Pembelajaran BAHASA JEPANG
MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
KATA PENGANTAR
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ii
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 A.
Latar Belakang......................................................................................... 1
B.
Tujuan .................................................................................................... 2
C.
Ruang Lingkup ........................................................................................ 3
D. Landasan Hukum ..................................................................................... 3 BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK..................................... 5 A.
Prinsip .................................................................................................... 5
B.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Bahasa Jepang............................ 6
C.
Model Pembelajaran dalam Bahasa Jepang ................................................ 8 1.
Pembelajaran berbasis Discovery Learning ........................................... 8
2.
Pembelajaran Berbasis Proyek ..........................................................11
3.
Pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL) .........................14
D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Jepang ..............................18 BAB III
BAB IV
ANALISIS KOMPETENSI .................................................................................22 A.
Kompetensi ............................................................................................22
B.
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa);...........................................................................................23
PENUTUP .....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................32
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan
perlu
melakukan
perencanaan
pembelajaran,
pelaksanaan
proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus. Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik, bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
2
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat. Pemerintah
melalui
surat
edaran
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.637 wajib melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik. Mata pelajaran Bahasa Jepang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran bahasa asing lainnya. Perbedaan ini terletak pada penggunaan huruf yaitu hiragana, katakana dan kanji. terutama pada pemahaman terhadap lambang huruf dan kata serta pelafalannya, misalnya kata asli bahasa Jepang harus ditulis dengan menggunakan huruf hiragana, contoh: nihon tulisannya にほん sedangkan
kata-kata
asing dalam bahasa jepang harus ditulis dengan huruf katakana, Contoh: knife tulisannya ナイフ. Selain itu Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan kemampuan guru melalui workshop dan bimbingan teknis terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, mengembangkan materi pembelajaran,
mengembangkan
langkah
pembelajaran
serta
merancang
dan
melaksanakan penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku. Selanjutnya untuk memfasiltasi
guru
Bahasa
Jepang
secara
individual
dan
kelompok
dalam
mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya Direktorat PSMA menyusun
naskah
model
pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
dan
menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masingmasing mata pelajaran.
B.
Tujuan Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
pelajaran
Bahasa Jepang dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah ini bertujuan untuk: ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
1.
3
Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan kompetensi dasar.
2.
Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.
Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus. Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
4.
C.
Merancang penilaian autentik.
Ruang Lingkup Ruang lingkup buku ini terdiri atas:
D.
1.
Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2.
Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Bahasa Jepang
3.
Penilaian Autentik dalam pembelajaran Bahasa Jepang
4.
Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
Landasan Hukum 1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
4.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
6.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
7.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
8.
4
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum
9.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum 11. Peraturan lain tentang kurikulum 2013 yang berlaku
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A.
Prinsip Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan,
sasaran
pembelajaran
mencakup
pengembangan
domain
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masingmasing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, aktivitas
menghayati,
dan
mengamalkan.
Pengetahuan diperoleh
melalui
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta.
