Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
PEMBERDAYAAN USAHA KERAJINAN DARI BAHAN ALAM NATURAL DI BANTUL YOGYAKARTA Henry Sarnowo1), Sukamto2), Agnes Ratih Ari Indriyani3) 1
Fakultas Ekonomi, Universitas Janabadra 2 Fakultas Teknik, Universitas Janabadra email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan kelompok masyarakat yang mandiri secara ekonomi (usaha mikro). Mitra usaha dalam program ini adalah usaha kerajinan dari bahan alam/natural, yaitu Dartik Natural dan Uut Bambu. Permasalahan yang dihadapi mitra adalah 1) Pengembangan jenis produk masih kurang; 2) Proses pewarnaan tidak optimal dan kurang memperhatikan keamanan kerja; 3) Pengecatan bahan baku tidak efektif dan efisien; 4) Tidak memiliki ruang pajang di lokasi yang strategis; 5) Tidak dilakukan pencatatan laporan keuangan; 6) Promosi masih terbatas; 7) Tidak memiliki komputer sebagai prasarana administrasi dan informasi. Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk memberdayakan usaha mitra adalah 1) Pelatihan pengembangan produk kerajinan beserta proses pewarnaannya; 2) Pengadaan alat pewarnaan yang hasilnya lebih optimal dan lebih aman; 3) Pengadaan kompresor dan bor duduk; 4) Pengadaan ruang pajang di lokasi yang strategis; 5) Pelatihan pembuatan laporan keuangan; 6) Pelatihan pemasaran serta pembuatan blog, brosur dan cd catalog; 7) Pengadaan komputer sebagai prasarana administrasi dan informasi. Kegiatan tersebut telah memberikan manfaat bagi mitra, yaitu peningkatan produksi yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan usaha mitra. Kata kunci: usaha mikro, kerajinan, bahan alam, produksi, pemasaran ABSTRACT The purpose of this program is to develop group of people who are economically independent (microenterprises). Partners in this program is the craft business from natural materials, namely Dartik Natural and Uut Bamboo. The problems faced by partners are: 1) Lack product diversification; 2) The coloring process is not optimum and less attention to labor safety; 3) Paint raw materials are not effective and efficient; 4) Not have a showroom in a strategic location; 5) Not have financial statements; 6) The promotion is still limited; 7) Not have a computer for administrative and information infrastructure. Activities in the program that have been implemented to empower partners are: 1) Training in product diversification and process of craft coloring; 2) Provide coloring equipment which the output is more optimum and safety; 3) Providing compressor and drill; 4) Providing a showroom in a strategic location; 5) Training in financial reporting; 6) Training in marketing and creat blogs, brochures and CD catalogs; 7) Providing computers for administrative and information infrastructure. These activities have provided benefits for partners which increase volume of production, which in turn increase partner’s revenue. Keywords: micro-enterprises, craft, natural materials, production, marketing
LATAR BELAKANG Wilayah domisili kedua mitra usaha adalah Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang merupakan wilayah yang berdekatan (berjarak lebih kurang 2 km) dengan sentra industri kerajinan gerabah Kasongan. Kasongan merupakan merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Bantul Yogyakarta yang telah cukup dikenal masyarakat luas. Terkait 70
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
dengan kedekatan jarak tersebut, terdapat banyak usaha industri kerajinan yang menunjang industri kerajinan gerabah Kasongan. Usaha industri kerajinan yang dimaksud adalah produk kerajinan yang berfungsi sebagai pelengkap produk gerabah, atau juga produk kerajinan lain yang seringkali dipasarkan/dipajang berdampingan dengan produk gerabah. Berbagai industri kerajinan tersebut antara lain kerajinan bunga kering, kerajinan batik, berbagai macam souvenir dan lain-lain. (1) Aspek Produksi Usaha Mitra Program ini kami ajukan dengan bekerjasama dengan 2 mitra perajin yaitu Dartik Natural dan Uut Bambu. Saat ini telah terjadi hubungan kerja di antara 2 mitra tersebut, dimana usaha Dartik Natural menyalurkan sebagian pekerjaan kepada Uut Bambu (men-subkontrak-kan). Produk kedua mitra adalah produk kerajinan dari bahan alam yaitu dari bahan bambu, daun/bunga kering, mendong dan sebagainya. Macam produk yang dihasilkan adalah rangkaian bunga berbahan utama bambu, skesel (pembatas ruang) kipas, kerajinan bonsai. Produk utama yang dibuat adalah rangkaian bunga dengan bahan baku bambu cendani (Gambar 1).
