Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI “RUMAH HIJAU” DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. Refliaty dan Endriani Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah dilaksanakan dari bulan Juni sampai November 2015 di Desa Tangkit Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Tujuan kegiatan IbM ini adalah : a) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari, b). Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga, pemeliharaan ternak dan ikan, serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, c).Mengembangkan sumber benih/ bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, dan d). Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga dan menciptakan lingkungan hijau, bersih dan sehat secara mandiri. Metode kegiatan berupa penerapan IPTEK yang akan dilaksanakan meliputi : 1) Pelatihan atau kursus, tujuannya untuk menambah pengetahuan petani tentang lahan kering marginal, masalahnya dan cara penanganannya, 2) Pelaksanaan demonstrasi penerapan diversifikasi pangan dan menstimulan petani dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, 3) Melaksanakan percontohan penerapan teknologi model kawasan rumah pangan lestari dengan melibatkan seluruh anggota kursus, yang mencakup kegiatan pembuatan pupuk kompos, penyiapan benih, penyemprotan tanaman dengan larutan pestisida organik, dan pemberian pupuk organik, 4) Melaksanakan pembinaan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi rumah pangan lestari yang ramah lingkungan. Berdasarkan hasil analisis penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil produksi usahatani sayuran organik vertikultur di daerah penelitian masih sangat kecil karena usahatani ini hanya untuk pemanfaatan lahan pekarangan yang sempit sebagai salah satu sumber pangan rumah tangga, bukan untuk dijual. Total penerimaan yang di peroleh petani per tahunnya sebesar Rp11.529.136,-. Rata-rata petani mendapatkan penerimaan sebesar Rp 461.165,- . Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani setiap tahunnya adalah sebesar Rp210.586,- dan rata-rata pendapatan per petani setiap tahunnya adalah sebesar Rp 250.597,-.; 2. Usahatani sayuran vertikultur di daerah ini layak untuk diusahakan dengan nilai analisis R/C ratio sebesar 2,19 (R/C ratio >1); 3. Introduksi teknologi usaha tani ramah lingkungan mendapat respon positif para petani dengan tingkat partisipasi lebih dari 90 %; 4. Perbaikan teknologi budidaya sayuran dan bofarma perlu dilakukan, untuk peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Kata kunci : diversifikasi pangan, gizi keluarga, rumah hijau, ekonomi produktif keluarga, lingkungan lestari PENDAHULUAN Pada umumnya lahan pekarangan di Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal, khususnya dalam mewujudkan ketahanan pangan global. Sekitar 10,3 juta ha atau 14% luas pekarangan nasional belum
dimanfaatkan dari seluruh luas lahan pertanian. Pemerintah sedang menggalakkan budaya pertanian pada masyarakat. Pada umumnya budaya ini sudah ada di pedesaan, namun sudah mengalami pergeseran.
Perberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi Keluarga Melalui “Rumah Hijau” Di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 11
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Desa Tangkit adalah salah satu desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muara Jambi. Menurut Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi (2008) Desa Tangkit memilliki penduduk 9.621 jiwa atau 2.293 KK dengan jumlah laki-laki 4.870 jiwa dan perempuan 4.751 jiwa. Dari jumlah tersebut 2.036 jiwa (21,16%) diantaranya adalah penduduk miskin. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah dan masih perlu pembinaan dan penyuluhan dalam berusaha tani agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Potensi alam Kecamatan Sungai Gelam khususnya Desa Tangkit adalah lahan kering, lahan kering (perkebunan, tegalan, pekarangan dan hutan , lahan tidur), lahan sawah, kolam ikan. Pertanian dominan meliputi tanaman palawija (jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), tanaman perkebunan (kelapa sawit, karet), tanaman hutan (bulian), peternakan (kerbau, sapi, domba, kambing, ayam). Permasalahan di sektor pertanian adalah masih belum termanfaatkan lahan pertanian ecara optimal. Rendahnya kemampuan pemanfaatan lahan pertanian tersebut ditengarai karena sangat rendahnya kepemilikan lahan oleh petani dan masih rendahnya nilai tambah yang dapat diberikan oleh sektor pertanian atas modal yang ditanamkan. Sebagian besar lahan kering yang terdapat di Desa ini adalah milik orang tertentu yang menanam investasi, sementara masyarakat setempat hanya sebagai buruh atau penggarap saja. Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu. ke depan, setiap rumah tangga diharapkan mengoptimalisasi sumberdaya yang dimiliki,termasuk pekarangan, dalam menyediakan pangan bagi keluarga.
