LAMPIRAN
59 Lampiran 1. Dokumentasi
Foto kegiatan survei
Kapal survei.
Pemindahan contoh air laut dari sampler ke dalam botol.
Persiapan sebelum survei.
Penyaringan contoh air laut.
Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.
60 lanjutan lampiran 1
Makan siang bersama dengan staf peneliti P2O-LIPI.
Foto alat-alat penelitian
Spektrofotometer.
Kolom reduksi.
Pipet otomatis 5 ml.
Buret + vibrator.
61 lanjutan lampiran 1
Vacuum pump.
Botol polyetilen.
Nansen.
Botol BOD 100 ml.
Personal Computer (PC) untuk simulasi model.
62 Lampiran 2. Prinsip Pengukuran Kualitas Air Laut. Prinsip-prinsip pengukuran kualitas air laut untuk parameter kimia seperti oksigen terlarut (dissolved oxygen), fosfat, nitrat, dan amonium dideskripsikan sebagai berikut (Strickland dan Parsons, 1968; Hutagalung dan Rozak, 1997) :
Oksigen terlarut ( O2 ) Prinsip penentuan kadar oksigen dalam air laut dilakukan dengan metode titrasi (iodometri) yaitu didasarkan pada pembentukan molekul iodin ( I 2 ). Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Winkler yang didasarkan pada terbentuknya endapan putih mangan hidroksida ( Mn OH 2 ) yang merupakan hasil reaksi suatu hidroksida ( NaOH ) dengan mangan klorida ( MnCl2 ) dalam larutan basa kuat. Endapan pereduksi ( Mn OH 2 ) dalam larutan yang bersifat basa kuat merupakan senyawa yang tidak stabil sehingga segera dioksidasi oleh oksigen yang terdapat dalam contoh air laut membentuk endapan kuning kecoklatan ( Mn OH 3 ). Banyaknya Mn OH 3 yang terbentuk ekivalen dengan banyaknya O2 yang terdapat
dalam contoh air laut. Persamaan reaksi kimia yang terjadi adalah :
MnCl2 2 NaOH Mn(OH )2 2 NaCl (endapan putih) 1 2Mn(OH )2 O2 H 2O 2Mn OH 3 2 (endapan coklat) Setelah proses pengendapan sempurna, larutan contoh diasamkan dengan asam kuat ( H 2 SO4 ). Dalam larutan yang bersifat asam kuat, endapan
63 lanjutan lampiran 2 ( Mn OH 3 ) larut kembali dan melepaskan ( Mn3 ) yang bersifat oksidator kuat, sehingga akan mengoksidasi ion iodida ( I ) dari garam ( KI ) menjadi iodin ( I 2 ) bebas membentuk larutan berwarna kuning kecoklatan.
2Mn(OH )3 3H 2 SO4 2KI 2MnSO4 6H 2O K2 SO4 I 2 (larutan kuning kecoklatan) Iodin ( I 2 ) kemudian dititrasi dengan natrium tio-sulfat ( Na2 S2O3 ), sehingga natrium tiosulfat teroksidasi menjadi natrium tetrationat sedangkan iodin tereduksi menjadi ion iodida ( I ). Untuk menentukan titik akhir titrasi menggunakan indikator kanji (amilum). Iodin ( I 2 ) bereaksi dengan kanji membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Titrasi dihentikan pada saat warna biru hilang dan larutan contoh menjadi tidak berwarna. Banyaknya iodin ( I 2 ) yang terbentuk ekivalen dengan banyaknya larutan natrium tiosulfat yang terpakai dalam titrasi. Dengan demikian banyaknya molekul oksigen terlarut ( O2 ) dalam contoh air laut ekivalen dengan banyaknya larutan natrium tiosulfat yang dipakai untuk titrasi.
I 2 2 Na2 S2O3 Na2 S4O8 2 NaI (larutan tidak berwarna)
Fosfat (P-PO4) Fosfat yang diukur adalah dalam bentuk ortofosfat menggunakan metode spektrofotometrik dengan panjang gelombang 885 nm. Prinsipnya didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks fosfomolibdat berwarna biru. Dalam suasana asam kuat, senyawa ortofosfat dalam contoh air laut bereaksi dengan amonium molibdat membentuk senyawa kompleks
64 lanjutan lampiran 2 amonium fosfomolibdat berwarna kuning. Dengan adanya reduktor asam askorbat, senyawa amonium fosfomolibdat direduksi menjadi senyawa kompleks fosfomolibdat berwarna biru. Absorbansi senyawa fosfomolibdat tersebut berbanding lurus dengan kadar ortofosfat dalam contoh air laut.
