Pembelajaran PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN
MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
KATA PENGANTAR
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ii
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A.
Latar Belakang......................................................................................... 1
B.
Tujuan .................................................................................................... 2
C.
Ruang Lingkup ........................................................................................ 3
D. Landasan Hukum ..................................................................................... 3 BAB II
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK...................................... 4 A.
Prinsip Pembelajaran dan Penilaian ........................................................... 4
B.
Pembelajaran Saintifik dalam Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan ... 5
C.
Model Pembelajaran dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.......13 1.
Model Pembelajaran Discovery Learning .............................................13
2.
Model Pembelajaran Project Based Learning .......................................16
3.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).............................18
4.
Model Pembelajaran Inkuiri (Inquairy) ................................................21
D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan ..........23
BAB III
BAB IV
1.
Penilaian Sikap .................................................................................24
2.
Penilaian Pengetahuan ......................................................................27
3.
Penilaian Ketrampilan........................................................................30
ANALISIS KOMPETENSI ................................................................................. 34 A.
Kompetensi ............................................................................................34
B.
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa); ....................................................................................35
PENUTUP...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 47
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menyebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran
menantang, memberikan
berlangsung
memotivasi peserta ruang
yang cukup
secara interaktif, didik bagi
untuk
prakarsa,
inspiratif,
menyenangkan,
berpartisipasi kreativitas,
dan
aktif,
serta
kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran, menyebutkan bahwa Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus. ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
2
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik, bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat. Pemerintah
melalui
surat
edaran
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.633 wajib melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik. Selain itu Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan kemampuan guru melalui workshop dan bimbingan teknis terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, mengembangkan materi pembelajaran,
mengembangkan
langkah
pembelajaran
serta
merancang
dan
melaksanakan penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku. Selanjutnya untuk memfasiltasi guru Bahasa Prakarya dan Kewirausahaan secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya Direktorat PSMA menyusun naskah model pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran.
B.
Tujuan Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata
pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan memafaatkan buku sumber yang ada. Secara khusus naskah ini bertujuan: 1.
Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan kompetensi dasar.
2.
Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.
Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
4.
3
Mengembangkan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik berdasarkan kegiatan pembelajaran dari silabus.
5.
C.
Merancang penilaian autentik.
Ruang Lingkup Ruang lingkup naskah ini terdiri atas: 1.
Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2.
Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
D.
3.
Penilaian Autentik dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
4.
Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
Landasan Hukum 1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
4.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
6.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
7.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum
9.
Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 156928/MPK.A/KR/2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013
10. Peraturan lain tentang Kurikulum 2013 yang berlaku ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A.
Prinsip Pembelajaran dan Penilaian Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghayati,
dan
mengamalkan.
Pengetahuan diperoleh
menghargai,
melalui
aktivitas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun
kelompok. Pendidik disarankan untuk menggunakan menggunakan model
pembelajaran antara lain model inkuiri, discovery, problem, dan projek. Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satusatunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran
berbasis
konten
menjadi
pembelajaran
berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan
mengutamakan
keterampilan
mental
(softskills);
(9)
pembelajaran
yang
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
4
5
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. (2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. (3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. (4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses
oleh
semua
pihak.
(5)
Akuntabel,
berarti
penilaian
dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. (6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
B.
Pembelajaran Saintifik dalam Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998). Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
6
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan
keterampilan
proses
sains
adalah
model
pembelajaran
yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992). Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari ide
atau
gagasan,
sehingga
secara
bertahap
siswa
belajar
bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990). Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
7
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian (penemuan). Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi
dan
eksperimen,
kemudian
memformulasi
dan
menguji
hipotesis.
Sebenarnya apa yang kita bicarakan dengan metode ilmiah merujuk pada: (1) adanya fakta, (2) sifat bebas prasangka, (3) sifat objektif, dan (4) adanya analisa. Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme untuk memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Pendekatan ilmiah ini memerlukan langkah-langkah pokok: 1.
Mengamati
2.
Menanya
3.
Mengumpulkan Informasi
4.