Keterampilan
mencoba,
menalar,
diperoleh melalui aktivitas
menyaji,
mengamati,
menanya,
dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut
berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual
maupun
menggunakan menggunakan model
kelompok. Pendidik disarankan untuk
pembelajaran
antara lain model inkuiri,
discovery, problem, dan projek. Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satusatunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
berbasis
konten
menjadi
pembelajaran
berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan
keterampilan
mental
(softskills);
(9)
pembelajaran
yang
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
5
6
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
mengutamakan
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar
sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
B.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Bahasa Jepang Pembelajaran sintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran tersebut tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, tetapi proses pembelajaran dipandang sangat penting. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui berbagai kegiatan, yaitu mengamati,
menanya,
mengeksplor/mengumpulkan
informasi/mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Sesuai dengan karakteristik bahasa sebagai alat komunikasi, pembelajaran bahasa tidak hanya mempelajari ilmu bahasa yang terkait dengan gramatika, tatacara membaca atau menulis saja, tetapi harus merefleksikan kompetensi sikap berbahasa yang santun, cara berfikir ilmiah, dan keterampilan berbahasa yang komunikatif baik lisan maupun tulisan, baik aktif maupun pasif melalui keterampilan mendengar, berbicara,
membaca
pembelajarannya
dan
berbasis
menulis. tema,
Untuk
artinya
mata
pelajaran
pembelajaran
Bahasa
melalui
Jepang,
tema
yang
dipergunakan untuk memahami struktur teks, unsur kebahasaan, unsur budaya yang terdapat dalam teks. Pendekatan pembelajaran saintifik dalam Bahasa Jepang dapat dilakukan sebagai berikut; 1. Kegiatan mengamati dilakukan dengan memaksimalkan panca indra dengan cara melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
7
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya. Contoh: Peserta didik mengamati gambar/video sikap tubuh orang-orang yang bersalaman atau menyimak percakapan memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang 2. Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas. Contoh: Peserta didik mendiskusikan kapan, dengan siapa, apa yang mereka katakan saat mereka melakukan salaman yang ada pada gambar/video yang ditampilkan. Dan bagaimana cara melafalkan intonasi huruf/kata dalam bahasa Jepang yang sesuai dengan karakter dan lambang hurufnya. 3. Mencoba Peserta didik mencoba memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang, mulai dengan mengulang
kalimat,
melengkapi
percakapan
yang
rumpang,
sampai
memperkenalkan diri dengan beberapa teman di kelas. 4. Mengasosiasi Kegiatan mengasosiasi dalam bahasa Jepang, peserta didik membandingkan memperkenalkan diri dalam bahasa dan budaya Indonesia dengan bahasa dan budaya Jepang, dan menarik kesimpulan persamaan dan perbedaannya. Dapat juga membandingan huruf yang ditulis dengan (romaji, hiragana, katakana dan kanji), dalam kata, frasa, kalimat atau paragraf yang memiliki pelafalan yang hampir mirip. 5. Mengomunikasikan Dalam pembelajaran bahasa Jepang kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan dengan cara antara lain bermain peran, atau game, atau interview, atau information gape atau melafalkan/membaca suatu wacana yang ditulis dalam bahasa dan huruf Jepang, yaitu hiragana, katakana, dan/atau kanji. Kegiatan ini
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
8
dapat juga dilakukan dengan membuat kata, atau frasa, dan/atau kalimat dalam bahasa dan huruf Jepang.
C.
Model Pembelajaran dalam Bahasa Jepang Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jepang sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, antara lain Discovery Based Learning, Project Based Learning, dan Problem Based
Learning.
1. Pembelajaran berbasis Discovery Learning Discovery learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkahlangkah operasionalnya adalah sebagai berikut. a. Menciptakan stimulus Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan kontroversi. Pada tahap ini, misalnya, peserta didik mengamati fakta tentang beberapa teks deskripsi. Kemudian, diberi fakta lain tentang paparan jati diri penulis dan daftar riwayat hidup seseorang yang ada pada kompetensi dasar sebelumnya. Dari segi informasi kedua teks tersebut terlihat hampir sama namun memiliki genre yang berbeda. Dengan demikian, peserta didik termotivasi untuk mencari tahu lebih lanjut tentang fakta dan fenomena tersebut dengan membaca dari berbagai sumber atau mempertanyakan kepada pendidik. Selanjutnya peserta didik dihadapkan pada teks dengan genre yang sama namun bervariasi dalam fungsi sosial dan unsur kebahasaan sehingga membangkitkan rasa penasaran (curiosity). Tahapan ini dilanjutkan dengan tidak memberi generalisasi kepada peserta didik agar timbul keinginan mereka untuk mencari tahu alasan penulis atau penutur menggunakan unsur kebahasaan yang berbeda. Sehingga peserta didik dapat mengetahui perbedaan fungsi sosial dari teks-teks tersebut. Disamping itu, guru ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
9
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
menyiapkan instruksi-instruksi yang jelas untuk penugasan dalam setiap tahapan. Selain
itu,
pendidik
dapat
memulai
kegiatan
pembelajaran
dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Ketika memberikan stimulus, guru dapat menggunakan teknik bertanya, dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian, peserta didik terlibat secara aktif dalam bereksplorasi b. Menyiapkan pernyataan masalah Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Kemudian peserta memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat. Dalam pembelajaran teks narratif, guru memberikan contoh dalam bentuk cerita bergambar. Peserta didik ditugaskan mencari teks lain dengan ciri-ciri (generic structure) yang sama dengan cerita bergambar yang disajikan. Peserta didik merumuskan pernyataan masalah misalnya “semua teks naratif memiliki alur cerita orientasi, komplikasi dan resolusi”, atau “semua teks naratif menggunakan tata bahasa bentuk lampau (past
tense)”. c. Mengumpulkan data/mencoba Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan masalah tersebut. Dalam hal ini informasi yang dikumpulkan berfungsi untuk contoh
teks
narratif.
