PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI PAJANG 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh BAMBANG WASIATMOKO NIM: K7106011
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat kompleks. Pembelajaran menulis mengarahkan siswa untuk dapat menuangkan ide dan gagasan ke dalam tulisan. Menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 3) menulis merupakan keterampilan bahasa yang digunakan secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan kreatif. Sedangkan menurut Weayer dalam Henry Guntur Tarigan (1986: 28) klasifikasi menulis terbagi menjadi empat yaitu: narasi, persuasi, argumentasi dan deskripsi. Menulis deskripsi merupakan salah satu bentuk keterampilan menulis. Menulis deskripsi bermaksud memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu hal. Asep Saefullah dalam http//:www.asep.wordpress.com menulis deskripsi merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai suatu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi membuat karakter yang digambarkan menjadi lebih hidup di benak pembaca. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta kemampuan menulis deskripsi masih rendah. Siswa mengalami kesulitan di dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan daftar nilai hasil ulangan harian siswa tentang menulis deskripsi, dari lima puluh siswa masih terdapat 24 siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Di kelas IV Sekolah Dasar Negeri pajang 1 KKM untuk menulis deskripsi adalah 61. Kesulitan ini muncul karena dipengaruhi beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi faktor intern dari siswa sendiri dan faktor ekstern atau faktor luar. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa atau intern yaitu ketidakmampuan di dalam menuangkan ide atau gagasan ke bentuk tulisan. Kesulitan yang dialami siswa terlihat pada saat peneliti mengamati pembelajaran menulis deskripsi di Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta. Hasil karangan siswa banyak menggunakan kata “setelah”, “selanjutnya”, “kemudian”, “lalu”, “terus”. Siswa masih kesulitan di dalam membedakan karangan deskripsi dengan karangan narasi. Terbukti dengan seringnya anak menggunakan kata “pada suatu hari” atau “pada suatu tempat” untuk mengawali paragraf. Ada pula faktor ekstern berasal dari guru kelas. Proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta masih dilakukan secara konvensional. Pada saat materi menulis deskripsi guru menggunakan metode ceramah dan penugasan saja. Faktor ini mengakibatkan kesulitan karena siswa hanya menggunakan imajinasi saja pada saat mengarang deskripsi. Mendeskripsikan sesuatu dengan tidak melihat objek secara langsung akan menyebabkan kesulitan bagi siswa Sekolah Dasar. Pada usia Sekolah Dasar konsep yang abstrak harus dikongkritkan dengan media yang sesuai. Akan tetapi selama ini pembelajaran menulis deskripsi di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 belum menggunakan media. Di dalam menulis deskripsi guru meminta siswa membayangkan objek yang akan ditulis, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan kata-kata ke dalam kalimat. Karangan yang dihasilkan siswa cenderung pendek. Karangan siswa hanya terdiri dari satu atau dua paragraf dan yang masing-masing berisi tiga sampai empat kalimat saja. Media pembelajaran pada saat ini telah berkembang pesat. Salah satu media yang saat ini mulai banyak digunakan di Sekolah Dasar adalah multi media. Salah satu bentuk multi media yaitu video pembelajaran. Video pembelajaran ini
dikemas dalam bentuk video compact disck (VCD). Video pembelajaran merupakan suatu media yang menggunakan aspek audio dan visual. Video memiliki keunggulan jika dibandingkan media lain karena praktis, mudah dibawa dan dapat diputar berulang-ulang sesuai kebutuhan. Peralatan yang diperlukan untuk pembelajaran dengan video sudah tersedia di beberapa Sekolah Dasar. selama ini keberadaan peralatan multi media tersebut belum didukung dengan kemampuan guru untuk mengoperasikannya. Tidak semua guru di Sekolah Dasar dapat mengoperasikan perangkat multi media sehingga cenderung tidak dipakai. Dalam pembelajaran
menulis deskripsi guru dapat mengkongkritkan
konsep yang abstrak dengan menggunakan media video. Alat-alat yang diperlukan untuk pembelajaran dengan video adalah laptop, LCD proyektor, dan screen. Peralatan multi media seperti laptop, LCD proyektor dan screen sangat praktis untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Multi media video pembelajaran mampu mengkongkritkan konsep yang abstrak. Sumber belajar yang tidak mungkin dibawa atau digunakan di dalam kelas dapat ditunjukkan menggunakan video pembelajaran. Siswa yang diberi tugas menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan pantai tentu tidak dapat langsung pergi ke pantai. Pantai yang menjadi objek menulis deskripsi dapat dibawa ke dalam kelas melalui media video pembelajaran. Dengan menggunakan media video pembelajaran diharapkan kemampuan menulis deskripsi siswa akan meningkat, karena objek
yang pada awalnya bersifat abstrak dapat diubah
menjadi kongkrit. Oleh karena itu untuk membuktikan bahwa penggunaan video dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta, maka peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi dengan Penggunaan Media Video Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah Permalasahan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.
Guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan metode konvensional.
2.
Guru belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi menulis deskripsi.
3.
Siswa tidak
dapat
mengorganisasikan
ide,
gagasan,
pendapat
dan
pemikirannya ke dalam tulisan. 4.
Siswa sering menggunakan kata
“setelah”, “selanjutnya”, “kemudian”,
“lalu”, “terus” di dalam menulis karangan deskripsi. 5.
Siswa masih kesulitan di dalam membedakan karangan deskripsi dengan narasi.
6.
Nilai siswa masih rendah dalam pembelajaran menulis deskripsi.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada di Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 adalah “Apakah penggunaan media video dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta?” D. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan “Untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta dengan menggunakan media video.”
E. Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1.
Secara Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Hasil penelitian ini dapat menjadi inovasi dalam pembelajaran di sekolah yang sangat penting demi kemajuan siswa. Selain itu hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan multi media di dalam kegiatan belajar mengajar.
2.
Secara Praktis a. Bagi Guru 1) Multi media yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipakai sebagai contoh alat peraga yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. 2) Memberikan pengetahuan kepada guru bahwa multi media dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi. 3) Memberi motivasi kepada guru agar mau melakukan inovasi pembelajaran demi tercapainya siswa yang pandai dan kreatif. 4) Meningkatkan kreativitas guru dalam pembelajaran. 5) Mendorong masuknya teknologi ke dalam dunia pendidikan. b. Bagi Siswa 1) Memberikan pembelajaran yang menyenangkan. 2) Dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi. 3) Memberikan pengetahuan baru tentang teknologi dalam pembelajaran. 4) Memberikan suasana baru dalam belajar. 5) Siswa dapat memanfaatkan video untuk belajar.
c. Bagi Sekolah
Memberikan pengetahuan kepada keluarga sekolah untuk memanfaatkan media pembelajaran yang baru dan inovatif secara optimal sehingga berdampak pada peningkatan dan kemajuan sekolah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1.
Kajian Kemampuan Menulis Deskripsi
a. Hakikat Kemampuan Menulis 1) Pengertian Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu”
yang berarti
sesuatu, dapat,
berada,
kaya,
kuasa (bisa, mempunyai
sanggup,
melakukan
harta
berlebihan).
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut
Chaplin ability
(kemampuan,
kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk
melakukan
Sedangkan
suatu
menurut
perbuatan
Robbins
(http://www.digilib.petra.ac.id).
kemampuan
bisa
merupakan
kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (http://www.digilib.petra.ac.id) Ada
pula
pendapat
lain
menurut
Akhmat
Sudrajat
(http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuanindividu/) menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Dapat disimpulkan pengertian kemampuan adalah kuasa dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang dapat dimiliki sejak ia lahir atau karena latihan secara optimal.
2) Jenis-jenis Kemampuan 7
Kemampuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Setiap kemampuan saling berhubungan membentuk suatu tindakan. Akhmad Sudrajat dalam Error! Hyperlink reference not valid. membagi kemampuan menjadi dua jenis, yaitu: a) actual ability, dan b) potential ability. Actual ability atau kecakapan nyata merupakan kecakapan yang diperoleh karena belajar yang dapat segera didemonstrasikan atau diuji sekarang. Potential ability atau kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan. Lebih lanjut menurut Robbins dalam http://www.digilib.petra.ac.id menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu a) kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b) kemampuan fisik (physical intellectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik. Kemampuan
memiliki
kaitan
erat
dengan
inteligensi
individu. Kemampuan yang besar akan meningkatkan intelegensi dan sebaliknya. Ada beberapa teori yang mengemukakan keterkaitan kemampuan dengan intelegensi. Thurstone dalam Akhmad Sudrajat (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/ kemampuan-individu/) mengungkapkan teori “Primary Mental Abilities”, bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu : a) kemampuan berbahasa, b) kemampuan mengingat, c) kemampuan nalar atau berpikir, d) kemampuan tilikan ruang, e) kemampuan bilangan, f) kemampuan menggunakan kata-kata, g) kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat. 3) Pengertian Menulis Menulis
merupakan
salah
satu
kemampuan
berbahasa.
Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling
akhir
setelah
membaca. Meskipun
kemampuan
selalu
ditulis
menyimak, paling
akhir,
berbicara, bukan
dan berarti
menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar
baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
juga
mengungkapkan
pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) writing is one of the most important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah. Pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to write means to try to produce or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada. Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith (1989: 18) menyebutkan writing is a creative act,
the act of
writing is creative because its requires to interpret or make sense of something: a experience, a text, an event. Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis
kreatif karena membutuhkan
pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa. M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian
menulis
gagasan ke dalam (1988:
273)
adalah
suatu
proses
kreatif
memindahkan
lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro
menyatakan
bahwa
menulis adalah
aktivitas
aktif
produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya
sehingga
pembaca
dapat
memahaminya
dengan
mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya tentang
menulis
yaitu
kegiatan
yang
memerlukan
kemampuan yang bersifat kompleks. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan menulis merupakan kegiatan berupa penuangan ide/gagasan dengan kemampuan yang kompleks melalui aktivitas yang aktif produktif dalam bentuk simbol huruf dan angka secara sistematis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. 4) Kemampuan Menulis St.
Y.
Slamet
(2008:72)
mengemukakan
kemampuan
menulis yaitu kemampuan berbahasa yang bersifat produktif; artinya, kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan. Johnstone, Ashbaugh, dan Warfield dalam Ronald T. Kellogg (2008:18) found that superior writing skills correlated reliably with the degree of repeated practice and, controlling for practice, with writing in the professionally relevant domain of greatest interest to the student. Kemampuan menulis yang bagus sangat berhubungan
dengan derajat perulangan dan pengaturan praktek, dengan menulis yang relevan secara profesional pada keinginan terbesar dari murid. Menurut Solehan, dkk (2008: 9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa sejak
lahir,
melainkan
Berhubungan
dengan
diperoleh cara
melalui
pemerolehan
tindak
pembelajaran.
kemampuan
menulis,
seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa banyak latihan menulis. Dapat disimpulkan kemampuan menulis adalah kemampuan yang bersifat
aktif dan produktif di dalam menghasilkan tulisan
yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan secara terus-menerus. 5) Tujuan Menulis Setiap orang yang akan menulis tentu mempunyai niat atau maksud di dalam hati dan pikiran mereka. Niat atau maksud dari seseorang
itulah
yang
disebut
sebagai
tujuan
dari
menulis.
Mengenal tujuan merupakan langkah awal yang penting dalam menulis. Menurut M. Atar Semi (2007: 14) tujuan menulis antara lain: a) untuk menceritakan sesuatu, b) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk meyakinkan, dan e) untuk merangkum. Sedangkan (2009:
6)
tujuan
menurut menulis
Elina, adalah:
Zulkarnaini, a)
dan
Sumarno
menginformasikan,
b)
membujuk, c) mendidik, d) menghibur.
Dari pendapat tersebut dapat diuraikan tujuan dari menulis yaitu:
a) Untuk memberikan informasi Seorang
penulis
dapat menyebarkan informasi melalui
tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang lain. Tulisan yang ada pada media cetak tersebut
seringkali
memuat
informasi
tentang
kejadian
atau
peristiwa. b) Untuk memberikan keyakinan kepada pembaca Melalui tulisan seorang penulis dapat
mempengaruhi
keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca informasi di koran mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk memberikan bantuan. Hal
tersebut
karena
penulis
melalui
tulisannya berhasil meyakinkan pembaca. c) Untuk sarana pendidikan Menulis
dapat
bertujuan
sebagai
sarana
pendidikan
karena seorang guru dan siswa tidak akan pernah jauh dari kegiatan menulis seperti: mencatat di buku, merangkum, menulis soal, mengerjakan soal. d) Untuk memberikan keterangan Menulis untuk memberikan keterangan terhadap sesuatu baik benda, barang, atau seseorang. Tulisan tersebut berfungsi untuk menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna, bahan, dan berbagai hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut. e) Untuk sarana menghibur Tulisan dibaca dapat nyaman,
bertujuan
untuk
menghibur
jika
pada
menyebabkan perubahan suasana hati
senang,
gembira.