Gambar 1. Produk Kerajinan Mitra
Perajin mitra I, Dartik Natural telah memulai usaha sejak tahun 1999, sedangkan mitra 2, Uut Bambu memulai usaha pada tahun 2005. Pada awalnya produk yang dihasilkan kedua mitra tersebut adalah sama yaitu kerajinan bunga kering Pada saat itu kerajinan tersebut sangat populer di masyarakat. Permintaan sangat besar sehingga seringkali mitra tersebut tidak selalu mampu memenuhi kuantitas produk yang diminta. Tetapi trend tersebut tidak berlangsung lama. Sejak sekitar tahun 2008 minat pasar terhadap produk kerajinan bunga kering mengalami penurunan. Dihadapkan pada situasi tersebut pihak mitra melakukan berbagai terobosan menciptakan produk jenis yang lain dengan tetap mengacu pada bahan yang berasal dari alam/natural sebagai produk utama mereka. Dari segi keragaman produk terkadang ada juga pesanan untuk produk kombinasi, sebagian dari bahan alam sebagian dari bahan plastik (bunga plastik). Untuk produk kombinasi ini lebih sering pesanan dari toko-toko dan kantor. Sedangkan produk yang berbahan murni dari alam lebih banyak pesanan berasal dari hotel-hotel, perorangan, dan berbagai toko khusus kerajinan.
a)
Proses pembuatan produk bisa digolongkan menjadi 9 macam proses: Proses penyortiran bahan. Bahan baku yang telah diperoleh (bambu cendani sebagai bahan baku utama dan berbagai macam bahan pelengkap yaitu gambas kering, kulit jagung/klobot, mendong dsb.) dipilih dan disortir untuk memperoleh bahan yang berkualitas bagus. 71
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
b) Proses pemotongan bambu. Bambu yang berkualitas baik dipilih, kemudian diukur panjangnya dari ujung kurang lebih 2 meter. Alat cyrcle yang berfungsi sebagai gergaji pemotong disiapkan, kemudian bambu dipotong, sekaligus menghilangkan ranting-ranting yang tidak diperlukan. c) Proses pembersihan dan pengawetan bambu. Bambu dimasukkan ke dalam tong/drum ukuran 2,5 m x 70 m x 35 m. Wadah ini memuat 200 batang bambu. Selanjutnya bambu ini direbus dengan cairan pewarna basis. Dalam 1 hari proses perebusan ini dapat menghasilkan 400 batang bambu berwarna. Kapasitas bahan pewarna yang digunakan sebanyak 3 ons. Membentuk bambu. Setelah bambu diwarnai maka proses selanjutnya adalah memproses bambu menjadi bentuk sesuai yang diinginkan. Bambu yang digunakan sebagai batang/tangkai rangkaian d)
e)
f)
g)
h)
i)
bunga akan dibuat dengan bentuk yang bergelombang. Alat yang digunakan adalah blower dengan tenaga gas LPG. Proses pembentukan bambu ini dikerjakan satu demi satu, dan satu orang memegang satu alat. Dengan menggunakan satu alat blower yang dimiliki, dalam sehari rata-rata dihasilkan 400 batang bambu dengan bentuk gelombang. Finishing/coating. Proses selanjutnya adalah melakukan finishing/pengecatan terhadap bambu tersebut. Bahan yang digunakan berupa cairan Aqua Laquer dan pewarna Sandy. Proses finishing selama ini dilakukan secara manual menggunakan kuas. Proses pemutihan/pembersihan dan pengawetan bahan kelopak bunga (gambas/bestru/ klobot/ daun / bunga kering). Mengingat bahan baku kerajinan ini adalah dari alam, terpengaruh oleh kondisi alam, cuaca, musim dan sebagainya, maka bahan ini seringkali tidak sama kualitasnya dari waktu ke waktu. Bahan seringkali