membuktikan
Pembuktian
ini
pernyataan masalah dalam
dapat
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan (collecting) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
dan
sebagainya.
Dengan
demikian,
peserta
didik
secara
aktif
menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan permasalahan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
10
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
yang dihadapi. d. Mengolah Data Tahap keempat,
peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi
yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan. e. Memverifikasi data Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. f.
Menarik kesimpulan Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan proses
generalisasi
yang
menekankan
pentingnya
penguasaan
materi
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain: a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi; b. jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
11
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya; c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman; d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan pembelajaran. Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain: a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya; b. menguatkan
pengertian,
ingatan,
dan
transfer
pengetahuan
karena
pemerolehannya bersifat pribadi; c. menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa penyelidikan dan berhasil; d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan dengan keecepatannya sendiri; e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan melibatkan akal dan motivasinya; f.
membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;
g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan kegiatannya; h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis; i.
dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;
j.
kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari berbagai jenis sumber belajar.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
12
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut: a. Menentukan pertanyaan mendasar. Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang relevan untuk para peserta didik sesuai dengan Penyiapan
pertanyaan
dapat
dilakukan
diawal
tuntutan kompetensi. semester
agar
dapat
merancang kegiatan selanjutnya, misalnya “Bagaimana bahasa dan budaya Jepang dapat dipertahankan hingga masa kini”. b. Mendesain perencanaan proyek Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. c. Menyusun Jadwal Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: 1. membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, 2. membuat deadline penyelesaian proyek, 3. membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, 4. membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan 5. meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
13
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas peserta didik. e. Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. f.
Mengevaluasi kegiatan/pengalaman Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.
Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan untuk mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain: a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga proyek tidak memakan waktu terlalu lama; b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di laboratorium; c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol; d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek. Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain: a.
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.
b.
mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
14
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
c.
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis;
d.
mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumber daya;
e.
memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
f.
melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan
yang
dimiliki
dan
kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. g.
membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun guru menikmati proses pembelajaran.
3. Pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL) a. Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada masalah. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang akan dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh pendidik serta menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu: 1) tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri, 2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan, 3) selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
15
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan 4) selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ideidenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Semua peserta didik diberi peluang untuk berperan serta pada penyelidikan dan menyampaikan ideide mereka. b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model
Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Dalam memecahkan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan
sharing antaranggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dan masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsipprinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok
untuk
menjaga
kinerja
dan
dinamika
kelompok
selama
pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasilhasil
penyelidikan
ini
dapat
menghasilkan
penyelesaian
terhadap
permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas peserta didik selama penyelesaian proyek. Pengawasan dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah proses monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
16
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan pemecahan masalah. Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Setelah
peserta
didik
mengumpulkan
cukup
data
dan
menentukan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka mulai merumuskan hipotesis, penjelasan, dan pemecahan masalah. Esensi
dari tahap
ini adalah
guru
mendorong peserta
didik
untuk
menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil karyanya dan pendidik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, Guru lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai” atau
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
17
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
pemberi umpan balik. e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase
ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut. 1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual, guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk
pengetahuan
prosedural Project Based Learning dan Problem Based Learning. 2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan
Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan Project Based Learning. 3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2) Berikut contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi pengetahuan dan keterampilan. Dimensi Pengetahuan
Dimensi Keterampilan Abstrak
Konkrit
Faktual
Discovery Learning
Discovery Learning
Konseptual
Discovery Learning
Discovery Learning
Discovery Learning
Discovery Learning Problem Based Learning
Prosedural
Problem Based Learning
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
18
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
Dimensi Keterampilan
Dimensi Pengetahuan
Metakognitif
Abstrak
Discovery Learning Project Discovery Learning Project Based Based Learning Learning Problem Based Learning
D.
