penyelesaian menggunakan cara yang bersifat kekeluargaan, pembinaan, memberi peringatan dan adanya reschedulling (penjadwalan ulang).26 Fathekhatur Rizkiyah, meneliti tentang strategi menangani pembiayaan bermasalah dengan menggunakan metode analisis data deskriptif. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penangangan pembiayaan bermasalah melalui tindakan-tindakan sebagai berikut : melakukan kunjungan terhadap anggota, memberi surat pemberitahuan, memberi surat teguran, memberi keringanan. 27 Hidayatullah
meneliti
tentang
analisis
pemberian pembiayaan
mudharabah, ia menggunakan metode deskriptif. Di akhir penelitiannya menyimpulkan bahwa proses penyelesaian pembiayaan bermasalah yang kolektibilitasnya bermasalah dengan Restrukturisasi pembiayaan yang ditangani oleh Account Manager.28 Emi Nurhayati meneliti tentang pelaksanaan pengawasan murabahah, ia menggunakan metode induktif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penyelesaian pembiayaan macet ini tergantung pada berat ringannya masalah yang dihadapi. 29 Serta sebab-sebab terjadinya kemacetan, apabila pembayaran
26
Qosim Muamar, Analisis Penanggulangan Resiko Kredit (Credit Risk) di BPR Syariah Asad Alif Kendal,(Semarang: IAIN, 2004), Skripsi tidak diterbitkan, (http://www.informasirisikokredit.com/restrukturisasi-pembayaran-bermasalah-skripsi), tanggal 15 Desember 2010. 27 Fatekhatul Rizkiyah, Strategi BMT Al-Amien Kedungwuni Dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah, (Pekalongan: STAIN, 2008), Tugas Akhir tidak diterbitkan. 28 Hidayatullah, Analisis Pemberian Pembiayaan Mudharobah Kepada Koperasi Studi di Bank Mandiri Yogyakarta, (Semarang: IAIN 2004), Skripsi tidak diterbitkan. (http://library.usu.ac.id/admin/skripsi/14104118.pdf) tanggal 17 Desember 2010. 29 Emi Nurhayati, Pelaksanaan Pengawasan Murabahah sebagai Upaya Meminimalkan Pembiayaan Bermasalah pada BMT Syariah Kediri, (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
14
itu masih dapat diharapkan akan berjalan baik kembali, maka bank dapat memberikan keringanan-keringanan misalnya menunda jumlah angsuran (rescheduling). Cara menangani pembiayaan murabahah sebagai berikut : a. Dilakukan pendekatan dengan cara membuat surat peringatan 1 dan 2 dengan cara mendatangi rumahnya, ketiganya belum ada respon positif dan nasabah, officer mulai melakukan pendekatan aktif dengan cara satu bulan sekali datang ke rumah dengan tujuan memberikan solusi kepada nasabah. b. Pendekatan prosedural kemungkinan dapat diperbaiki dengan salah satu cara yaitu dengan membedakan nasabah yang bermasalah dengan nasabah yang lancar. c. Melihat dari sisi keadaan nasabah, apa ada masalah dalam usahanya. Dengan cara memberikan surat peringatan jika dari ketiga cara tersebut belum bisa mengatasi pembiayaan bermasalah maka langkah terakhir dilakukan BMT adalah penghapusan pembiayaan bermasalah yaitu apabila setiap melakukan pembiayaan ada ketika ada pembayaran murabahah bermasalah maka bisa melakukan penghapusan pembiayaan dapat diambil alih cadangan yang sudah terkumpul. Amilis
Kina
menjelaskan
mengenai
mekanisme
penanganan
pembiayaan murabahah bermasalah studi pada BMT Syariah Pare/ Amilis Kina Universitas Islam (UIN) Malang 2008, ia menggunakan metode Malik Ibrahim, 2010), Skripsi tidak diterbitkan, (http://www.arsip-pembiayaan.com) tanggal 17 Maret 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
15
deskriptif dan metode analitik
.30 Di akhir penelitiannya menyimpulkan
bahwa cara menangani pembiayaan murababah bermasalah sebagai berikut : a. Dilakukan pendekatan dengan cara membuat surat peringatan 1 dan 2 dengan cara mendatangi rumahnya, ketiganya belum ada respon positif dan nasabah, Account officer mulai melakukan pendekatan aktif dengan cara satu bulan sekali datang ke rumah dengan tujuan memberikan solusi kepada nasabah. b. Pendekatan prosedural kemungkinan dapat diperbaiki dengan salah satu cara yaitu dengan membedakan nasabah yang bermasalah dengan nasabah yang lancar. c. Melihat dari sisi keadaan nasabah, apa ada masalah dalam usahanya. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah menekan pada 3R yaitu (Reschedulling, Reconditioning dan Restrukturing) peneliti menemukan perbedaan dengan penelitian saat ini yaitu setelah adanya kombinasi 3R pada penelitian sebelumnya. Pada penelitian yang berjudul Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan yaitu adanya pelelangan jaminan debitur melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Dalam Tugas Akhir (TA) yang akan dibahas oleh penulis sebelum pembiayaan itu cair maka perlu adanya akad apabila terjadi pembiayaan bermasalah maka pihak BMT Bahtera Pekalongan dapat melelang jaminan 30
Amilis Kina, Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studi pada BMT Syariah Pare, (Malang: UIN, 2008), Skripsi tidak diterbitkan (http://penangananpembiayaan.com) tanggal 17 Maret 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
16
melalui Kantor Pelayanan Negara dan Lelang (KPKNL) dan nasabah diberikan hak opsi yaitu hak untuk memilih ikut dalam lelang atau tidak serta apabila proses lelang terjadi jaminan bisa ditebus kembali.
F. Kerangka Teori 1.
Hak Tanggungan Hak tanggungan sebagai jaminan pembiayaan pada Bank. Hak tanggungan sebagai salah satu jenis kebendaan yang bersifat terbatas, yang hanya memberi kewenangan kepada pemegang haknya untuk pelunasan
piutangnya, apabila terjadi pembiayaan bermasalah hak
tanggungan dapat dijadikan jaminan atas piutang. 31 Pengertian hak tanggungan menurut UU Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) nomor 5 tahun 1960 : ”Benda-benda lain yang meurpakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada debitur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain. Bahwa maksud dari pasal 1 adalah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan yang dapat dibebani dengan hak tanggungan untuk pinjaman kredit pada bank, sedangkan yang dimaksud dengan pelunasan diutamakan pada kreditur tertentu, artinya kreditur tersebut mempunyai 31
Kartini Muljadi Kartini & Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Cet. ke-2. (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), hal. 10.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
17
hak istimewa yang diberikan oleh Undang-Undang terhadap jaminan yang dipegang kreditur tersebut. Artinya bilamana hasil penjualan jaminan tersebut diutamakan untuk pelunasan kredit yang mempunyai hak istimewa, kemudian bila masih ada sisa dibayarkan pada krediturkreditur yang lain atau berdasarkan presentase hutangnya. Hak tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada hak tanah baik hak milik, hak guna maupun hak guna bangunan. 32 Hak tanggungan dalam suatu perjanjian kredit/pembiayaan bertujuan untuk memberikan kapasitas dan perlindungan hukum bagi semua pihak dalam memanfaatkan tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebagai jaminan kredit/pembiayaan. Untuk itu dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah diatur dalam UUHT (Undang-Undang Hak Tanggungan).33 2.
Pembiayaan Bermasalah Pembiayan bermasalah merupakan bagian dari kehidupan bisnis perbankan yang harus diantisipasi oleh semua pihak terlebih lagi keberadaan
bank
yang
mempunyai
peranan
dalam
kegiatan
perekonomian Indonesia. Terjadinya pembiayaan bermasalah dalam dunia perbankan yaitu tidak terbayarnya kewajibannya. Untuk itu adanya keharusan perbankan untuk berusaha menyelesaikannya. Dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 32 33
http://www.wikipedia.org/wiki/haktanggungan tgl 25 Februari 2011, pukul 14.00 WIB. Ibid., tgl 27 Februari 2011, pukul 14.30 WIB.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
18
a.
Simpati
: bersikap sopan, menghargai dan fokus ketujuan penyitaan
b.
Empati
: menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk kepentingan
nasabah
untuk
mengembalikan
utangnya c.
Menekan
: tindakan ini dilakukan jika kedua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan.
Untuk
menangani
pembiayaan
bermasalah
pertama
dengan
meningkatkan ekspansi pembiayaan sehingga secara otomatis resiko NPF (Non Performing Financing) akan turun dan kedua menerapkan program restrukturisasi. Adapun cara lain yaitu dengan cara kekeluargaan, seperti melakukan silaturahmi, pembinaan, reschedulling, memberi peringatan. 34 Penangangan pembiayaan bermasalah cukup kompleks hingga untuk penangangannya sering memerlukan kerjasama dari berbagai disiplin pengetahuan/berbagai disiplin profesi antara lain ahli hukum, ahli pemasaran, akuntan, insinyur berbagai bidang dan lain-lain agar pembiayaan bermasalah dapat terselesaikan.
G. Metodologi Penelitian 1.
Sifat Penelitian a.
Jenis Penelitian
34
Pudjo Teguh Mulyono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial. (Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 1996), hlm. 3.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
19
Jenis penelitian dalam tugas akhir ini adalah penelitian lapangan (field research), artinya data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan dengan cara mencatat dan mengumpulkan berbagai informasi yang ditemukan di lapangan tentang strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan di BMT Bahtera Pekalongan. b.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif35 yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan yang dapat ditarik kesimpulan berupa uraian strategi penyelesaian pembiyaaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan di BMT Bahtera Pekalongan.
2.
Objek Penelitian Objek penelitian adalah permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan penelitian. 36 Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan
menggunakan hak
tanggungan. Adapun lokasi penelitian BMT Bahtera Pekalongan yang bertempat di Jl. Dr. Sutomo Mega Grosir MM Blok A 10 Pekalongan. 3.
Sumber Data a.
Sumber Data Primer
35
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 3. 36 Winarna Surahmad, Dasar dan Teknik Research, (Bandung: Transito, 1997), hlm. 32.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
20
Sumber data primer merupakan sumber data yang utama yang diperoleh langsung dari subjek penelitian yang menggunakan data langsung pada subjek dengan sumber informasi. 37 Sumber data primer dalam penelitian ini penulis peroleh dengan cara mencari data dan informasi melalui wawancara kepada Bapak Miftakhurriza, SE., selaku manager bagian remedial, dan Kholidin selaku karyawan bagian marketing pembiayaan tentang pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan dan penyelesaiannya di BMT Bahtera Pekalongan pada tahun 2009. b.
Sumber Data Sekunder Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung yang diperoleh lewat penelitian lain, bukan dari subjek
penelitian.
Data
sekunder
biasanya
berwujud
data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia, serta arsip-arsip resmi. 4.
Metode Pengumpulan Data a.
Wawancara Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematika dan berlandaskan pada tujuan penelitian.38 Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
37 38
Anwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91. Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 2001), hlm. 55.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
21
terwawancara.39 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara (interview) langsung dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada bagian remedial (Bapak Miftakhurezza, SE) dan karyawan (Kholidin)
bagian marketing pembiayaan di BMT Bahtera
Pekalongan. b.
Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan gejala-gejala psikis yang disengaja tentang suatu keadaan (fenomena). 40 Dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan observasi pada BMT Bahtera Pekalongan dalam rangka untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
Pembiayaan
bermasalah
dengan
menggunakan
hak
tanggungan dan penyelesaiannya di BMT Bahtera Pekalongan pada tahun 2009. c.
Dokumentasi Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip dan buku-buku tentang pendapat teori yang berhubungan dengan masalah penyelidikan41. Metode ini independen data-data baik dari brosur, majalah, catatan, transkrip dan sebagainya.42
39
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UEM, 1997)
hlm. 39. 40
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1989), hlm. 63. 41 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 212. 42 Winarna Surahmad, Dasar dan Teknik Research, hlm. 28.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
22
5.
Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai subjek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari subjek yang diteliti. 43
H. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, kerangka teori,
metodologi penelitian, sistematika
penulisan. Bab II Landasan teori berisi tentang pengertian pembiayaan bermasalah, penyebab pembiayaan bermasalah, mencegah terulangnya kasus pembiayaan bermasalah, pengertian hak tanggungan, sifat dan asas hak tanggungan, subjek hak tanggungan, objek hak tanggungan, eksekusi hak tanggungan. Bab III Gambaran umum BMT Bahtera Pekalongan berisi tentang sejarah berdirinya BMT Bahtera Pekalongan, visi dan misi serta motto BMT Bahtera Pekalongan, struktur organisasi BMT Bahtera Pekalongan, fungsi dan tanggung jawab kepengurusan BMT Bahtera Pekalongan, produk-produk BMT Bahtera Pekalongan,, Produk-produk bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan.
43
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, hlm. 42.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
23
Bab IV Pembahasan berisi tentang pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan dan penyelesaiannya di BMT Bahtera Pekalongan pada tahun 2009. Bab
V
Penutup
berisi
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
tentang
simpulan
dan
rekomendasi.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Bermasalah 1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah memiliki pengertian yang luas, mulai dari masalah yang kecil seperti menunggak satu hari karena terlambat menyetor, sampai hal-hal yang besar yaitu pembiayaan macet. Lebih jelasnya pembiayaan bermasalah merupakan keadaan di mana nasabah atau Debitur tidak mampu memenuhi kewajiban terhadap koperasi sesuai dengan akad perjanjian. 44 Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan koperasi merupakan kepentingan semua pihak terkait baik pemilik, pengelola (manajemen) koperasi, masyarakat pengguna jasa koperasi, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan koperasi dan pihak lainnya. Kondisi Koperasi tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja koperasi dalam menerapkan prinsip-prinsip kehatihatian, kepatutan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko.45 Perkembangan industri perkoperasian, terutama produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan ekspor risiko
44
Untung Budi, Kredit Perkoperasian di Indonesia, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2006), hlm. 51. 45 Sinungan Muchdarsyah, Strategi Manajemen Bank, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 56.
24
25
yang dihadapi Koperasi. Perubahan ekspor risiko Koperasi dan penerapan manajemen resiko akan mempengaruhi profit risiko koperasi yang selanjutnya berakibat pada kondisi koperasi secara keseluruhan. 46 2. Jenis-jenis Pembiayaan Bermasalah Pembagian kualitas pembiayaan menurut surat keputusan direktur Koperasi Indonesia No. 30/267/KEP/DIR adalah sebagai berikut :47 a.
Tingkat Lancar Kriteria pembiayaan dikatakan lancar adalah: 1) Pembiayaan angsuran pokok dan bunga atau bagi hasil tepat waktu. 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif. 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai. Tingkat kelancaran tidak dikatakan sebagai pembiayaan bermasalah namun koperasi juga perlu mewaspadai terutama gejalagejala permasalahan yang timbul dari pembiayaan yang diberikan. Oleh karena itu koperasi harus memantau keadaan pembiayaannya.
b. Tingkat Perhatian Khusus Kriteria tingkat perhatian khusus: 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga atau bagi hasil yang belum mencapai 90 hari. 2) Kadang-kadang terjadi cerukan (penarikan tabungan melebihi saldo yang ada). 3) Mutasi rekening relatif rendah. 46
Ibid., hal. 65. Hermansah, Hukum Perkoperasian Nasional Indonesia, Cet. ke-1, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 62. 47
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
26
4)
Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.
5) Didukung oleh pinjaman baru.48 Pada tingkat ini dapat dilakukan dengan pengiriman surat pemberitahuan, pengawasan intensif terhadap usaha, stok dan proyek serta rekening koran nasabah. c. Tingkat Kurang Lancar Kriteria tingkat kurang lancar : 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga atau bagi hasil yang belum mencapai 90 hari. 2) Kadang-kadang terjadi cerukan. 3) Frekuensi mutasi relatif rendah. 4) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari. 5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi Debitur. 6) Dokumentasi pinjaman yang lemah. 49 Koperasi biasanya melakukan pengiriman surat pemberitahuan dan tagihan, kunjungan preventif, reschedule, restrukture serta recondisi. d. Tingkat Diragukan Kriteria tingkat diragukan: 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga atau bagi hasil yang telah mencapai 180 hari. 2) Kadang-kadang terjadi cerukan yang bersifat permanen. 48 49
Ibid., hlm. 63. Ibid., hlm. 64.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
27
3) Terjadi wan prestasi lebih dari 180 hari. 4) Terjadi kapitalisasi bunga atau bagi hasil. 5) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. Koperasi melakukan teguran dan peringatan melalui surat kunjungan khusus, reschedule, restrukture, serta rekondisi. e. Tingkat Macet Tingkatan ini merupakan tingkat puncak, dengan kata lain pembiayaan
sudah
dipastikan
tidak
bisa
memenuhi
seluruh
kewajibannya kepada koperasi. Kriterianya adalah: 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga atau bagi hasil yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari. 2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru. 3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak bisa dicairkan pada nilai wajar.50 3. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah tidak muncul begitu saja, selalu ada tandatanda atau indikasi awal, seperti debitur tiba-tiba tidak mau membayar adalah karena ia tidak memiliki i’tikat baik. Ini salah satu alasan koperasi itu berhati-hati dalam memberikan pembiayaan, karena waktu untuk mengenal calon debitur sangat terbatas. Suatu hal yang sering terjadi dalam suatu koperasi syariah adalah manajemen koperasi tidak peka
50
Ibid., hlm. 65.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
28
terhadap berbagai indikasi awal pembiayaan bermasalah yang terjadi di koperasinya tersebut. Hal itu menjadikan terlambatnya penanganan awal atas pembiayaan bermasalah tidak dapat dilakukan. Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah, penyebab kesulitan keuangan nasabah dapat dibagi menjadi dua fakor.51 a. Faktor Internal Adalah faktor yang berasal dari perusahaan itu sendiri dan faktor yang utama dan yang paling dominant ada faktor managerial antara lain kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebih pada aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup. b. Faktor Eksternal Adalah faktor yang berada di luar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan pada kondisi keuangan dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi dan lainlain. Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah : 1) Karakteristik nasabah tidak bagus 2) Kondisi ekonomi tidak menguntungkan 3) Analisis over financing (karena dikejar target). 4) Under financing (terlalu kecilnya jumlah dana yang dibutuhkan).
51
Sinungan Muchdarsyah, Strategi Manajemen Koperasi, hlm. 240.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
29
5) Sestriming (penggunaan dana tidak tepat) Selain itu juga yang menjadi penyebab terjadinya resiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya baik memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas. Akibatnya penilaian kredit/ pembiayaan kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko usaha yang dibiayainya. 52 4. Mencegah Terulangnya Kasus Pembiayaan Bermasalah Setiap pembiayaan yang diberikan pasti mengandung resiko. Resiko bisa timbul dari berbagai aspek. Biar bagaimanapun bagusnya suatu sistem atau manajemen suatu perkoperasian namun bila tanpa dibarengi dengan mental Sumber Daya Insani yang baik tiadalah gunanya. Tindakan yang terbaik adalah tindakan preventif/ pencegahan agar kasus pembiayaan macet tidak terulang lagi. 53 Upaya pencegahan memerlukan adanya berbagai kebijakan yang baik, yaitu sebagai berikut: a. Kebijaksanaan Pokok Penyaluran Pembiayaan yang Sehat Kebijaksanaan pokok penyaluran pembiayaan yang sehat harus dinyatakan secara tertulis oleh setiap koperasi. Dengan demikian setiap pejabat koperasi mempunyai pedoman yang dapat dipergunakan sebagai pegangan dalam melaksanakan tugasnya. Kebijakan pokok pembiayaan itu harus jelas sehingga mudah dimengerti, ringkas dan padat. Walaupun kebijaksanaan setiap koperasi berbeda, namun 52 53
Kasmir, Bank dan Lembaga lainnya, (Jakarta : Rajawali Pers, 2008), hlm. 108. M. Santoso, Manajemen Perkreditan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 29.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
30
ketentuannya yang harus ada, yaitu struktur organisasi bidang pembiayaan dan job description, kewenangan dari masing-masing pejabat, dan batas pemberian pembiayaan kepada debitur. b. Sumber Daya Insani yang Solid dalam Bidang Pembiayaan Agar dapat menerapkan azas manajemen yang sehat, koperasi harus mempunyai sumber daya insani yang sehat, baik mengenai pendidikan maupun moralnya. Banyak koperasi membentuk komite pembiayaan guna membantu dewan direksi dalam pengambilan keputusan pemberian pembiayaan dengan jumlah tertentu, pengawasan perkembangan mutu pembiayaan, penanganan pembiayaan bermasalah maupun dalam menentukan langkah perbaikan. 54 Dalam rangka pengelolaan pembiayaan yang baik koperasi harus tertib melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Memonitor
dengan baik pemenuhan
nasabah atas
semua
persyaratan pemberian pembiayaan yang disepakati bersama. 2) Memonitor dengan baik pemenuhan debitur atas pembayaran bagi hasil dengan angsuran dengan tertib dan tepat waktu sesuai dengan yang diperjanjikan. 3) Memonitor perkembangan usaha dan keuangan debitur termasuk kemampuan likuiditas dan pemenuhan kewajiban debitur kepada pihak lain selain koperasi (misalnya supplier, langganan dan sebagainya). 54
Dendawijaya Lukman, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. ke-1, 2001), hlm. 69.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
31
Monitoring
atas
pemberian pembiayaan tersebut
harus
dilakukan dengan baik, karena: 1) Dapat memberikan peringatan dini (early warning) apabila debitur mulai menunjukkan gejala-gejala mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada koperasi maupun pihak ketiga. 2) Dapat melakukan tindakan untuk mencegah timbulnya pembiayaan bermasalah pada waktu yang cepat dan tepat.55 c.
