PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS
Disusun Oleh: NURUL ROHMAH NIM: 1113053000068
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M
PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
NURUL ROHMAH NIM: 1113053000068
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M
ABSTRAK
Nurul Rohmah (1113053000068) Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat. Di Bawah Bimbingan Lili Bariadi MM., M.Si Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mendominasi dalam dunia wirausaha, yang memiliki peranan penting dalam memajukan perekonomian suatu negara. Di negara berkembang seperti Indonesia UMKM menjadi berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin. Dalam proses bisnisnya, para pelaku usaha mikro keci dan menengah memiliki beberapa faktor penghambat seperti skill (keterampilan) dan link pasar serta khususnya adalah sulitnya mendapatkan akses modal. Dan jawaban akan faktor penghambat pada perkembangan proses bisnis usaha mikro kecil dan menengah yaitu dengan bergabung dalam lingkup Pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator Bisnis Baznas. Pemberdayaan yang sudah dilakukan Lembaga Inkubator Bisnis Baznas diantaranya yaitu pemberdayaan eceng gondok di desa Cililin-Cihampelas, Bandung. Dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok menjadi sebuah anyaman dengan produk yang dhasilkan semakin berkembang. Ada pula pemberdayaan warung kelontongan atau yang biasa disebut Z-Mart oleh Baznas. Z-Mart ini di desain menjadi warung kelontongan yang menarik, karena melihat pasar yang didominasi oleh mini market, maka Lembaga Inkubator berinisiatif untuk merubah warung kelontongan tidak kalah menarik dengan mini market lainnya. Pemberdayaan yang terakhir adalah kopi sepeda keliling. Usaha nonformal ini diberdayakan dengan pemberian masing-masing kebutuhannya. Ketiga bidang usaha tersebut kini dapat menikmati pendapatan dari hasil penjualan yang semakin meningkat. Faktor yang menjadi pendukung keberhasilan usaha ini adalah kemauan yang kuat serta keterampilan dasar yang sudah dimiliki dalam berwirausaha, dan faktor penghambatnya adalah modal yang terbatas serta lingkup pemberdayaan yang letaknya lumayan jauh sehingga menyulitkan dalam melakukan Controlling. Metode Penelitian yang digunakan pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif. Hasil dari penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan yang diperoleh ialah salah satu lembaga yang menerapkan metode ini yatu Lembaga Inkubator Bisnis Baznas dengan sasaran utamanya adalah para pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Pemberdayaan yang dilakukan guna menambah penghasilan dengan memberikan modal dan meningkatkan keterampilan serta pemberian link pasar bagi para pelaku usaha. Kata Kunci : Pemberdayaan, UMKM
i
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad bi Abdullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa jasa dari berbagai pihak, maka penulis ingin menghaturkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. H. Arif Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Kepala Jurusan Manajemen Dakwah sekaligus Pembimbing Akademik MD Ziswaf. 3. Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah. 4. Lili Bariadi, M.M, M.Si sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan. 5. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan. 6. Ayahanda dan Almarhumah Ibunda yang selalu mendo’akan, mendukung, memberikan semangat dan mengizinkan penulis ketika akan mencari data dan menyelesaikan tugas akhir ini. 7. Kakakku Ichsan Rosadi, S.Tr.Par dan Adikku David Kholik, terimakasih selama ini telah memberikan dukungan bagi penulis sehingga skripsi ini telah selesai. 8. Bapak Hadiyanto, S.E dan Ibu Sondari, S.E sebagai narasumber yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai. 9. Teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah konsentrasi Ziswaf, penulis ucapkan terimakasih kepada kalian yang telah memberikan semangat kepada penulis, dan khususnya untuk Yulia Damini terimakasih atas dukungan, bantuan, dan semangat ii
yang sudah diberikan kepada penulis, semoga akan selalu menjadi sahabat sampai kapanpun. 10. Bagian perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum yang telah membantu penulis menyediakan berbagai referensi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi.
Jakarta, 1 April 2017 4 Rajab 1438 H
PENULIS
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Penelitian ..............................................
6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .........................................
6
D. Metode Penelitian ..............................................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................
10
F. Sistematika Penulisan .........................................................................
11
BAB II. PEMBERDAYAAN UMKM A. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan ..............................................................
13
2. Tujuan Pemberdayaan ....................................................................
17
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1. Pengertian UMKM .........................................................................
18
2. Ciri-Ciri UMKM ............................................................................
20
3. Kriteria UMKM .............................................................................
23
4. Peran UMKM ................................................................................
25
5. Karakteristik UMKM ....................................................................
28
6. Masalah/Hambatan Pada UMKM .................................................
31
7. Tantangan UMKM ........................................................................
35
iii
C. Pemberdayaan UMKM 1. Cara Mudah Pemberdayaan UMKM .............................................
37
2. Pemberdayaan UMKM dengan Konsep a. Konsep OPOP ...........................................................................
42
b. Konsep OVOP ...........................................................................
44
c. Konsep OVOC ..........................................................................
47
3. Pengembangan
OPOP
-OVOP-
OVOC
Untuk
Meningkatkan
Kesejahteraan Individu, Komunitas, Bangsa, dan Negara .............
50
BAB III. GAMBARAN UMUM LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS A. Gambaran Baznas 1. Profil Baznas ...................................................................................
51
2. Visi Misi Baznas .............................................................................
54
3. Susunan Kepengurusan ...................................................................
55
4. Tujuan Baznas ................................................................................
58
5. Kebijakan Baznas ...........................................................................
59
6. Tata kerja Baznas ...........................................................................
60
7. Program Baznas ..............................................................................
60
8. Layanan Muzakki Baznas ...............................................................
61
B. Gambaran Lembaga Inkubator Bisnis 1. Definisi Lembaga Inkubator Bisnis ................................................
62
2. Tujuan Lembaga Inkubator Bisnis ..................................................
62
3. Segmentasi Lembaga Inkubator Bisnis ..........................................
63
4. Tahapan-Tahapan Lembaga Inkubator Bisnis ................................
63
iv
5. Struktur Lembaga Inkubator Bisnis ...............................................
64
BAB VI. ANALISIS “PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PADA LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS 1. Analisis Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pada Lembaga Inkubator Bisnis ..................................................................
65
2. Faktor pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pada Lembaga Inkubator Bisnis .................................
73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................................
77
B. Saran ....................................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
79
LAMPIRAN .....................................................................................................
81
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk miskin dan pengangguran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Penduduk yang miskin tersebut disebabkan karena tidak memiliki pekerjaan (pengangguran). Sejak pemerintahan orde lama, orde baru, hingga orde reformasi sekarang ini, dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, baik materil maupun spiritual, pemerintah telah melakukan pembangunan di berbagai bidang secara berkesinambungan.1 Namun rupanya peningkatan kesejahteraan tersebut belum dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Menurut
Badan Pusat Statistik hal itu terbukti dari masih
tingginya angka kemiskinan pada tahun 2016 sekitar 10,34 juta orang. Dan angka pengangguran yang mencapai 7,45 juta orang. Penduduk yang menganggur, pada umumnya tersebar di pesedaan dan di perkotaan. Pengangguran di pedesaan disebabkan masyarakat tersebut berpendidikan rendah dan tidak memiliki keteranpilan atau keahlian. Sedangkan pengangguran di perkotaan di dominasi oleh lulusan sarjana. Para sarjana yang menganggur tersebut, pada umumnya sulit mendapatkan pekerjaan di kantor- kantor pemerintah atau di perusahaan disebabkan persyaratan-persyaratan yang sulit dipenuhi. Apalagi keadaan ekonomi sedang krisis, bahkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi dimana1
Sudrajad, Kiat Mengentaskan Pengangguran & Kemiskinan Melalui Wirausaha,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet. Ke-1, h.1.
1
2
mana. Tentunya masalah seperti ini harus mendapatkan solusi yang tepat agar tingkat pengangguran juga bisa berkurang, dan salah satu caranya adalah dengan pemberdayaan ekonomi produktif. 2 Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemberdayaan ekonomi yang produktif agar bisa mengurangi pengangguran adalah membantu membuka lapangan kerja/ usaha bagi mereka yang membutukan pekerjaan, yakni berwirausaha dengan membina Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Memang masalah yang paling utama yang dihadapi dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah modal yang terbatas. Banyak jasa yang menawarkan pinjaman kredit untuk berwirausaha, namun sayangnya modal yang didapatkan dari perkreditan adalah dengan suku bunga yang tinggi. Untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang baru merintis usahanya, membayar pinjaman dengan suku bunga yang tinggi menjadi sebuah masalah. Untuk itu, cara yang paling mudah mendapatkan modal untuk berwirausaha tanpa adanya suku bunga adalah dengan cara memberdayakan ekonomi masyarakat melalui dana zakat produktif yang terdapat di lembaga-lembaga pengelolaan zakat, yakni dengan berbagai programnya yang memberikan modal kepada mustahik untuk mengembangkan usaha yang dimilikinya. Salah satu instrumen keuangan Islam adalah dana zakat. Untuk kurun waktu yang begitu lama umat Islam memiliki persepsi bahwa anjuran zakat tidak
2
Sudrajad, Kiat Mengentaskan Pengangguran & Kemiskinan Melalui Wirausaha,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet. Ke-1, h.3
3
lebih dari sekedar ritual ibadah yang terpisah dari konteks sosial.3 Padahal dana zakat bisa diberdayakan melalui ekonomi produktif untuk memandirikan mustahik. Usaha yang dapat dilakukan agar para mustahik bisa mandiri secara ekonomi adalah dengan pemberdayaan UMKM. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang sangat penting dalam memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif membuka lapangan kerja baru dan melalui UMKM juga banyak tercipta unitunit kerja baru untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga sangat berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter pada tahun 1997 disaat
perusahaan-perusahaan
besar
mengalami
kesulitan
dalam
mengembangkan usahanya. Namun UMKM juga perlu perhatian khusus karena para pelaku UMKM pada umumnya hanya menjalankan usahanya cara yang tradisional dan dengan modal yang pas-pasan merasa kesulitan dalam mempertahankan usahanya untuk bersaing di era globalisasi dimana maraknya para pelaku usaha kelas modern, Seperti Indomaret dan Alfamart. Maka dari itu, Untuk memaksimalkan pemberdayaan ekonomi mustahik melalui UMKM ini adalah perlu adanya lembaga yang mengurus pengelolaan zakat dengan baik, amanah dan transparan, dalam hal ini merupakan tugas dari amil zakat. Karena sejatinya zakat adalah salah satu cara mewujudkan 3
Abdul Majid, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung:
Pustaka Setia,2002), h.213
4
prinsip tolong menolong dan salah satu zara mewujudkan keadilan sosial. 4 Maka dari itu, diperlukan profesionalisme suatu lembaga dalam menjalankan tugasnya dalam mengelola dana zakat. Di dalam undang-undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat disebutkan bahwa tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat, sebagaimana telah dilakukan dalam sejarah Islam. Saat ini terdapat banyak lembaga Amil zakat yang mengelola dana zakat, infak dan sodaqoh yang memiliki program penggalangan dan pendistribusian dana yang beraneka ragam untuk kepentingan Umat, baik yang konsumtif maupun produktif. Salah satu Lembaga Amil Zakat yang memiliki program pendistribusian dana zakat, infak dan sodaqoh secara produktif adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah yang mendistribusikan dana Zakat secara produktif dengan programnya yakni Lembaga Inkubator Bisnis. Lembaga Inkubator Bisnis adalah lembaga yang memberikan suatu program usaha melalui rangkaian pembinaan elemen usaha agar menjadi perusahaan/UMKM yang profitable, memiliki pengelolaan organisasi produksi; keuangan yang 4
Farida Prhatini
dkk, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di
Indonesia, Penerbit Papas Sinar Sananti dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, h.47-48.
5
benar, dan menjadi perusahaan/UMKM yang sustainable, hingga akhirnya memiliki dampak yang positif bagi masyarakat. Lembaga Inkubator Bisnis di luncurkan oleh BAZNAS untuk membina dan mempercepat
pengembangan UMKM milik mustahik. Dengan
segmentasi mustahik dari ashnaf miskin yang memiliki start up company atau UMKM yang masih berada dalam tahap awal (early stage) usaha. Umumnya kategori usaha baru di Indonesia yang kurang dari 1 tahun. Direktur Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengatakan bahwa program inkubator ini akan memberikan bantuan stimulan pendanaan. Besarnya RP 5 Miliar dengan proyeksi 1.000 orang penerima manfaat. Mereka akan didorong untuk memiliki usaha yang berkembang, menguntungkan serta berkelanjutan dalam setiap tahunnya.5 Melihat perkembangan pasar yang didominasi oleh mini market seperti indomaret atau alfamart yang semakin berkembang pesat belakangan ini dan menguasai pasar. Maka Lembaga Inkubator bisnis hadir sebagai Agence of change dalam mengubah usaha mustahik yang tradisional menjadi lebih modern dengan sistem yang modern pula. Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
5
Artikel Surabaya Bisnis: Percepat UMKM, Baznas Luncurkan Lembaga Inkubasi
Bisnis, http://surabaya.bisnis.com/, dikutip pada tanggal 29 Januari 2017.
6
pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memberikan arah yang tepat serta menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, maka dalam tulisan ini dibuat batasan ruang lingkup masalah yang akan diteliti pada : Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat. 2. Perumusan Masalah Agar perumusan masalah ini lebih terarah dan fokus ke dalam penulisan skripsi ini, maka dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai berikut : a.
Bagaimana Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
b.
Apa faktor pendukung dan penghambat dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjawab permasalahanpermasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya yakni :
7
a.
Untuk mengetahui bagaimana Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat.
b.
Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat.
2. Manfaat Penelitian a.
Kontribusi Teoritis
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau tambahan informasi serta data kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang terkaitan dengan teori-teori pendayagunaan dana zakat produktif. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam pembuatan makalah, karya tulis, bahkan penelitian selanjutnya. b.
Kontribusi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan menambah wawasan serta cakrawala keilmuan khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau secara lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Untuk lebih memahami istilah penelitian kualitatif ini, maka perlu kiramya mengemukakan salah satu teori menurut Bogdan dan Taylor
8
yang dikutip oleh Lexy mendefiisikan, Metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.6 Dengan memilih metode kualitatif ini, peneliti mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, dan tidak menguji hipotesis atau prediksi.7 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian yaitu tempat memperoleh keterangan. Dan yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat di Jl. Jendral Sudirman Gedung Arthaloka. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat. 3. Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kantor Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat di Jl.Jendral Sudirman Gedung Arthaloka Lt.5. penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2017. 4. Teknik Pengumpulan Data
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), cet-11, h.3 7
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2012), Cet. 11, h. 24
9
untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik penelitian Penelitian Lapangan (field research). Penulis mengadakan penelitian dengan cara datang langsung ke lapangan (objek) penelitian yang dituju, yakni kantor Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat. Sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer (utama) penelitian. Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya sebagai berikut: 1) Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.8 Penulis melakukan penelitian dengan mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan masalah Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat. 2) Wawancara Wawancara (interview) ialah Tanya Jawab Lisan antara penulis dengan divisi Lembaga Inkubator Bisnis dan Staff jajarannya. Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis menyiapkan beberapa pertanyaan kepada pihak yang telah penulis siapkan, lalu dijawab oleh responden dengan bebas dan terbuka. Penulis melakukan wawancara dengan
8
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003) Cet. Ke-4, h. 53
10
pihak Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS dan juga pak indra selaku pihak pemberdayaan eceng gondok. 3) Dokumentasi Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumendokumen.9 penulis menggunakan data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku, profile company, arsip-arsip dan lain sebagainya yang dapat mendukung dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. 4) Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan, kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis. 5) Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan skripsi pada buku “Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-2011. E. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi alasan peninjauan pustaka, antara lain :
9
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003) Cet. Ke-4, h. 73
11
1. Judul Skripsi “Pendistribusian Dana Zakat Untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat pada Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab. Karawang”. Penulis Mukhlisin. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah 2009. Pada penelitian ni penulis membahas tentang
kegiatan pengelolaan zakat, infaq dan
sodaqoh dalam pemberdayaan ekonomi umat di Badan Amil Zakat (BAZDA) Kab. Karawang. 2. Judul skripsi
“Pendayagunaan Dana
CSR
(Corporate Social
Responsibility) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Melalui Program Mitra Binaan”. Penulis Khilda Kholishoh. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Manajemen Dakwah 2010. Pada Penelitian ini membahas tentang pendayagunaan dana CSR pada bidang ekonomi yaitu mitra binaan dengan program tendanisasi yang salah satuya diberikan kepada pedagang kaki lima. Kedua skripsi di atas berbeda dengan skripsi yang penulis tulis. meskipun objeknya sama tetapi berbeda judul dan pembahasan. Karena skripsi yang penulis tulis adalah tentang Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) Pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS. F. Sistematika Penulisan Untuk memberi gambaran mengenai penelitian ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif dan sistematik meliputi : Bab I Pendahuluan : yang secara singkat menjelaskan latar belakang, batasan serta rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelituan, metodologi penelitian dan tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.
