33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian Observasi pendahuluan yang dilakukan di kelas X.3
Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga,
peneliti
berhasil
mengidentifikasi
permasalahan
pembelajaran pada mata pelajaran Mencatat Dikte yang ada di kelas
X.3
Program
Keahlian
Adminiatrasi
Perkantoran.
Permasalahan yang ada di dalam penelitian ini adalah apakah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam Mata Pelajaran Mencatat Dikte pokok bahasan Sambungan Huruf Mati Dengan Huruf Hidup kelas X.3 Program Keahlian Asministrasi Perkantoran Semester 1 Tahun
34
Pelajaran 2011/2012 SMK Kristen Salatiga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam Mata Pelajaran Mencatat Dikte, pokok bahasan Sambungan Huruf Mati Dengan Huruf Hidup Kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran, semester 1 Tahun Pelajaran 2011-2012 SMK Kristen Salatiga. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dirancang secara bersiklus, dimana pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hasil penelitian ini meliputi aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap proses pembelajaran TGT. Hasil dari aktivitas siswa diperoleh dari pengamatan / observasi yang dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil belajar dikelompokkan menjadi dua yaitu hasil ulangan harian sebelum diadakan tindakan dan hasil tes setelah tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II adalah hasil tes pada pokok bahasan sambungan huruf mati
dengan
huruf
hidup
setelah
pembelajaran
dengan
35
menggunakan model kooperatif tipe TGT. Pada setiap siklus, pelaksanaan tindakan dilakukan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan selama dua jam pelajaran, pertemuan kedua selama satu jam pelajaran. Setiap satu jam pelajaran adalah empat puluh lima menit. Setelah mengadakan penelitian dengan menggunakan
pembelajaran
TGT
pada
pokok
bahasan
sambungan huruf mati dan huruf hidup diperoleh data sebagai berikut :
4.1.1. Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan (Planning) Tahap perencanaan dilakukan kegiatan identifikasi masalah dan analisis penyebab timbulnya masalah yang terdapat pada proses pembelajaran sebelum tindakan kelas dilakukan. Pemecahan masalah yang dipandang tepat yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tahap penyusunan rancangan tindakan yang akan diberikan sebagai berikut:
36
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (lampiran 1) tentang materi yang diajarkan sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Menyusun kelompok berdasarkan TGT ( lampiran 6). 3. Menyusun dan menyiapkan lembar observasi yang meliputi: a. lembar kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilihat dari jumlah siswa yang membawa buku paket, buku catatan dan perlengkapan tulis (lampiran 4). b. lembar pengamatan aktivitas siswa yang menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Lembar pengamatan dibuat untuk mengetahui sejauhmana interaksi siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (lampiran 2). c. lembar pengamatan aktivitas guru yang digunakan untuk
mengetahui
aktivitas
guru
selama
37
menggunakan metode pembalajaran kooperatif tipe TGT (lampiran 3). 4. Membuat dan menyiapkan kartu indeks bernomor yang berisi pertanyaan. 5. Menyiapkan lembar angket tanggapan siswa (lampiran 5). 6. Mempersiapkan soal kerja kelompok dan soal tes untuk tiap siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Tiap siklus peneliti melaksanakan skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan pertama hasil observasi kegiatan belajar mengajar pada kegiatan awal guru mengabsen, mengecek kesiapan siswa, memberi apersepsi, motivasi dan tujuan pembelajaran. Metode kooperatif TGT ini baru pertama diterapkan sehingga guru lebih berkonsentrasi pada kegiatan inti. Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Setelah itu masuk ke materi pelajaran tentang sambungan huruf mati dengan huruf hidup dan dilanjutkan
38
dengan menyampaikan langkah-langkah pembelajaran TGT. Guru berusaha mengajak tanya jawab dengan siswa supaya aktif dalam pembelajaran. Kemudian masuk dalam kegiatan inti yaitu guru membagi siswa ke dalam kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya oleh guru (lampiran 6). Sebelum membagi kelompok, guru menjelaskan langkah-langkah pengerjaan lembar kerja tim mulai dari, tempat duduk, nama tim dan tujuan dari tim. Setelah siswa berkelompok, guru membagi lembar kerja tim (lampiran 8).
