PEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KECUKUPAN MODAL DI DUA DIMENSI BERBEDA MELALUI MODEL APEX BPR DAN GRAMEEN BANK Oleh: Muhammad Khoirul Fuddin Mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang E-mail/No. Hp:
[email protected]/ 085649947747 Abstract This research is based on two models of the object model of the Grameen Bank that successfully implemented in rural communities of Bangladesh and APEX BPR models have been suggested by the Central Bank of Indonesia. It is expected that these two models can be reduced poverty in Indonesia. Conclusions can be drawn from this study is that the level of poverty later in Indonesia in handling through lending activities were not able to use only one in the same way. this is because, since this type of poverty in rural and urban areas have differences. With the APEX BPR is felt more appropriate to extend credit in the urban poor Grameen Bank model is more suitable to be applied to extend credit in rural communities. Keywords: poverty, apex bpr, and grameen bank Abstrak Penelitian ini didasarkan pada dua model dari model obyek dari Bank Grameen yang berhasil diterapkan di masyarakat pedesaan di Bangladesh dan BPR APEX model telah diusulkan oleh Bank Sentral Indonesia. Diharapkan kedua model dapat mengurangi kemiskinan di Indonesia. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa tingkat kemiskinan kemudian di Indonesia dalam penanganan melalui kegiatan pinjaman tidak dapat menggunakan hanya satu dengan cara yang sama. ini karena, karena ini jenis kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan memiliki perbedaan. Dengan BPR APEX dirasakan lebih tepat untuk memperpanjang kredit dalam model miskin perkotaan Grameen Bank lebih cocok diterapkan untuk memperpanjang kredit di masyarakat pedesaan. Kata Kunci: kemiskinan, apex bpr, dan grameen bank penyebabnya
PENDAHULUAN Kemiskinan
merupakan
–
masing
negara. Banyak sekali faktor yang
mendirikan
menyebabkan terjadinya kemiskinan
menopang
suatu
individu.
Salah
satu
factor
kurangnya
jumlah modal yang dimilik ioleh
permasalahan yang serius bagi setiap
negara.
adalah
masing suatu
orang usaha
perekonomian Sebenarnya
untuk dalam per
kekurangan
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
modal
bias
dengan
Kedua, terdapat resiko gagal
yang
bayar yang cukup tinggi apabila pihak
diberikan oleh lembaga keuangan
lembaga keuangan salah menyalurkan
bank ataupun non bank. Dengan
kredit kepada Usaha Kecil Mikro
adanya
kreditini
karena biasanya Usha Kecil Mikro
diharapakan mulai tumbuh UMKM
kurang mempunyai barang likuid
(Usaha
yang
adanya
diantisipasi
pemberian
kredit
pemberian
Menengah
dikalangan
Kecil
masyarakat
kebawah
Mikro)
bias
dijaminkan
untuk
menengah
memperoleh pinjaman. Ketiga, biaya
mampu
administrasi yang dikenakan oleh
sehingga
mengurangi jumlah angka kemiskinan
pihak
dan pada akhirnya meningkatkan laju
antara Usaha Kecil Mikro dengan
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
perusahaan
Kekurangan memang
bisa
modal dihindari
keuangan
mungkin
sehingga
dengan
lembaga
–
cenderung
sama
perusahaan
besar,
akhirnya
pihak
pada
keuangan
kurang
pemberian kredit kepada masyarakat
memprioritaskan Usaha Kecil Mikro.
kelas menengah kebawah. Apabila
Keempat, sistem atau tata cara kredit
berbicara kredit maka hal yang paling
yang ada di bank umum biasanya
banyak menjadi persoalan adalah
dianggap terlalu menyulitkan pihak
resiko gagal bayar, pemberian kredit
Usaha Kecil Mikro yang biasanya
yang tepat dan proses pemberian
mayoritas pemilikdari Usaha Kecil
termasuk syarat – syarat yang yang
Mikro adalah lulusan SLTA.
harus dipenuhi oleh para peminjam. Jadi
dalam
prakteknya
Dengan
adanya
beberapa
kredit
kendala ini, biasanya para masyarakat
mempunyai berbagai permasalahan,
menengah kecil yang memiliki usaha
antara lain yaitu: Pertama, dengan
kecil lebih tertarik kepada BPR atau
adanya
kepada
pun lembaga keuangan lain bahkan
Usaha Kecil Mikro pihak perbankan
kepada para rentenir karena dengan
kurang
memaksimalkan
adanya lembaga – lembaga tersebut
keuntungan karena biasanya Usaha
pihak Usaha Kecil Mikro berpendapat
Kecil Mikro hanya meminjam dalam
bahwa akan lebih cepat mendapatkan
jumlah kecil.
kredit tanpa adanya syarat atau sistem
pemberian
bias
kredit
yang
dianggap
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
memberatkan
244
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
walaupun dengan konsekuensi harus
dirasa bisa optimal dikarenakan syarat
membayar dengan tingkat suku bunga
dan prosedur yang diajukan dirasa
yang cukup tinggi.
dapat
dilpenuhi
miskin
kota,
Ternyata persoalan ini tidak hanya
berhenti
dari
oleh
masyarakat
sebaliknya
bagi
lembaga
masyarakat miskin desa syarat dan
keuangan mana yang dituju dalam
prosedur yang diajukanoleh BPR
menerima pinjaman tetapi juga di sini
mungkin akan sedikit menyulitkan.
terdapat suatufakta baru yang dapat menentukan
tingkat
keberhasilan
Solusi mengatasi
yang
dirasa
permasalahan
dapat tersebut
pinjaman masyarakat miskin dalam
adalah kekurangan modal yang terjadi
Usaha Kecil Mikro. Persoalan baru
pada
yang muncul di sini adalah terdapat
masyarakat
penggolongan
miskin
dengan berlakunya atau berdirinya
menurut wilayah desa dan kota yang
Grameend Bank dimana syarat dan
ada di Indonesia.
prosedur penjaman kredit produktif
masyarakat
Bagi masyarakat miskin di kota solusi dari kekurangan modal dalam
Usaha
wilayah
menganggkat
bagi
desaa
dalah
Dari paparan latar belakang di atas,
tetapi
miskin
bagi
kepada masyarakat desa.
diselesaikan dengan BPR yang ada di akan
Mikro
memang benar – benar dikhususkan
Usaha Kecil Mikro mungkin bias
kota,
Kecil
maka
penulis
berusaha
“Pemberantas
topik
masyarakat miskin di wilayah desa
Kemiskinan & Kecukupan Modal di
BPR mungkin masih kurang begitu
Dua Dimensi Berbeda Melalui Model
optimal dalam penyelesaian masalah
APEX
kekurangan modal bagi Usaha Kecil
Bank”.Dengan adanya dua sistem
Mikro.
yang berbeda yang diterapkan kepada
Dilihat dari segi pendapatan ataupun
tingkat
pendidikan
BPR
Dan
Grameen
masyarakat miskin desa dan kota ini diharapkan
proses
pinjaman
masyarakat miskin di daerah kota dan
kecukupan modal yang ada di Usaha
desa mempunyai perbedaan. Di sisi
Kecil Mikro di kota dan desa dapat
lain BPR dalam memenuhi kebutuhan
terpenuhi sehingga nantinya dapat
kecukupan modal Usaha Kecil Mikro
menganggkat pertumbuhan ekonomi
di kalangan masyarakat miskin kota
secara
nasional
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
dan
semakin
245
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
mengecilkan angka kemiskinan yang
Hidup dalam rumah yang tidak
ada di Indonesia.
