PEMBANGUNAN GEDUNG RAWAT INAP VIP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JENDRAL AHMAD YANI KOTA METRO Agus Surandono Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email :
[email protected] Abstrak Mengingat jumlah masyarakat yang menggunakan rumah sakit sebagai media penyembuhan kesehatan yang semakin meningkat, maka diperlukannya penambahan sarana dan prasarana baru pada RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro. Oleh karena itu pemerintah Kota Metro melalui Dinas Kesehatan terus berupaya menyediakan sarana dan prasaranan kesehatan yang baik, salah satunya dengan kegiatan pengembangan pembangunan Rumah Sakit tahun anggaran 2015 yang dalam pelaksanaannya adalah pekerjaan pembangunan Gedung Rawat Inap VIP. Gedung Rawat Inap VIP merupakan unit/bagian dari rumah sakit yang harus memberikan pelayanan prima kepada masyarakat Kota Metro khususnya, masyarakat kabupaten / kota sekitarnya umumnya yang memerlukan penanganan kesehatan, dengan terlaksanya pekerjaan tersebut maka diharapkan proses pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Jendral Ahmad Yani khususnya diruang gawat darurat dapat secara maksimal mendukung dalam hal prasarananya. Dalam pelaksanakan pekerjaan di lapangan pekerjaan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), sehingga pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan yang telah di rencanakan. Pelaksanaan pekerjaan sudah dilaksanakan sesuai dengan gambar dan RAB yang telah ditawarkan pihak kontraktor ke pihak dinas terkait. Kata Kunci : Gedung RI VIP Ahmad Yani PENDAHULUAN Rumah sakit adalah sarana penting dalam kehidupan masyarakat, Karena peranannya sebagai tempat penanganan/perawatan kesehatan, yang mana untuk saat ini sangat banyak sekali masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan (sakit). Sehingga diperlukanya penanganan medis oleh para ahli dibidang kesehatan. Mengingat jumlah masyarakat yang menggunakan rumah sakit sebagai media penyembuhan kesehatan yang semakin meningkat, maka diperlukannya penambahan sarana dan prasarana baru pada RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro. Oleh karena itu pemerintah Kota Metro melalui Dinas Kesehatan terus berupaya menyediakan sarana dan prasaranan kesehatan yang baik, salah satunya dengan kegiatan pengembangan 162
ISSN 2089-2098
pembangunan Rumah Sakit tahun anggaran 2015 yang dalam pelaksanaannya adalah pekerjaan pembangunan Gedung Rawat Inap VIP. Gedung Rawat Inap VIP merupakan unit/bagian dari rumah sakit yang harus memberikan pelayanan prima kepada masyarakat Kota Metro khususnya, masyarakat kabupaten/ kota sekitarnya umumnya yang memerlukan penanganan kesehatan, dengan terlaksanya pekerjaan tersebut maka diharapkan proses pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Jendral Ahmad Yani khususnya diruang gawat darurat dapat secara maksimal mendukung dalam hal prasarananya. Sarana dan prasarana lingkungan dengan kondisi yang baik sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
masyarakat dan juga sebagai penunjang pemerataan pembangunan. Melalui pembangunan sarana dan prasarana seperti pembangunan/ perluasan ruang dan perbaikan tata ruang diharapkan mendapat dukungan yang baik dari masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya tidak mengalami hambatan. Terciptanya kondisi ruang rawat inap yang baik akan semakin meningkatkan kenyamana pelayanan kepada masyarakat. BATASAN MASALAH Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis membatasi pada masalah-masalah sebagai berikut : 1. Tinjauan umum 2. Pelaksanaan pekerjaan 3. Perhitungan struktur, dalam hal ini penulis membatasi perhitungan struktur hanya pada perhitungan Balok LANDASAN TEORI Pengertian Beton Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Beton terdiri dari beberapa bahan dasar diantaranya, air, semen portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (split), fungsi masing-masing komponennya adalah agregat berfungsi sebagai bahan pengisi, air dan semen yang bereaksi membentuk pasta yang lambat laun mengeras berfungsi sebagai perekat yang merekatkan agregat-agregat yang semula terpisah. Dari masing-masing komponen pembentuknya terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi agar dapat membuat beton yang baik dan memenuhi standar, air yang digunakan dalam pembuatan beton adalah air yang kualitasnya baik untuk pembuatan beton, air yang cukup baik untuk diminum, bebas dari sampah, bahan-bahan organik dan bahan-bahan kimia berbahaya. Karena kekuatan beton tergantung pada jumlah perbandingan air dan semen.Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 22002500 kg/m2 menggunakan agregat alam yang ISSN 2089-2098