Guru membantu kerja tim
sebagai fasilitator. Setelah selesai mengerjakan tugas guru mengajak
siswa
menggunakan (lampiran
melakukan
kartu
10).
bernomor
Guru
peremainan/games yang
berisi
menjelasakan
dengan
pertanyaan
langkah-langkah
permainan/games dimulai dari tugas masing-masing anggota tim, membagi kartu permainan, serta mengawasi jalannya permainan.
Setelah
kegiatan
permainan
selesai,
guru
melanjutkan pada kegiatan berikutnya yaitu tournament. Guru membagi meja tournament (lampiran 7) dengan peseta yang
39
telah ditentukan sebelumya. Dalam tournament ini guru menjelaskan lengkah-langkah tournament , membagikan lembar kartu pertanyaan (lampiran 12) menjadi fasilitator dengan memandu jalannya tournament. Pada Kegiatan akhir guru memberikan pengumuman poin yang diperoleh pada saat permainan/games dan tournament. Bagi kelompok yang memiliki jumlah kartu terbanyak yang dikumpulkan pada saat permainan/games dan tournament
diberikan
penghargaan/hadiah.
Kemudian
dilanjutkan dengan memberikan kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran hari itu
para siswa telah belajar tentang
sambungan huruf mati dengan huruf hidup, dan pemberitahuan untuk pertemuan berikutnya akan diadakan tes individu. Pertemuan memberikan
kedua
motivasi.
guru
mengabsen
Kemudian
siswa
dilanjutkan
dan
dengan
pembagian lembar tes individu (lampiran 14). Selama tes berlangsung, guru mengawasi jalannya tes. Setelah tes selesai guru memberikan sesi tanya jawab tentang permasalahan yang didapat selama tes individu. Untuk pengumuman hasil tes dan
40
perkembangan skor
individu (lampiran 27), penilaian
kelompok (lampiram 28) dilakukan dengan menggunakan jam pelajaran pada hari berikutnya. Tiap kelompok diberi penilaian kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat hasil kerja individu yang disumbangkan dalam tiap tim. Hasil tes pertama (lampiran 27) juga dibacakan supaya siswa dapat mengetahui secara langsung hasil kerjanya.
c. Pengamatan (Observing) Penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaan penerapan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat oleh peneliti. Hasil pengamatan dengan menggunakan pembelajaran TGT pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa a. Observasi tentang aktivitas kesiapan belajar siswa dalam menerima pelajaran
41
Hasil penelitian kesiapan siswa menerima pelajaran dapat dilihat (lampiran 24) pada siklus I pertemuan pertama dapat dilihat bahwa sebesar 94,05% siswa telah siap menerima materi pelajaran. Sedangkan 5,95 % belum siap menerima materi pelajaran disebabkan empat siswa yang tidak membawa buku paket dan satu siswa tidak membawa perlengkapan alat tulis. Upaya penjelasan
yang
mengenai
bisa
dilakukan
pentingnya
adalah
buku
paket
memberi yang
mendukung pemahaman konsep dan materi yang dijelaskan oleh guru, serta pentingnya alat tulis yang menunjang kegiatan belajar mengajar. b. Observasi Tentang Aktivitas Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Data hasil observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I (lampiran 25) sebesar 75,29%. Masih terdapat beberapa kekurangan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan.
