-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS PENGIMBANGAN FUNGSI OTAK SISWA SEKOLAH DASAR Ririen Wardiani STKIP PGRI PONOROGO
[email protected] Abstract This type of paper is a scienti ic idea to the formulation of the problem: (1) learning how to write a narrative in SD? (2) how the rebalancing based learning brain function? (3) how to write a narrativebased learning step balancing brain function? Through literature review and study domumen obtained a description as follows: (1) learning to write an unwelcome aversion learning to write is not free from the in luence of family environment, society, and the experience of learning to write at school are less motivate and stimulate interest. (2) The balancing of brain function based learning is learning that combines the function of the right brain and the left brain. (3) Step-based balancing brain function through syntagmatic step consists of: lighter emotions, clustering, eksprsesi, edit, display, and remember that. Keywords: learning to write, balancing brain function, learning model
Abstrak Jenis karya tulis ini adalah gagasan ilmiah dengan rumusan masalah: (1) bagaimana pembelajaran menulis narasi di SD? (2) bagaimana pembelajaran berbasis pengimbangan fungsi otak? (3) bagaimana langkah pembelajaran menulis berbasis pengimbangan fungsi otak? Melalui kajian literatur dan studi dokumen diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang tidak disukai. Ketidaksukaan menulis tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga, masyarakat, dan pengalaman pembelajaran menulis di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. (2) Pembelajaran berbasis pengimbangan fungsi otak merupakan pembelajaran yang memadukan fungsi otak kanan dan otak kiri. (3) Langkah pembelajaran menulis berbasis pengimbangan fungsi otak melalui langkah sintagmatik terdiri atas: pemantik emosi, klustering, eksprsesi, sunting, pajang, dan ingat itu. Kata Kunci: pembelajaran menulis, pengimbangan fungsi otak, model pembelajaran
Pendahuluan Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran yang tidak disukai siswa dan pelajaran yang sulit. Hal ini merujuk dari hasil penelitian yang dilakukan Suparno dan Yunus (2008, 14). Hasil penelitian menjelaskan bahwa aspek pelajaran bahasa yang paling tidak disukai murid dan gurunya adalah menulis atau mengarang. Alasannya yang seperti disampaikan oleh Graves (dalam Suparno dan Yunus, 2008, 14) yang menyatakan bahwa seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa menulis dan merasa tidak berbakat menulis. Ketidaksukaan menulis tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis di sekolah yang kurang memotivasi dan memberi ruang untuk berkreativitas. Kurangnya kreativitas di Indonesia tampak pada hasil survei yang dipublikasikan oleh Martin Prosperity Institute dalam Creativity and Prosperity: Global Creativity Index. Indikator kreativitas dilihat dari 3T (Talent, Teknologi, Toleransi). Berdasarkan peringkat Global Creativity Index, kreativitas orang Indonesia menempati peringkat 81 dari 82 yang diteliti (Florida, 2011: 41). Ini menjadi gambaran yang jelas bahwa kreativitas di pendidikan kita masih jauh dari harapan. Padahal kreativitas merupakan hal yang esensi dalam pembelajaran menulis.
487
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Berdasarkan hal tersebut di atas diperlukannya model pembelajaran menulis yang mampu menyelesaikan masalah keterampilan menulis yang menekankan pada bagaimana memperoleh ide, gagasan, pengembangan imajinasi, serta secara teknis bagaimana membangun kemampuan menulis dengan mematuhi kaidah bahasa yang baik dan benar. Model yang diharapkan adalah model yang praktis, bermakna bagi siswa sehingga diminati siswa. Pembelajaran di sekolah sering hanya bersifat linier, analitis, teoretis, logis, kurang memberi ruang kreatif, dan imajinatif. Pembelajaran yang demikian menuntut kerja otak belahan kiri lebih dominan dari pada kerja otak belahan kanan. Otak kanan adalah tempat perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, dan pengembangan kepribadian. Kedua belahan otak itu dalam pembelajaran sebaiknya berfungsi dalam keseimbangan. Jadi konsep belajar mengandung implikasi memfungsikan aspek nalar, logis, maupun kreatif (Semiawan, 2008: 2). Pembahasan 1. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Proses menulis menurut pandangan Tompkins (2008: 7) menyajikan lima tahap, yaitu: (1) pra menulis, (2) pembuatan draf, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) publikasi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draf awalnya. Hernowo (2003:2) mengatakan, menulis merupakan suatu proses mengeluarkan apa saja yang tersimpan dalam diri penulisnya. Modal untuk mampu mengeluarkan ide, gagasan ini tentunya didukung oleh kemampuan memilih genre, retorika, diksi, cara penyajian selain harus membangun emosional dirinya maupun pembacanya. Selain kemampuan bernalar seorang penulis harus mampu mengolah emosi pembaca agar karya tulisnya mempunyai dampak pada pembaca. Hal ini membutuhkan kerja otak yang berimbang. Kondisi, kompetensi, atau kualitas guru sangat berperan dalam mengawal pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dalam melaksanakan pembelajaran menulis di sekolah dasar kualitas guru dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Tipe guru tekstual dan tipe guru kreatif. Tipe guru tekstual adalah guru yang terpaku pada buku teks, guru kreatif adalah guru yang luwes, inovatif dalam melaksanakan pembelajaran menulis. Apersepsi guru belum dimaksimalkan untuk menciptakan suasana senang dan gembira. Guru dalam mengajar sering menggunakan teknik dengan cara memberikan ceramah, penjelasan secara satu arah. Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran menulis guru cenderung berfokus pada penggunaan ejaan, penggunaan huruf besar, tanda baca. Masalah evaluasi dalam menulis guru menggunakan kisi-kisi yang belum jelas. Berkaitan dengan kondisi siswa, peneliti juga mengategorikan menjadi dua yakni siswa yang kreatif dan siswa yang belum kreatif. Siswa yang kreatif adalah siswa yang aktif dalam komunikasi saat pembelajaran. Siswa yang mempunyai usulan saat guru memberi kesempatan sumbang saran dalam mendiskusikan topik atau tema tulisan. Siswa yang belum kreatif lebih cenderung mengikuti alur pembelajaran, siswa ini belum berani menyampaikan usulan atau ide tulisan. 2. Pembelajaran Menulis Berbasis Pengimbangan Fungsi Otak Pengetahuan bahwa otak kanan dan kiri memiliki fungsi yang berbeda, menimbulkan implikasi dan menginspirasi banyak teori pendidikan. Secara umum diketahui bahwa otak kiri 488
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
mengontrol sisi kanan tubuh sedang otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh. Corpus Callosum berperan penting sebagai jembatan antara kedua hemisfer otak. DePorter dan Hernacki (2008:36) mengungkapkan bahwa proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Otak kiri berdasarkan realitas mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikir sesuai untuk tugas-tugas teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi audiotorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Untuk belahan otak kanan cara berpikirnya bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi. Untuk proses pendidikan, lebih jauh Shahib (2005: 29), mengusulkan suatu Whole Brain Learning, yaitu konsep pendidikan yang memadukan fungsi otak kanan dan otak kiri. Untuk pengimbangan kecenderungan terhadap otak kiri, perlu dimasukkan musik dan estetika dalam pengalaman belajar dan memberikan umpan balik positif. Semua itu menimbulkan efek positif bagi diri sendiri. Emosi yang positif mendorong ke arah kekuatan otak yang mengarah kepada keberhasilan (DePorter & Hernacki, 2009:38). Pembelajaran yang ramah pada otak menurut Hanson (2009:2) harus memperhatikan 4 prinsip utama untuk mengaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Empat prinsip tersebut adalah Safety, Respect, Novelty, dan Memory. Safety adalah ruang kelas harus aman, mampu memunculkan rasa kepedulian dan saling percaya sebelum pembelajaran. Respect adalah anak-anak akan berkembang dengan baik bila kombinasi gaya belajar mereka yang unik dihargai dan mendapat dukungan. Novelty adalah aktivitas yang menantang, menarik, dan baru memunculkan kondisi emosional yang positif sehingga kondisi pembelajaran dapat memunculkan ikatan dan kesempatan belajar yang murni. Memory adalah memasuki dan membangun memori yang telah ada berpengaruh terhadap pembelajaran yang murni dan dapat menjaga memori yang baru. 3. Langkah Pembelajaran Menulis Berbasis Pengimbangan Fungsi Otak Berdasarkan pandangan Bruce Joyce, dkk. (2009; 88-90) model pembelajaran yang dipilih oleh guru dianjurkan sesuai dengan gaya belajar siswa. Guru sebaiknya mengenal bagaimana siswa belajar. Paparan Joyce dalam mengenalkan model-model pembelajaran dikaji dalam kegiatan langkah yang disesuaikan dengan cara belajar siswa berbasis pengimbangan fungsi otak dengan whole brain atau global learning. Selain itu juga memerhatikan tahapan proses menulis yang terdiri atas pra penulisan, pembuatan draf, revisi, penyuntingan, dan publikasi. Berikut dipaparkan tentang sintagmatik, sistem sosial, prinsip relasi, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan dampak pengiring model pembelajaran menulis berbasis pengimbangan otak. Berdasarkan tahapan tersebut, di bawah ini dijelaskan bagaimana tahapan pelaksanaan pembelajaran menulis berbasis pengimbangan fungsi otak. Sintagmatik dalam pembelajaran menulis berbasis pengimbangan fungsi otak ini, langkah-langkah pembelajaran berikut ini.