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Pada umumnya lahan pekarangan di Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal, khususnya dalam mewujudkan ketahanan pangan global. Sekitar 10,3 juta ha atau 14% luas pekarangan nasional belum dimanfaatkan dari seluruh luas lahan pertanian. Pemerintah sedang menggalakkan budaya pertanian pada masyarakat. Pada umumnya budaya ini sudah ada di pedesaan, namun sudah mengalami pergeseran. Untuk menjaga keberlanjutan dan mendapatkan nilai ekonomi dari KRPL, pemanfaatan pekarangan diintegrasikan dengan unit pengolahan dan pemasaran produk. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya penyelamatan hasil yang melimpah dan peningkatan nilai tambah produk. Kementerian Pertanian pada akhir 2010 telah menyusun suatu konsep yang disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Prinsip KRPL adalah suatu himpunan rumah yang mampu mewujudkan kemandirian pangan keluarga pemanfaatan melalui pekarangan. Hal ini bertujuan untuk membantu diversifikasi pangan dengan menggunakan sumber Prinsip dasar KRPL
Perberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi Keluarga Melalui “Rumah Hijau” Di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 12
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
adalah : (i) pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan, (ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii) konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. lokal yang ada dalam upaya kesejahteraan masyarakat. Empat tujuan M-KRPL diantaranya adalah : 1. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat dengan mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan secara lestari. 2. Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah , sayuran, toga, ternak, dan pengolahan hasil, serta pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai kompos. 3. Mengembangkan sumber benih atau bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melestarikan tanaman pangan lokal untuk masa depan. 4. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan berupa penerapan IPTEK bagi Masyarakat yang akan dilaksanakan meliputi : 1. Pelatihan atau kursus, tujuannya untuk menambah pengetahuan petani tentang lahan kering marginal, masalahnya dan cara penanganannya. 2. Pelaksanaan demonstrasi penerapan 3R dan menstimulan petani dalam penerapan 3 R dalam kehidupan sehari-hari 3. Melaksanakan percontohan penerapan teknologi 3R dengan melibatkan seluruh anggota kursus, yang mencakup kegiatan
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
pembuatan pupuk kompos, olah tanah konservasi, penyemprotan tanaman dengan larutan pestisida orgaanik, penentuan bidang olah dan pemberian pupuk organik 4. Melaksanakan pembinaan terhadap petani-petani yang akan menerapkan teknologi usaha tani ramah lingkungan bebas pupuk kimia dan pestisida di lahan milik petani itu sendiri. 5. Melaksanakan pemeliharaan tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan secara tepat guna untuk mendapat hasil yang menguntungkan. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi serta upaya untuk memahami kebutuham masyarakat tani serta respon petani di lokasi kegiatan IbM menggunakan tekhnik PRA (Paticipatory rural appraisal). Prinsip dasar dari PRA adalah 1) melibatkan seluruh kelompok secara repressif, 2) masyarakat lokasi demonstrasi sebagai pelaku utama , 3) menerapkan prinsip tringulasi, 4) berorientasi praktis, 5) mengoptimal hasil, 6) santai informal, dan 7) prinsip demokratis ( Badan Litbang Pertanian, 2004). Data ekonomi dikumpulkan dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK). Untuk mengetahui respon petani dilakukan wawancara secara semi struktural. Data agronomis dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan. Rancangan Evaluasi Evaluasi yang akan dilaksanakan pada kegiatan IbM ini yaitu : 1. Tanya jawab/diskusi mengenai hasil pelatihan/kursus, guna mengetahui tingkat pemahaman petani peserta kursus tentang materi yang disampaikan. 2. Penilaian pelaksanaan penerapan teknologi Pertanian Ramah Lingkungan (Konservation Farming) berbasis 3 R pada masyarakat mitra, dengan indikator pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman semusim (pangan) dan pertumbuhan
Perberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi Keluarga Melalui “Rumah Hijau” Di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 13
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