42
Siswa mengetahui mengenai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, hal ini disebabkan guru tidak menyampaiakan tujuan yang ingin dicapai. Pada saat permainan siklus I ada beberapa siswa yang belum bisa menerima pendapat dari rekan satu tim karena masing-masing siswa mempunyai pendapat yang berbeda. Kurangnya perhatian siswa pada saat guru menjelaskan langkah-langkah tournament karena guru belum mengkondisikan kelas dengan baik. Hal ini menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan aktivitas siswa sebesar 80%. c. Hasil Belajar Siswa Ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
konvensional
ceramah
bervariasi
sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu sebesar 21,88%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 89,66% (lampiran 27). Siswa yang tuntas sebelum tindakan sebanyak 7
siswa dan setelah
tindakan dengan metode pembelajaran tipe TGT pada siklus I siswa tuntas menjadi 24 siswa. Siswa yang belum tuntas
43
dikarenakan kurang memahami materi yang disampaikan guru dan kurang teliti dalam penulisan stenografi. 2) Hasil Observasi Aktivitas Guru Data hasil observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran. Siklus I pertemuan pertama guru mengeabsen siswa, memberi motivasi dan apersepsi, guru menanyakan pada siswa mengenai sistem pengertian stenografi. Tetapi pada kegiatan awal ini guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu : 1. Siswa dapat mendiskripsikan sambungan patah 2. Sisiwa dapat menulis sambungan huruf T, P, K dengan A, I, U, E, ^E, O 3. Siswa dapat mendiskripsikan sambungan lengkung 4. Siswa dapat menulis sambungan huruf D, G, B dengan A, I,U, E, ^E, O 5. Siswa dapat mendiskripsikan sambungan jerat 6. Siswa dapat menulis sambungan C, J, S dengan A, I, U, E, ^E, O
44
Guru membimbing siswa dan
mengorganisasikan
kegiatan dalam kelompok untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi. Siswa sudah terlihat aktif dalam diskusi dengan sesama rekan kelompok. Kegiatan guru memberi arahan dan bimbingan, memantau jalannya kegiatan dalam lembar kerja siswa sudah baik, guru juga sudah secara optimal memantau secara langsung pada setiap kelompok. Pada kegiatan permainan/games, guru memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah dengan baik. Guru juga memandu dan mengawasi jalannya games dengan baik. Para siswa juga terluhat antusias dan aktif, tetapi masih ada siswa yang tidak dapat menerima pendapat dari sesama rekan kelompoknya.
Hal
ini
dikarenakan
tiap
siswa
dalam
kelompoknya mempunyai pendapat yang berbeda-beda, dan mereka saling mempertahankan pendapat mereka. Guru membagi meja tournament dan membagi siswa dalam meja tournament. Kemudian guru menyampaikan langkah-langkah yang dilakukan saat tournament, tapi masih banyak siswa yang belum memperhatikan penjelasan guru. Hal
45
ini menyebabkan guru harus mengulang kembali penjelasan tentang langkah-langkah tournament. Diakhir kegiatan guru mengumumkan point yang diperoleh dengan menghitung jumlah kartu yang diperoleh masing-masing kelompok. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru yang dilihat dari kinerjanya dalam pembelajaran pada siklus pertama sudah baik yaitu sebesar 80,00 % (lampiran 26).
d. Refleksi (Reflecting) Berdasarkan hasil observasi siklus I yang merupakan siklus awal dalam penelitian tindakan menggunakan metode kooperatif tipe TGT diperoleh data bahwa aktivitas siswa menunjukkan nilai sebesar 75,29%.
Namun peningkatan
aktivitas tersebut belum optimal atau belum menunjukan indikator perbaikan,
keberhasilan supaya
sehingga
mencapai
perlu
hasil
adanya
yang
lebih
perbaikanoptimal.
Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I tergolong dengan menunjukkan nilai sebesar 80,00%. Guru sudah melakukan kegiatan sebaik mungkin dalam pembelajaran. Namun
46
demikian
guru
masih
mempunyai
kekurangan
dalam
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT. Seharusnya dalam langkah-langkah TGT pada langkah penyampaian materi, guru semestinya menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tetapi pada siklus I tujuan pembelajaran belum dijelaskan oleh guru, karena guru terlalu memfokuskan pembelajaran pada inti pembelajaran dengan metode kooperatif TGT yang baru pertama kali digunakan dalam pembelajarannya.
Hal
ini
tidak
sesuai
dengan
langkah
pembelajaran TGT, menyebabkan siswa tidak mengetahui penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Berdasarkan hasil perolehan dari pelaksanaan siklus I masih terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan tujuan yang harus dicapai dalam penelitian sebagai berikut : a. Aktivitas siswa yang menunjukkan nilai 75,29% yang masih berada dibawah indikator keberhasilan yang ingin dicapai. Beberapa hal yang harus diperbaiki dalam menerapkan langkah-langkah TGT adalah :
47
1. Presentasi Kelas/Class Presentation -
Siswa tidak mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini dikarenakan guru tidak menyampaiakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada saat sesi penyampaian materi guru harus membacakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2. Permaianan/Games -
Siswa masih belum bisa menerima pendapat dari sesama rekan kelompoknya. Hal ini dikarenakan tiap siswa mempunyai pendapat yang berbeda, dan mereka saling mempertahankan pendapat mereka masing-masing.