dilengkapi dengan WC/ bersama sama dengan rumah tangga lain; 5)
KRITERIA
DAN
BATASAN
PENDUDUK
MISKIN
Hidup dalam rumah tanpa listrik; 6) Tidak
mendapatkan
bersih/
INDONESIA Sebelum
berlanjutan
sumur/
fasilitas
mata
air
air tidak
tentang
terlindung/ sungai/ air hujan; 7)
model APEXBPR dan Grameen Bank
Menggunakan kayu bakar, arang atau
sebagai
minyak tanah untuk memasak; 8)
solusi
pemberantas
kemiskinan & kecukupan modal di
Mengkonsumsi
dua dimensi berbeda yaitu antara
seminggu sekali; 9) Belanja satu set
masyarakat miskin kota dan desa,
pakaian baru setahun sekali; 10)
terlebih
harus
Makan hanya sekali atau dua kali
mendefinisikan kriteria dan batasan
sehari; 11) Tidak mampu membayar
miskin penduduk Indonesia.
biaya kesehatan pada Puskesmas
dahulu
BPS (empat
telah
menetapkan
belas)
miskin,
kita
kriteria
seperti
disosialisasikan
oleh
yang
daging
atau
susu
14
terdekat; 12) Pendapatan keluarga
keluarga
kurang dari Rp. 600.000,- per bulan;
telah
13)
Pendidikan
Kepala
Keluarga
Departemen
hanya setingkat Sekolah Dasar; 13)
Komunikasi dan Informatika (2005),
Tidak memilik tabungan/barang yang
rumah tangga yang memiliki ciri
mudah
rumah tangga miskin yang apabila
500.000,-(kendaraan,
memenuhi
dll); 14) Mempekerjakan anak di
salah
satu
kriteria
dijual
dengan
nilai
emas,ternak
dikategorikan sebagai “miskin”. ciri
bawah
tersebut yaitu: 1) Hidup dalam rumah
membiayai anak untuk sekolah.
umur
dan
Rp.
tidak
mampu
dengan ukuran lebih kecil dari 8 M2
Ada satu kriteria tambahan lagi,
per orang; 2) Hidup dalam rumah
hanya tidak terdapat dalam leaflet
dengan lantai tanah atau lantai kayu
bahan
berkualitas rendah/ bamboo; 3) Hidup
Komunikasi dan Informatika tentang
dalam rumah dengan dinding terbuat
kriteria rumah tangga miskin, yaitu
dari kayu berkualitas rendah/ bambu/
rumah tangga yang tidak pernah
sosialisasi
Departemen
rumbia/ tembok tanpa diplester; 4)
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
246
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
menerima
kredit
usaha
UMKM/
KUMKM setahun lalu. Berdasarkan
yaitu BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang dirasa bukan solusi untuk
yang
mencegah
kemiskinan,
ditetapkan di atas, di sini penulis
sebaliknya
malah
berusaha membatasi ruang lingkup
masyarakat miskin untuk semakin
penelitiannya dari sudut pandang
bertindak konsumtif dengan bantuan
moneter
yang diterimanya. Karena BLT tidak
yaitu
kriteria
kriteria
penduduk
tetapi
mendorong
miskin dilihat dari rumah tangga yang
memberikan
dampak
tidak pernah atau belum mendapatkan
masyarakat untuk semakin produktif,
kredit usaha UMKM/ KUMKM.
BLT
hanyalah
kepada
digunakan
untuk
Dengan adanya fokus terhadap
memenuhi kebutuhan sehari – hari.
kredit yang diberikan kepada keluarga
Berbeda dengan diberikannnya kredit
miskin diharapkan disini kemiskinan
di sini masyarakat di dorong untuk
bisa dihindari dan diperbaiki secara
melakukan kegiatan produktif dan
efisien dan efektif. Karena dengan
adanya
tindakan
memberikan bantuan dana kepada
kredit
yang
kelompok miskin itu dirasa lebih
dirasakan bantuan kredit lebih pantas
produktif dari pada bantuan yang
dan
diterapkan oleh pemerintah saat ini
miskin.
monitoring
diberikan
produktif
bagi
dari
sehingga
masyarakat
Tabel 1. Jumlah Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/ Bantuan Modal Hasil Pendataan Keluarga 2011 No Provinsi 31 DKI Jakarta 32 JawaBarat 33 JawaTengah 34 DIYogyakarta 35 JawaTimur 51 Bali 36 Banten JAWABALI 11 Aceh 12 SumateraUtara 13 SumateraBarat 16 SumateraSelatan 18 Lampung 52 NusaTenggaraBa rat
Ya 61,547 1,001,968 1,222,544 92,018 962,941 55,281 313,792 3,710,091 112,410 43,852 165,386 61,188 49,413 136,763
Keluarga mendapat Bantuan modal % Tidak 3.52 1,686,839 8.54 10,734,361 12.45 8,593,993 9.90 837,218 8.60 10,238,757 5.89 883,525 12.49 2,198,161 9.54 35,172,854 10.09 1,001,280 1.40 3,094,805 13.77 1,035,780 3.11 1,905,336 2.41 1,998,331 9.71 1,271,813
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
% 96.48 91.46 87.55 90.10 91.40 94.11 87.51 90.46 89.91 98.60 86.23 96.89 97.59 90.29
Jumlah Kepala Keluarga 1,748,38 6 11,736,32 99,816,53 7 929,236 11,201,69 8 938,806 2,511,95 3 38,882,94 51,113,69 0 3,138,65 7 1,201,16 6 1,966,52 4 2,047,74 4 1,408,57 6
247
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
61 KalimantanBarat 63 KalimantanSelata 71 n SulawesiUtara 73 SulawesiSelatan 19 BangkaBelitung 75 Gorontalo 76 SulawesiBarat LUARJAWABALII 14 Riau 15 Jambi 17 Bengkulu 53 NusaTenggaraTi mur 62 KalimantanTeng ah 64 KalimantanTimu 72 rSulawesiTengah 74 SulawesiTenggar a 81 Maluku 91 Papua 82 MalukuUtara 92 PapuaBarat 21 KepulauanRiau LUARJAWABALIII NASIONAL
50,446 42,316 96,754 189,167 9,924 79,992 25,986 1,063,597 48,856 54,918 28,727 203,439 14,823 52,674 89,415 50,126 6,865 5,099 9,004 4,188 29,717 597,851 5,371,539
4.38 4.10 15.39 9.46 2.85 27.92 9.30 6.41 4.12 6.71 6.19 19.03 2.76 6.76 13.23 9.34 2.07 0.82 3.45 2.07 6.73 7.54 8.47
Menengah
Mikro,
Kecil
(UMKM)
95.62 95.90 84.61 90.54 97.15 72.08 90.70 93.59 95.88 93.29 93.81 80.97 97.24 93.24 86.77 90.66 97.93 99.18 96.55 97.93 93.27 92.46 91.53
1,151,98 7 1,032,07 1 628,479 1,999,17 2 347,786 286,532 279,306 16,601,69 01,186,57 5 818,233 464,202 1,069,17 8 537,892 779,171 675,690 536,520 330,884 622,272 261,314 202,323 441,760 7,926,01 4 63,410,64 9
97,3% dari total angkatan kerja yang
UMKM DI INDONESIA Usaha
1,101,541 989,755 531,725 1,810,005 337,862 206,540 253,330 15,538,103 1,137,719 763,315 435,475 865,739 523,069 726,497 586,275 486,394 324,019 617,173 252,310 198,135 412,043 7,328,163 58,039,120
dan
memiliki
bekerja) dan memiliki jumlah yang besar
dari
total
unit
usaha
di
peranan penting dalam perekonomian
Indonesia serta kontribusi yang cukup
di
memiliki
besar terhadap investasi di Indonesia
proporsi sebesar 99,99% dari total
yaitu sebesar Rp222,74 Triliun atau
keseluruhan
51,80% dari total investasi pada tahun
Indonesia.