12
Bab II Landasan Teoritis : Pengertian pemberdayaan, Tujuan Pemberdayaan, sifat Penyaluran, Pola Penyaluran, Sasaran Penyaluran, Pengertian UMKM, Ciri-ciri UMKM, Kriteria UMKM, Peran UMKM , Karakteristik UMKM, Masalah/ Hambatan UMKM, Tantangan UMKM, Pemberdayaan UMKM, Konsep OPOP, Konsep OVOP, Konsep OVOC. Bab III Gambaran Umum : Profile Lembaga, Visi Misi, Struktur Organisasi, Tujuan Mutu, Kebijakan Mutu, Tata Kerja BAZNAS, Program BAZNAS, Layanan Muzakki BAZNAS, Pengertian Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, Tujuan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, Segmentasi Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, Tahapan-Tahapan
Lembaga Inkubator Bisnis
BAZNAS, Struktur Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS. BAB IV Analisa Data : Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat, faktor pendukung dan penghambat dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat. BAB V Penutup : yang terdiri dari kesimpulan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah, saran untuk BAZNAS Pusat sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan lembaga, serta masukan bagi peneliti selanjutnya.
BAB II PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
A. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari
istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan pemanfaatan yang sebaik baiknya dengan hasil yang memuaskan.1 Menurut Dubois dan Miley yang dikutip oleh Gunawan Sumodiningrat dalam buku menuju ekonomi berdikari mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan meliputi:2 a.
Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
b.
Proses pemberdayaan memandang klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.
c.
Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat mempengaruhi.
1
Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:Pustaka sinar harapan,2001) h.318
2
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC),(Yogyakarta: Media Pressindo,2015), cet.ke-1, h.19
13
14
d.
Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif.
e.
Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah, dan evolusioner (berangsur-angsur) yang selalu memiliki banyak solusi.
f.
Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses menyeluruh; suatu proses aktif antar motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.3 Proses pemberdayaan hendaknya meliputi enabling (menciptakan suasana kondusif), empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting (perlindungan dari ketidakadilan), supporting (bimbingan dan dukungan), dan foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang).4 Pemberdayaan bisa juga diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan taraf kehidupan ketingkat yang lebih baik. pemberdayaan juga berarti meningkatkan
3
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.20 4
Gunawan Sumodiningrat, dkk., Pitutur Luhur Budaya Jawa: 1001 Pitutur Luhur Untuk Menjga
Martabat dan Kehormatan Bangsa Dengan Nilai-Nilai Kearifan Lokal, (Yogyakarta:Narasi, 2014). H.246.
15
kemampuan dan rasa percaya diri menggunakan daya yang dimiliki ke arah yang lebih baik lagi.5 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.6 Pemberdayaan merujuk pada kemauan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam: a.
Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan. Kebebasan yang dimaksud bukan bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan bebas dari kemiskinan ilmu.
b.
Menjagkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.
c.
Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan atau kemampuan untuk berusaha atau bertindak. 7
5
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press, 1991),
6
Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rsda
h.15
Karya, 2001), cet. Ke-1, h.42 7
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. (Bandung: PT.Refika Adiatama,2005), h.59.
16
Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberadaan masyarakat yang bersangkutan, dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.8 Pemberdayaan merupakan modal empiris (berdasarkan pengalaman) pengembangan prilaku individual dan kolektif dalam dimensi karya terbaik, baik sisi ekonomi, sosial dan cultural dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, dengan demikian istilah pemberdayaan adalah suatu sistem pembangunan yang berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) dengan mengedepankan atas partisipasi, musyawarah, keadilan dan berkesinambungan.9 Dalam membuat program pemberdayaan di Lembaga Amil Zakat, maka amil harus menyadari penuh bahwa posisinya adalah sebagai pengelola. Sebagai mediator, amil harus paham bahwa mengemas program sesungguhnya menahan hak mustahik untuk segera sampai. Artinya tanpa program pun, mustahik sudah berhak mengambil dana zakat yang menjadi haknya. Hak-hak mustahik inilah yang harus dijadikan landasan. Agar dalam bekerja amil tak pernah lepas dari semangat khidmat.10 Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan yang pertama dan paling utama yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah kemiskinan. Kemiskinan bukan lagi suatu 8
Bambang Rudito, Akses Peran serta Masyarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development
(Jakarta:ICDS, 2003), h.153 9
Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, cet. Ke-1, h.42
10
Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 tradisi 8 Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta: Institut
Manajemen Zakat, 2004), Cet.ke-1, h.222
17
yang harus diratapi, tetapi harus berupaya mencari jalan keluarnya. Dengan demikian, maka dibutuhkan pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dan dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan adalah cara atau kemampuan berbuat untuk
melakukan sesuatu yang mendatangkan manfaat yang besar dengan hasil yang memuaskan. 2. Tujuan Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan hakikat lapisan masyarakat dan pribadi manusia, upaya tersebut meliputi:11 a. Mendorong, memotivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya, dan menciptakan iklim atau suasana untuk berkembang b. Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif memperkembangkannya. c. Penyediaan berbagai masukan, pembukaan akses keperluan. Upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, akses kepada modal, teknologi tempat guna, informasi, lapangan kerja dan pasar. Dengan fasilitas-fasilitasnya. Menurut Edi Suharto tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas
11
L.Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan
Masyarakat (Jakarta: Citra Utama 2005), h.114
18
oleh struktur sosial yang tidak adil).12 Sedangkan menurut Ife, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.13 B. Usaha Mikro dan Kecil dan Menengah (UMKM) 1.
Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro dan Kecil dan Menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif yang
berdiri sendiri di semua sektor ekonomi.14 pengusaha mikro didefinisikan sebagai orang atau badan usaha yang menjual barang atau jasa langsung pada konsumen akhir untuk memenuhi
kebutuhannya.15
Menurut
keputusan
Kementrian
Keuangan
No.40/KMK.06/2003, tentang pendanaan kredit usaha mikro dan kecil, pengertian UMKM adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan Usaha kecil sebagai usaha skala kecil yang difokuskan pada industri manufaktur (produk) dengan menggunakan kriteria serapan tenaga kerja. Berdasarkan kriteria BPS itu, industri skala kecil dicatat sebagai suatu perusahaan manufaktur, yang memperkerjakan tenaga kerja antara 5-19 orang.16
12
Sedangakan
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h.60. 13
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h.58. 14
Tulus Tambunan (Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting,
(Jakara: LP3ES, 2012), h. 11 15
Sri Muwarti dan Muhammad Sholahuddin, peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah Untuk Usaha
Mikro di Wonogiri, Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall, (Surakarta: 23 Maret 2013), h.301 16
Marzuki Usman, Kiat Sukses Pengusaha Kecil, (Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan Institut
Banker Indonesia, 1998), h.1.
19
menurut Bank Indonesia (BI) definisi usaha kecil dan menengah adalah perusahaan atau industri yang karakteristiknya berupa modal yang kurang daro Rp.2o juta dan memiliki aset maksimum Rp.600 juta diluar tanah dan bangunan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut : a.
Usaha Mikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan/ badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang tersebut. b.
Usaha Kecil
Usaha kecil merupakan bagian integral dari usaha nasional yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.17
Sedangkan dalam pasal 1 ayat (2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut. c.
Usaha Menengah
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
17
Noer Soetrisno, peranan Perbankan Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Golongan Ekonomi
Lemah dan Koperasi, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Oktober 1998), h.4
20
kekayaan bersu atau hasil penjualan tahunan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut. Hal yang dimaksud diatas yakni suatu bisnis kecil menengah dengan karyawan kurang dari 500 orang (jika itu bisnis yang menghasilkan barang) dan kurang dari 50 karyawan (jika bisnisnya mengasilkan suatu jasa). Jika suatu perusahaan beranggotakan karyawan lebih dari jumlah tersebut tetapi masuk kurang dari 500, maka perusahaan tersebut diklasifikasikan sebagai medium-sized business.18 2.
Ciri-ciri Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Adapun ciri-ciri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Deddy
Edward adalah sebagai berikut:19 a.
Ciri-ciri Usaha Mikro 1) Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti. 2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat berpindah tempat. 3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun dan tidak memisahkan keuangan keluarga. 4) Sumber daya manusianya (SDM) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. 5) Tingkat pendidikan relative sangat rendah
18
Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Maret 2016), h.114 19
Deddy Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008,
umkm. blog.com. h. 46
21
6) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Contoh usaha mikro: 1) Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternah, nelayan dan pembudidaya. 2) Indistri makanan dan minuman, industri meubel air pengolahan kayu. Industri pandai besi pembuat alat-alat. 3) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar, dan lain-lain. 4) Peternak ayam, itik dan perikanan. 5) Usaha jasa-jasa seperti pembengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit. b. Ciri-Ciri Usaha Kecil20 1) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap dan tidak mudah berubah. 2) Lokasi/ tempat usaha umumnya sudah menetap dan tidak berpindah-pindah. 3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan waapau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah membuat neraca usaha. 4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP 5) Sumber
daya
manusia
(pengusaha)
memiliki
pengalaman
dalam
berwirausaha 6) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.
20
Deddy Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008,
22
Contoh usaha kecil 1) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja 2) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya 3) Pengrajin industry makanan dan minuman, industri alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan. 4) Peternah ayam, itik dan perikanan
c. Ciri-ciri Usaha Menengah21 1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern. Dan dengan pembagian tugas yang jelas antara bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi. 2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntasi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan. 3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll. 4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll. 5) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik. Contoh usaha menegah : Jenis usaha menengah hampir komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu : 1) 21
Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah
Deddy Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008,
umkm. blog.com. h. 46
23
2)
Usaha perdagangan (grosir) termasuk ekspor dan impor.
3)
Usaha jasa EMKL (ekspedisi muatan kapal laut) garment dan jasa transportasi taxi dan bus.
3.
4)
Usaha industri makanan dna minuman, elektronik dan logam
5)
Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan.
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) a.
Adapun kriteria usaha mikro menurut Undanng-Undang nomor 20 tahun 2008 pasal 6 ayat (1), , disebutkan bahwa : 1) Usaha Mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 2) atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- ( tiga ratus juta rupiah).22
b.
Adapun kriteria Usaha Kecil dapat dilihat pada pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa: 1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- ( lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) memiliki pengasilan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah). 23 a. Adapun kriteria Usaha menengah, yakni :
22
Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Maret 2016), h. 112 23
Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, h.113
24
1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan yang paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banuak Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah). Tabel 1.1 Kriteria UMKM dan Usaha Besar Berdasarkan Aset dan Omset
Kriteria Ukuran Usaha Aset Usaha Mikro
Omset
Maksimal Rp 50 Juta
Maksimal Rp300 juta
Usaha Kecil
>Rp50 juta - Rp500juta
>Rp300juta – 2,5 miliar
Usaha Menengah
Usaha Besar
>Rp500juta
–
Rp10 >Rp2,5 miliar –
miliar
Rp50 miliar
>Rp10miliar
>Rp50 miliar
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2012
Selain berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, ada pula kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah dari sudut pandang yang berbeda, pengelompokan kriteria tersebut adalah:24 a.
Livelihood Activities (UMKM sektor informal), merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah,
24
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.86
25
yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima. b.
Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
c.
Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
d.
Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).
4.
Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Permasalahan ekonomi tida hanya meliputi masalah mikro saja seperti kekauan
harga,
monopoli,
dan
eksternalitas
yang
memerlukan
intervensi
pemerintah.
Permasalahan ekonomi juga terjadi dalam lingkup makro yang memerlukan kebijakan pemerintah. Di negara-negara berkembang, pada umumnya terdapat tiga masalah besar pembangunan ekonomi, yaitu kemiskinan, kesejangan ekonomi, dan penganggurran yang terus meningkat.25 Diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memainkan peranan penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di negara-negara maju (NM). Di negara maju (NM), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM sangat penting, tidak hanya karena kelompok tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar (UB), seperti halnya di negara sedang berkembang (NSB). 25
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.200
26
Di negara sedang berkembang khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok
miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan
kemiskinan, serta pengembangan ekonomi pedesaan.
26
. Peran penting Usaha Mikro
Kecil dan Menengah tidak hanya berarti bagi pertumbuhan di kota-kota besar tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Berikut beberapa peran penting UMKM :27 1) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan dalam memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mewujudkan stabilitas nasional. 2) Krisis moneter 1998 dan krisis 2008-2009, UMKM tetap bertahan dari goncangan krisis sebanyak 96%. 3) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga sangat membantu negara/ pemerintah dalam hal menciptakan lapangan kerja baru lewat UMKM dan juga banyak terciptanya unit-unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang mendukung pendapatan rumah tangga. 4) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki fleksibelitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar, sehingga UMKM perlu perhatian khusus yang didukung oleh informasi akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar. Menurut Tulus Tambunan dalam bukunya Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, Dalam hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak mempunyai sumber-sumber daya untuk mencari,
26
Tulus Tambunan, usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.1
27
Artikel Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Profile Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), h.27, dikutip 8 Februari 2017.
27
mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka untuk memasarkan produk-produk mereka, atau tergantung pada konsumen yang datang langsung ke tempat mereka.28 5) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, sering kali dikaitkan dengan masalah- masalah kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata abara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UMKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah tersebut diatas. Keberadaan usaha kecil di Indonesia memang mewakili hampir seluruh unit usaha di berbagai sektor ekonomi yang hidup di perekonomian Indonesia, karena jumlahnya yang sangat besar. Sampai saat ini usaha kecil mewakili sekitar 99,85% dari jumlah unit usaha yang ada, sedangkan usaha menengah sebesar 0,14% saja, dan sisanya ada pada unit usaha besar yakni 0.01 % saja.29 Dengan demikian, corak perekonomian Indonesia ditinjau dari subjek hukum pelaku usaha adalah eknomi rakyat yang terdiri dari usaha kecil di berbagai sektor, terutama sektor pertanian dan perdagangan maupun jasa industri pengolahan. Dengan menyadari betapa pentingnya UMKM, tidak mengherankan kenapa pemerintah di hampir semua negara sedang berkembang (NSB) termasuk Indonesia, sudah lama mempunyai berbagai macam program untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM.
28
Tulus Tambunan USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h. 53
29
Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Maret 2016), h.248
28
5.
Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Karakteristik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sifat atau
kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang menjadi pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya. Menurut Bank Dunia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 1. Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang); 2. Usaha Kecil (jumlah karyawan 30 orang); dan 3. Usaha Menengah (jumlah karyawan hingga 300 orang).30 Di dalam literatur diakui secara luar bahwa di negara sedang berkembang (NSB), Usaha Mikro dan kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting karena karakteristik utama yang berbeda dengan Usaha Besar (UB), yakni :31 a.
