SRIE YOHARTI SOLEHA: PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI ...
PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN TEKNIK PEMANDANGAN INDAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PERCOBAAN (SDNP) CILEUNYI, KABUPATEN BANDUNG (DESCRIPTIVE WRITING LEARNING USING BEAUTIFUL SIGHT TECHNIQUE ON STUDENTS OF CILEUNYI EXPERIMENTAL PUBLIC ELEMENTRY SCHOOL [SDNP] OF BANDUNG REGENCY) Srie Yoharti Soleha Universitas Terbuka UPBJJ Bandung Jalan Raya Panyileukan Nomor 1A Telepon: (022) 7801791, Ponsel: 08157006708 Pos el:
[email protected] Tanggal naskah masuk: 03 Januari 2014 Tanggal revisi terakhir: 19 Mei 2014
Abstract
THIS article aims at describing the contribution of beautiful sight technique in improving the quality of elementary students' descriptive writing skill. Such technique actualizes imagination of brain's perception on an object of description. The technique relies on the strength of brain's perception to describe the richness of a sight. The article uses quasi-experimental method of randomized pretest-posttest control group design. The population is elementary students of SDNP Cileunyi of Bandung Regency with 60 samples. They were divided into two groups, namely experimental class and controlled class, of 30 students each. Data were sorted from the pretest and posttest results of both classes, observation, interviews, questionnaire, and teaching techniques. The data analysis shows that there is significant difference in the students' ability of both classes for the t count is higher than the t table (8.39>2.76). The observation, interview, questionnaire and teaching techniques comes with a result that the beautiful sight technique offers a significant contribution in improving the quality of descriptive writing learning. Key words: descriptive writing learning, beautiful sight technique, elementary school students Abstrak TULISAN ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi Teknik Pemandangan Indah dalam meningkatkan kualitas keterampilan menulis deskripsi pada siswa SD. Adapun Teknik Pemandangan Indah (TPI) adalah teknik yang mengaktualisasikan imajinasi persepsi otak atas sebuah objek yang ingin digambarkan. Teknik tersebut mengandalkan kekuatan persepsi otak untuk menggambarkan kekayaan indrawi. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen semu dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Populasinya ialah siswa SDNP Cileunyi, Kabupaten Bandung dengan sampel berjumlah 60 orang siswa, yang terdiri atas 30 siswa sebagai sampel kelas eksperimen dan 30 siswa sebagai sampel kelas kontrol. Data penelitian ini diperoleh dari hasil prates dan pascates kelas eksperimen dan kelas kontrol, observasi, wawancara, angket, dan teknik pembelajaran/ pengajaran. Hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dan kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis karangan deskripsi, yaitu t hitung > t tabel (8,39 > 2,76). Adapun dari hasil observasi, wawancara, angket, dan teknik pembelajaran, diperoleh temuan bahwa TPI memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi. Kata kunci: pembelajaran menulis deskripsi, teknik pemandangan indah, siswa SD 125
Metalingua, Vol. 12 No. 1, Juni 2014:125—132
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dibekali Tuhan dengan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Kemampuan berbahasa ini dimanifestasikan ke dalam bentuk lisan dan atau tulis. Bentuk lisan termanifestasi ke dalam kemampuan berbicara dan bentuk tulis termanifestasi ke dalam kemampuan menulis. Tarigan (1991: 21) mengemukakan ihwal menulis sebagai berikut. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orangorang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menurut Tarigan (1991:22), menulis itu sangatlah penting karena menulis merupakan alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis pun sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, dapat menolong mereka berpikir secara kritis, dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, dan menyusun urutan bagi pengalaman. Untuk itu, pembudayaan menulis sejak dini merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pembelajaran sejak di bangku sekolah dasar. Pendidikan dasar untuk anak dikonsepsikan sebagai pendidikan awal untuk setiap anak (formal atau nonformal) yang pada prinsipnya berlangsung dari usia sekitar 3 (tiga) tahun sampai dengan sekurang-kurangnya berusia 12 sampai 15 tahun. Pendidikan dasar sebagai sebuah paspor yang sangat diperlukan individu untuk hidup dan mampu memilih apa yang mereka lakukan, mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat masa depan secara kolektif, dan terus menerus belajar (Delors, 1996). Dengan demikian, pendidikan dasar memberikan 126