Guru
harus
memberikan
pemahaman tentang pantingnya saling menghargai dan menerima pendapat yang berbeda dari sesama rekan kelompok. 3. Tournament
48
-
Guru sudah menerapkan langkah tournament dengan baik, tetapi siswa kurang perhatian saat penjelasan
langkah-langkah
tournament.
Guru
harus lebih mengkondisikan dan menciptakan suasana yang tenang dikelas pada saat memberikan penjelasan. b. Kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena masih ada 5,95% siswa belum siap menerima pelajaran yaitu 4 siswa tidak membawa buku paket dan 1 siswa tidak membawa perlengkapan alat tulis.
4.1.2. Hasil Penelitian Siklus II a. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan siklus II ini dilaksanakan dengan persiapan seperti siklus I dan
memperbaiki
kekurangan pada siklus I yang dapat dilihat pada refleksi disiklus I. Persiapan perbaikannya diantaranya sebagai berikut: 1. Penyampaian tujuan pembelajaran
49
Upaya perbaikan pada tujuan pembelajaran ini yaitu guru sebagai pengajar supaya lebih mempersiapkan skenario pembelajaran dengan baik. Sehingga pada kegiatan awal, inti dan akhir bisa berjalan dengan optimal. 2. Aktivitas belajar a. Siswa tidak bisa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Upaya perbaikan yang bisa dilakukan adalah guru lebih mempersiapkan skenario pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran tipe TGT dengan baik. b. Siswa belum bisa menerima pendapat dari sesama rekan kelompoknya. Upaya perbaikan yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pengarahan kepada siswa tentang pentingnya saling menghargai pendapat dengan sesama rekannya. Karena dengan bisa
menerima
perbedaan
pendapat
dapat
menumbuhkan rasa toleransi antar sesama rekan dikelompoknya.
50
c. Siswa
kurang memperhatikan pada saat guru
menjelaskan langkah-langkah tournament. Upaya yang bisa dilakukan adalah guru harus bisa lebih mengkondisikan suasana dikelas saat menjelaskan langkah-langkah tournament. Dengan terkondisinya suasana dikelas,
maka perhatian siswa akan lebih
tertuju pada guru. d. Kurangnya
kesiapan
siswa
untuk
mengikuti
pembelajaran. Upaya yang bisa dilakukan adalah memberi penjelasan mengenai pentingnya buku paket yang mendukung pemahaman konsep dan materi yang dijelaskan oleh guru, serta pentingnya alat tulis yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pertemuan pertama ini guru sudah lebih siap dibandingkan dengan pertemuan pada siklus I. Guru melaksanakan
pembelajaran
dengan
langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu guru mengawali
51
dengan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti materi pelajaran, mengabsen siswa, kemudian siswa menyiapkan buku
materi yang akan digunakan sebagai pendukung
pembelajaran.
Dilanjutkan
dengan
apersepsi,
motivasi,
penyampaian tujuan pembelajaran. Guru manyampaiakan topik pembelajaran serta kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang berkaitan dengan sambungan huruf mati dengan huruf hidup. Kemudian mengulang kembali langkahlangkah pembelajaran TGT. Kegiatan pembelajaran dimulai lagi dengan meminta siswa untuk berbaur sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Siklus II ini, siswa lebih tertib karena sudah memahami model pembelajaran koopertif tipe TGT, dan telah siap dengan materi yang akan diberikan. Langkah berikutnya adalah guru memberikan tugas untuk dibahas oleh kelompok (lampiran 16) Sebelum memulai games, guru manjelaskan kembali langkah-langkah dalam memulai games. Kemudian guru memberikan penjelasan tentang pentingnya kerjasama, saling
52
menghormati dan menerima pendapat dari sesama rekan kelompoknya.
