PEMBERIAN IRIGASI SUPLEMENTER PADA LAHAN KERING BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN 1
1
1
1
Nani Heryani , Sawiyo , N. Pujilestari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Badan Litbang Kementerian Pertanian Email korespondensi :
[email protected]
Sampai saat ini banyak upaya yang telah dilakukan untuk menangani permasalahan kelangkaan air di lahan kering, karena dampak kekeringan ini akan mengganggu keberlanjutan sistem produksi pertanian nasional, termasuk bahan pangan. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air maka pengaturan masa tanam yang tepat dengan skenario pemberian irigasi terutama pada fase kritis tanaman mutlak diperlukan. Tujuan penelitian yaitu menentukan potensi masa tanam tanaman padi dan palawija serta skenario pemberian irigasinya berdasarkan potensi sumberdaya air yang dapat ditampung melalui panen hujan dan aliran permukaan. Penelitian dilakukan di kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu karakterisasi wilayah penelitian untuk menentukan posisi bangunan panen hujan (dam parit), menentukan potensi masa tanam dan menganalisis kebutuhan air tanaman padi dan palawija. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Semin mempunyai bentuk wilayah berombak sampai berbukit dengan ketinggian tempat antara 150 – 500 m dpl. Jenis tanah didominasi oleh Alfisols dan Inceptisols, dengan bahan induk batu pasir, batu lanau dan batu liat, memiliki tipe iklim D (Schmidt Ferguson), dengan curah hujan 1775.3 mm/th. Daerah Semin merupakan bagian dari DAS Oyo memiliki pola aliran dendritik dan sub dendritik dan mempunyai waktu respon cepat dengan volume aliran di musim hujan besar namun aliran dasarnya kecil. Masa tanam pada tahun normal untuk tanaman jagung, kedelai, kacang tanah dapat dilakukan pada akhir September sampai awal Januari, sementara itu tanaman padi hanya dapat ditanam pada awal November. Kebutuhan irigasi selama masa tanam padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah berturut-turut sebesar 322 mm, 239 mm, 246 mm, dan 184 mm. Kata kunci : irigasi suplementer, lahan kering, produktivitas lahan,
PENDAHULUAN Berdasarkan karakterisitk iklim, lahan kering dapat dibedakan atas lahan kering beriklim kering dan lahan kering beriklim basah. Menurut Las, et al. (1992) lahan kering beriklim kering dicirikan oleh curah hujan tahunan yang relatif sangat rendah yaitu kurang dari 2000 mm/tahun, sedangkan lahan kering beriklim basah dicirikan oleh curah hujan yang relatif tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun dengan periode hujan yang relatif panjang. Selanjutnya Irianto et al. (1998) menyebutkan bahwa lahan kering beriklim kering dicirikan oleh curah hujan tahunan yang relatif rendah, yaitu kurang dari 1500 mm. Hujan tersebut tercurah dalam masa yang pendek (3-5 bulan), sehingga masa tanamnya sangat pendek. Selain itu hujan bersifat sangat eratik ditandai oleh hujan harian yang tercurah dalam jumlah yang tinggi dan dalam waktu yang relatif pendek, sehingga seringkali terjadi aliran permukaan dan erosi serta sulit menyusun pola tanam yang tepat. Sampai saat ini sudah banyak teknologi yang dihasilkan untuk pengembangan lahan kering, namun sebagian besar pendekatannya pada budidaya dengan penekanan pada aspek tanah dan budidaya tanaman. Pengelolaan sumberdaya air D. 58 |
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.58-D.71
lebih difokuskan untuk mengkonservasi lengas tanah (soil moisture) dan bukan mengkonservasi air serta menambah cadangan air tanah (water storage) (Irianto et al., 2001). Teknologi panen hujan-aliran permukaan melalui dam parit (channel reservoir), untuk irigasi di lahan kering telah dikembangkan di beberapa wilayah lahan kering seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan (Irianto, G., 2001, 2001a, 2002c; Pujilestari et al., 2002, Karama et al., 2003, Sutrisno et al, 2003, Heryani et al., 2001, 2002 a, 2002 b, 2003, 2010, 2012; Sawijo et al., 2008). Dam parit adalah bangunan panen hujan dan aliran permukaan yang ditempatkan di jalur aliran air/parit/sungai yang berfungsi untuk menahan aliran air atau menampungnya pada saat musim hujan untuk dipergunakan pada saat musim kemarau. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lahan kering secara potensial dapat ditingkatkan produktivitasnya apabila: (1) masalah fluktuasi ketersediaan air dapat diminimalkan, (2) kapasitas tampung air DAS baik secara alamiah maupun artifisial dapat dimaksimalkan, (3) efisiensi penggunaan air dan jenis komoditas yang diusahakan dapat dioptimalkan (Heryani et.al., 2003). Panen hujan dan aliran permukaan selain dapat meningkatkan keberlanjutan sistem usaha tani lahan kering juga dapat menekan laju erosi, sedimentasi, dan bahkan risiko banjir apabila aliran permukaan yang dipanen cukup signifikan (Irianto,G., 2002a). Lebih jauh, hasil panen hujan dan aliran permukaan dalam jumlah yang banyak dapat dimanfaatkan dalam antisipasi anomali iklim El-nino atau untuk memperpanjang masa tanam di akhir musim hujan (Irianto, G., 2002b). Tujuan penelitian ini adalah menentukan potensi masa tanam tanaman padi dan palawija serta skenario pemberian irigasinya berdasarkan potensi sumberdaya air yang dapat ditampung melalui panen hujan dan aliran permukaan.