Tulisan
yang
bertujuan
saat
menjadi untuk
menghibur seperti pada komik, novel, cerpen, dan tulisan sastra lainnya. 6) Tahap-tahap Menulis
Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Kegiatan menulis diibaratkan sebagai seorang arsitektur yang akan membangun sebuah gedung. Sebuah sistem kerja yang kreatif memerlukan langkahlangkah yang tersusun secara sistematis. Kegiatan menulis juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu di dalam prosesnya. Tahaptahapan menulis menurut M. Atar Semi (2007: 46) terbagi menjadi tiga, yaitu a) tahap pratulis, b) tahap penulisan, dan c) tahap penyuntingan. Sedangkan
menurut
Ahmad
Rofi’udin
dan
Darmiyati
Zuhdi tahap-tahap menulis terdiri atas: a) tahap pramenulis b) tahap pembuatan
draf,
c)
tahap revisi,
d) tahap editing, dan e) tahap
publikasi. Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 11) tahap-tahap menulis terdiri dari enam langkah, yaitu: a) draf kasar, b) berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan kembali, f) evaluasi. Berdasarkan (2004: 38)
rangkaian
pendapat
yang
kegiatan
dikemukakan
menulis
Gorys
meliputi:
a)
Keraf tahap
pramenulis, b) penulisan draf, c) revisi, d) penyuntingan, e) publikasi atau pembahasan. Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan mengenai tahap-tahap dalam menulis yaitu: a) Tahap Pratulis Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis. Tahap ini terletak pada sebelum melakukan penulisan. Di dalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik yang akan ditulis. Penulis mempertimbangkan pemilihan topik
dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca. Selain itu perlu
dipertimbangkan
dikembangkan
serta
apakah
tersedia
topik
tersebut
materi-materi
nanti
dapat
penunjang
untuk
memperkaya topik. Penulis
perlu
menentukan
tujuan
dari
tulisan
yang
akan diciptakannya. Dengan ditetapkannya tujuan maka penulis akan lebih mudah dalam menentukan teknik atau metode yang akan dipakai. Berdasarkan
tujuan
yang
ditetapkan
penulis
mencari
pokok pikiran dan materi-materi yang dapat mendukung. Materi yang dikumpulkan berupa data yang dapat berasal dari para ahli atau penulis sendiri. Jika materi atau data pendukung belum siap maka topik yang dipilih belum siap untuk ditulis. Jika topik telah dipilih, tujuan telah ditetapkan, dan data pendukung tersedia, maka perlu dibuat rancangan tulisan. Dalam kegiatan ini topik yang telah ditentukan dipilah-pilah menjadi sub-subtopik yang kemudian dirangkai dalam suatu
kerangka
penulisan. Kerangka penulisan ini nantinya akan berfungsi untuk mempermudah dalam penulis. b) Tahap Pembuatan Draf Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar. Pada kegiatan ini penulis lebih mengutamakan isi tulisan dari pada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan. c) Tahap Revisi Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa
menambah
yang kurang atau mengurangi yang lebih, menambah informasi yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah urutan penulisan pokok-pokok pikiran, menghilangkan informasi yang kurang relevan, dan lain sebagainya. Pada tahap revisi
penulis berusaha untuk menyempurnakan draf yang telah selesai agar tulisan tetap fokus pada tujuan. d) Tahap Penyuntingan Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan
membaca
memerlukan
draf.
beberapa
penyuntingan
Tulisan
pada
draf
kasar
masih tahap
perubahan.
Kegiatan
selama
meneliti
kembali
kesalahan
adalah
dan
kelemahan pada draf kasar dengan melihat kembali ketepatannya dengan gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria penerbitan. Draf yang telah mengalami penyuntingan selanjutnya ditulis
kembali
karena terdapat
banyak
coretan
pembetulan.
Penulisan yang kedua ini sudah bukan draf lagi, tetapi sudah menjadi naskah jadi dan tinggal dilakukan tahap akhir
yaitu
pemublikasian tulisan. e) Tahap Publikasi Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses
menulis.
Dalam tahap ini yang dilakukan adalah
memublikasikan tulisannya
melalui
berbagai
kemungkinan
misalnya mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan sebagainya. Dapat pula dengan berbagi tulisan dengan berbagai pembaca. b. Kemampuan Menulis Deskripsi 1) Pengertian Deskripsi Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 7) menulis dibagi ke dalam empat kategori, yaitu: narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Menurut Redi Panuju (2000: 17) menyebutkan bahwa deskripsi itu suatu pola tutur yang menggambarkan sesuatu. Fungsi utama dari menulis deskripsi adalah menyajikan suatu objek kepada
pembaca dengan cara menyajikan visualisasi mengenai objeknya atau
dengan
kata
lain
deskripsi memusatkan uraiannya pada
penampakan barang. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata
suatu
benda,
tempat,
suasana
atau
keadaan
(Ismail
Marahimin, 1994: 45). Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya akan merasakan apa yang dirasakannya, melihat apa yang ia lihat, mendengar apa yang ia dengar, mencium bau yang diciumnya, mencicipi apa yang dimakannya melalui tulisannya. Berkaitan dengan karangan deskripsi, Suparno dan Yusuf Mohamad (2008: 46) menegaskan bahwa deskripsi merupakan suatu bentuk
karangan
yang
melukiskan
sesuatu
sesuai
dengan
keadaan sebenarnya. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu dengan sifat dan gerak-geriknya. Untuk mampu
mencapai
memilih
dan
tujuan
deskripsi
mendayagunakan
itu
dituntut
kata-kata
yang
untuk dapat
memancing kesan serta citra indrawi dan suasana batiniah. Misalnya kita
akan
membuat
deskripsi
tentang
rumah,
diharapkan
menyajikan tentang penampilan dan karakteristik rumah tersebut, dan beberapa aspek yang dapat dianalisis antara lain meliputi: ukuran rumah, materi konstruksinya, dan rancangan
arsitekturnya.
Demikian pula deskripsi suatu pantai tidak memperhatikan letak geografis atau topografis, melainkan lebih menampakkan ciri yang khas dan terfokus pada suasana lokal yang menarik. Karena sasaran yang dituju adalah memberikan perhatian pada penampilan yang khas dari objeknya. Oleh karena itu
deskripsi
sering
kali
lebih memberikan citra yang menarik dari objek itu. Dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan suatu pola tutur yang berbentuk karangan dengan maksud menggambarkan suatu hal atau keadaan tertentu sesuai keadaan yang sebenarnya.
2) Hakikat Kemampuan Menulis Deskripsi Di
bagian
awal
telah
disebutkan mengenai
pengertian
kemampuan menulis yaitu kemampuan yang bersifat aktif dan produktif di dalam menghasilkan tulisan, yang diperoleh melalui proses Serta
pembelajaran kesimpulan
dan
latihan
mengenai
deskripsi
secara yaitu
terus-menerus.
suatu
pola
tutur
yang berbentuk karangan dengan maksud menggambarkan suatu hal tertentu sesuai keadaan yang sebenarnya. Menurut Ariyanto Sam kemampuan menulis deskripsi adalah kecakapan seseorang menyampaikan gagasan, pesan, sikap dan pendapatnya kepada orang lain tentang suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca dan pembaca melihat sendiri objek itu (http//:www.ptk-indoskripsi.com/14/5/2008/kemampuanmenulis-deskripsi). Dari keterangan/penjelasan tersebut di atas, maka dapat ditarik pengertian tentang kemampuan menulis deskripsi yaitu suatu kemampuan aktif produktif di dalam menghasilkan tulisan yang bersifat menggambarkan sesuatu hal sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca seakan-akan melihat objek
secara
langsung. 3) Ciri-ciri Paragraf Deskripsi Paragraf
deskripsi
memiliki
ciri-ciri
khusus
dalam
menuliskannya. Menurut M. Atar Semi (2007: 66) ciri-ciri paragraf deskripsi adalah sebagai berikut: a) b) c) d) e)
Berupaya memberikan detail atau rincian tentang objek. Bersifat mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca. Menyangkut objek yang dapat diindera oleh panca indera. Disampaikan dengan gaya memikat dan pilihan kata yang menggugah. Organisasi penyajiannya lebih umum menggunakan susunan ruang.
4) Langkah-langkah Menulis Paragraf Deskripsi Tulisan deskripsi yang baik dan bermutu akan dapat diperoleh jika memperhatikan langkah-langkah menulis yang benar. St. Y. Slamet
(2008: 183) mengemukakan teknik menulis deskripsi dengan dua cara, yaitu: a) Mengamati objek yang akan ditulis (sifat fisik, persamaan, atau perbedaannya dengan objek yang lain, dan sebagainya). b) Menyeleksi dan menyusun rincian suatu deskripsi (memilih data/ informasi, menyajikan informasi tentang objek yang dideskripsikan, dan sebagainya). c. Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang sangat penting di Sekolah Dasar, pembelajaran ini nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia . Bahasa merupakan seperangkat ajaran yang bermakna, bahasa sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang bermakna yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebelum anak-anak mulai bersekolah, mereka lebih dahulu belajar bahasa dengan mengamati orang-orang yang di sekitarnya. Mereka menggunakan bahasa dalam situasi yang alami. Ketika anak memasuki usia sekolah guru-guru mengembangkan pembelajaran bahasa dengan menciptakan suasana
yang membuat
anak-anak melakukan
kegaiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa tulis. Memahami bahasa lisan dan bahasa tulis pada dasarnya sama dalam proses komunikasi. Hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan
keterampilan
yang saling melengkapi. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat
keterampilan,
yaitu:
menyimak,
berbicara,
membaca,
dan
menulis. Keempat keterampilan berbahasa Indonesia tersebut saling mempengaruhi
dan
memiliki
hubungan
yang
erat.
Keterampilan
membaca dan menulis sangat berkaitan erat. Seseorang tidak akan
membaca jika tidak ada yang ditulis. Keterampilan menulis sangat didukung oleh minat baca dari orang lain karena tujuan menulis adalah untuk orang lain. Hakikat berkomunikasi,
dari oleh
belajar karena
Bahasa itu
Indonesia
pembelajaran
adalah
Bahasa
belajar Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Sekolah Dasar terdapat
kompetensi
dasar
menyimak,
berbicara,
membaca,
dan
menulis. Kompetensi menulis di semester dua yaitu kompetensi 8. 1 Menyusun karangan tentang berbagai topik dengan
memperhatikan
penggunaan ejaan. Pada kompetensi menulis siswa diarahkan untuk mampu
membuat
karangan
dengan
bentuk
deskripsi.
Karangan
deskripsi bersifat menggambarkan suatu benda, kejadian, peristiwa kepada orang lain atau pembaca. Pembelajaran menulis karangan deskripsi diajarkan selama 8 kali pertemuan atau 16 jam pelajaran seperti yang tercantum di dalam silabus KTSP kelas IV Sekolah Dasar.
2.
Kajian Media Video
a. Hakikat Media 1) Pengertian Media Media merupakan bagian dari salah satu komponen proses belajar-mengajar, untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan media pembelajaran. Menurut Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung, dan Rahardjito (2002: 6) kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Menurut Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) kata media berasal dari bahasa Latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara“ atau “pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Rossi & Breidle dalam Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) mendefinisikan media pembelajaran sebagai berikut: media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Scram dalam Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) menyampaikan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs dalam Elita, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) berpendapat media adalah alat bantu untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Lain lagi dengan Miarso dalam Elita, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 3) yang mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik untuk belajar. Definisi media pembelajaran dalam arti yang luas adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa
menerima
pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap. Dengan demikian guru atau dosen, bahan ajar, lingkungan adalah media pembelajaran (Sri Anitah, 2008:3). Media pembelajaran terbentuk dari dua segi yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan seperti dua sisi mata uang. Dua segi yang dimaksud adalah hardware dan software. Hardware merupakan perangkat keras atau peralatan yang digunakan sebagai penyusun media pembelajaran. Software merupakan perangkat lunak atau materi yang terangkum di dalam media pembelajaran. Contohnya media gambar yang diproyeksikan melalui OHP, materi yang terkandung di dalam transparan merupakan perangkat lunak (software) dan OHP merupakan perangkat keras (hardware).