Konkrit
Problem Based Learning
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Jepang Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Bahasa Jepang merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Bahasa Jepang harus dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik secara terpadu. Penilaian autentik dalam pembelajaran Bahasa Jepang sebagai berikut; 1. Penilaian Kompetensi Sikap Pengumpulan informasi terkait sikap peserta didik pada pembelajaran bahasa Jepang dilakukan dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal, disesuaikan dengan karakteristik KD pada KI-1 dan KI-2. Penilaian sikap dilaksanakan pada saat kegiatan belajar berlangsung, dimulai dari proses mengamati,
menanya,
mengeksplor
data,
mengasosiasi,
sampai
mengkomunikasikan hasil pembelajarannya. Penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Inti 1 dan 2, dengan Kompetensi Dasar 1.1, 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
19
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pengumpulan informasi terkait pencapaian pengetahuan peserta didik dilakukan melalui tes dengan teknik tes tertulis dan pemberian tugas. Pengetahuan bahasa Jepang terakumulasi pada Kompetensi Inti 3, dengan Kompetensi Dasar 3.1, 3,2, 3.3, dan 3.4. Pengetahuan bahasa Jepang terdiri dari kosa kata, struktur kalimat (unsur kebahasaan), ungkapan –ungkapan yang mempresentasikan budaya setempat (unsur budaya). Kosa kata dikembangkan dari mulai cara melafalkan dan menulis karena terdapat perbedaan antara pelafalan dan penulisan, selanjutnya digabung menjadi kalimat dengan tata bahasa Jepang. Kosa kata, struktur bahasa (unsur kebahasaan) dipelajari dalam satu kesatuan utuh berbentuk wacana lisan dan tulisan yang diikat oleh tema yang berbeda pada setiap semester. Tema yang dipelajari dimulai dari Identitas Diri, Kehidupan Sekolah, Kehidupan Keluarga, Kehidupan
Sehari-hari,
Kegiatan
Waktu
Senggang
dan
Wisata.
Penilaian
kompetensi pengetahuan dalam bahasa Jepang termasuk juga pemahaman terhadap lambang huruf dan kata dan pelafalannya, misalnya kata asli bahasa Jepang harus ditulis dengan menggunakan huruf hiragana, contoh: tsukue tulisannya つくえ.
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pengumpulan informasi terkait keterampilan berbahasa Jepang dalam bentuk penyusunan teks lisan dan tulisan sederhana diukur dengan teknik tes praktik, melalui unjuk kerja, unjuk karya (produk). Penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Inti 4, yang terdiri dari KD 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Instrumen penilaiannya dilengkapi dengan rubrik, seperti contoh berikut ini: Contoh: Rubrik penyusunan teks lisan. Penilaian penyusunan teks lisan terdiri dari lima kriteria yaitu Ketuntasan tugas sesuai tujuan ( タ ス ク 達 成 ), Struktur wacana ( 談 話 構 造 ) Kefasihan (流暢さ), penggunaan kosa kata (語彙), Penggunaan tata bahasa (文法)Pelafalan (発音)dari masing-masing kriteria adalah :
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
20
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
Rubrik Ketuntasan tugas sesuai tujuan(タスク達成) Skor
Kriteria
4
jika semua tugas tuntas dengan sangat baik dan sesuai tujuan
3
jika semua tugas tuntas, tetapi ada sebagian kecil yang salah namun tetap sesuai tujuan
2
jika Sebagian besar tugas tuntas, namun banyak kesalahan sehingga tidak sesuai dengan tujuan
1
Sebagian besar tugas tidak tuntas, banyak kesalahan sehingga tidak sesuai dengan tujuan.