Jumlah perusahaan sangat banyak (Jauh melebihi jumlah UB), terutama dari kategori usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK). Berbeda dengan usaha besar (UB) dan usaha menengah (UM), usaha mikro (UMI) dan usaha kecil (UK) tersebar diseluruh pelosok perdesaan, termasuk di wilayah-wilayah yang relatif terisolasi (terpisah/terkucilkan). Karena itu, kelompok usaha ini mempunyai signifikansi “lokal” yang khusus untuk ekonomi perdesaan. Dalam kalimat lain, kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh kemajuan pembangunan UMKM-nya.
b.
Karena sangat padat karya, yang berarti mempunya potensi pertumbuhan kesempatan kerja sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukkan sebagai elemen penting dari kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja
30
Artikel Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM), h.23 31
Tulus Tambunan USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.2
29
dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin. Hal ini juga bisa menjelaskan kenapa pertumbuhan UMKM menjadi semakin penting di pedesaan di negara sedang berkembang (NSB), terutama di daerah-daerah dimana sektor pertanian mengalami stagnasi (perhentian) atau tidak mampu lagi menyerap pertumbuhan tahunan dari penawaran tenaga kerja di pedesaan. Dengan kondisi tersebut, maka akan menciptakan arus manusia mengalami perdesakan ke perkotaan. Apabila kegiatan-kegiatan di perkotaan tidak mampu menyerap para pendatang maka akan terjadi menambah tingkat pengangguran dan akan muncul masalah sosial di perkotaan. Maka dari itu, UMKM di pedesaan dapat memainkan peran krusial (penting) agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan tersebut.32 c.
Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama usaha mikro (UMI) di negara sedang berkembang (NSB) khususnya di pedesaan, kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok usaha ini juga pada umumnya berbasis pertanian. Karena itu, upaya-upaya pemerintah mendukung UMKM sekaligus juga merupakan cara tak langsung namun efektif untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan produksi di sektor pertanian. Melihat banyaknya variabel yang harus dihadapi UMKM untuk berkembang, maka perlukiranya pemerintah memberikan perlidungan dan perhatian dengan membuat regulasi yang fasilitatif bagi UMKM.33
d.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” (dibandingkan teknologi canggih) terhadap proporsi dari fakto-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang
32
Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.3
33
Mukti Fajar, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, h.124
30
seperti sumber daya alam (SDA) dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang berlimpah. e.
Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan bayak UMKM bisa bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997/1998. Karena itu, kelompok usaha ini dianggap sebagai perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi pengembangan usaha lebih besar.
f.
Walau pada umumnya
masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti
menunjukkan bahwa mereka bisa menabung, dan bersedia ambil resiko dengan melakukan investasi. Dalam hal ini, UMKM bisa menjadi mobilisasi tabungan/investasi di pedesaan; sementara pada waktu yang sama, kelompok usaha ini dapat berfungsi sebagai tempat pengujian dan peningkayan kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa. g.
Walau banyak barang yag diproduksi oleh UMKM juga untuk masyarakat kelas menengah dan atas, terbukti secara umum pasar utama bagi UMKM adalah barang-barang konsumsi sederhana dengan harga relatif murah seperti meubel dari kayu, pakaian desain sederhana, kayu dan lainnya. Barang tersebut untuk memenuhi sehari-hari masyarakat miskin atau berpendapatan rendah. Namun, ada juga UMKM yang membuat barang-barang non konsumsi seperti peralatan produksi, bahan bangunan, dan lainnya.34
h.
Seperti sering dikatakan di dalam literatur, satu keunggulan dari UMKM
adalah tingkat fleksibilitasnya yang relatif tinggi terhadap pesaingnya (usaha besar/UB). Bahwa usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting
34
Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.3
31
dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.35 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak saja berbeda dengan usaha besar (UB), tetapi di dalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik antara usaha mikro (UMI) dengan usaha kecil (UK) dan usaha menengah (UM) dalam sejumlah aspek yang mudah dilihat dari sehari-hari di negara sedang berkembang (NSB), termasuk Idonesia. Aspek-aspek itu termasuk orientasi pasar, profil dari pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di dalam prose produksi, sumber-sumber dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat dari keterlibatan wanita sebagai pengusaha.36 6.
Masalah/Hambatan pada UMKM Perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di negara sedang
berkembang (NSB) dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut (intensitasnya) bisa berbeda dari satu daerah dengan daerah lain atau antara pedesaan dengan perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua UMKM dinegara manapun juga, khususnya didalam negara sedang berkembang (NSB). Rintanganrintangan umum tersebut adalah keterbatasan modal kerja kesulitan-kesulitan dalam
35
Kuncoro, M., Analisis Spasial dan Regional; Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia,
(Yogyakarta, UPP AMP YKPN,2002), h. 78 36
Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.7
32
pemasaran, dan lainnya.37 Berikut ini adalah beberapa masalah umum UMKM yang lazim terjadi di Indonesia: a.
Rendahnya Kualitas SDM38
Pada umumnya pedagang kecil tidak mempunyai pendidikan yang memadai untuk mengembangkan usahanya. Kurangnya pendidikan ini membuat mereka tidak menyadari pentingnya pengetahuan pasar, sehingga tidak dapat menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau yang menentukan jumlah usaha pada masa yang akan datang. Karena sebagian besar UMKM di Indonesia memiliki kualitas SDM yang rendah. Mereka sering membuat UMKM dengan sendirinya, tanpa didasari oleh pelatihan dan pendidikan yang memadai. Tak jarang bakwa UMKM sektor informal seperti pedagang kaki lima, warteg-warteg, dan lain sebagainya, lahir dan terbentuk karena SDM-nya tidak tahu lagi apa yang harus dikerjakan untuk mempertahankan hidupnya. Akibatnya, usaha-usaha informal UMKM tersebut menjadi dikerjakan seadanya tanpa manajemen dan keterampilan yang memadai. Bagi mereka, kalau sudah ada hasilnya, meskipun ‘tak seberapa’ namun sering dianggap untung. b. Merasa cukup bila usaha tetap atau bisa Jalan39 Di Indonesia, ada berbagai jenis UMKM dari industri kerajinan, usaha rumah tangga, perikanan, peternakan, pertanian dan lain-lain. umumnya UMKM itu adalah usaha perseorangan dengan modal kecil. Didorong dengan rendahnya kemampuan SDM, yang menyebabkan sebagian sebagian UMKM sudah merasa cukup bila usaha tetap atau bisa berjalan. 37
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.75
38
Jurnal Dunia Ekuin dan Perbankan, Centre for Strategic and International Studies, Issuess 1-2, Vol
18, 2005.h.150 39
Arfan Pradiansyah, Cherist Every Moment: Menikmati Hidup yang Lebih Indah Setiap Saat.
(Jakarta: Elex Media Koputindo,2004). H.83-84
33
Mereka menjalankan usaha sebagaimana adanya, tanpa inovasi dan perbaikan berarti. Dengan demikian, dapat dipastikan usahanya tidak ada perkembangan dan kemajuan. Disinilah sangat diperlukan adanya pendampingan yang bisa mengarahkan dan mendidik mereka agar ‘sadar usaha’. Setiap orang harus memiliki kesadaran bahwa mereka yang bekerja dan berusaha itu harus mendapatkan keuntungan dan bisa menabung, buka sekedar untuk hidup, bahkan masih sering kekurangan. c.
Lemahnya Manajeman
Kebanyakan dari pedagang kecil terdiri dari para pemilik beserta istri dan keluarganya. Sering kali terjadi penyalahgunaan kekuasaannya untuk hal-hal di luar kegiatan usaha yang dapat menyebabkan mundurnya perusahaan bahkan mengalami kebangkrutan. Dan dalam segi keuangan, pada umumnya pedagang kecil juga tidak mempunyai administrasi atau pembukuan yang baik yang dapat memberikan gambaran tentang perusahaan setiap saat. Keadaan keuangan hanya dapat diingat oleh pemilik, sehingga perusahaan menyebabkan tidak mengetahui kondisinya, apakah dalam keadaan hutang atau rugi, maju atau mundur, sehingga keuangan rumah tangga bercampur dengan keuangan perusahaan.40 Dan dalam segi kedisiplinan, biasanya pedagang kecil kurang disiplin dalam manajemen waktu. Cara berdagangnya pun disesuaikan dengan keinginan pedagang, sehingga kadang berjualan dan kadang tutup. Sehingga pelanggan segan untuk berbelanja. Kegiatan usaha pada umumnya masih berpandangan untuk kepentingan jangka pendek dengan bentuk organisasi sederhana yang sulit diubah. Pola kebiasaan
40
Sri Muwarti dan Muhammad Sholahuddin, “peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah Untuk
Usaha Mikro di Wonogiri”, Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall, (surakarta: 23 Maret 2013), h.302
34
usaha yang bersifat sederhana. Hal ini menghambat peningkatan nilai tumbuh hasil produksi secara layak dan kurangnya kebiasaan menabung untuk memupuk modal. d. Kurangnya Modal41 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha perseorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal di pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan untuk mengembangkan usahanya dibutuhkan modal dan sebagian modal yang mereka dapatkan adalah modal dengan suku bunga yang tinggi, yang diberikan pada pelepas uang. Hal itu tetap berlangsung karena tidak ada alternatif pilihan lain yang harus ditempuh. Tak jarang terdapat UMKM yang memiliki produk-produk berkualitas dan memenuhi standar internasional, dan kadang produk hasil usaha mereka dibawa oleh turis atau ikut dalam pameran internasional. Pada gilirannya, masyarakat internasional mengenal produk mereka dan kemudian memesan produk tersebut. Tentu saja ini sebuah peluang yang sangat baik dan menjanjikan. Namun, yang sering terjadi dilapangan, pesanam tersebut tidak bisa dipenuhi karena kurangnya modal untuk membuat permintaan dalam jumlah besar. Selain itu, kadang kemalasan orang Indonesua untuk mengurus berbagai perizinan yang memungkinkan pengiriman produk ke luar negeri. Kalau sudah begitu, yang rugi tentu UMKM yang bersangkutan. Peluang didepan mata hilang begitu saja, dan umumya akan dilemparkan pada usaha besar yang sanggup memenuhi permintaan pesanan tersebut. e.
Lemahnya Pemasaran dan Networking42
41
Adler Haymans Manurung, Modal Untuk Bisnis UKM, (Jakarta:Buku Kompas,2008), h.122
42
Muchtar A.F, Panduan Praktis Strategi Memenangkan Persaigan Usaha dan Menyusun Business
Plan, (Jakarta: Elex Media Komputindo,2010), h.6
35
Jaringan kerja atau networking sekarang ini menjadi kunci sukses dalam berbagai jenis usaha. Orang yang memilii networking luas juga mudah dalam berbagai urusan. Oleh karena UMKM umumnya berdiri sendiri dan urang terencana, networkinh pun manjadi lemah dan sempit. Ini menyebabkan pemasaran hanya sedikit dan tidak dapat mengembangkan jaringan pemasarannya dalam waktu yang cepat. f.
Lemahnya Daya Saing43
Tidak semua produk UMKM berkualitas rendah. Namun adanya berbagai faktor yang masih belum diurus dengan baik, menyebabkan produk UMKM sering dipandang sebelah mata; terlebih lagi bila kemasannya kurang baik. dari tampilan yang kurang menarik, membuat konsumen menjadi enggan menengok. Padahal bisa saja sebenarnya kualitasnya sangat bagus. Inilah yang membuat produk-produk UMKM lemah daya saingnya. 7.
Tantangan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) Sebagaimana telah dijelaskan bahwa saha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
memainkan peran penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, baik di negara sedang berkembang (NSB) maupun di negara maju (NM). Di negara maju (NM) eksistensi UKM sangat penting, karena kelompok usaha ini menyerap paling banyak tenaga kerja. Di Asia, Afrika dan Amerika Latin, juga berperan penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi desa.44 Walaupun demikian, banyak tantangan yang dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam mempertahankan eksistensinya. Tantangan utama yang
43
Zuhal, Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan.
Jakarta: Buku Kompas,2008) h, 24-25. 44
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.54
36
dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah perusahaan yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Setiap perusahaan, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bermutu tdak hanya menghasilkan kinerja yang baik atau keuntungan (profit) yang besar tetapi juga dampak dari keberadaannya/ kegiatannya harus positif terhadap lingkungan alam dan sosial/masyarakat. Yang dimaksud dengan mutu adalah suatu tingkatan tertentu yang ditetapkan sesuai dengan karakteristiknya. Jadi istilah bermutu adalah mulai dari produknya bermutu, cara kerja bermutu, proses produksi bermutu dan lainnya. Namun, prosuk bermutu tidak selalu identik dengan mahal dari produk tersebut. Dan perusahaan yang bermutu tidak selau harus sebuah perusahaan besar dan modern, bisa juga berlaku pada usaha tradisional atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).45 Seperti di negara sedang berkembang (NSB) lainnya, daya saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia relatif rendah, dan ini bisa menjelaskan kenapa intensitas ekspor Usaha Mikro Kecil dan Mennegah (UMKM) Indonesia relatif rendah. Bahkan, di pasar domestik juga banyak produk buatan kelompok ushaa tersebut tidak mampu bersaing dengan barang-barang impor,meskipun dengan harga yang relatif jauh lebih rendah. Beberapa alasannya sebagai berikut : 46 1. Kualitas barang-barang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lebih rendah daripada barang-barang impor atau buatan usaha besar (UB) karena banyak hal, termasuk rendahnya teknologi yang digunakan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan buruknya kualitas sumber daya manusianya (SDM), termasuk dalam manajemen dan pemasaran.
45
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.55
46
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.69
37
2. Tingkat efisiensi dalam proses produksi yang rendah yang tercerminkan oleh biaya produksi per satu unit output yang relatif tinggi. 3. Kebijakan-kebijakan
ekonomi
makro
di
Indonesia,
termasuk
regulasi
perdagangan-perdagangan, tanpa disengaja lebih menguntungkan barang-barang impor dari pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), yang pada gilirannya mengurangi stimulasi bagi UMKM untuk meningkatkann kualitas produknya sehingga mengurangi daya saingnya.
C. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 1. Cara Mudah Pemberdayaan UMKM Cara mudah untuk memajukan UMKM dapat dilakukan dengan pemberdayaan UMKM. Ini akan menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan taraf hidup sebagian besar rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat jumlah populasi UMKM yang terus meningkat dari tahun ke tahun. 1) Keberpihakan47 Kecemderungan pemerintah dan pihak terkait untuk memberikan dorongan pada kemajuan UMKM. Peningkatan program atau kegiatan yang mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, yaitu melalui perluasan jangkauan dan kapasitas pelayanan lembaga keuangan mikro (LKM), dan peningkatan kemampuan pengusaha mikro dalam manajemen usaha dan teknis produksi. Selain itu juga perlu adanya semangay dan penyebarluasan jiwa kewirausahaan dan pengembangan sistem insentif bagi wirausaha baru, terutama UMKM yang berbasis IPTEK. 2) Pemberdayaan48
47
Retnaldi, Soetanto Hadinoto Djoko, Micro Credit Challenge: Cara Efektif Mengatasi Kemiskinan
dan Pengangguran di Indonesia.(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h.360-361
38
Proses pembangunan UMKM dimana pemilik dan pelaku UMKM berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisinya. Pemberdayaan UMKM dapat terjadi bila pemilik dan pelakunya berpartisipasi secara aktif. Dalam rangka mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, langkah kebijakan yang ditempuh adalah penyediaan dukungan dan kemudahan untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif berskala mikro atau informal, terutama dikalangan keluarga miskin atau daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan. Pengembangan usaha skala mikro tersebut dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas usaha dan keterampilan pengeiolaan usaha, peningkatan akses ke lembaga keuangan mikro, serta sekaligus meningkatkan kapasitas dan perlindungan usahanya sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh dan bersaing. 3) Perlindungan49 Perlu dibuat aturan khusus tentang perlindungan UMKM setidaknya di pasar dalam negeri, umumnya UMKM kalah standar produk secara global, modal kurang, SDM rendah, pemain asing menguasai pasaran lokal dengan harga lebih murah dan kemasan lebih menarik. Upaya peningkatan produktifitas, mutu dan daya saing produk UKM juga ditempuh melalui fasilitas merek dan desain industri dan
sertifikasi desain. Melalui fasilitas
semacam itu, produk UKM menjadi lebih terjamin pemasarannya.