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan kering iklim kering di desa Semin, kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan Januari sampai dengan Desember 2006. Analisis data dan laboratorium dilaksanakan di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dipergunakan yaitu: 1) Data iklim harian (curah hujan, suhu udara maksimum, suhu udara minimum, kelembaban udara, radiasi matahari, dan kecepatan angin) 10 tahun terakhir; 2) Data tanah: sifat fisik (pF 2,54; pF 4,2) dan kedalaman/ solum tanah, 3) Data tanaman: umur tanaman, umur tanaman pada setiap
D. 59 |
Heryani, Sawito, & Pujilestari, Pemberian Irigasi Suplementer
fase pertumbuhannya, koefisien tanaman (kc) dan koefisien stress (ky) pada setiap fase pertumbuhan tanaman, tinggi maksimum tanaman, kedalaman dan umur perakaran maksimum, 4) Geodetic GPS ( Geodetic Global Positioning
System),
Theodolit, Staff Gauge, Current Meter, Ombrometer, Meteran, dan 5) Seperangkat komputer, alat tulis, dan software neraca air tanaman (CWB_Eto).
Metodologi Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu karakterisasi wilayah penelitian untuk menentukan posisi bangunan panen hujan (dam parit), menentukan potensi masa tanam dan menganalisis kebutuhan air tanaman padi dan palawija. Diagram alir pengelolaan air di lahan kering disajikan pada Gambar 1. Karakterisasi biofisik wilayah
Sifat fisika tanah
Data iklim harian
Karakteristik tanaman
Analisis neraca air tanaman Penentuan posisi teknologi panen hujan
Percontohan dam parit
Periode kritis tanaman
Skenario pemberian irigasi suplemen
Kehilangan hasil ≤ 20%
ETR/ETM ≥ 0,65
Potensi masa tanam
Gambar 1. Diagram alir optimalisasi sumberdaya air di lahan kering
Karakterisasi biofisik wilayah untuk menentukan posisi dam parit. Penetapan lokasi/posisi teknologi panen hujan-aliran permukaan dilakukan melalui pendekatan sebagai berikut: (1) mendeliniasi wilayah penelitian dengan citra landsat TM, (2) menetapkan wilayah cekungan berdasarkan peta indeks kebasahan (wetness indeks), Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung, (3) memilih wilayah yang memiliki kelerengan kurang atau sama dengan 30%, (4) menetapkan posisinya di sungai orde 2, 3, atau 4 dengan tetap mempertimbangkan kondisi fisik alur sungai di lapangan. Peta posisi dam parit merupakan hasil integrasi dari beberapa peta, yaitu: peta indeks
D. 60 |
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.58-D.71
kebasahan, peta lereng, dan peta sungai orde-2, 3, atau 4. Diagram alirnya disajikan pada Gambar 2. Citra Landsat TM
Karakterisasi DAS
Wetness index
Suttle Radar Topography Mission (SRTM) dalam format DEM
Identifikasi cekungan
Peta drainase (ordo sungai)
Peta kelerengan
Peta posisi dan jumlah dam parit
Gambar 2. Diagram alir penelitian penetapan posisi dan jumlah dam parit.