Kegiatan games pada siklus II ini dapat
berjalan dengan baik, karena siswa sudah telah memahami langkah-langkah
games
TGT
pada
pertemuan
yang
sebelumnya. Langkah berikutnya guru mulai tournament dengan membagi meja tournament sesuai dengan yang telah ditentukan pada pertemuan yang sebelumnya. Kemudian guru mulai menjelaskan langkah-langkah tournament. Pada siklus II ini dapat berjalan dengan baik, terbukti dengan guru dapat mengkondisikan kelas lebih baik sehingga perhatian siswa dapat tertuju kapada guru saat menjelaskan langkah-langkah tournament. Pada akhir kegiatan guru menyimpulkan kembali kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Membacakan point yang dimiliki oleh tiap-tiap kelompok sesuai dengan jumlah kartu yang diperoleh oleh masing-masing kelompok dan memberikan hadiah/penghargaan bagi kelompok yang mengumpulkan kartu paling banyak. Dilanjutkan dengan
53
memberikan kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan pemberitahuan tentang tes individu yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Pada Pertemuan kedua juga sudah berjalan dengan baik. Guru mengecek kesiapan siswa, memberikan motivasi, dan memberikan peringatan untuk tidak bekerjasama dan menyontek saat mengerjakan tes. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian lembar tes individu (lampiran 22). Selama tes berlangsung, guru mengawasi jalannya tes dengan baik. Setelah tes selesai guru memberikan sesi tanya jawab tentang permasalahan yang didapat selama tes individu. Untuk pengumuman hasil tes dan perkembangan skor individu (lampiran 33), dan penilaian kelompok (lampiram 34) dilakukan dengan menggunakan jam pelajaran mencatat dikte pada hari berikutnya.
c. Pengamatan (Observing) Pada penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaan penerapan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
54
TGT yaitu dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah
dibuat
oleh
peneliti.
Hasil
pengamatan
dengan
menggunakan pembelajaran TGT pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa a. Observasi tentang aktivitas kesiapan belajar siswa dalam menerima materi pelajaran. Hasil penelitian kesiapan siswa menerima pelajaran dapat dilihat (lampiran 30) pada siklus II pertemuan pertama dapat dilihat bahwa sebesar 100 % siswa telah siap menerima materi pelajaran. Semua siswa telah siap untuk menerima pelajaran dengan membawa buku paket, buku catatan , serta peralatan tulis. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II ini dibandingkan siklus I. b. Observasi mengenai Aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TGT Hasil penelitian siklus II ini aktivitas belajar siswa (lampiran 31) dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT telah mencapai 89,41% . Nilai ini sudah menunjukkan
55
peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pada siklus I. Hal ini dikarenakan guru telah memberikan pengarahan tentang pentingnya saling menghargai pendapat dengan sesama
rekan
kelompoknya.
Guru
juga
dapat
mengkondisikan siswa dengan baik, sehingga siswa bisa memperhatikan guru pada saat memberikan penjelasan. c. Hasil Belajar Siswa Ketuntasan
hasil
belajar
siswa
sebelum
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu 21,88%, meningkat menjadi 96,67% pada siklus II (lampiran 33). Siswa yang tuntas sebanyak 7 siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus II siswa yang tuntas menjadi 31 siswa. Satu siswa yang belum tuntas dikarenakan kurang memahami materi yang disampaikan guru dan kurang teliti dalam menulis huruf stenografi. 2) Hasil Observasi Aktivitas Guru Hasil observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran. Siklus II pertemuan pertama guru memberi mengabsen siswa,
56
memberikan motivasi dan apersepsi pada siswa. Pada kegiatan awal ini guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik dibandingkan pada saat siklus I. Kemudian guru membimbing siswa dalam kegiatan kelompok untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi. Guru memantau jalannya kegiatan dalam lembar kerja siswa sudah baik. Proses jalannya kegiatan games dan tournament sudah berjalan dengan baik. Guru sudah memberikan arahan dan memantau jalannya kedua kegiatan tersebut dengan optimal. Terlihat dengan suasana kelas yang sudah terkondisi dan siswa sudah mulai bisa bekerjasama dengan baik, dapat menerima perbedaan pendapat dalam kelompoknya. Pertemuan kedua guru memberikan motivasi dan apersepsi sebelum tes individu dimulai. Kemudian guru membagi lembar tes individu. Saat tes berlangsung guru mengawasi jalannya proses tes individu.
