PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PPKn Amani Sri Marhaeni E. dan John Sabari
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan motivasi beraktivitas peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperarif model examples non examples. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas VIII A SMP N 2 Godean Sleman yang berjumlah 32 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif untuk hasil prestasi belajar dan data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata nilai pada: (1) tahap awal adalah 61,38 oleh 4 orang (12,5%) peserta didik yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM, 75); (2) siklus I menjadi 73,03 oleh 13 orang (40,63%) peserta didik yang mencapai KKM; dan (3) siklus II menjadi 81,78 oleh 30 orang (93,75%) peserta didik telah mencapai KKM. Sementara itu, peserta didik yang belum mencapai KKM ada 2 orang (6,22%). Untuk hasil motivasi beraktivitas pada peserta didik terjadi peningkatan: (1) pada prasiklus terdapat 1 orang (3,13%) peserta didik yang aktif; (2) siklus I terdapat 2 orang (6,25%) peserta didik yang aktif; dan (3) pada siklus II terdapat 25 orang (78,13%) peserta didik yang aktif dan telah memenuhi indikator kinerjanya sebesar 75% peserta didik sangat aktif mengikuti pembelajaran. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, model examples non examples, prestasi belajar PPKn.
This research aims to improve students’ learning achievement and creativity motivation using cooperative learning method with examples non examples model. This research is conducted on 32 students of class VIII SMP N 2 Godean Sleman. Data are analyzed using quantitative analysis to the results of learning achievement and qualitative. Results of this study show the average value in: (1) pre-cycle, there are 61.38 by 4 students(12.5%) who achieve a minimum completeness criteria (KKM, 75); (2) 1st cycle, there are 73.03 by 13 students (40.63%) who achieve KKM; and 2nd cycle become 81.78 by 30 students (93.75%) who have achieved KKM. Meanwhile, there are still 2 students (6.22%) who have not reached KKM yet. For the results of students’ activity motivation increased: (1) in pre-cycle, there is just 1 student (3.13%); (2) then, in 1st cycle there are 2 students (6.25%); and (3)become 25 students (78.13%) in 2nd cycle and It has met its performance indicator amounted to 75% of very actively students in learning participation. Keywords: cooperative learning, examples non examples model, PPKn learning achievement.
Amani Sri Marhaeni E. adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta dan John Sabari adalah pengajar Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta.
171
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
PENDAHULUAN Tahun 2013, Kurikulum 2013 diberlakukan seiring dengan perkembangan Indonesia yang semakin mengglobal, dan ternyata perubahan ini pun berdampak sangat besar terhadap respon peserta didik. Banyak peserta didik yang sulit mengubah cara belajar mereka yang sudah terbiasa menerima untuk belajar mandiri. Perubahan ini belum maksimal. Kurikulum 2013 ini sebenarnya adalah penyempurnaan dari kurikulum lama, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Kurikulum 2013 terjadi perubahan yang sangat besar saat mengajar, yang awalnya berpusat pada guru (teacher oriented) beralih pada peserta didik (student oriented). Peserta didik diberi kebebasan untuk mandiri, kreatif, dan mampu mengembangkan dirinya selaras dengan perkembangnan emosi dan keadaannya. Ternyata, perubahan ini menghasilkan prestasi yang kurang maksimal karena peserta didik tidak mampu menguasai konsep secara menyeluruh dengan pendekatan baru ini. Kegagalan pembelajaran tidak hanya pada perubahan ini saja tetapi juga karena suasana belajar yang tidak kondusif, orang tua yang kurang berpartisipasi, sarana/prasarana yang tidak memadai, metode pembelajaran yang tidak tepat serta penampilan guru yang monoton menjadikan peserta didik jenuh dan tidak terpacu kreativitasnya. Selain itu, selama ini peserta didik SMP N 2 Godean juga pasif hanya menerima apa yang diberikan guru. Termasuk pada mata pelajaran PPKn yang merupakan salah satu mata pelajaran yang komplek dengan materi yang luas dan beragam. Hal itu bisa diketahui dari hasil ulangan harian, dari 32 peserta didik yang mendapat nilai 75 baru 4 orang (12,5%). Ini disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal dan berarti 28 peserta didik (87,5%) belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal inilah yang menjadi pemicu peneliti untuk mencoba mengubah karakter yang pasif untuk bisa menjadi lebih aktif dan memiliki keberanian dan kemampuan sehingga nantinya diharapkan menjadi peserta didik yang kreatif dan berprestasi maksimal. Di sini, peneliti mencari jalan pemecahan dari permasalahan tersebut dengan mencoba mengimplementasikan pembelajaran kooperatif dengan model examples non examples agar peserta didik lebih mudah memahami konsep-konsep dalam pelajaran PPKn. Pembelajaran Kooperatif menurut Jollife (2007: 3) adalah “essence cooperatif learning requires to work together in small groups to support each other to improve their own learning and that of others”. Dalam pembelajaran kooperatif menurut Jollife tersebut membutuhkan arahan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil agar saling mendukung untuk meningkatkan pembelajaran mereka. Selanjutnya, Cohen (2004: 3) berpendapat, “cooperatif learning can allow all students to work together, each student experiencing the role of teacher and of learner and each student modelling recognition of and respect for many different skills and learning styles”. Menurutnya, pembelajaran kooperatif memungkinkan semua peserta didik bekerja sama, setiap peserta didik mengetahui dengan jelas peran guru dan peserta didik serta setiap mereka memahami model penghargaan terhadap kemampuan dan gaya belajar yang berbeda.