Rubrik Struktur wacana (談話構造) Skor
Kriteria
4
jika penyampaian dengan struktur wacana sangat runut dan mudah dipahami
3
jika penyampaian dengan struktur yang cukup runut dan bisa dipahami
2
jika penyampaian kurang runut sehingga agak sulit dipahami
1
jika penyampaian tidak runut sehingga tidak bisa dipahami
Rubrik Kefasihan (流暢さ), Skor
Kriteria
4
jika penyampaian dilakukan dengan sangat lancar
3
jika ada penyampaian yang dilakukan dengan agak kurang lancar, namun makna dapat dipahami
2
jika penyampaian dilakukan tersendat-sendat, sehingga makna kurang dipahami
1
jika penyampaian sangat tersendat-sendat, sehingga makna tidak dapat dipahami
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
21
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
Rubrik Kosa kata (語彙) Skor
Kriteria
4
jika dapat menggunakan kosa kata dengan sangat leluasa dan benar
3
jika dapat menggunakan kosa kata dengan cukup leluasa dan benar
2
jika dapat menggunakan kosa kata terbatas, dan ada beberapa yang salah
1
jika dapat menggunakan kosa kata yang sangat terbatas
Rubrik Penggunaan tata bahasa (文法) Skor
Kriteria
4
jika dapat menggunakan tata bahasa dengan leluasa sesuai kondisi
3
jika dapat menggunakan tata bahasa yang sering digunakan sesuai kondisi
2
jika hanya dapat menggunakan tata bahasa sederhana
1
jika dapat terdapat kesalahan mendasar dalam tata bahasa
Rubrik Pelafalan (発音) Skor
Kriteria
4
jika pelafalan sangat baik dan sangat mudah dipahami
3
jika pada pelafalan cukup baik, namun ada sedikit kesalahan namun tak mengubah makna
2
jika banyak kesalahan pada lafal, namun mengganggu pemahaman makna
1
jika banyak kesalahan pelafalan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
BAB III ANALISIS KOMPETENSI
A.
Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan kompetensi dasar. Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai berikut. Tabel 3: Kompetensi Inti kelas X Dimensi Sikap
Kualifikasi Kemampuan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
22
23
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut; Tabel 4: Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII Kompetensi
B.
Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan
3.
Keterampilan
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa); Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum dapat digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
24
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
Penjelasan Bagan 1; 1. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai berikut; a.
KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though
curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung (direct teaching) kepada peserta didik. b.
KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religious dan sikap social yang harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)
c.
Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara utuh atau terpadu.
Untuk mencapai kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), dalam setiap pembelajaran kompetensi dasar (KD) dikembangkan menjadi indicator pencapain kompetensi (IPK) sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. Contoh hasil pengembangan IPK; KD 3.1 Memahami cara menyapa, berpamitan, mengucapkan terimakasih,meminta maaf, meminta izin, memberi instruksi dan memperkenalkan diri serta cara meresponnya terkait topik identitas diri (じこしょうか い) dan kehidupan sekolah( がっこうのせいかつ) dengan ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
IPK Pengatahuan 3.1.1 Mengidentifikasi ujaran-ujaran (kata,frasa dan kalimat) yang didengar 3.1.2 Menentukan kata,
IPK Keterampilan 4.1.1 Melafalkan ucapan salam dan identitas diri berupa kata, frasa yang benar 4.1.2 Menyatakanungkapan salam
dan
identitas
25
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
KD
IPK Pengatahuan
memperhatikan unsur kebahasaan ,struktur teks dan unsur budaya yang sesuai konteks penggunaannya
frasa, atau kalimat tentang ungkapan salam dan identitas diri sesuai dengan kondisi.