48
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial: Kajian Tentang Pembangunan Manusia
Indonesia, (Yogyakarta : Media Pressindo,2007), h.9-11 49
Iswi Hariyani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet: Kenapa Perbankan Memanjakan
Debitur Besar Sedangkay Usaha/ Debitur Kecil Dipaksa, (Jakarta: Elex Media Komputindo,2010) h.171
39
4) Kemitraan50 Kemitraan atau patnership adalah kerja sama UMKM dengan badan-badan pemerintah, organisasi-organisasi nasional/internasional dan berbagai lembaga swadaya masyarakat untuk membangun dan mengembangkan UMKM dari tingkat desa hingga nasional. Kegiatan penumbuhan usaha baru juga didukung oleh penyediaan insentif melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dengan memanfaatkan dana yang bersumber dari penyisihan laba BUMN bagian pemerintah. 5) Subsidi51 Dalam beberapa kasus, subsidi (bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada UMKM tetap dianggap perlu. Pengembangan ke depan akan difokuskan pada pengembangan sentra mejadi sentra unggulan. Untuk mendorong peningkatan produktivitas dan mutu UKM, bantuan penguatan dalam bentuk teknologi tepat guna (TTG). Bantuan teknologi itu diharapkan dapat meningkatkan penerapan teknologi untuk meningkatkan mutu dan daya saing produk UMKM. 6) Inovasi52 Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM dilaksanakan melalui langkah peningkatan kualitas kewirausahaan, baik wirausaha yang ada mauoun calon wirausaha baru. a.
Mengembangkan Keunggulan dan Ciri Khas. Setiap individu dan UMKM yang memiliki produk tertentu memiliki keunggulan dan ciri khas yang tidak
50
Abun Sanda (Editor), Soffan Wanandi: Aktivis Sejati, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas,2011).
H.369 51
Iwantono Sutrisno, Kiat Sukses Berwirausaha:Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan
Menengah, (Jakarta: Grasindo Gramedia Grup), h.104 52
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC),.ke-1, h.148
40
dimiliki UMKM lain. keunggulan dan ciri khas itulah yag harus ditonjolkan, sehingga dapat di ingat konsumen. b.
Meningkatkan Kompetensi dan Menekan Harga. Dengan berbagai pelatihan dan pendidikan yang sesuai dengan keperluan wirausaha diharapkan akan mampu meningkatkan kompetensi dan menekan harga jual dari produk UMKM, sehingga mampu bersaing di pasar global.
7) Subsidi Bukan Harga53 Subsidi bukan harga adalah bantuan yang diberikan kepada UMKM diluar bantuan keuangan; bisa pelatihan, pengurusan izin, akses informasi, akses pameran, dan lainnya. Selanjunya, untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi, khususnya usaha skala mikro pada sektor informal, ditempuh langkah pemberdayaan usaha mikro sebagai berikut: (1) pengembangan usaha mikro, termasuk yang tradisional; (2) penyediaan skim pembiayaan dan peningkatan kualitas layanan lembaga keuangan mikro; (3) penyediaan insentif dan pembinaan usaha mikro; serta (4) peningkatan kualitas lembaga keuangan untuk berkembang secara sehat sesuai jati dirinya dan membangun efisiensi kolektif bagi pengusaha mikro dan kecil. 8) Pasar Global: Pasar Bebas Tidak Terkendali54 Semakin tidak terkendali pasar, semakin besar beban UMKM untuk bertahan. Pengendaliannya bisa dengan aturan pemerintah dan yang utama meningkatkan kualitas serta daya saing UMKM. Selain itu, UMKM juga menghadapi tantangan terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan bersamaan denga cepatnya tingkat kemajuan teknologi
53
Radhi Fajmi, Kebijakan Ekonomi Pro Rakyat. (Jakarta: Penerbit Republika), h.192
54
Tulus Tambunan, USAHA Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); Isu-Isu Penting, h.43
41
Dengan berbagai hal kondisi UMKm dan solusi serta pemberdayaan yang bias dilakukan, diharapkan UMKM menjadi usaha yang mandiri, berorientasi keuntungan, dikelola secara profesional, sehingga siap untuk tumbuhn dan berkembang serta mampu meningkatkan daya saing ditingkat global. Dengan demikian, produktivitas bisa meningkat sehingga nantinya akan meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang meingkat secara tidak langsung akan meningkatkan kesejateraan dan kemakmuran, baik ditingkat individu, keluarga, komunitas, maupun pada tataran bangsa dan negara. 2. Pemberdayaan UMKM Dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC Yang dimaksud pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah upaya yang dilakukan pemerintah atau lembaga dengan tujuan pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui wirausha. Dalam upaya mendukung supaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, langkah kebijakan yang ditempuh adalah penyediaan dukungan dan kemudahan untuk mengambangkan usaha ekonomi produktif bersskala mikro atau informal,
terutama
dikalangan keluarga miskin atau di daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan.55 Pengembangan usaha berskala mikro tersbut dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha, peningkatan akses ke lembaga keuangan mikro, serta sekaligus meningkatkan kepastian dan perlindungan usahanya agar UMKM lebih mandiri, berkelanjutan, serta siap untuk tumbuh dan bersaing. Menurut Gunawan Sumodiningrat dalam Bukunya Menuju Ekonomi Berdikari, Pemberdayaan UMKM dapat dilakukan dengan konsep OPOP-OVOP-OVOC dengan memberikan kesempatan berusaha yang seluas-luasnya serta memperluas aksesnya kepada sumber daya produktif. Dengan demikian, UMKM mampu memanfaatkan 55
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.23
42
kesempatan usaha dan potensi sumber daya lokal yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas usaha dan mengambangkan ragam produk keunggulannya.56 a. OPOP (One Person One Product) Prinsip OPOP harus digunakan dalam pembangunan ekonomi, karena semestinya yang dibangun adalah manusianya terlebih dahulu sebelum membangun sarana dan prasarana lainnya. Setiap Manusia atau individu yang berkarakter harus disandarkan dengan adanya tujuan hidup untuk mencapai kebahagiaan dengan cara mendekatkan diri kepada alam dan mendekatkan diri kepada tuhan57 dengan pemberdayaan individu, diharapkan masing-masing individu mampu menghasilkan (supply) dan mampu menikmati (demand). Apabila seluruh kebutuhan terpenuhi, setiap individu harus berusaha untuk memiliki kelebihan produk yang bisa ditukarkan (exchange). Kelebihan itulah yang bisa dibagi-bagikan atau dipasarkan sebagaimana terjadinya mekanisme pasar. Sebelum produk tersebut dilempar ke pasar, tentunya harus disimpan, diolah, dikemas yang pada gilirannya semua biaya produksi tersebut harus dipenuhi dari hasil penjualan dengan memikirkan keuntungan. Keuntungan dan kelebihan itulah yang disebut tabungan. Pada awalnya tabungan hanya bersifat menabung atau simpanan saja, tetapi kemudian digunakan untuk investasi pengembangan usaha, dan lain-lain. Konsep OPOP ini menggambarkan seseorang yang bisa mandiri karena usahanya sendiri. Kalau seseorang mengerjakan usaha tanpa bantuan orang lain baik modal maupun kemampuan, maka ini dapat disebut orang yang mandiri. Dengan
56
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.23 57
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.159
43
memberdayakan individu, setiap orang harus bekerja (memiliki produk) dan menghasilkan, sehingga bisa mendapatkan penghasilan (keuntungan) dan menabung (OPOP). Konsep OPOP dapat terwujud dengan baik, bila masing-masing individu memiliki syarat seperti berikut: 1) Motivasi dan Tujuan. Prilaku yang memiliki tujuan digerakkan oleh sebuah motivasi. Motivasi adalah sesuatu yang mendorong untuk berperilaku mencapai tujuan.58 Untuk dapat menentukan motivasi dan tujuan hidup, maka harus melihat potensi pada diri sendiri dengan (sekurang-kurangnya) objektif. Dengan demikian, maka manusia mudah menentukan tujuan hidup masing-masing tanpa dipengaruhi orang lain. setelah mengetahui hal tersebut, maka dapat menentukan tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang dapat diatur dan ditentukan oleh diri sendiri. 2) Lingkungan Yang Mendukung Lingkungan yang mendukung ini melibatkan individu, masyarakat, dan pemerintah. Apabila ketiga pihak tersebut saling mendukung, akan memberikan iklim dan lingkungan yang baik. sebaliknya, bila salah satu pihak tidak berperan serta mendukung, usaha tidak akan berkembang dengan baik. 3) Pendidikan yang memadai Pendidikan adalah cara yang mudah bagi seseorang untuk terampil. Dengan pendidikan seseorang menjadi ahli dalam satu bidang tertentu. Pada dasarnya pendidikan
58
Djokosantoso Moeljono, Beyond Leadership: 12 Prinsip Kepemimpinan, (Jakarta:Elex Media
Computindo, 2003), h.10
44
dapat diperoleh melalui tiga jalur, yaitu 1) fomal(sekolah,kuliah), 2) nonformal (lingkungan masyarakat), 3) informal (lingkungan keluarga).59 4) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana harus ada bagi terlaksananya konsep OPOP di dalam UMKM. Dengan sarana dan prasarana akan mempermudah UMKM melaksanakan kebijakan teknis, melakukan koordinasi, mengikuti pembinaan, menerima pengawasan, evaluasi dan pelaporan, hingga pengembangan usaha dan produksinya. Biasanya sarana dan prasarana bantuan berupa teknologi tepat guna untuk memajukan UMKM sesuai dengan bidang usahanya. 5) Mentoring dan Pendampingan yang Tepat dan Terarah Seorang mentor bisnis sejatinya bukan hanya seorang konsultan atau trainer. Sebaiknya mentor bisnis lebih mengutamakan tatap muka. Dalam proses transfer knowledge perlu adanya praktek lapangan, observasi produk, hingga pengenalan alat, peragaan, ekspresi, dan komunikasi. Seorang mentor bisnis harus peka dengan fenomena ini. 60 Sementara itu, tugas pendamping lebih ringan daripada mentorig bisnis, karena umumnya tinggal menampingi dari sesuatu yang sudah berjalan baik. b. OVOP (One Village One Product) Setiap orang yang sudah memiliki produk, memiliki prinsip-prinsip hidup dan kondisi yang lebih kurang sama akan membentuk satu komunitas untuk memudahkan bekerja sama dan memenuhi keperluan pasar. Dari komunitas-komunitas tersebut akan
59
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC),cet.ke-1, h.163 60
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.165
45
bergabung untuk bersama-sama memenuhi keperluan pasar yang leih luas. Dari kondisi inilah muncul OVOP. Dengan demikian, OVOP sebenarnya kumpulan orang-orang yang memiliki usahausaha yang kurang lebih sama untuk membangun dan bekerja sama dalam satu komunitas, dimana ini merupakan unit terkecil pemerintahan di Indonesia, yaitu desa yang memiliki satu produk unggulan yang diproduksi dan digunakan untuk menghidupi warganya, baik untuk menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya, termasuk komunitas-komunitas yang tergabung di dalam OVOP tersebut. Penyebutan satu desa satu produk karena di Indonesia merupakan unit pemerintahan terkecil.61 OVOP dapat terwujud karena dibangun oleh dasar-dasar yang kokoh, seperti berikut : 1) Kebersamaan karena satu desa Kebersamaan adalah mental yang harus dibangun dan dikembangkan untuk membuat UMKM menjadi kuat dan mandiri dengan latar belakang saling berbagi dan saling menolong. Dalam OVOP, kebersamaan telah menjadi latar belakang terbentuknya usaha tersebut. Mereka merasa satu desa, satu keluarga, sehingga mudah bekerja sama. 2) Revitalization of people (Revitalisasi manusia) Untuk dapat memiliki OVOP di setiap desa, pada dasarnya pelaku-pelaku program pemberdayaan harus melakukan revitalisasi terhadap orang per orang atau manusianya. Masing-masing individu harus disadarkan siapa sebenarnya dirinya dan apa tugas kewajibannya sebagai manusia. Setiap orang harus memiliki kesadaran bekerja untuk mendapatkan untung dan bisa menabung. Dengan demikian, revitalisasi manusia akan selalu menyangkut perubahan pola pikir menjadi benar dan memiliki kesadaran untuk berusaha. Setiap orang juga harus memiliki keterampilan sehingga memiliki produk yang 61
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.166
46
bisa dijual melalui pendidikan dan pelatihan. Apabila sudah mampu memiliki keterampilan, menghasilkan produk dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan pendapatan hingga menabung. 3) Revitalization of Villages (Revitalisasi Desa) Di dalam OVOP yang dibangun sebenarnya adalah desa-desa, tetapi harus tetap mendasarkan pada pembangunan individu. Dalam hal pemberdayaan, revitalisasi desa menjadi sangat penting mengingat sebagian besar masyarakat tinggal di desa-desa. Apabila desa tidak diperbaiki, selamanya akan terjadi urbanisasi. Padahal sumber dan potensi ekonomi sebenarnya di desa sangat besar. Potensi desa menjadi tidak bisa dikelola dengan baik karena tidak ada yang mau mengelolanya. Hal ini terjadi karena tidak adanya penyadaran warga akan potensi desanya. Hal mendasar yang perlu dilakukan dalam revitalisasi desa adalah pembangunan kinerja para perangkat desa harus disadarkan bagaimana bekerja mengurusi warga desa dengan profesional.62 4) Revitalization of Commerce (Revitalisasi perdagangan) Setiap orang yang ada di desa harus menyadari pentingnya OPOP, dan kemudan bersama-sama berada dalam lingkup OVOP. Di desa tersebut ada satu produk unggulan yang diharapkan menghidupi warga desanya. Setelah melakukan revitalisasi orang dan revitalisasi desa, maka hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah revitalisasi perdagangan. Apabila sebelumnya desa tersebut memiliki produk yang diperjualbelikan secara standar memenuhi harga pasar, maka harus mulai dilakukan perbaikan dan inovasi-inovasi sehingga dengan barang yang sama, yang biaya produksinya kurang
62
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.167
47
lebih sama, dapat diperoleh keuntungan yang lebih banyak. Sehingga bisa dilakukan prluasan pasar dari lokal menjadi regional, nasional bahkan sampai ekspor. Namun karena dalam wilayah OVOP ini umumnya produk masih dihasilkan oleh perusahaan yang belum berbada usaha, yang terpenting dalam revitalisasi perdagangan adalah pertambahan nilai. Produk yang semula dijual biasa-biasa saja, sekarang harus disimpan, diolah, dikemas yang menarik sehingga menjangkau konsumen yg lebih luas dan lebih mengundungkan dalam penjualan. c. OVOC (One Village One Corporation) Ketika satu desa memiliki produk unggulan yang biasa disebut OVOP, maka usaha akan terus berkembang dan permintaan atas produknya pun semakin banyak. Pada saat itulah, usaha dalam OVOP tersebut memerlukan satu kepastian hukum dan kepastian untuk berusaha lebih luas. Maka yang diperlukan adalah OVOC yang berbadan hukum usaha.63 Pentingnya badan hukum usaha ini sebenarnya untuk kepentingan usaha oti sendiri. Pada saat usaha sudah membesar dan komunitas-komunitas yang bergabung semakin banyak dan beragam karakternya, maka usaha tersebut memerlukan perlindungan dan penyelesaiaan lewat jalur hukum atas sengketa atau perkara lainnya, serta pengembangan dan pelayanan yang baik juga fasilitas lainnya yang seharusnya diperoleh oleh UMKM dalam mengembangkan usahanya. Dengan demikian, bila OVOP sudah solid dan semakin kuat, maka suatu korporasi yang legal adalah suatu keharusan. Sehingga terbentuklah OVOC. Badan hukum usaha dari OVOC ada dua, yaitu koperasi dan perseroan terbatas. Apabil perusahaan yang didirikan dimiliki oleh komunitas, maka bentuknya adalah koperasi yang profesional, berbuat dan bertindak serta bekerja seperti 63
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.178
48
perseroan terbatas yang mengutamakan keuntungan dan pengembangan usaha. Sementara itu, bila perusahaan yang didirikan dimiliki oleh perseorangan, maka bentuknya perseroan terbatas, tapi mengutamakan kebersamaan, gotong royong, kerja sosial, kekeluargaan, dan musyawarah mufakat. Dalam OVOC, meskipun bentuk perusahaan sudah berbadan hukum usaha, tetapi memiliki dasar-dasar kearifan lokal. Dan kearifan tersebut akan senantiasa menjiwai para pelaku UMKM dalam pengembangkan usahanya. berikut merupakan kearifan lokal tersebut : 1) Gotong Royong Gotong royong adalah semangatt dan jiwa masyarakat Indonesia yang asli. Secara tradisional masyarakat Indonesia telah terbiasa dengan bentuk dan cara penyelenggaraan usaha untuk kepentingan bersama dan dinikmati bersama. Dan hakikat gotong royok sebenarnya adalah kewajiban timbal balik untuk saling membantu. 2) Pentingnya Status Badan Hukum Usaha Seperti yang telah disinggung sebelumya, dalam OVOC sangatlah penting status badan hukum usaha. Karena UMKM yang sudah berbadan hukum usaha biasanya juga lebih mudah mendapatkan akses pengembangan dan pembinaan. Jadi, didalam prinsip pemberdayaan, meskipun sebenarnya pada tataran OPOP dna OVOP saja sudah bisa jalan dan menghidupi orang-orang yang terlibat usaha di dalamnyam, tetapi usaha ini belum memiliki kepastian hukum. Kondisi terbsebut harus diperjelas dengan status badan hukum usaha, sehingga menjadi OVOC yang bertindak luas karena adanya perlindungan dan kepastian hukum.64 3) Profesionalisme usaha 64
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.181.