Dari pengertian tentang media pembelajaran tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan media pembelajaran adalah seperangkat alat yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan oleh guru untuk membantu proses penyampaian materi pelajaran dari yang abstrak menjadi kongkrit kepada peserta didik. 2) Pemilihan Media Memilih
media
hendaknya
tidak
dilakukan
secara
sembarangan, melainkan didasarkan pada kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak diinginkan di kemudian hari. Menurut Sri Anitah (2008: 89) pertimbangan yang lebih singkat dalam pemilihan media adalah: 1) tujuan pembelajaran, 2) pebelajar, 3) ketersediaan, 4) ketepatgunaan, 5) biaya, 6) mutu teknis, 7) kemampuan SDM. Penggunaan media dalam pembelajaran yang tepat tentu saja sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa. Media pembelajaran yang digunakan adalah media yang paling efektif yaitu
media
yang
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran.
Jika
pemakaian media akan mengganggu pembelajaran, maka media itu tidak dapat dikatakan efektif. Oleh karena itu guru harus jeli dalam memilih media pembelajaran. Ada beberapa variabel yang harus diperhatikan guru dalam memilih media antara lain sebagai berikut:
a) Variabel tugas Pemilihan
media
harus
ditentukan
dari
jenis
kemampuan yang diharapkan muncul dari pebelajar sebagai hasil dari pembelajaran. b) Variabel pebelajar
Setiap pebelajar mempunyai gaya belajar yang berbeda oleh karena itu karakateristik pebelajar perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan
media, walaupun belum ada kesepakatan
karakteristik mana yang paling penting. c) Lingkungan belajar Pertimbangan ini lebih bersifat administratif. Berbagai hal yang termasuk di dalamnya antara lain biaya, ukuran ruang kelas, kemampuan mengembangkan materi baru, kemampuan guru, dan lain-lain. d) Lingkungan pengembangan Lingkungan
pengembangan
harus
mendukung
penggunaan media. Semua yang direncanakan akan menjadi siasia jika lingkungan pengembangan tidak mendukung. e) Ekonomi dan budaya Dalam pemilihan media perlu dipertimbangkan apakah media itu dapat diterima oleh pemakai dan sesuai dengan sumber dana serta peralatan yang tersedia. Juga sikap terhadap berbagai media mungkin berbeda antara penduduk kota dengan desa, antar sub kelompok bangsa dan sosial ekonomi. f)
Faktor-faktor praktis Merupakan faktor pendukung yang bersifat umum dalam penggunaan
media
seperti
jumlah
peserta,
jarak
pandang,
kesesuaian dengan materi. Dari beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam memilih
media,
maka
langkah-langkah
yang
dapat
digunakan
sebagai acuan dalam memilih media dapat uraikan sebagai berikut: a) Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya pendidik memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran yang akan diajarkan. b) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu
sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan peserta didik serta jumlah peserta didiknya. c) Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada. d) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana, pada waktu mengajar apa media perlu digunakan. Tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus-menerus menjelaskan sesuai dengan media pembelajaran. (Nana Sudjana dalam Elita, Hari Wibowo, dan Irmawati, 2009: 13) Pemilihan media terdapat dua model, yaitu model tertutup dan model terbuka. a) Model tertutup, merupakan model pemilihan model jika seseorang akan menentukan media yang akan digunakan, kemudian bertindak menyeleksi atau mengembangkan. Pendekatan ini dipakai karena kesukaan pribadi pada media tertentu (bersifat intuitif) atau karena sumber-sumber itu dapat digunakan untuk media tertentu tapi tidak untuk media yang lain. Berilah tujuan khusus yang sama, desainer berbeda
dengan
berbagai
pengalaman
dalam
pengembangan
pembelajaran, satu sama lain mungkin menggunakan media yang berbeda, bila beberapa tujuan tersebut diperkirakan lebih baik menggunakan media lain.maka ada kecenderungan dari para desainer untuk melakukan suatu pemilihan media yang sama untuk satu unit pembelajaran yang luas. b) Model terbuka, yaitu seorang desainer khususnya senior, melakukan pemilihan media, kemudian menugaskan seorang yang berkeahlian khusus dalam mengembangkan media yang dipilihnya tadi. Model ini cocok diterapkan dalam pemilihan media untuk suatu unit kecil pembelajaran. Dalam model terbuka pemilihan media lebih analitis dan dapat lebih dipercaya daripada model tertutup. 3) Langkah-langkah Penggunaan Media
Di dalam menggunakan media, perlu diperhatikan bahwa media digunakan untuk mendukung pembelajaran, seharusnya ada perencanaan yang sistematik. Menurut Sri Anitah (2008: 93) langkah-langkah penting dalam penggunaan media meliputi persiapan sebelum menggunakan media, pelaksanaan penggunaan media, evaluasi penggunaan media, dan tindak lanjut penggunaan media. a) Persiapan sebelum menggunakan media Langkah awal sebelum menggunakan media perlu persiapan yang matang, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain mengenai cara penggunaan media, peralatan yang diperlukan serta pengaturan tempat dan jumlah siswa. b) Pelaksanaan penggunaan media Pada saat pelajaran dengan menggunakan media berlangsung, hendaknya dijaga agar suasana tetap tenang. Keadaan yang tenang bukan berarti siswa duduk diam secara pasif, namun yang penting perhatian siswa tetap terjaga. c) Evaluasi penggunaan media Tahap ini merupakan tahap penyajian apakah tujuan pembelajaran telah tercapai, selain untuk memantapkan pemahaman materi yang disampaikan melalui media. Untuk itu perlu disediakan tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik sebagai umpan balik. Kalau tujuan pembelajaran belum tercapai, guru perlu menyajikan ulang sajian media tersebut.
d) Tindak lanjut penggunaan media Dari umpan balik yang diperoleh guru dapat meminta siswa untuk memperdalam materi dengan berbagai cara misalnya diskusi, mempelajari referensi, membuat rangkuman, melakukan suatu uji coba.
4) Jenis-jenis Media Dalam dunia pendidikan, inovasi media pembelajaran telah mengalami peningkatan dan muncul berbagai macam variasi media. Seiring perkembangan jaman, media berkembang dengan pesat. Jika dahulu media hanya disajikan secara manual, saat ini telah ada media pembelajaran yang dikemas secara menarik dalam bentuk animasi. Berdasarkan
klasifikasinya
media
pembelajaran
dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, sebagai berikut: a) Media grafis Media grafis/foto merupakan media visual. Seperti media yang lain media grafis berfungsi untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima pesan. Media grafis lebih mengutamaan indera penglihatan dalam proses penyampaian pesan. b) Media audio Melalui media ini seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Media audio ini biasa disebut slide suara. Yang dimaksud slide suara di sini adalah tayangan gambar yang diikuti oleh iringan musik. Slide suara merupakan paduan antara media video dan visual, dan programnya memerlukan penelitian yang memungkinkan kedua media ini dapat ditampikan secara utuh, saling membantu, dan saling mengisi. c) Media proyeksi diam Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti menyampaikan rangsangan-rangsangan visual. Kecuali itu banyak sekali bahan-bahan grafis yang digunakan dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas di antaranya adalah pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan, sedangkan pada media proyeksi pesan tersebut harus diproyeksikan dengan perantara proyektor. Beberapa media
proyeksi antara lain: film bingkai (slide film), film rangkaian (film strip), Over Head Projector (OHP), Opaque Projector. d) Media audio visual Merupakan media yang dapat menampilkan gambar-gambar yang bergerak dan bersuara baik melalui proyektor maupun televisi. e) Komputer multi media Media pembelajaran yang memanfaatkan file multi media sebagai media pembelajaran. Multi media mampu menampilkan gambar, tulisan baik yang diam maupun bergerak dan bersuara. Komputer multi media terdiri dari hardware dan software. Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan multi media sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi karena media ini
sangat
menarik
bagi
siswa.
Multi
media dapat
mengkongkritkan konsep abstrak dan di Sekolah Dasar tempat penulis mengajar sudah tersedia perangkat komputer multimedia dan LCD proyektor. f) Benda nyata Menggunakan suatu benda baik aslinya maupun tiruannya dalam proses pembelajaran terutama jika pembelajaran yang dilakukan menggunakan demonstrasi atau di lapangan. Jika tidak memungkinkan untuk membawa benda aslinya, maka kita dapat menggunakan benda tiruan yang sesuai.
b. Penggunaan Video dalam Pembelajaran 1) Hakikat Video Video
atau
VCD
pembelajaran
merupakan
program
pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau VCD dan disajikan dengan peralatan VTR (Video Tape Recorder) atau VCD player dan
monitor
(pustekkom:http//:www.vcdpembelajaran.com/menu.php?mod:
pedoman) Sudah sejak dahulu orang beranggapan bahwa film dengan video merupakan sistem yang selalu bersaing, yang masing-masing mempunyai keunikan. Sebenarnya antara film dan video tidak jauh berbeda. Keduanya saling menunjang sebagai sistem yang berdampingan. Video bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat saat ini. Menurut Yudhi Munadi (2008: 132) video adalah teknologi pemrosesan signal elektronik meliputi gambar, gerak dan suara. Pendapat serupa diungkapkan oleh Qulman bahwa video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. (http://protalkcallminds.wordpress.com/2008/11/14/ definisi-video-olehqulmann/) Biasanya sebuah video menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per second). Karena dimainkan dalam kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus, semakin besar nilai frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang ditampilkan. Sedangkan menurut Cheppy Riyana (2007: 5) media video pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video termasuk media gambar bergerak. Media gambar bergerak akan lebih mempengaruhi emosi seseorang yang melihatnya. Ronald H. Anderson (1989: 102) menyebutkan ada sepuluh petunjuk
untuk memproduksi gambar bergerak. Kesepuluh petunjuk tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat memproduksi gambar bergerak. Sepuluh petunjuk tersebut antara lain: a) Media video didisain untuk memperlihatkan gambar yang gerak. b) Gambar yang bergerak amat baik untuk pembelajaran dengan tujuan afektif. c) Untuk kepentingan pengajaran, sebaiknya gambar bergerak digunakan secara langsung dengan penonton. d) Suara (backsound) yang mengiringi sajian video harus sesuai dengan isi gambar. e) Narasi tidak boleh menceritakan semua yang terlihat pada layar, kecuali untuk menginterpretasikan atau untuk memperjelas hal yang penting. f) Media gambar bergerak/video harus mengandung isi yang sudah dibakukan, serta harus melalui tahap penyuntingan dan ujicoba sebelum digunakan dalam kegiatan pengajaran. g) Karena film dan video sebetulnya adalah media gambar bergerak, narasinya hendaknya dikembangkan sendiri oleh peneliti. h) Perlu diingat bahwa penonton tidak terikat pada media. Mereka bisa saja mengalihkan perhatian pada hal-hal lain kalau tontonan itu tidak menarik baginya. i) Gambar yang diambil hendaknya bervariasi untuk menghindari kebosanan siswa. j) Memproduksi media gambar bergerak adalah suatu pekerjaan yang rumit karena melibatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu serta teknisi yang terampil. Semua ketentuan di atas bukanlah merupakan syarat mutlak dalam pembuatan media gambar bergerak. Karena setiap ketentuan tidak berlaku pada semua kasus, sehingga dapat ditambah atau dikurangi.
Menurut Elita Burhanudin, Hari Wibowo, dan Irmawati (2009: 9) media video memiliki kelebihan antara lain: a) Dapat menstimulir efek gerak. b) Dapat diberi suara maupun warna. c) Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya. Tidak memerlukan ruangan gelap untuk penyajiannya.