sebuah surat jalan yang sangat penting bagi setiap orang, untuk memasuki kehidupan dalam masyarakat setempat dan masyarakat dunia, termasuk di dalamnya lembaga satuan pendidikan. Namun, diakui atau tidak pembiasaan menulis ini belum menjadi budaya dalam masyarakat kita. Budaya menulis pada kalangan siswa juga masih rendah. Hal itu berbeda dengan negara-negara maju, antara lain bercirikan publikasi buku, jurnal, koran, dan barang cetak lainnya. Hal tersebut mengindikasikan masih lemahnya pembiasaan menulis dalam proses pembelajaran di sekolah. Salah satu penyebabnya adalah guru kurang berkreativitas dalam penggunaan teknik dan metode pengajaran yang dapat merangsang siswa untuk menulis dan terlalu sedikitnya porsi pemberian latihan menulis. Padahal, dalam pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya guru banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis. Sebab keterampilan menulis pada dasarnya merupakan kebiasaan yang harus ditanamkan. (Hilda Taba, 1990:80 dalam Tarigan, 1991:70). Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berupa pelatihan menulis deskripsi. Pelatihan tersebut mengujicobakan teknik pembelajaran menulis yang dapat merangsang siswa agar mampu mengungkapkan dan menggambarkan apa yang pernah ia rasa, lihat, dengar, cium, dan raba hingga menjadi tulisan dekripsi. Teknik tersebut bernama Pemandangan Indah. Adapun inti dari penelitian ini adalah pembahasan manfaat teknik pemandangan indah yang diterapkan dalam pembelajaran menulis karangan deksripsi. 1.2 Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kontribusi teknik pemandangan indah dalam karangan deskripsi siswa, yaitu pelatihan menulis deskripsi yang dipajankan secara sengaja untuk pembiasaan menulis.
SRIE YOHARTI SOLEHA: PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI ...
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kontribusi teknik pemandangan indah dalam karangan deskripsi siswa, yaitu pelatihan menulis deskripsi yang dipajankan secara sengaja untuk pembiasaan menulis. 1.4 Metode Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperimen. Teknik pengolahan data berdasarkan statistika inferensial untuk menganalisis data hasil belajar siswa melalui metode eksperimental dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group Design (FraenkeldanWallen, 1993:248). Metode itu digunakan untuk menguji keefektifan penggunaan TPI dalam pengajaran menulis deskripsi pada siswa SDNP Cileunyi, Kabupaten Bandung. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes, observasi, wawancara, angket, dan teknik pembelajaran. Adapun teknik pembelajaran digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa SDNP Cileunyi, Kabupaten Bandung dan sampelnya adalah siswa kelas IV. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pemilihan cara ini dimungkinkan karena SDNP Cileunyi, Kabupaten Bandung menerapkan sistem pemerataan kemampuan siswa pada semua kelas. Hipotesis penelitian ini: ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan teknik pemandangan indah pada pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas IV SDNP Cileunyi, Kabupaten Bandung. Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dengan rumus x² (chi kuadrat). Untuk menghitung rata-rata prates dan pascates, peneliti menggunakan rumus = ; uji homogenitas dua varians dengan F =
;