Nitrat (N-NO3) Penentuan kadar nitrat dalam contoh air laut menggunakan metode spektrofotometrik dengan panjang gelombang 543 nm. Prinsipnya didasarkan pada reduksi nitrat menjadi nitrit. Kadar nitrat ini tidak dapat secara langsung diketahui namun terlebih dahulu direduksi menjadi nitrit menggunakan kolom berisi kadmium (Cd). Senyawa nitrit yang terbentuk bereaksi dengan larutan sulfanilamid membentuk senyawa diazonium. Banyaknya senyawa diazonium ekivalen dengan senyawa nitrit yang terbentuk dalam contoh air laut. Dalam suasana asam lemah senyawa diazonium bereaksi dengan larutan N-(1-naptil)-etilendiamindihidroklorid atau NED membentuk senyawa kompleks azo berwarna merah muda. Banyaknya senyawa kompleks azo ekivalen dengan banyaknya senyawa diazonium sehingga ekivalen dengan senyawa nitrit dalam contoh air laut. Absorbansi senyawa kompleks azo berbanding lurus dengan kadar nitrit dalam contoh air laut. Kadar nitrat dalam contoh air laut adalah selisih kadar nitrit hasil kolom reduksi dengan kadar nitrit dalam contoh air laut.
Amonium (N-NH4) Penentuan kadar amonium dalam contoh air laut tidak dapat diukur secara langsung namun terlebih dahulu melalui metode penentuan amoniak
65 lanjutan lampiran 2 berdasarkan metode spektrofotometrik dengan panjang gelombang 630 nm. Prinsipnya didasarkan pada pembentukan senyawa indofenol berwarna biru. Dalam suasana basa, amoniak dalam contoh air laut bereaksi dengan fenol dan hipoklorit membentuk senyawa indofenol berwarna biru. Untuk mempercepat reaksi pembentukan senyawa indofenol biru dan meningkatkan sensitifitasnya ditambahkan katalisator ion nitropusside. Absorbansi senyawa indofenol berbanding lurus dengan kadar amoniak dalam contoh air. Metode ini menghasilkan kandungan total amoniak, dimana mengandung NH 4 dan NH 3 . Penghitungan kadar amonium dalam contoh air laut dapat diekspresikan sebagai berikut :
NH 4 =
(absorbansi contoh – absorbansi blanko) x 5 (absorbansi contoh + absorbansi standar) – absorbansi contoh
66 Lampiran 3. Pengkonversian satuan Komponen-komponen ekosistem baik diperoleh dari pengamatan lapangan maupun literatur terlebih dahulu dilakukan konversi satuan kedalam bentuk mmol N m-3 sebelum dimasukkan ke dalam model sebagai data masukan/input. Proses konversi satuan tiap komponen-komponen ekosistem dijelaskan sebagai berikut : 1. Nutrien (nitrat, amonium, fosfat) Data nutrien yang diperoleh dari pengamatan lapangan dalam bentuk satuan
gAt.N-NO3 l-1 maka perlu dikonversi menjadi mmol N m-3.
Nitrat
12.11 gAt.N-NO3 l-1 = …....... mmol N m-3 Pertama dikonversi kedalam bentuk g N-NO3 l-1 dengan mengalikan berat atom/atom relatif nitrogen, yaitu 14 12.11 gAt.N-NO3 l-1 x 14 = 169.54 g N-NO3 l-1 kemudian dikonversi kedalam bentuk mol N l-1 dengan membagi berat molekul/massa relatif NO3, yaitu 62 169.54 gN-NO3 l-1 : 62 = 2.73 mol N l-1 setara dengan 2.73 mmol N m-3 Cara yang sama dilakukan untuk amonium dan fosfat. 2. Fitoplankton Data fitoplankton yang diperoleh dari literatur dalam bentuk satuan
g Chl- l-1 maka perlu dikonversi menjadi mmol N m-3. 0.27 g Chl- l-1 = ……......... mmol N m-3 Pertama dikonversi kedalam bentuk g C l-1 dengan mengalikan 50 (lihat subbab 3.4)
67 lanjutan lampiran 3 0.27 g Chl- l-1 x 50 = 13.5 g C l-1 kemudian dikonversi kedalam bentuk mol C l-1 dengan membagi berat atom/atom relatif karbon, yaitu 12 13.5 g C l-1 : 12 = 1.125 mol C l-1 selanjutnya dikonversi kedalam bentuk mol N l-1 dengan mengalikan
16 106
(lihat subbab 3.4) 1.125 mol C l-1 x
16 = 0.17 mol N l-1 setara dengan 0.17 mmol N m-3 106
3. Zooplankton Zooplankton yang diperoleh dari literatur dalam bentuk ind. m-3 maka perlu dikonversi menjadi mmol N m-3. 13200 ind. m-3 setara dengan 13200 g C m-3 (lihat subbab 3.4) 13200 g C m-3 = …….............. mmol N m-3 Pertama dikonversi kedalam bentuk mol C m-3 dengan membagi berat atom/atom relatif karbon, yaitu 12 13200 g C m-3 : 12 = 1100 mol C m-3 kemudian dikonversi kedalam bentuk mol N m-3 dengan mengalikan