Kebijakan Persetujuan Pembiayaan Kebijakan persetujuan pemberian pembiayaan dapat dikatakan sehat bilamana diberikan berdasarkan hasil dari penilaian total (penilaian atas kelayakan permintaan pembiayaan yang diajukan dan mutu pembiayaan yang pernah diberikan kepada calon debitur) atas permintaan pembiayaan dan diri debitur. Sehingga apabila calon debitur pernah atau sedang menikmati fasilitas pembiayaan dari koperasi, maka fokus penelitian analisis pembiayaan tidak terbatas pada kelayakan permintaan pembiayaan yang sedang diajukan, melainkan pada prestasi calon debitur di dalam memenuhi isi akad pembiayaan pada masa yang lalu.56 Para
pejabat
pengambil
keputusan
dalam
menyetujui
pemberian pembiayaan harus dapat mempertanggung jawabkan kepada koperasi bahwa:
55 56
M. Santoso, Manajemen Perkreditan, hlm. 32. Untung Budi, Kredit Perkoperasian di Indonesia, hlm. 145.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
32
1) Keputusan pemberian pembiayaan tersebut didasarkan pada hasil analisis pembiayaan yang proposional. 2) Pembiayaan tersebut dapat diharapkan tidak akan berkembang menjadi pembiayaan yang bermasalah. 3) Pembiayaan tersebut telah memenuhi ketentuan kebijaksanaan pokok penyaluran pembiayaan yang telah digariskan oleh koperasi. 4) Keputusan pemberian pembiayaan bebas dari pengaruh pihak ketiga yang ikut berkepentingan dalam pemberian pembiayaan tersebut.57
B. Hak Tanggungan 1. Pengertian Hak Tanggungan Dalam kamus Bahasa Indonesia, tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. Sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggungan atas jaminan yang diterima.58 Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu zakerheid atau cautie. Zakerheid atau cautie mencangkup secara umum cara-cara kreditur menjamin terpenuhi tagihannya, di samping pertanggungjawaban debitur secara umum terhadap barang-barang debitur tersebut.59 Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 1996 yang dimaksud dengan hak tanggungan adalah : “hak jaminan yang dibekoperasian pada 57
Ibid., hlm. 146. M. Kasmir Ibrahim, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1994), hlm. 143. 59 Salim, Pengembangan Hukum Jaminan di Indonesia, (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), hlm. 21. 58
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
33
hak atas tanah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria benda-benda yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu. Menurut, bahwa jaminan kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapa pun selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan.60 Hak tanggungan sebagai jaminan pembiayaan pada koperasi. Hak tanggungan sebagai salah satu jenis kebendaan yang bersifat terbatas yang hanya memberi kewenangan kepada pemegang haknya untuk pelunasan piutangnya. Hak tanggungan dalam suatu perjanjian kredit atau pembiayaan bertujuan untuk memberikan kapasitas dan perlindungan hukum bagi semua pihakdalam memanfaatkan tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebagai jaminan kredit pembiayaan. 61 2. Sifat dan Asas-asas Hak Tanggungan Apabila mengacu beberapa Pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, maka terdapat beberapa sifat dan asas dari hak tanggungan. Adapun sifat dari hak tanggungan adalah sebagai berikut: a. Hak tanggungan mempunyai sifat hak didahulukan Kedudukan yang diutamakan bagi kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain (droit de preference) dinyatakan dalam 60
Muljadi Kartini & Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, (Jakarta: Prenada Media Group, Cet. ke-2, 2005), hal. 13. 61 Ibid., hal 20.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
34
pengertian hak tanggungan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, “Hak jaminan yang dibekoperasian pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang, memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya”, dan juga dinyatakan di dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 pada angka 4 yaitu : “Bahwa apabila debitur cidera janji, kreditur pemegang hak tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahulu daripada kreditur-kreditur yang lain. Kedudukan yang diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak
mengurangi
preferensi
piutang-piutang
negara
menurut
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku”. b. Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi menurut Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, menentukan: “Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagibagi, kecuali jika diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
35
Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan juga di dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, menentukan: “Apabila hak tanggungan dibekoperasian pada beberapa hak atas tanah, dapat
diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak
Tanggungan yang bersangkutan, bahwa pelunasan hutang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek hak tanggungan, yang akan dibebaskan dari hak tanggungan tersebut, sehingga kemudian hak tanggungan itu hanya membebani sisa objek hak tanggungan untuk menjamin sisa hutang yang belum dilunasi”. c. Hak tanggungan mempunyai sifat membebani berikut atau tidak berikut benda-benda yang berkaitan dengan tanah Hak tanggungan dapat dibekoperasian selain atas tanah juga berikut benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UndangUndang No. 4 Tahun 1996, menentukan bahwa hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibekoperasian pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
36
Hak tanggungan dapat saja dibebankan pada koperasi bukan saja pada hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan, tetapi juga berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya.62 3. Subjek Hak Tanggungan Mengenai subjek hak tanggungan menurut Pasal 8 UndangUndang No. 4 Tahun 1996 menentukan bahwa: “Pemberi hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan yang bersangkutan”.Dilihat dari rumusan Pasal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pemberi hak tanggungan adalah orang perorangan dan badan hukum yang memperoleh hak atas tanah berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah Negara menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1960.Orang perorangan dan badan hukum yang dapat memperoleh Hak Milik menurut Pasal 21 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 adalah orang perorangan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.63 Mengenai badan hukum yang dapat memperoleh Hak Milik atas tanah menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1973, adalah :
62
Sutrisno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2003),
hlm. 151. 63
Remi Sjahdeini, Asas-asas Hak Tanggungan oleh Perbankan (suatu kajian mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 44.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
37
a. “Bank-bank yang didirikan oleh Negara. b. Perkumpulan-perkumpulan
koperasi
pertanian
yang
didirikan
berdasarkan Undang-Undang No. 79 Tahun 1958. c. Badan-badan keagamaan uang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/ Agraria setelah mendengar Menteri Agama. d. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/ Agraria setelah mendengar Menteri Sosial”. Mengenai orang perorangan dan badan hukum yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha menurut Pasal 30 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 adalah Warga Negara Indonesia, dan Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Lebih lanjut orang perorangan dan badan hukum menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, menentukan bahwa yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan adalah Warga Negara Indonesia dan Badan
Hukum
yang
didirikan
menurut
hukum
Indonesia
dan
berkedudukan di Indonesia. 64 Pemberi hak tanggungan adalah: orang-orang atau badan hukum pemilik hak atas tanah yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak tanggungan. Bahwa pemberi hak tanggungan adalah debitur yaitu orang yang meminjam uang di lembaga keuangan.65
64 65
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, hlm. 58. Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.
162.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
38
Mengenai subjek hak tanggungan sebagai pemegang hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 menentukan bahwa: “Pemegang hak tanggungan adalah orang-orang atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang”. Pemegang hak tanggungan dapat orang perorangan ataupun badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang. Dalam penjelasan Pasal 10 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, menentukan bahwa Badan hukum sebagai pemegang hak tanggungan dapat juga badan hukum asing baik yang berkedudukan di Indonesia ataupun di luar negeri, sepanjang
pembiayaan
yang
bersangkutan
dipergunakan
untuk
kepentingan pembangunan di wilayah negara Republik Indonesia. Dengan demikian, yang dapat menjadi pemegang hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan-badan hukum yang memberikan pinjaman kepada orang atau badan hukum yang berhutang (debitur). 66 4. Objek Hak Tanggungan Objek hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, menentukan bahwa hak atas tanah yang dapat dibebani dengan hak tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan pada Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 menentukan yang dapat menjadi objek hak tanggungan adalah Hak Pakai Atas Tanah Negara. 67
66 67
Ibid., hlm. 164. Muljadi Kartini & Gunawan Wijaya, Hak Tanggungan, hlm. 35.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
39
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, terdapat dua unsur mutlak dari Hak Atas Tanah yang dapat dijadikan objek Hak Tanggungan adalah : a. Hak tersebut sesuai ketentuan yang berlaku wajib didaftar dalam daftar umum Kantor Pertanahan. Unsur ini berkaitan dengan kedudukan diutamakan (preferen) yang diberikan kepada kreditur pemegang hak tanggungan terhadap kreditur lainnya. Untuk itu harus ada catatan mengenai hak tanggungan tersebut pada buku tanah dan sertifikat hak atas
tanah
yang
dibebaninya,
sehingga
setiap
orang
dapat
mengetahuinya (asas publisitas). b. Hak tersebut menurut sifatnya harus dapat dipindahtangankan sehingga apabila diperlukan harus dapat segera direalisasi untuk membayar hutang yang dijamin pelunasannya. 68 Hak atas tanah yang dapat dijadikan jaminan hutang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:69 a. Dapat dinilai dengan uang, karena hutang yang dijamin berupa uang; b. Termasuk hak yang didaftar dalam daftar umum, karena harus memenuhi syarat publisitas; c. Mempunyai sifat dapat dipindahtangankan, karena apabila debitur cidera janji benda yang dijadikan jaminan hutang akan dijual di muka umum; d. Memerlukan penunjukkan dengan undang-undang. 68 69
Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, hlm. 48. Ibid., hlm. 60.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
40
Objek hak tanggungan menurut Pasal 25 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 adalah Hak Milik. Menurut Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 yang menentukan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Mengenai
pengertian
terkuat
dan
terpenuh
adalah
untuk
menunjukkan bahwa diantara hak-hak atas tanah milik Hak milik yang “ter” (dalam arti “paling”) kuat dan “terpenuh”, yaitu mengenai tidak adanya
batas
waktu
penguasaan
tanahnya
dan
luas
lingkup
penggunaannya, yang meliputi baik untuk diusahakan ataupun digunakan sebagai tempat membangun sesuatu.70 Hak Guna Usaha merupakan objek hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, menentukan Hak Guna Usaha dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan. Selanjutnya Hak Guna Usaha sebagaimana Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan. 71 Hak Pakai Atas Negara sebagai objek hak tanggungan menurut Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996, menentukan: “Hak 70 71
Harsono Budi, Hukum Agraria di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 290. Remi Sjahdeini, Hukum pokok Agraria di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.
63.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
41
Pakai Atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dan dapat juga dibebani hak tanggungan. Sebagai hak tanggungan bahwa hak pakai adalah hak untuk menggunakan tanah dan/ atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang memberi kewenangan atau kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960. Hak Pakai menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 berkedudukan sebagai objek hak tanggungan adalah mengingat bahwa hak pakai di atas tanah negara merupakan
hak
atas
tanah
yang
wajib
didaftarkan dan dapat
dipindahtangankan seperti hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan dan dengan demikian memenuhi asas publisitas sehingga tanah yang berstatus hak pakai itu pun dapat menjadi objek hak tanggungan. 72 5. Eksekusi Hak Tanggungan Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tatacara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Eksekusi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah dari pelaksanaan tata tertib beracara yang terkandung dalam pelaksanaan eksekusi. 73 Dalam kamus hukum, eksekusi adalah pelaksanaan putusan pengadilan, pelaksanaan putusan hakim atau pelaksanaan hukuman badan 72
Muljadi Kartini & Gunawan Wijaya, Hak Tanggungan, hlm. 29. M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 15. 73
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
42
pengadilan, penyitaan dan penjualan barang seseorang atau lainnya karena berhutang.74 Seorang debitur yang dihukum untuk membayar hutangnya berdasarkan putusan pengadilan tidak lagi dapat “disandera” sebagai upaya memaksa keluarganya agar melaksanakan pembayaran menurut putusan pengadilan. 75 Penjelasan mengenai hak tanggungan, perlu diketahui lebih dajulu tata cara atau proses yuridis melekatnya titel eksekutorial pada hak tanggunga mengenai pengikatan perjanjian pembiayaan yaitu: 1) Janji Debitur memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan pembiayaan berisi tentang: a. Perjanjian pokok yang berfungsi sebagai dokumen pertama untuk membuktikan adanya perjanjian pembiayaan. b. Eksistensi janji memberikan Hak Tanggungan dalam perjanjian pembiayaan merupakan bagian tak terpisahkan dari janji pemberian Hak Tanggungan. c. Perjanjian Hak Tanggungan bersifat Accesoir dengan perjanjian pokok. Hak Tanggungan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi merupakan ikutan dari perjanjian pokok yakni perjanjian yang memberi jaminan atas pelunasan pembiayaan yang disebut dalam perjanjian pokok. 2) Perjanjian pokok yang berisi pemberian Hak Tanggungan: a. Dapat berbentuk akta dibawah tangan. 74 75
Sudarno, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 114. M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, hlm. 20.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
43
b. Dengan akta autentik. 3) Pembuatan perjanjian dapat didalam maupun diluar negeri. a. Tidak disyaratkan Validitas atau keabsahannya meskipun dibuat di dalam negeri. b. Tetap sah di buat di luar negeri. 4) Subjek atau pihak a. Dapat orang perseorang ( natural person ). b. Bisa badan hukum ( Legal entity ). c. Dapat orang atau badan hukum dengan syarat pembiayaan yang bersangkutan dipergunakan untuk pembangunan. 76 Pemberian hak tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan ( APHT ) yang berbentuk akta yang disebut APHT yang berfungsi sebagai bukti tenteng hak tanggungan yang berkedudukan sebagai dokumen perjanjian kedua untuk melengkapi dokumen perjanjian pokok. Pendaftaran pemberian hak tanggungan merupakan syarat Imperatif yang wajib mendaftarkan pada Kantor Pertanahan (KP), karena pendaftaran merupakan asas publisitas
serta sayarat mutlak untuk
mengikatnya hak tanggunga kepada pihak ketiga.77 Penerbitan sertifikat hak tanggungan yang menerbitkan adalah kantor pertanahan (KP), caranya mencantumkan irah-irah dengan kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun fungsi sertifikat hak tanggungan yaitu : 76
Ibid., hlm. 22. Retnowulan Sutanto & Iskandar Dk, Hukum Acara Perdata dalam Praktek dan Teori, Cet. ke-1, 1979, (Bandung: Mandar Maju, hlm. 147. 77
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
44
a.
