VOLUME. 1 No.1 _ MARET 2015
PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK BERKORELASI POSITIF DENGAN KEBERADAAN JENTIK DJ KELURAHAN BINTARO KOTA MATARAM Oleh: M. Taufik HidayatuUab2
Ais Fitri Ananda';
1.
2.
Mohasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Tenggara Barat
Jalan Selaparang No. 40 B Cakranegara Kota Mataram Email: Aisfitri_27@ymai/.com
ABSTRAK Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2013 sejumlah 1.613 kasus, Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram tahun 2013 sejumlah 504 kasus (31,24%),67
kasus (13,29%) terjadi di Puskesmas Ampenan,
35% terjadi terjadi di Kelurahan Bintaro.
Upaya pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mengubur dan pemberian abate), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan penanganan
di
Pemberantasan
rumah
tangga,
Penelitian
ini
Sarang Nyamuk dengan Keberadaan
bertujuan
untuk
mengetahui
hubungan
Frekuensi
Jentik di Kelurahan Bintaro Kota Mataram.
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi sejumlah 1.368 rumah dengan sampel sejumlah 93 rumah, penentuan sampel menggunakan Proportional Random Sampling Random
pada masing-masing Sampling
pemberantasan
Iingkungan
yaitu metode
dengan pengambilan
pengundian
sarang nyamuk sedangkan
sampel
secara
variabel terikat adalah keheradaan
dengan menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi. univariat dan bivariat (Chi Square dan Pearson Correlation). Hasil uji Chi Square menunjukkan
sampel menggunakan acak. Variabel
ada hubungan
metode Simple
bebas adalah
frekuensi
jentik. Data dikumpulkan
Analisis data dilakukan
antara frekuensi pemberantasan
dengan analisa sarang nyamuk
dengan keberadaan jentik di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram (p=O,OOO). Hasil uji Pearson Correlation (0,553) memmjukkan arab korelasi positif artinya hubungan antara kedua variabel tersebut dikatagorikan sedanglcukup. Diharapkan bagi masyarakat agar dapat melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin pada tiap minggunya agar perkembangbiakan vektor (nyamuk) dapat ditanggulangi, Kata Kunci : Pemberantasan
54
JURNAL SANGKAREANG
Sarang Nyamuk, Keberadaan Jentik, Kurahan Bintaro
MATARAM
VOLUME. 1 No.1 - MARET 2015
PENDAHULUAN Penyakit
Keputusan
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue nyamuk
Aedes
Aegypti dan Aedes Albopyctus. Faktor-faktor
yang
yang
ditularkan
melalui
gigitan
mernpengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) sangat kompleks, antara lain iklim dan pergantian
musim, kepadatan penduduk,
penduduk penular
dan
transportasi.
Demam
lingkungan
tidak
nyamuk
Dengue, kebersihan
Berdarah
yang
mobilitas
Sebaran
memadai
keganasan virusnya. Berdasarkan Japangan dapat diidentifikasikan
serta
fuktor
kejadian di faktor utama
adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Menteri
Kesehatan:
581fMenkeslSKNllIl992
tentang
nomor
pemberantasan
penyakit Dernam Berdarah dan Kepmenkes nomor 92 tabun 1994 tentang perubahan atas lampiran Kepmenkes
Nomor
dititikberatkan
581IMenkes/SKl1992,
pada
upaya
gerakan Pemberantasan selain penatalaksanaan memperkuat surveilans
kapasitas
pencegahan
Sarang Nyamuk (PSN) penderita DBD dengan rumah
epidemiologi
yang dengan
sakit, memperkuat
dan pencegahan
Kejadian
Luar Biasa (KLB) DBD (Kepmenkes RI, 2012). Pengendalian
vektor
dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk secara periodik oleh masyarakat oleh
Rukun
TetanggaIRukun
Keberhasilan
kegiatan
kegiatan
(pSN) dilakukan yang dikoordinir Warga
(RTIRW).
PSN dapat diukur dengan
Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk (Dinkom, 2007).