uji signifikansi; uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menguji hipotesis kerja (Hi) dan hipotesis nol (Ho), jika nilai t hitung > t tabel pada taraf siginikansi 0.05 atau 95 % berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata yang diuji. Dengan demikian, Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Kerangka Teori 2.1 Pengertian Keterampilan Menulis Menurut Rusyana (1978:1), menulis merupakan wujud pengutaraan secara tersusun dengan mempergunakan bahasa yang disebut karangan. Jadi, karangan adalah susunan bahasa sebagai pengutaraan pikiran, perasaan, pendirian, khayalan, kehendak, keyakinan, dan pengalaman kita. Selanjutnya, Cunningham (1995:13) mengatakan bahwa menulis memiliki aturan-aturan sendiri serta konvensi dan kita dapat mengharapkan suatu materi yang dapat diandalkan melalui menulis. Menulis adalah aspek bahasa yang paling disiplin dan merupakan salah satu aspek yang dapat dipelajari secara lebih khusus atau detail serta lebih cermat. Harmer (2002:92) menyatakan bahwa menulis adalah suatu cara interaksi sosial dengan orang lain dan kita menulis untuk menyampaikan sesuatu kepada seseorang dengan tujuan tertentu. Dengan kata lain, kita menulis untuk menyelesaikan sesuatu. Senada dengan Harmer, Syamsuddin (1994:1) menyatakan bahwa menulis adalah salah satu jenis keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi tidak langsung antara mereka. Dari beberapa pengertian menulis yang dikemukakan di atas, dapat diambil benang merahnya bahwa menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi tak langsung yang berfungsi untuk menuangkan pikiran, perasaan, gagasan, dan kemampuannya dalam bahasa tertulis.
127
Metalingua, Vol. 12 No. 1, Juni 2014:125—132
2.2 MenulisKaranganDeskripsi Deskripsi berasal dari kata describers dalam bahasa Latin yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Tarigan (1991:50) mendefinisikan bahwa tulisan deskripsi adalah tulisan yang informatif, bernada memberi penerangan kepada orang lain, yang tujuannya mengajak para pembaca bersama-sama menikmati, merasakan, memahami, dengan sebaik-baiknya beberapa obyek (sasaran, maksud), adegan, kegiatan (aktivitas), orang (pribadi, oknum) atau suasana hati mood yang telah dialami oleh sang penulis. Adapun Vardiansyah (2008:9) mengungkapkan bahwa deskripsi adalah satu kaedah upaya pengolahan menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Dengan kata lain, deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. Dalam menulis deskripsi diperlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian untuk menggambarkan suatu obyek. Untuk itu, penulis harus benar-benar memahami ciri-ciri tulisan deskripsi tersebut. Menurut Semi (2007:66), ada lima ciri-ciri tulisan deskripsi berikut. 1) Karangan deskripsi memperlihatkan detil atau rincian tentang objek. 2) Karangan deskripsi lebih bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca. 3) Karangan deskripsi umumnya menyangkut objek yang dapat diindra oleh pancaindra sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia. 4) Penyampaian karangan deskripsi dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah.
128
5)
Organisasi penyajian lebih umum menggunakan susunan ruang.
2.3 TeknikPemandangan Indah Teknik pemandangan indah diadopsi dari buah pemikiran Win Wenger. Teknik tersebut mengaktualisasikan imajinasi persepsi otak atas sebuah objek yang ingin digambarkan. Teknik ini mengandalkan kekuatan persepsi otak untuk menggambarkan kekayaan indrawi. MenurutWenger (2003:106), dalam ilmu psikologi terdapat hukum yang mengatakan bahwa kita akan mendapatkan dari apa yang kita perkuat sehingga memberikan respons dengan cara tertentu terhadap gagasan atau persepsi. Dan cara kita mempersepsikan sesuatu sangat penting untuk perkembangan kita sendiri. Secara garis besar sistem kerja teknik ini adalah memadukan kekuatan persepsi otak dan kelantangan artikulasi vokal serta kemahiran mencatat bebas. Dengan teknik ini siswa dapat mengekpresikan apa yang pernah ia lihat sebelumnya. Pengalaman pemandangan indah adalah suatu sekuens (serentetan) yang menantang, tetapi bertahap untuk menjaga aliran deskriptif yang cepat dan kaya. Cara terkaya, terkuat, dan tercepat, untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan teknik pemandangan indah adalah dengan mendeskripsikan secara bermakna kepada pendengar pengalamanpengalaman yang terus menantang kemampuan untuk mendeskripsikan. Pengertian mendeskripsikan secara bermakna adalah mendeskripsikan dengan suatu cara, yakni membawa realitas dari sesuatu yang dideskripsikan ke pengalaman pendengar (biasanya dilakukan melalui detail indrawi yang kaya: gambar dengan warna, tekstur, bentuk, cita rasa, ruang, ukuran, massa, gerak, dan lain-lain). Langkah kerja TPI meliputi perangkat praktik, aturan praktik, dan tahapan implementasinya.
