PEMBATASAN-PEMBATASAN KONSTITUSIONAL KEKUASAAN PRESIDEN SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945 Soenobo Wiryosoegito1 Noer Indriati2 Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Email:
[email protected] Abstract The slide down of President Soeharto in 1998, then turned mainly to the reform scedule of changes or amendments to the Constitution. After the change of Constitution occurring shift of power from the hands of the President of the legislation to the House of Representative. The powers of the President of the much reduced, for example: Judges no longer appointed by the President, but rather put forward by the Commission for the requested Judicial House approval, further defined by the President. Power House were enlarged in such a way, so that it can be said almost all fields of power President entered by Parliament. Keywords: limitations, the power of President and Parliamen Abstrak Lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998, maka agenda reformasi terutama tertuju kepada perubahan atau amandemen UUD 1945. Sesudah perubahan UUD 1945 terjadi pergeseran kekuasaan legislasi dari tangan Presiden ke DPR. Kekuasaan Presiden banyak dikurangi, misalnya: Hakim Agung tidak lagi diangkat oleh Presiden, melainkan diajukan oleh Komisi Yudisial untuk diminta persetujuan DPR, selanjutnya ditetapkan oleh Presiden. Kekuasaan DPR diperbesar sedemikian rupa, sehingga dapat dikatakan hampir semua bidang kekuasaan Presiden dimasuki oleh DPR. Kata kunci: Pembatasan-pembatasan, Kekuasaan Presiden, DPR
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita telah maklum karena ti-
Pada saat ini Undang-Undang Dasar (selan-
dak adanya pembatasan masa jabatan Presiden
jutnya disingkat UUD) 1945 sudah mengalami pe-
itu, Jenderal Soeharto dapat dipilih sampai 6
rubahan yang sangat mendasar. Perubahan per-
(enam) kali berturut-turut sebagai Presiden Repu-
tama dimulai pada tahun 1999 dan seterusnya ber-
blik Indonesia (1971-1998)
turut-turut sampai dengan perubahan keempat pa-
Berkaitan dengan hal itu, Denny Indrayana
da tahun 2002. Bermula dari gagasan untuk me-
dalam kitab ujianya mengemukakan,4 bahwa UUD
ngadakan pembatasan kekuasaan dan masa ja-
1945 adalah sebuah konstitusi yang “sarat ekse-
batan Presiden. Hal ini dapat dipahami, karena ma-
kutif”. Ini berarti bahwa konstitusi ini memberikan
syarakat melihat pengalaman pemerintahan masa
begitu banyak kekuasaan kepada ekskutif, tanpa
lalu yang lebih didominasi oleh kekuasaan Pre-
menyertakan sistem kontrol konstitusional yang
3
siden.
1 2 3 4
memadai. Dikatakan, bahwa di bawah UUD 1945
Pensiunan Dosen FH Universitas Sultan Agung, Semarang Dosen tetap Fakultas Hukum Unsoed, e-mail:
[email protected] Taufiqurrohman Syahuri, Hukum Konstitusi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hal. 2 Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945, PT.Mizan Pustaka, Bandung, 2007, hal. 152
77
Jurnal Idea Hukum Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Presiden
adalah
kepala
pemerintahan
atau
eksekutif dan Kepala Negara. Pada praktiknya
Sejauh mana perubahan UUD 1945 itu mengurangi kekuasaan Presiden?
kekuasaan Presiden yang luas dan sebagian besar tak terkontrol ini digunakan oleh Soeharto sebagai
PEMBAHASAN
landasan hukum untuk memilih orang pilihannya
Kekuasaan Presiden
untuk menduduki posisi strategis. Tak heran kalau
Sebelum perubahan UUD 1945, Presiden
Presiden Soeharto berhasil mengendalikan Biro-
dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
krasi, Militer, Lembaga Legislatif dan Yudikatif.
(MPR). Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan:
Pada tanggal 21 Mei 1998 telah terjadi
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis
perubahan, Soeharto mengundurkan diri sebagai
Permusyawaratan Rakyat, dengan suara terba-
Presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh
nyak. Penjelasan UUD 1945 menerangkan bahwa:
Presiden B.J. Habibie. Bersamaan waktu itu mun-
Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara
cullah tuntutan masyarakat luas untuk melakukan
yang tertinggi, sedang Presiden harus menja-
perubahan (amandemen) UUD 1945 menuju kepa-
lankan Haluan Negara menurut garis-garis besar
da konstitusi yang demokratis sebagai salah satu
yang telah ditetapkan oleh Majelis. Presiden yang
agenda reformasi. Dalam pada itu Jimly Asshid-
diangkat oleh Majelis, bertindak bertangung jawab
diqie mengemukakan pendapatnya, bahwa refor-
kepada Majelis, di bawah Majelis Presiden ialah
masi politik dan ekonomi yang bersifat menyeluruh
penyelenggara pemerintahan negara yang terting-
tidak mungkin dilakukan tanpa diiringi reformasi
gi. Dalam menjalankan pemerintahan kekuasaan
hukum. Akan tetapi reformasi hukum yang menye-
dan tanggung jawab ialah ditangan Presiden (Con-
luruh juga tidak mungkin dilakukan tanpa didasari
centration Of Power and Responsibility Upon the
oleh agenda reformasi ketatanegaraaan yang
President).
mendasar, dan itu berarti diperlukan adanya “constitutional reform” yang tidak setengah hati.