Penentuan Potensi Masa Tanam dan Pemberian Irigasi a. Penentuan Potensi Masa Tanam Dalam menetapkan potensi masa tanam dan tingkat defisit air dengan menggunakan software Crop Water Balance (CWB_Eto) (Balitklimat, 2002) telah memperperhitungkan beberapa unsur yaitu: unsur iklim, tanah, dan tanaman. Unsur iklim yang diperhitungkan yaitu curah hujan dan evapotranspirasi, sedangkan unsur tanah mencakup jenis tanah serta kandungan air pada kondisi kapasitas lapang dan titik layu permanen. Unsur tanaman yaitu: umur seluruh siklus hidup tanaman, umur tanaman pada setiap fase pertumbuhannya, koefisien tanaman (kc) dan koefiseien stress (ky) pada setiap fase pertumbuhan tanaman, tinggi maksimum tanaman, serta kedalaman dan umur perakaran maksimum. Potensi masa tanam ditetapkan berdasarkan indeks kecukupan air tanaman (nisbah ETR/ETM) dan potensi kehilangan hasil relatif tanaman. Apabila nisbah ETR/ETM lebih besar atau sama dengan 0,65 dengan kehilangan hasil relatif kurang dari 20%, maka periode tersebut ditetapkan sebagai potensi masa tanam di suatu wilayah. Sedangkan saat tanam terbaik ditetapkan berdasarkan nilai indeks kecukupan air mendekati atau sama dengan satu dengan potensi kehilangan hasilnya mendekati atau sama dengan 0. b. Penentuan Kebutuhan Air Tanaman Kebutuhan air tanaman dicerminkan melalui kebutuhan air pada periode defisitnya yang ditandai dengan nisbah ETR/ETM < 0,65 (Baron et al., 1995). Apabila
D. 61 |
Heryani, Sawito, & Pujilestari, Pemberian Irigasi Suplementer
ETR/ETM kurang dari 0,65 berarti tanaman mengalami kekurangan air atau stress air dan akan berakibat terhadap rendahnya produksi (CIRAD dalam Irianto, 2000). Kebutuhan air maksimum tanaman (ETM) dapat dihitung dengan menggunakan data ETP dan koefisien tanaman. ETP dihitung menggunakan metode PenmanMonteith (Allen et al., 2008), seperti pada persamaan 1.
ETM
Kc
ETP ....................................................................... (1)
Kebutuhan air aktual tanaman (ETR) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Eagelman yang telah dimodifikasi oleh Forest dan Reyniers dalam CIRAD (1995) seperti terlihat pada persamaan 2. ETR
ETM
A
B
HR
1
C
HR
2
D
HR
3
...............................................(2)
dengan:
A B C
0.050 0.732 / ETP 4.97 0.661 .ETP 8.57 1.56.ETP
D
4.35 0.880 .ETP
HR= kelembaban relatif tanah, dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.
HR
HM
HPF / HCC HPF ....................................................................(3)
dengan HM=kadar lengas tanah hasil pengukuran di lapangan, HCC=lengas tanah pada kapasitas lapang (pF 2,54) dan HPF=kadar lengas tanah pada titik layu permanen (pF 4,2).
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Wilayah Penelitian Desa Semin termasuk kedalam agroeksistem lahan kering dataran rendah berikilim kering, memiliki tipe iklim D menurut klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, dan D3 menurut klasifikasi iklim Oldeman. Topografi wilayah Semin adalah perbukitan, dengan bentuk lahan datar sampai bergunung. Kisaran ketinggian tempat adalah antara 150 – 500 mdpl. Berdasarkan klasifikasi tanah, wilayah Semin didominasi oleh Typic Hapluderts dan Lithic Haplustepts memiliki kedalaman solum dari sangat dangkal sampai dalam, sedangkan tekstur dari halus sampai sedang dan regim kelembaban ustik. Berdasarkan pengamatan curah hujan selama tahun 1983-2004 di lokasi penelitian, diketahui bahwa dalam satu tahun, curah hujan di atas 150 mm terjadi selama 6 bulan yaitu dari bulan Nopember-April, dan curah hujan sangat rendah terjadi pada bulan Agustus dan September. Diantara periode tersebut terdapat 3 bulan dengan curah hujan kurang dari 50 mm (Gambar 3).
D. 62 |
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.58-D.71
CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN 400
Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm)
350
300
250
200
150
100
50
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Bulan
Gambar 3. Histogram curah hujan rata-rata bulanan di Semin, Gunungkidul, DIY
Peta arahan komoditas di desa Semin, kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul disajikan pada Gambar 4. Komoditas yang dapat diusahakan terdiri dari padi, jagung, kedele, kacang panjang, cabe, ubikayu, melinjo, dan kacang mente.