Menjadi bukti hak tanggungan.
b. Menjadi landasan kekuatan eksekutorial. c.
Kekuatan eksekutorial sama dengan putusan pengadilan atau lembaga lelang. 78 Asas-asas atau aturan umum eksekusi ada pengecualiannya. Dalam
kasus tertentu Undang-Undang memperbolehkan eksekusi terhadap putusan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap, atau eksekusi dapat dijalankan pengadilan terhadap bentuk produk tertentu di luar putusan. Eksekusi bukan merupakan tindakan menjalankan putusan pengadilan, tetapi menjalankan pelaksanaan terhadap bentuk-bentuk produk yang dipersamakan Undang-Undang sebagai putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.79
78 79
Ibid., hlm.148. M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, hlm. 23.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Profil KJKS BMT Bahtera Pekalongan 1. Latar Belakang Berdirinya KJKS BMT Bahtera Pekalongan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Bahtera adalah Lembaga Keuangan Ekonomi Mikro Syariah (LKMS) Unit Sistem Pinjam Syariah Koperasi Serba Usaha (KSU) “BINA SEJAHTERA” yang berhadan hukum koperasi dan bergerak dalam bisnis (profit oriented) dan sosial. KSU BINA SEJAHTERA berdiri pada tanggal 01 Oktober 1995 yang mana pendiriannya diprakarsai oleh para tokoh cendikiawan, pengusaha, ulama dan tokoh masyarakat kota Pekalongan.80 Pendirian KJKS BMT Bahtera dilatarbelakangi pula demi memperkenalkan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada ekonomi syariah telah menyediakan sarana mediasi keuangan antara warga muslim lainnya yang kekurangan likuiditas dan guna memecahkan persoalan kebutuhan akan permodalan umat Islam golongan lemah. Pengelola operasional KJKS BMT Bahtera Pekalongan pada saat berdiri, ditangani oleh 5 orang pengelola. Tetapi pada perkembangan berikutnya ketika aktivitas BMT Bahtera meningkat, mulai tahun 2005 KJKS BMT Bahtera Pekalongan di pimpin langsung oleh Direktur Eksekutif Unit Simpan Pinjam KJKS BMT Bahtera Pekalongan.
80
Dokumen BMT Bahtera Pekalongan 2011.
45
46
Dalam perkembangannya BMT Bahtera dapat merekrut dan semua lapisan masyarakat dan pengusaha kecil, menengah bahkan sampai ekonomi kelas atas terutama dalam bidang pemupukan modal atau dana. Sejak tahun berdirinya pada tahun 1995 sampai sekarang, perkembangan asset yang dialami begitu pesat. Hal ini seiring dengan tumbuhnya kepercayaan masyarakat Pekalongan kepada BMT Bahtera yang mengedepankan amanah dan profesionalitas. Hingga saat ini KJKS BMT Bahtera telah memiliki beberapa kantor. KJKS BMT Bahtera berkantor pusat di Jln. DR. Sutomo Mega Grosir MM Blok A 10 Pekalongan (0285) 423 134. Mempunyai beberapa kantor cabang yaitu, di Jln. DR. Sutomo Mega Grosir MM Blok A 10 Pekalongan (0285) 427 12, lalu di Jln. Gatot Subroto 47 Banyunip Alit — Buaran (0285) 427 876, di Jln. Gajah Mada Batang (0285) 392 399 dan di Kompleks Pasar Warung Asem Batang (0285) 441 7684. KJKS BMT Bahtera juga memiliki 2 kantor kas yaitu di Kompleks Pasar Banjarsari Lt. I Blok B No. 43 (0285) 434 711 dan di Kompleks Masjid Agung Darul Muttaqin Kauman Batang (0285) 392009. Pada tanggal 12 Pebruari 2008 KSU Bina Sejahtera telah berubah menjadi sebuah Koperasi Jasa Keuangan Syariah lebih tepatnya KJKS BMT Bahtera, agar lebih sesuai dengan jenis kegiatannya yaitu sebagai lembaga di bidang jasa keuangan yang mengacu pada perbankan syariah. KJKS BMT Bahtera telah mendapatkan legalitas usaha yang sah secara hukum, yakni pada tanggal 31 Desember 1996 dengan nama
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
47
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Bina Sejahtera dan Nomor Badan Hukum : 12940/BH/KWK.II/ XII/1996. Namun, pada tanggal 12 Pebruari 2008 terjadi perubahan anggaran dasar, yaitu legalitas kegiatan usahanya adaalah simpan pinjam syariah dengan Nomor Badan Hukum : 02/PAD/KDK.II/II/2008 dan Nomor SIUP: 118/II.03/ SIUP/X/I998. KJKS BMT Bahtera beralamat di Jin. DR. Sutomo Blok A 10 Mega Grosir MM Pekalongan NPWP: 1.620.226.9-502 dengan ketua koperasi Budi Hardyansyah, SE. MM.81 BMT Bahtera didirikan dengan modal awal sebesar Rp. 26.000.000,- dengan satu kantor dan 3 pengelola. Namun, seiring dengan tumbuhkembangnya serta kepercayaan dan masyarakat, KJKS BMT Bahtera mencapai asset sebesar 34 Miliar (per Desember 2010) dengan omset pembiayaan sebesar 24,52 Miliar. Sementara itu untuk óperasional KJKS BMT Bahtera yang pada tahun pertama berdiri memiliki 5 karyawan dan saat ini Desember
2010 memiliki 47 karyawan (38
karyawan tetap, 4 orang cleaning service dan 2 orang satpam, 2 orang Driver)82. Nasabah KJKS BMT Babtera Pekalongan berasal dari berbagai kalangan seperti diantaranya : 1) Lembaga Pendidikan (TK, SD, MI, SMP, SMA, dan TPQ). 2) Perorangan (Pedagang, Ibu rumah tangga, dan pengusaha). 3) Instansi Pemerintah (Balai desa, kecamatan, dan Puskesmas). 81
Ibid Wawancara dengan Bp. Miftakhurreza, S.E selaku Remedial di KJKS BMT Bahtera Pekalongan, tanggal 11 Juli 2011 pukul 13.00. 82
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
48
2. Motto, Visi dan Misi KJKS BMT Bahtera Pekalongan a. Motto “Amanah Dalam Bermuamalah” Adapun maksud yang terkandung dalam motto tersebut yaltu jangan pemah ada setitik keraguan untuk menjadi mitra BMT Bahtera, karena “tidak ada iman kecuali dengan amanah”. Niscaya keberkahan akan berwujud dengan praktek ekonomi syariah. b. Visi Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang dikelola secara profesional dan amanah, bermanfaat bagi umat menuju kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan diridhoi Allah SWT. c. Misi 1) Mewujudkan lembaga keuangan mikro syariah yang dikelola dengan syariah secara murni dan konsekuen. 2) Mewujudkan KJKS BMT Bahtera Pekalongan sebagai media dakwah dalam penguatan ekonomi kuat. 3) Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain. 4) Menumbuhkembangkan budaya kerja yang berprinsip jujur, amanah, adil, profesional, kreatif dan inovatif serta sanggup menghadapi tantangan yang ada. 5) Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang mengedepankan aspek kemanfaatan jangka panjang.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
49
B. Struktur Organisasi Dalam menjalankan suatu lembaga atau organisasi untuk mencapai target yang diharapkan dan sesuai dengan tugas serta tanggung jawab yang jelas maka diperlukan sebuah struktur yang mengatur semua lini atau bagianbagian dari organisasi. KJKS BMT Bahtera menggunakan struktur organisasi garis di mana wewenang dan puncak mengalir lansung ke pimpinan yang berada di bawahnya. Berikut ini adalah gambaran pola dalam struktur organisasi di KJKS BMT Bahtera
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
50
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
C. Fungsi dan Tanggung Jawab IC Pengurus KJKS BMT Bahtera Pekalongan 1. Pengurus Merupakan pengelolaan dari KSU Bina Sejahtera yang bertugas menyusun atau merumuskan kebijakan umum untuk mendapatkan persetujuan Rapat Anggota, mengawasi kegiatan KSU Bina Sejahtera. 2.
Pengawas Syariah dan Manajemen
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
51
Salah satu yang membedakan dengan lembaga konvensional lain adalah adanya pengawas syariah, hal ini untuk memformat dan meneliti segala kebijakan agar sesuai dengan kaidah atau pinsip syariah serta tidak melanggar demi ketentuan-ketentuan kaidah tersebut. 3.
Direktur Bertanggung jawab memimpin BMT Bahtera, merealisasikan visi dan misi BMT Bahtera, dan mewakili BMT Bahtera kepada pihak luar, dalam pertemuan, negosiasi, penandatanganan kerjasama atau undangan.
4.
Manajer Marketing Bertanggung jawab secara keseluruhan atas pemasaran, pembiayaan dan pendanaan di BMT Bahtera.
5.
Manajer Personalia dan Umum a. Bertanggung jawab atas Operasional, Keuangan dan Umum BMT Babtera secara keseluruhan. b. Melakukan pelaksanaan dan pelayanan kepegawaian sejak proses perencanaan kebutuhan pegawai, pegawal rekrutmen dan seleksi penempatan dan kesejahteraan karyawan peningkatan kualitas dengan pendidikan dan pelatihan, permasalahan, pemutusan hubungan kerja dan akibat hukumnya. c. Pelaksana dan penyedia kebutuhan sarana dan prasarana pendukung operasional perusahaan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
52
6.
Remedial a. Menyempurnakan panduan kerja guna penyesuaian perkembangan permasalahan yang timbul b. Menertibkan administrasi remidial (SP I, II, III, Somasi) atau berkasberkas akad pembiayaan bermasalah dan menekan angka NPF c. Mempercepat proses penanganan pembiayaan bermasalah dengan cara preventif
(pencegahan)
dan
kuratif
(penyelesaian)
dengan
pertimbangan savety, efektif, dan efisien. 7.
Legal dan Jaminan Menangani
dan
mengelola
administrasi
dan
segi
penyaningan
pengamanan dan penyimpangan dokumen proses pembiayaan dan aspek legal, penilaian jaminan dan laporan pembiayaan yang diberikan. 8.
Manajer Unit Mengelola dan menangani unit yang dipimpimnya mengenai pendanaan dan pembiayaan nasabah secana keseluruhan yang didukung kepala bagian (kabag) marketing dan staff.
9.
Kepala Bagian (Kabag) Marketing Menangani dan mengelola proses pendanaan dan pembiayaan sejak proses solisitasi nasabah, permohonan, pembinaan, pengawasan serta penyelesaiannya.
10. Staff Teller Mengendalikan catatan transaksi keuangan (tunai maupun non tunai) dan pembukuan perusahaan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
53
11. Staff Accounting Mengendalikan
kinerja
pengelolaan
informasi
akuntansi
dan
pengendalian keuangan agar dapat diandalkan, bebas dan kesalahan yang material, sesuai kebutuhan dan laporan keuangan dapat disajikan tepat waktu. 12. Staff Accont Officer (A/O) Menangani dan mengelola proses pembiayaan sejak proses solisitasi nasabah, permohonan analisis, pengikatan, pencairan sampai dengan pembinaan, pengawasan serta penyelesaiannya. 13. Staff Funding Officer (F/O) Menangani dan mengelola proses pendanaan (tabungan dan deposito) dengan sistem jemput bola. 14. Costumer Service (CS) Menangani dalam penerimaan pengajuan pembiayaan, pembukaan rekening simpanan dan memberikan semua laporan BMT Bahtera kepada nasabah yang datang atau telepon.
