Yadi Mulyadi & Soeprapto Rakhmat, Pembelajaran Menulis Teks Jurnalistik
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS JURNALISTIK JENIS FAIT DIVERS DALAM PEMBELAJARAN PRODUCTION ECRITE II MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING Yadi Mulyadi Soeprapto Rakhmat Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154 E-mail:
[email protected] Abstrak: Keterampilan menulis bukanlah merupakan keterampilan yang diperoleh pembelajar secara alamiah melainkan perlu dipelajari dan dibudayakan pelatihannya baik secara formal maupun informal. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, diperlukan penerapan metode pengajaran yang relevan. Penelitian ini mengkaji implementasi metode reciprocal teaching dalam pembelajaran menulis teks jurnalistik jenis fait divers dalam pembelajaran Production Ecrite II. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskripsi terarah (focused-description) sedangkan alat pengumpul datanya berupa lembar observasi proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode reciprocal teaching telah berkontribusi dalam: (1) membantu mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan menulis teks jurnalistik jenis fait divers, (2) meningkatkan kualitas proses pembelajaran melalui tahapan proses pembelajaran menulis teks jurnalistik yang terdiri atas 6 (enam) tahapan, yaitu tahap predicting, questioning, clarifying, visualization, summarizing, dan start writing. Kata-kata kunci: teks jurnalistik, fait-divers, metode reciprocal teaching Abstract: Writing skills is not acquired by the learner naturally but it needs to be learned and cultivated training both formally and informally. To achieve the learning objectives that have been determined, the required application of teaching method should be relevant. This study examines the implementation of reciprocal teaching method in teaching writing journalistic texts fait divers in the course of Production Ecrite II. In practice, this study used a qualitative approach and the design used was focused-description, while the data collection instrument in the form of the learning process observation sheet. The results showed that the reciprocal teaching method has contributed to: (1) help students to improve their writing skill in writing fait divers of journalistic text, (2) increase the process and learning outcomes through the stages of the process of learning to write journalistic text consisting of 6 (six) phases, namely phase predicting, questioning, clarifying, visualization, summarizing, and start writing. Keywords: journalistic text, fait-divers, reciprocal teaching method
177
BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
PENDAHULUAN Keterampilan berbahasa asing, dalam hal ini bahasa Perancis, tidak dapat dimiliki oleh seorang pembelajar dalam waktu relatif singkat tetapi diperlukan waktu yang cukup sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran dimaksud yaitu tujuan pemerolehan keterampilan berbahasa Perancis yang mengarah pada kompetensi berbahasa dengan merujuk pada ketentuan Kerangka Acuan bahasa-bahasa Eropa atau yang dikenal dengan nama Cadre européen commun de référence pour les langues (CECRL) yang disyahkan sejak tahun 2001 oleh Dewan Eropa (Conseil de l’Europe) dengan tingkatan kompetensi yaitu A1, A2, B1, B2 (DELF) dan C1, C2 (DALF). Salah satu keterampilan berbahasa yang merupakan keterampilan terakhir dari empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis. Keterampilan menulis bukanlah merupakan keterampilan yang diperoleh secara alamiah melainkan perlu dipelajari atau dibudayakan pelatihannya baik secara formal maupun lingkungan belajar lainnya. Hal ini senada dengan pernyataan Myles (2012) yang menjelaskan bahwa “The ability to write well is not a naturally acquired skill; it is usually learned or culturally transmitted as a set of practices in formal instructional settings or other environments”. Selanjutnya ia menegaskan bahwa “Writing skills must be practiced and learned through experience”. Hal ini mengandung arti bahwa keterampilan menulis harus dilatih dan dipelajari melalui pengalaman menulis. Mengacu pada penjelasan di atas, jelas sudah bahwa kemahiran dalam menulis perlu dilakukan secara bertahap, berproses, dan berkesinambungan sehingga menjadikan suatu kebiasaan. Keterampilan menulis tentu saja tidak dilakukan secara langsung mempraktekkannya melainkan perlu juga
seorang pembelajar mengetahui jenis teks yang akan ditulis agar selanjutnya mampu menghasilkan tulisan baik sesuai dengan jenis teks yang diinginkan. Kesulitan yang mungkin ditemukan ketika menulis teks dalam bahasa ibu dan bahasa asing tentulah berbeda. Mangenot (2007) dalam Mulyadi, Sopiawati dan Rakhmat (2013) telah mengkelaskan kesulitan-kesulitan menulis teks dalam bahasa asing ke dalam tiga kelompok besar di antaranya kesulitan kebahasaan, terutama dalam hal leksikal; strategi menulis dalam bahasa asing ; dan kesulitan sosiokultural. Sekaitan dengan hal di atas, Desmons (2005:46) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan manakala akan membuat sebuah tulisan dalam bahasa Perancis, di antaranya adalah : a. Pengorganisasian sistem tata tulis (keterbacaan tulisan, ortograf, tanda baca, tipografi) [L’organisation rigoureuse des signes graphiques (écriture lisible, orthographe, ponctuation, typographie)] ; b. Kejelasan pesan (kosa kata yang tepat, sintaksis, efektivitas kalimat), [La clarté du message (précision du vocabulaire, correction de la syntaxe, concision)]; c. Penyusunan wacana yang utuh (kalimat majemuk, kata penghubung yang tepat, kohesi tekstual). [L’élaboration d’un discours en continu (phrases complexes, liens logiques, cohésion textuelle)].