Gambar 4. Arahan komoditas di Desa Semin, kec. Semin, kab.Gunungkidul Pola tanam yang biasa dilakukan di wilayah ini adalah padi-palawija-bera, palawija-palawija-bera tergantung pada persediaan air irigasi. Komoditas yang mendominasi wilayah ini adalah tanaman ubi kayu, yang umumnya ditanam pada lahan kering yang tidak mampu mendapatkan air irigasi tambahan. Padi gogo umumnya ditanam di musim hujan, yang dilanjutkan dengan penanaman jagung dan kacang-kacangan. Tanaman jagung pada MK1 hasilnya jarang dinikmati dalam bentuk
D. 63 |
Heryani, Sawito, & Pujilestari, Pemberian Irigasi Suplementer
buah jagung, karena ketersediaan air yang sangat terbatas, namun lebih diutamakan sebagai penyedia pakan ternak kambing dan sapi. Sungai yang mengalir di Kecamatan Semin merupakan bagian dari DAS Oyo yang mempunyai beberapa anak sungai yaitu anak Sungai Gebang, S. Ngroto, S. Piro, S. Garang, S. Mandesan, S. Kepek, S. Ngijo, S. Sulur, dan S. Alang. Karakteristik aliran Sungai Oyo dan anak-anak sungainya mempunyai waktu respon yang cepat dan volume aliran di musim hujan besar dengan aliran dasarnya kecil. Hal ini berdampak terhadap terbatasnya ketersediaan air di musim kemarau, dan bahaya banjir di musim hujan. Penelitian dilakukan di anak sungai Banyunibo yang merupakan sungai orde 3 dan merupakan anak S. Mandesan. Daerah tangkapan air dimana sungai Banyunibo mengalir disajikan pada Gambar 5, dan 3 buah dam parit (dam parit 1, 2, dan 3) yang dibangun pada alur sungai ini berturut-turut memiliki volume 72, 25.0, dan 540.8 m3. Prototipe dam parit disajikan pada Gambar 6. Pada Gambar 7 disajikan hasil simulasi debit harian sungai Banyunibo periode 2004. Debit maksimum harian sungai Banyunibo terjadi pada tanggal 26 Desember sebesar 0.84 m3/dt, dengan curah hujan 101 mm, sedangkan debit minimum terjadi sebesar 0.01 m3/dt, terjadi sepanjang pertengahan bulan September sampai awal November. SPT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Bentuk Wilayah Lereng (%) Agak datar (1-3%) Datar (0-1%) Agak datar (1-3%)
Klasifikasi Tanah Typic Hapluderts Fluventic Eutrudepts Vertic Endoaquepts Typic Hapluderts Agak datar (1-3%) Typic Hapluderts Berombak (3-8%) Lithic Haplustolls Bergelombang (8-15%) Lithic Haplustolls Berbukit (25-40%) Lithic Ustorthents/ROC Bergunung (>40%) Typic Haplustepts Berombak (3-8%) Lithic Haplustepts Berombak (3-8%) Typic Eutrudepts Berombak (3-8%) Typic Hapluderts Berombak (3-8%) Typic Eutrudepts Berombak (3-8%) Lithic Haplustepts Bergelombang (8-15%) Lithic Ustorthents TOTAL
LUAS ha % 2,27 2,79 4,27 5,26 0,71 0,87 3,40 7,17 4,97 1,24 10,89 2,15 1,10 9,56 9,38 11,31 12,70
4,19 8,84 6,13 1,53 13,42 2,65 1,36 11,79 11,56 13,95 15,66
81,10 100,00
Gambar 5. Peta daerah tangkapan air sungai Banyunibo di Desa Semin, kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul
D. 64 |
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.58-D.71 SIMULASI DEBIT HARIAN SUNGAI BANYUNIBO EPISODE 2004 1.0
0
0.9 50 0.8
Debit Simulasi 100
Debit (m3/s)
Curah Hujan 0.6 0.5
150
0.4 200
Curah Hujan (mm)
0.7
0.3 0.2 250 0.1 0.0 11/25/2003
1/14/2004
3/4/2004
4/23/2004
6/12/2004
8/1/2004
9/20/2004
11/9/2004
12/29/2004
300 2/17/2005
Tanggal
Gambar 6. Dam parit 3 di Desa Semin, Kec. Semin, Kab. Gunungkidul
Gambar 7. Debit simulasi harian Sungai Banyunibo periode 2004