Angka
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang
besar dari 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005).
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua j enis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempattempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut (Zulkamaini,
2009).
Bebas
Upaya
Jentik
(ABJ).
pemberantasan
pada penggerakan
Apabila
DBD
ABJ lebih
dititikberatkan
potensi masyarakat
untuk dapat
serta dalam Pemberantasan Sarang (gerakan 3M Plus yaitu menguras,
berperan Nyamuk menutup,
mengubur
pemantauan
ABJ dan penanganan di rumah tangga.
dan
pemberian
abate),
Kasus DBD di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Usaha untuk mengatasi masalah penyakit DBD di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan,
(NTB)
berbagai
adalah 1613 kasus, dimana 504 kasus (31,24%) terjadi di Kota Mataram dengan urutan nomor dua
upaya
pemberantasan
vektor,
tetapi
hasilnya belum optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai penularan Demam Berdarah Dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita,
mencegah
pengendalian
gigitan
vektor.
nyamuk
Untuk pengendalian
dan vektor
Tahun
2013
menurut
KabupatenIKota
tertinggi setelah Kabupaten Surnbawa (Laporan P3PLDinas Kesehatan Provinsi Tahun 2013). Pemantauan Jentik Berkala (Pill) di Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB)
Pada tahun 2013, dimana Capaian
Angka Bebas
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan, diantara salah satunya
Jentik (ABJ) NTB adalah 86,70%. Kota Mataram
adalah
merupakan Kabupaten
dengan
Pengendalian membebankan penyakit
Pemberantasan
Sarang
Nyamuk.
vektor dengan cara kimia hanya perlindungan terhadap pindahnya
yang bersifat
sementara
dan dilakukan
hanya apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak
sedikit
serta mempunyai
terhadap lingkungan. Untukitu
darnpak
negatif
diperlukan cara lain
yang tidak menggunakan bahan kimia diantaranya melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian Pemberantasan
vektor
dengan
Sarang Nyamuk
melakukan
(Indra, 2003 cit.
Permai, (2010». Pengendalian Berdarah
Dengue
vektor (DUD)
penyakit telah
diatur
Demam dalam
yang nomor tiga Lombok Tengah
terrendah setelah dan Kabupaten
Lombok Utara mengenai capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) nya yaitu 87,74% (Laporan P3PL Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2013). Kasus
Demam
Berdarah
Dengue
di
Puskesmas Ampenan pada tahun 2013 sebanyak 67 kasus (13,29%), kasus tertinggi terjadi di Kelurahan Bintaro sebanyak 21 kasus (31,34%). (Laporan P3PL Puskesmas Ampenan Tahun 2013). Data Pemantauan Jentik Berkala
(Pill)
Puskesmas Ampenan pada tahun 2013, diketahui capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 87,39%. Dari
4.154
rumah
yang
dipantau
terdapat
463
rumah yang terdapat jentik dengan jumlah capaian
JURNAL SANGKAREANG MATARAM
55
VOLUME. 1 No.1 - MARET 2015
House Indeks (HI) adalah 12,72%. SeJanj utnya dari
Correlation
5.741
container yang terdapat jentik dengan Container lndeks (CI) adalah 10,82% (Data Puskesmas
kekuatan hubungan kedua variabel. Penelitian ini telah mendapat kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kesehatan
Ampenan Tahun 2013).
Masyarakat
container
Capaian Kelurahan
yang
diperiksa
Angka
Bintaro
Bebas
adalah
jerdapat
Jentik
88,62%,
(ABJ) dimana
671
untuk
melihat
arab
korelasi
Universitas Nusa Tenggara Barat.
di dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
160 rumah
Jawaban
yang terdapat jentik dengan jumlah capaian House Indeks (HI) adalah 12,02%. Selanjutnya dari 1641
pemberantasan
container
Mataram disajikan pada tabel 1 di bawab ini.