49
Sebenarnya, bukan hanya perusahaan yang berbadan hukum usaha daja yang dituntut untuk profesional. Setiap individu sekarang ini juga harus dituntut profesional dalam bermasyarakat, dan berorganisasi, di dunia kerja, dan cara bekerja. Dengan demikian profesionalisme OVOC akan mengarahkan koperas atau perseroan terbatas dalam usahanya tetap memiliki jiwa, semangat, karakter dan nilai-nilai luhur kearifan lokal asli Indonesia tanpa kehilangan orientasinya untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan mengembangkan usaha seluas-luasnya. 4) Orientasi Profit Perusahaan yang dianjurkan dalam OVOC ini memiliki
kekhasan, yaitu kalau
koperasi harus berjiwa perseroan terbatas, dan kalau bentuknya perseroan eterbatas tetap harus memiliki semangat koperasi. Artinya, meskipun badan usaha berbeda bentuk badan usaha, tetapi memiliki semangat kebersamaan, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah mufakat, tetapi disisi lain mengutamakan keuntungan, menabung dan mengembangjan usaha. Hal tersebut merupakan salah satu ciri khas perekonomian Indonesia, yang lebih dikenal dengan ekonomi kerakyatan.65 5) Pengembangan Usaha Sebagai badan hukum usaha, baik perseroan terbatas maupun koperasi yang berorientasi profit, juga harus memiliki peikiran dan pencernaan yang matang untuk mengembangkan usahanya. Mereka harus memikirkan cara untuk memperuas pemasaran, diversifikasi produk, mengembangkan usaha-usaha yang selini atau di luar lini produksi sebelumnya agar orientasi profit dapat semakin terwujud.
65
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.184
50
3. Pengembangan OPOP-OVOP- OVOC Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Individu, Komunitas, Bangsa, dan Negara Konsep OPOP-OVOP-OVOC tersebut menekankan pentingnya pemberdayaan individu, sehingga setiap orang memiliki satu produk (OPOP) yang bisa untuk bekerja dan berusaha sehingga mendapatkan keuntungan, bisa untuk mempertahankan hidup dan menabung. Dari hal sederhana itulah, kemudian dikembangkan dalam konteks yang lebih luas dalam wilayah pemerintahan terkecil, yaitu desa. Denga mengacu pada satu desa memilikin satu produk yang dijadikan unggulan. Dan dengan produk itulah yang diusahakan agar mampu menghidupi warga yang terlibat dalam usaha. 66 Dari kesejahteraan individu dapat ditingkatkan pada kesejahteraan keluarga. dari kesejahteraan keluarga akan meningkatkan kesejahteraan komunitas. Dan dari kesejahteraan komunitas akan meningkatkan kesejahteraan desa, yang terus berdampak pada peningkatan kesejahteraan warga di kecamatan, kabupaten, provinsi dan negara. Dengan keseluruhan apa yang diungkapkan tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa setiap UMKM yang ada di Indonesia harus diberdayakan secara maksimal. Pemberdayaan itu pada akhirnya akan meningkatkan daya saing yang meningkatkan ekonomi rakyat.67
66
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.188. 67
Gunawan Sumodiningrat, dkk, Menuju Ekonomi Berdikari (Pemberdayaan UMKM dengan Konsep
OPOP,OVOP-OVOC), cet.ke-1, h.188.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) PUSAT
A.
Profile Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan
satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat semakin mengukuhkan peran Badan Amil Zaakata Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam Undang- Undang tersebut, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan syari’at Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.1
1
www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
51
52
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) juga menjalankan empat fungsi yang terdiri dari :2 1.
Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
2.
Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
3.
Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan
4.
Pelaporan dan pertanggung jawaban pelaksanaan pengelola zakat. Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memliki kewenangan: 1) Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat. 2) Memberikan rekomendasi dalam pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten/Kota, dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). 3) Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dapat bekerja sama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2
www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
53
Badan Amil Zakat Nasioal (BAZNAS) melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan Dewan Perwakilan Rakyat Republi Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Selama 11 tahun menjalankan amanah sebagai badan amil zakat, BAZNAS telah meraih pencapaian sebagai berikut : 1.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menjadi rujukan untuk pengembangan pengelolaan zakat di daerah terutama BAZDA baik Provinsi maupun BAZDA Kabupaten/Kota.
2.
Badan Amil ZAKat Nasional (BAZNAS) menjadi mitra kerja Komisi VIII DPR-RI.
3.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) tercantum sebagai Badan lainnya selain Kementrian/ Lembaga yang menggunakan dana APBN dalam jalur pertanggungjawaban yang terkonsolidasi dalam Laporan Kementrian/ Lembaga pada Kementrian Keuangan RI.
Berbagai penghargaan bagi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam beberapa tahun terakhir:3 1.
Tahun 2009 sampai dengan saat ini, Badan Amil ZaKat Nasional (BAZNAS) memperoleh sertifikat ISO 9001-2015.
3
www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
54
2.
Tahun 2011, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memperoleh penghargaan The Best in Transparency Management dan The Best in Innovative Programme dalam IMZ Award
3.
Tahun 2009, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mendapatkan penghargaan The Best Quality Management dari Karim Business Consulting
4.
Tahun 2008, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memperoleh predikat
Laporan
Keuangan
Terbaik
untuk
Lembaga
Non
Departemen versi Kementerian Keuangan RI. 5.
Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) telah di audit oleh akuntan publik dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sejak 2002 hingga saat ini 2015.
B.
Visi dan Misi
Visi : “Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di dunia.”4 Misi: 1.
Mengkoordinasikan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/kota dan LAZ dalam mencapai target-target nasional
2.
Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional
3.
Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemodernisasian kesenjangan sosial
4.
Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini.
4
www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
55
5.
Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan zakat nasional.
6.
Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui sinergi ummat.
7.
Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia
8.
Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun warabbun ghafuur.
9.
Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi rujukan dunia.
C.
Susunan Kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) 1.
Badan Pelaksana
Badan pelaksana mempunyai tugas menyelenggarakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama dan tugas lain berkenaan dengan pengelolaan akat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pelaksana memperhatikan pertimbangan yang disampaikan oleh Dewan Pertimbangan dan hasil pelaksanaan tugas Badan Pelaksana setiap 1 (satu) tahun dilaporkan kepada presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, termasuk laporan hasil pengawasan oleh Komisi Pegawas.5 2.
5
Badan Pertimbangan
www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
56
Tugas dari Dewan Pertimbangan yaitu memberikan pertimbangan berkenaan
dengan
pelaksanaan
pengumpulan,
pendistribusian
dan
pendayagunaan zakat kepada Badan Pelaksana agar tugas dari badan pelaksana dapat berjalan dengan baik. 3.
Komisi Pengawas
Komisi Pengawas mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat oleh Badan Pelaksana. Komisi Pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik dalam melaksanakan tugas pemeriksaan keuangan. Megenai tentang jangka waktu keanggotaan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sesuai yang tercantum dalam pasal 15 Kepres No.8 tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional yaitu Anggota Badan Amil Zakat Nasional diangkat untuk satu kali periode selama 3 (tiga) tahun. Anggota Badan Amil Zakat Nasional yang telah menyelesaikan satu periode, dpaat diangkat sebagai Anggota Badan Amil Zakat Nasional hanya untuk satu kali periode berikutnya.6 Struktur Kepengurusan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Masa Bakti 2015- 2020 Ketua Umum
: Prof. Dr.Bambang Soedibyo,MBA,CA
Wakil Anggota
: Dr.Zainul bahar Noor, SE,Mec
Anggota
:
1. Prof. Dr. H. Mundzir Suparta, MA 2. Drs. KH. Masdar Mas’udi 6
www.pusat.baznas.go.id, diakses pada 11 Maret 2017.
57
3. Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail 4. drh. Emmy Hamidiyah, M. Si. 5. Drs. Irsyadul Halim 6. Ir. Nana Mintarti, MP 7. Prof. Dr. M Machasin, MA 8. Drs. Nuryanto, MPA 9. Astera Primanto Bhakti
Struktur Kepengurusan BAZNAS Periode 2015-2020
Ketua
Prof. Dr.Bambang Soedibyo,MBA,CA
Wakil Ketua
Dr.Zainulbahar Noor, SE,Mec
Anggota Mundzir
Anggota Masdar Farid Mas’udi
Anggota Ahmad Satori Ismail
Anggota Irsyadul
Anggota Nana Mintarti
Anggota Machasin
Anggota Astera Primanto Bhakti
Sumber: BAZNAS Jakarta 2015
Anggota Emmy Hamidiyah
Anggota Nuryanto
58
D.
Tujuan Mutu Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO 9001:2015, Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) telah menetapkan Tujuan Mutu, yakni:7 1.
Mengoptimalkan penghimpunan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dari kementrian,
lembaga,
instansi
pemerintah,
BUMN,
BUMD,
perusahaan swasta dan masyarakat sesuai peraturan perundangan. 2.
Mengoptimalkan program pendistribusian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)
dengan
kabupaten/kota,
melibatkan
BAZNAS
LAZ
berbagai
dan
Provinsi, instansi
BaAZNAS
terkait
untuk
meningkatkan kesejahteraan mustahik. 3.
Menguatkan kapasitas, kapabilitas dan tatakelola BAZNAS dan LAZ
4.
Menguatkan kerjasama dengan organisasi kemasyarakatan Islam dan pihak-pihak lain yang relevan untuk mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi ZIS serta dakwah.
5.
Membangun sistem manajemen BAZNAS yang kuat melalui penerapan standar operasional baku dan implementasi sistem online berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada semua aspek kerja.
6.
Membangun sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel sesuai dengan syariah dan PSAK 109.
7.
Menyiapkan sistem dan infrastruktur BAZNAS dan LAZ sebagai lembaga keuangan syariah dibawah pengawasan OJK.
7
www.Baznas.go.id
59
8.
Mengembangkan sistem manajemen sumber daya insani yang adil, transparan dan memberdayakan.
E. Kebijakan Mutu BAZNAS sebagai Badan Pengelola Zakat tingkat Nasional berupaya melakukan:8 1.
Meningkatkan kesadaran berzakat sesuai syariah dan peraturan perundangan untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik.
2.
Memberikan layanan terbaik bagi muzakki dan mustahik
3.
Membuat program pendayagunaan zakat sesuai dengan syariah secara terencana, terukur, dan berkesinambungan dalam peningkatan kesejahteraan mustahik.
4.
Membina, mengembangkan dan mengkoordinasikan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dan LAZ.
5.
Mengembangkan sistem teknologi informasi yang handal untuk menyajikan data penerimaan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat secara nasional.
6.
Mengembangkan manajemen yang profesional, transparan, dan akuntabel yang sesuai untuk lembaga keuangan syariah.
7.
Membina dan mengembangkan amil yang amanah, berintegritas dan kompeten yang mamp menumbuhkan budaya kerja Islami.
8.
Mengembangkan model-model terbaik pengelolaan zakat yang dapat dijadikan acuan dunia
8
www.Baznas.go.id
60
F.
Tata Kerja BAZNAS Provinsi dan Kabupaten/ Kota Badan Pelaksana BAZNAS provinsi dan Kabupaten/Kota bertugas: a)
Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
b) Menyelenggarakan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan
rencana
pengumpulan,
pendistribusian
dan
pendayagunaan zakat. c)
Menyelenggarakan
bimbingan
di
bidang
pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat. d) Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Program Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)9
G.
1.
Program Zakat Community Development (ZDC)
2.
Program Ekonomi: a. Sekolah Wirausaha b. Lembaga Pengembangan Permodalan Mikro c. Pusat Inkubasi Usaha Kecil d. Pusat Pengembangan Pertanian dan Peternakan
3.
Program Sosial a. Lembaga Beasiswa BAZNAS. b. Rumah Sehat BAZNAS Indonesia
9
www.baznas.go.id
61
c. BAZNAS Tanggap Bencana d. Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pesantren e. Layanan Publik f. Layanan Mustahik Aktif 4.
Program Advokasi dan Dakwah a. Pusat Kajian Strategis BAZNAS (PUSKAS) b. Lembaga Peduli Migran c. Pusat Dakwah dan Jaringan Ulama d. Muallaf Center.
H. Layanan Muzaki Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) 1. Penghimpinan Dana10 a. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) b. Kerjasama Program Bina Lingkungan/CSR c. Donasi Pelanggan/Retail 2. Layanan Pembayaran Zakat a. Pembayaran ZIS melalui Counter BAZNAS b. PembayaranZIS melalui Payroll System c. Pembayaran melalui BANK : ATM, (transfer, phone & internet banking) d. Pembayaran melalui e-commerce e. LayananJemputZakat f. Layanan Biz Zakat (Mobil Zakat Keliling) 3. Layanan Muzakki 10
www.baznas.go.id
62
a. Konsultasi dan Konfirmasi Zakat b. Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) c. Bukti Setor Zakat (BSZ) dan Laporan Donasi d. SMS / email gateway e. Muzaki Corner
PROFILE LEMBAGA INKUBATOR BISNIS BAZNAS
A.