terlihat kusam, kotor. Untuk mengatasi masalah tersebut proses perebusan memerlukan waktu yang lebih lama. Bahan-bahan tersebut di atas merupakan pasangan bagi batang bambu yang telah diproses menjadi tangkai yaitu untuk membuat kelopak bunga. Bahan-bahan tersebut direbus dengan H2O2 dan air dengan perbandingan 1 : 4. Proses pewarnaan bahan kelopak bunga. Proses pewarnaan dilakukan juga dengan cara perebusan. Perebusan yang dilakukan untuk bahan yang berbeda akan memerlukan waktu yang berbeda pula. Untuk jenis bahan gambas sekali proses satu warna memerlukan waktu 1 jam, dengan menghasilkan 50 buah gambas. Untuk pewarnaan bahan klobot satu warna memerlukan waktu 3 jam. Perebusan dilakukan dengan wadah panci besar. Untuk memperoleh warna yang merata harus sering diaduk. Proses-proses perebusan ini sering berisiko bagi pekerja yang mengerjakan karena terkena cipratan air panas dan berisiko tumpah. Proses pengeringan. Proses pengeringan bahan dilakukan secara tradisional, dengan mengandalkan cuaca/sinar matahari. Setelah selesai proses pewarnaan maka bahan diangin-anginkan atau dijemur tetapi diusahakan terlindung dari cahaya matahari secara langsung, agar bahan-bahan tersebut tidak retak/pecah. Proses ini sangat tergantung pada alam, sehingga jika cuaca mendung maka proses pengeringan ini akan berlangsung lebih lama.. Merangkai/memadukan. Langkah terakhir pembuatan produk kerajinan ini adalah memadukan bahan-bahan yang telah diproses tadi menjadi beragam bentuk (Gambar 2). Untuk rangkaian bunga biasanya sekalian dipadukan dengan pot gerabah produksi Kasongan. Proses ini membutuhkan citarasa seni karena hasil akhir/keindahan perpaduan bahan ditentukan oleh kemampuan pekerja dalam mengkombinasikan untuk menghasilkan rangkaian yang indah. Selain rangkaian bunga, ragam yang lain adalah sketsel (pembatas ruang) yang merupakan perpaduan antara bambu cendani dengan 72
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X mendong atau kain batik, kipas yang merupakan perpaduan antara bambu dengan bahan serat alam lain , pandan, mendong dan sebagainya.
Gambar 2. Proses memadukan bahan-bahan menjadi beragam bentuk Bahan baku utama ini (bambu Cendani) didatangkan dari wilayah Wonosobo. Bambu Cendani seringkali disebut dengan bambu Cina. Harga bambu ditentukan oleh ukurannya. Harga berkisar antara Rp 500,- yang disebut pucukan dengan batang yang lebih kecil sampai dengan Gambar 2. Proses Perangkaian Rp 2.000,- yang berupa lonjoran. Bahan pembantu yang lain adalah gambas, klobot, daun/tumbuhan kering, mendong dan serat alam yang lain yaitu akar-akaran, pandan pantai dsb. Bahanbahan tersebut bisa diperoleh di pasar bahan kerajinan. Mitra membeli bahan tersebut di pasar Beringharjo Yogyakarta. Bahan-bahan tersebut merupakan bahan dari alam yang dahulunya tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, tetapi berkat kreativitas para pelaku industri kerajinan, bahan-bahan tersebut semakin banyak dibutuhkan. Terutama gambas/bestru, dimana harga buah ini dalam kondisi kering relatif mahal karena keunikan bentuk dan nilai artistiknya. Dan juga berbagai jenis daun dan tumbuhan kering yang lain, yang tumbuh liar di berbagai tempat, yang sebelumnya sama sekali tidak dimanfaatkan.