172
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dikenal sejak lama, di mana pada masa itu guru mendorong para peserta didik untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran dengan teman sebaya, di sini sudah terlihat guru tidak lagi mendominasi dalam proses belajar mengajar, para peserta didik dituntut untuk berbagi informasi dan saling membantu dengan temannya (Warsono dan Haryanto, 2013:160). Sementara itu, Slavin mengatakan bahwa “in cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher” (1995). Dari kata-kata tersebut dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah untuk menguasai pelajaran. Pembelajaran kooperatif juga dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive) (Djahiri dalam Isjoni, 2007:19). Dengan demikian, berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan usaha bersama untuk saling membantu antara yang satu dan yang lain dalam belajar serta memastikan setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Model examples non examples merupakan tipe pembelajaran yang menggunakan contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007: 12). Selanjutnya, examples non examples juga dapat dijelaskan sebagai salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh (Kusuma, 2008). Hal ini bertujuan agar sumber informasi belajar dan berpikir peserta didik tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu dalam kelas. Selain itu, dapat meningkatkan minat di antara peserta didik dan mendorong kegiatan belajar, mengingat, mengulang yang telah mereka katakan. Model examples non examples juga menekankan belajar dalam kelompok heterogen yang saling membantu satu dan lain. Guru perlu mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel yang sesuai dengan materi bahan ajar yang berguna untuk menganalisis suatu konsep yang ada (Suyatno, 2009: 73). Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif model examples non examples merupakan suatu pembelajaran yang menekankan kerja sama untuk memecahkan masalah melalui gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar. Model examples non examples digunakan untuk mengajarkan definisi konsep dengan dua hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu definisi konsep yang ada. Examples memberikan gambaran sesuatu yang menjadi contoh dari suatu materi yang sedang dibahas dan non examples memberikan gambaran sesuatu yang bukan contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dari hal tersebut diharapkan akan dapat mendorong peserta didik untuk menuju pemahaman yang lebih mendalam mengenai materi yang ada.
173
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
Sementara itu, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2013: 3). Selanjutnya, motivasi juga dikatakan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat dirasakan mendesak (Sardiman, 2014: 87). Maerh & Meyer dalam Jere Brophy (2010: 3) mengatakan bahwa: ” motivation is a theoretical construct used to explain the initiation, direction, intensity, persistence, and quality of behavior, especially goal-directed behavior”. Menurutnya, motivasi merupakan suatu dorongan/keinginan yang kuat untuk berbuat sesuatu agar terpenuhi kebutuhannya menuju perubahan yang lebih baik.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Godean Sleman, dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIIIA SMP N 2 Godean Sleman tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 peserta didik, terdiri dari 18 orang perempuan dan 14 orang laki-laki. Penelitian ini direncanakan mulai dari bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Januari 2015. Kelas VIII A dipilih sebagai kelas yang diteliti karena peserta didik kelas tersebut adalah heterogen, latar belakang sosial peserta didik beragam, seperti pendidikan dan pekerjaan orang tua yang beraneka ragam serta lingkungan rumah yang sangat berbeda. Namun, yang paling penting adalah prestasi yang kurang maksimal. Penelitian ini dilakukan setiap hari Kamis pada waktu pelajaran PPKn. Penelitian ini mengacu pada siklus Kemmis dan MC. Taggart, dengan dua siklus dengan masing-masing siklus menggunakan empat kegiatan tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, tiap siklus 2 tatap muka. Desain pembelajaran direncanakan dengan prosedur: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila 75% peserta didik terlibat sangat aktif dalam pembelajaran dan nilai rata-rata kelas peserta didik dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yakni 75.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil tes yang dilakukan sebelum pembelajaran kooperatif tipe examples non examples diterapkan menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang dicapai peserta didik sebesar 61,38. Hal ini berarti rata-rata nilai berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditentukan, yaitu 75 dengan ketuntasan klasikal baru sebesar 12,5 % karena dari 32 peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimal baru 4 peserta didik, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