Potensi masa tanam Analisis penentuan tanggal tanam terbaik di Kecamatan Semin dilakukan pada dua jenis lahan yaitu lahan sawah dan tegalan. Pada kedua jenis lahan tersebut, hanya memungkinkan untuk ditanami dalam 2 musim tanam. Musim tanam pertama penanaman dapat dilakukan pada 28 Agustus dan musim tanam kedua dimulai tanggal 11 Januari. Setelah musim tanam tersebut lahan tidak produktif (bera). PENENTUAN SAAT DAN MASA TANAM ETR/ETM
Tanggal Tanam MT-2
Tanggal Tanam MT-1
Padi : 110 hari
Padi : 110 hari
140
120
1.0
100
0.8
80
0.6
60
0.4
40
0.2
20
0.0
0
1-Jan 11-Jan 21-Jan 31-Jan 10-Feb 20-Feb 1-Mar 11-Mar 21-Mar 31-Mar 10-Apr 20-Apr 30-Apr 10-May 20-May 30-May 9-Jun 19-Jun 29-Jun 9-Jul 19-Jul 29-Jul 8-Aug 18-Aug 28-Aug 7-Sep 17-Sep 27-Sep 7-Oct 17-Oct 27-Oct 6-Nov 16-Nov 26-Nov 6-Dec 16-Dec 26-Dec
1.2
Kehilangan Hasil (%)
ETR/ETM
1.4
Kehilangan Hasil
Tanggal
Gambar 8. Pola tanam lahan sawah
Pada lahan sawah (Gambar 8) penanaman padi pertama dilakukan segera setelah curah hujan mencukupi di akhir musim kemarau (peralihan dari musim kemarau ke musim hujan) yaitu pada Agustus dasarian III. Walaupun waktu tanam ini sangat beresiko terhadap cekaman air, namun jika waktu tanam menunggu sampai musim hujan, maka kesempatan untuk dapat menanam padi yang kedua sangat kecil. karena jumlah curah hujan semakin berkurang. Demikian pula untuk tegalan (Gambar
D. 65 |
Heryani, Sawito, & Pujilestari, Pemberian Irigasi Suplementer
9), penanaman jagung dilakukan di akhir kemarau (September dasarian I) agar dapat melakukan tanam kedelai setelahnya. Seperti halnya lahan sawah, pada musim tanam ketiga sumber air yang ada tidak mencukupi kebutuhan air tanaman, sehingga apabila tidak ada suplai air selain dari hujan risiko kegagalan panen akan sangat besar. Penanaman kedelai di tegalan dilakukan pada Pebruari dasaran I. PENENTUAN SAAT DAN MASA TANAM ETR/ETM
1.4
Tanggal Tanam MT-2
Tanggal Tanam MT-1
Kedelai/Kc.Tanah : 120
Jagung : 120 hari
hari
140
120
100
0.8
80
0.6
60
0.4
40
0.2
20
0.0
0 1-Jan 11-Jan 21-Jan 31-Jan 10-Feb 20-Feb 1-Mar 11-Mar 21-Mar 31-Mar 10-Apr 20-Apr 30-Apr 10-May 20-May 30-May 9-Jun 19-Jun 29-Jun 9-Jul 19-Jul 29-Jul 8-Aug 18-Aug 28-Aug 7-Sep 17-Sep 27-Sep 7-Oct 17-Oct 27-Oct 6-Nov 16-Nov 26-Nov 6-Dec 16-Dec 26-Dec
1.0
Kehilangan Hasil (%)
ETR/ETM
1.2
Kehilangan Hasil
Tanggal
Gambar 9. Pola tanam lahan tegalan Kebutuhan Air Tanaman dan Alternatif Pemanfaatan Sumber Air Irigasi dari Dam Parit
Berdasarkan analisis neraca air tanaman, untuk meminimalkan risiko kekeringan, diperlukan penambahan irigasi suplementer untuk padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah selama pertumbuhannya berturut-turut sebesar 322, 239, 246, dan 184 mm. Irigasi suplementer diberikan 3-4 mm/hari untuk padi, dan 2-3 mm/hari untuk palawija, tergantung kejadian hujan. Waktu pemberian irigasi dapat dilakukan 2-3 kali sehari dengan volume pemberian air sebanyak 6-18 mm/hari untuk padi atau 4-9 mm/hari untuk palawija. Skenario irigasi pada lahan sawah dan tegalan berdasarkan penentuan tanggal tanam terbaik disajikan pada Gambar 10 dan Gambar 11. Penggenangan diperlukan untuk budidaya tanaman padi, sedangkan budidaya palawija pada tegalan tidak diperlukan penggenangan. Metode penentuan masa tanam dan pemberian irigasi telah dilakukan pada berbagai agroekositem seperti lahan kering dataran rendah iklim kering, lahan kering dataran rendah iklim basah, lahan kering dataran tiggi iklim kering lahan kering dataran tinggi iklim basah (Heryani et al., 2005, 2006).