D. Produk-Produk di KJKS BMT Bahtera Pekalongan 1.
Produk Penghimpunan Dana (Funding) a.
Simpanan/Tabungan Simpanan yaitu simpanan anggota/calon anggota kepada BMT yang dapat diambil sewaktu-waktu, dengan besarnya tiap setoran disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. Simpanan atau tabungan ini
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
54
biasanya mendapatkan bagi hasil setiap periode yang besarnya disesuaikan dengan tingkat saldo yang mengendap di BMT Bahtera. Simpanan/tabungan yang dikelola oleh KJKS BMT Bahtera sebagai berikut : 1)
Simpanan Mudharabah (SAMUDERA) SAMUDERA yaitu suatu jenis simpanan pihak ketiga (perorangan/badan hukum) yang setoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu.
2)
Simpanan Hari Raya (SAHARA) SAHARA yaitu suatu jenis simpanan kolektif maupun individu yang jumlah setoran dan saat penarikannya telah ditentukan (jatuh tempo simpanan).
3)
Simpanan Qurban dan Aqiqah (SAQURA) SAQURA adalah suatu jenis simpanan yang jumlah setoran dan jangka waktunya ditentukan nasabah.
4)
Simpanan Kiat Naik Haji (SAKINAH) SAKINAH
yaitu
suatu
jenis
simpanan
untuk
mempersiapkan keberangkatan naik haji, dengan jumlah setoran dan jangka waktunya ditentukan nasabah. 5)
Simpanan/Arisan Miladia Bahtera Arisan miladia Bahtera yaitu suatu jenis simpanan berupa arisan yang jumlah setorannya tiap satu bulan sekali dan diundi berupa uang tunai dan hadiah hiburan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
55
6)
Simpanan Tarbiyah Simpanan tarbiyah yaitu suatu jenis simpanan untuk merencanakan biaya pendidikan anak yang jangka waktu dan besar setorannya ditentukan nasabah.
b.
Simpanan Berjangka atau Deposito Simpanan berjangka atau deposito adalah simpanan anggota atau calon anggota kepada BMT Bahtera yang pengambilannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo simpanan berjangka itu berakhir dan tingkat bagi hasilnya lebih tinggi. Simpanan berjangka/deposito yang dikelola di KJKS BMT Bahtera Pekalongan seperti : Simpanan Berjangka Mudharabab (SAJA’AH) SAJA’AH adalah suatu jenis simpanan dari pihak ketiga (Perorangan/Badan Hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan mendapatkan bagi hasil yang sesuai kesepakatan.
c.
Titipan Titipan yaitu simpanan yang diberikan anggota/calon anggota kepada BMT Bahtera baik berupa barang/uang dan BMT Bahtera berkewajiban menjaga dan merawat barang/uang tersebut dengan baik serta dapat mengembalikannya saat penitip (Muwadi’) menghendakinya. Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan ini adalah wadi’ah (titipan), Pertama, Wadiah Amanah yakni penitipan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
56
barang atau uang tetapi BMT Bahtera tidak memiliki hak untuk mendayagunakan atau menggunakan untuk pembiayaan atau sektor pembiayaan yang dikehendaki oleh nasabah, namun BMT Bahtera dapat mensyaratkan adanya jasa (fee) sebagai imbalan atas keamanan, pemeliharaan dan administrasi yang telah dinegosiasikan. Jenis Simpanan/Titipan yang ada di BMT I3ahtera adalah Simpanan Wadiah (SIWADA), yaltu jenis simpanan dan pihak ketiga (perorangan/badan hukum) yang merupakan titipan mumi yang setoran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dan tidak
mendapatkan
bagi
hasil.
Dana
penyimpan
dijamin
keamanannya karena dikelola secara syariah dan amanah. 2.
Produk Penyaluran Dana (Lending) a. Murabahah Akad jual beli ini menggunakan akad murabahah pembayaran dilakukan oleh anggota/nasabah kepada BMT Bahtera setelah jatuh tempo pengembalian dengan harga dasar barang yang dibeli ditambah keuntungan yang disepakati bersama. b. Mudharabah Sebagaimana telah diketahui tentang mudharabah dalam simpanan, dimana
BMT
Bahtera
bertindak
sebagai
penyimpan.
anggota/nasabah
sebagai Maka
mudharib dalam
dan
operasi
pembiayaan, perannya menjadi terbalik, BMT Bahtera berrtindak
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
57
sebagai Shohibul Maal dan anggota/nasabah (penerima pembiayaan) sebagai mudhorib yang menjalankan usaha dan managemennya. d. Musyarakah Musyarakah yaitu pembiayaan modal investasi atau modal kerja, yang mana pihak BMT Bahtera menyediakan sebagian dari modal usaha keseluruhan, pihak BMT Bahtera dapat dilibatkan dalam proses managemen. e.
Ijarah Ijarah yaitu bentuk pembiayaan di BMT Bahtera dimana BMT Bahtera memberikan fasilitas pinjaman kepada anggota/nasabah sebagai penyewa, dan memberi kepadanya kesempatan untuk mengambil kemanfaatan dan barang sewaan.
f.
Qardhul Hasan Qardhul Hasan yaitu suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.
g.
KPRS Syariah KPRS Syariah yaitu Bentuk pembiayaan di BMT Bahtera dimana BMT Bahtera memberikan fasilitas pinjaman kepada anggota/nasabah.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
58
3.
Produk – Produk Jasa Lainnya a.
ATM Bahtera (Bahtera Card) Salah satu produk terbaru dengan inovasi dan kerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan kartu ATM yang dapat digunakan sebagai kartu debet disemua jaringan mesin ATM tanpa biaya administrasi perbulan
b.
Al-Wakalah (Kliring) Pada prinsipnya jasa yang sesuai diterapkan dengan akad ini adalah jasa penagihan/pengiriman uang melalui Bank Korespondens yang bekerjasama dengan KJKS BMT Bahtera Pekalongan, sehingga dengan pelayanan ini nasabah mewakilkan kepada BMT Bahtera untuk melakukan pemindahbukuan kedalam rekeningnya.
c.
Al-Kafalah Al-Kafalah yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung (Kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (pihak yang ditanggung).
d.
AI-Hiwalah A1-Hiwalah yaitu mengalihkan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
59
E. Produk yang bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan a. Murabahah Akad
jual
beli
ini
sebenarnya
hampir
sama
dengan
ba’i
bitsaman ajil, bedanya pada akad murabahah pembayaran dilakukan oleh anggota/nasabah kepada BMT Bahtera setelah jatuh tempo pengembalian dengan harga dasar barang yang dibeli ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Produk Murabahah ini dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Murabahah Angsuran Murabahah Angsuran yaitu angsuran bulanan (pokok+ bagi hasil) dengan tenor waktu maksimal 2 tahun. 2)
Murabahah Jatuh Tempo Murabahah Jatuh Tempo yaitu pembiayaan dengan sistem jatuh tempo maksimal 4 bulan dengan tetap membayar bagi hasil tiap bulannya, tetapi pada bulan terakhir pokok pinjaman dikembalikan.
b.
Pembiayaan KPRS Syariah Pembiayaan KPRS Syariah yaitu kredit kepemilikan rumah bersubsidi, pembiayaan khusus untuk pembelian/renovasi rumah dengan mendapat subsidi. 83
83
Wawancara dengan Bpk. Miftakhurreza, S.E selaku bagian Remedial di BMT Bahtera Pekalongan, 11 Oktober 2011, pukul 11.00 WIB.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB IV PEMBIAYAAN BERMASALAH DENGAN MENGGUNAKAN HAK TANGGUNGAN DAN PENYELESAINNYA DI BMT BAHTERA PEKALONGAN PADA TAHUN 2009
A. Kondisi Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah merupakan bagian dari kehidupan bisnis perbankan yang harus diantisipasi oleh semua pihak terlebih lagi keberadaan bank yang mempunyai peranan dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Pembiayaan bermasalah adalah : suatu keadaan nasabah tidak mampu memenuhi kewajiban terhadap bank sesuai dengan akad perjanjian, pembiayaan bermasalah merupakan kondisi pembiayaan di mana ada waktu pembayaran
kembali
yang
bisa
menyebabkan
keterlambatan
dalam
pengembalian. Untuk itu diperlakukan tindakan khusus ataupun tindakan yuridis sehingga bisa mencegah terjadinya potensial atau kemungkinan terjadinya kerugian bagi koperasi. 84 Pembiayaan yang dicairkan tanpa melalui analisis yang tepat, maka akan menimbulkan resiko yang sangat tinggi. Resiko yang ditimbulkan yaitu tidak terbayarnya sebagian atau seluruh pembiayaan yang diberikan. Ini yang disebut dengan pembiayaan bermasalah atau macet. Pembiayaan bermasalah
84
Lukman Nenda Wijaya, Manejemen Perbankan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hlm.
5.
60
61
adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas pembiayaan yang diberikan tepat pada waktunya. 85 Pada tahun 2009 BMT Bahtera Pekalongan memiliki pembiayaan bermasalah sebesar 4,6% pada produk Murabahah Angsuran dan telah melakukan lelang, adapun nasabah yang terkena lelang dengan jumlah 6 nasabah meliputi tanah dan bangunan. Tahun 2009 dikategorikan pembiayaan yang terselesaikan dengan hak tanggungan ada 4%. Sedangkan pada tahun 2010 pembiayaan bermasalah sebesar 3,5% pada produk Murabahah Angsuran dan Murabahah Jatuh Tempo serta pembiayaan KPRS Syari’ah, Nasabah yang terkena lelang dengan jumlah 2 nasabah meliputi tanah dan bangunan. Pembiayaan bermasalah yang terselesaikan dengan hak tanggungan sebesar 1% dan pembiayaan bermasalah yang terselesaikan dengan tindakan penyehatan atau Revitalisasi melalui Restruturing sebesar 50%). Adapun kategori
pembiayaan
bermasalah
yaitu
tidak
tepat
waktu
dalam
pengembaliannya, angsuran tidak penuh (misal angsuran Rp 300.000,- dibayar hanya Rp 200.000,-), keterlambatan angsuran sampai 3 bulan, saat penagihan nasabah tidak dirumah, pembayaran angsuran tidak sesuai tanggal jatuh tempo. Penyebab pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal Faktor internal penyebab tinbulnya pembiayaan bermasalah yaitu: 85
Untung Budi, Kredit Perbankan Di Indonesia, (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2006),
hlm. 51.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
62
a. Penyimpangan pelaksanaan prosedur pembiayaan, dalam pelaksanaan prosedur pembiayaan adanya hubungan kedekatan misal tetangga atau kerabat dekat. b. Melakukan analisis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi dapat diprediksi sebelumnya. c. Lemahnya analisa Account Oficer tehadap nasabah. d. Informasi yang didapat kurang lengkap, saat menganalisa yang jadi subyek satu nasabah atau tetangga. e. Lemahnya pengawasan artinya tidak menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumah nasabah dengan tujuan mengetahui sejauh mana perkembangan usah yang dibiayai. f. Karyawan percaya lebih terhadap nasabah mengenai pembiayaan yang diberikan, sehingga mengakibatkan nasabah lengah g. Karyawan hanya mengejar target sehingga dengan mudahnya menaikkan nilai pinjaman. h. Pengurus atau Manajer umum sibuk menangani urusan kantor seperti rapat keluar kota sehingga untuk menagani pembiayaan kurang menaggapi. i.
Karakter mitra, mengenai karakter dalam pembiayaan hanya dilihat dari sisi baiknya saja.
j.