Definisi Lembaga Inkubator Bisnis Lembaga Inkubator Bisnis merupakan suatu program ekonomi produktif
yang di dirikan oleh BAZNAS guna mempercepat pertumbuhan UMKM di Indonesia. Lembaga Inkubator ini didirikan pada bulan juni 2016. Pengertian Lembaga Inkubator Bisnis adalah suatu lembaga yang memberikan suatu program yang didesain untuk membina dan mempercepat keberhasilan pengembangan usaha melalui rangkaian pembinaan elemen usaha agar menjadi perusahaan/ UMKM yang profitable, memiliki pengelolaan organisasi; produksi; keuangan yang benar, dan menjadi perusahaan yang sustainable, hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi masyarakat.11 B.
Tujuan Pengembangan usaha 100 UMKM dalam kurun waktu satu tahun
C.
Segmentasi
11
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadiyanto pada tanggal 20 Maret 2017
63
Mustahik dari ashnaf miskin yang memiliki start up company atau UMKM yang masih berada dalam tahap awal (early stage) usaha. Umumnya kategori usaha baru di Indonesia kurang dari 2 tahun.
D. Tahapan – Tahapan
Pra Inkubasi
Inkubasi
Pasca Inkubasi
Periode inkubasi bisnis •Perekrutan calon usaha •Penilaian ide bisnis, kelayakan rencana bisnis, dan rancangan implementasi
•Peningkatan Motivasi dan Keterampilan Usaha •Kemampuan Kelembagaan dan SDM •Kemampuan Teknis Produksi •Kemampuan Pengembangan Pasar •Kemampuan Pengelolaan Keuangan
Pelepasan UMKM mandiri dan berkembang
Tahap 1 (Awal) Penetapan pendapatan dan keuntungan dari awal penjualan
Pendalaman teori usaha, pelatihan keterampilan dan motivasi, simulasi
peningkatan kemampuan kelembagaan, SDM, produksi, pasar, dan keuangan
Tahap 2 (Pengembangan) Pertumbuhan Pendapatan
Kelembagaan, produksi, dan pasar yang settle, laporan keuangan, jaringan bisnis
Tahap 3 (Siap Ekspansi) Peningkatan Keuntungan dan ekspansi usaha
Perluasan pasar, pengembangan produk, fasilitas pembiayaan/investasi dana,
Sumber: Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS
Ekpansi usaha dan kematangan berusaha
64
E. Struktur Lembaga
Kepala Inkubator Bisnis BAZNAS
Staf Admin
Ka. Bid. Pengembangan Inovasi dan Teknologi
Staf
Ka. Bid. Konsultasi dan Pelatihan
Ka. Bid. Pengembangan Jaringan Usaha
Staf
Sumber: Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS
Staf
BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL (UMK) PADA LEMBAGA INKUBATOR BISNIS DI BAZNAS PUSAT
A. Analisis Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
kata
pemberdayaan
diterjemahkan
sebagai
upaya
pendayagunaan pemanfaatan yang sebaik baiknya dengan hasil yang memuaskan.1 Kesejahteraan
umat
mencerminkan
kekuatan
dan
ketahanan
ekonominya, untuk meningkatkan kesejahteraan umat, dapat dilakukan dengan memajukan perekonomiannya. Pada hakikatnya, perekonomian umat dapat dikuatkan dengan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK).
1
Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:Pustaka sinar
harapan,2001) h.318
65
66
Bentuk pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) menjadi sebuah bentuk pemberdayaan ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan umat. Dengan
kemampuan
berbuat
untuk
melakukan
suatu
usaha
pemberdayaan ekonomi dalam jangka waktu yang panjang untuk menyelesaikan berbagai masalah, maka akan memberikan dampak positif bagi mustahik untuk memajukan usaha yang sudah dimiliki sehingga mampu mengurangi angka kemiskinan yang semakin berlarut-larut. Jadi pemberdayaan pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS adalah pemberdayaan ekonomi pada sektor usaha mikro kecil dan menengah dengan menggunakan dana zakat yang diberikan berupa hadiah, yang akan diberikan kepada mustahik dengan ashnaf miskin yang sudah memiliki usaha namun memiliki keterbatasan untuk mengembangkan usaha yang sudah dimilikinya baik berupa modal, barang maupun keterampilan. Yang dimaksud miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya itu tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya.2 Di latar belakangi oleh banyaknya pengajuan-pengajuan terkait modal usaha, maka Lembaga Inkubator BAZNAS hadir sebagai jawaban dari permintaan mustahik yang memang pada dasarnya bukan hanya membutuhkan modal saja dalam menjalankan usahanya, tetapi juga membutuhkan Link pasar dan juga Packaging yang bagus. Di Lembaga
2
Jalaluddin Rakhmat, Zakat Kajian berbagai Mazhab, (Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya, 1995), h.281.
67
Inkubator Bisnis, usaha mustahik bisa di bantu untuk dikembangkan baik itu dari segi produksinya, marketingnya maupun dari finansialnya. Banyak pemberdayaan yang bisa dilakukan agar bisa mengurangi pengangguran, salah satunya adalah dengan pemberdayaan usaha mikro dan kecil dan menengah (UMKM). Melalui usaha, maka mustahik bisa mandiri degan memiliki penghasilan sendiri. Namun, rasanya amat disayangkan ketika para wirausahawan yang sudah memiliki usaha, tetapi tidak bisa berkembang sehingga bisa menyebabkan usaha tersebut gulung tikar. Terdapat banyak faktor penyebab para wirausahawan yang gulung tikar diantaranya adalah keterbatasan modal. Sedangkan modal dalam usaha mikro dan kecil itu merupakan jantungnya wirausaha. Dengan keterbatasan modal yang dimiliki, maka usaha tersebut sulit untuk berjalan dan berkembang. Selain itu, faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah tidak memiliki skill atau keterampilan, jaringan bisnis atau Link, dan kuranya kemampuan dalam teknis produksi, serta lemahnya pengelolaan keuangan. Tanpa adanya pembinaan atau pelatihan, maka rasanya sulit bagi mereka untuk bisa mengembangkan usahanya.3 Maka dari itu, Lembaga Inkubator ini memiliki tujuan untuk pengembangan usaha mikro dan kecil, selain dengan pemberian modal, juga memberikan jaringan bisnis atau Link, dan juga menambah kemampuan dalam teknis produksi. 3
Hasil wawancara dengan bapak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
68
Lembaga inkubator ini sudah memberdayakan 200 mustahik dalam berbagai bidang usaha, diantaranya pemberdayaan yang sudah dilakukan yakni adalah : 1. Pemberdayaan Eceng Gondok Di Desa Cililin-Cihampelas Tanaman
eceng
gondok
merupakan
tanaman
yang
banyak
manfaatnya, diantara manfaat eceng gondok adalah bisa di buat bahan baku kerajinan tangan. Seperti peberdayaan eceng gondok yang sudah dilakukan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS di desa CililinCihampelas, tepatnya di pinggiran sungai citarum. Disana terdapat pemberdayaan tanaman eceng gondok yang dijalankan oleh para wanita, tepatnya ibu rumah tangga atau janda. Jumlah mustahik yang diberdayakan pada usaha ini sudah mencapai 180 orang.4 Konsep pemberdayaan di desa Cililin-Cihampelas termasuk ke dalam konsep pemberdayaan One Village One Product (OVOP), dimana pemberdayaan yang dilakukan sudah hampir mencapai satu desa dengan menganyam eceng gondok menjadi sebuah produk yang bisa menghasilkan. Pada awalnya masyarakat sana memang seorang pemulung, karena pada dasarnya sampah dipinggiran sungai citarum memang dikhawatirkan menjadi pencemaran lingkungan, maka dari itu mencari sampah menjadi ladang pekerjaan mereka pada saat itu. Sebulumnya pihak Lembaga Ikubator Bisnis BAZNAS hanya memberikan alat untuk mencacah sampah. Hasil sampah yang merekadapatkan , kemudian dikumpulkan dan dicacah sehinggah menghasilkan uang. 4
Hasil wawancara dengan ibu Sondari pada 20 Maret 2017.
69
Selain menjadi pemulung, di pinggiran sungai citarum juga sering tumbuh tanaman-tanaman liar di pinggiran sungai termasuk tanaman eceng gondok itu. Melihat potensi eceng gondok yang bisa dimanfaatkan, maka Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS mengutus salah satu pendamping yang bernama pak Indra untuk memberikan pendampingan dalam rangka memberdayakan masyarakat sekitar untuk memanfaatkan eceng gondok agar bisa menjadi penghasilan. Pada awalnya Pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS hanyalah berupa anyaman biasa yang dibuat tas, namun sekarang produknya mulai bertambah dan berkembang, mulai dari dompet, aksesoris wanita dan juga sepatu. Namun, dari produk-produk yang mereka hasilkan pada umumnya masih kualitas lokal dan belum bisa impor, jadi sampai sekarang masih diberdayakan agar kualitas dan produknya bisa meningkat lagi. 5 Banyak yang tertarik pada anyaman eceng gondok tersebut. Seperti pada saat pihak Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS mengikuti acara IPFest di Jakarta, ada seorang investor yang tertarik dengan produk eceng gondok
dan
mereka
menginginkan
agar
produk
tersebut
bisa
dikembangkan lgi.6 Pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS bukan hanya memberikan modal kepada para penganyam eceng gondok saja, tetapi juga memberikan bantuan alat untuk memudahkan 5
Hasil wawancara dengan ibu Sondari pada 20 Maret 2017.
6
Hasil Survey ke Desa Cililin-Cihampelas, Bandung.
70
menganyam.
Modal yang diberikan
berbeda-beda sesuai tergantung
produk anyaman yang dibuat oleh masing-masing masyarakat. Selain itu, masyarakat sana juga di bina agar usaha tersebut menjadi lebih besar lagi skalanya. Masyarakat disana diajarkan menganyam serta membuat produk yang bernilai. Kemudian untuk pemasaran, bisanya mereka memiliki tempat langganan mereka sendiri. Dan biasanya ketika BAZNAS mengadakan suatu acara, para pengrajin eceng gondok diajak untuk membuat pameran-pameran / stand produk dari eceng gondok yang sudah mereka buat. Namun, dari segi penghasilan, Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS
belum
sempat
mengontrol berapa persen peningkatan
penghasilan yang sudah didapatkan. Tetapi dari pernyataan pendamping mereka mengatakan bahwa pendapatan jauh lebih membaik, terutama bagi para janda yang memang menjadi tulang punggung keluarga. selain pendapatan yang meningkat, mereka juga diberikan Skill kerja dan mengubah mindset mereka mengenai wirausaha yang selama ini belum mereka dapatkan.7
2. Pemberdayaan Usaha Kelontogan/ Z-Mart Toko kelontongan adalah suatu toko kecil yang umumnya mudah diakses umum atau bersifat lokal. Toko semacam ini biasanya berlokasi dijalan yang ramai. Toko kelontongan sering ditemukan di lokasi perumahan padat di perkotaan dan kebanyakan toko kelontongan masih
7
Hasil wawancara dengan ibu Sondari pada 20 Maret 2017.
71
bersifat tradisional. 8 konsep pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator Bisnis adalah dengan pemberdayaan One Product One Person (OPOP). Karena meskipun jenis bidang usahanya sama, mereka menjalankannya masing-masing individu. Mengingat persaingan pasar yang sekarang ini lebih di dominasi oleh usaha modern seperti indomart dan alfa mart atau jenis mini market lainnya.
Lembaga
Inkubator
kini
sudah
memberdayakan
usaha
kelontongan sebanyak 10 orang dengan lokasi usaha yang berbeda-beda. pemberdayaan usaha yang dilakukan Lembaga Inkubator ini disebut dengan toko Z-Mart.9 Sebelum diberdayakan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, barang dagangannya masih bisa dihitung jumlahnya atau masih seadanya atau msh banyak kekurangan, dan kebutuhan barang yang harus dipenuhi biasanya tidak terpenuhi, karena keterbatasan modal mustahik. Dari segi bangunan, warung-warung mereka kumuh dan kotor, karena masih pakai cara tradisional seperti barang dagangan yg displaynya dari bambu, pakai kayu yg tidak memenuhi standar kelayakan kayu atau banguanan, dan pastinya kurang nyaman. Bentuk pemberdayaan yang diberikan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS dari segi bangunan diperbaharui semua dengan melakukan perenovasian warung, pengecatan bangunan, perbaikan asbes dan rolling door, serta pemasangan display yang menarik dengan etalase kaca, 8
Hasil Wawancara Dengan pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
9
Hasil wawancara dengan bapak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
72
sehingga warung menjadi lebih menarik dan meningkatkan minat pembeli. Untuk segi pendapatan, karena bukan hanya modal yang diberikan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, tetapi jga diberikan pelatihan. Pelatihan yang diberikan dalam hal mengelola keuangan. Dan sekarang pendapatan mustahik sudah meningkat, yang tadinya perhari hanya Rp.200.000-250.000,-
sekarang sudah mencapai Rp.500.000-700.000,-
bahkan juga ada yang mencapai Rp.1.000.000 (satu juta rupiah).
Tabel 4.1 Daftar Penerima Manfaat Z-Mart NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
NAMA Ujen Umar faruq Samsul Irawan Haidi Mudawi Musleh Samsul/Sahuri Pendi Sainah/ Sainallah Sibri Syaiful Umam/osman Sahrul Noji Rodi Sahiri Madsahri/badri Farisin Mausul Asseri Abdullah Muhlis Andri Rodi Hoib/Bairuddin Makbul Muhlis/Muis Ainul
JUMLAH PENCAIRAN Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000
73
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Adim Omar Sufriadi Osman Sumu Ali Wafa Misnari Safie Puladin Dolla/Ami nollah Nolis Asmad Hoiri Muhamad Subairi mat Sahri/bahri Jeppar/Muhlas Rusman Suhud Holis Rusdi
Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000
48
Puri
Rp. 3.600.000
49
Hirman
Rp.3.600.000
50
Jubri
Rp.3.600.000
TOTAL
Rp.180.000.000,-
3. Pemberdayaan Usaha Kopi Sepeda Keliling/ Kolling Konsep pemberdayaan yang dilakukan pada bidang usaha ini adalah konsep
One
Product
One
Person
(OPOP).
Karena
bentuk
pemberdayaannya dilakukan oleh masing-masing orang dalam satu bidang atau product yang sama. Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS menjadi tertarik untuk memberdayakan usaha kopi sepeda keliling ini, karena adanya pengajuan dari salah satu mustahik. Mereka yang berjualan kopi keliling bisanya menggunakan sepedanya dengan bergantian. Jadi, setiap satu sepeda digunakan untuk dua orang secara bergantian. Sejak pagi
74
berjualan dari pukul 07.00- 16.00 wib, kemudian selanjutnya bergantian orang yang berjualan dari pukul 16.00-22.00 wib.10 Keadaan tersebut yang membuat pihak Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS merasa iba dan perlu memberdayakan usaha mereka. Bentuk pemberdayaan yang Lembaga Inkubator berikan selain berupa modal juga berupa pemberian sepeda baru kepada masing-masing mustahik agar tidak bergantian lagi dalam berdagang. Selain itu juga diberikan barang dagangan dan juga box untuk menaruh barang dagangannya sesuai dengan keinginan dan harapan mereka. Karena jika tidak sesuai dengan keinginan dan harapan mereka dikhawatirkan nantinya tidak dirawat dan menjadi sia-sia. Pemberdayaan yang dilakukan juga melalui tatap muka dengan pihak Lembaga Inkubator Bisnis dengan pelatihan manajemen keuangan agar modal yang diberikan tidak dicampur adukkan untuk hal lain. Dari segi penghasilan, sebelum diberdayakan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, penghasilan mereka hanya Rp.50.000 – 60.000,- per hari. Tapi kini penghasilan mereka sudah mencapai Rp.200.000-350.000,- per hari.