UMKM
pelaku
usaha
di
Indonesia atau sebanyak 52,76 juta
2008.
unit (BPS,2009). Data Badan Pusat
Pengembangan
UMKM
Statistik (BPS) tahun 2009 tersebut
semakin gencar dilakukan pemerintah
juga menunjukkan bahwa UMKM
dan
terbukti berkontribusi sebesar 56,92%
meningkatkan
dari total Produk Domestik Bruto
Upaya
(PDB) Indonesia atau setara dengan
UMKM ini salah satunya dilakukan
Rp1.213,25
itu,
melalui pengembangan UMKM yang
kemampuan
dalam pelaksanaan mengacu pada
menyerap tenaga kerja (menyerap
ASEAN Policy Blue Print for SME
UMKM
Triliun. memiliki
Selain
pihak
lainnya kinerja
mencapai
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
sektor
untuk ini.
pengembangan
248
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
Development Dalam
(APBSD) 2004-2014.
APBSD,
pengembangan
Afrika Selatan (Cravo, 2010; Falkena dan Herrero, 2008).
UMKM dilaksanakan melalui lima program
yaitu
pengembangan
program kewirausahaan,
Dari sisi penawaran kredit, penelitian yang dilakukan oleh Ali (2008)
menyebutkan
bahwa
peningkatan kemampuan pemasaran,
keengganan bank dalam memberikan
akses kepada keuangan, akses kepada
kredit terhadap UMKM terutama
teknologi
disebabkan oleh keterbatasan aset
dan
kebijakan
yang
kondusif.
yang dapat dijadikan sebagai jaminan
Akan UMKM
tetapi,
ini
pengembangan
(collateral), ketidakpastian bisnis di
menghadapi
masa depan, lemahnya manajemen
masih
kendala terutama dalam mengakses
keuangan, dan kurangnya
biaya dari sektor perbankan. Kendala
record.
UMKM terhadap kredit perbankan ini
track
Adapun pengelolaan UMKM di
bisa ditinjau dari sisi permintaan dan
Indonesia
dilakukan
panawaran. Dari sisi permintaan,
Kemenkop
dan
UMKM memiliki karakteristik yang
rangka mewujudkan pengembangan
cukup unik dimana pada umumnya
UMKM di Indonesia, Kemenkop dan
UMKM tidak memiliki informasi
UMKM memiliki beberapa strategi.
keuangan
dan
Di dalam rencana strategis Kemenkop
menyebabkan
dan UMKM tahun 2010 – 2014,
pemberi kredit memiliki kesulitan
dijelaskan bahwa arah kebijakan yang
dalam
dikeluarkan memiliki beberapa fokus
yang
terorganisir
mengenai
transparan
yang
memperoleh kondisi
informasi
keuangan
dan
di
bawah
UMKM.
Dalam
yang berkaitan dengan UMKM, yaitu
usaha dari UMKM. Hal tersebut dapat
peningkatan
menyebabkan bank kesulitan dalam
kondusif (pengembangan peraturan
meminimalisir risiko
dan
default atas
iklim
usaha
perundang-undangan
yang
yang
kredit yang dapat disalurkan kepada
memudahkan, pembentukan forum
UMKM. Hal ini dibuktikan oleh hasil
dan peningkatan koordinasi antar
penelitian di beberapa negara, seperti
lembaga
yang
Brazil, Peru, dan sejumlah negara di
UMKM,
peningkatan
berkaitan
dengan
kemampuan
dan kualitas aparat, pengembangan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
249
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
model teknologi untuk mendukung
Sebagai
UMKM, dan lain-lain), peningkatan
memiliki
akses terhadap sumber daya produktif
meningkatkan
(penguatan
perbankan
permodalan
UMKM,
contoh,
Bank
Indonesia
kebijakan
untuk
fungsi yang
intermediasi salahsatunya
pengupayaan penurunan suku bunga
bertujuan untuk membantu akses
pinjaman bagi UMKM, restrukturisasi
pendanaan bagi UMKM. Kebijakan
usaha, peningkatan produktivitas dan
ini tertuang baik dari sisi penawaran
mutu,
lembaga
maupun permintaan. Peraturan Bank
fasilitas
Indonesia
(PBI)
investasi UMKM, dan pengembangan
6/25/PBI/2004
dan
sistem bisnis), pengembangan produk
6/44/DPNP mengenai rencana bisnis
dan pemasaran (pemanfaatan ilmu
bank
dan teknologi, penguatan jaringan
kredit pada UMKM bertujuan untuk
usaha dalam dan luar negeri, dan
mengetahui sejauh mana komitmen
fasilitasi promosi), dan peningkatan
bank dalam pemberian kredit bagi
daya saing SDM (pengembangan
UMKM. Di sisi permintaan, program
kewirausahaan, manajerial, keahlian
Bank
teknis, dan kemampuan dasar).
penguatan
pemberdayaan
pengembangan
bisnis,
Selain fokus strategi tersebut,
umum
dalam
Indonesia
UMKM
Nomor SE
Nomor
menyalurkan
difokuskan
lembaga dalam
pada
pendamping
bentuk
kegiatan
kebijakan Kemenkop dan UMKM
pelatihan dan penelitian. Kementerian
juga dimaksudkan untuk mendukung
Keuangan
manajemen dan pelaksanaan tugas
Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
teknis lainnya, meningkatkan sarana
No.
dan prasarana aparatur kementerian,
mengeluarkan program penjaminan
dan mengembangkan program dan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
kegiatan
tujuannya mengembangkan UMKM
yang
berkaitan
dengan
(Kemenkeu)
135/PMK/.05/2008
pengembangan UMKM. Di samping
dan
program-program
berkesinambungan.
oleh
Kemenkop
yang
dijalankan
koperasi
secara Peraturan
ini
UMKM,
kemudian mengalami revisi dalam hal
beberapa lembaga lain di Indonesia
jangka waktu kredit, retstrukturisasi,
juga
dan
melakukan
dan
melalui
usaha
untuk
membantu perkembangan UMKM.
plafon
dikeluarkannya
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
pinjaman
dengan PMK
250
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
No.10/PMK.05/2009. Contoh lainnya
adalah definisi UMKM versi Bank
adalah
Indonesia,
yakni:
penjaminan kredit seperti Asuransi
maksimum
aset
Kredit
Menunjuk
keberadaan
Indonesia
Jaminan
perusahaan
(Askrindo)
Kredit
dan
1)
Menunjuk
dimiliki;
maksimum
2) hasil
Indonesia
penjualan; 3) Dimiliki oleh WNI; 4)
(Jamkrindo) yang bertujuan untuk
Tidak berafiliasi dengan badan usaha
meningkatkan akses UMKM terhadap
menengah atau besar; 5) Berbadan
kredit
hukum.
dengan
penjaminan.