SRIE YOHARTI SOLEHA: PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI ...
3. Hasil dan Pembahasan Setelah menganalisis data dengan teknik yang telah ditentukan, yaitu tes, observasi, wawancara, angket, dan teknik pembelajaran, akan diuraikan temuan penelitian pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI. 3.1 Hasil Tes Berdasarkan data hasil prates dan pascates kemampuan menulis deskripsi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, terdapat perbedaan hasil yang signifikan. Nilai rata-rata prates yang diperoleh siswa kelas eksperimen adalah 59,73. Nilai terendah adalah 42 dan nilai tertinggi adalah 78. Adapun nilai rata-rata pascates yang diperoleh adalah 79,46. Nilai terendah adalah 70 dan nilai tertinggi adalah 94. Nilai rata-rata prates yang diperoleh siswa kelas kontrol adalah 56,23. Nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 73. Adapun nilai rata-rata pascates yang diperoleh adalah 62,03. Nilai terendah adalah 42 dan nilai tertinggi adalah 78. Dalam hal peningkatan nilai untuk kelas eksperimen, dari nilai prates ke pascates terdapat kenaikan angka sebesar 19,73 poin. Adapun untuk kelas kontrol, terdapat kenaikan sebesar 5,8 poin. Artinya, terdapat perbedaan peningkatan nilai prates ke pascates yang cukup signifikan bagi kelas eksperimen jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua ratarata, diperoleh t hitung > t tabel, rata-rata nilai pretes dan pascates kelas eksperimen. Pada tabel t dengan t 0,995 (tingkat kepercayaan 99,5%). Harga t untuk d.b 29 menunjukkan angka 2,76. Dari perhitungan statistik diperoleh t = 15,91. Karena t hitung > t tabel, Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai prates dan postes kelas eksperimen. Simpulan: t hitung > t tabel, yaitu15,91> 2,76, berarti Ha diterima. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua ratarata, diperoleh t hitung > t tabel, rata-rata nilai prates dan pascates kelas kontrol. Pada tabel t
dengan (tingkat kepercayaan 99,5%). Harga t untuk d.b 29 menunjukkan angka 2,76. Dari perhitungan statistik diperoleh t = 2,07. Karena t hitung < t tabel, Ho ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai prates dan pascates kelas kontrol. Simpulan: t hitung < t tabel, yaitu 2,07 < 2,76, berarti Ho ditolak. Adapun berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata diperoleh t hitung > t tabel, uji signifikasi perbedaan perubahan kedua kelas. Pada tabel t dengan (tingkat kepercayaan 99,5%). Harga t untuk d.b 29 menunjukkan angka 2,76. Dari perhitungan statistik diperoleh t = 8,39. Karena t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dan kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis karangan deskripsi. Simpulan: t hitung > t tabel, yaitu 8,39 > 2,76, berarti Ha diterima. 3.2 Hasil Observasi dan Hasil Wawancara dengan Guru Berdasarkan hasil observasi di lapangan, guru dapat melaksanakan tahapan-tahapan TPI sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Hal tersebut dibuktikan selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung, siswa antusias mengikuti PBM. Mereka pun aktif mempraktikan TPI dengan baik dan benar. Hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Guru-guru berpendapat bahwa TPI merupakan teknik baru bagi mereka. Menurut guru tersebut, TPI mudah dilaksanakan karena guru hanya memfasilitasi dan mengoordinasikan setiap siswa ke dalam beberapa kelompok dan bersama-sama menyediakan media/perangkat pembantu lainnya. Begitu pula langkah-langkah pembelajarannya, mudah dimengerti dan mudah dilaksanakan. Adapun hambatan yang dialami adalah berkaitan dengan penyediaan media pembelajaran, misalnya tape-recorder karena ketersediaannya belum memadai. 129