57
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru (lampiran 31) dalam pembelajaran pada siklus pertama sudah baik yaitu sebesar 92,94 %. 3) Angket tanggapan siswa mengenai pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil angket tanggapan siswa yang didapat (lampiran 28) semua siswa menyatakan suka dengan pembelajaran TGT. Mereka merasa dengan pembelajaran TGT lebih menarik dan mengetahui kesalahan mereka dalam penulisan huruf stenografi. Kemudian 28 siswa juga menyatakan hasil belajar mereka dapat lebih baik karena dapat lebih memahami materi.
d. Refleksi (Reflecting) Hasil observasi siklus II pada aktivitas belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 89,41%. Sementara
aktivitas
guru
juga
menunjukkan
adanya
peningkatan yaitu sebesar 92,94%. Baik aktivitas siswa maupun guru sudah mencapai kriteria indikator keberhasilan.
58
Berdasarkan hasil perolehan dari pelaksanaan siklus II sudah menunjukan tercapainya tujuan dalam penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Hasil aktivitas siswa pada siklus II yang mencapai nilai 89,41%. Hal tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu diatas atau sama dengan 80%. 2. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 96,67%. Hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan belajar yaitu diatas atau sama dengan 75%.
4.2.
Rangkuman Hasil Pembelajaran TGT
Tabel 4. Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Mencatat Dikte Kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga
Tahapan
Diskripsi
Sebelum
Proses belajar mengajar di kelas X Program Keahlian
Tindakan
Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga mata pelajaran mencatat dikte, pokok bahasan sambungan
59
huruf mati dengan huruf fidup menggunakan model pembelajaran
konvensional
ceramah.
Hal
ini
menyebabkan selama pembelajaran beberapa siswa terlihat tidak mendengarkan penjelasan guru, siswa sering mengobrol dengan teman sebangku dan bermain handphone selama pelajaran. Pembelajaran seperti ini juga menyebabkan rata-rata hasil belajar siswa 48,53 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 21,88%. Siklus I Perencanaan Tahap perencanaan dilakukan kegiatan identifikasi masalah dan analisis penyebab timbulnya masalah yang terdapat pada proses pembelajaran pelajaran
mencatat
dikte
program
mata
keahlian
Administrasi Perkantoran kelas X.3 semester 1 di SMK Kristen Salatiga sebelum tindakan kelas dilakukan.
Tindakan
dianggap
tepat
pembelajaran
pemecahan
yaitu
dengan
dengan
masalah
yang
menerapkan
menggunakaan
model
60
pembelajaran TGT.
Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan ini, dilaksanakan sesuai dengan
skenario
pembelajaran
yang
telah
direncanakan. Tiap siklus peneliti melaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pertemuan pertama hasil observasi kegiatan belajar mengajar pada kegiatan awal guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran TGT belum pernah diterapkan sehingga guru di SMK Kristen Salatiga lebih berkonsentrasi pada kegiatan inti. Pertemuan kedua guru sudah melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan RPP. Pengamatan
Hasil pengamatan dengan menggunakan pembelajaran model TGT pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa a. Observasi Tentang Kesiapan Belajar Siswa
61
Dalam Menerima Pelajaran. Pada siklus I dapat dilihat bahwa sebesar 94,05% siswa siap menerima materi pelajaran. Sedangkan 5,95 % belum siap menerima materi pelajaran disebabkan empat siswa yang tidak membawa buku paket dan satu siswa tidak membawa perlengkapan alat tulis. b. Observasi Tentang Aktivitas Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran TGT. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 75,29%. c. Hasil Belajar Siswa Ketuntasan hasil belajar siswa kelas X.3 program keahlian Administrasi perkantoran di SMK Kristen Salatiga sebelum diterapkannya model pembelajaran tipe TGT yaitu sebesar 21,88%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 89,66%. 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru.
62
Data hasil observasi aktivitas guru digunakan untuk mengetahui kegiatan guru mata pelajaran Stenografi di SMK Kristen Salatiga selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru yang dilihat dari kinerjanya dalam pembelajaran pada siklus pertama sudah baik yaitu sebesar 80,00 %. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus I yang merupakan siklus awal dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh data bahwa aktivitas siswa kelas X.3 program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga menunjukkan nilai sebesar 75,29%. Hal ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang sudah ditentukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I menunjukkan nilai sebesar 80,00%. Tujuan pembalajaran belum disampaikan oleh guru pada pertemuan pertama siklus I. Hal ini disebabkan karena guru lebih fokus pada inti pembelajaran.
