PEMBERIAN MOLASES DAN MULSA ORGANIK PADA MEDIA TANAM PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT GMELINA (GMELINA ARBOREA ROXB) I PUTU WISARDJA I WAYAN SUKASANA KETUT TURAINI INDRA WINTEN PS Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Tabanan ABSTRAK Penelitian yang menggunakan RAK sebagai rancangan dasar dengan pola faktorial dilaksanakan di Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat dari tanggal 17 April 2015 sampai 30 Juli 2015. Perlakuan yang diuji meliputi pemberian molases (M) yang terdiri dari 4 tingkatan dan tiga jenis pemberian mulsa organik (O). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian molases dan mulsa organik terhadap pertumbuhan bibit Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian molases dan mulsa organik pada media tanam (MO) berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel berat basah bibit di atas tanah, berat kering oven (bko) bibit di atas tanah serta rasio pertumbuhan bibit di atas tanah dan di bawah tanah. Pengaruh perlakuan pemberian molases pada media tanam (M) sangat nyata (p<0,01) dan hanya pada parameter jumlah daun menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0,05). Pemberian mulsa organik (O) berpengaruh nyata (p<0,01) sampai sangat nyata (p<0,01) terhadap parameter yang diamati. Perlakuan interaksi antara pemberian molases 6 cc l-1 air dengan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) memberikan total berat kering oven bibit tertinggi yaitu 2,822 g. Sedangkan yang terrendah dicapai interaksi antara perlakuan tanpa molases dengan mulsa organik alang-alang (MoOa) yaitu sebesar 2,026 g, terdapat peningkatan sebesar 39,29 %. Kata kunci : molases, mulsa organik dan Gmelina.
Rehabilitasi dan reboisasi lahan menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan segera untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat perusakan hutan (Karno, 2004). Berdasarkan hasil evaluasi di lapangan bahwa prosentase hidup tanaman reboisasi kecil, karena sebagian bibit yang ditanam bermutu rendah (Hendromono, 2003). Upaya merehabilitasi hutan dan lahan potensial kritis di Kabupaten Tabanan mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat melalui Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS). Luas lahan kritis di Kabupaten Tabanan setiap tahunnya bisa ditekan rata-rata 365 hektar sebagai implementasi dari kegiatan yang bersifat vegetatif dan sipil teknis (Anon., 2010). Salah satu tanaman yang termasuk skala prioritas dan
cukup diminati oleh masyarakat Tabanan adalah tanaman gmelina, karena tumbuh kembang relatif cepat dan kayunya bersifat multi guna. Usaha rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Tabanan diperlukan bibit yang berkualitas agar tanaman mampu tumbuh baik dan memperkecil faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dan secara ekonomis dapat menekan biaya yaitu mengaplikasi pupuk organik dengan molases serta memberikan penutup tanaman organik. Molases merupakan produk sampingan dari industri pengolahan gula tebu dan bit gula yang masih mengandung gula dan asam organik. Di Indonesia molases dikenal dengan nama tetes tebu. Kandungan gula dalam molases cukup tinggi berkisar 48-55 % dapat digunakan sebagai sember pembutan etanol.
Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
31
PENDAHULUAN
Molases berbentuk cairan kental berwarna coklat dapat digunakan sebagai bahan baku etanol, alkohol, asam sitrat, MSG dan gasohol (Silaban, 2014). Molases sebagai nutrisi bagi mikroorganisme yang menguntungkan (Indrawati, 2013), pemberian molases pada media tanam pada umumnya sampai pada kapasitas lapang dengan tujuan memberikan nutrisi tambahan bagi mikroorganisme yang terdapat pada media tanam. Mulsa merupakan bahan yang dipakai pada permukaan tanah yang berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan pertumbuhan gulma yang sekaligus juga membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah (Thomas, 1993). Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah sekam padi dan serbuk gergaji. Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mempertahankan struktur, suhu, kelembaban tanah dan merangsang pertumbuhan akar. Mulsa organik sangat diyakini para petani dapat membantu meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman. Penelitian tentang pengaruh konsentrasi molases dan penggunaan mulsa organik dalam pembibitan Gmelina belum banyak dipublikasikan. Penelitian ini menguji Penggunaan molases dan mulsa organik untuk mendapatkan bibit tanaman Gmelina yang paling baik. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian molases dan mulsa organik pada media tanam terhadap pertumbuhan bibit Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah konsentrasi molases 6 cc l-1 air dan mulsa serasah bambu dapat memberikan pertumbuhan terbaik pada bibit Gmelina.
kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor yaitu pemberian molases (M) dan mulsa organik (O). Faktor pemberian molases (M) terdiri dari : 0,0 cc l-1 air (Mo); 2,0 cc l-1 air (M1); 4,0 cc l-1 air (M2) dan 6,0 ccl-1 air (M3). Faktor pemberian mulsa organik (O) yang terdiri dari : mulsa alang-alang (Oa), mulsa jerami padi (Oj) dan mulsa seresah bambu (Ob). Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 polibag percobaan. Ukuran polibag adalah 20 cm,diameter 10 cm, jarak antar polibag 15 cm dan jarak antar ulangan 30 cm; dilakukan sekali pengolahan tanah. Penelitian dilakukan di Banjar Bangkiang Jaran, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, yang berlangsung selama 105 hari dari tanggal 9 April 2015 sampai dengan 22 Juli 2015. Benih yang digunakan berasal dari sumber kebun benih Balai Pembenihan Tanaman Hutan (BPTH) Denpasar. Tanah yang digunakan pada penelitian ini diambil dari tanah kebun pada kedalaman 30 cm, Tanah dikeringkan selanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Variabel yang diamati terdiri dari : tinggi bibit (cm), jumlah daun tanaman-1, diameter batang (cm), total luas daun (cm2), panjang akar (cm), jumlah akar, Berat basah bibit di atas tanah, berat basah bibit di bawah tanah (g), total berat basah bibit (g), bko bibit di atas tanah (g), bko bibit di bawah tanah (g), total bko bibit (g) dan rasio pertumbuhan bibit di atas tanah dan di bawah tanah (%). Data yang diperoleh dianalisis secara statistika menggunakan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial. Apabila dalam daftar sidik ragam menunjukkan faktor tunggal yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%. Apabila interaksi menunjukkan pengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s 5% (Steel dan Torrie, 1991).
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan faktorial dengan dasar rancangan 32
pola acak
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi pemberian molases dan mulsa
I Putu Wisardja, I Wayan Sukasana, Ketut Turaini Indra Winten, Pemberian Molases Dan Mulsa...
organik (MO) berpengaruh sangat nyata (p< 0,01) terhadap variabel berat basah bibit di atas tanah, berat kering oven bibit di atas tanah dan rasio pertumbuhan bibit di atas maupun di bawah tanah, serta berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap variabel jumlah akar, berat basah bibit di bawah tanah, total berat basah bibit dan berat kering oven total bibit (Tabel 1). Perlakuan pemberian molases (M) pada media tanam berpengaruh sangat nyata
(p<0,01) terhadap hampir semua variabel yang diamati tetapi hanya pada variabel jumlah daun menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0,05). Perlakuan pemberian mulsa organik (O) berpengaruh nyata (p<0,05) sampai sangat nyata (p<0,01) terhadap sebagian besar variabel yang diamati, hanya sebagian kecil variabel yang diamati menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (p>0,05).
Tabel 1. Signifikansi pengaruh pemberian molases (M) dan mulsa organik (O) serta Interaksi kedua perlakuan terhadap variabel yang diamati. No. Variabel yang diamati Perlakuan M O MO 1. Tinggi bibit (cm) ** ** ns 2. Jumlah daun (helai) * ** ns 3. Diameter batang (mm) ** ns ns 2 4. Total luas daun (cm ) ** ** ns 5. Panjang akar (cm) ** ** ns 6. Jumlah akar (buah) ** ns * 7. Berat basah bibit di atas tanah (g) ** ** ** 8. Berat basah bibit di bawah tanah (g) ** ns * 9. Total berat basah bibit (g) ** * * 10. Berat kering oven bibit di atas tanah (g) ** ** ** 11. Berat kering oven bibit di bawah tanah (g) ** ns * 12. Total berat kering oven bibit (g) ** ns * 13. Rasio pertumbuhan bibit (%) ** ns ** Keterangan : ns = berpengaruh tidak nyata (p>0,05) * = berpengaruh nyata (p<0,05) ** = berpengaruh sangat nyata (p<0,01). Total berat kering oven bibit tertinggi dicapai pada pengaruh interaksi pemberian molases 6 cc l-1 air dengan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) sebesar 2,822 g, sedangkan terendah
dicapai pada penggunaan perlakuan tanpa molases dan mulsa organik alang-alang (M0Oa) yaitu sebesar 2,026 g meningkat dengan nyata sebesar 39,29 % (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata total berat kering oven bibit akibat pemberian molases dan mulsa organik (MO) Total berat kering oven bibit (g) Perlakuan Pemberian mulsa organik (O) Alang-alang (Oa) Jerami padi (Oj) Serasah bambu (Ob) Pemberian molases (M) 0,0 cc l-1 air (M0) 2,026 d 2,347 bcd 2,489 abc -1 2,0 cc l air (M1) 2,619 abc 2,585 abc 2,286 cd 4,0 cc l-1 air (M2) 2,554 abc 2,620 abc 2,759 a -1 6,0 ccl air (M3) 2,647 ab 2,790 a 2,822 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.
Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
33
Tingginya total berat kering oven bibit akibat pengaruh interaksi antara pemberian molases 6 cc l-1 air dan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) adalah sangat dipengaruhi oleh variabel berat kering oven bibit di atas tanah. Berat kering oven bibit di atas tanah tertinggi dicapai interaksi antara pemberian molases 6 cc l-1 air dengan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) sangat dipengaruhi parameter berat
kering oven bibit di atas tanah. Berat kering oven bibit di atas tanah tertinggi juga dicapai oleh interaksi perlakuan pemberian molases 6 cc l-1 air dan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) yaitu 1,809 g (Tabel 3). Meningkatnya pertumbuhan bibit gmelina yang ditunjukkan oleh variabel total berat kering oven bibit tidak terlepas dari adanya kontribusi variabel total berat basah bibit.
Tabel 3. Rata-rata berat kering oven bibit di atas tanah akibat pemberian molases dan mulsa organik (MO) Perlakuan
Berat kering oven bibit di atas tanah(g) Pemberian mulsa organik (O) Alang-alang (Oa) Jerami padi (Oj) Serasah bambu (Ob)
Pemberian molases (M) 0,0 cc l-1 air (M0) 1,642 e 2,0 cc l-1 air (M1) 1,660 de 4,0 cc l-1 air (M2) 1,672 d -1 6,0 ccl air (M3) 1,722 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf jarak berganda Duncan 5%.
1,657 de 1,663 de 1,670 d 1,702 c 1,715 c 1,769 b 1,767 b 1,809 a yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji
Total berat basah bibit di atas dan di bawah tanah tertinggi dicapai akibat pengaruh interaksi pemberian molases 6 cc l-1 air dan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) yaitu 8,128 g atau mengalami peningkatan sebesar 24,82 % dari total berat basah bibit terendah
yang ditunjukkan oleh interaksi antara tanpa pemberian molases dan mulsa organik alangalang (M0Oa) yaitu sebesar 6,512 g (Tabel 4). Meningkatnya total berat basah bibit dalam hal ini didukung oleh parameter berat basah bibit di atas tanah dan di bawah tanah.
Tabel 4. Rata-rata total berat basah bibit akibat pemberian molases dan mulsa organik (MO) Total berat basah bibit (g) Perlakuan Pemberian mulsa organik (O) Alang-alang (Oa) Jerami padi (Oj) Serasah bambu (Ob) Pemberian molases (M) 0,0 cc l-1 air (M0) 6,512 e 7,052 d 7,347 cd -1 2,0 cc l air (M1) 7,409 cd 7,385 cd 7,119 d 4,0 cc l-1 air (M2) 7,519 bcd 7,694 abc 7,932 ab -1 6,0 ccl air (M3) 7,747 abc 7,959 ab 8,128 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%. Berat basah bibit di atas dan di bawah tanah dicapai oleh interaksi antara pemberian molases 6 cc l-1 air dan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) masing-masing sebesar 6,031 g dan 2,097 g. Meningkatnya pertumbuhan 34
tanaman gmelina baik pada organ tanaman di atas tanah maupun di bawah tanah didukung oleh maksimalnya pertumbuhan akar tanaman dapat terlihat pada variabel jumlah akar.
I Putu Wisardja, I Wayan Sukasana, Ketut Turaini Indra Winten, Pemberian Molases Dan Mulsa...