dipecahkan atau tanpa dipecahkan yang tidak menggunakan bahan tambahan. Biasanya dipercayai bahwa beton mongering setelah pencampuran dan peletakan.Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena, air menguap tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, pondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Pengertian Beton Bertulang Beton bertulang (reinforced concrete) adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat dari penggabungan dua buah bahan, yaitu beton (PC + aggregat halus + aggregat kasar + zat aditif) dan baja sebagai tulangan. Kualitas beton sangat tergantung kepada kualitas bahan penyusunnya. Dari sifat bahan penyusun tersebut dapat dilihat bahwa tiap-tiap bahan mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan) dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit, akan diperoleh bahan baru yang disebut beton bertulang. Beton bertulang ini mempunyai sifat sesuai dengan sifat bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan. Beban tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan cukup ditahan oleh beton. Beton juga tahan terhadap kebakaran dan melindungi baja agar tahan lama dari kerusakan akibat korosi. a. Sifat-sifat beton b. Material-material Penyusun Beton Semen PCC (Portland Composite Cement) Agregat Air
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
163
Pembebanan Jenis beban utama yang bekerja dan diperhitungkan pada struktur bangunan gedung adalah sebagai berikut: Beban Mati ( D ) Beban Hidup (L) Beban Angin (W) Beban Gempa Kombinasi Pembebanan SK SNI T-15-1991-03 mengatur tentang Faktor Pembebanan antara lain sebagai berikut : Beban mati dan beban hidup,pasal 3.2.1 U = 1,2 D + 1,6 L Dimana: U = Kuat perlu D = Beban mati L = Beban hidup Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D,L,W berikut harus dipelajari untuk menentukan nilai U yang terbesar, SK SNI T15-1991-03 pasal 3.2.2. U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) Atau U = 0,9 D + 1,3 W Kekuatan yang Disyaratkan Untuk memperhitungkan kemungkinan penyimpangan terhadap kekutan bahan, pengerjaan, ketidak tepatan ukur, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan maka pemakaian faktor reduksi (Φ) sangatlah penting, apabila factor reduksi dikalikan degan kuat ideal teoritik berarti sudah termasuk memperhitungkan tingkat daktalitas, kepentingan, serta tingkat ketepatan ukuran suatu komponen struktur sedemikian rupa sehingga kekuatannya dapat ditentukan SK SNI T-15-1991-03-pasal 3.2.3. memberikan faktor reduksi (Φ) untuk mekanisme,antara lain sebagai berikut : 1. Lentur dengan atau tanpa beban aksial (0,8) 2. Geser dan puntir (0,6) 3. Tarik aksial, tanpa dan dengan lentur (0,8)
164
ISSN 2089-2098
4. Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur (sengkang) (0,65) 5. Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur (spiral) (0,75) Dengaan demikian dapat dinyatakan bahwa kuat momen yang digunakan MR (kapasitas momen) sama dengan kuat momen nominal (Mn) dikali faktor reduksi (Φ). MR = ΦMn Analisa Plat Dalam hal ini plat yang dipakai adalah plat dua arah dan plat satu arah. Plat dua arah didefinisikan sebagai plat yang didukung sepanjang keempat sisi atau perbandingan antara panjang dan lebar plat tidak lebih dari 2 (dua). Sedangkan plat satu arah adalah plat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan sehingga lentur timbul hanya dalam satu arah saja, yaitu pada arah tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. Pada sistem struktur bentang menerus, balok meneruskan beban yang disangga sendiri maupun dari plat kepada kolom penyangga. Komunitas penulangan plat diteruskan masuk kedalam balok-balok dan kemudian diteruskan pada kolom. Rumus-rumus yang dipakai dalam perhitungan menentukan beban adalah sebagai berikut: Wu = 1,2 WDL + Wll (beban rencana) Perhitungan Tebal Plat Perhitungan Tebal Platminimum menurut rumus (SK SNI T-15-1991-03 Ayat 3.2.5) : hmin =
𝒍𝒏(𝟎,𝟖+
𝒇𝒚 ) 𝟏𝟓𝟎𝟎
𝟑𝟔+𝟗 .𝜷 𝒍𝒏(𝟎,𝟖+
𝒇𝒚
Dimana β = 1 )
𝟏𝟓𝟎𝟎 hmaks = 𝟑𝟔 Dimana Ln = Bentang bersih dari muka ke muka tumpuan. Rumus –rumus yang dipakai dalam perhitungan plat adalah sebagai berikut d efektif = 0,8 x h = 0,85, untuk f’c < 30 Mpa fy = 240 Mpa ρmaks = 0,75. ρb ρmin = 0,002 (khusus untuk plat) (SK SNI T-15-1991-03 ketentuan perencanaan plat)
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
Mn =
Mu
disebut balok T untuk balok ditengah bentang dan dengan membentuk’L’tipikal disebut balok L.