Tabel 4.2 Daftar Penerima Manfaat Z-Mart NO
NAMA
1
Sugono
Rp
15.000.000
2
Asmida Fitri
Rp
15.000.000
3
B.Mainah
Rp
15.000.000
10
JUMLAH PENCAIRAN
Hasil wawancara dengan Pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
75
4
Mimin Mintarsih
Rp
15.000.000
5
Fatimah
Rp
15.000.000
6
Kenah
Rp
15.000.000
7
Rohani
Rp
15.000.000
8
Anah
Rp
15.000.000
9
Suyati
Rp
15.000.000
10
Nindahir Tausikal
Rp
15.000.000
TOTAL
Rp. 150.000.000,-
B. Faktor pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) Pada Lembaga Inkubator Bisnis di BAZNAS Pusat Dalam setiap mendirikan usaha pasti ada kesulitan dan kemudahan. Banyak faktor yang menghambat dalam pemberdayaan usaha mikro kecil, mulai dari kualitas sumber daya manusia (SDM), lemahnya manajemen, kurangnya Link dan lain sebagainya. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan usaha mikro kecil (UMKM) yang dilakukan Lembaga Inkubator bisnis di BAZNAS Pusat, diantaranya yakni :11 1. Faktor Pendukung a. Faktor pendukung dalam pemberdayaan usaha mikro dan kecil yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator bisnis BAZNAS para wirausahawan atau mustahik yang diberdayakan pada umumnya
11
Hasil wawancara dengan Pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
76
sudah memiliki keterampilan dan keahlian, hanya saja perlu sedikit dikembangkan atau dibina agar lebih kreatif lagi. b. Faktor pendukung yang lainnya tentu saja kemauan yang keras dari para usahawan atau mustahik untuk meningkatkan perekonomian mereka dalam sektor usaha. Karena bagaimanapun pemberdayaan yang dilakukan, jika mustahiknya tidak memiliki kemauan untuk maju dan perkembang maka semuanya akan terasa sia-sia. Karena pada dasarnya pemberdayaan usaha yang dilakukan berawal dari pemberdayaan individu. 2. Faktor Penghambat a. Faktor Penghambat dalam pemberdayaan usaha mikro kecil yang dilakukan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS adalah keterbatasan modal yang diberikan, sehingga mustahik tidak sepenuhnya optimal dalam usahanya. b. Faktor Penghambat lainnya adalah mengingat bahwa BAZNAS merupakan lembaga yang berstatus Nasional, dan itu berarti jangkauannya menyeluruh di seluruh Indonesia. Maka Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS juga merasa sulit dalam Pemberdayaan yang jangkauannya terlalu jauh. kesulitan dirasakan bukan hanya dalam memberikan modal saja, tetapi juga menyulitkan ketika memberikan pendampingan dan control usaha.12
12
Hasil wawancara dengan Pak Hadiyanto pada 20 Maret 2017.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari penelitian terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada Lembaga Inkubator Bisnis Baznas Bahwa usaha yang sudah diberdayakan pada Lembaga Inkubator Bisnis Baznas adalah pemberdayaan eceng gondok yang sudah menghasilkan tas, dompet, aksesoris wanita dan juga sepatu, serta pemberdayaan usaha kelontongan atau yg disebut oleh Baznas sebagai Z-Mart, dan juga pemberdayaan Usaha Kopi Sepeda Keliling. Pemberdayaan yang dilakukan pada Lembaga Inkubator Bisnis Baznas adalah pemberdayaan ekonomi pada sektor usaha mikro dan kecil dan menengah dengan menggunakan dana zakat yang diberikan berupa hadiah, yang akan diberikan kepada mustahik dengan ashnaf miskin yang sudah memiliki usaha namun memiliki keterbatasan untuk mengembangkan usaha yang sudah dimilikinya. Pemberdayaan yang di berikan berupa pemberian modal, barang, keterampilan, maupun Link pasar. Faktor pendukung dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah adalah kemauan dan tekada yang kuat serta pada umumnya para wirausaha sudah memiliki kemampuan dan keahlian, hanya saja perlu sedikit dikembangkan agar lebih kreatif lagi. Dan faktor penghambatnya adalah modal yang terbatas dan jangkauan pemberdayaan yang lumayan jauh dari kantor Baznas. B. Saran 1. Sebaiknya Lembaga Inkubator Bisnis Baznas lebih meningkatkan lagi dari segi jumlah bidang usaha yang diberdayakan.
77
78
2. Dan dari segi pemberdayaan, Lembaga Inkubator Bisnis Baznas lebih meningkatkan segi pendampingan dan pelatihan para wirausahawan. 3. Sebaiknya Lembaga Inkubator Bisnis Baznas memperluas lagi pemberdayaan usaha ke jangkauan yang lebih jauh, karena mengingat Baznas merupakan lembaga pengelolaan zakat tingkatan nasional. 4. Kepada para wirausahawan yang sudah berhasil diberdayakan Lembaga Inkubator hendaknya bisa memberikan sedikit penghasilannya dengan berinfak ke Baznas. 5. Kepada pengurus Lembaga Inkubator Bisnis Baznas hendaknya berusaha bersinergi dengan media guna mensosialisasikan keberadaan Lembaga Inkubator Bisnis Baznas. 6. Kepada masyarakat luas hendaknya memanfaatkan lembaga Inkubator Ini secara optimal agar tidak terjebak kepada pemberian modal yang sifatnya memiliki bunga.
DAFTAR PUSTAKA
A.F, Muchtar. Panduan Praktis Strategi Memenangkan Persaigan Usaha dan Menyusun Business Plan. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010. Artikel Surabaya Bisnis: Percepat UMKM, Baznas Luncurkan Lembaga Inkubasi Bisnis. http://surabaya.bisnis.com/, dikutip pada tanggal 29 Januari 2017. Artikel Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. Profile Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). dikutip 8 Februari 2017. Bariadi,Lili, dkk. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: CED, 2005 Deddy,
Edward, Ciri-Ciri Usaha UMKM, Pengertian dan Ciri-ciri UMKM, 2008.
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991. Fajar, Mukti. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Maret 2016. Fajmi, Radhi. Kebijakan Ekonomi Pro Rakyat. Jakarta: Penerbit Republika. Hadinoto Djoko, Retnaldi Soetanto. Micro Credit Challenge: Cara Efektif Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007. Hariyani, Iswi. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet: Kenapa Perbankan Memanjakan Debitur Besar Sedangkay Usaha/ Debitur Kecil Dipaksa. Jakarta: Elex Media Komputindo,2010. Jurnal Dunia Ekuin dan Perbankan. Centre for Strategic and International Studies, Issuess 1-2, Vol 18. 2005. Kuncoro. Analisis Spasial dan Regional; Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Mahendrawati, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: Rosda Karya, 2001. Majid, Abdul. Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Manurung, Adler Haymans. Modal Untuk Bisnis UKM. Jakarta:Buku Kompas, 2008. Moeljono, Djokosantoso. Beyond Leadership: 12 Prinsip Kepemimpinan. Jakarta: Elex Media Computindo, 2003.
79
80
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Muwarti, Sri dan Sholahuddin, Muhammad. peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah Untuk Usaha Mikro di Wonogiri, Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall. Surakarta: 23 Maret 2013. Pradiansyah, Arfan. Cherist Every Moment: Menikmati Hidup yang Lebih Indah Setiap Saat. Jakarta: Elex Media Koputindo, 2004. Pramono, Syechul Hadi. Pemerintah RI sebagai Pengelola Zakat. Jakarta:Pustaka Firdaus,199. Prhatini, Farida. dkk. Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia. Penerbit Papas Sinar Sananti dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ra’ana, Irfan Muhammad. Sistem Ekonom Pemerintahan Umar Ibn Khattab. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997. Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Rudito, Bambang. Akses Peran serta Masyarakat: Lebih Community Development. Jakarta: ICDS, 2003.
Jauh Memahami
Sanda, Abun (Editor). Soffan Wanandi: Aktivis Sejati. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2011. Soetrisno, Noer. peranan Perbankan Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Oktober 1998. Sudewo, Eri. Manajemen Zakat Tinggalkan 15 tradisi 8 Terapkan 4 Prinsip Dasar. Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004. Sudrajad. Kiat Mengentaskan Pengangguran & Kemiskinan Melalui Wirausaha. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT.Refika Adiatama, 2005. Sumaryadi, L.Nyoman. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Citra Utama 2005. Sumodiningrat, Gunawan. dkk. Pitutur Luhur Budaya Jawa: 1001 Pitutur Luhur Untuk Menjga Martabat dan Kehormatan Bangsa Dengan Nilai-Nilai Kearifan Lokal. Yogyakarta: Narasi, 2014. --------. Pemberdayaan Sosial: Kajian Tentang Pembangunan Manusia Indonesia. Yogyakarta : Media Pressindo,2007.
81
--------. Menuju Ekonomi Berdikari. Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP,OVOP-OVOC. Yogyakarta: Media Pressindo, 2015. Sutrisno, Iwantono. Kiat Sukses Berwirausaha:Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta: Grasindo Gramedia Grup. Tambunan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (UMKM); IsuIsu Penting. Jakara: LP3ES, 2012. Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Usman, Marzuki. Kiat Sukses Pengusaha Kecil. Jakarta: Jurnal Keuangan dan Moneter dan Institut Banker Indonesia, 1998. Zain, Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Pustaka sinar harapan, 2001. Zuhal, Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan. Jakarta: Buku Kompas, 2008.
LAMPIRAN
DRAFT WAWANCARA
Nama
: Ibu Sondari S.E
Jabatan
: Staff Penyaluran
Lokasi wawancara
:Jl. Jendral Sudirman Gd. Arthaloka
Waktu wawancara
: 20 Maret 2017 pada pukul 15.00 Wib
P:
Apa yang dimaksud Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS?
N:
Inkubator Bisnis adalah suatu lembaga yang memberikan suatu program yang didesain untuk membina dan mempercepat keberhasilan pengembangan usaha melalui rangkaian pembinaan elemen usaha agar menjadi perusahaan/ UMKM yang profitable, memiliki pengelolaan organisasi; produksi; keuangan yang benar, dan menjadi perusahaan yang sustainable, hingga akhirnya memiliki dampak positif bagi masyarakat.
P:
Kapan Program Inkubator Bisnis BAZNAS didirikan?
N:
Lembaga Inkubator didirikan pada Bulan Juni 2016
P:
Apa Latar Belakang didirikannya Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS?
N:
Terkait dengan banyaknya pengajuan modal usaha di Baznas Serta melihat banyaknya mustahik yang usahanya hampir bangkrut yang sebenarnya bukan hanya membutuhkan modal saja tetapi butuh pelatihan dan link pasar serta packaging yang bagus.
P:
Apa Tujuan didirikannya Lembaga Inkubator bisnis BAZNAS ?
N:
Tujuannya tentu saja mensejaterakan mustahik. dan berharap dengan adanya inkubasi bisa mandiri secara ekonomi. Dan pengembangan usaha 1000 mustahik dalam kurun waktu satu tahun.
P:
Apa Visi dan Misi dari didirikannya Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS?
N:
Visi misi lembaga inkubator tidk lepas dari visi misi baznas
P:
Mustahik seperti apa yang menjadi segmentasi lembaga inkubator? Mustahik dari ashnaf miskin yang memiliki start up company atau UMKM yang masih berada dalam tahap awal (early stage) usaha. Umumnya kategori usaha baru di Indonesia kurang dari 2 tahun.
P:
Siapa saja target yang diberdayakan pada Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS (8 Asnaf) ?
N:
Untuk pemberdayaan ekonomi mustahik pun ada kriterikanya. Dan mustahik yang diberdayakan adalah miskin. Sudah punya usaha namun tidak mencukupi. Dan Kalau untuk skala usaha. Lembaga inkubator masih memberdayakan umkm dalam sektor informal dan mikro.
P:
Berapa target yang sudah diberdayakan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS ?
N:
Target yang sudah diberdayakan sekitar 240 mustahik
P:
Darimana Sumber dana yang digunakan dalam pemberdayaan program Inkubator tersebut?
N:
Dana yang digunakan untuk pemberdayaan usaha adalah dana zakat
P:
Bagaimana langkah pendistribusian dana zakat tersebut hingga sampai kepada target dan apa bentuk pemberdayaan yang diberikan kepada mustahik?
N:
Langkah pendistribusian yang dilakukan adalah jika membutuhkan modal maka akan diberikan modal. Setelah itu diberikan pendampingan yang dilakukan melalui monitoring usaha. Apakah ketika sudah diberikan dana apakah sudah berjalan. Serta
diberikan pelatihan dan keterampilan. Namun pemberian dari LIBB diberikan dalam bentuk barang. Karena menghindari uang tersebut disalahgunakan. Jakarta, 20 Maret 2017 Lembaga Inkubator Baznas
Ibu Sondari S.E Staff
DRAFT WAWANCARA
Nama
: Pak Hadiyanto
Jabatan
: Staff Penyaluran
Lokasi wawancara
:Jl. Jendral Sudirman Gd. Arthaloka
Waktu wawancara
: 20 Maret 2017 pada pukul 15.30 Wib
P:
Apa saja tahapan-tahapan yang ditetapkan
lembaga inkubator bisnis dalam
memberdayakan usaha? N:
Ada tiga tahapan yang diberlakukan di Lembaga Inkubator Bisnis Baznas, yakni Tahapan Pra Inkubasi, Tahapan Inkubasi dan Pasca Inkubasi. Pada tahap pra inkubasi, terdapat perekrutan calon usaha dimana mustahik memberikan pengajuan ke BAZNAS, kemudian pihak BAZNAS akan survey menuju ke lokasi untuk assessment (penilaian keadaan/situasi) untuk usaha tersebut bisa mengikuti program di Lembaga inkubator ini. Dan kriteria calon usaha yang terpenting, jika dilihat dari ashnaf maka kriterianya adalah miskin. Dan jika dilihat dari pelaku usahanya adalah sudah memiliki usaha, memiliki kemauan dan kegigihan untuk berwirausaha, serta memiliki komitmen yang kuat. Karena, bagaimanapun juga ketika suatu usaha sudah diberdayakan oleh Lembaga Inkubatir Bisnis di BAZNAS, maka artinya antara calon usaha dengan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS memiliki ikatan dan memiliki keterkaitan. Dari segi penialain ide bisnis, ini terkait dengan pemikiran dan keinginan mustahik untuk disampaikan ke pihak Lembaga Inkubator Bisnis, tentang bagaimana usahanya dan seperti apa jenis usaha yang
mustahik inginkan. Setelah itu pihak Lembaga Inkubator Bisnis menganalisa dan menilai apakah ide bisnis tersebut layak atau tidak.
Kemudian setelah mustahik
memberikan ide bisnisnya, Lembaga Inkubator bisa memberikan tahapan lanjut dan nanti akan diadakan pelatihan. Pelatihan yang diberikan oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS adalah mencoba untuk mengajak para mustahiknya untuk datang ke seminar-seminar tentang usaha mikro dan kecil. dan dari pelatihan tersebut, mustahik diberikan dorongan atau motivasi untuk maju, dan diberikan teori usaha atau ilmu dalam berwirausaha. Pada tahapan Inkubasi ini, Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS memberikan pendampingan melalui hubungan yang memungkinkan terjadinya
peningkatan
keterampilan usaha mustahik, dan kemampuan meningkatkan sumber daya manusia (SDM), kemampuan dalam teknis produksi, kemampuan pengembangan pasar, dan kemampuan pengelolaan keuangan. Pada tahap Pasca Inkubasi yaitu tahap pelepasan Usaha mandiri dan berkembang. Namun, ketika usaha tersebut sudah di ekspansikan, tetap saja tidak terlepas dari pengawasan (Controlling) oleh Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS. Karena, sejak awal para calon usaha sudah berkomitmen dengan Lembaga Inkubator Bisnis BAZNAS, bahwasannya harus mengikuti alur program yang sudah ditetapkan sejak awal meskipun usaha tersebut sudah dikategorikan sebagai usaha yang mandiri. Harapan dari Lembaga Inkubator adalah bahwa mustahik yang usahanya sudah diberdayakan, setidaknya bisa menjadi muzakki dan berinfak ke BAZNAS. P:
Berapa Bidang Usaha yang sudah di berdayakan oleh Lembaga Inkubator Bisnis Bzanas? Dan bagaimana pemberdayaan pada masing-masing bidang usaha?