Dalam penelitian ini, keterampilan menulis yang diteliti adalah keterampilan menulis teks jenis faits divers. Teks fait divers merupakan bagian dari teks jurnalistik. Teks jurnalistik seringkali kita temui bahkan kita baca dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak semua mengetahui kategori teks jurnalistik apa yang pernah
Yadi Mulyadi & Soeprapto Rakhmat, Pembelajaran Menulis Teks Jurnalistik
dibaca atau sering dibaca. Terdapat dua jenis teks jurnalistik yang dikutip dari laman http://bv.alloprof.qc.ca (2013), yaitu la nouvelle journalistique (berita jurnalistik/koran) dan le fait divers (ragam peristiwa). Masih menurut laman yang sama, « la nouvelle journalistique est un texte qui, à partir d'un événement d'actualité, met en scène le plus efficacement possible l'essentiel des faits nouveaux ou intéressants. Elle vise à informer le plus précisément et le plus rapidement possible, de façon simple et concise”. Artinya la nouvelle journalistique merupakan teks yang menyajikan seefektif mungkin suatu peristiwa/kejadian aktual, baru atau menarik. Teks ini bertujuan untuk menginformasikan serinci dan secepat mungkin informasi secara sederhana dan singkat. Adapun teks jurnalistik jenis le fait divers dalam bidang jurnalistik, « traite des événements qui ne sont classables dans aucune des rubriques qui composent habituellement un média d'actualité (international, national, politique, économie, etc.) et qui sont, par conséquent, regroupés au sein d'une même rubrique malgré l'absence de liens qui les unissent. Il s'agit généralement d'événements tragiques, tels que les crimes, les accidents ou de faits cocasses, insolites, etc.”.[mengulas peristiwa-peristiwa yang tidak dikelompokkan dalam rubrik koran, biasanya disajikan pada media berita (internasional, nasional, politik, ekonomi dan lain-lain). sehingga dikelompokkan ke dalam rubrik yang sama walaupun tanpa ada kaitan berita yang menyatukannya. Secara umum diulas berita-berita tragis, seperti criminal, kecelakaan atau berita lucu, nyelenéh, dan lain-lain.] Untuk menulis sebuah teks jurnalistik, pada laman http://bv.alloprof.qc.ca (2013) dijelaskan
bahwa perlu dipahami hal-hal berikut ini yaitu : 1) Le titre (Judul): il a pour mission d'annoncer le sujet, de déclencher l'envie de lire le texte. Il doit piquer la curiosité. Un titre commence toujours par une majuscule, mais ne se termine jamais par un point. [misinya adalah untuk mengumumkan topik yang diulas, memancing minat baca, dan mendorong rasa ingin tahu. Judul selalu diwalai dengan huruf capital dan tidak diakhiri dengan titik]. 2) La photo (Foto): Tout comme le titre, la photo peut annoncer le sujet et piquer la curiosité du lecteur ou de la lectrice. Cette photo peut représenter des personnes qui ont joué un rôle important dans l'événement raconté, une scène de l'évènement, un lieu ou un objet relié à l'événement. La photo est généralement accompagnée d'une phrase expliquant brièvement ce qu'elle représente. [ Seperti judul, foto dapat memberitahukan topik dan mendorong rasa ingin tahu pembaca. Foto tersebut dapat mewakili otrangorang yang berperan penting pada peristiwa yang diceritakan, adegan peristiwa, tempat atau objek terkait peristiwa. Foto biasanya dilengkapi dengan sebuah kalimat yang menerangkan secara singkat apa yang dibicarakan] 3) La signature (Sumber berita): les textes sont signés par les journalistes qui les écrivent, mais proviennent souvent de grandes agences de presse auxquelles sont abonnés les différents quotidiens (L'Agence France-Presse, Associated Press, Reuter et La Presse canadienne). [pada teks-teks yang ditulis, dicantumkan sumber beritanya oleh para wartawan yang menulisnya, tetapi seringkali yang ditulis nama agen besar bidang jurnalistik harian yang dilanggan, contohnya L'Agence France-Presse (AFP), 179
BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
Associated Press (AP), Reuter dan La Presse canadienne)]. 4) Le lieu et la date de parution (Tempat dan tanggal penerbitan) 5) Le contenu et la structure d'une nouvelle journalistique et d'un fait divers (Isi dan struktur le fait divers) 6) La conclusion (Kesimpulan) Selain penjelasan di atas, menurut Wojowasito dalam Anshori dan Kurniawan (2005:31) dijelaskan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagaimana tampak dalam harian-harian
dan majalah. Melihat fungsinya sebagai alat komunikasi massa, bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelektual yang melek huruf dan aksara dan dapat menikmatinya. Walaupun demikian, tuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku tidak boleh ditinggalkan.Berikut ini ini disajikan salah satu contoh teks jurnalistik jenis fait divers yang diunduh dari laman http://www.jde.fr. yang informasinya bersumber dari L'Agence France-Presse (AFP).
Enquête : un policier a-t-il volé de la drogue ? Publié le Vues Recommandé
: 06/08/14 à 11:30 : 477 fois : 1 fois
Le 36 Quai des Orfèvres est le bâtiment qui abrite les locaux de la police judiciaire [police qui traite des crimes et des délits] à Paris. (Photo AFP/Pierre Andrieu) Le 31 juillet, 52 kg de drogue ont disparu dans les bureaux de la police à Paris. Le principal suspect est un policier. Le 36 Quai des Orfèvres, c’est quoi ? Le 36 Quai des Orfèvres est le bâtiment qui abrite les locaux de la police judiciaire [police qui traite des crimes et des délits] à Paris. On y trouve la brigade criminelle [qui lutte contre les crimes], la brigade des stupéfiants [qui enquête sur les réseaux de drogues], et la brigade de recherche et d’intervention [qui interpelle les groupes de malfaiteurs].Ces brigades interviennent dans la zone de Paris et sa proche banlieue. Pourquoi en parle-t-on aux infos ? Aujourd’hui en France, il est interdit de consommer et de vendre des produits stupéfiants [des drogues]. Au début du mois de juillet, la brigade des stupéfiants avait arrêté 14 personnes et saisi plusieurs kilos de cocaïne [une drogue très toxique] dans un appartement parisien. Cette drogue était depuis conservée dans un local du 36 Quai des Orfèvres, en tant que preuve pour l’enquête. Le 31 juillet, un policier a découvert la disparition de ces 52 kg de cocaïne, qui étaient pourtant gardés dans des locaux sécurisés grâce à une porte blindée, dont seuls 3 policiers avaient les clefs. Les suspects sont des policiers. Un policier du 36 Quai des Orfèvres a été mis en garde à vue [garder un suspect dans les locaux de la police pour l’interroger lors d’une enquête] dès samedi. Des vidéos de surveillance montrent un homme lui ressemblant beaucoup sortir du bâtiment avec deux gros sacs, qui pouvaient contenir la drogue. De plus, lors de son arrestation, le suspect portait sur lui 20 000 euros en liquide, une somme très importante.