174
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
Tabel 1. Hasil Test Pratindakan/Pra-siklus Nilai 84 76 72 68 64 60 52 48 44 40 Jumlah
Jumlah Peserta Didik 1 3 6 2 7 4 1 2 2 4 32
Jumlah Total Nilai 84 228 432 136 448 240 52 96 88 160 1964
Rata- rata
61,38
Sementara itu, nilai peserta didik pada siklus I seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Hasil Tes Siklus I Nilai 83 80 75 73 70 65 63 Jumlah
Jumlah Peserta Didik 1 6 6 11 1 5 2 32
Jumlah Total Nilai 83 480 450 803 70 325 126 2337
Rata-rata
73,03
Dari tabel di atas dapat dilihat, dari 32 peserta didik yang sudah mendapat nilai 75 atau lebih sebanyak 13 orang. Hal ini berarti yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal baru 13 orang atau 40,63 % dan rata-rata secara klasikal baru 73,38. Dari hasil yang didapat pada siklus I tersebut ada kenaikan 28,13 % dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II. Pada tabel di bawah ini terlihat bahwa dari 32 peserta didik yang belum mendapat nilai 75 sebanyak 2 orang atau 6,25% sedang peserta didik yang sudah mendapat nilai 75 atau lebih sebanyak 30 orang atau sebanyak 93,75% dengan rata-rata 81,59. Hal ini berarti telah memenuhi harapan peneliti karena rata-rata kelas sudah mencapai 75 dan telah sesuai dengan indikator kinerja yang dari awal sudah peneliti tetapkan. Tabel 3. Hasil Tes Prestasi Siklus II Nilai 95 90 85 83
Jumlah peserta didik 1 6 4 3
Jumlah Total Nilai 95 540 340 249
Rata-rata
175
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
80 78 75 70 63 Jumlah
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
9 3 4 1 1 32
720 234 300 70 63 2611
81,78
Pembahasan Dari semua data yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa sebelum pelaksanaan tindakan dengan setelah pelaksanakan tindakan terjadi kenaikan hasil pembelajaran, baik dilihat dari hasil tes maupun hasil non tes. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Pra-siklus, Siklus I, dan Siklus II Nilai
100 95 90 86 85 84 83 82 81 80 78 76 75 73 72 70 68 65 64 63 60 52 48 44 40 JML
Pra siklus Jml RataJml total rata sisw nilai nilai 1 84 61,38 3 228 6 432 2 136 7 448 4 240 1 52 2 96 2 88 4 160 32 1964
Siklus I Jml Jml total sisw nilai 1 83 6 480 6 450 11 803 1 70 5 325 2 126 32 2337
Ratarata nilai
73.03
Siklus II Jml Jml peserta total didik nilai 1 95 6 540 4 340 3 249 9 720 3 234 4 300 1 70 1 63 32 2617
Ratarata nilai
81,78
Pada tabel di atas dapat dilihat dari 32 peserta didik, pada prasiklus/sebelum tindakan yang belum mencapai nilai 75 ada 28 orang atau 87,5% 176
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
sedangkan yang telah mencapai nilai 75 atau lebih baru ada 4 orang atau 12,5% dengan hasil rata-ratanya 61,38. Sementara itu, pada siklus I yang belum mencapai nilai 75 ada 19 orang atau sebanyak 59,37% sedangkan peserta didik yang sudah mencapai nilai 75 atau lebih ada 13 orang atau 40,63 % dengan hasil rata-rata sebesar 73,03. Selanjutnya, untuk siklus II, peserta didik yang belum tuntas atau belum mencapai nilai 75 sebanyak 2 orang atau 6,25 % sedangkan peserta didik yang sudah mencapai nilai 75 atau lebih sebanyak 30 orang atau 93,75 % dengan rata-rata nilai sebesar 81,59. Dengan demikian, apabila dibandingkan antara pra-siklus, siklus I, dan siklus II, rata-rata hasilnya mengalami peningkatan dari 61,38 pada pra-siklus menjadi 73,03 pada siklus I dan 81,59 pada siklus II. Jumlah peserta didik yang telah tuntas pun mengalami peningkatan, dari pra siklus yang hanya 4 orang, meningkat menjadi 13 orang pada siklus I dan 30 orang pada siklus II. Data untuk motivasi beraktifitas peserta didik pada pra-siklus/pratindakan hanya ada 1 orang yang sangat aktif atau 3,13%, sementara peneliti mengharapkan sebanyak 75% peserta didik sangat aktif