2) Karakteristik Video Sebuah video mempunyai beberapa karakteristik yang menjadi ciri-cirinya. Dalam buku Media Pembelajaran karya Yudhi Munadi (2008: 127) karakteristik video pembelajaran antara lain: a) Mampu mengatasi keterbatasan media karena waktu dan jarak. b) Sajian video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. c) Pesan yang disampaikan melalui video cepat dan mudah diingat. d) Mampu mengembangkan pikiran dan pendapat siswa. e) Memperkuat imajinasi peserta didik. f) Menjelaskan hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih kongkrit. g) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang. h) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa. i) Semua peserta didik dapat belajar melalui video. j) Dengan video penampilan siswa dapat direkam dan segera dilihat kembali untuk evaluasi. 3) Kriteria Pemilihan Video Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi kemampuan, cara pembuatan, maupun cara penggunaannya. Memahami
karakteristik
berbagai
media
pengajaran
merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan kemungkinan pada pendidik untuk menggunakan berbagai jenis media secara bervariasi. Apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, pendidik akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif. Oleh karena itu, sebelum menggunakan media dalam pembelajaran, pendidik harus memahami karakteristik, jenis serta pengelompokkan media yang akan digunakannya. Pendidik harus menyakinkan dirinya bahwa media yang akan digunakan tersebut, benar-
benar bisa memberikan nilai positif terhadap kualitas pembelajaran yang akan dilakukan. Video yang digunakan dalam pembelajaran berbeda dengan video yang berisi film yang berfungsi sebagai alat penghibur. Pemilihan video sebagai media pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa hal/kriteria sebagai berikut: a) Tipe materi Tidak semua materi cocok menggunakan video. Jika materi yang teralu teknis yang mengajarkan tentang keterampilan/skill secara langsung, maka perlu pembelajaran langsung bersentuhan
dengan
peralatannya.
yang
Misalnya praktik reparasi
mobil/motor. Media video sangat cocok untuk menggambarkan suatu proses, alur, demonstrasi sebuah konsep atau mendeskripsikan sesuatu. b) Durasi waktu Video berbeda dengan film, yang biasanya berdurasi 2 jam dan maksimal 3,5 jam. Media video memiliki durasi yang lebih singkat yaitu 20-40 menit. Hal ini karena disangkutkan dengan kemampuan daya ingat manusia dan kekuatan berkonsentrasi cukup terbatas antara 15 sampai 20 menit. Setelah waktu tersebut konsentrasi
manusia
cenderung
terganggu
dan mengalami
kelelahan. Dengan demikian sajian video juga menyesuaikan. c) Format sajian video Film pada umumnya lebih mengutamakan dialog dan unsur dramatisasi yang lebih banyak. Sedangkan film lepas lebih banyak bersifat imajinatif dan kurang ilmiah. Hal ini berbeda dengan video pembelajaran yang mengutamakan kejelasan dan penguasaan materi. d) Ketentuan teknis
Suatu media video tidak terlepas dari aspek teknis yaitu efek kamera, teknik pengambilan gambar, teknik pencahayaan, editing dan suara. Pembelajaran lebih menekankan pada kejelasan pesan,
dengan
demikian
sajian-sajian
yang komunikatif perlu
dukungan teknis. e) Penggunaan musik dan sound effect Musik dan sound efect menjadi bagian penting dalam sajian video. Video akan menarik jika sajian sound mendukung dan tepat. Musik yang mengiringi gambar/video akan mempengaruhi emosi hati penonton sehingga sajian video menjadi lebih bermakna. 4) Media Video dalam Pembelajaran Pengggunaan media video pada pembelajaran menulis deskripsi mempunyai makna tersendiri bagi siswa. Karena guru sangat jarang menggunakan video sebagai media dalam
mengantarkan siswa
merangkai kata-kata, mengorganisasikan ide menjadi kalimat dan mengungkapkan pikiran mereka. Padahal, penggunaan media yang lebih sederhana dari video yaitu media gambar sudah dapat memberikan pengaruh yang signifikan. Seperti diungkapkan oleh Djago Tarigan dan H.G. Tarigan (1986: 209) mengarang melalui media gambar merupakan suatu teknik pengajaran menulis yang sangat dianjurkan para ahli, karena gambar yang kelihatan diam sebenarnya banyak berkata bagi mereka yang peka dan penuh imajinasi. Penggunaan media video memiliki pengaruh yang besar di dalam pembelajaran. Konsep “kerucut pengalaman’ dari Edgar Dale dalam Elita, Hari, Irmawati (2009: 3) mengklasifikasikan sepuluh tingkat pengalaman belajar dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak, berikut gambar klasifikasi menurut Edgar Dale:
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale
Edgar Dale menempatkan media audio visual termasuk film dan TV pada tingkat atas. Seperti yang diungkapkan oleh Selinger dalam Jo Towers (2007) he has also found that the use of video can “enhance student understanding of teaching. Dia menemukan bahwa penggunaan video dapat mendorong siswa memahami pembelajaran (http://eduarticles.com/download-jurnal-pendidikan-gratis/).
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian oleh Abdi Saka Dayan dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Metode Karya Wisata pada Siswa Kelas V Semester 1 SDN Maitan 03 Tahun Pelajaran 2008/2009”. Pada halaman 50 menyimpulkan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menerapkan metode karyawisata terbukti mempunyai arti penting bagi siswa. Pentingnya keterampilan menulis bagi siswa yaitu a) sebagai sarana untuk mengungkapkan diri, b) suatu sarana untuk pemahaman, c) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, d) sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan terhadap lingkungan, e) sarana untuk keterlibatan
secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah, dan f) sebagai sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang sesuatu dan kemampuan menggunakan bahasa. 2. Penelitian oleh Izzul Hasanah
dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Menulis Paragraf Deskripsi Dengan Teknik Objek Langsung Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati” menyimpulkan: a) sikap atau perilaku siswa mengalami perubahan dari perilaku negatif berubah menjadi positif, b) terdapat peningkatan keterampilan menulis paragraf deskripsi pada siswa kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati setelah diadakan penelitian keterampilan menulis paragraf deskripsi dengan teknik objek langsung (halaman 39).
C. Kerangka Berpikir Pada pembelajaran menulis deskripsi secara konvensional guru menyajikan tema dan siswa diminta mengembangkan tema tersebut menjadi sebuah karangan. Dalam hal ini siswa mengembangkan karangan deskripsi berdasar rabaan pikiran. Siswa dalam menuangkan suatu keadaan dengan hanya menduga-duga saja. Apabila siswa tidak pernah menyentuh, mengamati, merasakan objek yang dibicarakan dalam tema maka siswa menjadi kurang termotivasi untuk memahami objek yang dihadapinya. Apalagi siswa yang tidak mempunyai minat dalam kegiatan mengarang. Mereka akan merasa kesulitan selama pembelajaran berlangsung. Untuk menciptakan pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi yang menarik dan menimbulkan tantangan bagi siswa maka peneliti menerapkan media Video.
Gambar 2. Kerangka Berpikir Dari kondisi awal siswa belum mampu untuk menulis deskripsi dengan baik. Siswa belum dapat mengorganisasikan ide dan gagasan ke dalam kalimat. Dengan penggunaan media video pada siklus satu akan diperoleh hasil pertama yang masih ada kekurangan. Kekurangan yang ada pada siklus 1 diperbaiki lagi pada siklus 2. Dalam penelitian ini peneliti merencanakan cukup dengan 2 kali siklus akan diperoleh peningkatan kemampuan menulis deskripsi.
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Melalui penggunaan media video dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta selama 6 bulan yaitu bulan Februari 2010 sampai bulan Juli 2010. Dengan perincian pada lampiran 11 halaman 117.
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Pajang 1, Kecamatan Laweyan, Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 sejumlah 50 siswa yang terdiri dari 22 laki-laki dan 28 perempuan. Objek penelitian adalah pembelajaran menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi pada suatu kelas. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model siklus. Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan atau planning 2) Tindakan atau acting 3) Pengamatan atau observing 4) Refleksi atau reflecting D. Sumber Data 35
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1.
Hasil tes kemampuan menulis deskripsi tiap siklus.
2.
Arsip dan dokumen Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan, sedangkan dokumen berupa daftar nilai proses kemampuan menulis yang digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa sebelum dilakukan tindakan.
3.
Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi melalui penggunaan video.
4.
Informasi data yang diperoleh dari nara sumber yang terdiri dari 50 siswa kelas IV dan guru kelas IV. E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini antara lain: 1. Teknik Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 29) menjelaskan teknik tes adalah suatu alat pengumpul informasi yang berupa serentetan pertanyaan atau latihan yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini akan menggunakan jenis post test (tes akhir) yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran tiap siklus untuk memperoleh nilai kemampuan menulis deskripsi siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 1, Laweyan, Surakarta. Tes tersebut berbentuk tes tertulis (soal untuk menulis karangan deskripsi). 2. Teknik observasi langsung Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa ada pertolongan alat standart untuk keperluan tersebut. Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Peristiwa yang diobservasi dapat bersifat positif maupun negatif. Langkah-langkah observasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan. Melalui observasi akan diperoleh data observasi mengenai kegiatan guru dan siswa dari awal sampai akhir. Data yang diambil dengan menggunakan metode observasi adalah data pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran baik guru dan siswa. 3. Pencatatan Arsip a. Arsip 1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang ruang lingkup materi, tujuan, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok kelas IV. 2) Silabus tentang alokasi waktu dan tema yang diajarkan. b. Dokumen Berupa nilai proses untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis deskripsi sebelum dilakukan tindakan. Berupa nama responden penelitian, sejarah perkembangan SD Negeri Pajang 1, Laweyan, Surakarta. Dokumen yang dikumpulkan juga berupa dokumen foto. Dokumentasi foto merupakan instrumen yang cukup penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian. Melalui dokumen foto ini akan memperkuat data yang diperoleh. Adapun dokumen foto yang diambil adalah pada saat guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran baik siklus 1 maupun siklus 2, gambar siswa sedang memperhatikan video, gambar guru sedang memberikan penjelasan tentang menulis deskripsi, gambar pada saat siswa mengerjakan soal evaluasi, serta gambar alat-alat yang digunakan selama penelitian F. Validitas Data Data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik simulan yang mantap memerlukan beberapa pandangan. Dari berbagai pandangan tersebut akan dapat dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik
simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Teknik trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Validitas isi
2.
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh suatu alat ukur yang bersangkutan. Dalam validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai. Trianggulasi a. Trianggulasi data Melalui trianggulasi data, akan mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data melalui berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini data yang sama atau sejenis akan lebih akurat jika digali dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Trianggulasi metode Jenis trianggulasi ini dapat dilakukan peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Di sini lebih ditekankan pada pengumpulan data dengan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. G. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Menurut Sumadi Suryabrata (2003: 136) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Menurut H.B. Sutopo (2002: 18) dalam proses analisis ada tiga proses yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah: 1. Reduksi data, 2. Sajian data, 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dengan demikian maka dalam tahapan ini ada tiga komponen pokok yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Reduksi
data
yaitu
proses
menyeleksi
data
awal,
memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ada dalam fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Data reduksi adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan. Proses ini berakhir sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis. 2. Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut, dalam hal ini penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja dan tabel. 3. Penarikan kesimpulan, apabila dalam tahapan ini ditemukan data yan akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang. Peneliti dalam hal ni bersifat terbuka dan skeptis, namun demikian akan meningkat secara eksplisit dan memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir. Model analisis ini memiliki tiga komponen pokok analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara empat komponen (termasuk proses pengumpulan data) selama proses pengumpulan data berlangsung. Kemudian setelah pengumpulan data peneliti bergerak di antara tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Gambar 3. Skema Proses Analisis Interaktif H.B. Sutopo (2002: 96) H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang dijadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta melalui penggunaan video. Indikator kinerja ini dipilih karena kemampuan menulis deskripsi siswa yang masih rendah. Dari data yang telah ada diketahui bahwa dari lima puluh siswa masih ada 24 siswa yang belum lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau sebesar 48%. Indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber dari silabus KTSP bahasa Indonesia kelas IV dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 61 yaitu apabila 80% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal mendapat nilai lebih dari 61. Indikator tersebut meliputi : (1) menyebutkan ciri-ciri karangan deskripsi, (2) menulis karangan deskripsi berdasarkan video. Rincian indikator kinerja yang ingin dicapai setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rincian Indikator Kinerja yang Akan Dicapai Setiap Siklus No 1
Siklus
Silkus I : Pertemuan I,II
Indikator Kinerja Pada silkus I kemampuan menulis
deskripsi meningkat 70% 2
Silus II : Pertemuan I,II
Pada siklus II kemampuan menulis deskripsi meningkat 80%
I. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas atau biasa disebut Classroom Action Research yang bertujuan memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran di kelas, khususnya materi pada pembelajaran praktik menulis deskripsi. Penelitian tindakan kelas ini bersifat partisipatif karena melibatkan peneliti sebagai pengamat dalam proses pembelajaran dan kolaboratif karena melibatkan teman sejawat (kolaborator) untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran materi pokok menulis deskripsi dengan menggunakan media video sebagai sarana pembelajaran siswa akan diberikan tugas menulis. Sebelum melakukan penelitian, penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, antara lain :
1. Menyusun rencana pembelajaran menulis untuk masing-masing siklus. Rancangan ini disempurnakan kembali pada awal siklus II. Setelah memperoleh umpan balik, analisis, dan refleksi siklus I. 2. Menyusun media pembelajaran video yang akan digunakan untuk kelancaran pelaksanaan penelitian tindakan. Video tersebut disusun dengan mengacu pada pembelajaran menulis deskripsi. Siswa melihat video dan mengarang sesuai dengan tugas tiap siklus. 3. Membuat instrumen sebagai alat pengumpulan data berupa soal tugas menulis deskripsi dan lembar pengamatan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat reflektif. Tindakan dengan pola pengkajian ”siklus atau berdaur ulang”. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16) langkah-langkah penelitian tindakan kelas berlangsung secara berulang-ulang terdiri atas 4 tahapan yaitu:
a. Perencanaan (planning) b. Tindakan (acting) c. Pengamatan (observing) d. Refleksi (reflecting)
Gambar 4. Tahapan PTK Suharsimi Arikunto (2007: 16)
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan perincian siklus 1 tugas menulis deskripsi dengan melihat video sebanyak satu kali. Siklus 2 tugas menulis deskripsi dengan melihat video sebanyak dua kali.