tanaman hortikultura, serta hasil analisis usaha tani. 3. Penilaian akan animo petani peserta kursus dan masyarakat lainnya terhadap penerapan teknologi EM-4 dan tindakan budidaya yang tepat (pemupukan, pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, pemberantasan hama dan penyakit serta penyiangan) pada lahan milik petani, serta pengelolaan hasil pangkasan tanaman pagar untuk sumber bahan organik tanah. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat dilaksanakan di Desa Tangkit Kecamatan Jambi Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi terletak pada lokasi yang cukup strategis, jarak tempuh ke ibu kota kecamatan sekitar 20 km, ke ibu kota Kabupaten sekitar 40 km dan ke ibu kota propinsi sekitar 25 km. Orbitasi ini menunjukkan bahwa akses Desa Tangkit Ke kota Jambi sangat dekat sehingga memudahkan dan memperlancar keluar masuknya teknologi dan pengetahuan. Mitra kegiatan IbM adalah kelompok wanita tani yang tergabung dalam kelompok tani ’ Putri Kolim’ dan mitra yang lainnya adalah kelompok tani ‘Rukun Makmur‘. Masyarakat tani di lokasi IbM melaksanakan usahatani hanya pada musim penghujan saja sedangkan pada musim kemarau petani membiarkan lahan pertaniannya tanpa dikelola dengan baik. Petani menanam tanaman pangan maupun palawija secara monokultur, di antara palawija yang diusahakan seperti jagung, kacang tanah dan kedelai. Di samping itu petani juga menanam tanaman sayuran, diantaranya adalah kacang panjang, pare, gambas, mentimun, dll. Permasalahan yang sering ditemui petani dalam budidaya palawija adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), sehingga secara rutin dilakukan penyemprotan pestisida setiap empat hari. Namun sebagian besar petani belum paham bahwa sebelum
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
pemanenan tidak boleh dilakukan penyemprotan pestisida karena akan membahayakan konsumen. Aplikasi pupuk organik masih terbatas dan lahannya nampak miskin hara. Introduksi teknologi usahatani ramah lingkungan Upaya untuk membantu terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga dimulai dari peran serta wanita, khususnya ibu rumah tangga dan remaja putri dalam meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan lahan pekarangan. Pada usahatani sayuran organik vertikultur ini jenis tanaman yang diusahakan adalah tanaman sawi, bayam, kangkung, terong, timun dan cabai. Penerapan pertanian organik vertikultur di lokasi mitra di mulai sejak diikutkannya wilayah ini sebagai daerah yang menerapkan MKRPL (Model Kawasan Rumah Pangan Lestari) oleh Pemda Kabupaten Muaro Jambi. Namun penerapan pertanian organik vertikultur ini belum serius diusahakan oleh petani mitra, hal ini dikarenakan pengalaman bertani petani dan alokasi waktu untuk melakukan usahatani ini masih rendah. Ratarata petani mitra juga masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pemerintah sehingga belum dapat melakukan usahatani secara mandiri, masih memerlukan bantuan-bantuan saprodi dan monitoring dari pemerintah. Hal-hal tersebut menyebabkan hasil produksi di daerah penelitian masih sangat rendah. Hasil dari penelitian sebagai berikut : 1. Analisis Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan dan R/C Ratio pada Usahatani Sayuran Organik Vertikultur di Desa Tangkit Biaya terbesar usahatani sayuran organik vertikultur adalah biaya tenaga kerja dengan proporsi sebesar 41,62% dari total pengeluaran dan biaya terkecil adalah biaya pembelian obat pengendali hama organik
Perberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi Keluarga Melalui “Rumah Hijau” Di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 14
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
sebesar 0,5%. Hal ini terjadi karena petani melakukan pengendalian hama dengan membuat obat pengendalian hama sendiri dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan seperti tembakau dan bawang putih. Para petani yang rata-rata adalah anggota kelompok tani dilatih dalam pembuatan
pengendali hama dan penyakit secara organik, sehingga rata-rata petani dapat membuat pengendali hama sendiri untuk usahataninya. Distribusi biaya usahatani sayuran organik vertikultur dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Biaya Usahatani Sayuran Organik Vertikultur Kelompok Tani Putri Kolim Di Desa Tangkit No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Bibit (Rp) Pupuk kandang Polibbag (Rp) Tenaga kerja (Rp) Penyusutan alat (Rp) Pestisida (Rp) Total (Rp)
Rata-rata Biaya (Rp) 21.880 10.400 36.520 87.632 53.094 1.042 210.568
Penerimaan terbesar usahatani sayuran organik vertikultur adalah penerimaan dari komoditi sawi dengan proporsi sebesar 39,54% dari total penerimaan dan penerimaan terkecil adalah penerimaan dari komoditi kangkung dengan
Presentase per petani (%) 10.39 4.94 17.34 41.62 25.21 0.5 100
proporsi sekitar 2,08%. Hal ini terjadi karena produksi komoditi kangkung sangat kecil yaitu sebesar 144 ons. Penerimaan usahatani sayuran organik vertikultur per petani dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Penerimaan Usahatani Sayuran Organik Vertikultur Kelompok Tani Putri Kolim di Desa Tangkit Komoditi Sawi Kangkung Bayam Cabai Terong Timun Total
Uraian Produksi (ons) Harga (Rp/ons) Penerimaan (Rp) 2.736 1.666 4.558.176 144 1.666 239.904 416 1.666 693.056 2.950 1.400 4.130.000 1.128 1.000 1.128.000 780 1.000 780 8.154 11.529.136 Rata-Rata Per Petani(Rp) 461.165
Rata-rata pendapatan petani pertahunnya adalah sebesar Rp 250.597,dan nilai Return Cost Ratio (R/C ratio) usahatani sayuran organik vertikultur ini adalah sebesar 2,19 (>1), yang artinya usahatani sayuran organik vertikultur di
Presentase 39.54 2.08 6.01 35.82 9.78 6.77 100
daerah penelitian layak untuk diusahakan . Rata-rata pendapatan dan hasil analisis perbandingan penerimaan dan total biaya usahatani (R/C ratio) sayuran organik vertikultur di Kecamatan Medan Marelan dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 3.
Perberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi Keluarga Melalui “Rumah Hijau” Di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 15
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Tabel 3. Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Sayuran Organik Vertikultur di Desa Tangkit Uraian Total Biaya (Rp) Harga rata-rata (Rp) Produksi (ons) Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp) R/C Aktivitas peserta Selama mengikuti kegiatan pelatihan dan demonstrasi teknologi melalui program IbM ini peserta pelatihan secara umum sangat menikmati. Memiliki motivasi yang tinggi dan mempunyai pengharapan yang sangat positif atas kegiatan IbM yang dilakukan.. Dalam proses pelatihan sering
Rata rata per Petani 210.568 1.416 325.16 461.165 250.597 2.19 terjadi diskusi dan tanya jawab, saling memberikan pandangan dan harapan ke depan yang lebih baik. Disamping itu petani pada kedua kelompok tani juga bersedia dan sangat responsif terhadap keberlanjutan program. Tingkat partisipatif peserta disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 : Tingkat Respon Petani Terhadap Kegiatan Penyuluhan dan Pelatihan Jenis kegiatan Jumlah peserta Partipatif (%) Penyuluhan usahatani ramah lingkungan 40 >90% Sosialisasi rumah hijau 15 90 % Pelatihan pembuatan kompos 15 100% Pelatihan membuat trichokompos 20 90% Petani demonstrator 1 100% Demplot sayuran vertikultur 2 100% Keberlanjutan program Berlanjut Berlanjut KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil produksi usahatani sayuran organik vertikultur di daerah penelitian masih sangat kecil karena usahatani ini hanya untuk pemanfaatan lahan pekarangan yang sempit sebagai salah satu sumber pangan rumah tangga, bukan untuk dijual. Total penerimaan yang di peroleh petani per tahunnya sebesar Rp11.529.136,-. Rata-rata petani mendapatkan penerimaan sebesar Rp 461.165,- . Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani setiap tahunnya adalah sebesar Rp210.586,- dan rata-rata pendapatan per petani setiap tahunnya adalah sebesar Rp 250.597,-.
2. Usahatani sayuran vertikultur di daerah ini layak untuk diusahakan dengan nilai analisis R/C ratio sebesar 2,19 (R/C ratio >1) 3. Introduksi teknologi usaha tani ramah lingkungan mendapat respon positif para petani dengan tingkat partisipasi lebih dari 90 %. 4. Perbaikan teknologi budidaya sayuran dan biofarma perlu dilakukan, untuk peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Saran Berdasarkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat program IbM yang telah dilaksanakan, disarankan agar program IbM ini tetap bisa dilanjutkan untuk daerah daerah lain yang masih sangat memerlukan
Perberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi Keluarga Melalui “Rumah Hijau” Di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 16
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
introduksi tenologi dan pendampingan dari Perguruan Tinggi. DAFTAR PUSTAKA Badan pusat Statistik. 2007. Produk Domesttik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Muaro Jambi Tahun 20022007. Badan Perencanaan, Penelitian Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi. Badan pusat Statistik. 2007. Muaro Jambi Dalam Angka Tahun 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Muaro Jambi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan teknologi pertanian. 2011. Petunjuk pelaksanaan Pengembangan model kawasan rumah pangan lestari Cicisilvana, 2010. Pengelolaan sampah secara terpadu melalui program 3R reduce, reuse, recycle di kota. http://cicisilvana.wordpress.com Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Muaro Jambi. 2007. Data Base Potensi Produksi Pertanian
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
(Statistik Pertanian. Distankannak Muaro Jambi. Rachman, Handewi .P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan“, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Ketahanan Pangan Wilayah. Makalah Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Pembahas pada Seminar Nasional “Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Nasional” Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram 5 – 6 September 2006.
Perberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Peningkatan Pangan dan Gizi Keluarga Melalui “Rumah Hijau” Di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 17