memberikan
Selain
itu,
saat
jasa ini
Permasalahan kedua, definisi
sedang dalam pembahasan adalah
yang berbeda mengakibatkan UMKM
pembentukan Perusahaan Penjaminan
kesulitan mendapatkan informasi dan
Kredit Daerah (PPKD).
akses
Usaha Kecil dan Menengah,
pada
banyak
operasional.
hal
Misalnya
kesulitan
termasuk mikro, di Indonesia saat ini
dalam
mempunyai kontribusi yang besar
kepercayaan
terhadap Produk Domestik Bruto
ketiadaan bentuk badan hukum, tidak
(PDB) dan perekonomian Indonesia.
memiliki laporan keuangan, tidak
Keberdayaannya menghadapi krisis
memiliki agunan, ketidakmampuan
dan
membuat
kontribusinya
perekonomian UMKM
negara
sebagai
terhadap menjadikan
subyek
lembaga
proposal
di
yang
persoalan
UMKM
berdasarkan
pada
hasil observasi tim peneliti terhadap
tataran kebijakan dan pelaksanaan
UMKM di Indonesia menunjukkan
menghadapi banyak permasalahan.
bahwa
Permasalahan pertama timbul karena
bankable, paling tidak terdapat enam
pendefinisian yang berbeda antar
aspek
lembaga pemerintah. Perbedaan inilah
entrepeneurship yang harus dibenahi.
yang
Posisi UMKM pertama kali, meski
“mungkin”
Indonesia
karena
kredit
Kategorisasi pembiayaan
UMKM
ketidakadaan
komprehensif.
banyak
pihak.
pemasaran,
secara
menyebabkan
untuk
lain
selalu,
dapat
menjadi
selain
kebijaksanaan pemerintah terhadap
tidak
UMKM terkesan bersifat ad hoc. Dari
potensial, kemudian naik pada posisi
beragam definisi, yang paling terukur
feasible. Pergeseran ini terjadi ketika
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
berada
pada
aspek
zona
251
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
UMKM mulai meningkatkan kualitas
pembiayaan jangka pendek (modal
produksi, misalnya adanya quality
kerja) dengan siklus yang tetap dan
control , dan mulai menggunakan
berulang-ulang
sistem pemasaran. Pada tabel di
industrinya.
tergantung
dari
bawah ini, tampak bahwa untuk menjadi UMKM yang
bankable
MODEL APEX BPR
enam aspek harus dipunyai dengan penekanan
aspek
bahasa Yunani berarti “pengayom”
produk,
secara harfiah memberikan amanat
pada
entrepreneurship, produksi/operasi,
Terminologi Apex yang dalam
pemasaran
dan
kepada lembaga yang ditunjuk untuk
legal. Adanya lembaga pemeringkat
bertindak
seharusnya
pengayom bagi lembaga - lembaga
bisa
mempercepat
membantu dan
yang menjadi anggotanya. Menurut
yang
praktek umum (common practice)
menjadi
yang berlaku di negara-negara lain,
eksplisit dengan adanya penilaian
fungsi lembaga Apex dititikberatkan
lembaga
pada
kekurangan
assessment
sebagai Apex, menjadi
aspek
sebelumnya
dari
implisit,
pemeringkat
terhadap
misalnya
ketidakadaan
aspek
keuangan dan permodalan. Permasalahan
peran
pengumpulan funds),
ketiga
yang
dukungan
struktural
support).
dan
pengoperasian badan usaha, hal ini
penyatuan/
dana
(pooling
pemberian
of
bantuan
keuangan (financial assistance) dan
dihadapi UMKM adalah persoalan pendirian
dalam
teknis
Berdasarkan
(technical
pembelajaran
berbeda dengan persoalan usaha besar
selama beberapa waktu, diketahui
yang lebih merupakan persoalan skala
pula bahwa bentuk paling ideal
usaha. Jika kita lihat kembali struktur
lembaga
unit usaha, terlihat bahwa UMKM
atau unit bank umum, karena
adalah sektor yang
mampu menjalankan fungsi - fungsi
bukan
labor intensive
capital intensive , sehingga
Apex adalah bank umum
Apex, terutama terkait
(i)
dengan
tidak membutuhkan modal dalam
penyediaan fasilitas/ akses kepada
skala
sistem pembayaran; (ii) memiliki
yang
pembiayaan
besar. lebih
Kebutuhan
bersifat
pada
kemampuan manajerial yang lebih
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
252
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
sebuah “Strategi
unggul dalam pengelolaan dana, (iii)
dalam
memiliki kemampuan permodalan
Inklusi Keuangan”.
yang relatif kuat, dan (iv) memiliki instrumen rangka
yang lengkap
pengelolaan
dana
paling
Sektor UMKM sebagai unit
dalam
bisnis yang mendominasi dunia usaha
yang
di Indonesia (mencapai 99,91%),
terkumpul.
belum
Namun
pembiayaan
yang
mendasari
sebesar + 60% UMKM dari total 51,3
bank
mengayomi
memperoleh
hal yang
Apex
komitmen
seluruhnya
demikian,
utama
kerjasama
Nasional
BPR
perbankan.
Tercatat
ini
adalah
juta unit UMKM belum terhubung
umum
untuk
pada layanan perbankan. Sejalan
kemudian
dengan jumlah tersebut, porsi kredit
dan
secara bersama-sama mengarahkan
UMKM
tujuan
perbankan hanya sebesar 21,5% (ini
jumlah
akhir pada
peningkatan
UMKM yang
dengan suku bunga
terlayani
yang relatif
rendah/terjangkau. Faktor
dalam
mendukung
percepatan
pertumbuhan
ekonomi
total
kredit
didasarkan pada pengertian UMKM menurut UU No.20 yang
penting
terhadap
Tahun 2008
tidak memasukkan
kredit
untuk keperluan konsumsi dalam definisi kredit
UMKM). Porsi ini
adalah
jauh lebih kecil nilainya dibandingkan
dengan mengoptimalkan kontribusi
pangsa kredit MKM menurut plafon
sektor
yang mencapai 53,2%
keuangan
termasuk
perbankan dalam membuka akses layanan jasa keuangan, terutama dalam bentuk mungkin
pembiayaan, seluas
kepada
pelaku usaha
dari total
kredit perbankan. Untuk itu, perlu sinergi yang terarah antara bank umum dan BPR dalam
upaya
terutama UMKM. Untuk itu, perlu
kontribusi
pembiayaan perbankan
upaya
kepada
untuk
pemanfaatan
sektor
mendorong keuangan
kerjasama
peningkatan
usaha
MKM
dalam
Apex BPR. Melalui
dalam perekonomian masyarakat.
format kerjasama
Hal tersebut yang menjadi esensi
dan BPR diharapkan dapat saling
kebijakan
mendukung dengan mengoptimalkan
inklusi
keuangan
(financial inclusion) yang tercakup
keunggulan
ini, bank umum
sumber
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
daya
yang
253
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
dimiliki masing - masing pihak,
Umum untuk melayani wilayah dan
dengan fokus yang mengarah pada
masyarakat yang belum terlayani,
pemberdayaan sektor UMKM.
antara lain melalui linkage program;
Daya tarik dan potensi sektor
2) Menciptakan produk dan jasa
UMKM yang besar menarik minat
bersama untuk menjangkau dan
bank umum untuk
melayani nasabah yang lebih luas; 3)
mengarahkan
strategi bisnisnya pada pembiayaan
Memanfaatkan
retail khususnya UMKM. Kondisi ini
(idlefunds) BPR sebagai sumber
mendorong persaingan yang ketat
dana kelolaan; dan 4) Memiliki
dengan BPR
peluang untuk
yang
sejak awal
pooling
funds
menghasilkan fee
keberadaannya mengemban amanat
based income dari pemanfaatan
untuk
transaksi oleh BPR melalui jaringan
mengutamakan pembiayaan
usaha mikro dan kecil.