D. 66 |
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.58-D.71
KEBUTUHAN IRIGASI Penggenangan
Kebutuhan Tanaman
20.0
2.0 MT 1 -PADI
MT 2 - PADI
1.8 Tanggal Tanam: 28 Agustus Vol. Penggenangan (m3) : 3.025 Vol. Kebutuhan Tan. (m 3): 5.147 Total Volume Irigasi (m 3): 8.172 3 Total Curah Hujan (m ) : 1.696
16.0 14.0 12.0 10.0
Tanggal Tanam: 11 Januari Vol. Penggenangan (m3) : 3.025 Vol. Kebutuhan Tan. (m 3) : 4.161 Total Volume Irigasi (m 3): 7.186 3 Total Curah Hujan (m ) : 3.120
1.6 1.4 1.2 1.0
8.0
0.8
6.0
0.6
4.0
0.4
2.0
0.2
0.0
Kebutuhan Irigasi Tanaman (l/s/ha)
Kebutuhan Penggenangan (l/s/ha)
18.0
0.0 1
31
61
91
121
151
181
211
241
271
301
331
361
Hari Kalender
Gambar 10. Kebutuhan irigasi lahan sawah KEBUTUHAN IRIGASI Penggenangan
Kebutuhan Tanaman
20.0
2.0 MT 1 -Jagung
MT 2 - Kedelai/
1.8
Kebutuhan Penggenangan (l/s/ha)
16.0
Tanggal Tanam: 28 Agustus Total Volume Irigasi (m3): 4.147 Total Curah Hujan (m3) : 1.696
Tanggal Tanam: 10 Pebruari Kedelai Total Volume Irigasi (m3): 3.178 Total Curah Hujan (m3) : 4.483 Kacang Tanah Total Volume Irigasi (m3): 3.030 Total Curah Hujan (m3) : 4.003
1.6
14.0 12.0 10.0 8.0
1.4 1.2 1.0 0.8
6.0
0.6
4.0
0.4
2.0
0.2
0.0
Kebutuhan Irigasi Tanaman (l/s/ha)
Kc. Tanah
18.0
0.0 1
31
61
91
121
151
181
211
241
271
301
331
361
Hari Kalender
Gambar 11. Kebutuhan irigasi tegalan
Air yang berasal dari dam parit 1 dan 2 digunakan untuk mengairi daerah target irigasi seluas 7 ha, sedangkan dam parit 3 mengairi areal seluas 2,5 ha. Analisis kecukupan air pada dam parit dalam memenuhi kebutuhan air irigasi suplementer pada musim kemarau ditetapkan berdasarkan input data: aliran dasar dam parit 1, 2, dan 3 berturut-turut sebesar 0,96 dan 0,58, dan 2,67 liter/detik, tanah bertekstur liat, infiltrasi 0,5 mm/jam, efisiensi irigasi sebesar 60%, dan kebutuhan air tanaman terbanyak yaitu pada tahun El-Nino. Budidaya tanaman dilakukan untuk 2 periode tanam yaitu pada bulan Januari dasarian II dan bulan Mei dasarian II (MT 2 dan MT 3) untuk tanaman padi, kedelai, kacang tanah dan jagung yang ditanam pada proporsi luas lahan yang sama. Hasil analisis kecukupan air dam parit dalam mengairi target irigasi disajikan pada Gambar 12. D. 67 |
Heryani, Sawito, & Pujilestari, Pemberian Irigasi Suplementer
Dari Gambar 12 diketahui bahwa ketersediaan air di dam parit 1 dan 2 tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan air irigasi di daerah target seluas 7 ha, namun di dam parit 3 air masih berlimpah dan berpotensi untuk menambah luasan target irigasi. Cadangan air di dam parit 1 dan 2 hanya dapat memenuhi kebutuhan air di awal tanam saja, sementara di pertengahan dan menjelang panen, tanaman akan mengalami kekeringan karena ketiadaan suplai air. Agar cadangan air di dam parit bisa dimanfaatkan secara lebih efektif perlu dilakukan beberapa alternatif cara yaitu: mengurangi luasan target irigasi, melakukan pergiliran tanam, menanam tanaman berumur pendek (sayuran), dan menanam tanaman yang hemat air. 450
600
Vol DP1+2 (m3)
Vol DP3 (m3)
Keb. Air DP 1+2(m3)
400
Keb DP 3 (m3) 500
350 400
250
(m3)
(m3)
300
300
200 150
200
100 100
MT-3 Defisit
MT-2 Defisit
50
MT-2 Surplus 0 11-Jan
5-Feb
2-Mar
27-Mar
21-Apr
16-May
10-Jun
5-Jul
30-Jul
24-Aug
18-Sep
0 11-Jan
5-Feb
2-Mar
27-Mar
MT-3 Surplus 21-Apr
16-May
10-Jun
5-Jul
30-Jul
24-Aug
18-Sep
Gambar 12. Fluktuasi volume air di dam parit dan kebutuhan air di daerah target irigasi. Apabila terdapat penurunan daerah target irigasi (DI) dam parit 1 dan 2 menjadi 2.4 ha, dan DI dam parit 3 ditambah luasannya menjadi 4.85 ha, maka cadangan air di dam parit dapat memenuhi kebutuhan air sepanjang musim kemarau (Gambar 13). Pada dam parit 3 yang hanya memiliki DI seluas 2.5 Ha, kelebihan cadangan air dapat dipompa untuk mengairi DI di dam parit 1 dan 2.