Ɵ 𝑴𝒏
Rn = 𝒃.𝒅𝟐 𝒇𝒚
m = 𝟎,𝟖𝟓 𝒇𝒄 𝟏
ρ = 𝒎 {1 – √𝟏 −
Penampang Balok L 𝟐𝒎.𝑹𝒏 𝒇𝒚
b efektif
}
h = tebal plat (mm) Mu = momen lentur akibat beban batas Vu = gaya geser terfaktor Vn = kuat geser horisontal Wu = berat efekttif struktur V = beban geser dasar akibat gempa (kN) Menentukan gaya geser (Vu) : Pada dukungan permukaan sebelah dalam bentang ujung (eksterior), Vu1,15 (1/2 Wuln2) Pada dukungan lainnya (tengah bentang), Vu = ½ Wulnp Pemeriksaan kuat geser, diambil nilai Vu yang terbesar. ΦVn = ΦVc = Φ(1/6 √𝒇′𝒄 ) h.d Jika Vu < ΦVn, maka tidak diperlukan tulangan geser dan sebaliknya. Analisa Balok Apabila suatu gelagar balok bentang sedarhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur,akan terjadi deformasi (regangan) lentur didalam balok tersebut. Sifat utama beton adalah kurang mampu menahan gaya tarik akan menjadi dasar perhitungan. Tulangan yang hanya dipasang didaerah tegangan tarik bekerja pada balok disebut balok bertulang baja tarik. Harap dicatat bahwa dibagian tekan disuatu penampang umumnya juga dipasang tulangan agar tulangan membentuk kerangka yang kokoh walaupun pada kenyataannya beton sudah mampu menahan tegangan tekan. Analisa dan perencanaan balok yang dicetak menjadi kesatuan yang monolit dengan plat atau atap, didasarkan pada anggapan atara plat dengan balok-balok terjadi interaksi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada balok, interaksi keduanya menjadi satu kesatuan pada penampangnya membentuk huruf ‘T’ tipikal ISSN 2089-2098
t (plat)
d
h As
ds
b
Gambar 1. Penampang balok L Rumus yang digunakan dalam perencanaan balok persegi adalah sebagai berikut : Lebar efektif balok berdasarkan standar SK SNI T-15-1991-03 adalah : 1. ½ bentang balok 2. B + 6 ht 3. ½ jarak antar balok Penampang Balok T Standar SK SNI T-15-1991-03 memberikan ketentuan tentang penetepan lebar flens efektif balok T sebagai berikut : a. ¼ panjang bentang balok b. Bw + 16 ht c. Jarak antar pusat balok b efektif
t (plat)
d
h
As
ds
b
Gambar 2. Penampang Balok T Rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan balok T sebagai berikut: Mu = 1,4 MDL + 1,7 MLL Tinggi efektif (d) = h-s ½ D Menentukan lebar efektif (b) MR = Φ (0,85 f’c) bht (d - ½ ht) Jika MR > Mu maka balok T sebagai balok persegi, jika MR < Mu maka balok T berfungsi sebagai balok T murni. K perlu = Mu/ΦbdI Dari nilai k diperoleh ρ ρmin = 1,4/fy As - ρ.b.d
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
165
nominal (Vs) mlebihi nilai ( √
𝑓′𝑐 3
c
mutu beton dan baja, yang digunakan untuk menahan beban – beban yang bekerja berupa Mu.