ATM bank umum.
Melalui kerjasama Apex BPR,
Adapun manfaat bagi BPR
bank umum dan BPR diharapkan
yaitu:
dapat
pengayom yang dapat memberikan
saling bahu
membahu
1)
Memiliki
dengan mengoptimalkan kekuatan
dukungan
dalam
pembiayaan UMKM. Bank
dalam kondisi kekurangan likuiditas/
umum yang memiliki sumber dana
mismatch) maupun bantuan teknis
relatif lebih besar dan dukungan
kepada BPR; 2) Menjadikan Apex
teknologi
memadai
sebagai lembaga yang menyediakan
menjalin sinergi
jasa sistem pembayaran khususnya
yang
diharapkan dapat dengan
BPR yang
keunggulan sebaran dapat
pengalaman
dan
jaringan kantor untuk melayani
tersebar
memiliki
UMKM
di berbagai
yang
pelosok
negeri.
financial
lembaga
(khususnya
dalam rangka pemindahan dan antar nasabah sesama anggota Apex; 3) Melakukan
kerjasama
dalam
pemanfaatan produk/ jasa berbasis teknologi
informasi (seperti ATM)
dan pemasaran produk/jasa lainnya;
Adapun manfaat kerjasama
4) Memperoleh layanan - layanan
Apex BPR yaitu bagi Bank Umum:
lainnya dari Apex dalam rangka
1) Menjadikan jaringan kantor BPR
pengembangan
kapasitas
dan
sebagai kepanjangan tangan Bank
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
254
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
kompetensi
SDM
BPR,
seperti
pendampingan dan pelatihan. Sedangkan
berhubungan dengan : a) orang miskin, b) orang buta huruf dan c)
manfaat
bagi
masyarakat miskin kota yaitu: 1)
kaum wanita (Pandu Suharto, 1991: 38, 1996: 4).
Membantu bagi pemenuhan kredit produksi
yang
dibutuhkan
bagi
Meskipun Bangladesh
perbankan memberikan
di kredit
masyarakat miskin perkotaan dalam
kepada masyarakat, namun bank-bank
pemberdayaan
2)
tersebut hanya melayani orang-orang
kredit
dan
kaya. Ini nampak dari ketentuan dan
dapat
oleh
peraturannya
Penerimaan pelayanan
UMKM; dana
yang
di
yang
hanya
dapat
masyarakat miskin lebih meningkat
dipenuhi oleh golongan tersebut.
karena
BPR
telah
mendapatkan
Seperti
dana
dan
transformasi
jaminan
dari
Bank
Umum;
3)
merupakan prinsip yang fundamental
yang
dalam pemberiari kredit, Disamping
dimiliki oleh masyarakat terutama
itu semua transaksi harus didukung
dalam masalah pembiayaan kredit
dengan dokumen' tertulis. Padahal
UMKM
sebagian- besar penduduk (80 persen)
bantuan teknologi
Bertambahnya
informasi
menyangkut kredit,
masalah
persyaratan
ini
negara Bangladesh adalah buta huruf, maka jelaslah perbankan bukanlah
MODEL GRAMEEN BANK Grameen Bank atau Bank Desa
adalah
model
dimaksudkan
untuk
melayani
perbankan
mereka. Begitu pula - perbankan juga
yang berasal dari Bangladesh yang
tidak melayani kebutuhan para wanita
didirikan oleh Muhammad Yunus
terlebih lagi apabila - mereka miskin
yang profesinya sebagai pengajar ilmu
dan buta huruf (Pandu Suharto,
ekonomi di Universitas Chittagong
1991A2,1996 -4).
Bangladesh. Latar belakang berdirinya
Alasan tidak maunya perbankan
bank tersebut dikarenakan ketidak
melayani
kebutuhan
puasan atas sistem perbankan dan
masyarakat kecil atau orang-orang
perkreditan yang ada di negaranya
miskin adalah 1) orang-orang miskin
maupun
di
dunia
yang
pada
tidak
dasarnya
perbankan
tidak
ingin
atau kekayaan yang dapat dijadikan
mempunyai
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
kredit
barang-barang
255
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
agunan tidak,
pinjamannya; dapat
2)mereka
mengisi
formulir-
Grameen Bank. Setelah 3 tahun uji coba
dilakukan
dengan
penuh
formulir yang rumit karena sebagian
ketekunan, maka pada akhir tahun
terbesar dari mereka tidak dapat
1982 Muhammad Yunus dan timnya
membaca dan menulis; 3) perbankan
berhasil mendirikan pusat Grameen
tidak
kebutuhan
Bank di 745 desa di daerah Tangail
kredit yang kecil-kecil yang banyak
dengan jumiah debitur mencapai 24.177
jumlahnya
orang dan
suka
melayani
sehingga
memerlukan
pinjaman
yang
telah
banyak pekerjaan dan mengandung
diberikan sebesar. Taka 95.578.000
resiko yang tinggi; dan 4) perbankan
atau, sekitar US$ 4 juta, dengan
takut bunga pinjaman yang diterima
tingkat pengembaliannya lebih dari
tidak dapat menutup biaya pelayanan
99
pinjaman
tabungan
kecil
yang:
banyak
jumlahnya (Thoha, M, 2000: 16). Proyek Grameen Bank mulai
persen.
Disamping
kelompok
itu
yang
dana dapat
dihimpun sebesar Taka 8.143.000 atau sekitar US$ 325.000. Dengan
dilaksanakan di Bangladesh tahun
demikian
1976
Jobra.
Tangail telah membuktikan bahwa .
memenuhi,
mereka adalah "bank able". Setelah
kebutuhan kredit orang-orang miskin
uji cobs selama 3 tahun di Tangail,
di desa tersebut. Setelah Grameen
proyek
Bank berhasil diterapkan di desa
program kredit pedesaan untuk orang-
Jobra,
orang sangat miskin yang efektif dan
tepatnya
Tujuannya
di
untuk
maka
desa
Muhammad
Yunus
orang-orang
Grameen
miskin
Bank
menjadi
mengajak bekerjasama para pimpinan
efisien.
bank untuk mengadakan uji coba
menjadikan
Grameen Bank ke daerah lainnya di
Bangladesh
Bangladesh selama 3 tahun. Disini
mengabaikan program untuk orang-
dia akan nembuktikan bahwa orang-
orang miskin yang telah berhasil
orang yang sangat miskin adalah
melalui
"bank able_". Ajakan ini .diterima
pemerintah
oleh para pimpinan. bank-bank dan
terkesan dengan apa yang telah
mereka menentukan daerah Tangail
dicapai oleh program tersebut (Pandu
sebagai
Suharto,1991: 4445).
daerah
operasi
proyek
Keberhasilan
di
ujian
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
tersebut
perbankan tidak
yang
di mau
berat
Bangladesh
dan sangat
256
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
Setelah keberhasilan di Tangail, maka
proyek
Grameen
Bank
adalah kredit yang diberikan kepada orang-orang
miskin
adalah
selanjutnya dikembangkan di empat
penting. Hal ini disebabkan kredit
distrik,
tersebut dapat membantu mereka
yaitu Chittagong, Dhaka,
Rangpur
dan
Patuakhali
dengan
dalam peningkatan pendapatan, dan
bantuan dana. dari International Fund
merekapun mempunyai kemampuan
for Agricultural Development (IFAD)
untuk mengembalikan kredit tersebut.