Yadi Mulyadi & Soeprapto Rakhmat, Pembelajaran Menulis Teks Jurnalistik
D’où vient-elle ? Le policier dit qu’il n’est pas coupable. Lundi, un deuxième policier a été placé en garde à vue. Il aurait des liens avec le principal suspect, tout comme le troisième policier, qui s’est lui-même rendu aux autorités. Il affirme avoir échangé beaucoup d’appels téléphoniques avec le premier suspect. L’enquête est en cours. Un scandale La police est censée assurer la protection des personnes et des biens. La loi s’applique à tout le monde, les policiers sont donc aussi concernés par l’interdiction de posséder ou vendre de la drogue. Lorsqu’un policier fait une action malhonnête qui va à l’encontre de sa mission, on dit que c’est un "ripou" : on peut aussi dire qu’il est corrompu. (AFP/Pierre Andrieu)
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran menulis memerlukan metode pembelajaran yang dapat memandu proses pembelajaran baik bagi pembelajar maupun bagi pengajar. Di antara metode yang dapat digunakan adalah metode reciprocal teaching. Metode ini yang pada awalnya dikembangkan oleh Palinscar pada tahun
1986 selanjutnya dikembangkan lagi penerapannya oleh Brown & Campione pada tahun 1992 (Omari & Weshah, 2010:26). Berkaitan dengan proses penerapannya dalam pembelajaran menulis, berikut ini beberapa tahapan pembelajarannya.
Tabel 1. Tahap Pembelajaran dengan Metode Reciprocal Teaching Tahap Pembelajaran Tahap 1: Predicting (Memprediksi)
Tahap 2: Questioning (Membuat pertanyaan)
Tahap 3: Clarifying (Mengklarifikasi)
Kegiatan a) Membuat sejumlah asumsi dan hipotesis (jawaban sementara) tentang isi teks (apa kira-kira yang diulas oleh penulis/sumber teks pada teks tersebut, apa tujuan penulisannya, publik sasarannya,dll). b) Mengaitkan antara teks yang dianalisis dengan pengalaman pribadi (apakah pernah mengalami hal yang sama, pernah membaca teks yang sama, mengetahui permasalahan yang sama dengan teks yang dibaca) a) Mengembangkan strategi meringkas ke arah kegiatan pemahaman teks yang dianalisis. b) Mahasiswa membuat sejumlah pertanyaan berdasarkan hasil bacaan pada teks (informasi → pertanyaan) untuk menguji pemahaman (self-test) c) Memahami informasi secara rinci dan menerapkan informasi tersebut berupa hasil pembuatan sejumlah pertanyaan berikut jawabannya. a) Mengklarifikasi kesulitan yang ditemui pada saat proses pemahaman teks. b) Mencari tahu penyebab munculnya kesulitan tersebut pada saat proses pemahaman teks. c) Mengidentifikasi kesulitan yang dialami di antaranya kesulitan secara gramatika (kala,modus,dll),
181
Pelaksana Mahasiswa dan dosen
Mahasiswa dan dosen
Mahasiswa dan dosen
BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
Tahap 4: Visualization (Visualisasi) Tahap 5: Summarizing (Meringkas)
Tahap 6: Start Writing (Mulai menulis)
perbendaharaan kosakata, pemahaman budaya. a) Menyatakan kesan tentang visualisasi teks (gambar) yang membantunya dalam memahami isi teks. b) Menerangkan kata dan ungkapan pada teks dengan menghubungkannya pada gambar. a) Mengidentifikasi informasi penting pada teks dengan cara membuat ringkasan dari analisis antarkalimat dan paragraf serta teks secara menyeluruh. b) Memfokuskan proses analisis pada kalimat dan paragraf yang terdapat pada teks. a) Planification, pembuatan kerangka tulisan dengan merujuk pada ketentuan menulis teks jurnalistik jenis fait divers b) Mise en texte, proses menuliskan apa yang sudah dirancang pada kerangka tulisan. c) Révision, proses revisi dilakukan untuk mengecek apabila masih terdapat ide tulisan yang tidak sesuai dan mereviu bentuk waktu dan kosakata yang dipilih dan digunakan dalam tulisan.