96 94
80
92 60
90
40
88
20
86 27-Mar 21-Apr 16-May 10-Jun
5-Jul
30-Jul 24-Aug 18-Sep
500
400
(m3)
Kebutuhan irigasi (m3)
98
100
2-Mar
Vol DP3 (m3) Keb DP 3 (m3)
Keb. Air DP 1+2(m3)
120
0 11-Jan 5-Feb
600
100
Vol DP1+2 (m3)
140
Volume air di dam parit (m3)
160
300
200
100
0 11-Jan
5-Feb
2-Mar
27-Mar
21-Apr
16-May
10-Jun
5-Jul
30-Jul
24-Aug
18-Sep
Gambar 1 Fluktuasi volume air di dam parit dan kebutuhan air di daerah target irigasi
Dengan adanya irigasi suplemen dari dam parit 3, terdapat perubahan luas target irigasi dan perubahan pola tanam di desa Semin dari padi-padi-bera dan palawijapalawija-bera menjadi padi-padi-palawija dan padi-palawija-palawija. Pembangunan dam parit secara bertingkat telah berhasil meningkatkan indeks pertanaman (IP) dari
D. 68 |
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.58-D.71
100% menjadi 200% di desa Limampoccoe, Kec.Cenranae, Maros, Sulsel (Heryani et al., 2012), Hasil penelitian dam parit bertingkat ini juga sejalan dengan hasil yang diperoleh di Sub DAS Bunder, Gunungkidul, DIY dimana terdapat perubahan pola tanam dari padi/jagung/ubikayu-kacang tanah-bera menjadi padi-padi-palawija/sayuran (Heryani et al. 2002a; Pujilestari, 2002). Di kecamatan Ungaran, Jawa Tengah penyediaan sarana irigasi suplemen dari dam parit dapat meningkatkan produksi pipilan jagung 65% dibandingkan sebelum aplikasi teknologi panen hujan dan aliran permukaan dan perubahan jenis tanaman yang diusahakan dari tanaman pangan menjadi bawang, cabai, melon, dan jahe (Irianto et al., 2001a). KESIMPULAN 1)
2)
3)
Saat tanam (tahun normal) jagung dapat dilakukan pada September dasarian I, kedelai dan kacang tanah pada Februari dasarian I, sedangkan tanaman padi dapat ditanam pada awal Januari dasarian I dan Agustus dasarian III. Tanaman ubi kayu dapat ditanam sepanjang tahun. Berdasarkan tanggal tanam terbaik, lahan memungkinkan untuk ditanami dalam 2 musim tanam. Musim tanam pertama dilakukan pada Nopember dasarian II dan musim tanam ke dua dimulai pada Februari dasarian I. Pembangunan 3 dam parit dam parit dengan kapasitas masing-masing 72, 25, dan 540 m3 dapat meningkatkan masa tanam dari 2 kali menjadi 3 kali, dari padipalawija-bera dan palawija-palawija-bera menjadi padi-padi-palawija, padipalawija-palawija pada lahan target irigasi seluas 7,25 ha.
DAFTAR PUSTAKA Allen, R.G.. L.S. Pereira. D. Raes. and M. Smith. 1998. Crop evapotranspiration. Guidelines for computing crop water requirements. FAO Irrigation and drainage paper. 301p. Balitklimat. 2002. Software Crop Water Balance. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Bogor. Baron, F. P. Perez and Maraux, F. 1995. Module Sarrabil Guide d'Utilization. Unite de Recherche"Gestion de 1'ea". Montpellier. CIRAD. 1995. La validation du ETR/ETM sur le rendemen du manioc au Cote d’ivoire. Bulletin CIRAD no 2. 75p. Heryani, N., B. Kartiwa, G. Irianto, dan L. Bruno. 2001. Pemanfaatan sumberdaya air untuk mendukung sistem usahatani lahan kering : Studi kasus di Sub DAS Bunder, DAS Oyo, Gunungkidul, DIY. Dalam Sofyan, A. et al. (eds.). Prosiding Seminar Sehari Peranan Agroklimat dalam Mendukung Pengembangan Usahatani Lahan Kering. Puslibangtanak, Badan Litbang Pertanian. Heryani, N, G. Irianto, N. Pujilestari, 2002a. Upaya peningkatan ketersediaan air untuk menekan resiko kekeringan dan meningkatkan produktivitas lahan. Prosiding Seminar Nasional Agronomi dan Pameran Pertanian 2002. Perhimpunan Agronomi Indonesia, 29-30 Oktober 2002. Bogor. Heryani, N, G. Irianto, N. Pujilestari, 2002b. Pemanenan Air untuk Menciptakan Sistem Usahatani yang Berkelanjutan (Pengalaman di Wonosari, Daerah Istimewa Yogyakarta). Buletin Agronomi. XXX(2):45-52. 2002.