sebesar.US$
3,4
juta,
yang
Dengan begitu langkah yang
disalurkan melalui Bangladesh Bank.
dapat
Disamping itu, Bangladesh Bank juga
masyarakat
memberi kucuran dana dalam jumlah
kemiskinan
yang
sumber
sama
dengan
dana
yang
diberikan IFAD. Tepat 1983,
guna
miskin
membantu
keluar
adalah
dari
penyediaan
permodalan
yang
dapat
dimanfaatkan oleh mereka dengan
tanggal
proyek
dilakukan
1
September
Grameen
Bank
cara rasional dan komersial, tetapi dengan persyaratan dan prosedur
diresmikan menjadi bank melalui
yang
ordonasi Pemerintah dengan nama
mereka. Ternyata pemberian pinjaman
Grameen Bank (Bank Desa). . Disini
Grameen Bank tanpa agunan tersebut
pemerintah menyediakan 60 persen
dapat dikembalikan dengan tingkat
dari
yang sangat tinggi yaitu sebesar 98
modal
dasar
yang
disetor
sedangkan 40 persen dari modal berasal dari peminjam, yaitu para
disesuaikan dengan kondisi
%. Asumsi
yang
menyatakan
anggota. Pada scat proyek Grameen
bahwa orang miskin ' tidak punya
Bank diresmikan. menjadi Grameen
ketrampilan,
Bank,:
tidak mempunyai pandangan ke
daerah
mencapai
5
.operasinya buah
telah
distrik
di
depan
serta
kurang
tidak
motivasi,
mempunyai
Bangladesh, :yang meliputi 1.025
ketrampilan untuk menyelesaikan
desa dengan cabang sudah mencapai
masalah mereka sendiri dikritik oleh
77 unit.
pendiri Grameen Bank dan Fugelsang
Menurut (1996:6-8),
Pandu falsafah
Suharto dasar
(dalam
Djumilah
Zein,
1996).
dari
Menurut Fugelsang orang miskin
program perkreditan Grameen Bank
punyai berbagai macam ketrampilan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
257
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
yaitu : a) listening skill, b) memory
terdiri dari 5 orang; 7) Pinjaman
skill, c) survival skill, d) resources
diberikan secara berturutan, yaitu
utilization skill, dan e) occupation
mula-mula 2 orang anggota yang
skill. Meskipun demikian tidak berarti
paling membutuhkan diberi prioritas
bahwa pelatihan untuk meningkatkan
pertama untuk menerima pinjaman,
ketrampilan bare atau lainnya tidak
kemudian menyusul
penting. Tetapi akan lebih mudah bila
lainnya menerima pinjamannya dan
pengembangan ' dilaksanakan bila
yang terakhir menerima pinjaman
didasarkan pada ketrampilan yang
adalah anggota kelima. Penentuannya
sudah mereka miliki.
ditetapkan sendiri oleh kelompok; 8)
Adapun
prinsip-prinsip
Pengawasan
dua
anggota
dilakukan
dalam
Grameen Bank meliputi empat belas
penggunaan pinjaman; 9) Peminjam
butir (Pandu Suharto, 1996:7-8) yaitu:
diberi
1) Hanya orang yang sangat miskin
kembali setelah pinjamannya tunas;
dan memenuhi kriteria yang telah
10) Setiap peminjam dipotong 5%
ditetapkan pihak Bank dapat menjadi
untak Dana Tabungan Kelompok, dan
nasabah dan memperoleb pinjaman.
setiap minggu anggota menabung I
Kriteria orang miskin di Bangladesh
Taka'
adalah bila memiliki tanah seluas
dimasukkan kedalam Dana Tabungan
2
kemungkinan
(kira-kira
Rp.50,-)
Kelompok;
dais kekayaan lain yang dimiliki
membayar sejumlah uang sebesar
nilainya kurang dari nilai 1 acre
25% dari bunga yang dibayar untuk
4072
m2)
berkualitas
sedang;
diberikan
tanpa
tanah 2)
Setiap
yang
kurang dan 0,5 acre (sekitar 2036 m )
(sekitar
11)
meminjam
anggota
yang
disetor kedalam Dana Darurat. Pada
Pinjaman
dasarnya dana ini merupakan dana
atau
untuk asuransi terhadap . kemacetan
penjamin; 3) Prosedur pinjaman dibuat
pinjaman, kematian, cacat tubuh dan
sederhana; 4) Pinjaman diberikan
kecelakaan; 12) Bunga pinjaman
untuk kegiatan produktif; 5) Pinjaman
sebesar
yang diberikan adalah relatif kecil
menjelang
dengan angsuran mingguan selama
sebagai dua angsuran terakhir; 13)
satu
Sejumlah kelompok di desa yang
tahun;
agunan
6)
Peminjam
diorganisasikan dalam kelompok yang
sama
16
persen akhir
terdiri
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
dari
yang
mass
6
ditarik pinjaman
sampai
8
258
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
kelompok
mengadakan
rapat
yang
berfungsi
meminimalkan
mingguan bersama. Pertemuan atau
peluang
rapat ini dikenal sebagai rapat pusat
terhadap aturan yang telah ditetapkan
atau "center"; 14) Semua transaksi
bersama.
Kesungguhan
dalam
Grameen
mendekati
rumah
miskin
Bank
dengan
anggota
terjadinya
pelanggaran
tangga
kelompok dilaksanakan pada waktu
Dalam membentuk kelompok tidak
rapat mingguan dari pusat. Petugas
diperbolehkan mencampurkan antara
Grameen
rapat
rumah tangga miskin dengan yang
tersebut untuk. menerima angsuran
tidak miskin. Dengan demikian dalam
pinjaman
Dana
membentuk kelompok binaan GB
Dana
diperoleh rumah tangga yang benar-
Darurat untuk disimpan di bank.
benar sangat miskin. Adapun strategi
Semua urusan pinjaman dibahas
yang sangat bermanfaat bagi GB dalam
pula dengan petugas bank dalam
mencapai kelompok miskin adalah
rapat tersebut.
memulai kegiatan dengan menetapkan
Tabungan
Bank
dan
menghimpun
Kelompok
Adapun Gibbons,
menghadiri
menurut
dalam
dan
David
Djumilah
S. Zain
wanita sebagai binaan. Di masyarakat miskin
Bangladesh,
sulit
(1996:45), faktor - faktor yang melatar
menarik
belakangi keberhasilan GB adalah
membentuk
sebagai berikut: Pertama, adanya
mengajukan
hubungan
erat,
Grameen
yang
penyebabnya adalah tantangan dari
erat antara GB dengan anggota yang
tokoh masyarakat dan masyarakat
dibina dan antara sesama anggota
mengenai kemudaratan wanita bila
binaan itu sendiri.
memperoleh
pinjaman,
menghambat
proses
yang
Dikembangkannya
hubungan
Kedua, kontrol dan solidaritas kelompok. Kelompok
Adanya yang
pembentukan
beranggotakan
minat
sangat
wanita
supaya
kelompok
dan
pinjaman Bank
(GB).
kepada Adapun
sehingga
pembentukan
kelompok. Dan ternyata hanya wanita
5
yang kondisinya sangat miskin saja
orang per kelompok dan bergabung
yang berani membentuk kelompok
dengan kelompok-kelompok lain pada
untuk
rembug pusat, maka tercipta system
Pembentukan kelompok memerlukan
kontrol diantara anggota kelompok
waktu yang cukup longgar Proses
memperoleh
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
pinjaman.