Dalam pembelajaran keterampilan menulis di Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI dengan mengacu pada kurikulum baru yang disahkan pada tahun 2013, terdapat 6 (enam) mata kuliah yang secara langsung melatih mahasiswa dalam menulis teks bahasa Perancis. Keenam mata kuliah keterampilan menulis (Production Ecrite-PE) itu di antaranya: Production Ecrite I, II, III, IV, V, dan VI. Penamaan mata kuliah tersebut disesuaikan dengan semester yang ditempuh mahasiswa. Sebagai contoh mata kuliah Production Ecrite (PE) I diikuti oleh mahasiswa pada semester I, begitu pula untuk mata kuliah PE selanjutnya. Pada perkuliahan PE II yang diselenggarakan pada semester genap tahun akademik 2013/2014 sesuai dengan silabus mata kuliah dan ketentuan Kerangka Umum Acuan Bahasa-Bahasa Eropa atau yang dikenal dengan istilah Cadre Européen Commun de Référence pour les LanguesCECRL) mahasiswa yang mengontrak mata kuliah tersebut diharapkan pada akhir perkuliahan dapat memiliki keterampilan menulis setara level kompetensi bahasa
Mahasiswa dan dosen
Mahasiswa dan dosen
Mahasiswa
Perancis (Diplôme d’Etude en Langue Française-DELF) A1 dan memasuki level A2. Keterampilan menulis yang dituntut pada level A2 DELF adalah pembelajar atau kandidat peserta ujian DELF level A2 diharapkan dapat menulis catatan dan pesan sederhana serta singkat, surat informal yang sederhana, misalnya untuk mengucapkan terima kasih, dan dapat menuliskan secara sederhana hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mendeskripsikan secara singkat tentang suatu kejadian, aktivitas dimasa lalu dan pengalaman pribadi. Sekaitan dengan salah satu keterampilan menulis yang dituntut pada level ini yaitu kemampuan dalam mendeskripsikan suatu kejadian atau peristiwa, maka sudah seharusnya mahasiswa pada mata kuliah PE II dibimbing dan diarahkan dalam hal kepemilikan keterampilan menulis yang berhubungan dengan pelaporan suatu peristiwa. Salah satu jenis teks jurnalistik yang merupakan bagian dari pelaporan peristiwa atau kejadian adalah jenis teks fait divers.Untuk membantu proses pemerolehan
Yadi Mulyadi & Soeprapto Rakhmat, Pembelajaran Menulis Teks Jurnalistik
keterampilan menulis teks tersebut diperlukan metode yang relevan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Mengacu pada pemaparan di atas perihal tuntutan kompetensi keterampilan menulis teks bahasa Perancis untuk level A2 DELF dan kompetensi yang ditargetkan di akhir perkuliahan PE II, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi metode reciprocal teaching dalam pembelajaran menulis teks jurnalistik jenis fait divers dalam pembelajaran Production Ecrite II di Departemen Pendidikan Bahasa Perancis FPBS UPI tahun akademik 2013/2014.
terlebih dahulu kategori data yang akan diambil sebagai sumber data penelitian. Kategori data tersebut yaitu data kualitatif berupa pernyataan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran dengan mengacu pada lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran. Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar observasi proses pelaksanaan pembelajaran. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester II yang mengontrak mata kuliah Production Ecrite II tahun akademik 2013/2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selama proses pelaksanaan penelitian, peneliti telah melakukan studi literatur terkait proses implementasi metode reciprocal teaching untuk keterampilan menulis teks bahasa Perancis jenis faitdivers setara level A2 DELF CECRL. Terkait studi literatur, telah diperoleh beberapa teori yang mendukung penelitian ini begitu pula dengan materi teks jurnalistik yang digunakan dalam pembelajaran telah diunduh dari laman http://www.jde.fr yang berisikan berita jurnalistik. Setelah diunduh, teks-teks tersebut diseleksisesuai dengan kemampuan yang dimiliki mahasiswa yaitu teks bahasa Perancis yang setara level A2 DELF CECRL. Berikut ini laman yang digunakan untuk memperoleh sampel teks jurnalistik.
METODE Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskripsi terarah (focuseddescription). Yang dimaksud dengan deskripsi terarah di sini menurut Setiyadi (2006:232) adalah ”penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian pengamatan karena data yang terkumpul dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian pengamatan lainnya adalah bahwa dalam penelitian ini peneliti sendiri yang mengumpulkan datanya”.
Dalam desain penelitian deskripsi terarah diharuskan peneliti menentukan
183
BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
Gambar 1. Halaman muka laman: http://www.jde.fr Pada halaman muka laman ini, pembelajar dapat memilih sejumlah artikel
yang diperlukan sesuai minat mereka yaitu pada rubrik ”Tous les articles”.