Metalingua, Vol. 12 No. 1, Juni 2014:125—132
Keunggulan TPI, menurut guru yang bersangkutan adalah siswa lebih aktif dan interaktif dalam belajar. Sebaliknya, kelemahan TPI adalah diperlukan waktu yang lama. 3.3 Hasil Angket Siswa Berikut diuraikan hasil angket siswa mengenai pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI. Sebanyak 25 orang atau 83% siswa berpendapat bahwa TPI akan memudahkan dalam pembelajaran menulis deskripsi. Sebanyak 30 orang atau 100% siswa berpendapat bahwa TPI mudah diikuti. Dalam hal peningkatan pemahaman, sebanyak 28 orang atau 93,3% siswa berpendapat bahwa pembelajaran menulis akan meningkatkan pemahaman terhadap menulis. Selanjutnya, pengaruh TPI terhadap keinginan untuk menyukai menulis, sebanyak 30 orang atau 100 % siswa berpendapat bahwa TPI akan membuat siswa menyukai menulis. Seluruh siswa atau 100% menyatakan bahwa cara mengajarkan menulis deskripsi dengan TPI bermanfaat. Dari segi pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar menulis deskripsi, sebanyak 27 orang atau 90% siswa berpendapat bahwa TPI berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar menulis. Dari segi pengaruh TPI terhadap peningkatan minat siswa pada menulis deskripsi, sebanyak 26 orang atau 86,6% siswa berpendapat TPI dapat meningkatkan minat siswa pada menulis deskripsi. Dari segi cara guru mengajarkan menulis deskripsi, sebanyak 29 atau 96,6% siswa berpendapat bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI menyenangkan. Sebanyak 29 atau 96,6% siswa berpendapat bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI tidak menjenuhkan. Sebanyak 28 atau 93,3% siswa berpendapat bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI menarik. Sebanyak 30 atau 100% siswa berpendapat bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI memberikan kebebasan kepada siswa. 130
Sebanyak 28 atau 93,3% siswa berpendapat bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI dapat meningkatkan aktivitas belajar. Sebanyak 20 orang atau 66,6% siswa berpendapat bahwa TPI dapat digunakan untuk melatih menulis jenis tulisan yang lain selain deskripsi. Berdasarkan hasil angket tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir semua siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI sudah baik dan dapat diterima oleh siswa.
4. Penutup 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa teknik pemandangan indah (TPI) efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menulis deskripsi siswa SDNP Cileunyi, Kabupaten Bandung. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan nilai yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan TPI. Selain itu, juga terdapat perbedaan nilai yang signifikan antara yang menggunakan dan yang tidak menggunakan TPI pada tulisan deskripsi siswa. Nilai rata-rata prates yang diperoleh siswa kelas eksperimen adalah 59,73. Nilai terendah adalah 42 dan nilai tertinggi adalah 78. Nilai rata-rata pascates yang diperoleh adalah 79,46. Nilai terendah adalah 70 dan nilai tertinggi adalah 94. Adapun nilai rata-rata prates yang diperoleh siswa kelas kontrol adalah 56,23. Nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 73. Nilai rata-rata pascates yang diperoleh adalah 62,03. Nilai terendah adalah 42 dan nilai tertinggi adalah 78. Dalam hal peningkatan nilai, untuk kelas eksperimen dari nilai prates ke pascates terdapat kenaikan angka sebesar 19,73 poin. Untuk kelas kontrol, terdapat kenaikan sebesar 5,8 poin. Artinya, terdapat perbedaan yang cukup signifikan bagi kelas eksperimen, yaitu dari nilai prates ke pascates. Kenaikan tersebut sangat mencolok apabila dibandingkan dengan kelas kontrol.