IPK Keterampilan diri.
2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media a.
Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus
b.
Sumber/Alat/media; jika hasil kajian analisis memiliki perbedaan dengan yang tercangtum di salabus, maka dilakukn peneyesuain dengn hasil kajian (sesuai karakteristik materi pemeblajaran)
3. Pengembangan Materi Pembelajaran Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan KD-3. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang sudah tercantum di silabus atau buku sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta menggunakan sumber lain yang relevan
dengan
sudut
pandang
yang
berbeda.
Pengembangan
materi
pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus atau buku, serta kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan). Guru juga harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik materi yang sudah tercantum dalam buku maupun pengembangan dengan menggunakan sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan muatan local yang mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi kekinian yang sedang menjadi pembicaraan. Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang berisi nilai-nilai kepramukaan antara lain bertaqwa, disiplin, kerja keras, cerdas dan terampil, serta gotong-royong, untuk diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat kegaiatan kepramukaan yang terjadwal. Contoh aktualisasi Bahasa Jepang dalam kegiatan kepramukaan; Membuat nama-nama tanaman obat ditulis dalam huruf Katakana atau Hiragana yang ada di lingkungan sekolah.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Dalam kegiatan ini diterapkan
26
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
pemahaman dan peningkatan ketaqwaan dengan mensyukuri anugrah Tuhan dengan berbagai tanaman, serta dapat melatih kecerdasan dan keterampilan berfikir dan bertindak. Selain itu juga materi dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS). Misalnya a.
cara menulis kosa kata dalam bahasa jepang ditulis dengan huruf latin dan cara menulis kata asing dan kata asli Jepang dengan menggunakan huruf Hiragana dan Katakana (LOTS).
b.
membuat synopsis yang ditulis dalam bahasa dan/atau huruf Jepang dari suatu teks yang disajikan dalam bahasa Indonesia (LOTS).
4. Pengembangan kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sudah tercantum di silabus sesuai dengan hasil kajian terhadap materi pembelajaran dikaitkan dengan hasil kajian terhadap KI-2 dan KI-2. Kegiatan pembelajaran terdiri atas; mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. a.
Kegiatan pendahuluan yang berisi antara lain kegiatan penyiapan peserta didik secara fisik dan psikis, motivasi, dan pembahasan pengetahuan prasyarat.
b.
Kegiatan
inti
mencakup
kegiatan
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan panca indra, antara lain melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau menyimak. Contoh: Peserta didik mengamati gambar/video sikap tubuh orang-orang yang bersalaman atau menyimak percakapan memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
27
Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas. Contoh: Peserta didik mendiskusikan kapan, dengan siapa, apa yang mereka katakan saat mereka melakukan salaman yang ada pada gambar/video yang ditampilkan. Mencoba Contoh: Peserta didik mencoba memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang, mulai dengan mengulang kalimat, melengkapi percakapan yang rumpang, sampai memperkenalkan diri dengan beberapa teman di kelas. Misalnya untuk mengucapkan ungkapan salam; あいさつ 「おはようございます、 こんにちは、こんばんは」 Mengasosiasi Peserta didik membandingkan memperkenalkan diri dalam bahasa dan budaya Indonesia dengan bahasa dan budaya Jepang, dan menarik kesimpulan persamaan dan perbedaannya.
Mengomunikasikan
Peserta didik mengoomunikasikan hasil diskusi yang membandingkan antara bahasa dan budaya Jepang dengan Indonesia. Kelima kegiatan tersebut di atas, tidak harus terjadi dalam satu kali pertemuan, tetapi setiap pertemuan fokus kepada kegiatan mana yang akan dilakukan disesuaikan dengan karakteristik materi atau IPK. Contoh; Jika dalam satu RPP terdapat 3 (tiga) kali pertemuan, maka ada kemungkinan sebagai berikut;
pertemuan pertama fokus kepada kegiatan mengamati dan menanya,
pertemuan kedua fokus kepada menanya, mengumpulkan informasi, dan mengasosiasi
pertemuan ketiga fokus kepada kegiatan mengomunikasikan.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
28
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
c.