Siklus I 1. Tahap perencanaan Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencaaan siklus 1 adalah sebagai berikut:
a.
Merancang rencana pembelajaran dengan video pembelajaran.
b.
Membuat pedoman penskoran untuk nilai hasil tugas individu akhir siklus.
c.
Mempersiapkan lembar pengamatan.
d.
Mempersiapkan soal tes menulis deskripsi.
e.
Menyiapkan materi video yang akan ditampilkan.
2. Tahap tindakan Pada tahap tindakan peneliti akan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media video yang sudah dipersiapkan. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap tindakan adalah sebagai berikut: a. Memulai pembelajaran dengan menjelaskan pengertian dan cara menulis karangan deskripsi. b. Menyampaikan materi pembelajaran menulis deskripsi sejelas-jelasnya kepada siswa. Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk menyusun tulisannya. Guru memberikan umpan balik dari hasil tulisan siswa tentang kelemahan dan keberhasilannya. c. Siswa mengerjakan soal evaluasi menulis karangan deskripsi berdasarkan video. d. Pada akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis. 3. Tahap pengamatan Pada tahap pengamatan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Melakukan pengamatan terhadap pertanyaan siswa tentang kesulitan atau kekurang pahaman materi yang disampaikan guru. b. Melakukan pengamatan terhadap kerja siswa dengan cara mendekati siswa secara individu pada saat diberikan kesempatan menulis deskripsi. Dari pengamatan ini akan diperoleh data beberapa siswa yang masih memperoleh kesulitan menulis deskripsi terutama mengenai pengaturan isi, susunan, struktur kalimat, kosakata, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf. Dari
pengamatan ini pula guru dapat melakukan perbaikan terhadap penyampaian materi yang telah dilakukan dan apa yang seharusnya diperbaiki. 4. Tahap refleksi Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan hasil belajar berupa nilai siswa pada siklus 1 tentang menulis deskripsi menggunakan media video. Peneliti juga berdiskusi dengan teman sejawat (kolaborator) untuk membantu menemukan permasalahan pembelajaran yang akan digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dalam perencanaan siklus berikutnya. Siklus 2 1. Tahap perencanaan Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencaaan siklus 2 adalah sebagai berikut: a. Merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran video. b. Membuat pedoman penskoran untuk nilai hasil tugas individu akhir siklus. c. Menyiapkan media pembelajaran video. d. Mempersiapkan lembar pengamatan. e. Mempersiapkan soal tes menulis deskripsi. 2. Tahap tindakan Pada tahap tindakan guru (kolaborator) akan melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan media video. a. Memulai pembelajaran dengan mengingat kembali langkah-langkah menulis yang telah dipelajari di kelas. b. Menyampaikan materi pembelajaran menulis deskripsi berdasarkan refleksi di siklus 1, untuk menyempurnakan kekurangan yang terjadi. c. Menyajikan video kepada siswa sebanya satu kali. d. Siswa mengerjakan evaluasi menulis karangan deskripsi dengan melihat video untuk keduakalinya. e. Pada akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis. Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan tugas menulis deskripsi terhadap video yang disajikan Guru.
3. Tahap pengamatan Pada tahap pengamatan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Melakukan pengamatan terhadap pertanyaan siswa tentang kesulitan atau kekurangpahaman materi yang disampaikan guru. b. Melakukan pengamatan terhadap kerja siswa dengan cara mendekati siswa secara individu pada saat diberikan kesempatan menulis deskripsi. Dari pengamatan ini akan diperoleh data beberapa siswa yang masih memperoleh kesulitan menulis deskripsi terutama mengenai pengaturan isi, susunan, struktur kalimat, kosakata, tanda baca, ejaan, dan susunan huruf. Dari pengamatanini pula guru dapat melakukan perbaikan terhadap penyampaian materi yang telah dilakukan, apa yang seharusnya diperbaiki dalam menerapkan media pembelajaran video untuk pembelajaran selanjutnya. 4. Tahap refleksi Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dan hasil belajar berupa nilai siswa pada siklus 2 tentang menulis deskripsi menggunakan media video yang disajikan sebanyak dua kali. Memberi penguatan diakhir pembelajaran secara menyeluruh terhadap proses pembelajaran.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1.
Prasiklus Sebelum melaksanakan tindakan, keadaan nyata yang ada di lapangan yaitu rendahnya kemampuan menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Indonsia yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai menulis deskripsi siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti selama bulan Januari dan Februari 2010 terhadap pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kelas IV dalam pembelajaran
menulis
deskripsi.
Sebagai
gambaran
awal
kegiatan
pembelajaran di kelas IV masih banyak terdapat kekurangan, antara lain siswa kurang tertarik dengan pembelajaran karena guru menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran. Metode konvensional yang dipakai guru adalah ceramah, sehingga siswa cenderung pasif di dalam pembelajaran. Siswa tidak tertarik dengan pembelajaran dari guru kelas. Materi yang disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa, akibatnya selama pembelajaran bahasa Indonesia siswa ada yang mengantuk. Pembelajaran yang dilakukan belum menggunakan media yang berakibat siswa mengalami kesulitan di dalam mendesripsikan objek padahal pada siswa Sekolah Dasar konsep yang abtrak harus dikongkritkan untuk memberi kemudahan kepada siswa. Karena hal itulah hasil menulis deskripsi siswa menjadi rendah. Data hasil menulis siswa pada prasiklus lampiran 1 (halaman 79) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Daftar Nilai Tes Menulis Deskripsi Prasiklus No 1 2
Nilai 62 61
No 11 12
Nilai 47 61
No 46 Nilai 21 36 22 58
No 31 32
Nilai 61 48
No 41 42
Nilai 65 58
3 4 5 6 7 8 9 10
62 65 44 65 70 71 72 49
13 14 15 16 17 18 19 20
50 38 52 63 53 51 58 49
23 24 25 26 27 28 29 30
60 45 58 63 62 64 63 61
33 34 35 36 37 38 39 40
62 57 63 52 71 61 65 65
43 44 45 46 47 48 49 50
72 61 50 47 58 51 47 65
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui hasil menulis dari tiap siswa pada prasiklus. Dari data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah dalam pemahaman. Tabel distribusi frekuensi nilai hasil menulis deskripsi disajikan pada tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Frekuensi Nilai Hasil Menulis Deskripsi Prasiklus Nilai 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 Jumlah Rata-rata
Frekuensi Persentase 2 4% 10 20% 12 24% 22 44% 4 8% 0 0% 50 100% 57,84 -
Kategori Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas -
Dari tabel 3 di atas dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan yang belum tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada prasiklus sebesar 48% siswa belum tuntas KKM yang terletak pada kelas 31-40 sebesar 4%, pada kelas 41-50 sebesar 20%, dan pada kelas 51-60 sebesar 24%. Sebesar 52% siswa sudah tuntas KKM yang terletak pada kelas 61-70 sebesar 44% dan pada kelas 71-80 sebesar 8%. Dari tabel 3 di atas dapat disajikan ke dalam grafik untuk mempermudah pemahaman seperti pada gambar 5 di bawah ini:
25
22
FREKUENSI
20 15 10
10 5
12
4
2
0 31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
NILAI
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Menulis Deskripsi Prasiklus
Dari gambar 5 di atas ditunjukkan jumlah siswa pada tiap kelas. Dari 50 siswa kelas IV Sekolah Dasar Pajang 1 Surakarta, terdapat sebanyak 24 siswa belum tuntas KKM dan sebanyak 26 siswa sudah tuntas KKM. Jumlah tersebut terbagi ke dalam beberapa kelas interval, yaitu pada kelas 31-40 sebanyak 2 siswa, pada kelas 41-50 sebanyak 10 siswa, pada kelas 51-60 sebanyak 12 siswa, pada kelas 61-70 sebanyak 22 siswa, dan pada kelas 71-80 sebanyak 4 siswa.
2.
Siklus I Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 1 minggu mulai dari tanggal 26 sampai 30 April 2010 sebanyak 2 kali pertemuan. Adapun tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Dengan berpedoman pada Kurikulum Pendidikan Dasar kelas IV mengenai menulis deskripsi, peneliti melakukan langkah-
langkah
untuk
merencanakan pembelajaran dengan menggunakan
media video antara lain: 1) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan kemampuan menulis. 2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat pada lampiran 2 (halaman 81). 3) Menyiapkan lembar pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa pada lampiran 3 (halaman 89 ) dan lampiran 4 (halaman 94). 4) Menyiapkan alat tes menulis deskripsi. 5) Meyiapkan media video yang akan dipakai beserta peralatan yang diperlukan pada lampiran 12 (halaman 118). b. Pelaksanaan Dalam tahap ini guru menyiapkan pembelajaran dengan menggunakan
media video sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun pada lampiran 2 (halaman 81). Rencana pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan media video ini akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. 1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama materi menulis yang diajarkan adalah mengenai pengertian mengarang deskripsi dan ciri-ciri karangan deskripsi. Pada kegiatan awal guru melontarkan beberapa pertanyaan mengenai karangan deskripsi yang diketahui siswa. Untuk menarik perhatian siswa, guru memutarkan video tentang seekor beruang salju
yang berwarna putih.
Seekor beruang
yang
bernama Bearny. Setelah menyaksikan video, siswa menjadi lebih fokus terhadap penjelasan guru. Kegiatan inti dimulai dengan melakukan tanya jawab antara guru dan murid. Guru melontarkan beberapa pertanyaan sebagai langkah awal dalam mengenalkan pengertian karangan
deskripsi. Pertanyaan-pertanyaan ini sekaligus untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang mengarang, khususnya karangan deskripsi. Dari hasil tanya jawab tersebut guru memancing siswa untuk dapat mengartikan pengertian karangan deskripsi. Siswa diminta berdiskusi sejenak dengan temannya dengan catatan tidak bercanda dengan teman. Setelah mengetahui pengertian dari karangan deskripsi, guru meminta siswa menyebutkan ciri-ciri karangan dekripsi yang ia ketahui. Siswa menyebutkan ciri-ciri yang ia ketahui dengan cara menuliskannya di papan tulis. Siswa bebas menuliskan apa saja yang ada di pikirannya, akan tetapi haya diberi kesempatan satu kali saja. Model ini biasa dikenal dengan nama model brain storming atau model curah pendapat yang akibatnya akan diperoleh banyak sekali pendapat dari siswa. Pendapat-pendapat dari siswa ini selanjutnya dikelompokkan
apakah
sesuai
dengan
pengertian
karangan deskripsi apa tidak. Kegiatan
selanjutnya
guru
membagi
siswa
menjadi
berkelompok dengan teman satu meja. Siswa diberi sajian video dengan durasi 7 menit. Siswa memperhatikan video dengan antusias, walaupun ada beberapa siswa yang bercanda dengan teman, tetapi dengan kesigapan guru suasana kelas dapat diatur sedemikian rupa agar mendukung pembelajaran. Video
yang
disajikan
guru
adalah
video
tentang
keadaan bumi pada masa modern yang mana banyak sekali terdapat
sampah.