1.289 rumah yang ,dipantau terdapat
yang diperiksa
terdapat
serta
seminggu
190 container
responden satang
tarakhir
pada
nyamuk
kegiatan
yang
di Kelurahan
dilakukan
Bintaro,
Kota
yang terdapat jentik dengan Container Indeks (CI) adalah 11,62%. Jumlah seJuruh rumah yang terdapat di Kelurahan Bintaro adalah. 1368 rurnah
Tabel 1. Distribusi Jawabart Responden Terhadap Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Yang Dilakukan Seminggu Terakhir di Kelurahan Bintaro
(Data Puskesmas Ampenan Tahun 2013).
Tahun2014 M.ETODE
ini adalah observasional
Penelitian dengan
metode
cross
sectional
analitik,
artinya
data
Jenis Kegiatan Pada Tempat
dikumpulkan hanya satu kali disetiap subyek untuk mendapatkan gambaran saat itu pada waktu tertentu (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian rumah masyarakat Bintaro, Sampel
Kota
Mataram
penelitian
diproporsikan
di
sejumlah
ini sejumlah
ke
Air
Kelurahan 1368 rumah.
93 rumah
masing-masing
dengan teknik Proportional (Sugiono, 2007).
Penampungan
ini adalah seJuruh
yang berada
Menguras
67
72,04
26
27,96
Mengubur
66
70,96
27
29,04
Abatesasi
62
66,66
31
33,34
yang
lingkungan
Random
F_r_e_k_u_.e_D_si_R_u_ma __ h__ Ya % Tidak %
Sampling Distribusi
frekuensi
rumah
berdasarkan
Pengambilan sampel pada masing-masing lingkungan pada penelitian ini adalah menggunakan
analisis
metode
variabel penelitian disajikan pada tabel 2 di bawah
Simple
Random
metode pengundian
Sampling
(SRS)
yaitu
ini.
sampel secara acak sederhana
(Murti, 2006). Variabel
yang
pemberantasan
sarang
diukur
adalah
nyamuk
frekuensi
sebagai
variabel
bebas dan keberadaan jentik sebagai variabel terikat. Pengumpulan data frekuensi pemberantasan sarang
nyamuk
menggunakan
dilakukan
dengan
lembar kuesioner
wawancara
berupa checklist.
Selanjutnya pengumpulan data variabel keberadaan jentik dilakukan dengan menggunakan lembar observasi survey jentik. Analisis data dalam penelitian dengan
menggunakan
masing-masing
distribusi
pertanyaan
ini dilakukan
frekwensi
dalam
wawancara dan pada masing-masing
pada
kuesioner
variabel yang
selanjutnya dilalrukan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara kedua variabel serta uji Pearson
56
JURNAL SANGKAREANG MATARAM
•
univariat
dan
bivariat
masing-masing
VOLUME. 1 No.1 - MARET 2015
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Rumah Berdasarkan Hasil Univariat dan Bivariat Keberadaan Frekuensi
Ada Jentik
PSN
n
Jentik
I
Tidak Ada Jentik 0/0
0/0
P
%
D
Tidak memenuhi sXarat
23
24,73
8
8,60
31
33,33
Memenuhi syarat
11
11,83
31
54,84
62
66,67
Pearson Corelation
=
0,553
Berdasarkan tabel2 di alas, basil uji chi square data hasil penelitian diperoleh niJai p-value < a 0,05
(p=O.OOO) yang artinya terdapat hubungan bermakna
(signifikans)
yang frekuensi
antara
pemberantasan sarang nyamuk dengan keberaan jentik di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram. Hasil uji Pearson dengan
Corelation
nilainya
adaIah
arah korelasi positif artinya
0,553
hubungan
an.tara kedua variabel tersebut dikatagorikan sedanglcukup karena bergerak antara 2: 0,40 - < 0,70 dengan arah positif. PenjeJasan makna korelasi positif apabila frekuensi pemberantasan sarang nyamuk tidak memenuhi
jentik
Intensitas
korelasi
dengan (kuat
katagori
ada jentik.