16 106
(lihat subbab 3.4) 1100 mol C m-3 x
16 = 166.04 mol N m-3 106
selanjutnya dikonversi kedalam bentuk mmol N m-3 dengan mengalikan 10-3 166.04 mol N m-3 x 10-3 = 0.17 mmol N m-3
68 Lampiran 4. Data pengamatan lapangan Tabel 1. Data hasil pengukuran nitrat, amonium, fosfat, dan oksigen terlarut (DO) pada bulan Maret (musim peralihan I) 2010 di Teluk Jakarta. Tanggal
Jam
Bujur
20 Maret 2010 20 Maret 2010 20 Maret 2010 20 Maret 2010 20 Maret 2010 20 Maret 2010 20 Maret 2010 20 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 22 Maret 2010 24 Maret 2010 24 Maret 2010 24 Maret 2010 24 Maret 2010 24 Maret 2010 24 Maret 2010 24 Maret 2010 24 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 Mei 2010
10.00 10.18 10.50 11.17 11.40 11.55 12.25 12.45 7.45 8.10 8.40 9.03 9.30 9.50 10.10 10.40 11.10 11.35 8.13 8.44 9.00 9.20 9.45 10.07 10.24 10.38 8.45 9.25 9.50 10.12 10.40 10.58 11.20 11.42 12.07 12.32 12.48 9.28
106.775 106.775 106.725 106.725 106.725 106.725 106.725 106.725 106.775 106.825 106.875 106.925 106.975 106.975 106.925 106.875 106.825 106.775 106.775 106.825 106.825 106.775 106.775 106.825 106.825 106.825 106.875 106.875 106.925 106.975 106.925 106.925 106.975 106.975 106.925 106.875 106.875 106.980
Lintang -6.100 -6.075 -6.075 -6.050 -6.025 -6.000 -5.975 -5.950 -5.950 -5.950 -5.950 -5.950 -5.950 -5.975 -5.975 -5.975 -5.975 -5.975 -6.000 -6.000 -6.025 -6.025 -6.050 -6.050 -6.075 -6.100 -6.000 -6.025 -6.000 -6.000 -6.025 -6.050 -6.050 -6.075 -6.075 -6.075 -6.050 -5.938
Stasiun 26 27 33 34 35 36 37 38 32 19 18 7 6 5 8 17 20 31 30 21 22 29 28 23 24 25 16 15 9 4 10 11 2 1 12 13 14 -
Fosfat (µg at./l) 0.144 0.216 0.264 0.144 0.048 0.072 0.120 0.048 0.028 0.042 0.014 0.014 0.014 0.056 0.028 0.042 0.014 0.069 0.011 0.034 0.042 0.034 0.011 0.011 0.046 0.092 0.009 0.009 0.017 0.052 0.035 0.035 0.017 0.009 0.017 0.009 0.017 0.38
Nitrat (µg at./l) 12.11 14.22 1.40 0.96 1.53 1.80 3.98 1.88 4.81 2.11 1.18 1.54 20.18 6.86 2.65 1.99 2.74 2.05 3.98 2.51 4.07 1.99 2.85 1.33 1.93 2.11 10.52 8.05 6.39 10.65 9.46 10.15 28.71 12.57 12.71 6.29 6.69 7.00
Amonium (µg at./l) 5.02 4.68 12.00 14.63 10.00 3.84 3.13 5.28 5.14 5.31 5.45 4.42 4.92 4.89 4.41 4.03 4.10 4.15 4.54 4.55 4.90 5.00 5.28 5.17 12.00 14.43 5.00 3.59 4.90 4.97 5.03 5.15 4.98 4.69 4.67 6.16 5.00 4.97
DO ml/l 3.16 2.77 2.49 3.05 2.26 3.28 3.39 3.73 4.24 4.07 4.19 3.99 4.27 4.41 4.02 4.19 3.91 3.62 4.7 4.41 4.38 4.48 4.5 4.64 4.47 4.29 4.75 4.50 4.24 4.30 4.55 4.42 2.57 4.75 4.48 4.32 4.41 2.44
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Sukabumi tanggal 10 Oktober 1988 dari pasangan Bapak Kusnadi dan Ibu Yani Rohayani. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 97 (SMAN 97) Ciganjur, Jakarta Selatan. Pada tahun yang sama, penulis meneruskan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengajar selama tiga tahun sebagai asisten beberapa mata kuliah, yaitu asisten mata kuliah Dasar-Dasar Instrumentasi Kelautan tahun 2008-2009, asisten luar biasa mata kuliah Oseanografi Kimia tahun 2009-2011, dan asisten mata kuliah Oseanografi Terapan tahun 2010-2011. Selain itu, penulis pernah menjadi anggota klub Marine Instrument and Telemetry (MIT) tahun 2008-2009, ketua panitia lapangan (fieldtrip) mata kuliah Pemetaan Sumber Daya Hayati Laut tahun 2009, dan koordinator asisten praktikum mata kuliah Oseanografi Kimia tahun 2010-2011. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemodelan Sebaran Nutrien dengan Pendekatan Model Perata-rataan terhadap Kedalaman (Depth Averaged) di Teluk Jakarta” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.