Kegiatan Penutup berisi antara lain kegiatan menyimpulkan, refleksi, atau informasi pembelajaran selanjutnya.
5. Mengembangkan rencana penilaian yang mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. a.
Contoh Penilaian Sikap Indikator perkembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun 1) BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas 2) MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada
usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten 3) MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang
usaha sungguh-
cukup sering dan mulai
ajeg/konsisten 4) MK (menjadi kebiasaan) jika menunjukkan adanya sungguh
usaha sungguh-
dalam menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan
ajeg/konsisten Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No
Nama Siswa
Tanggug jawab B T
M T
M B
M K
Peduli B T
1. 2. 3. 4. 5. ... Keterangan 1
BT= kurang
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
M T
M B
PD M K
B T
M T
Santun M B
M K
B T
M T
M B
M K
29
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
2
MT= sedang
3
MB= baik
4
MK= sangat baik
Contoh Lembar Pengamatan dan kinerja presentasi mengenai sikap saat diskusi dan presentasi
LEMBAR PENGAMATAN PRESENTASI/DIALOG Mata Pelajaran
: Bahasa Jepang
Kelas/Program : X/IBB
4
2. 3. 4. Keterangan pengisian skor 4. = Sangat tinggi 3. = Tinggi 2. = Cukup tinggi 1. = Kurang
Presentasi Kelompok Aspek: 1. Penguasaan Isi 2. Teknik Bertanya/ Menjawab 3. Metode Penyajian ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
4
3
24
Presentasi
juml
Kerja sama
4
Peduli
4
Tanggung Jawab
Marta
Kinerja Presentasi
4
Isi
1.
Nama Siswa
Disiplin
No
Kejujuran
Observasi
Jumla h Skor
3
3
10
Ke terang an
: ……………
Visual
Kompetensi
30
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
Contoh Penilaian Pengetahuan; a.
Teknik : Tes Tertulis dan Tugas
b.
Bentuk : Isian, uraian, dan portofolio
Rancangan Tes Tulis Indikator Soal KD 3.1 Disajikan gambar salam Peserta didik dapat menentukan ungkapan salam sesuai gambar Peserta didik dapat melengkapi percakapan tentang identitas diri
Peserta didik dapat mengisi data identitas diri (nama,nomor telpon, daerah asal, suku bangsa, tempat tinggal).
Penilaian =
Bentuk
Skor Penilaian
No Soal
Isian
1 - 5
Skor 2 apabila benar Skor 1 apabila kurang benar
Uraian terbatas
6 - 10
Skor 3 apabila kalimat tanya yang dibuat dengan struktur yang benar dan bermakna Skor 2 apabila hanya sebagian strukturnya benar Skor 1 apabila struktur sedikit yang benar.
Uraian Terbatas
11 - 15
Skor 2 apabila benar Skor 1 apabila kurang benar
Jumlah perolehan skor x 100 Jumlah skor max
Contoh Penilaian Kompetensi Keterampilan; Berbicara (Identitas diri)
Indikator Pelafalan Intonasi Isi Penggunaan kata bantu, ungkapan
Penilaian =
Skor 3
Baik
2
Kurang baik
1
Tidak baik
3
Tepat
2
Kurang tepat
1
Tidak tepat
Jumlah perolehan skor x 100 Jumlah skor max
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kriteria
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
BAB IV PENUTUP
Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin kegiatan pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya, semakin tidak efektif kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal. Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dan langkah-lamgkah pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya. Berdasarkan hasil analisis dikembangkan materi pembelajaran, alternative kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus dan buku.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
31
Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman. Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty. Educational Policy, 12, 525-541. http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education Harding,
Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press. S.
(1998).
Feminisms,
and
Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.
RI
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2014). Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta
UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003 No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
32