D. 69 |
Heryani, Sawito, & Pujilestari, Pemberian Irigasi Suplementer
Heryani, N., G. Irianto, N. Sutrisno, E. Surmaini. 2003. Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Air untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Kering di Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Laporan Akhir Penelitian. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dan Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi. Laporan Akhir Penelitian. Heryani, N., Sawiyo, B. Kartiwa, K. Sudarman, P. Rejekiningrum, Y. Apriyana. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Hidrologi untuk Mendukung Primatani. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Kementan. Heryani, N., Sawiyo, N. Pujilestari. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Hidrologi untuk Mendukung Primatani kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul, propinsi DIY Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Kementan. Heryani N, S H Talaohu, K Sudarman, Nasrullah. 2010. Pengembangan Metode Penentuan Kriteria Rancang Bangun Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan Untuk Mengurangi Resiko Banjir dan Kekeringan >30%. Laporan Akhir Penelitian Kemenristek. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Kementan. Heryani, N., H. Sosiawan, S. H. Talaohu, S.H. Adi. 2012. Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan. Laporan Akhir Penelitian Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa. Kemenristek. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Kementan. Pujilestari, N., G. Irianto, N. Heryani. 2002. Peningkatan produktivitas lahan kering melalui pembangunan “channel reservoir” bertingkat (Studi kasus di sub DAS Bunder, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DIY). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Puslitbangtanak, Cisarua-Bogor, 2002. Irianto, G, H. Sosiawan, S. Karama. 1998. Strategi Pembangunan Pertanian Lahan Kering Untuk Mengantisipasi Persaingan Global. Makalah Utama Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor 10 Februari. Irianto, G. 2000. Panen hujan dan aliran permukaan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering DAS Kali Garang. Jurnal Biologi LIPI. Vol. 5, No. 1, April 2000. p.2939. Irianto, G., P. Perez and Duchesne. 2001. Modeling the influence of irrigated terrace on the hydrological response of a small basin. Environmental Modeling and Software 16 (2001).Elsevier Science Ltd. p.31-36. Irianto, G., J. Duchesne., F. Forest., P. Perez., C. Cudennec., T. Prasetyo and S. Karama. 2001a. Rainfall and Runoff Harvesting for Controlling Erosion and Sustaining Upland Agriculture Development.Proceeding of the 10th International Soil Conservation Organization Conference, 23-28 May 1999, West Lafayette, Indiana USA. Irianto, G. 2002a. Orang Jakarta Tenggelamkan Jakarta. Harian Kompas tanggal 31 Januari 2002. Hal 4. Irianto, G. 2002b. Benarkah tahun 2002 akan terjadi el-nino dengan intensitas lemah?. Harian Kompas tanggal 22 Juni 2002. Hal 10. Karama, S. 2003. Panen Hujan Dan Aliran Permukaan Untuk Menanggulangi Banjir Dan Kekeringan Serta Mengembangkan Komoditas Unggulan. Laporan Riset
D. 70 |
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains, dan Teknologi. Volume 4, Tahun 2013, D.58-D.71
Unggulan Terpadu VII Bidang Teknologi Hasil Pertanian.Kementerian Riset dan Teknologi RI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Sawiyo, B. Kartiwa, H. Sosiawan, K. Sudarman. 2008. Panen air dengan dam parit dan aplikasi irigasi suplementer untuk peningkatan produktivitas lahan. Laporan Akhir Penelitian. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian (tidak dipublikasikan). Sutrisno, N, Sawijo, N. Pujilestari.2003. Pengelolaan Air dan Pengembangan Pertanian Berkelanjutan untuk Penanggulangan Banjir dan Kekeringan. Laporan Akhir Penelitian. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dan Proyek Pembinaan Perencanaan Sumber Air Ciliwung – Cisadane (tidak dipublikasikan).
D. 71 |