Dengan demikian industri ini mampu meningkatkan pendapatan para pemasok bahan alam tadi yang mana mereka adalah para pelaku ekonomi skala kecil yang tentu akan turut merasakan dampak positif dari peningkatan kinerja industri kecil kerajinan berbahan alam ini. Pada mitra usaha I, Dartik Natural menggunakan tenaga kerja sebanyak 6 orang yang mayoritas perempuan (5 perempuan, 1 laki-laki), sedangkan pada mitra 2 Uut Bambu menggunakan tenaga kerja sebanyak 3 orang, semua perempuan. Semua pekerja tersebut berasal dari desa sekitar wilayah Desa Gonjen. Para pekerja tersebut bertugas sesuai keahlian masing-masing sehingga mereka telah memiliki kemampuan kerja yang baik dalam melakukan tugasnya. Jenis pekerjaan mereka dibagi dalam 5 (lima) jenis pekerjaan, yaitu memotong bambu; memutihkan/membersihkan bahan (dengan proses perebusan); mewarnai bahan (dengan proses perebusan atau pengecatan); Membengkokkan bambu cendani (dengan alat blower); dan merangkai. (2) Aspek Manajemen Usaha Mitra Produk kerajinan yang dihasilkan kedua mitra ini telah menjangkau pasar di beberapa kota antara lain Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung dan sebagainya, serta beberapa kota di luar Pulau Jawa yaitu di Kalimantan (Palangkaraya dan Banjarmasin). Pada saat ini, perajin mitra belum melanjutkan untuk memenuhi permintaan ekspor karena merasa belum mampu untuk memenuhi pesanan ekspor secara kontinyu dengan kualitas sesuai permintaan. Selama ini mitra lebih memfokuskan pada permintaan pasar dalam negeri. Secara rutin mitra menyetor produknya ke 73
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
beberapa pengusaha kerajinan di beberapa toko kerajinan di Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan. Sistem pembayaran dilakukan dengan cara pembayaran langsung begitu produk diserahkan. Hal ini cukup membantu meringankan perajin karena pembiayaan operasional yang harus terus dilakukan. Selain itu pemasaran langsung juga dilakukan dengan cara mitra memasarkan produk tersebut pada setiap hari Minggu pagi di kawasan sekitar Universitas Gadjah Mada, dimana setiap hari Minggu dari jam 06.00 kawasan tersebut ramai oleh masyarakat yang melakukan kegiatan olahraga pagi. Situasi keramaian tersebut banyak dimanfaatkan para pelaku usaha untuk menggelar dagangannya di seputar kawasan Bunderan dan sekitarnya. Barang yang diperdagangkan cukup beragam dari berbagai jenis makanan minuman, pakaian, tanaman hias, berbagai produk kerajinan dan sebagainya. Kedua mitra secara rutin juga turut memanfaatkan event tersebut. Meskipun usaha mitra ini telah berjalan cukup lama serta telah mampu memenuhi permintaan beberapa kota di luar pulau, tetapi selama ini kedua mitra tidak melakukan pencatatan keuangan secara tertib sesuai aturan keuangan yang berlaku.
MASALAH (1) Aspek Produksi, yaitu: a. Pengembangan produk masih kurang; b. Proses pewarnaan bahan tidak optimal dan kurang memperhatikan keamanan kerja; c. Proses pengecatan bambu secara manual sehingga tidak efektif dan efisien. (2) Aspaek Manajemen, yaitu: a. Mitra tidak memiliki ruang pajang yang memadai dengan lokasi yang strategis; b. Tidak dilakukan pencatatan laporan keuangan; c. Promosi masih terbatas; d. Mitra belum memiliki komputer sebagai prasarana administrasi dan teknologi informasi.
METODA PELAKSANAAN 1)
2)
Mengidentifikasi masalah mitra dan pengumpulan data. Identifikasi masalah dan pengumpulan data dilakukan dengan cara interview/wawancara dengan pemilik usaha/mitra dan observasi langsung ke lokasi usaha mitra. Menyampaikan solusi kepada mitra a. Aspek Produksi, yaitu pelatihan pengembangan produk, penciptaan alat perebusan/pewarnaan yang hasilnya lebih baik (optimal) dan lebih aman, serta pengadaan kompresor untuk efisiensi dan efektifitas proses pengecatan. b. Aspek Manajemen, yaitu pengadaan tempat untuk ruang pajang (showroom), pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan pemasaran dan pembuatan media promosi berupa blog, brosur dan cd catalog, serta pengadaan komputer sebagai prasarana administrasi dan informasi (internet).
HASIL DAN PEMBAHASAN (1) Aspek Produksi a. Pelatihan Pengembangan Produk. Produk kerajinan berbahan dasar alam/natural masih memiliki pasar yang luas, sehingga perlu dikembangkan produk kerajinan berbahan dasar alam/natural. Untuk mengembangkan produk kerajinan tersebut telah dilaksanakan pelatihan pengembangan produk yang materinya adalah membuat kerajinan dari bahan daun lontar disertai dengan proses pewarnaanya 74
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X dengan menggunakan bahan pewarna kimia. Pewarnaan menggunakan bahan pewarna kimia ini dilakukan karena jika menggunakan bahan pewarna dari alam akan sangat banyak bahan pewarna yang dibutuhkan, sehingga menjadi tidak efisien mengingat mahalnya bahan pewarna dari alam. Dengan mengikuti pelatihan ini, mitra mampu membuat kerajinan dari daun lontar beserta proses pewarnaannya (Gambar 3).