lemahnya)
yang dilakukan Chadija, 2011 menunjukkan pemberantasan
pemberantasan sarang nyamuk dengan keberadaan jentik di KeJurahan Bintaro, Kota Mataram.
bagi
Diharapkan
masyarakat
agar
dapat
melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk minimal dilakukan satu kali seminggu sehingga tidak menyebabkan adanya jentik nyamuk pada Tempat
Penampungan
(TPA),
Air
sehingga
perkembangbiakan vektor pembawa penyakit dapat ditanggulangi untuk meminimalkan bahaya bagi masyarakat sekitar,
House lndeks
DAFT AR PUSTAKA Chadijah,
dan Kelurahan Tengah.
Siranindi
Kota
Palu
Hasil penelitian Bunga Setyawijayati (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang antara praktek PSN (p=O,040) dengan jentik
Aedes
aegypti
Departemen
2l.40 Kepmenkes
di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan
Nogosari
Rl.
Rencana
Kesehatan,
Jakarta,
Sarang
B, (2006),
Nyamuk
Teknis Demam
(pSN DBD) Oleh Juru
Dengue
Pemantau Jentik Kepmenkes RI. Murti,
Petunjuk
2012.
Pemberantasan Berdarah
Kabupaten Boyolali Tahun 2009.
Departemen
Depkes RI. Dinkom, (2007), Jadikan PSN Sebagai Budaya, Http://www.InfOlwm.go.id. 04/04/2014,
di Kelurahan
ada hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk (p=O,056) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti
Pelaksanaan
RI, (2005),
Kesehatan
Strategis
Genuksari Kota Semarang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, 2009 menunjukkan bahwa
Dalam
Sarang Nyamuk DHD (PSN-
DHD) di Dua. Kelurahan di Kola Palu, Sulawesi Tengah, Media Litbang Kesehatan.
Palupi
Sulawesi
Masyarakat
Pemberantasan
bahwa
(HI) (P=O,OO) ill Kelurahan
Sitti, dkk, (2011), Peningkatan Peran
Serta
sarang nyamuk DBD memberikan
pengaruh yang signifikans terhadap peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan penurunan angka
keberadaan
DAN SARAN
HasiJ penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikans antara frekuensi
dilihat
berdasarkan tabel korelasi (Sambas, 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
signifikans
KESIMPULAN
syarat maka akan diikuti pula dengan
keberadaan
juga
0,000
(JUMANTIK).
Desain
dan
Jakarta
Ukuran
Sampel
Penelitian Kuamitatif dan Kualitatif Bidang Kesehatan, University Press. Notoatmodjo,
Soekidjo
:
di
Yogyakarta,
Gl\ja Mada
(2005),
Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta, Nugroho,
Farid Set yo, (2009),
Fktor
Yang
Skripsi
Berhubungan
: FaktorDengan
JURNAL SANGKAREANG MATARAM
57
VOLUME. 1 No.1·
MARET 2015
Keberadaan Jentik Aedes aegypty di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupafen Boyolali, Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Muhammadiyah Surakarta. Permai, Wadung Indah,
Universitas (2010), J 0/03/22/
http://wadunrt.wordpress.com!20 makaLah-dem,am-berdarah-dengue.
o l/JuliI20 14, 11.33 Sambas, Ali Muhidin, Abdurrahman, Maman, (2001), Analisls Korelasi, Regresi dan Jalur
Bandung, Pustaka Setia. Setyawijayati, Bunga, (2010), Skripsi : Hubungan Dalam Penelitian,
Antara Karakteristik PSN
dengan
Kontainer dan Praktek
Keberadaan
Jentik
Aedes
Aegypti
di Kelurahan Genuksari Kola Semarang, E2A605012. Sugiyono, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta Zulkarnaini, Siregar, YI, Damena (2009), Skripsi : Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue di Daerah Rowan Demam Berdarah Dengue Kola Dumai Tahun 2008,
Universitas Riau.
58
JURNAL SANGKAREANG
MATARAM