Struktur Modal diberikan kepada nasabah harus jelas artinya modal yang telah diberikan agar sesuai dengan tujuan penggunaan modal. Dalam penggunaan modal disini akan berpengaruh mengenai
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
63
perkembangan kelancaran usaha yang telah berkembang akan berpengaruh pada proses kelancaran memenuhi kewajibannya di BMT Bahtera. Apakah nasabah dalam menjalankan usahanya hanya menggantungkan modal dari BMT atau sebagian dari debitur. k.
Kemampuan produksi, Kemampuan produksi dalam menjalankan usahanya agar tetap lancar dalam mengelola usaha, dalam siklus perkembangan usaha yang lancar dapat menghasilkan produksi yang baik, penilaian terhadap kemampuan produksi dan siklus berdasarkan usaha yang dibiayai atau sumber dana lainnya yang mungkin dapat menutup pengembalian dana pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan nasabah setidaknya dapat mengolah usahanya untuk mendapatkan keuntungan.
l. Penilaian atas jaminan dalam BMT Bahtera lebih ditekankan pada faktor kepercayaan, kedekatan hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usahanya, sudah kenal karakternya oleh BMT Bahtera, dijamin seseorang. Walaupun demikian perlu adanya perangkatperangkat dan dokumen dan jaminan, paling tidak jika mitra akan menjual barang yang dijaminkan atau pindah tempat tinggal dapat diketahui
BMT
Bahtera,
sehingga
dapat
menyelesaikan
pembiayaannya. m. Dalam memberikan pembiayaan BMT Bahtera Pekalongan selalu menganalisa
keuangan
mitra
bahwa
tidak
semua
pengajuan
pembiayaan dicukupi bahkan BMT Bahtera wajib menolak pengajuan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
64
pembiayaan, hal ini untuk mengurangi pembiayaan bermasalah. Apabila nasabah salah dalam menggunakan pembiayaan akan berakibat kemacetan. 86 2) Faktor eksternal Adapun faktor eksternal penyebab pembiayaan bermasalah yang timbul dari nasabah yaitu : a.
Nasabah menyalahgunakan pembiayaan yang diperoleh.
b.
Setiap pembiayaan yang diperoleh nasabah telah diperjanjikan tujuan pemakaiannya sehingga nasabah harus mempergunakan pembiayaan sesuai dengan tujuannya. Pemakaian pembiayaan yang menyimpang misalnya pembiayaan untuk pengangkutan dipergunakan untuk pertanian sehingga mengakibatkan usaha nasabah gagal.
c.
Nasabah kurang mampu mengelola usaha. Hal ini dapat terjadi karena nasabah yang kurang menguasai bidang usaha, karena nasabah mampu meyakinkan BMT Bahtera akan keberhasilan usahanya. Akibatnya usaha yang dibiayai dengan pinjaman tidak dapat berjalan dengan baik.
d.
Nasabah beriktikad tidak baik, yaitu hanya ini ingin memanfaatkan pembiayaan untuk kebutuhan lain.
e.
Ada sebagian nasabah yang sengaja dengan segala daya upaya mendapatkan pembiayaan tetapi setelah pembiayaan diterima untuk kepentingan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Nasabah sejak
86
Wawancara dengan Bpk Miftakhurreza, S.E selaku Bagian Remedial di BMT Bahtera Pekalongan, tanggal 15 September 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
65
awal tidak berniat mengembalikan pembiayaan walaupun dengan resiko apapun, biasanya sebelum pembiayaan jatuh tempo nasabah sudah melarikan diri untuk menghindari tanggungjawab. f.
Nasabah mudah ingkar janji yang berawa tiap bualn akan mengangsur tetapi pada realitanya nasabah mengalami tunggakan sampai dua bulan.
g.
Nasabah membayar setengah dari angsuran misal angsuran Rp 500.000,- per bulan hanya membayar Rp 250.000,- per angsuran.
h.
Nasabah hanya membayar bagi hasilnya per bulan
i.
Kegagalan usaha debitur antara lain: Usaha nasabh mengalami penurunan dari setengah usaha yang dijalani sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban keuangan, laba mengalami penurunan, barang tidak laku di pasaran karena banyak persaingan.
j.
Pembiayaan digunakan untuk keperluan konsumtif seperti: untuk membayar biaya sekolah, digunakan untuk lebaran, digunakan untuk melahirkan, digunakan untuk berobat, pinjaman digunakan yntuk rehab rumah, untuk membeli keperluan rumah tangga. Pinjaman yang diberikan tidak digunakan untuk kegiatan produktif,
sehingga modal yang diberikan tidak dapat berkembang, hal ini dapt berpengaruh terhadap kelancaran pada saat jatuh tempo. Adanya faktpr eksternal yang muncul mangakibatkan terjadinya pembiayaan bermasalah, sehingga berdampak pada tingkat kolektabilitas BMT Bahtera Pekalongan dan meningkatnya angka NPF (Non Performing Financing). Untuk itu
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
66
BMT Bahtera Pekalongan segera menyelesaikan. Aakibatkan nasabah sama sekali tidak dapat membayar angsuran pembiayaan beserta bagi hasilnya atau nasabh mengalami tunggakan angsuaran. Untuk itu BMT Bahtera Pekalongan melakukan tindakan khusus untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerugian bagi BMT Bahtera Pekalongan.87 Untuk mengetahui kriteria pembiayaan bermasalah BMT Bahtera menggunakan
sistem
kolektabilitas
yaitu
penggolongan
tingkat
pembayaran pembiayaan kepada anggota, calon anggota yang diukur berdasarkan jumlah hari tunggakan. Sesuai dengan SEBI (Surat Edaran Bank Indoensia), jumlah hari tunggakan dan perhitungan collectibility BMT Bahtera Pekalongansebagai berikut : Tabel Kolektabilitas Tingkat Pembayaran Pembiayaan di BMT Bahtera Pekalongan
Kategori Lancar Dalam perhatian khusus
Jumlah hari tunggakan 0-90 hari -
Kurang lancar
91 – 180 hari
Diragukan
181 – 270 hari
Macet
> dari 270 hari
87
Ibid., tanggal 18 September 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
67
Dalam pemberian pembiayaan Faktor-faktor diatas yang harus diperhatikan oleh Account Officer BMT Bahtera Pekalongan
tersebut
layaknya karyawan mengetahui mengenai karakter mitra artinya Account Officer dalam hal ini harus mengetahui karakter nasabah, baik karakter buruk maupun karakter baik, dengan tujuan agar dalam penarikan angsuran tidak mengulur waktu bahwa nasabah menyadari akan kewajibannya terhadap BMT bahtera disisi lain BMT Bahtera juga bersikap tegas dalam menangani hal tersebut. Dalam memberikan pembiayaan BMT Bahtera Pekalongan selalu menganalisa keuangan mitra bahwa tidak semua pengajuan pembiayaan dicukupi bahkan BMT Bahtera wajib menolak pengajuan pembiayaan, hal ini untuk mengurangi pembiayaan bermasalah. Apabila nasabah salah dalam menggunakan pembiayaan akan berakibat kemacetan. 88 Dari kondisi pembiayaan bermasalah yang terjadi akan membawa dampak bagi BMT Bahtera Pekalongan. Adapun dampak pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera Pekalongan adalah : 1) Semakin banyak pembiayaan bermasalah secara tidak langsung, BMT Bahtera telah “Bertindak Dholim” kepada penyimpan/deposan karena dianggap tidak prudensialnya dalam menyalurkan pembiayaan, BMT Bahtera tidak memberikan bagi hasil atau keuntungan tinggi. 2) Hilangnya kesempatan melakukan expansi usaha. 3) Reputasi lembaga semakin buruk.
88
Ibid., tanggal 15 September 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
68
4) Calon deposan lain tidak berani berinvestasi di BMT Bahtera. 5) Deposan yang ada akan berpindah ke tempat lain
B. Pembiayaan Bermasalah dengan Menggunakan Hak Tanggungan dan Penyelesaiannya di BMT Bahtera Pekalongan pada Tahun 2009 Dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan, BMT Bahtera Pekalongan ada 3 Penyelesaiannya yaitu: 1) Melalui tindakan penyehatan (revitalisasi) meliputi Rescheduling, Reconditioning, Restrukturing, bantuan Managemen. 2)
Melalui cara litigasi dengan lelang jaminan melalui KPKNL.
3)
Melalui cara non litigasi.
Dari ketiga cara tersebut yang sering digunakan BMT Bahtera pekalongan, hanya dua cara, cara pertama dan cara kedua. Strategi yang dilakukan dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dengan
menggunakan hak tanggungan adalah apabila penyelesaian
pembiayaan bermasalah melalui penyehatan (Revitalisasi) tidak berhasil, maka BMT Bahtera Pekalongan melakukan upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah terkait dengan pembiayaan yang diberikan oleh debitur kepada BMT yaitu apabila debitur tidak dapat melunasi hutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, maka pihak BMT Bahtera melelang jaminan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk melunasi hutangnya.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
69
Adapun strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan di BMT Bahtera melalui: 1. Tindakan penyehatan (revitalisasi) Adalah upaya penyehatan debitur melalui struktur pembiayaan dengan mengutamakan penyelesaian melalui : a) Rescheduling Rescheduling atau penjadwalan kembali BMT Bahtera untuk menyelamatkan
pembiayaan
yang
diberikan
kepada
debitur
(berdasarkan penelitian dan perhitungan yang dilakukan account officer BMT Bahtera) mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bagi hasil. b) Reconditioning Reconditioning merupakan usaha pihak BMT Bahtera untuk menyelematkan
pembiayaan
yang
diberikannya
dengan
cara
mengubah sebagian atau seluruh persyaratan yang semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam perjanjian pembiayaan. Adapun persyaratan yang diubah diantaranya : tingkat bagi hasil, misal dari sebesar 2% per angsuran menjadi 1,5% per angsuran. c) Restructuring Restructuring adalah usaha penyelamatan pembiayaan yang dilakukan BMT Bahtera dengan cara menata kembali struktur fasilitas pembiayaan. d) Bantuan Management
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
70
Bantuan management yaitu menempatkan Sumber Daya Manusia (SDM) BMT Bahtera Pekalongan di usaha nasabah tersebut dengan tujuan
meningkatkan
kemampuan
nasabah
dalam
memenuhi
kewajibannya selain itu dapat meningkatkan tingkat kesehatan BMT Bahtera Pekalongan. 89 2. Melalui cara Litigasi dengan lelang jaminan melalui KPKNL Apabila
BMT
Bahtera
Pekalongan
melakukan
tindakan
penyehatan kembali tidak berhasil, maka langkah yang harus dilakukan dengan melelang jaminan melalui KPKNL. Sebelum melakukan penjualan objek hak tanggungan, BMT Bahtera Pekalongan memberikan kesempatan kepada debitur untuk mencari pembeli dan menjual objek hak tanggungan tersebut dengan pengawasan BMT Bahtera, penjualan di bawah tangan ini bertujuan agar tercapai harga penjualan yang tinggi, tetapi nasabah lebih memilih BMT Bahtera untuk melelang jaminannya. Lelang jaminan melalui KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang). Lelang adalah penjualan barang yang dilakukan di muka umum atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan yang dimaksud dengan penjualan di muka umum adalah penjualan barang yang dilakukan di muka umum atas dasar persetujuan mereka yang hadir atau dengan pendaftaran harga dimana orang-orang yang diundang sebelumnya telah diberitahukan mengenai pelelangan
89
Dokumentasi BMT Bahtera Pekalongan 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
71
tersebut serta diberikan kesempatan kepadanya untuk membeli dengan jalan menawar harga, menyetujui harga, atau dengan cara pendaftaran. 90 Adapun petunjuk pelaksanaan lelang adalah : Penjualan barang yang terbuka untuk umum, baik secara langsung maupun melalui media elektronik dengan cara penawaran harga secara lesan atau tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan peminat. 91 Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menuju proses lelang: 1) Membuat “surat Peringatan” (SP) I, II, III dan surat pemberitahuan eksekusi jaminan yang harus diberikan langsung kepada nasabah. Sebagai
bukti
telah
diterimanya
(SP)
tersebut,
maka
yang