Gambar 3. Pelatihan Pengembangan Produk Gambar 4. Alat Perebusan/Pewarnaan b. Penciptaan Alat Perebusan/ Pewarnaan. Alat perebus/pewarnaan yang selama ini digunakan, di samping bahannya kurang tebal, ukurannya juga relatif kecil, sehingga kurang menjamin keamanan dan kurang merata dalam pewarnaan. Sementara itu alat perebusan/pewarnaan yang telah diciptakan ini lebih menjamin keamanan dan pewarnaan yang lebih merata. Dengan menggunakan alat perebusan/pewarnaan ini, proses perebusan/pewarnaan akan lebih aman dan lebih merata karena diciptakan dengan bahan yang lebih tebal dan ukuran yang lebih besar. Selain itu alat perebusan/pewarnaan ini lebih awet/tahan lama karena terbuat dari plat besi yang lebih baik dan tebal. Dengan menggunakan alat ini, jumlah bahan (bambu) yang dapat direbus mengalami peningkatan sekitar 2 (dua) kali lipat, yaitu dari 400 batang/hari menjadi 800 batang/hari, bahkan dapat mencapai 1000 batang/hari, tergantung ukuran/diameter bambunya (Gambar 4). c. Pengadaan Kompresor dan Bor Duduk untuk Efisiensi dan Efektifitas. Selama ini pengecatan bambu sebagai bahan utama kerajinan ini dilakukan secara manual. Proses tidak efektif dan terjadi pemborosan cat. Dengan pengadaan dan penggunaan kompresor, proses pengecatan bambu selain menjadi lebih cepat, juga menjadi lebih efektif dan efisien (tidak boros). Demikian juga dengan pengadaan bor duduk proses pelubangan bahan menjadi lebih cepat dan efektif. Dengan kedua alat ini jumlah bahan/bambu yang dapat dicat dan dilubangi mengalami peningkatan. (2) Aspek Manajemen a. Pengadaan Tempat untuk Ruang Pajang (showroom). Salah satu masalah penting bagi mitra adalah tidak memiliki ruang pajang untuk memasarkan produk kerajinan. Kedua mitra ini berlokasi cukup jauh dari jalan raya dengan bangunan rumah sebagai tempat usaha yang tidak terlalu luas. Untuk itu telah diberikan subsidi kepada mitra untuk menyewa (pengadaan) tempat sebagai ruang pajang (showroom) di lokasi yang strategis untuk pemasaran yaitu di kawasan sentra industri gerabah Kasongan, di mana selama ini kedua mitra menjadi supplier tetap beberapa toko kerajinan di kawasan tersebut. Dengan adanya ruang pajang (showroom) ini, mitra dapat memajang produk kerajinannya di lokasi yang strategis sehingga lebih banyak konsumen yang datang untuk membeli (Gambar 5). 75
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 5. Showroom
Gambar 6. Pelatihan Pembuatan Laporan Keuangan
b. Pelatihan Pembuatan Laporan Keuangan. Meskipun usaha telah berlangsung lama tetapi kedua mitra tidak melakukan pencatatan keuangan. Untuk itu telah dilaksanakan pelatihan pembuatan laporan keuangan bagi mitra dan beberapa perajin lain di sekitar wilayah domisili mitra. Dengan adanya pelatihan ini mitra mampu membuat laporan keuangan yang nantinya dapat digunakan untuk mengakses ke perbankan dalam rangka pengajuan kredit (Gambar 6). c. Pelatihan Pemasaran Produk Kerajinan. Meskipun usaha telah berlangsung lama tetapi kedua mitra masih mengalami kendala dalam memperluas pasar. Untuk itu telah dilaksanakan pelatihan tentang pemasaran produk kerajinan. Dengan adanya pelatihan pemasaran produk kerajinan, mitra telah memperoleh informasi yang memadai terkait kepentingan perluasan pasar, sehingga mitra dapat memperluas pasar produk kerajinannya. d. Pembuatan Media Promosi berupa Blog, Brosur, Kartu Nama dan CD Catalog. Selama ini kedua mitra belum menggunakan teknik pemasaran modern baik melalui internet maupun media cetak yang lain. Pelanggan baru yang datang bisanya memperoleh informasi melalui pelanggan lain. Untuk itu telah dilakukan pembuatan media promosi berupa blog, brosur, kartu nama dan CD catalog. Dengan pembuatan blog maka diharapkan informasi tentang produk kerajinan dari mitra menjadi lebih tersebar luas, mengingat internet sudah menjadi kebutuhan bagi