SRIE YOHARTI SOLEHA: PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI ...
Berdasarkan hasil uji perbedaan dua ratarata, diperoleh t hitung > t tabel, rata-rata nilai pretes dan pascates kelas eksperimen. Pada tabel t dengan t0,995 (tingkat kepercayaan 99,5%). Harga t untuk d.b 29 menunjukkan angka 2,76. Dari perhitungan statistik diperoleh t = 15,91. Karena t hitung > t tabel, Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretes dan pascates di kelas eksperimen. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua ratarata diperoleh t hitung > t tabel, rata-rata nilai pretes dan pascates kelas kontrol. Pada tabel t dengan (tingkat kepercayaan 99,5%). Harga t untuk d.b 29 menunjukkan angka 2,76. Dari perhitungan statistik diperoleh t = 2,07. Karena t hitung < t tabel, Ho ditolak yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretes dan pascates di kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua ratarata diperoleh t hitung > t tabel, uji signifikasi perbedaan perubahan kedua kelas. Pada tabel t dengan (tingkat kepercayaan 99,5%). Harga t untuk d.b 29 menunjukkan angka 2,76. Dari perhitungan statistik diperoleh t = 8,39. Karena t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dan kemampuan siswa kelas kontrol dalam menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan wawancara kepada guru dan angket kepada siswa sesudah melakukan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan TPI, dapat disimpulkan bahwa guru dan hampir semua siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan TPI sudah baik dan dapat mereka terima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi TPI dalam karangan deskripsi siswa serta ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan TPI pada pembelajaran menulis deskripsi siswa SDNP Cileunyi, Kabupaten Bandung. 4.2 Saran Berdasarkan temuan penelitian ini, penulis menyarankan beberapa hal berikut. (a) Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki TPI, seyogianya para pengajar mencoba mempraktikkan pembelajaran TPI di kelas dalam pembelajaran menulis deskripsi. (b) Jenis tulisan yang dijadikan objek penelitian ini adalah tulisan deskipsi, perlu diteliti lebih lanjut, apakah TPI dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis yang lainnya? (c) Dalam penelitian ini populasi dan sampel yang digunakan adalah siswa SD, perlu diteliti lebih lanjut untuk sampel yang lain, misalnya siswa SMP atau SMA.
Daftar Pustaka Akhadiah, S.et.al.(1997). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Cunningham, P.M. et al. (1995). Reading and Writing in the Elementary Classrooms: Strategies and Observations. Edisi III. White Plains, NY: Longman. Delors, J. (1996). “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-First Century. Paris:UNESCO Publishing. Fraenkel and Wallen. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Second Edition. New York: McGraw-Hill inc. Harmer, J. (2002). How to Teach Writing. Harlow Perason Education. Rusyana, Y. (1978). Bahasa dan Sastra dalam Gamita Pendidikan. Bandung: Diponegoro. Semi, M.A. 2007. Menulis Efektif. Bandung: Angkasa Raya. 131
Metalingua, Vol. 12 No. 1, Juni 2014:125—132
Syamsudin, A.R. (1994). Dari Ide-Bacaan-Simakan Menuju Menulis Efektif: Teori, Teknik, dan Redaksi. Bandung: Bumi Siliwangi. Tarigan, H.G. (1991). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. (1992). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks. Wenger, W. (2003). Beyond Teaching and Learning. Bandung: Nuansa.
132