Mengasosiasi
5.
mengomunikasikan
mengam ati
menanya
mengum pulkan informasi
mengaso siasi
Mengomu nikasikan
Gambar 2.1. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar Prakarya dan Kewirausahaan sebagai berikut: 1. Mengamati Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan bagi ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
8
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
peserta didik untuk secara luas dan bervariasi melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik
untuk
melakukan
pengamatan,
melatih
mereka
untuk
memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pembelajaran
mata pelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan pengamatan dapat dilakukan terhadap hal- hal sebagai berikut, contoh:
jenis bahan dasar tekstil,
alat tekstil,
limbah tekstil tekstil,
jenis bahan dasar limbah tekstil tekstil,
alat pengolah limbah tekstil tekstil
Kegiatan mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya: surat kabar, video, gambar, grafik, bagan, dsb. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkahlangkah seperti berikut ini.
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alatalat tulis lainnya.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
9
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
(mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan namanama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdot dapat berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanik dapat berupa berupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
2. Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kegiatan menanya dapat mengembangkan kompetensi kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat dimana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai
sumber
yang
beragam.
Jika
peserta
didik
merasa
kesulitan
mengemukakan pikiran dan gagasannya, guru dapat mengajukan pertanyaan yang dapat menjadi inspirasi bagi peserta didik. Pertanyaan guru dimaksudkan untuk membimbing dan memandu peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Misalnya:
Apa yang dapat saya peroleh melalui pembelajaran
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
10
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
prakarya dan kewirausahaan? Kerajinan apa saja yang dapat dijadikan prakarya dan kewirausahaan? Berikut fungsi bertanya dalam pembelajaran:
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,
dan
memberi
jawaban
secara
logis,
sistematis,
dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Mendorong
partisipasipeserta
didik
dalam
berdiskusi,
berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
3. Mengumpulkan Data/Mengeksplorasi Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif. Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat
peserta
didik
temukan,
namun
sampai
pada
bagaimana
cara
mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini adalah “explorative learning”.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
11
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Dalam hal ini peserta didik menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar. Peta Konsep yang dikembangkan menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang : (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memperoleh pengalaman yang bermakna. Mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar autentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar dari pada pada materi pelajaran. Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Peserta didik menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog. Disamping itu peserta didik menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran
informasi
dalam
bentuk
grafik,
tabel,
diagram
serta
mempresentasikan gagasan yang dimiliki. Melalui
kegiatan
mengumpulkan
data
(eksplorasi)
peserta
didik
dapat
mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu-ilmu sosial, serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Peserta didik juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
12
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
4. Mengasosiasi/Menalar/Mengolah Informasi Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Informasi tersebut menjadi dasar bagi
kegiatan
berikutnya
yaitu
memeroses
informasi
untuk
menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Kegiatan ini dapat mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Mengasosiasi adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan Mengasosiasi sering juga disebut menalar. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
5. Mengomunikasikan Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok. Mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, grafik, atau perilaku. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/atau unjuk kerja.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
13
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
C.
Model Pembelajaran dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, antara lain Discovery Based Learning, Project Based Learning, Problem
Based Learning, dan Inquairy.
1. Model Pembelajaran Discovery Learning Discovery learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkahlangkah operasionalnya adalah sebagai berikut. a.
Menciptakan stimulus Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan kontroversi. Disamping itu, guru menyiapkan instruksi-instruksi yang jelas untuk penugasan dalam setiap tahapan. Selain itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan.
Ketika
memberikan
stimulus,
guru
dapat
menggunakan teknik bertanya, dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian, peserta didik terlibat secara aktif dalam bereksplorasi b.
Menyiapkan pernyataan masalah Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Kemudian peserta memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat.
c.
Mengumpulkan data/mencoba Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik mengumpulkan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
14
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan masalah tersebut. Pembuktian ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (collecting) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik secara aktif
menemukan
pengetahuan
baru
yang
berhubungan
dengan
permasalahan yang dihadapi. d.
Mengolah Data Tahap keempat,
peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi
yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan. e.
Memverifikasi data Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f.
Menarik kesimpulan Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain: a.
secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
15
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi; b.
jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya;
c.
pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman;
d.
perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan pembelajaran.
Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain: a.
membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya;
b.
menguatkan
pengertian,
ingatan,
dan
transfer
pengetahuan
karena
pemerolehannya bersifat pribadi; c.
menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa penyelidikan dan berhasil;
d.
memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan dengan keecepatannya sendiri;
e.
menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan melibatkan akal dan motivasinya;
f.
membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;
g.
membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan kegiatannya;
h.
mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis;
i.
dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;
j.
kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari berbagai jenis sumber belajar.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
16
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
2. Model Pembelajaran Project Based Learning Pembelajaran
berbasis
proyek
(PBL)
merupakan
metode
belajar
yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan
baru
berdasarkan
pengalamannya
dalam
beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah operasionalnya sebagai berikut: a.
Menentukan pertanyaan mendasar. Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang relevan untuk para peserta didik sesuai dengan Penyiapan
pertanyaan
dapat
dilakukan
diawal
tuntutan kompetensi. semester
agar
dapat
merancang kegiatan selanjutnya. b.
Mendesain perencanaan proyek Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c.
Menyusun Jadwal Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: 1.
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
2.
membuat deadline penyelesaian proyek,
3.
membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4.
membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
5.
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
d.
17
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas peserta didik.
e.
Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f.
Mengevaluasi kegiatan/pengalaman Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.
Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan untuk mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain: a.
peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga proyek tidak memakan waktu terlalu lama;
b.
dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di laboratorium;
c.
pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;
d.
perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
18
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain: a.
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.
b.
mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;
c.
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis;
d.
mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumber daya;
e.
memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta sumbersumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
f.
melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan
yang
dimiliki
dan
kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. g.
membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun guru menikmati proses pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a.
Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada masalah. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang akan dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh pendidik serta menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu: 1) tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri, 2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
19
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan, 3) selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan 4) selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Semua peserta didik diberi
peluang
untuk
berperan
serta
pada
penyelidikan
dan
menyampaikan ide-ide mereka. b.
Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model
Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Dalam memecahkan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan
sharing antaranggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dan masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsipprinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok
untuk
menjaga
kinerja
dan
dinamika
kelompok
selama
pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasilhasil
penyelidikan
ini
dapat
menghasilkan
penyelesaian
terhadap
permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas peserta didik selama penyelesaian proyek. Pengawasan dilakukan dengan ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
20
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah proses monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. c.
Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan pemecahan masalah. Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Setelah
peserta
didik
mengumpulkan
cukup
data
dan
menentukan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka mulai merumuskan hipotesis, penjelasan, dan pemecahan masalah. Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. d.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
21
berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil karyanya dan pendidik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, Guru lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai” atau pemberi umpan balik. e.
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase
ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
4. Model Pembelajaran Inkuiri (Inquairy) Langkah-langkah pembelajaran inkuiri sebagai berikut: a.
Orientasi Guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran inkuiri sosial sangat tergantung pada kamauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah; tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapam orientasi ini adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.; (b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan; dan (c) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
22
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Poses mencarl jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman
yang
sangat
berharga
sebagai
upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
(a)
masalah
hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. (b) masalah yang dikaji adaIah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. dan (c) konsepkonsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terilebih dahulu oleh siswa. c.
Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah (dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan memerlukan
intelektual.
motivasi
Proses
yang
kuat
pengumpulan dalam
belajar,
data akan
bukan tetapi
hanya juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
23
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e.
Menguji Hipotesis Proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan banya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f.
Merumuskan kesimpulan Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gongnya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
D.
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
24
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran. Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut; 1.
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not
apart from instruction), 2.
Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3.
Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4.
Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
1. Penilaian Sikap Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
25
Jurnal adalah catatan pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal dapat memuat penilaian siswa terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria penilaian jurnal adalah sbb: a.
Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting.
b.
Sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.
c.
Menggunakan format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
d.
Dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap peserta didik secara kronologis.
e.
Memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan komunikatif.
f.
Format pencatatan memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap peserta didik
g.