bersangkutan atau yang menerimanya harus tanda tangan di buku Expedisi (tanda terima). Tata cara Pembuatan Surat Peringatan dan Pemberitahuan Eksekusi: a) Surat Peringatan (SP) dikeluarkan apabila nasabah sudah “Wanprestasi” (sesuai parameter kolektibilitas). b) Surat Peringtan (SP) I & II dibuat oleh Kepala Cabang dengan tembusan kepada General Manager dan Remedial. SP ini diberikan langsung kepada nasabah yang bersangkutan oleh Kepala Cabang. c) Surat Peringatan (SP) III dibuat oleh bagian Remedial dengan tembusan kepada General Manager, pimpinan KPKNL dan Kepala
90
Made I Suwandi, Balai Lelang, Kewenangan Balai Lelang dalam Penjualan Jaminan Kredit Macet (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2005), hlm. 27- 28. 91 Wawncara dengan Bpk. Miftakhurreza, selaku bagian Remedial di BMT Bahtera. Pekalongan, Tgl 12 September 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
72
Cabang. SP III ini diberikan langsung kapada nasabah yang bersangkutan oleh Kepala Cabang bersama bagian Remedial. d) Setelah diberikan Surat Peringatan (SP) I, II, III, maka diteruskan dengan Surat Peringatan “Eksekusi Jaminan” yang ditandatangani oleh General Manager dengan tembusan kepada pimpinan KPKNL. 2) Jangka waktu pemberian Surat Peringatan (SP) I, II, III, kurang lebih 1 (satu) bulan. 3) Foto copty semua data perjanjian, meliputi : a) Akad pembiayaan berakhir b) Sertifikat dan APHT c) KTP Suami dan Istri d) Kartu Keluarga e) Surat Peringatan (SP) I, II, III. 4) Menentukan harga limit penjualan dalam lelang, karena akan dimuat dalam pengumuman lelang di surat kabar. 5) Mencari peserta lelang, minimal 2 orang. 6) Syarat peserta lelang harus menyetor uang sebesar minimal 20%- 50% dari harga limit penjualan lelang.92 Adapun hak dan kewajiban peserta lelang dan pemohon lelang, yaitu: 1) Peserta lelang a) Hak-hak peserta lelang, antara lain:
92
Ibid., 12 September 2011, Pukul 13.00 WIB.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
73
(1) Melihat dokumen-dokumen tentang kepemilikan barang. (2) Melihat barang atau benda yang akan dilelang. (3) Mendapatkan barang beserta dokumen-dokumen apabila sebagai pemenang lelang. b) Kewajiban-kewajiban peserta lelang, antara lain: (1) Menyetor uang jaminan lelang. (2) Hadir dalam pelaksanaan lelang atau kuasanya. (3) Mengisi surat penawaran di atas materai dengan huruf yang jelas dan tidak ada coretan. (4) Mentaati tata tertib pelaksanaan lelang. 2) Pemohon Lelang a) Hak-hak pemohon lelang, antara lain : (1) Memilih cara penawaran lelang (2) Menetapkan syarat-syarat lelang (3) Menerima uang hasil lelang. b) Kewajiban-kewajiban pemohon lelang, antara lain: (1) Mengajukan permohonan lelang ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (2) Mengkaji syarat-syarat yang diperlukan (3) Menetapkan nilai limit yang wajar atas harga barang yang akan di lelang (4) Meminta salinan risalah lelang (5) Membayar biaya lelang penjual
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
74
(6) Menyerahkan
barang
beserta
dokumennya
kepada
pemenang yang di tunjuk melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) (7) Menaati tata tertib lelang. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi oleh BMT Bahtera Pekalongan dalam rangka pelaksanaan lelang : 1. Salinan fotocopy perjanjian pembiayaan 2. Salinan atau fotocopy sertifikat hak tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan 3. Salinan atau fotocopy hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan 4. Salinan atau fotocopy bahwa debitur telah diperingatkan akan kelalaiannya membayar hutang 5. Surat Pernyataan dari Pimpinan BMT bahtera selaku Kreditur yang bertanggungjawab apabila terjadi gugatan dari Debitur 6. KPKNL diberi kuasa oleh BMT bahtera untuk melakukan pelelangan obyek hak tanggungan debitur bermasalah93 7. Dalam permohonan lelang tanah atau bangunan wajib dilengkapi dengan Surat Keterangan Tanah (SKT) dari Kantor Pertanahan setempat. Dalam pelaksanaan eksekusi lelang yang dilakukan oleh KPKNL harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
93
Ibid., tanggal 16 September 2011 Pukul 09.00 WIB.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
75
1. Dalam akta Pemberian hak tanggungan harus memuat janji apabila debitur cidera janji, maka pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualannya tersebut 2. Bertindak sebagai pemohon lelang adalah kreditur pemegang hak tanggungan pertama 3. Pelaksanaan lelang melalui pejabat kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang 4. Pengumuman lelang mengikuti tata cara pengumuman lelang. 5. Tidak diperlukan persetujuan debitur untuk pelaksanaan lelang 6. Nilai limit lelang sedapat mungkin ditentukan oleh badan penilai 7. Mengenai obyek hak tanggungan yang akan dijual melalui lelang harus ditentukan nilai limit terlebih dahulu berupa nilai limit pelepasan barang terendah dalam lelang. Penjualan barang jaminan melalui lelang diumumkan melalui surat kabar harian dan diberitahukan secara tertulis kepada debitur paling lambat tujuh hari sebelum lelang dilaksanakan. Adapun cara mengajukan lelang adalah sebagai berikut : 1. Penjual atau pemohon lelang mengajukan permohonan lelang secara tertulis kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) yang dilengkapi dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
76
2. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang menetapkan hari dan tanggal pelasanaan lelang setelah dilakukan kelengkapan analisa dokumen 3. Pemohon melaksanakan pengumuman lelang baik melalui surat kabar maupun media elektronik 4. Peserta lelang menyetor uang jaminan kepada rekening Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang 5. Pemberian petikan risalah lelang dan dokumen pendukung lainnya kepada pemenang lelang dan salinan risalah lelang kepada pemohon lelang. Pengumuman lelang eksekusi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Pengumuman dilakukan dua kali berselang 15 hari. Jangka waktu pengumuman lelang pertama ke pengumuman lelang kedua sekurangkurangnya 15 hari 2. Pengumuman pertama diperkenankan tidak menggunakan surat kabar harian tetapi dengan cara pengumuman melalui selebaran, tempelan yang mudah dibaca oleh umum atau internet 3. Pengumuman kedua harus dilakukan melalui surat kabar dan dilakukan sekurang-kurangnya 14 hari94 4. Pengumuman lelang memuat mengenai : a. Identitas penjual
94
Ibid., tanggal 20 September 2011 jam 13.00 WIB.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
77
b. Hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan lelang dilaksanakan c. Lokasi, luas tanah, jenis hak atas tanah, dan ada atau tidak adanya bangunan, khusus untuk barang tidak bergerak berupa tanah atau bangunan. 5. Jangka waktu untuk melihat barang yang akan dilelang 6. Uang jaminan penawaran lelang meliputi besaran, jangka waktu, cara dan tempat penyetoran dalam hal persyaratan adanya uang jaminan penawaran lelang 7. Jangka waktu pembayaran harga lelang 8. Harga limit atas kehendak penjual atau pemilik barang. Dalam permohonan lelang tanah atau bangunan wajib dilengkapi dengan surat keterangan tanah (SKT) dari Kantor Pertanahan setempat. Dalam pelaksanaan eksekusi hak tanggungan yang dilakukan melalui kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), akan memberikan beberapa keuntungan bagi BMT Bahtera selaku pemohon eksekusi lelang dalam kaitannya dengan penyelesaian pembiayaan bermasalah. Kesepakatan antara BMT Bahtera Pekalongan selaku kuasa dari debitur atau pemilik barang yang dicantumkan dalam surat kuasa membebankan hak tanggungan dengan kantor Lelang untuk menjual barang agunan milik debitur dapat berlangsung secara transparan dengan tetap mendapat pengawasan dari pejabat lelang.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
78
Adapun keuntungan bagi BMT Bahtera dalam melaksanakan lelang melalui KPKNL, antara lain : 1. Terciptanya harga yang maksimal karena penentuan harga limit ditentukan oleh BMT Bahtera Pekalongan selaku Penjual atau pemohon lelang, dan Kantor Lelang hanya melaksanakan transaksi terhadap barang yang hendak dijual lelang 2. Terciptanya efisiensi waktu, Kantor Lelang akan secara aktif mencari calon pembeli yang potensial, sehingga tidak perlu terlalu lama untuk mencairkan jaminan yang sudah terjual dalam pelelangan 3. Aman, karena lelang disaksikan dan dilaksanakan oleh pejabat lelang. 4. Terciptanya harga penawaran yang wajar, karena system pelelangan bersifat kompetitif dan transparan 5. Cepat,
artinya
pelaksanaan
lelang
selalu
didahului
dengan
pengumuman lelang yang mengharuskan peserta atau calon pembeli lelang pada saat yang sama telah menyetor uang jaminan. Bagi pemenang lelang harus melakukan pembayaran lelang secara tunai sehingga waktu dan biaya lebih efisien 6. Adil, karena bersifat terbuka 7. Ada kepastian hokum, karena setelah pelaksanaan lelang maka pejabat lelang membuat Berita Acara Lelang 8. Lebih teliti, karena pada system lelang ada kewajiban kepada pejabat lelang untuk meneliti kebenaran formal mengenai subyek dan obyek lelang.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
79
Cara ini yang terakhir ditempuh oleh BMT Bahtera Pekalongan apabila anggota/ calon anggota tidak menghiraukan dengan kewajibannya di BMT Bahtera Pekalongan, maka dalam melelang/ eksekusi jaminan BMT Bahtera Pekalongan bekerja sama dengan kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Sehingga BMT Bahtera Pekalongan mempunyai hak preference terhadap pelunasan pembiayaan yang bersumber dari jaminan selanjutnya meminta KPKNL untuk melakukan eksekusi atas jaminan tersebut dengan berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah “Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Pelaksanaan ekskusi sangat dimungkinkan karena dengan memuat irah-irah tersebut, sertifikat hak tanggungan adalah merupakan putusan yang telah mempunyai kekuatan yang tetap sehingga dapat dilaksanakan eksekusi. Eksekusi hak tanggungan dalam hal debitur cidera janji yaitu dengan cara : 1) Melaksanakan penjualan objek hak tanggungan melalui pelelangan umum 2) Melaksanakan titel eksekutorial (perintah atau keputusan tetap) yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan. Penawaran lelang dilakukan secara langsung pada saat lelang dilaksanakan, semua peserta lelang yang sah atau kuasanya pada saat mengajukan penawaran harus hadir di tempat pelaksanaan lelang. Apabila telah disepakati harga lelang terhadap objek barang yang di lelang
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
80
tersebut, maka ditetapkan pemenang lelang, dimana pembayaran harga lelang dilakukan secara tunai paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksanaan lelang. Setelah diterimanya pembayaran oleh bendahara penerima KPKNL, maka hasil bersih penjualan lelang diserahkan kepada BMT Bahtera Pekalongan sebagai pengganti pelunasan, apabila masih ada sisa dari lelang tersebut maka dikembalikan kepada nasabah. Keberhasilan BMT
Bahtera Pekalongan dalam menangani
pembiayaan bermasalah yaitu: a) Menurun dan terkontrolnya angka performaing finance (NPF) sehingga kondisi pembiayaan di BMT Bahtera Pekalongan masih dalam kondisi wajar dan cukup baik. b) Jarang terjadinya proses lelang karena dapat terselesaikannya pembiayaan bermasalah dengan cara kekeluargaan, meskipun pada tahun 2009 dan 2010 telah melakukan lelang. c) Meningkatkan kedisiplinan nasabah dalam membayar angsuran. d) Meningkatkan kedisiplinan kepada karyawan terhadap ketelitian nasabah saat mengangsur dan saat jatuh tempo berakhir. e) BMT Bahtera Pekalongan menjadi Adapun keuntungan : 2) Keuntungan koperasi sesuai prediksi/ rencana. 3) Tingkat kesehatan koperasi terjaga baik. 4) Pembiayaan bermasalah yang terselesaikan dengan lelang agar tidak terulang.95
95
Ibid., tanggal 16 September 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan pembahasan tentang strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan menggunakan hak tanggungan di BMT Bahtera Pekalongan, dapat disimpulkan bahwa : 1.