semua orang terlebih bagi pelaku bisnis. Dengan brosur, kartu nama dan CD catalog maka mitra akan sangat terbantu dalam menyebarkan informasi tentang produk kerajinan dari mitra terutama pada saat mengikuti pameranpameran yang sering diadakan di Yogyakarta maupun kota-kota yang lain. e. Pengadaan Komputer sebagai Prasarana Administrasi Keuangan dan Informasi (internet). Ketiadaan komputer merupakan salah satu kendala bagi mitra untuk terciptanya administrasi keuangan dan akses terhadap informasi melalui internet yang baik. Untuk itu telah dilaksanakan pengadaan perangkat komputer bagi kedua mitra sebagai prasarana pokok dalam kegiatan bisnis agar proses administrasi keuangan dan akses informasi melalui internet untuk keperluan promosi dapat berjalan dengan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN (1) Program pengabdian yang berupa aspek produksi telah dilaksanakan yang terdiri atas pelatihan pengembangan produk kerajinan (dengan bahan daun lontar, disertai proses pewarnaannya), penciptaan alat perebusan/pewarnaan, serta pengadaan kompresor dan bor duduk. Dengan adanya program pengabdian yang berupa aspek produksi ini mitra memperoleh kemanfaatannya, yaitu adanya peningkatan produksi kerajinan. 76
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X (2) Program pengabdian yang berupa aspek manajemen dan pemasaran telah dilaksanakan yang terdiri atas pengadaan (sewa) tempat untuk ruang pajang (showroom), pelatihan pembuatan laporan keuangan, pelatihan pemasaran produk kerajinan, dan pembuatan blog, brosur, kartu nama dan CD catalog, serta pengadaan komputer sebagai prasarana perbaikan administrasi keuangan dan promosi (internet). Dengan adanya program pengabdian yang berupa aspek manajemen dan pemasaran ini mitra memperoleh kemanfaatannya, yaitu berupa fasilitas, prasarana, dan pengetahuan yang dapat memperluas pasar sehingga akan meningkatkan nilai penjualan. (3) Untuk keberlanjutan dan pengembangan usaha mitra, perlu diberikan program pengabdian yang lain, baik berupa aspek produksi maupun aspek manajemen yang dapat menunjang mitra agar produknya lebih beragam dengan kualitas yang lebih baik dan dapat dipasarkan lebih luas lagi (pasar ekspor).
DAFTAR PUSTAKA Kotler, Philip dan Gary Amstrong. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1 dan 2, Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rudenko, N. (1994). Mesin Pengangkat. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sularso, Kiyokatsu Suga. (1985). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT Pradya Paramita. Umar Sukrisno. (1945). Bagian-bagian Mesin dan Merencana, Jakarta. Yulius, Hendri. (2012). 9 Langkah Praktis Membuat Pencatatan Akuntansi Keuangan Perusahaan Dagang. Jakarta: Elex Media.
SESI TANYA JAWAB Nama Pemakalah
Henry Sarwono
Nama Penanya Ambar Rukmini
Asal Institusi Universitas Widya Mataram
Bening P.S
UAJY
Aniek P.
UKDW
Isi Pertanyaan Bagaimana bentuk hasil kerajinan daun lontar ?
Bahan baku alami sebagai pelengkap bambu akan meningkatkan harga jual sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru. Misalnya dengan pemanfataan biji-bijian. Selain memberi nilai tambah, pemanfaatan bahan alami juga ramah lingkungan (masukan) Apakah produk berbahan dasar daun lontar ini dapat dijamin kontinuitasnya ? Apabila dikaitkan dengan tersedianya tanaman lontar di jogja ?
77
Jawaban Daun lontar dijadikan sebagai bunganya namun tidak hanya daun lontar saja bijibijian dan kulit jagung juga digunakan sebagai bunga. Untuk batang digunakan bambu.
Kelanjutannya berkendala karena ketersediaan daun lontar di jogja. Kalo ada kendala, nanti akan dikembangkan lagi dengan bahan lain untuk bunganya seperti biji-bijian. Selama ini digunakan kulit jagung dan gambas untuk bunganya. Mitra harus punya alternatif lain jika daun lontar tidak dapat dijangkau.