Di
bumi
terdapat
robot
yang
bertugas
mengumpulkan sampah, namanya Wall-E. sampah-sampah di bumi dikumpulkan hingga bergunung-gunung. Sesudah menyaksikan sajian video, siswa diberi lembar kertas yang
berisi
karangan.
Di
dalam
karangan
ini
ada
beberapa bagian yang sengaja dihilangkan. Tugas siswa adalah mengisi
bagian-bagian
yang
dihilangkan
ini
agar
menjadi
karangan yang utuh. Di dalam melengkapi karangan harus sesuai dengan video yang telah disaksikan tadi. Cara pengerjaan karangan ini secara diskusi kelompok dengan teman semeja.lama mengerjakan diberi batas waktu 15 menit. Di akhir pembelajaran guru membahas karangan tersebut bersama siswa. Selama membahas karangan video diputar ulang agar siswa mengetahui kebenaran jawaban yang seharusnya. Pembelajaran diakhiri dengan memberikan penguatan kepada siswa dan sedikit mengulang kembali pengertian dan ciri-ciri karangan deskripsi yang telah diuraikan
pada awal
pembelajaran. 2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua dilaksanakan selama dua jam pelajaran dengan total waktu 70 menit. Pertemuan kedua ini lebih banyak mengulang materi pada pertemuan pertama mengenai pengertian dan ciri-ciri karangan deskripsi. Pertemuan tentang materi
kedua
menulis
menyambungkan
materi
diawali
dengan
bertanya
jawab
deskripsi.
Sebagai
jembatan
dalam
dengan
materi
pertemuan
pertama
pertemuan kedua. Masuk ke kegiatan inti, guru memperlihatkan contoh karangan deskripsi melalui LCD Proyektor kepada siswa. Siswa diminta membaca contoh karangan ini dengan keras secara bersama-sama. Setelah siswa membaca karangan tersebut, guru meminta siswa mengemukakan pendapatnya tentang karangan tersebut. Mulai dari tema karangan, tokoh yang diceritakan, tempat terjadinya cerita, dan kejadian apa yang diceritakan.
Dari pendapat-pendapat siswa tersebut, dibuktikan dengan disajikan sebuah video yang sesuai dengan cerita dalam karangan deskripsi dari guru. Berdasarkan kegiatan tadi guru menjelaskan urutan atau cara mengarang deskripsi berdasarkan video, di mana mengarang deskripsi itu dimulai dengan menyebutkan apa yang paling menonjol hingga yang kurang menonjol, dari yang paling tampak sampai ke yang kurang tampak, dan dari yang paling besar ke yang paling kecil. Dalam kegiatan akhir dilakukan evaluasi menulis deskripsi berdasarkan video. Kali ini guru menyajikan video tentang kehidupan makhluk prasejarah berwujud animasi kartun agar lebih menarik bagi siswa. Video yang dipakai berjudul “Ice Age – Down of The Dinosaurus” dengan durasi sembilan menit. Siswa mengamati video tersebut dengan seksama. Sajian video ini hanya
disajikan
sebanyak
satu
kali
saja pada saat sebelum
menulis. Setelah video selesai siswa mulai menuliskan deskripsi video yang disajikan guru pada lembar evaluasi. Siswa diberi waktu untuk mengerjakan tulisan deskripsi selama 30 menit. Pada saat waktu kurang lima menit, guru bertanya apakah siswa sudah selesai mendeskripsikan video, jika siswa belum selesai maka siswa diberi tahu waktu yang tersisa tinggal lima menit. Siswa mengumpulkan pekerjaannya setelah waktu dinyatakan habis. Pekerjaan dikumpulkan kepada guru untuk dikoreksi.
c. Observasi Pada
tahap
observasi
dilakukan
pengamatan
terhadap
kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran. Proses observasi dilakukan
oleh guru
kolaborator
untuk
memudahkan
dalam
penelitian. Data pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 3 (halaman 89) dan lampiran 4 (halaman 94). Selama pembelajaran dapat diketahui siswa menjadi lebih tertarik dengan media video, sehingga guru tidak kesulitan di dalam mengarahkan siswa. Kegiatan yang dilakukan siswa juga cenderung mendukung pembelajaran. Hal ini karena apa yang diterima siswa merupakan suatu hal yang sama sekali baru bagi mereka. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, bahkan siswa merasa kecewa saat video yang disajikan selesai. Seringkali siswa meminta untuk diputarkan video lagi yang baru. Kegiatan guru pada saat pembelajaran berlangsung dapat dilihat seperti yang tercantum dalam lembar pengamatan pada lampiran 3 (halaman 89). Persiapan guru untuk mengajar sudah sangat baik, begitu pula kegiatan dalam memberikan apersepsi dan mengelola waktu pembelajaran. Kegiatan guru dalam mengelola kelas juga sudah baik sehingga guru dapat menjelaskan konsep dan menyampaikan materi serta dapat memberikan perhatian kepada semua siswa. Di akhir pembelajaran guru dapat menutup pembelajaran dengan baik. Selain pengamatan terhdap kegiatan guru, kegiatan siswa juga diamati seperti yang terlampir dalam lampiran 4 (halaman 94). Siswa kelas IV sudah memiliki disiplin yang tinggi, sebelum pembelajaran dimulai siswa sudah masuk ke dalam kelas tanpa terkecuali. Dengan kedisiplinan siswa yang tinggi maka siswa menjadi lebih siap dalam menerima pelajaran. Suasana lingkungan belajar juga sangat baik dalam mendukung proses pembelajaran. Pada siklus I siswa sudah mampu mengerjakan diskusi dengan baik. dapat dikatakan siswa menjadi lebih aktif. Siswa lebih baik dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan post test, hasilnya nilai menulis deskripsi siswa pada siklus I lebih baik dari pada prasiklus.
Setelah diadakan tindakan pada siklus I berupa tes menulis deskripsi, diperoleh data nilai hasil menulis deskripsi dari siswa pada lampiran 5 (halaman 97). Data nilai hasil menulis pada lampiran 5 dimasukkan ke dalam tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Nilai Hasil Menulis Deskripsi Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai 65 64 73 71 65 70 73 74 73 55
No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nilai 65 66 54 46 52 66 62 62 64 51
No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nilai 44 64 65 54 64 67 65 71 71 73
No 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nilai 66 71 75 64 76 65 73 65 73 67
No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nilai 70 65 73 67 63 47 64 64 52 70
Tabel 4 di atas merupakan daftar nilai hasil menulis deskripsi siswa pada tindakan siklus I. Nilai tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan nilai dari tiap-tiap aspek dalam penilaian menulis menurut Burhan Nurgiantoro (2001: 307). Berdasarkan daftar nilai pada tabel 4 di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan dalam menarik kesimpulan. Berikut tabel distribusi frekuensi nilai hasil menulis deksripsi pada siklus I:
Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Tes Menulis Deskripsi Siklus I nilai 31-40 41-50 51-60
frekwensi persentase Kategori 0 0% belum tuntas 4 8% belum tuntas 5 10% belum tuntas
61-70 71-80 81-90 Jumlah
27 14 0 50
54% 28% 0% 100%
Tuntas Tuntas Tuntas
Dari tabel 5 di atas dapat dilihat persentase siswa yang belum dan sudah tuntas KKM. Dari 50 siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang I Surakarta, terdapat sebesar 18% siswa belum tuntas KKM yang terbagi dalam kelas 41-50 sebesar 8%, dan pada kelas 51-60 sebesar 10%. Sisanya sebesar 82% siswa sudah tuntas KKM yang terbagi pada kelas 61-70 sebesar 54%, pada kelas 71-80 sebesar 28%. Berdasarkan data pada tabel 5 akan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 6 di bawah ini:
30
27
FREKUENSI
25 20 14
15 10 5
4
5
41-50
51-60
0 31-40
61-70
71-80
81-90
NILAI
Gambar 6. Grafik Nilai Hasil Menulis Deskripsi Siklus I
Pada gambar 6 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas. Pada kelas 41-50 terdapat sebanyak 4 siswa, pada kelas 51-60 terdapat sebanyak 5 siswa, pada kelas 61-70 terdapat sebanyak 27 siswa, dan pada kelas 71-80 terdapat sebanyak 14 siswa. Dengan jumlah keseluruhan 50 siswa, masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas KKM.
d. Refleksi Selama tindakan siklus I diperoleh data berupa daftar nilai hasil menulis deskripsi, data hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa, dan data hasil dokumentasi foto. Dalam siklus I indikator kinerja yang telah ditetukan telah tercapai, yaitu 70 siswa memenuhi KKM 61. Setelah pelaksanaan siklus I walaupun telah mencapai indikator kinerja, nilai yang diperoleh siswa masih belum memuaskan. Sebagian besar siswa memperoleh nilai pada interval 61-70, yaitu sebanyak 27 siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha lebih lanjut untuk meningkatkan nilai siswa tersebut. Setelah
berdiskusi
dengan
guru
kolaborator,
diperoleh
kesimpulan mengenai hal-hal yang menyebabkan nilai siswa kurang maksimal antara lain: 1. Pengaturan media video perlu diperhatikan lebih baik lagi, karena melibatkan faktor pencahayaan di dalam ruang kelas. Pada siklus I penyajian video berada pada suasana kelas yang terang sehingga cahaya LCD terkalahkan. Hal ini berakibat video yang ditampilkan menjadi samar-samar walau pun masih dapat dilihat dengan cukup baik. 2. Mobilitas atau pergerakkan guru yang masih kurang karena guru sering berada di depan kelas dan menerangkan. Akibatnya masih ada beberapa siswa yang duduk di bagian belakang menjadi kurang terkontrol. 3. Suara dari video yang kurang keras, sehingga pada siklus II perlu ditambah volume suaranya. 3.
Siklus II Pada tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu mulai pada tanggal 10 sampai 14 Mei 2010. Waktu pelaksanaan siklus II berselang satu minggu dari siklus I karena bersamaan dengan pelaksanaan ujian sekolah
siswa kelas VI. Pada siklus ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, adapun perincian tahapan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanakan tindakan pada sikkus I diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan media video tentang materi menulis deskripsi sudah memenuhi target. Karena nilai yang dperoleh siswa masih rendah maka perlu dilakukan tindakan untuk meningkatkan nilai siswa. Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran seperti siklus I. Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan rencana pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Menyebutkan ciri-ciri karangan deskripsi. 2) Menulis karangan deskripsi berdasarkan video. Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus I tersebut sebagian siswa masih kesulitan dalam membuat karangan deskripsi. Hal ini karena siswa melihat video hanya satu kali saja sebelum mengarang. Oleh karena itu diadakan pembedaan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan penggunaan video antara siklus I dengan siklus II. Perbedaannya terletak pada penggunaan kerangka karangan dan penyajian video sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan selama menulis deskripsi. Perencanaan yang dilakukan pada siklus II antara lain: 1) Merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan media video pada lampiran 6 (halaman 99). 2) Menyiapkan video yang akan dipakai. 3) Membuat pedoman penilaian menulis. 4) Mempersiakan soal tes menulis. 5) Menyiapkan lembar pengamatan pada lampiran 7 (halaman 106) dan lampiran 8 (halaman 112). 6) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan serperti pada lampiran 12 (halaman 118) yaitu LCD, laptop, dan screen.