63
Berdasarkan hasil perolehan dari pelaksanaan siklus I ketuntasan hasil belajar siswa yaitu sebesar 89,66%. Siklus II Perencanaan Pada tahap perencanaan ini diisi dengan persiapan seperti siklus I dan memperbaiki kekurangan pada siklus I yang dilihat di refleksi siklus I. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan perbaikan tindakan pembelajaran
sesuai
dengan
langkah-langkah
pembelajaran TGT yang telah disusun dalam bentuk RPP. Pengamatan
Hasil pengamatan dengan menggunakan pembelajaran model TGT, pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa a Observasi tentang kesiapan belajar siswa dalam menerima materi pelajaran. Hasil penelitian kesiapan siswa kelas X.3 program keahlian Administrasi Perkantoran SMK
Kristen
Salatiga
dalam
menerima
64
pelajaran
dapat
pertemuan
dilihat
pertama
dapat
pada
siklus
dilihat
II
bahwa
sebesar 100% siswa telah siap menerima materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat melalui semua siswa membawa buku paket alat tulis dan lain sebagainya. b Observasi mengenai Aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran TGT. Hasil penelitian siklus II ini aktivitas belajar siswa
kelas
Administrasi
X.3
program
Perkantoran
SMK
keahlian Kristen
Salatiga dalam pembelajaran TGT telah mencapai 89,41%. c Hasil Belajar Siswa Ketuntasan
hasil
belajar
siswa
sebelum
diterapkannya model pembelajaran tipe TGT yaitu sebesar 21,88%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 96,67%. 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru.
65
Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru yang dilihat dari kinerjanya dalam pembelajaran pada siklus II sudah baik yaitu sebesar 89,41%. Refleksi
Hasil observasi siklus II pada aktivitas belajar siswa kelas X.3 program keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga sudah menunjukkan hasil sebesar 89,41%. Sementara aktivitas guru mata pelajaran menunjukkan adanya peningkatan yaitu sebesar 89,41%. Baik aktivitas siswa maupun guru sudah
mencapai
kriteria
keberhasilan
proses.
Berdasarkan hasil perolehan dari pelaksanaan siklus II aktivitas peserta didik sudah menunjukan tercapainya tujuan dalam penelitian yaitu ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 96,67%..Hasil tersebut sudah mencapai kriteria keberhasilan belajar yaitu diatas atau sama dengan 75%.
4.3.
Pembahasan
66
Pembahasan dalam penelitian ini merupakan hasil observasi selama penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
untuk
kemudian
dilakukan
refleksi
secara
keseluruhan pada tiap-tiap siklusnya. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila terdapat interaksi yang baik antara guru dan siswa. Proses pembelajaran guru harus dapat menentukan metode-metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran, yang disesuaikan dengan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Proses pembelajaran dapat dikatakan optimal apabila terdapat keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran yang nantinya berdampak pada hasil belajar siswa yang baik sehingga proses pembelajaran dapat berkualitas. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal. Sejauhmana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap siswa dan prosentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dapat diketahui melalui hasil belajar siswa. Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu
67
dilakukan
observasi
awal
untuk
mengidentifikasikan
permasalahan. Guru juga mempersiapkan rencana pelaksanan pembelajaran (RPP), katu permainan, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja tim, dan lembar kuis individu. Pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini, mengambil pokok bahasan sambungan huruf mati dengan huruf hidup.
Materi
patah/runcing,
pembelajaran sambungan
ini
mengenai
sambungan
lengkung/melengkung,
dan
sambungan silang/berlubang. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X.3 program keahlian administrasi perkantoran SMK Kristen Salatiga mata pelajaran mencatat dikte menunjukan bahwa masih ada 25 siswa yang nilai ulangan hariannya masih berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditatapkan yaitu 70, serta kurangnya perhatian dan atktifitas siswa saat kegiatan PBM berlangsung. Bentuk pemecahan dari permasalahan ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X.3 Program Keahlian
68
Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu “tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok
(teams),
permainan
(games),
pertandingan
(tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).”18
Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut: “1. Kelompok (Team) a. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen b. Memberitahu siswa tentang tugas yang harus dikerjakan oleh anggota kelompok. 2. Presentasi Kelas (Class Presentation) a. Menyampaiakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai b. Menghimbau siswa bahwa materi yang disampaikan akan berguna pada saat game dan menentukan skor kelompok. c. Menyampaikan/mempresentasikan materi pelajaran di dalam kelas. 3. Permainan (Games) a. Memberikan game dalam bentuk pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian materi.