489
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Langkah Pembelajaran Menulis Berbasis Pengimbangan Fungsi Otak No Langkah Kegiatan 1 Pemantik Emosi Fase ini memberikan perangsang penemuan ide dengan pengondisian kelas dan emosi siswa. Pemantik emosi dengan pengaktifan otak kanan. Kegiatan dengan otak kanan akan menimbulkan motivasi, mengolah emosi. Hal ini bertujuan untuk membuat koneksi antar kedua belahan otak. Sumber akuisisi ini dapat berupa diskusi, peralatan visual, stimulan lingkungan, pengalaman praktis, manipulatif, video, re lektif, proyek kelompok, berpasangan. Fase akuisisi ini hakikatnya mencari, mengumpulkan, mengoneksikan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya sebagai modal yang berguna untuk menambah wawasan dalam proses menulis. Hal-hal yang bisa dilakukan dalam tahap akuisisi di antaranya adalah menghadirkan gambar-gambar hidup yang konkret dalam pembelajaran. 2 Clustering Fase ini merupakan kelanjutan dari pemantikan ide dengan mengelompokkan ide dalam bentuk cluster yang berupa bulkonah (bulatan kotak dan panah) ataupun dalam bentuk lain yang mengoneksikan kegiatan otak kanan dan kiri dengan simbol, tanda, dan warna. Kegiatan ini dominasi otak kanan. 3 Ekspresi Fase ini adalah fase penulisan draf berdasarkan pada proses clustering. Pemantikan dan clustering sangat memberikan masukan untuk tahap penulisan ini. Otak yang lebih dominan pada tahap ini adalah otak kiri. 4 Sunting Fase ini merupakan fase yang didominasi oleh otak kiri yang mengaturnya, otak kanan tetap dengan daya intuitifnya yang mampu memengaruhi pada kegiatan editing yakni kegiatan menyunting, mengevaluasi. 5 Pajang Fase ini merupakan pemampangan hasil. Ibarat usaha ini adalah usaha akhir dari semua proses yang dilalui. Tahap pajang ini merupakan kegiatan publikasi yang dapat dilakukan dengan berbagai cara yakni memberikan efek seni. 6 Ingat Itu Tahap terakhir yang merupakan kegiatan penguatan agar senantiasa mengingat apa yang telah dilakukan, dan akan mengulang dengan menyenangkan. Simpulan Pembelajaran yang menyenangkan, yang merangsang imajinasi dan kreativitas sebagai modal dasar menulis belum dimaksimalkan. Terbatasnya penggunaan media yang merangsang multi-sensoris, metode yang aktif, serta pendampingan yang fungsional belum banyak dilakukan. Paradigma guru serta manajemen sekolah secara umum memerlukan tambahan informasi tentang konsep prestasi. Kondisi tersebut akan dapat diperbaiki dengan model pembelajaran yang inovatif. Model yang mampu memfasilitasi semua anak baik yang berpikir dengan dominasi otak kanan ataupun otak kiri. Tahapan pembelajaran menulis berbasis pengimbangan fungsi otak terdiri atas: pemantik emosi, clustering, ekspresi, sunting, pajang, ingat itu. Pembelajaran dengan mengedepankan pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang ramah otak, pembelajaran yang menekankan pada pengimbangan fungsi otak kanan dan fungsi otak kiri. Diharapkan pembelajaran ini mampu membuat siswa lebih merasa nyaman, senang, bermakna, dan fungsional. Kondisi yang diharapkan siswa mampu menulis dengan baik. 490
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Daftar Pustaka DePoter Bobbi & Mike Hernacki. 2008. Quantum Learning Bandung: Kaifa Florida, Richard. 2011. Creativity and Prosperity: The Global Creativity Index. Martin Prosperity Institute. Hanson, Anne. 2009. Brain-Frendly Strategies for Developing Student Writing Skill Second Edition. USA: Corwin Press. Hernowo, 2003. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC. Joyce, Bruce, dkk. 2009. Models of Teaching. Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Semiawan, Conny R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks Shah, Carolin.et.al 2011. “Neural Correlates of Creative Writing An fMRI Study. Human Brain Mapping. Germany: Wiley Periodicals, Inc. Shahib, MN. 2005. Pendidikan Berbasis Kompetensi Menuju Invensi. Bandung: Gema Media Pusakatama Sousa, David A. 2012. Bagaimana Otak Belajar. Jakarta: Indeks. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta : Al habeta. Suparno dan Muhammad Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Tompkins, Gail.E. 2008. Teaching Writing Balancing Process and Product. New Jersey: Pearsion Education.Inc.
491