5
Sebelum perubahan UUD 1945 kekuasaan Presiden diatur dalam Bab III Kekuasaan Peme-
Selanjutnya dengan lengsernya Presiden
rintah Negara. Bab ini meliputi Pasal-pasal 4, 5, 6,
Soeharto pada tahun 1998, agenda reformasi teru-
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 dan 17 ditambah Pa-
tama tertuju kepada perubahan atau amandemen
sal 22. Selain itu masih ada wewenang Presiden
UUD 1945.
yang berkaitan dengan masalah lain, seperti: Penetapan APBN, menyelenggarakan sistem penga-
RUMUSAN MASALAH
jaran, memajukan kebudayaan nasional, dll.
Di dalam tulisan ini akan membahas “Pem-
Masih sebelum perubahan UUD 1945, Pasal
batasan-pembatasan Konstitusional kekuasaan
4 ayat (1) menyatakan bahwa Presiden Republik
Presiden Sesudah Perubahan UUD 1945”.
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Menurut UUD maka kekuasaan pe-
5
Sekapur Sirih Vide Taufiqurrohman Syahuri, loc. Cit.
Pembatasan-Pembatasan Konstitusional Kekuasaan… 78
merintahan dan kekuasaan administrasi diletakkan
pimpinan penyelenggaraan administrasi negara
disatu tangan Presiden.6 Dalam pada itu Prajudi
tertinggi. Penyelenggaraan administrasi negara
Atmosudirjo menjelaskan bahwa Administrasi Ne-
meliputi lingkup tugas dan wewenang ini makin
gara Republik Indonesia itu dijalankan oleh Pre-
meluas sejalan dengan makin meluasnya tugas-
siden sebagai Pemerintah, merangkap sebagai
tugas dan wewenang negara dan pemerintah.
Administrator Negara dengan memimpin dan me-
Lebih lanjut tugas dan wewenang tersebut di-
ngepalai suatu Aparatur Negara yang besar sekali
kelompokan sebagai berikut:
7
juga yang disebut Administrasi Negara. Kemudian
a. Di bidang keamanan dan ketertiban
selanjutnya dengan menunjuk Pasal 17 UUD 1945,
umum;
8
R. Wiyono membuat kesimpulan, bahwa kekua-
b. Menyelenggarakan tata usaha pemerin-
saan Presidensial di lapangan tata usaha pemerin-
tahan;
tahan atau administrasi adalah mengkoordinasi
c. Di bidang pelayanan umum; dan
dan mengawasi tugas-tugas yang dijalankan oleh
d. Di bidang penyelenggaran kesejahteraan
para menteri.
umum.
Sebagaimana telah diketahui, dalam men-
Lebih lanjut Bagir Manan menjelaskan bah-
jalankan tugasnya itu Presiden dibantu selain oleh
wa yang dimaksud dengan tugas-tugas penyeleng-
Wakil Presiden juga oleh Menteri-menteri Negara.
garaan pemerintahan yang bersifat khusus adalah
Menteri-menteri ini masing-masing memimpin De-
penyelenggaraan tugas dan wewenang peme-
partemen Pemerintahan.
rintahan secara konstitusional ada pada Presiden
Dalam pada itu Bagir Manan mengemukakan pendapatnya, bahwa ditinjau dari teori pem-
pribadi yang memiliki sifat prerogative di bidang pemerintahan.10
bagian kekuasaan, yang dimaksud kekuasaan pemerintahan adalah kekuasaan eksekutif.
9
Dari uraian tersebut diatas jelaslah, bahwa
Dika-
administrasi negara itu sama artinya dengan pe-
takan sebagai kekuasaan eksekutif, penyeleng-
merintahan,11 seringkali juga disebut eksekutif. Da-
garaan pemerintahan yang dilaksanakan Presiden
lam pada itu dengan mengacu pada W. Ansley, Is-
dapat dibedakan antara: kekuasaan penyelengga-
mail Sunny mengatakan bahwa kekuasaan ekse-
raan pemerintahan yang bersifat umum, dan ke-
kutif adalah kekuasaan dalam negara yang melak-
kuasaan penyelenggaraan pemerintahan yang
sanakan undang-undang, menyelenggarakan uru-
bersifat khusus. Kekuasaan penyelenggaraan pe-
san pemerintahan dan mempertahankan tata tertib
merintahan yang bersifat umum adalah penye-
serta keamanan, baik dalam maupun luar negeri.
lenggaraan administrasi negara. Presiden adalah
6
7
8
Moh. Kusnardi dan Bintan R Saragih, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut UUD 1945, Gramedia, Jakarta, 1978, hal. 62 Prajudi Atmosudirjo, Dasar-Dasar ilmu Administrasi, Cetakan ke 7, Jakarta, hal.273 R.Wiyono, Garis-Garis Besar Pembahasan dan Komentar UUD 1945, Alumni, Bandung, 1982, hal.61
9
10 11
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, Gama Media, Yogyakarta, 1999, hal. 121-122 Ibid. hal.128 AD. Belinfante, Pokok – Pokok Hukum Tata Usaha Negara, Binacipta, 1983, hal.1 jUga Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajahmada University Press, Yogyakarta, 1993, hal.26-27
79
Jurnal Idea Hukum Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Dari keterangan tersebut di atas dapat di-
kan bahwa kecuali “Executive Power” Presiden
simpulkan, bahwa kekuasaan pemerintahan atau
bersama DPR menjalankan “Legislative Power”
kekuasaan eksekutif pada dewasa ini tidak dapat
dalam Negara. Presiden ialah kepala kekuasaan
dikatakan berfungsi hanya melaksanakan undang-
eksekutif dalam negara. Untuk menjalankan un-
undang yang telah ditetapkan oleh badan legislatif.
dang-undang ia mempunyai kekuasaan untuk me-
Sebagaimana telah disinggung di halaman muka,
netapkan Peraturan Pemerintah (“Pouvoir Regle-
bahwa lingkup tugas dan wewenang penyelengga-
mentair”).
raan pemerintahan negara semakin meluas se-
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam Bab
jalan dengan makin meluasnya tugas-tugas dan
VII UUD 1945 (lama). bab ini meliputi Pasal-pasal
wewenang negara dan pemerintah. Hal demikian
19, 20, 21 dan Pasal 22. Dari pasal-pasal tersebut
itu disebabkan oleh karena perkembangan masya-
disebutkan antara lain: susunan DPR ditetapkan
rakat modern yang sangat pesat dan dinamis, dan
dengan undang-undang, tiap-tiap undang-undang
ditunjang pula oleh kemajuan teknologi informasi
menghendaki persetujuan DPR.
dan komunikasi.
Kemudian selanjutnya, dalam Bab IX diatur
“Pemerintahan” demikian Van Poelje me-
tentang kekuasaan Kehakiman. Bab ini meliputi
ngungkapkan harus melaksanakan undang-un-
Pasal 24 dan Pasal 25 (lama), Pasal 24 mene-
dang, tetapi melaksanakan undang-undang tidak
tapkan: kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh
berarti hanya melaksanakan semata-mata apa
sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan ke-
yang telah ditentukan oleh pembentuk undang-
hakiman menurut undang-undang. Dan dalam
undang. Hal ini lebih berarti mencari cara bagai-
Pasal 25 ditegaskan bahwa syarat-syarat untuk
mana dalam melaksanakan undang-undang, kare-
menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim
na dalam pelaksanaannya tidak ditegaskan oleh
ditetapkan dengan undang-undang.
12
pembentuk undang-undang sendiri.
Dalam pada
itu H.W.R. Wade mengatakan bahwa penyeleng-
Dari mana wewenang atau kekuasaan penyelenggara pemerintahan diperoleh?
gara pemerintahan telah memegang inisiatif dan
Menurut R. Crince le Roy14 pemberian kewe-
dapat mengambil sendiri pelbagai macam tugas-
nangan dapat dilakukan melalui atribusi, delegasi
tugas baru, dan bersamaan dengan pengambilan
dan mandat. Ketiga bentuk hukum tersebut harus
sendiri tugas-tugas baru itu muncullah kekuasaan-
dibedakan satu dengan yang lain. Dikatakan seba-
13
kekuasaan baru.
gai atribusi, apabila suatu ketentuan memberikan
Kemudian selanjutnya, Pasal 5 ayat (1) UUD
suatu kewenangan pemerintahan kepada suatu
1945 menyebutkan bahwa Presiden memegang
badan pemerintahan. Demikian maka suatu un-
kekuasaan membentuk undang-undang dengan
dang-undang dapat memberikan kewenangan ke-
persetujuan DPR. Penjelasan UUD ini menjelas-
pada Mahkota atau kepada seorang menteri atau-
12
13
R.Crince le Roy, Kekuasaan Keempat, Suatu Pengenalan Ulang, Penerbit Yayasan Dharma Bakti Semarang (tanpa tahun), hal.73 (terjemah oleh Soehardjo Ss, SH)
14
H.W.R Wade, Administrative Law, Clarendon Press, Oxford, 1971, hal 1 Juga Van Poeljo, Algemen. R. Crince le Roy, Op. Cit. hal.89
Pembatasan-Pembatasan Konstitusional Kekuasaan… 80
pun kepada pejabat untuk memberikan ijin tertentu.
Pembatasan-pembatasan Konstitusional Ke-
Disebut
kuasaan Presiden
delegasi
kewenangan
pemerintahan,
apabila suatu badan pemerintahan menyerahkan
Sesudah perubahan UUD 1945, Presiden
kewenangan yang ia peroleh melalui atribusi
dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara
kepada badan pemerintahan yang lain, yang akan
langsung oleh Rakyat (Pasal 6A ayat (1)).
melaksanakannya menurut pendapatnya sendiri.
Sementara itu Majelis Permusyawaratan Rakyat
Yang akhirnya adalah tentang bentuk mandat, juga
telah mereduksi sendiri kewenangannya menjadi
di sini dapat dikatakan adanya suatu penyerahan
sebagai berikut, Pasal 3:
kewenangan pemerintahan tetapi pelaksanaan
(1) MPR mengubah dan menetapkan UUD;
tersebut tetap dilakukan atas nama dan di bawah
(2) MPR melantik Presidan dan/atau Wakil
tanggung jawab orang yang menyerahkan kewe-
Presiden;
nangan itu.
(3) MPR
Berkaitan dengan hal itu, Ridwan HR me-
hanya
dapat
memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
ngutarakan bahwa seiring dengan pilar utama Ne-
jabatannya menurut UUD
gara Hukum yaitu Asas Legalitas (Legaliteit Begin-
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui, bahwa
sel atau Het Beginsel Van Wetmatigheid Van Bes-
MPR tidak lagi memegang kekuasaan negara yang
tuur), maka berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa
tertinggi, dan Presiden tidak lagi tunduk dan
wewenang pemerintahan berasal dari peraturan
bertanggung jawab kepada Majelis.
perundang-undangan artinya sumber wewenang
Kemudian selanjutnya atas dasar UUD
bagi pemerintah adalah peraturan perundang-
perubahan kekuasaan legislatif diberikan ke DPR,
undangan.15 Dikatakan bahwa secara teoritik ke-
tidak ke MPR ataupun Badan Perwakilan Daerah
wenangan yang bersumber dari peraturan perun-
(lembaga baru). Hal itu sesuai dengan bunyi Pasal
dang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga
20 ayat (1) UUD 1945 perubahan: DPR memegang
cara yaitu atribusi, delegasi dan mandat.
kekuasaan membentuk undang-undang. Demi-
Dan uraian tersebuit di atas dapat disaring
kianlah maka Presiden tidak lagi memegang ke-
kesimpulan bahwa penyelenggara pemerintahan
kuasaan membentuk undang-undang dengan per-
dan aparatur negara/Presiden memperoleh kewe-
setujuan DPR akan tetapi hanya diberi hak inisiatif
nangan dari atribusi, delegasi dan mandat. Dengan
untuk mengajukan Rancangan UU (RUU) ke DPR.
kata lain, Presiden mendapat kekuasaan/kewena-
Berkaitan dengan hal itu Denny Indrayana
ngan pemerintahan yang bersumber pada UUD,
mengatakan bahwa pengalihan kekuasaan ekse-
ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pe-
kutif ketangan DPR sudah benar, karena dengan
merintah, dan Peraturan Perundang-undangan
demikian kekuasaan legislatif berada ditangan
lainnya.
yang semestinya.16 Dalam pada itu Bagir Manan berpendapat bahwa amandemen ini mengukuhkan
15
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Penerbit UII Press, Yogyakarta, 2003, hal.73
16
Denny Indrayana, Op. Cit, hal.196
81
Jurnal Idea Hukum Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
checks and balances yang lebih jelas antara Pre-
Presiden memegang jabatan selama lima tahun
siden selaku lembaga eksekutif dan DPR sebagai
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
Legislatif.17 Ditempat lain dikatakannya, bahwa
jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa
perumusan baru Pasal 5 ayat (1) itu lebih me-
jabatan. Perubahan Pasal 7 ini telah didahului oleh
muaskan, karena terhindar dari kemungkinan sa-
ketetapan MPR No. XIII/MPR/1998 mengenai hal
lah pengertian mengenai kedudukan DPR sebagai
yang sama. Perubahan Pasal 7 ini dimaksudkan
18
pembentuk undang-undang.
untuk
mencegah
praktik
pemilihan
kembali
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui,
seseorang sebagai Presiden berkali-kali tanpa
bahwa kini telah terjadi pergeseran kekuasaan
batas waktu, seperti yang terjadi pada Presiden
legislatif dari tangan Presiden ke DPR. Berkaitan
Soeharto. Berdasarkan ketentuan baru ini seorang
dengan hal ini Maria Farida Indrati S. Menge-
hanya dapat menjabat Presiden atau Wakil
mukakan pendapatnya bahwa berdasarkan keten-
Presiden paling lama sepuluh tahun. Demikian itu
tuan-ketentuan dalam UUD 1945 perubahan yang
dengan klausula: “... dan sesudahnya dapat dipilih
berkaitan dengan sistem pemerintahan negara
kembali” yang harus diartikan sebagai sepuluh
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kewe-
tahun berturut-turut.
nangan pembentukan undang-undang dilaksankan
Sesudah perubahan UUD 1945 telah di-
oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden.
bentuk beberapa lembaga atau badan, antara lain:
Dengan demikian dapat disimpulkan pula katanya
Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, ke-
lebih lanjut, bahwa Presiden Negara Republik
duanya di lingkungan kekuasaan kehakiman. Mah-
Indonesia adalah pemegang kekuasaan dalam arti
kamah Konstitusi merupakan pelaku kekua-saan
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan membentuk
bersama dengan Mahkamah Agung, untuk menye-
undang-undang dalam arti legislatif bersama De-
lenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
19
dan keadilan (Pasal 24 ayat 1 dan 2). Mahkamah
wan Perwakilan Rakyat.
Pandangan yang sama dikemukakan oleh
Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota
Denny Indrayana, yang menyatakan,20 bahwa Pre-
hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden,
siden asih tetap memiliki kekuasaan legislatif yang
yang diajukan masing-masing 3 orang oleh
signifikan. Dikatakan lebih lanjut, bahwa RUU diba-
Mahmkamah Agung. Tiga orang Dewan Per-
has dan harus disetujui oleh DPR maupun Pre-
wakilan Rakyat dan tiga orang oleh Presiden
siden, syarat persetujuan Presiden ini pada dasar-
(Pasal 24 C ayat 3)
nya merupakan “hak veto” bagi Presiden. Pasal 7 UUD 1945 telah mengalami perubahan pula dalam tahun 1999-2002 itu perumusan
Mahkamah Konstitusi diberi wewenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final:
baru Pasal 7 itu berbunyi: Presiden dan Wakil
17
18
Bagir Manan, DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru, FH.UII Yogyakarta, 2005, hal. 20-22 Bagir Manan, Perkembangan..., op cit, hal.28
19
20
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang –undangan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2007, hal.129 Denny Indrayana, Op. Cit., hal. 377
Pembatasan-Pembatasan Konstitusional Kekuasaan… 82
1. Untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
manatkan: Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
2. Memutus sengketa wewenang lembaga
Angkatan Udara. Dalam hal pengerahan kekuatan
negara yang kewenangannya diberikan
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Presiden harus
oleh Undang-Undang Dasar;
mendapat persetujuan DPR, kecuali dalam ke-
3. Memutuskan pembubaran partai politik; dan
adaan memaksa untuk menghadapi ancaman militer dan/atau ancaman bersenjata Presiden
4. Memutuskan perselisihan tentang hasil
dapat langsung mengerahkan kekuatan TNI;
Pemilihan Umum (Pasal 24C ayat (1))
dengan syarat bahwa dalam waktu 2x24 jam
Ditambah satu “wewenang” lagi, yakni: wajib
terhitung sejak dikeluarkannya keputusan penge-
memberikan putusan atas pendapat DPR atas
rahan kekuatan, Presiden harus melaporkan ke
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
DPR. Dan apabila DPR tidak menyetujuinya, maka
Presiden menurut UUD (Pasal 24C ayat (2))
Presiden harus menghentikan pengerahan kekua-
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang ber-
tan TNI tersebut. Tanggung jawab penggunaan
wenang mengusulkan pengangkatan hakim agung
kekuatan TNI berada pada Panglima TNI (UU No.
dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
34 Tahun 2014 Pasal 17, 18 dan Pasal 19).
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
Berdasarkan Undang-undang Pertahanan
martabat, serta perilaku hakim. Anggota Komisi
Negara tahun 2002 No.3 Panglima TNI diangkat
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dan diberhentikan oleh Presiden dengan perse-
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
tujuan DPR (Pasal 17). Demikian pula halnya
(Pasal 24B ayat 1 dan 3). Pasal 24A ayat (3)
dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indo-
menyebutkan: “Calon Hakim Agung diusulkan
nesia (Kapolri) diangkat dan diberhentikan oleh
Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Presiden dengan persetujuan DPR (UU No: 2
untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
Tahun 2002 Pasal 11).
ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden.
Berdasarkan uraian tersebut di atas da-
Demikian jelaslah bahwa kini Hakim Agung
patlah diketahui, bahwa dalam pengarahan kekua-
tidak lagi diangkat oleh Presiden, melainkan
tan TNI dan pengangkatan Panglima TNI dan
diajukan oleh Komisi Yudisial untuk diminta per-
Kapolri selalu dilibatkan peranan DPR dalam
setujuan DPR, untuk kemudian ditetapkan oleh
penyelenggaraan negara. Menurut Taufiqurroh-
Presiden. Hal yang sama juga anggota Badan
man
Pemeriksaan Keuangan tidak lagi diangkat oleh
pengangkatan pejabat-pejabat tersebut mencer-
Presiden, tetapi dipilih oleh DPR dengan memper-
minkan suatu mekanisme ketatanegaraan yang
hatikan Dewan Perwakilan Rakyat dan diresmikan
mengarah kepada keseimbangan dan demokra-
oleh Presiden (Pasal 23F ayat 1).
tisasi. Menurut hemat penulis keterlibatan DPR
Pasal 10 UUD 1945 termasuk dalam pasal yang
tidak
mengalami
perubahan,
menga-
Syahuri,
keterlibatan
DPR
dalam
hal
termaksud guna melakukan “Fit and Proper Test” adalah khususnya untuk menentukan pejabat yang
83
Jurnal Idea Hukum Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
amat sesuai dan tepat, merupakan metode atau
Seperti rekannya Fajrul Falaakh menyatakan bah-
cara yang amat baik. Pada saat ini sudah barang
wa syarat pertimbangan DPR dalam pengangkatan
tentu tidak mungkin menentukan pejabat tinggi
duta besar merupakan intervensi berlebihan lem-
yang sesuai dan tepat untuk jabatan yang tersedia,
baga legislatif dalam urusan eksekutif.22 Pendapat
melalui metode atau cara misalnya dengan ujian
senada dikemukakan Bagir Manan dikatakan hal
atau dengan psycho test, masa percobaan, atau
ini pun (penempatan duta negara lain, pen) tidak
waktu dinas yang panjang. Pejabat tinggi mem-
semestinya dicampuri DPR. Duta besar suatu
butuhkan fantasi yang konstruktif dan kemampuan
negara asing adalah wakil negara yang bersang-
berpikir elastis atau dengan perkataan lain untuk
kutan yang diangkat berdasarkan syarat-syarat
menentukan pejabat-pejabat tinggi yang memiliki
dari negara yang bersangkutan. Selain itu penun-
integritas dan kepribadian tidak tercela.
jukan seorang duta besar negara asing telah mem-
Kemungkinan selanjutnya dengan persetu-
peroleh “persetujuan” Pemerintah RI (Presiden).
juan DPR menyatakan perang, membuat perda-
Dikatakan lebih lanjut, bahwa menempatkan per-
maian dan perjanjian dengan negara lain. Presiden
timbangan DPR sebagai fungsi kontrol terhadap
dalam membuat perjanjian internasional lainnya
hal semacam ini sangat berlebihan, mengingat
yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar
segala bentuk hubungan luar negeri ada dalam
bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban
lingkup kekuasaan eksekutif dan Presiden adalah
keuangan negara dan/atau mengharuskan peruba-
“Penguasa Tunggal” hubungan luar negeri.23
han atau pembentukan undang-undang, harus
Dalam hubungan ini Denny Indrayana me-
dengan persetujuan DPR (Pasal 11 ayat 1 dan 2
nuturkan bahwa satu kasus khusus antara Indo-
UUD 1945 Perubahan). Kekuasaan diplomatik Pre-
nesia dan Australia sangat mempengaruhi peran-
siden mengalami pula pembatasan dan memberi
cangan amandemen ini.24 Dikatakan pada tahun
DPR lebih banyak hak kontrol dalam pengang-
1995 pemerintah Australia menolak pengangkatan
katan duta besar, konsul dan dalam menerima duta
HBL Mantiri sebagai duta besar Indonesia untuk
besar negara-negara asing. Kekuasaan Presiden
Australia dengan alasan bahwa yang bersang-
ini harus digunakan dengan memperhatikan per-
kutan pernah mendukung TNI dalam pembantaian
timbangan DPR (Pasal 13 ayat 1 dan 2 UUD 1945
di Santa Cruz, Timor Timur 12 November 1991.
Perubahan).
Diutarakannya lebih lanjut, bahwa aman-
Berkaitan dengan hal itu, Jimly Asshiddiqie
demen lain yang bertalian dengan peristiwa-pe-
menyatakan bahwa Pasal ini tidak praktis dan
ristiwa sebelumnya adalah yang membatasi kekua-
melanggar kelaziman dalam diplomasi Interna-
saan Presiden untuk memberi gelar, tanda jasa
sional. Hal ini berbahaya karena dapat melahirkan
dan tanda-tanda kehormatan lainnya (Pasal 15)
21
juga dipicu oleh tindakan Habibie yang membagi-
sebuah sistem diplomasi yang kurang efisien.
21
22
Jimly Asshiddiqie dikutip pada Denny Indrayana, Op. Cit., hal. 369 Fajrul Falaakh dikutip pada Denny Indrayana, Loc. Cit.
23 24
Bagir Manan, Perkembangan..., Op. Cit, hal.30-31 Denny Indrayan, Op. Cit, hal.198
Pembatasan-Pembatasan Konstitusional Kekuasaan… 84
bagi
tanda
kehormatan
kepada
pendukung-
diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan per-
pendukungnya pada bulan Agustus 1999. Pasal 15
setujuan DPR. Demikian pula Deputi Gubernur
UUD 1945 Perubahan itu berbunyi: “Presiden
diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh Pre-
memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
siden dengan persetujuan DPR (Pasal 41 ayat 1
kehormatan yang diatur dengan undang-undang”.
dan 2). Undang-undang menetapkan bahwa Pemi-
Pembatasan kekuasaan yudisial Presiden (Pasal 14 ayat 1 dan 2)
lihan Umum diselenggarakan oleh Komisi Pemili-
menyatakan bahwa
han Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap dan
Presiden harus berkonsultasi terlebih dahulu
mandiri, calon anggota KPU diusulkan oleh Pre-
dengan Mahkamah Agung sebelum memberikan
siden untuk mendapat persetujuan DPR., untuk
grasi dan rehabilitasi. Selain itu juga mengha-
ditetapkan sebagai anggota Komisi Pemilihan
ruskan Presiden mendengar saran-saran DPR
Umum (Pasal 19 ayat 1).
sebelum memberikan amnesti dan abolisi. Dalam
Undang-undang
No.
37
Tahun
2008
hal ini perlunya pertimbangan Mahkamah Agung
mengatakan bahwa Ombudsman berfungsi me-
karena masalah grasi, amnesti, abolisi dan
ngawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
rehabilitasi berkaitan dengan persoalan hukum,
diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan
tidak terutama persoalan politik. Dalam praktek
Pemerintah, baik dipusat maupun didaerah, term-
ketatanegaraan (seperti diatur dalam UU Mah-
asuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha
kamah Agung) grasi memerlukan pertimbangan
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan
Mahkamah Agung. Mengikut sertakan DPR dalam
Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta
amnesti dan abolisi, dapat diperkirakan berdasar-
atau perseorangan yang diberi tugas menyeleng-
kan asumsi karena amnesti dan abolisi sebagai
garakan pelayanan publik tertentu. Ketua, Wakil
tindakan politik. Hal ini agak ganijil karena amnesti,
Ketua dan Anggota Ombudsman dipilih oleh De-
abolis, rehabilitasi termasuk grasi adalah hak
wan Perwakilan Rakyat berdasarkan calon yang
konstitusional Presiden yang lazim disebut hak
diusulkan oleh Presiden dan disahkan oleh Presi-
prerogatif. Dikatakan semestinya penggunaan hak
den.
tersebut tidak dicampuri oleh lembaga lain, pertim-
Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manu-
bangan grasi oleh Mahkamah Agung karena me-
sia berjumlah 35 (tiga puluh lima) orang yang dipilih
nyangkut putusan pengadilan.25
oleh Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan usu-
Dalam pelbagai peraturan perundang-un-
lan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan
dangan diatur pula pembatasan-pembatasan ter-
diresmikan oleh Presiden selaku Kepala Negara
hadap kekuasaan Presiden dan memberi hak
(UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 81 ayat 1). Undang-
kontrol kepada DPR.
undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Undang-undang No. 23 Tahun 1999 menyatakan
Anak menyebutkan bahwa dalam rangka mening-
bahwa Gubernur dan Deputi Gubernur Senior
katkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan
25
Bagir Manan, Perkembangan..., Op. Cit., hal. 35
85
Jurnal Idea Hukum Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
anak, dengan undang-undang ini dibentuk Komisi
kukan pemeriksaan terhadap kekayaan penye-
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang bersifat
lenggara negara baik sebelum, selama dan setelah
independen. Keanggotaan Komisi Perlindungan
yang bersangkutan menjabat. Pengangkatan dan
Anak Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh
pemberhentian Anggota Komisi Pemeriksa dite-
Presiden, setelah mendapat pertimbangan DPR
tapkan dengan Keputusan Presiden setelah men-
(Pasal 74 dan Pasal 75 ayat 3).
dapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2005
(Pasal 13 ayat 2). Undang-undang No. 30 Tahun
menetapkan bahwa Dewan Pengawas Lembaga
2002
memberi
hak
kontrol
Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia dite-
Perwakilan Rakyat untuk memilih/menyeleksi pim-
tapkan adalah Presiden atas usul DPR-RI setelah
pinan Komisi Pemberantasan Korupsi Rakyat
melalui uji kepatuhan dan kelayakan oleh DPR-RI
untuk
secara terbuka atas masukan dari pemerintah dan/
Pemberantasan Korupsi berdasarkan calon ang-
atau masyarakat. Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pe-
gota yang diusulkan oleh Presiden. Calon terpilih
merintah No. 13 tahun 2005 menetapkan bahwa
disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden
Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik Te-
untuk disahkan oleh Presiden selaku Kepala
levisi Republik Indonesia ditetapkan adalaah Pre-
Negara (Pasal 30 ayat 1)
memilih/menyeleksi
kepada
pimpinan
Dewan
Komisi
siden atas usul Dewan Perwakilan Rakyat setelah
Demikian selanjutnya UU No. 8 tahun 1999
melalui uji kepatuhan dan kelayakan oleh DPR.
tentang Perlindungan Konsumen menetapkan bah-
Calon anggota Komisi Informasi Pusat diajukan
wa anggota Badan Perlindungan Konsumen Na-
kepada DPR oleh Presiden, untuk dipilih melalui uji
sional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
kepatutan dan kelayakan. Anggota Komisi Infor-
atas usul menteri setelah dikonsultasikan kepada
masi Pusat yang telah dipilih oleh DPR selanjutnya
DPR-RI.
ditetapkan oleh Presiden (UU No. 14 Tahun 2008 Pasal 31) Pasal 10 Undang-undang No. 28 Tahun 1999 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan
Penutup Simpulan Sesudah perubahan UUD 1945, terjadi
penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari
pergeseran
korupsi, kolusi dan nepotisme. Presiden selaku Ke-
Presiden
pala Negara membentuk Komisi Pemeriksa, komisi
Kekuasaan Presiden bayak dikurangi, sementara
ini merupakan lembaga independen yang bertang-
kekuasaan
gungjawab langsung kepada Presiden selaku Ke-
diperbesar sedemikian rupa sehingga praktis
pala Negara. Komisi Pemeriksa mempunyai fungsi
semua bidang kekuasaan Presiden dimasuki oleh
mencegah praktik korupsi, kolusi dan nepostime
DPR 26
dalam penyelenggaraan negara dengan mela-
kekuasaan ke
legislatif
Dewan
pada
Dewan
dari
Perwakilan
Perwakilan
tangan Rakyat.
Rakyat
Pembatasan-Pembatasan Konstitusional Kekuasaan… 86
Adnan
Buyung
Nasution
mengatakan,
Saran
bahwa sistem presidential yang kita anut sekarang
Agar
disalahgunakan,
maka
berbagai permasalahan bangsa yang begitu besar
dengan membagi kekuasaan tersebut kedalam
dan kompleks dengan wilayah negara yang begitu
ketiga cabang kekuasaan secara seimbang.
Oleh
karena
itu
kekuasaan
diatur
tidak
ini tidak akan cukup mampu mengakomodasi
luas.
harus
kekuasaan
batas-batasnya,
caranya
dan
tanggungjawab politik mustahil dikonsentrasikan
DAFTAR PUSTAKA
hanya
apalagi
Buku
setelah
Atmosudirjo, Prajudi. Dasar – Dasar Ilmu Administrasi. Cet. Ke 7. Jakarta. 1979.
pada
kekuasaan
satu
orang.
Presiden
amandemen
UUD
Dikatakan
sekarang 1945
telah
ini,
mengalami
pembatasan-pembatasan yang berlebihan untuk berjalannya sistem presidential yang efektif dan efisien serta akuntabel. Pada saat ini kekuasaan pada DPR sudah diperbesar, Denny Indrayana menyebutkan sejak amandemen Dewan Perwakilan Rakyat menjadi sebuah lembaga legislatif yang digdaya. Menurut Saldi Isra, amandemen-amandemen itu bahkan telah melahirkan DPR yang unggul dan dengan begitu konstitusi sudah berubah dari sebuah konstitusi yang sarat eksekutif menjadi konstitusi yang sarat DPR. Wewenang besar yang dijalankan oleh administrasi berdasarkan perintah yang sah, dimana-mana
menimbulkan
panggilan
untuk
mengadakan pengawasan terhadap administrasi
Belifante, AD. Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara, Binacipta. Jakarta. Terjemahan: Boerhanoeddin Soetan Batoeah. 1983. Crince le Roy, R., Kekuasaan Ke-empat, Suatu Pengenalan Ulang, Yay. Dharma Bhakti, tanpa tahun. Terjemahan: Soehardjo, Ss. Indrayana, Denny. Amandemen UUD 1945, Antara Mitos dan Pembongkaran, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2007. Hadjon, Philipus M., dkk. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, GAMA University Press, Yogyakarta, 1993. Kusnardi, Moh. dan Bintang R. Saragih, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut UUD 1945, Gramedia, Jakarta, 1978. Manan, Bagir. DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru. FH.UII. Yogyakarta. 2005. -------, Lembaga Kepresidenan. GAMA Media. Yogyakarta. 1999.
untuk memberikan perlindungan hukum bagi
-------, Perkembangan UUD 1945. UII Press. Yogyakarta. 2004.
rakyat. Harus diupayakan agar jangan sampai
Maria
pihak yang seharusnya dikontrol justru mengontrol pihak yang seharusnya mengontrolnya. Apabila ini terjadi,
maka
kepastian
hukum
serta
administrasi akan mejadi kehilangan makna.
26
tertib 27
Adnan Buyung Nasution, “Relasi Kekuasaan Legislatif dan Presiden Pasca Amandemen UUD 1946: Sistem Semi Presidential dalam Proyeksi”, Jurnal Hukum, No. 28 Vol.12 Januari 2005, FH-UII Press, Yogyakarta, hal.5
Farida Indradi S, Ilmu PerundangUndangan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2007.
Poelje, Van, Algemene Inleiding Bestuurskunde, Cet. Ke 3.
tot
de
Ridwan, HR, (2003). Hukum Administrasi Negara. UII-Press. Yogyakarta.
27
Koerniatmanto Soetoprawiro, “Tantangan Ilmu Hukum administrasi Menghadapi Pekembangan Konsep Negara Hukum di Indonesia”, Majalah Hukum PRO JUSTITIA, Thn.X No. 4 Oktober 1992, FH. Unpar, Bandung, hal.13.
87
Jurnal Idea Hukum Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015 Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Wade. HWR. Administrative Law. Clarenden Press. Oxford. 1971. Wiyono. R.. Garis-Garis Besar Pembahasan dan Komentar UUD 1945. Penerbit Alumni. Bandung. 1982. Wynes. Ansley. W.. Legislatif. Executive and Judicial Power in Australia. Jurnal Adnan Buyung Nasution. Relasi Kekuasaan Legislatif dan Presiden Pasca Amandemen UUD 1945: Sistem Semi Presidensial dalam Proyeksi. dalam Jurnal Hukum No. 28 Vol. 12 Januari 2005. UII-Press. Yogyakarta. Soetoprawiro. Koerniatmanto. Tantangan Ilmu Hukum Administrasi Menghadapi Perkembangan Konsep Negara Hukum di Indonesia. dalam Majalah Hukum Pro Justicia. Thn. X No. 4. Oktober 1992. FH. Unpar. Bandung.