18
Rusman, 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta , Raja Grafindo Persada, hal. 225.
69
b. Memberikan game dalam bentuk pertanyaanpertanyaan dalam bentuk kartu indek c. Memberikan dan mengumpulkan skor kepada siswa yang menjawab benar. 4. Kompetisi (Turnamen) a. Membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. b. Mengkoordinasikan jalannya turnamen dengan prosedur pelaksanaan. 5. Penghargaan (Team recognize) a. Mengumumkan hasil penilaian dari pengumpulan skor turnamen. b. Memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.”19 Selama pelaksanaan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi sambungan huruf mati dengan huruf hidup dari siklus satu ke siklus berikutnya terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. 1. Hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas X.3 program keahlian Administrasi perkantoran di SMK Kristen Salatiga
mengalami
peningkatan,
sebelum
diterapkannya model pembelajaran tipe TGT yaitu 19
http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-tgt-model-teamgame-tournament-permainan-dalam-tgt-komponen-dalam-tgt/
70
sebesar 21,88%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 89,66%. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II meningkat menjadi 96,67%. 2. Aktivitas Siswa Hasil
observasi
pada
proses
pembelajaran
menunjukkan bahwa keaktifan siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil aktivitas siswa siklus I sebesar 75,29%. Hasil aktivitas siswa siklus II sebesar 89,41%. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa secara kognitif dan keaktifan belajar siswa. Indikator dalam penelitian tindakan kelas ini merupakan tolak ukur dari keberhasilan penelitian tindakan kelas. Tetapi dalam penelitian ini keaktifan siswa baru mencapai 75,29% belum mencapai indikator yang diinginkan yaitu 80%. Hal ini disebabkan masih terdapat permasalahan pada penerapan langkah-langkah TGT yang dihadapi pada siklus I yaitu:
71
1. Presentasi Kelas/Class Presentation -
Belum tersampaikannya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2. Permaianan/Games -
Selama permaianan/games berlangsung masih ada siswa yang belum bisa menerima perbedaan pendapat dengan sesama rekan kelopoknya.
3. Tournament -
Dalam kegiatan tournament, guru seharusnya bisa mengkoordinasi jalannya tournament dengan lebih baik lagi. Tetapi pada saat guru menyampaiakan langkah-langkah tournament, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, sehingga guru harus menjelaskan kembali langkah-langkah tournament.
Namun hal ini dapat diatasi dengan adanya kerja sama yang
cukup
baik
antara
guru
dengan
siswa,
sehingga
pembelajaran tetap dapat berjalan dengan lancar. Kemudian pelaksanaan pada siklus II guru berusaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan dari kesalahan yang terjadi dari siklus I.
72
Upaya-upaya yang telah dilakukan guru pada kegiatan siklus II untuk lebih mengoptimalkan lagi proses pembelajaran yaitu: 1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran TGT dengan baik. 2. Memperbaiki langkah-langkah TGT yang belum dilaksanakan dengan optimal yaitu: a. Menyampaiakan tujuan pembelajaran b. Mengkoordinasi kegiatan tournament dengan baik c. Memberikan pengarahan kepada siswa akan pentingnya menerima perbedaan pendapat dengan sesama rekan kelompoknya. 3. Memberikan penjelasan mengenai pentingnya buku paket yang mendukung pemahaman konsep dan materi yang dijelaskan oleh guru, serta pentingnya alat tulis yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas siswa serta pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat
73
menjadi lebih baik dan diperoleh secara optimal. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam Mata Pelajaran Mencatat Dikte, pokok bahasan Sambungan Huruf Mati Dengan Huruf Hidup Kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran, semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 SMK Kristen Salatiga.