Kondisi pembiayaan bermasalah bermuara pada nasabah mudah ingkar janji, usaha nasabah mangalami penurunan sehingga tidak dapat membayar kewajiban, nasabah mengalami kerugian usaha, barang yang dijual tidak laku di pasaran, laba menurun, modal yang diberikan habis untuk keperluan konsumtif seperti: keperluan sekolah, nasabah sakit keras, untuk lebaran pinjaman yang diberikan dipinjamkan ke orang lain yang kemudian tidak
terbayar
sehingga
modal
yang
diberikan tidak
berkembang. Hal ini berpengaruh terhadap pinjaman yang diberikan. Akhirnya pada saat jatuh tempo nasabah tidak dapat melunasi. Penyebab pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera karena dalam melakukan analisis pihak BMT Bahtera Pekalongan melakukan analisis kurang teliti. Dari pihak analisis pembiayaan dengan pihak debitur analisisnya dilakukan secara subyektif. 2.
Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah BMT Bahtera menggunakan tindakan penyehatan melalui : 1) Rescheduling (Penjadwalan Kembali).
81
82
2) Reconditioning (Mengubah sebagian atau seluruh persyaratan). 3) Restruturing (Penataan kembali). 4) Bantuan Managemen (Penempatan SDM). Apabila cara tersebut tidak berhasil, maka BMT Bahtera melakukan lelang melalui KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang).
B. Rekomendasi 1)
Penelitian dengan judul Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Dengan Menggunakan Hak Tanggungan Di BMT Bahtera Pekalongan masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal, hal tersebut di karenakan keterbatasan data dan informasi yang diperoleh dari lembaga yang diteliti. Untuk itu penulis mengharap penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain
2)
Saran untuk penelitian berikutnya adalah : a)
Dampak
Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dengan Hak
Tanggungan terhadap Nasabah di BMT Bahtera Pekalongan. b) Implementasi SDM (Sumber Daya Manusia) BMT Bahtera Pekalongan dalam Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah terhadap Penurunan NPF (Non Performing Finacing).
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
83
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Rahmadi, Usman, Aspek-Aspek Perkoperasian di Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka, cet 2, 2003. Gemala, Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media, 2004. Nendawijaya, Lukman, Manajemen Perkoperasian. Bogor : Ghalia Indonesia, 2005. Winarta, Frans, Hendra. Teknisi Penyelesian Pembiayaan Bermasalah Melalui Pendekatan Hukum. Untung, Budi. Kredit Perkoperasian di Indonesia. Yogyakarta : Andi, 2006. Wijaya, Handi dan Rivai Wirasasmita. Manajemen Dana Koperasi, Cet. ke-1, Jakarta : CV. Pionir Jaya, 1989. Muljadi, Kartini dan Widjaja Gunawan. Hak Tanggungan, Cet. ke-2, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2005. Singungan,M. Manajemen Dana Koperasi. Jakarta : PT. Cipta Rineka, 2003. Tuan, Rahmawan, Kamus Istilah Akuntansi Syariah, Cet. ke-1,Yogyakarta : Pilar Media, 2005. Ibrahim, M, Kusir. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : PT. Pustaka Tinta Mas, 1994. Grafika, Redaksi Sinar, Himpunan Peraturan Bank Indonesia, Cet. ke-2, Jakarta : Sinar Grafika, 2004. Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Cet. ke-1, Jakarta: Lencana, 2005. Muchdarsyah, Sinungan, Strategi Manajemen Bank, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Rajawali Press, 2008. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta : Andi Press Edisi 2, 2008.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
84
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, Cet. ke-1, Bogor : Ghalia Indonesia, 2001. Ibrahim, M. Kasmir, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya Pustaka Tinta Mas, 1994. Salim, Pengembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta : Grafindo Persada, 2004. Muljad, Katini dan Gunawan Widjaya, Hak Tanggungan, Cet. ke-2, Jakarta : Predana Media Group, 2005. Sutrisno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung : Alfabata, 2003. Harahap, M. Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta : Sinar Grafika, 2005. Sudarno, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1992. Sjahdeini, Remi, Hak Tanggungan dan Asas-asas Ketentuan Pokok Hak Tanggungan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999. Salim, Perkembangan Hukum Jamiman di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank. Bandung : Alfabata, 2003. Harsono, Budi, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2003. Sjahdeini, Remi, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 2004. Retnowulan, Sutanto & Iskandar Dk, Hukum Acara Perdata dalam Praktek dan Teori, Bandung: Mandar Maju, 1979. Suwandi, Made, Balai Lelang, Kewenangan Balai Lelang dalam Penjualan Jaminan Kredit Macet , Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2005. Moh, Nazir, Metode Penelitian. Cet. ke-3. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988. Ivan, Rahmawan A, Kamus Istilah Akuntansi Syariah Cet. ke-1, Yogyakarta : Pilar Media, 2005. M, Santoso, Manajemen Perkreditan, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
85
B. Hasil Penelitian Shulachudin. Pembiayaan Bermasalaahn atau Non Performing Loan (NPL) di Koperasi Syariah Mandiri Cabang Pekalongan. (Pekalongan : STAIN, 2008), Tugas Akhir tidak diterbitkan. Fatekhatur, Rizkiyah. Strategi BMT Al-Amien Kedungwuni Dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah. (Pekalongan: STAIN, 2008), Tugas Akhir tidak diterbitkan. Muhammad, Nur. Pelaksanaan Pemberian Mudharobah Kepada Koperasi Studi Pada Koperasi Muamalat Cabang Medan, (Medan: Universitas Sumatra Utara, 2004), Skripsi tidak diterbitkan. Teguh, Purwanto. Analisis 5C Dalam Penanganan Kredit Macet di BMT AlAmien Kedungwuni Pekalongan. (Pekalonagn: STAIN, 2008), Tugas Akhir tidak diterbitkan. Yodhama, Rizka, Sitadewi. Implementasi Analisis 5C Dalam Mengurangi Pembiayaan Macet di BMT Bahtera Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2010), Tugas Akhir tidak diterbitkan. Qosim, Muamar. Analisis Penanggulangan Resiko Kredit (Credit Risk) di BPR Syariah Asad Alif Kendal. (Semarang : STAIN, 2006), Skripsi tidak diterbitkan. Hidayatullah, Analisis Pemberian Pembiayaan Mudharobah Kepada Koperasi Studi di Koperasi Mandiri Yogyakata, (Semarang: IAIN, 2004), Skripsi tidak diterbitkan. Khoirul, Huda, Efektifitas Jaminan Dalam Pembiayaan Konsumtif di Koperasi Danamon Sumatra Utara, (Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara, 2006), Skripsi tidak diterbitkan. Hendra, Cipta, Peranan Jaminan dalam Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BNI Syariah Yogyakarta, (Semarang: IAIN, 2009), Skripsi tidak diterbitkan. Zaenah, Sistem Pembiayaan Murabahah di Koperasi Syariah, (Pekalongan: STAIN, 2007), Tugas Akhir tidak diterbitkan. Rulliyah, Strategi Manajemen Resiko Pembiayaan di BNI Syariah Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2010), Tugas Akhir tidak diterbitkan. M, Choirul Umam, Mekanisme Penanganan Pembiayaan Macet di Perusahaan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
86
Federal International Finance Cabang Pekalongan, (Pekalongan: STAIN, 2010) Tugas Akhir tidak diterbitkan. Dian, Retnowati, Implementasi Manajemen Risiko Baitul Maal Watamwil (BMT) An-Najah Wiradesa, (Pekalongan: STAIN, 2009), Tugas Akhir tidak diterbitkan. Emi, Nurhayati, Pelaksanaan Pengawasan Murabahah sebagai Upaya Meminimalkan Pembiayaan Bermasalah pada BMT Syariah Kediri, (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2010), Skripsi tidak diterbitkan. Amilis, Kina, Mekanisme Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Studipada BMT Syariah Pare, (Malang: UIN, 2008) Skripsi tidak diterbitkan. Mughni, Kebijakan Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Studi Kasus di BNI Syariah, (Pekalongan: STAIN, 2006), Tugas Akhir tidak diterbitkan.
C. Internet http://www.mitranetra.or.id. www.strategipembiayaan.com. http://www.pembiayaankoperasi.com. http://www.perananjaminan.com. http:///www.pembiayaanbermasalahan.com. http:///www.pembiayaanbermasalahan.com. http://getskripsi.com/2009/01/27/proses-penyelesaian-kredit-macet-oleh-koperasirakyat-indonesia.bri-cabang-bengkulu. http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option.cm content&view= article&id=620:tinjauan abdul rahman-hukum-penyelesaian-kredit – macet-di-pt-bri-persero&catid=49:skripsihukum&itemid=58. http://id.wikipedia.org/wiki/hak tanggungan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
87
D. Wawancara Wawancara dengan Bpk. Miftakhurreza selaku Bagian Remedial di BMT Bahtera Pekalongan. Dokumentasi BMT Bahtera Pekalongan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
88
PERTANYAAN 1. Bagaimana Langkah BMT Bahtera Pekalongan dalam mengeksekusi jaminan? 2. Produk Pembiayaan apa saja yang mengalami pembiyaan yang bermasalah? 3. Produk 2 pembiayaan yang bermasalah yang terselesaikan dengan hak Tanggungan ada berapa persen dari jumlah nasabah? 4. Bagaimana kondisi atau Deskriptif mengenai pembiayaan bermasalah di BMT Bahtera? 5. Syarat 2 BMT Bahtera dalam mengeksekusi jaminan? 6. Langkah 2 BMT Bahtera dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah? 7. Berapa jumlah produk pembiayaan konsumtif ? Berapa persentase dari jumlah nasabah? 8. Berapa persentase (%) jumlah nasabah yang menggunakan hak Tanggungan? 9. Berapa jumlah produk pembiayaan Produktif? Berapa persentase dari jumlah nasabah? 10. Berapa persen dari jumlah nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah menggunakan hak tanggungan? 11. Berapa persentase pembiayaan bermasalah yang terselesaikan dengan hak tanggungan? 12. Adakah pembiayaan bermasalah dari produk pembiayaan produktif ? berapa % ? 13. Adakah pembiayaan bermasalah dari produk Konsumtif ? berapa % ? 14. Produk 2 pembiayaan apa saja yang mengalami pembiayaan bermasalah (kredit macet)?
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Cundriani
Nama Orang Tua
: Suyatno Surati
Alamat
: JL Kyai atas angin karangtengah rt 07 rw 01 kasepuhan Batang
Tempat tanggal lahir : Batang, 04 Oktober 1988 Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Jenjang Pendidikan
: SD Kasepuhan 05 Batang (Lulus 2002) SMP 01 Batang (Lulus 2005) MAN 3 Pekalongan (Lulus 2008)
Riwayat Organisasi
:
Anggota
Departemen
Kewirausahaan
HMPS
D3
Perbankan Syariah STAIN Pekalongan periode 2010-2011 Demikian isi riwayat hidup penulis, ditulis dengan sebenarnya semoga dapat dipakai sesuai dengan keperluan yang dibutuhkan.
Hormat Saya
Cundriani NIM. 231208050
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/