Gambar 2. Rubrik ”Tous les articles” pada laman: http://www.jde.fr
Yadi Mulyadi & Soeprapto Rakhmat, Pembelajaran Menulis Teks Jurnalistik
Selain studi literatur, peneliti telah merancang materi untuk digunakan selama proses pembelajaran keterampilan menulis berupa hand out dan bahan ajar menulis teks bahasa Perancis jenis fait-divers untuk level A2 DELF berupa sejumlah teks jurnalistik bahasa perancis yang telah diunduh dari laman: http://www.jde.fr dengan
menerapkan metode reciprocal teaching. Untuk memperoleh data perihal deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran, peneliti menggunakan Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran yang diadaptasi dari Susilo, Chotimah & Dwitasari (2008:157).
Tabel 2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Keterlaksanaan dalam Pembelajaran Ya Tidak
No.
Kegiatan
A
Pengajar (Guru/Dosen) Memotivasi peserta didik di awal pembelajaran Menuliskan topik pembelajaran Menyebutkan tujuan dan indikator pembelajaran Mempersiapkan dan membagi kelompok kerja mahasiswa Meminta mahasiswa untuk mengidentifikasi informasi penting pada teks dan memahaminya secara global Meminta mahasiswa untuk membuat sejumlah pertanyaan berdasarkan hasil bacaan pada teks untuk menguji pemahaman (self-test) Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesulitan yang ditemui mahasiswa pada saat proses pemahaman teks bahasa Perancis. Meminta mahasiswa untuk membuat sejumlah hipotesis tentang isi teks. Meminta mahasiswa untuk mengaitkan antara teks yang dianalisis dengan pengalaman pribadi (apakah pernah mengalami hal yang sama, pernah membaca teks yang sama, mengetahui permasalahan yang sama dengan teks yang dibaca) Meminta mahasiswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya Menjadi fasilitator dan membimbing mahasiswa dalam membuat kesimpulan pada saat diskusi kelas. Pembelajar (Mahasiswa) Mempersiapkan diri dan duduk bersama kelompok kerja Membaca teks perkalimat, perparagraf kemudian berupaya memahami teks secara keseluruhan Membuat catatan hasil identifikasi teks berupa informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca Membuat sejumlah pertanyaan terkait isi teks yang dibaca berikut kemungkinan jawabannya.
B
185
BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
Berdiskusi dengan teman sekelompok tentang kesulitan yang ditemui selama proses analisis teks Membuat hipotesis tentang apa yang diulas oleh penulis/sumber teks pada teks tersebut dan berupaya mengkritisinya Mempresentasikan hasil pekerjaan dalam diskusi kelas Menyimpulkan hasil diskusi kelas Menulis teks jurnalistik jenis fait divers Mereviu hasil tulisan dengan sesama teman dan pengajar
Mengacu pada proses penerapan metode reciprocal teaching pada perkuliahan Production Ecrite II,
berdasarkan diperoleh
hasil data
pengamatan sebagai
peneliti, berikut.
Tabel 3. Kendala dan Solusi dalam Penerapan Metode Reciprocal Teaching Tahap Pembelajaran Tahap 1: Predicting (Memprediksi)
Tahap 2: Questioning (Membuat pertanyaan)
Tahap 3: Clarifying
Kendala yang Ditemui selama Proses Pembelajaran Mahasiswa mengalami kesulitan dalam membuat sejumlah asumsi dan hipotesis (jawaban sementara) tentang isi teks (apa kira-kira yang diulas oleh penulis/sumber teks pada teks tersebut, apa tujuan penulisannya, publik sasarannya,dll). Selain itu, kendala lainnya adalah mahasiswa kurang membaca teks yang berhubungan dengan bahasa Perancis. Hal ini mengakibatkan mereka kesulitan saat mengaitkan antara teks yang dianalisis dengan pengalaman pribadi (apakah pernah mengalami hal yang sama, pernah membaca teks yang sama, mengetahui permasalahan yang sama dengan teks yang dibaca) Mahasiswa belum memiliki strategi dalam meringkas teks yang dikaji. Kendala lainnya adalah mahasiswa masih kesulitan membuat sejumlah pertanyaan berdasarkan hasil bacaan pada teks hal ini ditengarai karena kurangnya pemahamanan terhadap teks yang dibaca.