Menuntun guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan harian. Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal. Penilaian antarteman adalah penilaian yang dilakukan terhadap sikap seorang peserta didik oleh seorang peserta didik lainnya dalam suatu kelas atau rombongan belajar. Penilaian ini merupakan bentuk penilaian untuk melatih peserta didik menjadi pembelajar yang baik. Instrumen sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan diukur. Kriteria penilaian antar teman adalah sbb: a.
Indikator dapat dilakukan melalui pengamatan oleh peserta didik
b.
Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana
c.
Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
26
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
d.
Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik
e.
Kriteria penilaian yang digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda
f.
Indikator menunjukkan
sikap peserta didik dalam situasi yang nyata atau
sebenarnya g.
Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
h.
Memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukkan penguasaan satu kompetensi peserta didik
i.
Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur
j.
Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level terendah sampai kemampuan tertinggi.
Penilaian sikap pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan mencakup kompetensi inti 1 (sikap spiritual), kompetensi inti 2 (sikap social), kompetensi dasar sikap spiritual dan kompetensi dasar sikap social. Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar sikap spiritual dan sosial sebagai berikut: Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Kompetensi
Prilaku
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menghayati Menghayati, Bersyukur keberhasilan dan dan kegagalan Mengamalkan wirausahawan dan keberagaman produk kerajinan di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan
2. Menghayati, mengamalkan perilaku jujur, disiplin,tangg ung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
2.1 Menunjukkan Menunjukkan motivasi internal dan , peduli lingkungan Menghayati, dalam menggali dan informasi tentang keberagaman produk Mengamalkan kerajinan dan kewirausahaan di wilayah setempat dan lainnya.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
peduli,
jujur,
percaya diri,
mandiri,
bekerjasama ,
toleransi,
disiplin,
27
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
santun, 2.2 Menghayati perilaku responsif dan jujur, percaya diri, proaktif dan dan mandiri dalam menunjukkan memperkenalkan sikap sebagai karya kerajinan di bagian dari wilayah setempat solusi atas dan lainnya dan berbagai menerapkan permasalahan wirausaha. dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Kompetensi
Prilaku
bertanggung jawab,
kreatif, dan
inovatif
2.3 Menghayati sikap bekerjasama, gotong royong, bertoleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif, dan inovatif dalam memahami kewirausahaan dan membuat karya kerajinan di wilayah setempat dan lainnya dengan memperhatikan estetika produk akhir untuk membangun semangat usaha.
2. Penilaian Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
28
penskoran. Tes uraian mampu memberikan multi jawaban yang memiliki nilai kebenaran yang sama. Tes uraian menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi, atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian pengetahuan dilakukan oleh guru secara berkelanjutan, ulangan harian yang terintegrasi dengan proses pembelajaran, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada kelas XI (tingkat 5) dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah, ujian tingkat kompetensi pada akhir kelas XII (tingkat 6) yang dilakukan melalui UN dan Ujian Sekolah. Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan. Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Kriteria Tes lisan adalah sbb: a.
Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai.
b.
Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada.
c.
Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengkontruksi jawabannya sendiri.
d.
Pertanyaan disusun dari
pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang
komplek. Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan karakteristik tugas. Kriteria penugasan adalah sbb: a.
Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
b.
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
c.
Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
29
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
d.
Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
e.
Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
f.
Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara kelompok.
g.
Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota.
h.
Tugas harus bersifat adil (tidak bias gender atau latar belakang sosial ekonomi).
i.
Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
j.
Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
Penilaian
pengetahuan
pada
pembelajaran
Prakarya
dan
Kewirausahaan
mencakup kompetensi inti 3 (pengetahuan), kompetensi dasar pengetahuan. Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar pengetahuan sebagai berikut: Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
3. Memahami, 3.1 Mengidentifikasi menerapkan, desain produk menganalisis dan pengetahuan pengemasasan faktual, karya kerajinan konseptual, tekstil prosedural berdasarkan berdasarkan konsep rasa berkarya ingintahunya dengan tentang ilmu pendekatan pengetahuan, budaya teknologi, setempat dan seni, budaya, lainnya. dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi
Materi Pokok
Mengidentifikasi ,
Pengertian desain produk dalam kerajinan tekstil dengan berbagai teknik konstruksi Aneka karya kerajinan tekstil Fungsi karya kerajinan tekstil Unsur estetika dan ergonomis karya kerajinan tekstil Motif ragam hias pada kerajinan tekstil Teknik pembuatan benda kerajinan tekstil Pengemasan karya kerajinan tekstil
Memahami, Menerapkan, dan Menganalisis
Desain dan
30
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Kompetensi
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Materi Pokok pengemasan produk tekstil
3. Penilaian Ketrampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Tes Praktik diperlukan penyusunan rubrik penilaian, rubrik tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut: a.
Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid).
b.
Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c.
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi).
d.
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
e.
Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
f.
Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.
Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
31
oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dalam penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru, yaitu:
Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Orisinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan. Penilaian ketrampilan juga dapat dilakukan melalui penilaian portofolio. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
32
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
secara
berkelompok,
memerlukan
refleksi
peserta
didik,
dan
dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan keterampilan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri. Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, kumpulan hasil karya mereka dalam menyusun makalah sejarah yang menggambarkan perkembangan kemampuannya untuk menyusun karya ilmiah secara benar. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio. Penilaian ketrampilan pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan mencakup kompetensi inti 4 (ketrampilan), dan kompetensi dasar 4 (ketrampilan). Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar ketrampilan sebagai berikut: ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
33
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
4.1 Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi Mengolah, Menalar, dan Menyajikan
Konten Desain produk dan pengemasa n karya kerajinan
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
BAB III ANALISIS KOMPETENSI
A.
Kompetensi Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan kompetensi dasar. Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA sebagai berikut. Tabel 3.1. Standar Kompetensi Lulusan Kualifikasi Kemampuan
Dimensi Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi keenam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relelevan bagi kelas X sesuai Peraturan Menteri
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
34
35
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut. Tabel 3.2. Rumusan Standar Kompetensi Inti Kelas X Deskripsi Kompetensi
Kompetensi Sikap Spiritual Sikap Sosial
Pengetahuan
Keterampilan
B.
1. Menghayati dianutnya
dan
mengamalkan
ajaran
agama
yang
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa); Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum dapat digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
36
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Gambar 3.1 KI dan KD dalam silabus maupun buku Penjelasan Bagan 1; 1. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai berikut; a.
KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though
curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung (direct teaching) kepada peserta didik. b.
KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial yang harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)
c.
Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara utuh atau terpadu.
Untuk
mencapai
pembelajaran
ke-empat
dikembangkan
kompetensi indikator
tersebut, pencapain
dalam
setiap
kompetensi
kegiatan
(IPK)
yang
menggambarkan karakteristik, ciri-ciri, perbuatan, atau respon yang harus ditunjukkan
atau
dilakukan
oleh
peserta
didik
dan
digunakan
sebagai
penanda/indikasi pencapaian kompetensi dasar. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran.
Indikator
pencapaian
kompetensi
dapat
dirumuskan
dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
37
2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media a.
Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus
b.
Sumber/Alat/media; jika hasil kajian analisis memiliki perbedaan dengan yang tercangtum di salabus, maka dilakukn peneyesuain dengn hasil kajian (sesuai karakteristik materi pemeblajaran)
3. Pengembangan Materi Pembelajaran Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan KD-3. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang sudah tercntum di silabus sesuai dengan karakteristik peserta didik. Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan).Dalam penjabaran materi pembelajaran tetap diperlukan untuk melihat linierisai dengan kompetensi inti keempat (keterampilan). Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: a.
kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
b.
kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
c.
kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan
d.
kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.
Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Dalam penyusunan indikator pencapaian kompetensi perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
38
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
a.
Indikator
dirumuskan
dengan
kata
kerja
operasional
yang
terukur,
didalamnya terdapat dua unsur, yaitu tingkat kompetensi dan konten (pengetahuan dan keterampilan); b.
Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus;
c.
Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target pencapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik dan daya dukung sekolah dan lingkungannya;
d.
Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan;
e.
Tingkat kompetensi pada aspek pengetahuan adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevalasi, dan mengkreasi;
f.
Tingkat kompetensi pada aspek keterampilan adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta, dan
g.
Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai kompetensi dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan.
Contoh pengembangan indikator pencapaian kompetensi mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. a.
Kompetensi Spiritual Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan 1.1 Menghayati mengamalkan keberhasilan dan ajaran agama kegagalan yang dianutnya wirausahawan dan keberagaman produk kerajinan di wilayah setempat dan lainnya sebagai anugerah Tuhan
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Indikator Pencapaian Kompetensi Bersyukur atas keberhasilan dan keberagaman produk kerajinan
39
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
b. Kompetensi Sosial Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
1. Menghayati, 2.1 Menunjukkan motivasi mengamalkan internal dan peduli perilaku jujur, lingkungan dalam disiplin,tanggung menggali informasi jawab, peduli tentang keberagaman (gotong royong, produk kerajinan dan kerjasama, kewirausahaan di toleran, damai), wilayah setempat dan santun, responsif lainnya. dan proaktif dan 2.2 Menghayati perilaku menunjukkan jujur, percaya diri, dan sikap sebagai mandiri dalam bagian dari solusi memperkenalkan karya atas berbagai kerajinan di wilayah permasalahan setempat dan lainnya dalam berinteraksi dan menerapkan secara efektif wirausaha. dengan lingkungan sosial 2.3 Menghayati sikap dan alam serta bekerjasama, gotong dalam royong, bertoleransi, menempatkan diri disiplin, bertanggung sebagai cerminan jawab, kreatif, dan bangsa dalam inovatif dalam pergaulan dunia memahami kewirausahaan dan membuat karya kerajinan di wilayah setempat dan lainnya dengan memperhatikan estetika produk akhir untuk membangun semangat usaha.
Indikator Pencapaian Kompetensi Menunjukkan perilaku peduli, Menunjukkan perilaku jujur, Menunjukkan perilaku percaya diri, Menunjukkan perilaku mandiri, Menunjukkan perilaku bekerjasama, Menunjukkan perilaku toleransi, Menunjukkan perilaku disiplin, Menunjukkan perilaku bertanggung jawab, Menunjukkan perilaku kreatif, dan Menunjukkan perilaku inovatif
c. Kompetensi Pengetahuan Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
3. Memahami, 3.1 Mengidentifikasi menerapkan, desain produk dan menganalisis pengemasasan pengetahuan faktual, karya kerajinan konseptual, tekstil berdasarkan prosedural konsep berkarya ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Indikator Pencapaian Kompetensi Menjelaskan pengertian desain produk dalam kerajinan tekstil dengan berbagai teknik konstruksi
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Inti berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Kompetensi Dasar dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
40 Indikator Pencapaian Kompetensi Membandingkan aneka karya kerajinan tekstil Menjelaskan Fungsi karya kerajinan tekstil Menentukan Unsur estetika dan ergonomis karya kerajinan tekstil Menggambarkan Motif ragam hias pada kerajinan tekstil Merancang Teknik pembuatan benda kerajinan tekstil Merancang Pengemasan karya kerajinan tekstil Menganalisis Desain dan pengemasan produk tekstil
d. Kompetensi Ketrampilan Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
4.1 Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan berdasarkan konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Indikator Pencapaian Kompetensi Membuat desain dan pengemasan produk tekstil Menyajikan secara lisan atau tulisan mengenai karya kerajinan tekstil.
41
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Guru juga harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik materi yang
sudah
tercantum
dalam
buku
maupun
pengembangan
dengan
menggunakan sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan muatan lokal yang mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi kekinian yang sedang menjadi pembicaraan. Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang berisi nilai-nilai kepramukaan untuk diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat kegaiatan kepramukaan yang terjadwal. Selain itu materi juga dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking
Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS), misalnya ; a.
Mengenal kerajinan tenun di Indonesia (LOTS)
b.
Memahami makna corak kerajinan tenun di Indonesia (HOTS)
4. Pengembangan kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sudah tercntum di silabus sesuai dengan hasil kajian terhadap materi pembelajaran dikaitkan dengan hasil kajian terhadap KI-2 dan KI-2. Kegiatan
pembelajaran
dikembangkan
dengan
pendekatan
saintifik
yaitu
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan a.
Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan panca indra dengan cara melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya. Contoh: Kegiatan Pembelajaran (Silabus) Melakukan pengamatan dengan cara membaca dan menyimak dari kajian literatur/media tentang pengetahuan kerajinan tekstil, jenis bahan dasar, alat,
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
Peserta didik membaca buku tentang pengetahuan kerajinan tekstil, Menyimak video jenis bahan dasar, alat, teknik, prosedur pembuatan karya, dan penyajian/pengemasan produk kerajinan tekstil
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Kegiatan Pembelajaran (Silabus) teknik, prosedur pembuatan karya, dan penyajian/pengemasan produk kerajinan tekstil agar terbangun rasa ingin tahu dan menunjukkan motivasi internal.
b.
42
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
Membuat catatan atau rangkuman hasil membaca dan menyimak Membuat peta konsep tentang pengetahuan kerajinan tekstil, jenis bahan dasar, alat, teknik, prosedur pembuatan karya, dan penyajian/pengemasan produk kerajinan tekstil
Menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) Contoh: Kegiatan Pembelajaran (Silabus) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan aneka karya yang berkaitan dengan fungsi karya, bahan dasar, alat, teknik, dan prosedur pembuatan kerajinan tekstil
c.
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
Memotivasi siswa membuat pertanyaan Membat pertanyaan tentang aneka karya yang berkaitan dengan fungsi karya, bahan dasar, alat, teknik, dan prosedur pembuatan kerajinan tekstil Mengajukan pertanyaan
Mengumpulkan data adalah melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, dan aktivitas wawancara dengan nara sumber Contoh: Kegiatan Pembelajaran (Silabus) Melakukan kegiatan observasi dengan teknik wawancara tentang pengetahuan motif ragam hias daerah, bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan karya kerajinan tekstil serta tentang
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP) Observasi ke tempat kerajinan tekstil yang ada di wilayah setempat Melakukan wawancara tentang pengetahuan motif ragam hias daerah, bahan, alat, teknik dan prosedur pembuatan karya kerajinan tekstil serta
43
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Kegiatan Pembelajaran (Silabus) keberhasilan dan kegagalan wirausaha kerajinan tekstil yang ada di wilayah setempat agar terbangun rasa ingin tahu, bersikap santun, bangga/cinta tanah air dan bersyukur sebagai warga bangsa.
d.
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP) tentang keberhasilan dan wirausaha kerajinan tekstil
kegagalan
Membuat rangkuman hasil wawancara
Mengasosiasi adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan Contoh: Kegiatan Pembelajaran (Silabus)
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
Menyimpulkan dan membuat Berkumpul dalam kelompok laporan hasil Mengasosiasi informasi hasil observasi, pengamatan/kajian literatur wawancara dan kajian pustaka tentang pengetahuan, bahan, alat , teknik, dan proses yang Membuat rangkuman tentang pengetahuan, bahan, alat, teknik, dan digunakan pada pembuatan proses yang digunakan pada pembuatan karya kerajinan tekstil yang karya kerajinan tekstil berdasarkan hasil ada dilingkungan wilayah observasi, wawancara dan studi pustaka, setempat atau nusantara. Membuat rancangan laporan pengamatan/ kajian literatur
e.
hasil
Mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
44
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Contoh: Kegiatan Pembelajaran (Silabus)
Langkah-langkah Pembelajaran (RPP)
Membuat laporan portofolio Membuat laporan tertulis dalam berbagai bentuk seperti Mempresentasikan pengetahuan, bahan, tulisan, foto dan gambar yang alat, teknik, dan proses pembuatan karya mendeskripsikan pengetahuan, dan pengemasannya bahan, alat, teknik, dan proses pembuatan karya dan pengemasannya dengan tampilan menarik terhadap karya kerajinan tekstil yang dibuatnya sebagai pemahaman akan pengetahuan/ konseptual dan prosedural, serta mempresentasikan di kelas.