N:
Ada 3 bidang usaha yang sudah diberdayakan dengan jumlah 240 mustahik. diantara bidang usaha yang sudah diberdayakan adalah eceng gondok, kopi sepeda keliling, dan toko kelontongan yang biasa disebut Z-Mart.
P:
Adakah perbedaan signifikan dari sebelum diberdayakan oleh inkubator, kemudian setelah diberdayakan inkubator? Kemudian dari segi apa perbedaannya (semua usaha yang sdh diberdayakan)?
N:
Dari pemberdayaan eceng gondok yang tadinya hanya bisa mengayam saja, tetapi sekarang sudah bisa membuat tas, sepatu, dompet dan aksesoris wanita. Dan dilihat dari penghasilan, belum diketahui berapa persen meningkatnya. Tetapi berdasarkan pernyataan mustahik yang sudah diberdayakan merasa ada peningkatan pendapatan. Pemberdayaan kopi sepeda keliling yang tadinya satu sepeda digunakan oleh dua orang secara bergantian, kini mereka bisa berjualan dengan sepeda masing-masing yang sudah diberikan oleh baznas dan dengan memberikan box kopi serta barang dagangannya. Dan pendapatan yang tadinya hanya Rp.50.000-60.000 sekarang penghasilan mereka mencapai Rp.200.000-350.000 per hari. Pemberdayaan kelontongan atau yang disebut Z-Mart oleh Baznas yang tadinya hanya bangunan kumuh dari bambu dengan barang dagangan seadanya dan kurang layak, kini sudah berbeda. Karena, pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Inkubator dalam segi bangunan diperbaharui semua dengan melakukan perenovasian warung, pengecatan bangunan, perbaikan asbes dan rolling door, serta pemasangan display yang menarik dengan etalase kaca, sehingga warung menjadi lebih menarik dan meningkatkan minat pembeli. Dan dari segi pendapatan yang tadinya perhari hanya Rp 200.000 – 250.000, sekarang sudahn mencapai Rp.500.000-700.000,- perhari, bahkan juga ada yang mencapai Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
P:
Apakah lembaga inkubator memberdayakan kepada semua mustahik diseluruh Indonesia?
N:
Dalam segi wilayah, Baznas tidak menentukan dimana wilayah yang jadi cakupan. Tetapi Lembaga Inkubator Bisnis di Baznas Pusat sendiri bekerja sama dengan Baznas Daerah dalam melakukan pemberdayaan di wilayah-wilayah yang memang butuh bantuan.
P:
Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan Usaha pada lembaga inkubator bisnis BAZNAS?
N:
Faktor pendukungnya adalah kemauan dan tekat yang keras serta pada umumnya para wirausaha
sudah
memiliki
keterampilan dan
keahlian.
Hanya
saja
perlu
dikembangkan lagi. Faktor penghambatnya adalah modal yang terbatas dan jangkauan wilayah yang lumayan jauh sehingga menyulitkan dalam pemberdayaan dan pendampingan/control usaha.
Jakarta, 20 Maret 2017 Lembaga Inkubator Baznas
Bpk. Hadiyanto S.E Staff
DAFTAR DATA PENERIMA BANTUAN USAHA KOPI KELILING(KOLING) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA
ALAMAT
DOMISILI TINGGAL Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Ujen Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Umar faruq Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Samsul Irawan Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Haidi Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Mudawi Kab.Pamekasan jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Musleh Dsn Gua Panas Kel.Tambak,Kec.Omben Kab.Sampang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Samsul/Sahuri Dsn.denglebar,Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Pendi Dsn Panah Lomoh Kel.Tambak kec.Omben Kab.Sampang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Sainah/ Sainallah Dsn Gua Panas Kel.Tambak Kec.Omben Kab.Sampang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Sibri Dsn Gua Tamoy Kel.Kamondung Kec.Omben Kab.Sampang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Syaiful Umam/osmanDsn Brambang Kel.Tambak Kec.Omben Kab.sampang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Sahrul Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Noji Dsn Batu ampar Kel.Pangbatok Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang Rodi Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan jakarta Pusat
JML PENCAIRAN Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000
15
Sahiri
Kp.Jelbudan Kel.Tambak Kec.Omben Kab.Sampang
16
Madsahri/badri
Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
17
Farisin
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
18
Mausul
Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
19
Asseri
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
20
Abdullah
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
21
Muhlis
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
22
Andri
Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
23
Rodi
Dsn.deng lebar Kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
24
Hoib/Bairuddin
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
25
Makbul
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
26
Muhlis/Muis
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
27
Ainul
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
28
Adim
Dsn Gua Panas Kel.Tambak Kec.Omben Kab.Sampang
29
Omar
Dsn Rajung Kel.kamondung Kec.Omsen Kab.sampang
30
Sufriadi
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat
Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000
31
Osman
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
32
Sumu
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
33
Ali Wafa
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
34
Misnari
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
35
Safie
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
36
Puladin
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
37
Dolla/Ami nollah
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
38
Nolis
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
39
Asmad
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
40
Hoiri
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
41
Muhamad Subairi
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
42
mat Sahri/bahri
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
43
Jeppar/Muhlas
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
44
Rusman
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
45
Suhud
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
46
Holis
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat
Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000
47
Rusdi
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
48
Puri
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
49
Hirman/Rohinan
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
50
Jubri
Dsn komis kel.Badung Kec.Proppo Kab.Pamekasan
Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat Jln. Tanah Abang 4 , tanah abang jakarta Pusat
Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp.3.600.000 Rp. 180.000.000,-
DATA DAFTAR PENERIMA PROGRAM Z-MART NO
PENERIMA Z-MART
NAMA
ALAMAT
NO.TELPON
JENIS USAHA
LOKASI USAHA
1
Sugono
Jl.Kebon pala, Tanah Rendah Jatinegara Jakarta Timur
0821 3065 4574
Kelontongan
Kebon Pala,Jatinegara
Rp
15.000.000
2
Asmida Fitri
0812 8411 9610
Kelontongan
Stasiun Bojong Gede
Rp
15.000.000
3
B.Mainah
0896 9902 2486
Kelontongan
Kp.Masjid Bojong Gede
Rp
15.000.000
4
Mimin Mintarsih
0812 8316 8301
Kelontongan
Stasiun Bogor
Rp
15.000.000
5
Fatimah
0857 7912 4611
Kelontongan
Kp.Perigi,Bojong Gede
Rp
15.000.000
6
Kenah
0858 8327 0719
Kelontongan
Bojong Gede dalam
Rp
15.000.000
7
Rohani
0856 9255 3770
Kelontongan
Bojong Gede dalam
Rp
15.000.000
8
Anah
0896 6735 3392
Kelontongan
Jln Gandaria,Bojong gede
Rp
15.000.000
Kp.Pos Kel.Bojong Gede Kec.Bojong Gede Bogor Kp.Masjid Rt 001/004 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong Gede Bogor Kp.Masjid Rt 001/004 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong Gede Bogor Kp.Perigi Rt 002/002 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong Gede Bogor Bojong Gede Dalam Timur Rt 003/012 Bojong Gede Bogor Bojong Gede Dalam Timur Rt 003/013 Bojong Gede Bogor Jl.Gandaria Rt 005/012 Bojong Gede Kec.Bojong Gede Bogor
9
Suyati
10
Nindahir Tausikal
Kp.Bambon Citayam Bojong Gede,Bogor Kp.Masjid Rt 001/004 Kel.Bojong Gede Kec.Bojong Gede Bogor
0812 9756 5310
Kelontongan
Citayam,Bojong gede
Rp
15.000.000
0813 8241 1555
Kelontongan
Kp.setu,Bojong Gede
Rp
15.000.000
Total
Rp
150.000.000
DAFTAR PENERIMA MANFAAT PEMBERDAYAAN ECENG GONDOK DESA CIHAMPELAS
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 12
NAMA
Ucip
Tono
Rudi
Sukaemah
Ilah
Isar
Enti
Iyoh
Isah
Emod
Oyok Acep
TEMPAT TANGGAL LAHIR
ALAMAT
01 Maret 1987
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 April 1992
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
21 Agustus 1996
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
2 Januari 1957
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
3 Februari 1981
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
4 November 1983
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
1 Mei 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
2 September 1987
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
14 April 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Juni 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
8 Januari 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Mei 1987
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27 28
Sanah
Nurhayati
Juju Juriah
Suyati
Masnah Neneng Ratna Ningsih Nurhayati
Sri Munigar
Nanin Rohanih
Munawaroh
Rika Aryani
Suliniati
Rodiyah
Jubaedah
Sartini Supriyatin
07 Juni 1967
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
12 Juni 1955
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Juni 1963
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Juni 1979
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
12 Mei 1966
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
16 Februari 1955
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
07 Juni 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Maret 1963
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
19 November 1977
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
18 Agustus 1965
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Februari 1971
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
04 April 1966
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
22 Maret 1987
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 29
30
31
32
Teta Sumaryati
Susanah
Entin Sartini
Yanah
33
Yenny Indriyani Listia
34
Amanah Siti Nurlaila
35
36
37
38
39
40
41
42
43 44
Santi
Nurhayati
Dian Arifiani
Neneng
Rusnaeni
Tita Nurita
Iin Marlina
Marsiti
Ranni Rahayu Nok Yati
29 Agustus 1963
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
06 Oktober 1971
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
31 Agustus 1948
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
12 Agustus 1981
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Januari 1988
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
30 Juni 1990
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
30 Maret 1981
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
5 Maret 1969
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
24 April 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
10 Januari 1951
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
04 April 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
02 April 1971
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
05 Mei 1977
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Agustus 1955
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
30 Desember 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
19 April 1953
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59 60
Diani Suhita
Mariyanah
Erlina Raharyati
Nathalia Endayani
Rukmini
Aisyah Badrianih
Atikah
Nursyamiaji Endang Ruminingsih Kiki Damayanti
Heni Nuraeni
Masturiah
Triyatmi
Muroh
Julaeha Oktaviani Ma'ah
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
09 Juni 1971
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
25 Desember 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
05 Juli1956
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
18 Agustus 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
07 Agustus 1988
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
21 Juni 1952
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
16 April 1982
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
16 Agustus 1962
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
31 Januari 1979
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
08 Oktober 1954
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
16 Oktober 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
04 Juli 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75 76
Rina Sagita
Chosiyah
Atika
Suparmi
Siti Munawaroh
Puji Lestari
Ratna Sari
Nuryati
Pridiawesi
Tri Upi Lusanti
Srianti
Atjah
Yuhanti
Putri Purwanti
Tarida Marpaung Maisuri
20 Januari 1985
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 April 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Juli 1988
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Juni 1960
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 November 1967
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
08 Desember 1984
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
21 Mei 1977
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
06 Juli 1952
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
13 Juli 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Oktober 1981
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Januari 1969
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Desember 1958
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Januari 1959
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
24 Januari 1989
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Mei 1964
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
02 Mei 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91 92
Cucu Haryati
Siti Suyanti
Selvi Anggraeni
Eka Muliana
Nanah
Ichwan Nur
Nenih
Siti Nurjanah
Khosirin
Silyati Hayati G. Hutauruk Neneng Sulastri
Sartika Handayani
Komisah
Siti Aisyah Muayah
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
05 Februari 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
14 Agustus 1991
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
16 Januari1982
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
06 Juni 1961
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Juni 1970
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
08 Juni 1979
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
21 Maret 1976
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
19 Oktober 1962
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
08 Agustus 1959
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
14 Agustus 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
06 Juli 1997
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
21 Juni 1973
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
29 Juli 1969
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
04 Desember 1965
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107 108
Tety Mulyati
Dina Hariani
Rusmiati
Tayem
Sopiyatun
Rosmanely
Annah
Umiyati
Nurmalawati
Evi Sukaesi
Siti Aisyah Febriana Prihatiningsih Eka Mayasari
Tio Fanta
Dini Afriyanti Annisah
22 Juni 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Maret 1984
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
24 Oktober 1976
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Maret 1963
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
24 Maret 1964
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
10 Desember 1955
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Mei 1954
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
10 Februari 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Desember 1958
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
13 Februari 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Mei 1986
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Oktober 1986
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
29 April 1979
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
30 Mei 1958
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
Lutfiati
Hikmah
Rusdah
Nurlaelah M
Een Nur'aeni
Sulastri
Masnah
Mardianah
19 Mei 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
25 Agustus 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
12 Juli 1955
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Mei 1971
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
25 Agustus 1985
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
10 Januari 1969
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
31 Juli 1960
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
24 Maret 1976
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
Solih
01 Juli 1984
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
Wiwih
05 Juni 1959
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
Jubaedah
Sumiyati
Nursinah
122
31 Juli 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
16 Oktober 1959
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Januari 1974
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
10 Maret 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Maseah 123
Hanafi Syafi'i
124 Normih
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 125
Ros
126
05 Oktober 1964
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
22 Mei 1971
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Juni 1983
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Januari 1983
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Mei 1961
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
26 Juli 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Maret 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
26 Mei 1979
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
10 Februari 1969
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
13 Juni 1977
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
04 Oktober 1989
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
23 Mei 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
17 Juni 1951
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Maret 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
12 Juli 1965
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
09 Juli 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Habibah Nur Baiti 127
Mahtum
128 Marfuah 129
130
Jayadi
Sarkiyah
131 Lia Haliyah 132
Sukarsih
133 Mienah 134
135
Busroin
Eki Sulistiana
136 Yumanih 137
138
Nuradi
Salmah
139 Masuroh 140
Ida Farida
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 141
26 Desember 1953
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Januari 1970
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Maret 1969
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 April 1964
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
17 Maret 1961
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 Juni 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Mei 1976
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
Jamilah 142
143
144
145
146
147
Mulyati
Anamawati
Siti Rohayah
Siti Nurhani
Siti Friyani Mamah Maryamah
148
16 Agustus 1954
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
05 April 1972
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
18 Agustus 1975
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
31 Juli 1966
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
Cut Hartati 149 Asmawati 150 Erisah 151 Tuti Alawiyah 152
153
154
155 156
Sulastri
Lili salimah
Ela Nurlaela
Rohidah Rohayati
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Juli 1965
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
15 April 1971
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
04 Desember 1968
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
27 Juli 1981
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
Uning
K Winarsih
Nurliana Aisyah
Ichwani
Wahyu Ningsih
Yesi liani
Suhna
Nurmiana
Ria Apriana
Diana Mariana
167
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Mei 1982
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
03 Oktober 1969
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
18 Juni 1981
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
04 Januari 1962
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
01 Agustus 1976
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
17 April 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
19 Mei 1980
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
1 Juli 1973
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
05 Februari 1967
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Desember 1952
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
29 Juli 1957
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
sukaesi 168 Sukmaeni 169 Erti 170 Sri Suparti 171 Nismah Hayati 172
10 Agustus 1972 Arnah
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa
Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat. 173
20 Maret 1956
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
11 April 1966
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
Sarini 174 Rosdiana 175
176
177
178
179
180
Ari Widia Ningsih
Hetty Riana
Novita Riyanthi
20 Mei 1975
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
20 Agustus 1970
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
2 Maret 1978
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
-
Kp. Babakan Cianjur Rt 008 Rw 04 Desa Cihampelas Kec.Cihampelas Kab. Bandung Barat.
sumiyati
Dede Fidiyawati
Wiwin Winarti
PEMBERDAYAAN ECENG GONDOK DI DESA CIHAMPELAS, BANDUNG BARAT
PEMBERDAYAAN KELONTONGAN /Z-MART
PEMBERDAYAAN KOPI SEPEDA KELILING