259
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
pembentukan kelompok, merupakan
dengan pimpinan formal dan non
kekuatan
formal serta mengenalkan tujuan GB.
GB.
Namun
diperlukan
waktu yang cukup lama karena calon-
Untuk
calon
memerlukan
waktu
mengenal. Sehingga perlu sating
selanjutnya
diadakan
mengenal dan penilaian sate dengan
resmi
yang lain, baru kemudian mereka
masyarakat di daerah tersebut untuk
bersepakat
kelompok.
diberi penjelasan mengenai berbagai
Kemudian .petugas. GB memberi
hal yang berkaitan dengan tujuan dan
pelatihan (latihan wajib kumpul) dan
kegiatan
memberi penilaian terhadap mereka
kesempatan
tentang
untuk
anggota
belum
membentuk
lulus
saling
tidaknya.
Setelah
keperluan
dengan
GB.
.
ini, 4
minggu, pertemuan
seluruh
GB kepada
GB
lapisan
memberikan masyarakat
mempertimbangkan
dinyatakan lulus orang miskin merasa
keberadaannya di wilayah tersebut
mendapat pengakuan dan kehormatan
dan
yang selama ini tidak pernah mereka
menerimanya tanpa ada unsur tekanan
biasanya
masyarakat
rasakan. Hal ini menimbulkan rasa
Keempat, manajer GB mampu
percaya diri dan rasa mempunyai
menciptakan kesan yang baik di
kemampuan
meningkatkan
lingkungannya. Manager GB yang
taraf hidup melalui usaha secara
berada di kantor cabang barn mula-
mandiri. Sebagai konsekuensinya GB
mula bekerja sendiri tanpa ada yang
memerlukan waktu yang cukup lama
membantu.
untuk
untuk mengembangkan anggotanya. Ketiga,
ketekunan
Grameen
bank
mempunyai
dan
multifungsi bagi masyarakat miskin
kesabaran sebagai modal GB. Setiap
desa apabila penerapannya dilakukan
melakukan kegiatannya dilokasi baru,
secara maksimal. Fungsi pertama
GB
adalah
melaksanakan
program-
di
sini
Grameen
Bank
programnya secara hati-hati dan tidak
berfungsi untuk memberikan fasilitas
terburu-buru.
untuk
kredit produktif bagi masyarakat desa
setiap pembukaan kantor cabang
dengan cara menggunakan sistem
baru,
calon
metode yang mengadopsi keuangan
daerah
perbankan dan sistem arisan yang
pendekatan
dianggap cocok dengan perilaku dan
manager tersebut,
Strateginya,
manager
bersama
mendatangi melakukan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
260
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
sifat masyarakat desa. Bukan hanya
LEVEL BANK CORPORATION
ini yang membuat Grameen Bank
(LBC)
dilirik oleh masyarakat desa adalah,
LBC
(Level
Bank
Grameen Bank memberikan pinjman
Corporation) merupakan gagasan dari
tanpa aditetapkan agunan.
peneliti dalam mengatasi kecukupan
Fungsi kedua adalah dengan adanya
Grameen
selaindiberikannya
kredit
modal, terutama modal kerja/ usaha
Bank,
dalam mengatasi berbagai tingkat
disini
kemiskinan di Indonesia baik di
Grameen Bank memberikan pelatihan
daerah pedesaan ataupun kota.
dan pengetahuan kepada masyarakt
Indonesia
sebenarnya
desa. Dengan adanya pelatihan ini
mempunyai koperasi sebagai wadah
maka diharapkan masyarakat desa
dalam mengatasi tingkat kecukupan
sudah mulai mengerti tentang dunia
modal. Tetapi apabila dikaji lebih jauh
perbankan yang selama ini masyarakat
ternyata kesejahteraan yang diberikan
desa menganggap bahwa dunia dunia
oleh keperasi hanya memprioritaskan
perbankan
kepada
khususnya
bank
para
anggota
koperasi,
merupakan lembaga perbankan yang
sehingga bagi masyarakat yang bukan
terlalu berbelit – belit dan banyak
anggota koperasi masih mempunyai
aturan dalam memenuhi kebutuhan
beberapa kendala. Di samping itu
kredit masyarakat miskin desa.
koperasi lebih familiar pada golongan
Dengan adanya Grameen Bank ini,
duharapkan
perekonomian menjadi produktif
nantinya
tertentu. Sebagian besar masyarakat
desa
lebih cenderung memilih bank sebagai
pesat
dan
salah satu pemberi kecukupan modal.
masyarakat
desa
masyarakat
berkembang serta
masyarakat pedesaan atau golongan
Akan tetapi dalam perbankan,
diharapkan supaya tidak awam lagi
kita
terhadap
beberapa permasalahan seperti kredit
perkembangan
lembaga
perbankan yang ada di Indonesia.
sering
mendengar
adanya
macet dan asimetri informasi sehingga tidak semua individu dapat meminjam modal
di
lembaga
perbankan,
terutama bagi kelompok masyarakat miskin yang kurang mengerti tentang
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
261
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
tata cara meminjam di lembaga
metode pembagian saluran kredit.
perbankan yang cukup rumit bagi
Dimana pada masyarakat pedesaan
sebagian orang.
lebih disarankan pada model Grameen
LBC
(Level
Bank
Bank
karena
lebih
dikarenakan
Corporation) muncul sebagai jawaban
masyarakat desa sebagian besar masih
atas permasalahan di atas, dimana di
kurang pengetahuan tentang dunia
sini LBC merupakan transformasi dari
perbankan,
Grameen Bank, APEX BPR serta
royong tinggi bersifat kekeluargaan
koperasi yang merupakan badan usaha
dan
asli milik Indonesia. LBC tidak hanya
nominalnya relitif kecil dibandingkan
mengatasi kekurangan modal yang
masyarakat perkotaan.
memiliki
jumlah
rasa
pinjaman
gotong
yang
ada di Indonesia baik itu di pedesaan
Sementara bagi warga kota
ataupun perkotaan. Akan tetapi di sini
lebih di dasarkan kepada APEX BPR
LBC juga memberikan pendidikan
dikarena masyarakat kota sebagian
tentang dunia perbankan terutama
besar bersifat individual, memiliki
bagi individu pedesaan yang masih
kemampuan perbankan jauh lebih baik
sangat awam akan dunia perbankan.
daripada masyarakat desa dan pada
LBC membawa gaya modern
umumnya
mengajukan
jumlah
perbankan dengan tidak meninggalkan
pinjaman jauh lebih besar daripada
ruh yang terdapat pada koperasi.
masyarakat desa.
Kerjasama,
gotong
royong,
dan
Dengan adanya LBC pada
tanggung renteng yang merupakan ciri
dunia
utama bangsa Indonesia melekat kuat
diharapkan membawa angin segar
dalam LBC. Kecukupan jumlah modal
bagi pengembangan dunia perbankan
pinjaman yang sering berbeda di
yang
kalangan perkotaan dan desa bisa
diharapakan dapat menjadi obat bagi
diatasi dengan adopsi dari Grameen
permasalahan kecukupan mdal di
Bank dan APEX BPR.
daerah desa dan kota dalam mengatasi
Sementara persaingan yang
perbankan
ada
di
di
Indonesia
Indonesia
dan
kemiskinan yang ada di Indonesia.
dapat membunuh salah satu dari lembaga perbankan atau badan usaha yang bersaing dapat dihindari dengan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
262
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
pedesaan
PENUTUP
disarankan
mampu
Perbankan Indonesia merupakan
mengadopsi sistem model Grameen
suatu lembaga penting dan vital dalam
Bank karena dengan adanya sistem ini
memberantas
Peran
masyarakat desa tidak hanya diberkan
lembaga perbakan lebih difokuskan
kredit ringan tanpa agunan yang
bagaimana
cara
bersifat tanggung renteng tetapi juga
kemiskinan
dengan
kemiskinan.
memberantas memberikan
diberikan
pengetahuan
mendasar
kredit kepada lapangan usaha kecil
tentang sistem perbankan yang selama
yang terdapat di Indonesia. Usaha
ini mayoritas penduduk desa kurang
kecil yang terdapat di Indonesia
mengerti apa itu perbankan.
identik dengan masyarakat miskin
Sedangkan
penanggulangan
yang kekurangan modal sehingga
kemiskinan dan bantuan modal kredit
usaha kecilnya sendiri kurang dapat
produktif bagi masyarakat miskin kota
berjalan dan tumbuh dengan baik. Hal
di sini penulis menggunakan model
ini merupakan suatu permasalahan
APEX BPR, dimana model tersebut
tersendiri bagi usaha kecil tersebut
merupakan gabungan dari perbankan
karena pihak perbankan biasanya
umum dan BPR yang ada di daerah
hanya
kredit
tersebut. Dengan adanya APEX BPR
terhadap individu yang mempunyai
diharapkan modal yang disalurkan
record yang bagus.
dalam pemberian kredit dapat dengan
akan
memberikan
Tidak hanya berhenti sampai disini
saja,
tetapi
permasalahan
tepat
dan
penyalurannya
bertambah kepada
volume masyrakat
selanjutnya adalah apabila kredit ini
miskin kota yang berbeda dengan
hanya disalurkan begitu saja secara
masyarakat miskin desa.
random,
ditakutkan
yang
Dengan adanya penanggulangan
diberikan tidak tepat guna. Di sini ada
kekurangan modal di wilayah desa
perbedaan tentang kondisi kemiskinan
ataupun kota bagi perkreditan yang
di pedesaan dan perkotaan, dimana
diajukan
mempunyai kondisi yang berbeda jika
masyarakat miskin, dimana di sini
dilihat
APEX
dari
kredit
kebutuhan
modal,
oleh
BPR
usaha
kecil
ditujukan
penyedia
sebagai
pendidikan, kelembagaan dan jenis
lembaga
usaha kecil yang ada. Di daerah
masyarat miskin kota, sedangkan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
kredit
bagi
bagi
263
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
Grameen
Bank
sebagai
penyedia
kredit
bagi
lembaga
masyarakat
miskin desa diperlukannya sebuah aturan
untuk
mengatur
kegiatan
perkreditan tersebut. Perlunya dikaji lebih lanjut
Yayasan AKATIGA, PEPLIPI, Yayasan Mitra Usaha dan The Asian Foundation. Bandung. Dede Haeruddin (Pyn), 1999. Aneka Skim Kredit Untuk Modal Usaha. Yayasaan Bhakti Kencana. Jakarta.
mengenai penggolongan kemiskinan di
Indonesia,
mengingat
setiap
periodenya pendapatan, jumlah warga miskin selalu berubah – ubah sesuai dengan
keadaan
ekonomi
suatu
negara. Tujuan dari pengkajian ini tidak lain adalah supaya sasaran yang diharapkan dalam pengajuan kredit
Firmansyah (2000). Implikasi Model Grameen Bank di Kabupaten Magetan, dalam bukunya "Pemberdayaan Usaha Kecil Melalui Grameen Bank" (Pny. Mahmud Thoha), PEP - LIPL Jakarta_ Gunardi, Harry Seldadyo Dkk, 1994. Kredit Untuk Rakyat. Akatiga. Bandung.
bisa tepat sasaran. Perlu ada lembaga khusus yang menangani permasalahan ini dengan serius, menginagt model yang akan diterapkan nantinya merupakan model baru yang belum pernah diterapkan sebelumnya di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Adiatman, P.S; 1999. Peranan Kredit Sebagai Piranti Pengentasan Kemiskinan (Replikasi Grameen Bank di Indonesia), Skripsi, Jakarta: Sekolah Tinggi Ilrnu Ekonomi Perbanas, Jurusan Manajemen Keuangan. Chotim,
Erna Ermawati dan Tharnrin,Juni (ed.). 1997. Diskusi Ahli: Pemberdayaan & Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil Di Indonesia.
Rasahan, C.A. dan Syukur, M (1997), Karya Usaha Mandiri, Arah Baru Menjangkau Golongan Termlskin di Pedesaan, dalam Danusaputro, M.,et.al., (1997), Monetisasi Pedesaan: Bunga Rampai Keuangan Pedesaan, Edisi Kedua, Jakarta: Institut Bankir Indonesia. Sudaryanto, Tahlim, 1999. Perspektif Pembangunan Ekonomi Pedesaan Dalam Era. Pasar Bebas. Seminar Nasional Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan Dalam. Era Otonomi Daerah. Bogor, 16 17 November 1999. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Suharto, Pandu, 1989. Grameen Bank, " Sebuah Model Bank Untuk Orang miskin di
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
264
Pemberantas Kemiskinan dan .… (Muhammad Khoirul Fuddin)
Bangladesh". Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Jakarta.
Bank. Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan - LIPI, Jakarta
1996. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Perkreditan Grameen Bank di Indonesia. Jakarta: Yayasan Mitra Usaha, tidak dipublikasikan.
Zain, Djumilah, 1993. Kaji Tindak Lembaga Keuangan Pedesaan Untuk Membantu Masyarakat Miskin di Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, Usulan Penelitian, Malang. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya.
, 1996. 100 Tahun BPR Di Indonesia 1895 - 1995. InfoBank. Cetakan Pertama. Jakarta. , 2012. APEX Bank. Bank Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta. , dan Hafid, A. 1997. Pelaksanaan Pola Grameen Bank di Bangladesh dan Malaysia, dalam Danusaputro, et al., "Monetisasi Pedesaan: Bunga Rampai Keuangan Pedesaan, Edisi Kedua, Institut Bankir Indonesia, Jakarta. Supramono, Gatot, 1996.. Perbankan Dan Masalah Kredit "Suatu Tinjauan Yuridis". Cetakan Kedua. Penerbit Djambatan. Jakarta. Thoha,
Mahmud (Peny), 2000. Pemberdayaan Usaha Kecil Melalui Model Grameen
1996. Strategi Pengentasan Kemiskinan Melalui Bantuan Modal Bagi Rumah Tangga Miskin di Pedesaan, Laporan Penelitian. Jawa Timur. Malang. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya. , 1998. Strategi Pengentasan Kemiskinan Melalui Bantuan Modal Bagi Rumah Tangga Miskin di Pedesaan, Rangkuman Hasil Penelitian. Jawa Timur. Malang. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya. 1998. Pemberdayan Keluarga Miskin Melalui Pemberian Kredit Model Grameen Bank. Makalah Seminar di LIPI, Jakarta 13 Oktober 1998.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
265