5. Mengembangkan rencana penilaian yang mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mengembangkan pengetahuan
dan
penilaian
autentik
ketrampilan
yang
mencakup
berdasarkan
kompetensi
kompetensi
dasar,
sikap, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian. Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial Indikator Pencapaian Kompetensi Bersyukur atas keberhasilan dan keberagaman produk kerajinan Menunjukkan perilaku peduli, jujur, percaya diri, mandiri, bekerjasama, toleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif, dan inovatif
Indikator Soal Siswa dapat menunjukan rasa syukur atas keberhasilan dan keberagaman produk kerajinan Siswa dapat menunjukkan sikap peduli, jujur, percaya diri, mandiri, bekerjasama, toleransi, disiplin, bertanggung jawab, kreatif, dan inovatif dalam setiap pembelajaran dengan tekun
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Teknik Penilaian Observasi Penilaian diri Penilaian antar teman Jurnal
45
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
Kompetensi Pengetahuan Indikator Pencapaian Kompetensi Menjelaskan pengertian desain produk dalam kerajinan tekstil dengan berbagai teknik konstruksi Membandingkan aneka karya kerajinan tekstil Menjelaskan Fungsi karya kerajinan tekstil Menentukan Unsur estetika dan ergonomis karya kerajinan tekstil Menggambarkan Motif ragam hias pada kerajinan tekstil Merancang Teknik pembuatan benda kerajinan tekstil Merancang Pengemasan karya kerajinan tekstil Menganalisis Desain dan pengemasan produk tekstil
Indikator Soal Siswa dapat menjelaskan pengertian desain produk dalam kerajinan tekstil dengan berbagai teknik konstruksi Siswa dapat membandingkan aneka karya kerajinan tekstil Siswa dapat menjelaskan Fungsi karya kerajinan tekstil Siswa dapat menentukan Unsur estetika dan ergonomis karya kerajinan tekstil Siswa dapat menggambarkan Motif ragam hias pada kerajinan tekstil Siswa dapat merancang Teknik pembuatan benda kerajinan tekstil Siswa dapat merancang Pengemasan karya kerajinan tekstil Siswa dapat menganalisis Desain dan pengemasan produk tekstil
Teknik Penilaian Tes tertulis Tes lisan Penugaan
Kompetensi Ketrampilan Indikator Pencapaian Kompetensi
Membuat desain dan pengemasan produk tekstil Menyajikan secara lisan atau tulisan mengenai karya kerajinan tekstil.
Indikator Soal Siswa dapat membuat desain dan pengemasan produk tekstil Siswa dapat menyajikan secara lisan atau tulisan mengenai karya kerajinan tekstil.
Teknik Penilaian Tes Praktik Portofolio Projek
Catatan:
Agar lebih jelas bagaimana merancang dan menyusun, serta melaksanakan penilaian, lihat naskah Model Penilaian di SMA).
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
BAB IV PENUTUP
Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin efektif kegiatan pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya semakin tidak efektif kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal. Kurikulum
2013
mengembangkan
dua
modus
proses
pembelajaran
yaitu
proses
pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan.
Keduanya,
dikembangkan
secara
bersamaan
dalam
suatu
proses
pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus. Selanjutnya
mengembangkan alternatif pembelajaran serta
merancang dan melaksanakan penilaian autentik.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
46
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
DAFTAR PUSTAKA
Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3babii.pdf (17 Oktober 2011). Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem BasedLearning: a Review of The Literature on Outcomes and Implementation Issues. Journal of Academic Medicine Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool programs. National Institute on Out-of-School Time. Retrieved from http://www.niost.org/Publications/papers Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman. Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of research on inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf. Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.p df (18 Oktober 2011). Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Harding,
S.
(1998).
Is
Science
Multicultural?
Postcolonialisms,
Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press.
Feminisms,
and
Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty. Educational Policy, 12, 525-541. Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Daniel
K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diakses dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober 2011).
Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia : http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010]. Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011) ©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
47
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
48
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on Learning, Teaching, and Technology [Online]. Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [17 Juni 2005]. Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’s perspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational Research Association, San Diego, CA. http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan
Lucas,
George .(2005). Instructional Module Project Based Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010.
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based
Learning in
Higher
Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]
:
Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn & Bacon Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press) Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara) Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah. Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Naskah Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Kurikulum 2013 di SMA
49
Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003 No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301), Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah