BAB VI
Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa Oleh: Julmansyah / Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi NTB
S
umbawa, salah satu Kabupaten di Provinsi NTB (dengan luas 516.242 Ha atau (48.67 %). Merupakan salah satu wilayah yang cukup penting bagi upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Nusa Tenggara, walaupun secara luasan relatif lebih kecil
di banding wilayah lain di Indonesia. Dan salah satu potensi alam yang dikembangkan di Kabupaten Sumbawa adalah madu hutan.
Madu lebah hutan di Sumbawa sebagian besar di hasilkan oleh jenis lebah dari Apis dorsata atau oleh banyak kalangan perlebahan dikategorikan sebagai batu raksasa karena ukurannya lebih besar dari jenis lebah madu lainnya. Jenis Apis dorsata ini merupakan jenis lebah hutan yang hingga saat ini di kalangan masyarakat Sumbawa belum dapat dibudidayakan baik dengan cara tertutup maupun dengan cara terbuka. Species lebah ini dapat di temukan di seluruh desa yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan. Jumlah desa yang berbatasan langsung dengan hutan sebanyak 114 desa dari jumlah total 145 desa di kota Kabupaten Sumbawa. Sejak puluhan tahun lalu, lebah hutan ini dimanfaatkan oleh masyarakat Sumbawa untuk diperdagangkan sehingga Sumbawa dikenal sebagai daerah penghasil madu. Pengelolaan madu oleh masyarakat Sumbawa umumnya dilakukan secara tradisional, dengan memanjat Boan (sebutan bagi pohon tinggi yang memiliki sarang lebah). 1 Boan terdapat 1-10 sarang.
Pemanjat
mengusap
sarang
biasanya
menggunakan
Api
Poyong
untuk
atau koloni. Untuk memanjat masyarakat
menggunakan Rangke atau Lonto semacam tangga yang dipakai panjatan pohon tinggi (boan). Waktu pengambilan madu dilakukan pada siang hari, hal ini memberikan kesempatan pada lebah untuk dapat kembali pada pohon setelah proses selesai. Seluruh bahan dalam proses pengambilan madu bersumber dari sekitar hutan.
VI-1
Berdasarkan tipologi hutan wilayah Kabupaten Sumbawa, pemasok madu terbanyak di Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS) dengan kisaran 5 – 10 ton/tahun, potensi madu di peroleh dari tipologi : (1) hutan dengan asosiasi-asosiasi tanaman tertentu; (2) hutan tropik lembab (± 1000 mdpl) yang banyak terdapat jenis Kelicung (Dyospyros sp), Gaharu (Aquilaria caryota), Ipil (Instia bijuga), terdapat juga asosiasi-asosiasi
Dipterocarpaceae, asosiasi
Duobanga moluccana (Rajumas/Rimas); (3) hutan Riparian (hutan di lembah sepanjang sungai) dicirikan dengan pohon menjulang tinggi misalnya Binong (Tetrameles nudiflora), Serianthes sp., Lagerstroemia speciosa, Eugunia subglauca. Pasokan madu di JMHS sebanyak 1-5 ton 1 tahun di peroleh dari tipologi ; ( 1 ) hutan berdiri ( Thorn Forest ) dengan tegakan tinggi ratarata 10-15 meter dengan penampakan kulit mengelupas dan berduri Kesambi (Schleichera oleosa), pulai (Alstonia spp), asam (Tamarindus spp) ; (2) hutan tropik kering (100 mdpl) dengan sebaran jenis familia Legum (polong-polongan), Fabaceae, Meliacear, Pohon Ketimis (Protium javanicum), kesambi/kesaming (Schleichera oleosa), dll. (3) hutan Mangrove.
Tanaman lokal yang merupakan pohon (boan) adalah
jenis
oleosa),
Kesambi/Kesaming
Pulai/Lita
(Alstonia
(Schleichera spp),
Asam
(Tamarindus spp), Binong (Tetrameles nudiflora), Putat (Barringtonia acutangula), Kemiri, Bidara. Sedangakan sumber
tanaman pakan
Kesambi/Kesaming
lokal
yang
lebah
hutan
(Schleichera
(Tamarindus
spp),
acutangula),
Maja
Doat/Duwet
(Eugenia
merupakan
oleosa),
adalah Asam
Putat
(Barringtonia
(Eugenia
operculata),
polyantha),
Salam
(Artocarpus elasticus), Kemiri, Bidara, Semaksemak, dll.
VI-2
Sumber Madu Anggota
Jaringan Madu Hutan Sumbawa
VI-3
JMHS & POTENSI MADU ANGGOTANYA
Gambar 2. Katalog dari perusahaan Multi Level Marketing AMWAY yang telah menerima madu Sumbawadari Jaringan Madu Hutan Sumbawa mulai pemasaran 2009, dengan proses panjang dan kualiti kontrol yang ketat.
(a)
(b)
JMHS memiliki anggota 3 koperasi hutan dan 2 kelompok tani hutan dengan jumlah anggota terlibat sampai mencapai 410 KK di desa-desa sekitar hutan; JMHS hanya memasarkan madu dengan Panen Lestari dengan Sistem Tiris (tanpa peras tangan), dengan madu yang higienis. Sejak Mei 2007 sampai sekarang JMHS telah memasarkan madu sebanyak 4 ton ke Dian Niaga Jakarta dan PT. UKMWAY Jakarta; Potensi madu anggota JMHS sebanyak 15 ton/tahun, dengan potensi terbesar berasal dari Hutan Batulanteh sebanyak 11 ton/tahun; Potensi madu hutan seluruh wilayah Kab. Sumbawa dapat mencapai ratarata 125 ton/tahun dengan Jaringan Pemasaran Melalui Dian Niaga dan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) Pemasaran Skala Besar JMHS, telah mengirim 4 ton madu ke Dian Niaga Jakarta
(c)
Gambar 3. Kemasan Madu Hutan Sumbawa Melalui Jaringan Madu Hutan Sumbawa dan Jaringan Madu Hutan Indonesia : (a) Kemasan Madu Hutan Sumbawa oleh Dian Niaga Jakarta, (b) Kemasan Madu Hutan Sumbawa oleh PT. UKM AMWY Jakarta, (c) Kemasan Madu Hutan Sumbawa di Outlet Bersama anggota JMHS.
VI-4
MANFAAT PENGEMBANGAN MADU TERHADAP MANUSIA DAN KONSERVASI Bagi Manusia Khusus masyarakat Sumbawa merupakan sumber mata pencaharian dan secara umum sebagai produk perekonomian. Lebah merupakan sumber plasma nutfah, objek pendidikan, penelitian dan pariwisata minat khusus; madunya sebagai sumber obat dan penjaga kesehatan yang paling baik. Bagi Flora Sebagai agen penyerbuk yang menunjang bagi perkembangbiakan berbagai jenis tumbuhan. Bagi Lingkungan dan Konservasi Adanya kearifan masyarakat kondisi hutan dapat terjaga dari perambahan dan kebakaran, selain penjagaan masyarakat juga melakukan pembinaan habitat serta reboisasi dan rehabilitasi dengan jenis pohon yang menjadi pakan lebah.
MANFAAT PEMBERDAYAAN MADU TERHADAP KELESTARIAN HIDUP LEBAH ITU SENDIRI Pengembangan teknik panen seperti : a. Pemanenan di siang hari b. Sistem pengasapan c. Pemanenan sarang madu/lebah Dulunya panen dilakukan pada waktu malam hari, katanya lebih jinak dibandingkan pada waktu siang hari, tapi dengan panen malam hari, lebah biasanya tidak bisa kembali lagi ke sarangnya atau jatuh ke air dan mati, karena lebah memerlukan matahari untuk membantu navigasinya. Asapan yang digunakan dengan menggunakan akar kayu tidak hanya mengusir lebah tetapi juga membunuh, karena lebah menyerang bara api ketika malam. Dengan teknik pengasapan bisa mengatasi jumlah kematian lebah. Sarang lebah tidak dipanen seluruh sarang, tetapi hanya kepala madu tempat lebah menyimpan madunya. Dengan demikian, lebah dapat membuat kembali kepala madu dan mengisinya kembali jika pakan cukup banyak musim itu. Dengan begitu, bisa lebih dari sekali panen satu sarang semusim dan juga anak-anak lebah akan dapat berkembang dengan baik. Penjagaan dan pembinaan habitat lebah selain dapat meningkatkan hasil madu juga sekaligus menjaga dan melestarikan kehidupan lebah itu sendiri. PENGEMBANGAN PUSAT PEMBELAJARAN MADU HUTAN : Pemanfaatan HHBK madu hutan di Sumbawa masih dilakukan secara tradisional, sehingga diperlukan kebijakan yang dapat membingkai upaya tradisional yang dapat mendukung konservasi hutan melalui lebah hutan; Permenhut No.P.37/Menhut-II/2007 tentang HKm, diatur bahwa pemanfaatan HHBK madu hutan sebagai bagian dari Hkm. Ini menunjukkan bahwa kedepan akan ada Hkm Madu hutan (luput dari perhatian kalangan penggiat Hkm). Bagaimana konsep dan prakteknya, Pemerintah Kabupaten Sumbawa bersama JMHS–JMHI– NTFP EP, akan mendorong hal ini sebagai satu model Hkm diluar mainstream Hkm selama ini. Sekaligus menjadi pusat pembelajaran madu hutan di Indonesia Bagian Timur.
Karena Hkm ini anak kandung Departemen Kehutanan, mestinya support diberikan untuk mendorong hal ini kedepan.
VI-5