b. Pelaksanaan Tindakan pada siklus II ini berdasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan. 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama pada tindakan siklus II dilaksanakan selama dua jam pelajaran yaitu 70 menit. Kegiatan diawali dengan berdo’a dan melakukan presensi. Selanjutnya masuk ke dalam ssi tanya jawab untuk mengingat kembali materi yang telah diajarkan pada siklus I. Siswa diberi pertanyan tentang menulis deskripsi, mulai dari pengertian, ciri-ciri karangan, dan cara menulis karangan. Kegiatan tanya jawab pada apersepsi merupakan pengantar dalam memasuki kegiatan inti pada pembelajaran. Pada kegiatan inti kali ini, siswa dikelompokkan dengan teman satu meja untuk melakukan diskusi. Guru membagikan karangan kepada setiap kelompok. Siswa diminta mendiskusikan karangan tersebut untuk mencari kesalahan dan kekurangannya. Karangan yang dibagikan adalah hasil menulis siswa pada siklus I. Siswa diberi waktu selama 10 menit untuk berdiskusi. Guru turut membantu siswa dalam menemukan kesalahan menulis. Setelah diskusi selesai, siswa diminta menuliskan kesalahan-kesalahan yang mereka temukan pada papan tulis. Dari semua kesalahan itu, guru memberikan masukkan dan jalan keluar agar masalah tersebut tidak muncul lagi. Kegiatan selanjutnya mengenai menulis kerangka karangan. Siswa diajari bagaimana membuat kerangka karangan yang baik. Kerangka karangan berfungsi untuk mempermudah dalam membuat karangan. Guru mempersiapkan video yang akan disajikan kepada siswa. Siswa diminta untuk tenang dan memperhatikan video. Video
yang disajikan berdusai 7 menit. Video yang disajikan mengenai bearny seekor beruang putih yang menjadi petugas hama. Bearny masuk ke dalam rumah dengan membawa sgala perkakasnya untuk membasmi hama. Di dalam rumah tersebut banyak kecoa sehingga Bearny kesulitan dalam membasmi hama. Setalah menyaksikan video, siswa diminta membuat kerangka karangan. Kegiatan ini sebagai latihan dalam membuat kerangka karangan. Siswa membuat kerangka karangan secara individu pada buku latihannya masing-masing. Guru melihat pekerjaan siswa dengan berkeliling ruangan. Guru memandu siswa dalam membuat kerangka karangan. Pada saat siswa membuat kerangka karangan, video diputar satu kali lagi. Hal ini bertujuan untuk memperkuat memori anak. Kerangka karangan yang sudah selesai ditulis ke papan tulis. Siswa yang maju untuk menulis hanya dua kelompok saja sebagai perwakilan. Kegiatan akhir dilakukan pemantapan mengenai materi kerangka karangan beserta manfaatnya. Siswa diberi soal secara lisan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. 2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan
merupakan
kelanjutan
dari
pertemuan
pertama.
Pembelajaran berlangsung selama dua jam pelajaran. Selama pembelajaran pada pertemuan kedua ini lebih banyak praktek dari pada teori. Kegiatan awal dimulai dengan mengulang pembahasan materi pembuatan kerangka karangan. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai karangan deskripsi dan kerangka karangan.
Memasuki kegiatan inti diawali dengan penyajian video berjudul “Astro Boy”. Video ini memiliki durasi 10 menit. Siswa diminta memperhatikan video secara seksama tanpa ada kegiatan. Setelah menyaksikan video, siswa diminta membuat kerangka karangan di buku. Proses pembuatan kerangka karangan ini dilakukan dengan bantuan guru, sehingga dapat sesuai dengan video yang telah disaksikan. Kegiatan membuat kerangka karangan ini dilakukan secara kelompok dengan teman satu meja. Kelompok yang sudah menyelesaikan kerangka karangan diminta menuliskan ke papan. Selanjutnya guru memberi komentar kerangka karangan yang ditulis siswa. Kelompok yang tidak maju mengamati kerangka karangan yang ditulis kelompok lain. Pembahasan kerangka karangan disertai dengan pemeriksaan pekerjaan kelompok lain per meja. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian penguatan bahwa siswa telah memiliki kemampuan menulis yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk kegiatan evaluasi, guru membagikan lembar evaluasi kepada tiap siswa. Siswa diminta mengembangkan kerangka karangan yang telah disusun secara kelompok. Pekerjaan menulis karangan ini dilakukan secara individu sebagai evaluasi terhadap kemampuan menulis pada siklus II. Selama menulis karangan deksripsi siswa melihat video sekali lagi sebagai bantuan dalam mengingat objek. Jadi, selama pembelajaran pada pertemuan kedua ini siswa diberi sajian video sebanyak dua kali.
c. Observasi Pada tahap observasi siklus II data yang diperoleh berupa hasil menulis deskripsi siswa pada lampiran 9 (halaman 114) dan data
pendukung berupa lembar pengamatan kegiatan guru serta siswa pada lampiran 7 (halaman 106) dan 8 (halaman 112). Selama pembelajaran siklus II berlangsung persiapan dari guru sudah sangat bagus. Guru memberikan apersepsi, menjelaskan materi serta menanamkan konsep kepada siswa dengan sangat baik. Selama pembelajaran guru sedikit kurang dalam mengelola kelas, hal ini karena jumlah siswa yang banyak, sehingga guru perlu mobilitas yang tinggi di dalam kelas. Kegiatan siswa dalam pembelajaran siklus II semakin baik seperti ditunjukkan dalam lampiran 8 (halaman 114). siswa tetap disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Persiapan siswa untuk menerima pelajaran juga semakin baik. Selama pembelajaran berlangsung siswa dapat melaksanakan diskusi dengan teman kelompoknya secara lebih baik. Siswa saling berdiskusi dengan tenang dan fokus. Susasana belajar yang mendukung menyebabkan siswa tidak cepat bosan dalam belajar di kelas. Penggunaan media video pada siklus II masih tetap menarik bagi siswa. Di akhir pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengerjakan post test juga meningkat. Pembelajaran pada siklus II dapat berjalan dengan lancar dan baik. Siswa mengikuti pembelajaran dengan tertib dan tidak membuat kegaduhan. Siswa dapat secara disiplin mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. Hal tersebut sangat membantu guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dari tindakan siklus II diperoleh hasil menulis siswa yang dikoreksi/dinilai oleh guru. Pemberian nilai dilihat dari berbagai aspek yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiantoro (2001: 307) mengenai penilaian menulis. Tabel 6. Nilai Hasil Menulis Deskripsi Siklus II No 1
Nilai 74
No 11
Nilai 71
No 21
Nilai 58
No 31
Nilai 71
No 41
Nilai 78
2 3 4 5 6 7 8 9 10
70 77 74 73 73 76 81 76 65
12 13 14 15 16 17 18 19 20
73 72 61 68 72 67 58 68 59
22 23 24 25 26 27 28 29 30
68 72 61 70 72 70 82 78 79
32 33 34 35 36 37 38 39 40
73 81 70 82 72 81 70 77 81
42 43 44 45 46 47 48 49 50
78 79 76 72 62 69 74 64 71
Untuk mempermudah pemahaman maka data pada tabel 6 dapat disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pada tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Menulis Deskripsi Siklus II nilai 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 Jumlah
frekwensi persentase 0 0% 0 0% 3 6% 15 30% 26 52% 6 12% 50 100%
Kategori belum tuntas belum tuntas belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Dari tabel 7 di atas dapat diketahui persentase frekuensi siswa pada tiap kelas interval. Dari 50 siswa tersebar ke dalam beberapa kelas yaitu pada kelas 51-60 sebesar 6%, pada kelas 61-70 sebesar 30%, pada kelas 71-80 sebesar 52%, dan pada kelas 81-90 sebsar 12%. Dalam tabel 7 ditunjukkan bahwa masih ada 6% siswa yang belum tuntas KKM, sedangkan sebanyak 94% sudah tuntas KKM. Berdasarkan tabel 7 akan disajikan ke dalam bentuk menjadi grafik yang ditunjukkan dalam gambar 6 di bawah ini:
30
26
25 FREKUENSI
20 15
15 10
6
5
3
0 31-40
41-50
51-60 NILAI
61-70
71-80
81-90
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Menulis Deskripsi Siklus II
Berdasarkan grafik pada gambar 7 di atas dapat diketahui jumlah perolehan nilai siswa pada tiap kelas. Dari 50 siswa terbagi ke dalam kelas-kelas berikut: pada kelas 51-60 sebanyak 3 siswa, pada kelas 61-70 sebanyak 15 siswa, pada kelas 71-80 sebanyak 26 siswa, pada kelas 81-90 sebanyak 6 siswa. Pada tindakan siklus II ini masih ada 3 siswa yang belum tuntas KKM dan berada pada kelas 51-60. d. Refleksi Hasil
analisis
data
dan
balikan
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran menulis deskripsi dengan penggunaan media video pada siklus II, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan, di mana kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada materi menulis deskripsi semakin mantap dan luwes dengan kekurangankekurangan kecil. Kekurangan tersebut antara lain kurang begitu menguasai kelas dan belum memberikan tindak lanjut. Kegiatan siswa dalam pembelajaran juga meningkat. Siswa lebih banyak memperhatikan dan menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Dengan meningkatnya kegiatan siswa dalam
pembelajaran,
suasana
kelas
menjadi
lebih
hidup
dan
lebih
menyenangkan. Dari hasil analisis tindakan siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 71,98 dan terdapat lebih dari 80% siswa memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Atas
dasar
ketentuan
hasil
yang
telah
dicapai
maka
pembelajaran menulis deskripsi dengan penggunaan media video yang dilaksanakan pada tindakan siklus II dapat dikatakan berhasil. Sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Namun guru harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan hasil menulis siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan melaksanakan pengayaan untuk siswa yang memperoleh nilai diatas KKM sebagai tindak lanjut. Dalam siklus II masih ada 3 siswa yang belum memenuhi KKM. Kendala yang dihadapi yaitu siswa-siswa tersebut memiliki kemampuan menulis yang memang rendah dan tidak memiliki minat untuk menulis. Bahkan terdapat salah satu siswa yang tulisannya tidak dapat dibaca. Oleh karena itu guru hendaknya membuat suatu usaha atau strategi lain yang sekiranya cocok bagi siswa-siswa tersebut pada pembelajaran selanjutnya.
B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Prasiklus Pada prasiklus diketahui kemampuan menulis deskripsi siswa masih rendah. Terbukti dengan banyaknya siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai menulis karangan deskripsi siswa masih renadah. Terdapat pengaruh dari faktor intern dan ekstern yang menyebabkan rendahnya nilai siswa. Pada prasiklus siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 24 siswa, sedangkan yang sudah tuntas KKM sebanyak 26 siswa. Nilai terendah pada
prasiklus adalah 36 dan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 72. Nilai dari masing-masing siswa tersebut dapat dilihat pada lampiran 1 (halaman 79). Siswa yang memperoleh nilai pada kelas 31-40 sebanyak 2 siswa atau 4%, pada kelas 41-50 sebanyak 10 siswa atau 20%, pada kelas 51-60 sebanyak 12 siswa atau 24%, pada kelas 61-70 sebanyak 22 siswa atau 44%, dan pada kelas 71-80 sebanyak 4 siswa atau 8%. Selama prasiklus nilai rata-rata klasikal yang dicapai adalah 57,84. Nilai rata-rata ini dapat dikatakan rendah karena nilai yang diperoleh siswa juga masih rendah. Oleh karena itu dilakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.
2.
Siklus I Pada siklus I indikator kinerja yang ingin dicapai adalah 70% siswa dapat tuntas KKM. Hal ini berarti dalam siklus I diharapkan sebanyak 35 siswa memperoleh nilai di atas KKM. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang penting. Pertama, hasil menulis deskripsi siswa setelah dikoreksi banyak menggunakan kata “setelah”, “kemudiam”, “lalu”, dan “terus”. Akibatnya susunan kalimat pada tulisan siswa menjadi kurang bagus. Pengorganisasian kalimat siswa belum bagus. Akibatnya siswa kesulitan dalam membuat kalimat, karena kata-katanya menjadi tersambung. Kedua, siswa belum menggunakan tanda baca yang tepat. Sering siswa tidak mencantumkan titik pada akhir kalimat. Ketiga, setelah diadakan tindakan siklus I nilai siswa meningkat. Dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas KKM diketahui sebanyak 41 siswa atau 82% sudah tuntas pada siklus I dan masih terdapat 9 siswa atau 18% yang belum tuntas KKM. Dengan jumlah ketuntasan seperti itu dapat dikatakan indikator kinerja telah tercapai. Akan tetapi pada siklus I nilai siswa belum memuaskan. Karena kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada kelas 61-70 yaitu sebanyak 27 siswa.
Pada siklus I nilai rata-rata klasikal yang diperoleh ikut meningkat. Pada prasiklus nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 57,84, pada siklus I meningkat menjadi 64,78.
3.
Siklus II Indikator kinerja pada siklus II adalah 80% atau sebanyak 40 siswa mampu tuntas KKM dalam pembelajaran menulis deskripsi. Setelah diadakan tindakan pada siklus II dapat diketahui terdapat peningkatan dalam kemampuan menulis siswa. Siswa yang pada awalnya masih menggunakan kata “setelah”, “kemudian”, “lalu”, dan “terus” dalam menulis deskripsi pada siklus II sudah tidak ada. Dari 50 siswa kelas IV setelah diadakan tindakan siklus II terdapat 47 siswa atau 94% tuntas KKM dan 3 siswa atau 6% belum tuntas KKM. Hal ini dibuktikan dengan naiknya jumlah frekuensi pada tiap kelas interval. Dari 50 siswa kelas IV diketahui pada kelas 41-50 saat siklus I terdapat 4 siswa meningkat menjadi tidak ada. Setelah tindakan siklus II nilai terendah terdapat pada kelas 51-60 sebanyak 3 siswa atau 6%, pada kelas 61-70 sebanyak 15 siswa atau 30%, pada kelas 71-80 sebanyak 26%, dan pada kelas 81-90 sebanyak 6 siswa atau 12%. Dilihat dari nilai rata-rata klasikal siswa juga terdapat peningkatan. Nilai rata-rata klasikal pada siklus I sebesar 64,78 meningkat menjadi 71,98 pada siklus II.
4.
Hubungan Antarsiklus Selama penelitian diperoleh data nilai menulis deskripsi siswa mulai dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Data nilai tersebut dapat disajikan dalam tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Nilai Hasil Menulis Deskripsi Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No
Nilai
No
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Prasiklus 62 61 62 65 44 65 70 71 72 49 47 61 50 38 52 63 53 51 58 49 36 58 60 45 58
Siklus I 65 64 73 71 65 70 73 74 73 55 65 66 54 46 52 66 62 62 64 51 44 64 65 54 64
Siklus II 74 70 77 74 73 73 76 81 76 65 71 73 72 61 68 72 67 58 68 59 58 68 72 61 70
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Prasiklus 63 62 64 63 61 61 48 62 57 63 52 71 61 65 65 65 58 72 61 50 47 58 51 47 65
Siklus I 67 65 71 71 73 66 71 75 64 76 65 73 65 73 67 70 65 73 67 63 47 64 64 52 70
Siklus II 72 70 82 78 79 71 73 81 70 82 72 81 70 77 81 78 78 79 76 72 62 69 74 64 71
Dari tabel 8 dapat diketahui nilai siswa mulai dari prasiklus, siklus I, dan siklus IIdari masing-masing siswa. Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui perkembangan perolehan nilai siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II yang dapat digambarkan pada tabel frekuensi berikut:
Tabel 9. Data Frekuensi Nilai Menulis Siswa nilai
Frekuensi
KATEGORI
31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 Jumlah
prasiklus 2 10 12 22 4 0 50
siklus I 0 4 5 27 14 0 50
siklus II 0 0 3 15 26 6 50
belum tuntas belum tuntas belum tuntas tuntas tuntas tuntas -
Dari tabel 9 dapat diketahui peningkatan nilai siswa pada tiap kelas. Pada kelas 31-40 setelah prasiklus terdapat 2 siswa dan setelah siklus I sudah tidak ada. Di kelas 41-50 yang semula terdapat 10 siswa pada prasiklus meningkat menjadi 4 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi tidak ada pada siklus II. Di kelas 51-60 yang semula terdapat 12 siswa pada prasiklus meningkat menjadi 5 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 3 siswa pada siklus II. Ketiga kelas tersebut merupakan kelas dengan nilai di bawah KKM. Jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM jumlahnya semakin sedikit, hal ini menunjukkan adanya peningkatan ke dalam kelas yang lebih tinggi nilainya. Di kelas 61-70 yang semula terdapat 22 siswa pada prasiklus, meningkat menjadi 27 siswa pada siklus I, dan menjadi menjadi 15 pada siklus II. Di kelas 71-80 terdapat 4 siswa pada prasiklus, meningkat menjadi 14 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 26 siswa pada siklus II. Di kelas 81-90 selama prasiklus dan siklus I belum ada yang memperoleh nilai pada kelas itu, tetapi pada siklus II frekuensinya meningkat menjadi 6 siswa. Dari tabel 9 dapat disajikan ke dalam
bentuk grafik untuk
memudahkan pemahaman terhadap peningkatan nilai siswa dari tiap siklus.
Prasiklus
Siklus I 30
Siklus II
25 20
FREKUENSI
15 10 5 0 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 NILAI
Gambar 8. Grafik Peningkatan Nilai Siswa Tiap Siklus
Dari gambar 8 di atas dapat diketahui nilai yang diperoleh siswa selalu meningkat. Setelah prasiklus nilai terendah berada pada kelas 31-40 sebanyak 2 siswa, dan naik setelah siklus I nilai terendah terletak pada kelas 41-50 sebanyak 4 siswa, setelah siklus II nilai terendah terletak pada kelas 5160 sebanyak 3 siswa. Dari grafik di atas menunjukkan adanya kurva normal, karena pada kelas yang rendah dan kelas yang tinggi memiliki frekuensi yang kecil. Frekuensi siswa yang paling besar terdapat pada kelas 61-70 yang merupakan nilai terbanyak siswa. Berdasarkan tindakan yang dilakukan selama prasiklus, siklus I, dan Siklus II, diperoleh data jumlah siswa yang tuntas KKM 61. Jumlah siswa yang tuntas KKM pada prasiklus sebanyak 26 siswa, pada siklus I sebanyak 41 siswa, dan pada siklus II sebanyak 47 siswa. Dari data tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini: Tabel 10. Persentase Ketuntasan Siswa Tiap Siklus Kriteria Tuntas Belum tuntas Jumlah
prasiklus f % 26 52% 24 48% 50 100%
f 41 9 50
siklus I % 82% 18% 100%
f 47 3 50
siklus II % 94% 6% 100%
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui jumlah ketercapaian ketuntasan pada tiap siklus. Dari tabel 11 pada prasiklus siswa tuntas KKM sebanyak 26 dan siswa belum tuntas sebanyak 24, pada siklus I siswa tuntas KKM sebanyak 41 dan siswa belum tuntas sebanyak 9, pada siklus II siswa tuntas KKM sebanyak 47 dan belum tuntas sebanyak 3. Data persentase peningkatan ketuntasan siswa dapat disajikan dalam grafik berikut ini: 50
94%
45
82%
40 35 30 25
52%
48%
tuntas
20
Belum tuntas
15
18%
10
6%
5 0
Gambar 9. Grafik Persentase Ketuntasan Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan ganbar 10 di atas dapat diketahui persentase ketercapaian siswa pada tiap siklus. Pada prasiklus sebesar 52% siswa tuntas dan 48% siswa belum tuntas KKM. Pada siklus I sebesar 82% siswa tuntas dan 18% siswa belum tuntas KKM. Pada siklus II sebesar 94% siswa tuntas dan 6% siswa belum tuntas KKM. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dari prasiklus menuju ke siklus I dan seterusnya pada siklus II terdapat peningkatan dari segi jumlah siswa yang tuntas KKM.
Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui peningkatan nilai siswa dari nilai rata-rata dapat disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 11. Daftar Nilai Rata-rata Siswa Tiap Siklus Tahap Nilai
Prasiklus Siklus I 57,84 64,78
Siklus II 71,98
Berdasarkan tabel 11 dapat disajikan ke dalam bentuk grafik untuk memudahkan dalam pengamatan, sebagai berikut:
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Tiap Siklus
Peningkatan jumlah ketuntasan siswa terhadap KKM diikuti oleh kenaikan rata-rata nilai kelas secara klasikal dari 57, 84 pada prasiklus, meningkat menjadi 64,78 pada siklus I, dan meningkat menjadi 71, 98 pada siklus II.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan media video dalam pembelajaran menulis deskripsi terbukti dapat meningkatkan kualitas hasil mengarang ditinjau dari aspek isi tulisan, organisasi kata, kosakata, pengembangan bahasa dan mekanik penyusunan tulisan. Pencapaian ketuntasan siswa 52% pada pembelajaran konvensional (biasa) meningkat menjadi 94% pada akhir pembelajaran yang menggunakan media video. Rata-rata nilai siswa secara klasikal selalu mengalami peningkatan. Pada prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 57,84, rata-rata ini naik menjadi 64,78 pada siklus I, dan menjadi 71,98 pada siklus II. Penggunaan media video dapat menarik perhatian dan antusiasme siswa untuk ikut belajar. Terbukti dengan aktifnya siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Penggunaan media video mampu meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
B. Implikasi Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan penggunaan media video dalam pembelajaran menulis. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model siklus. adapun prosedur penelitian terdiri dari dua siklus. siklus I dilaksanakan selama satu minggu untuk menerangkan tentang ciri-ciri dan pengertian paragraf deskripsi. Siklus II dilakukan selama satu minggu untuk mengulang materi menulis deskripsi dengan disertai pembuatan kerangka karangan sebelum menulis karangan. Penggunaan media video antara siklus I dengan siklus II terdapat perbedaan dalam hal frekuensi penyajian. Dalam siklus I video disajikan sebanyak satu kali, dan pada siklus II disajikan sebanyak dua kali.
72
Dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan. Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan pemahaman
siswa tentang
menulis deskripsi. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus pertama sampai kedua. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Pembelajaran dengan penggunaan media video layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan kemampuan menulis siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis dengan penggunaan media video harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini antara lain : 1.
Bagi Guru Peneliti menyarankan kepada para guru untuk mempertimbangkan penggunaan media video pada pembelajaran menulis deskripsi karena dengan penggunaan media video dapat mengubah konsep yang abstrak menjadi kongkrit.
2.
Bagi Siswa Siswa hendaknya ikut berpartisipasi aktif di dalam pembelajaran dengan menggunakan media video, karena selama memperhatikan video membutuhkan konsentrasi yang baik dan suasana kelas yang tenang.
3.
Bagi Sekolah Peneliti menyarankan penggunaan media video sebagai alternatif dalam pembelajaran menulis deskripsi di sekolah dasar. Penggunaan media video dapat mengkongkritkan konsep yang abstrak dan hal ini sangat berguna bagi anak-anak usia sekolah dasar.
Daftar Pustaka
Abdi Saka Dayan. 2009. PTK: Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Metode Karyawisata pada Siswa Kelas V Semester I SDN Maitan 03 Tahun Pelajaran 2008/2009. Pati: FIG
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi. 2002. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang
Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung, Rahardjito. 2002. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Barli Bram. 2002. Write Well Improving Writing Skill. Yogyakarta: Kanisius
Burhan Nurgiantoro. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE
Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video . Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Djago Tarigan, H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa
Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Elita Burhanudin, Hari Wibowo, Irmawati. 2009. Media. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Eric Gould, Robert DiYanni, dan William Smith. 1989. The Act of Writing. USA: Library of Conggress Cataloging in Publication Data.
Gebhardt, Dawn Rodrigues. 1989. Writing Processes and Intentions. Colorado State University Gorys Keraf. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah Henry Guntur Tarigan. 1986. Menulis Sebagai Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press Izzul Hasanah. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi Dengan Teknik Objek Langsung Melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas X Mesin 3 SMK Tunas Harapan Pati. Pati: Asosiasi Guru Penulis Seluruh Indonesia
Ismail Marahimin. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
J.Ch Sujanto. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Ronald T. Kellogg. (2008). Training writing skills: A cognitive developmental perspective. Journal of writing research
M. Atar Semi. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa
Redi Panuju. 2000. Panduan Menulis Untuk Pemula. Jakarta: Pustaka Pelajar
Ronald H. Anderson. 1989. Pemilihan dan Pengembangan Media Media Untuk Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Solehan T.W, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
St. Y. Slamet.2008.Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar.Surakarta:UNS Press
Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Bumi Aksara
Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suparno, Yusuf Mohamad. 2008. Keterampilan Dasar menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Ciputat: Gaung Persada Press
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/kemampuan-individu/ (diakses tanggal 02 Mei 2010)
http://asep.wordpress.com/ (diakses tanggal 15 Februari 2010)
http://digilib.petra.ac.id (diakses tanggal 12 Mei 2010)
http://edu-articles.com/download-jurnal-pendidikan-gratis/ (diakses tanggal 22 Mei 2010)
http://protalkcallminds.wordpress.com/ 2008/11/14/definisi-video-oleh-qulmann/ (diakses tanggal 02 Januari 2010)
http//:www.ptk-indoskripsi.com/14/5/2008/kemampuan-menulis-deskripsi (diakses tanggal 11 Juni 2010)
http://vcdpembelajaran.com/menu.php?mod:pedoman (diakses tanggal 15 Februari 2010)