Mahasiswa terkendala dalam menyampaikan penyebab munculnya kesulitan dalam
Solusi Pengajar perlu menjelaskan perihal cara menyusun asumsi dan hipotesis dari tulisan/teks yang dipelajari. Penyajian materi dengan media website (laman) sangat diperlukan untuk dilakukan.
Pengajar perlu untuk menerangkan strategi meringkas teks yang dibaca dan melatih mahasisw dalam menyusun kalimat pertanyaan dengan menggunakan mots d’interrogation yang telah dipelajari. Selain itu, pengajar perlu menerangkan caramemperoleh informasi secara rinci dari teks yang dibaca. Pengajar mengecek hal-hal terkait kesulitan yang
Yadi Mulyadi & Soeprapto Rakhmat, Pembelajaran Menulis Teks Jurnalistik (Mengklarifikasi)
memahami teks yang dibaca pada saat proses pemahaman teks. Selain itu, mereka masih kesulitan dari segi gramatika (kala,modus,dll) yang terdapat pada teks, begitu pula dengan kosakatanya.
Tahap 4: Visualization (Visualisasi)
Mahasiswa dapat mengaitkan anatar gambar dengan isi teks secara sekilas, namun tidak semua gambar yang disajikan dapat langsung memberikan kesan visual yang kemudian dapat membantunya dalam memahami isi teks. Mahasiswa masih mengalami kesuliatn dalam menerangkan kata dan ungkapan pada teks dengan menghubungkannya pada gambar.
Tahap 5: Summarizing (Meringkas)
Mahasiswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk membuat ringkasan melalui proses analisis antarkalimat dan paragraf serta teks secara menyeluruh. Memfokuskan proses analisis pada kalimat dan paragraf yang terdapat pada teks.
Tahap 6: Start Writing (Mulai menulis)
Mahasiswa masih kesulitan dalam pembuatan kerangka tulisan dengan merujuk pada ketentuan menulis teks jurnalistik jenis fait divers.
Hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran menulis teks jurnalistik jenis fait divers baik pada lembar keterlaksanaan proses pembelajaran maupun pada saat penerapan metode reciprocal teaching adalah bahwa: (1) hasil pengamatan terhadap aktivitas peneliti selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan secara umum peneliti telah melaksanakan semua tahapan yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Namun masih terdapat beberapa aspek yang dirasa kurang maksimal, seperti pada saat proses pembelajaran tahap Questioning (membuat pertanyaan), peneliti mengalami kendala dalam mengarahkan mahasiswa
ditemui mahasiswa pada saat proses pemahaman teks. Selanjutnya pengajar menjelaskan dan memberikan solusi terhadap permasalahan gramatika dan kosakata yang terdapat pada teks yang dibaca. Pengajar perlu memilih teks yang gambar sebagai citra visualnya mampu dipahami oleh mahasiswa sebagai langkah awal pembelajaran. Pengajar perlu untuk mencarikan kata kunci untuk disampaikan kepada mahasiswa perihal keterkaitan antara gambar dengan teks yang dibaca. Pengajar perlu untuk melatih mahasiswa dalam menganalisis kalimat dan paragraf pada teks jurnalistik yang dibaca dan selanjutnya membantunya dalam membuat ringkasan . Pengajar perlu untuk melatih mahasiswa dalam menerapkan teknik menulis brouillon baik teknik brouillon linéaire maupun brouillon instrumental.
dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan terkait teks yang dibaca dengan menggunakan kata tanya qui, quoi, quand, où, dan pada saat berupaya menghubungkan pemahaman antarbagian teks. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan pembelajar pemula bahasa Perancis yaitu mahasiswa semester II yang tentunya belum memahami betul konsep penyusunan pertanyaan yang berasal dari suatu teks yang dibaca; (2) berdasarkan hasil observasi, keseriusan mahasiswa dalam memperhatikan penjelasan peneliti menujukkan kategori ‘baik’ karena dari jumlah mahasiswa sebanyak 32 orang, semuanya terlihat serius dalam 187
BARISTA, Volume 1, Nomor 2, Desember 2014
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh peneliti. Begitu pula pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti. Namun, dari segi keberanian mahasiswa dalam hal mengemukakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari teks yang telah dibacanya di depan kelas, masih peneliti rasakan kurang memuaskan. Pascaimplementasi metode yang diteliti, peneliti selanjutnya mengamati dan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui dengan merujuk pada hasil observasi dari segi peneliti dan dari segi mahasiswa. Mengacu pada kendala-kendala yang ditemui oleh mahasiswa, peneliti selanjutnya menetapkan sejumlah solusi dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajaran. Sebagai tidaklanjut dari perbaikan kualitas proses pembelajaran, dalam beberapa pertemuan berikutnya peneliti menerepkan metode yang diteliti dengan merujuk pada upaya solusi dari kendala yang telah ditemui mahasiswa pada saat pertemuan awal. Solusi yang dilakukan pengajar dalam hal ini peneliti pada pertemuan selanjutnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perkuliahan Production Ecrite II adalah (1) penjelasan perihal cara menyusun asumsi dan hipotesis dari tulisan/teks yang dipelajari, (2) penyajian materi dengan dibantu media website (laman) sebagi sumber teks jurnalistik, (3) penjelasan tentang strategi meringkas teks yang dibaca dan melatih mahasiswa dalam menyusun kalimat pertanyaan dengan menggunakan mots d’interrogation yang telah dipelajari, (4) pembimbingan cara memperoleh informasi secara rinci dari teks yang dibaca, (5) penjelasan cara menganalisis unsur gramatikal dan leksikal yang terdapat pada teks yang dibaca, (6) pembimbingan dalam proses analisis kalimat dan paragraf pada teks jurnalistik yang dibaca, (7) pembimbingan membuat
ringkasan dari teks yang dibaca, (8) pelatihan dalam menerapkan teknik menulis brouillon baik teknik brouillon linéaire maupun brouillon instrumental SIMPULAN Merujuk pada data hasil penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode reciprocal teaching yang diterapkan dalam pembelajaran Production Ecrite II telah berkontribusi dalam: (1) membantu mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan menulis teks jurnalistik jenis fait divers, (2) meningkatkan kualitas proses pembelajaran melalui tahapan proses pembelajaran menulis teks jurnalistik yang terdiri atas 6 (enam) tahapan, yaitu tahap predicting, questioning, clarifying, visualization, summarizing, dan start writing. Hal ini dapat diindikasikan dari hasil tulisan mahasiswa yang dari pertemuan satu ke pertemuan selanjutnya mengalami peningkatan. DAFTAR PUSTAKA Anshori, D.S. & Kurniawan, K. (2005). Bahasa Jurnalistik. Bandung. Pusat Studi Literasi. Desmons, F, et al. (2005). Enseigner le FLE; Pratiques de classe. Paris: Belin. Enquête : un policier a-t-il volé de la drogue ?. (2014). Diakses dari : http://www.jde.fr Mulyadi, Y., Sopiawati,I, & Rakhmat, S. (2013). Penggunaan textes médiatiques pada laman www.jde.fr dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Compréhension Ecrite II . Laporan Penelitian. Bandung : Tidak dipublikasikan. Myles, J.(2012). Second Language Writing and Research: The Writing Process and Error Analysis in Student Text.
Yadi Mulyadi & Soeprapto Rakhmat, Pembelajaran Menulis Teks Jurnalistik
Diakses dari: http://www.cc.kyotosu.ac.jp/information/teslej/ej22/a1.2012.html. Nouvelle journalistique et fait divers. (2013). Diakses dari : http://bv.alloprof.qc.ca. Omari, H.A. & Weshah, H.A. (2010) Using the Reciprocal Teaching Method by Teachers at Jordanian Schools. European Journal of Social Sciences, 15 (1), pp.26-39. Setiyadi, B. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing; Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Susilo, H., Chotimah, H., & Dwitasari, Y. (2008). PTK sebagai sarana pengembangan keprofesionalan guru dan calon guru. Malang: Bayumedia Publishing. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses pelaksanaan penelitian ini, di antaranya kepada pihak LPPM UPI dan DP2M Dikti yang telah membantu dalam pendanaan penelitian ini. Selain itu, ucapan terima kasih disampaikan pula kepada pimpinan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra dan pimpinan Departemen Pendidikan Bahasa Perancis Universitas Pendidikan Indonesia yang telah membantu dalam penyediaan lokasi dan fasilitas pelaksanaan penelitian.
189