dalam aktifitas belajar, sedangkan yang aktif hanya ada 16 orang dan cukup aktif ada 15 orang. Pada siklus I ada sedikit peningkatan yang aktif ada 30 orang dan 2 orang masuk kategori sangat aktif atau 6,25% dan kondisi ini belum memenuhi kriteria. Pada siklus II dapat dilihat adanya peningkatan, yang aktif ada 7 orang sedangkan yang sangat aktif ada 25 orang atau 78,13%. Kondisi ini sudah sesuai harapan peneliti yakni peserta didik 75 % terlibat sangat aktif dalam pembelajaran. Lebih lengkapnya dapat dilihat di bawah ini. Tabel 5. Pengamatan Motivasi Beraktifitas Peserta Didik Pra-siklus, Siklus I, dan Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Kode Nama Peserta Didik AD AR AA AY AW AH CA DW DF DC EN FA GW IN IH LN MM MR
Pra-siklus Skor Katetotal gori 10 CA 10 CA 13 A 10 CA 9 CA 13 A 12 A 13 A 11 A 12 A 10 CA 10 CA 9 CA 11 A 8 CA 12 A 12 A 13 A
Siklus I Skor Katetotal gori 11 A 13 A 14 A 13 A 13 A 16 SA 15 A 14 A 15 A 14 A 12 A 12 A 11 A 14 A 11 A 15 A 15 A 14 A
Siklus II Skor Katetotal Gori 16 SA 15 A 16 SA 16 SA 16 SA 17 SA 16 SA 17 SA 17 SA 17 SA 16 SA 17 SA 16 SA 15 A 16 SA 18 SA 17 SA 18 SA
Ket.
177
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
MS NH NA NI NL NH PP RH RD SK SW YK YW YJ
9 16 10 12 10 10 12 8 9 12 11 9 13 9
CA SA CA A CA CA A CA CA A A CA A CA
Kategori : 1 – 5 = Kurang Aktif ( KA ) 6 – 10 = Cukup Aktif ( CA )
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
13 17 14 14 13 14 14 11 12 14 14 11 15 12
A SA A A A A A A A A A A A A
15 19 17 17 16 15 16 15 17 16 17 15 19 15
A SA SA SA SA A SA A SA SA SA A SA A
11 – 15 = Aktif ( A ) 16 – 20 = Sangat Aktif ( SA )
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagai bagian akhir maka di sini disampaikan bahwa motivasi beraktifitas dapat meningkat sesuai indikator kinerja dengan ketentuan 75% peserta didik sangat aktif dalam pembelajaran,setelah mendapat pembelajaran kooperatif dengan model examples non examples, terbukti ada peningkatan yang awalnya pada pra tindakan/pra siklus peserta didik yang sangat aktif hanya 3,13% kemudian meningkat menjadi 6,25% pada siklus I dan lebih meningkat lagi pada siklus II yang sangat aktif dalam pembelajarann mencapai 78,13%. Sedang prestasi belajar meningkat sesuai indikator kinerja dengan ketentuan nilai rata-rata kelas mencapai 75, setelah menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model examples non examples terbukti nilai rata-rata kelas peserta didik pada pra siklus/pra tindakan adalah 61,38, setelah melaksanakan siklus I ada peningkatan menjadi 73,03 dan pada siklus II dapat mencapai rata-rata kelasnya 81,87. Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran kooperatif model examples non examples dapat meningkatkan motivasi beraktifitas dan prestasi belajar peserta didik. Saran 1. Bagi Pengembangan Keilmuan di bidang Ilmu Pendidikan dan Keguruan. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan tentang pembelajaran PPKn dengan metode examples non examples yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. 2. Bagi Peserta didik Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman peserta didik dalam menerapkan metode examples non examples dalam pembelajaran PPKn. 3. Bagi Guru
178
Jurnal Sosialita, Vol. 1, No. 2, November 2014
Marhaeni E. dan Sabari, Pembelajaran Kooperatif
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam menggunakan metode examples non examples sebagai alternatif metode pembelajaran PPKn. 4. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran PPKn, khususnya menyangkut aspek motivasi dan prestasi belajar PPKn.
DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 2010. Siapa Bilang Aku Lemah. Jakarta: PT Karya Kita. Brophy, Jere. 2010. Motivating Students to Learn. Routledge Taylor and Francis Group: New York and London. Dahlan, MD. 1990. Model-model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro. Hamzah. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johnson & Johnson. 1994. Cooperative Learning in TheClasssroom. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development. Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories An Educational Perspektive. Boston MA: Pearson educational, Inc, publishing as Allyn & Bacon 501 Boylston Street. Sundawa, Dadang. 2008. Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Supriyono, Agus. 2013. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
179