Tabel 5. Rata-rata jumlah akar bibit akibat pemberian molases dan mulsa organik (MO) Jumlah akar bibit (buah) Perlakuan Pemberian mulsa organik (O) Alang-alang (Oa) Jerami padi (Oj) Serasah bambu (Ob) Pemberian molases (M) 0,0 cc l-1 air (M0) 12,67 d 16,00 abc 14,00 cd -1 2,0 cc l air (M1) 16,00 abc 15,33 bc 16,67 ab 4,0 cc l-1 air (M2) 17,00 ab 16,00 abc 15,67 b 6,0 ccl-1 air (M3) 17,00 ab 16,33 abc 18,33 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%. Jumlah akar terbanyak ditunjukkan oleh interaksi pemberian molases 6 cc l-1 air dengan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) yaitu 18,33 buah sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh interaksi antara tanpa pemberian molases dengan mulsa organik alang-alang (M0Oa) yaitu 12,67 buah (Tabel 5). Meningkatnya jumlah akar merupakan suatu indikator bahwa proses penyerapan unsur hara dari dalam media tanam semakin maksimal. Meningkatnya penyerapan hara oleh akar yang jumlahnya semakin banyak akan dapat memperluas daerah penyerapannya dan berdampak pada meningkatnya serapan hara serta pertumbuhan tanaman (Tjitrosoepomo, 2007). Pemberian molases 6 cc l-1 air dan mulsa seresah bambu (M3Ob) memberikan pertumbuhan yang positif pada tanaman gmelina. Keadaan tersebut disebabkan karena sifat dari daun bambu kering yang sangat baik menjaga kelembaban media sehingga lebih toleran terhadap pertumbuhan bibit gmelina. Gunawan (2012) menyatakan bahwa seresah bambu sangat baik untuk menjaga kelembaban tanah dan sangat cepat terurai karena mengandung mikroba dekomposer yaitu Lactobacillus sp dan Aspergillus sp. Penambahan molases 6 cc l-1 air pada media tanam dengan menggunakan mulsa serasah bambu akan lebih mengefektifkan kinerja mikroba dekomposer. Pada pemberian molases 6 cc l-1 air unsur sukrosa yang terkandung pada molases dapat dimanfaatkan secara optimal oleh mikroorganisme dalam media tanam, sehingga perombakan bahan-bahan organik semakin maksimal dan lebih cepat tersedia bagi tanaman. Osaki (2003, dalam Firman, 2006)
menyatakan bahwa molases sebagai sumber karbohidrat yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme tanah yang menguntungkan seperti bakteri penambat N Lactobacillus sp, Saccharomyces sp dan Aspergillus sp. Lebih lanjut juga dinyatakan bahwa pemberian molases dapat membantu mengkonversi beberapa nutrisi kimia menjadi bentuk yang lebih mudah tersedia untuk mikroorganisme dan tanaman.
Majalah Ilmiah Untab, Vol. 13 No. 1 Maret 2016
35
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Interaksi antara pemberian molases dan mulsa organik (MO) pada media tanam berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel berat basah bibit di atas tanah, berat kering oven bibit di atas tanah serta rasio pertumbuhan bibit di atas tanah dan di bawah tanah. Perlakuan interaksi antara pemberian molases 6 cc l-1 air dengan mulsa organik serasah bambu (M3Ob) memberikan total berat kering oven bibit tertinggi yaitu 2,822 g. Sedangkan yang terrendah diperoleh pada interaksi antara perlakuan tanpa molases dengan mulsa organik alang-alang (MoOa) yaitu sebesar 2,026 g, terdapat peningkatan sebesar 39,29 %. 2. Pengaruh perlakuan pemberian molases pada media tanam (M) sangat nyata (p<0,01) terhadap hampir semua variabel yang diamati dan hanya pada parameter jumlah daun menunjukkan pengaruh yang nyata (p<0,05). Pemberian mulsa organik (O) berpengaruh nyata (p<0,01) sampai
sangat nyata (p<0,01) terhadap variabel yang diamati. Saran
Belum didapatkan pemberian molases yang optimum pada pembibitan tanaman gmelina, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemberian molases di atas 6 cc l-1 air. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010. Kebijakan Pengelolaan Lahan di Kabupaten Tabanan. Tabanan : Dishutbun Kabupaten Tabanan. Firman, 2006. Hebatnya Molases, Untungkan Petani. Maj. Surili Vol. 09, No. 02. September 2006. h. 33. Gunawan, 2012. Jangan Sepelekan Limbah Tanaman Bambu. Makalah Workshop Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. Hendromono, 2003. Increasing The Quality of Forest Tree Seedling by Using Appropriate
36
Organic Medium on Container. Bogor : Forestry Research and Development Agency Vol. 4 No. 2. Indrawati, 2013. Pengaruh Penambahan Molases dan Jumlah Mikroba dan Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha. Prosiding Semirata FMIPA., Lampung : Universitas Bandar Lampung. Karno, A.R., 2004. Mengapa dan Bagaimana Pengujian Benih Tanaman Hutan. Maj. Surili, Vol. 31, No. 2-Juni. : Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Silaban, R. 2014. Kolaborasi Molases dan Lactobaccilus. Maj. Trubus Edisi 03, Maret 2014. Hal. 27. Steel, R.G.D and Torrie J.H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik. Suatu Pendekatan Biometrik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Thomas E. J. 1993. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI-Press.
I Putu Wisardja, I Wayan Sukasana, Ketut Turaini Indra Winten, Pemberian Molases Dan Mulsa...