d h
Penulangan Geser/Sengkang Perencanaan penulangan geser untuk komponen-komponen struktur terlentur didasarkan pada anggapan bahwa beton menahan sebagian gaya, sedangkan selebihnya dilimpahkan pada tulangan baja geser. Cara yang umum dilaksanakan dan lebihsering dipakai adalah dengan menggunakan sengkang, dimana pelaksanaannya lebih mudah juga menjamin ketepatan pemasangan. Spasi dan tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur tidak melebihi d/2 untuk komponen struktur non-pratekan (SK SNI T-15 1991-03 pasal 3.4.5.ayat 4.1). Apabila kuat geser
A's
A's
b
Gambar 3. Penampang Balok Persegi Tabel 1. Tabel Minimum Balok dan Plat Satu Arah Bila Lendutan Tidak Dihitung.
)bwd, maka
jarak spasi maksimum yang diberikan dalam ayat 3.4.5 butir 4 sub butir 1 dan sub butir 2 harus dikurangi setengahnya. Av = 𝐴𝑣.𝑓𝑦.𝑑
Vs = 𝑠 Dimana : Av = Luas penampang tulangan geser total (mm) Vs = Kuat geser nominal yang dapat disediakan oleh tulangan geser bw = Lebar balok (mm) s = Jarak spasi tulangan geser (sengkang) arah memanjang tulangan pokok. d = Tinggi efektif balok (mm) fy = Kuat leleh tulangan geser (Mpa) Penulangan Pokok Tulangan pokok sama dengan tulangan utama atau tulangan memanjang. Tulangan. Utama adalah tulangan yang memanjang searah dengan panjang balok atau kolom. Dalam menganalisa penulangan balok adalah menghitung kapasitas atau kekuatan penampang berdasarkan data–data penampang seperti dimensi, luas tulangan, mutu beton ( f’c ), mutu baja ( f’y ) dan letak tulangan. Pada perhitungan desain kita diminta merencanakan penampang, luas tulangan, 166
ISSN 2089-2098
Untuk perhitungan dan perencanaan balok persegi harus melalui tahapan perhitungan sebagai berikut : Perolehan data : bentang struktur, f’c, f’y Desain panampang ( tabel 2.4 ) h= L/16, b= 1/2h s/d 2/3h Hitung Mu dengan beban terfaktor Asumsikan Jadi = 0,85.d s/d 0,9.d Mu / Hitung As = As f ' y. jd As Hitung b.d 1,4 min f'y 0,85. 1. f ' c.600 b (600 f ' y)
0,75 b a
As . f ' y 0,85 . f ' c . b
a Mn As. f ' y . ( d - ) 2
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
METODE PENELITIAN Penjelasan Umum Pelaksanaan pekerjaan di lapangan merupakan realisasi fisik suatu , sehingga bahan bangunan yang digunakan sangat menentukan mutu dan hasil suatu pekerjaan. Oleh sebab itu, bahan bangunan yang akan digunakan merupakan bahan bangunan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan persyaratan yang ada didalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), serta tidak terlepas dari pertimbangan biaya yang ada. Penggunaan bahan bangunan yang tidak sesuai baik dari segi kualitas maupun kebutuhan harus dihindari. apabila penggunaan bahan bangunan yang kondisinya tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan harus mendapat persetujuan dari pihak Pemberi Tugas atau dalam hal ini adalah Tim Pengawas Lapangan yang dibentuk oleh Pemberi Tugas dengan penyesuaian yang telah disepakati. Pekerjaan Persiapan Dalam pengerjaan suatu , untuk memulai pekerjaan konstruksi maka perlu adanya persiapan-persiapan pekerjaan. Pekerjaan persiapan meliputi sarana dan prasana penunjang dalam pekerjaan selanjutnya. Sarana dan prasarana penunjang berfungsi agar pelaksanaan pekerjaan nantinya dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 1. Pembersihan lokasi 2. Pembuatan pagar 3. Pemasangan papan nama 4. Pembuatan direksi keet 5. Pekerjaan pembongkaran 6. Pengadaan Sarana dan Prasarana Penunjang 7. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank Pekerjaan Tanah Pekerjaan tanah terbagi menjadi dua bagian, yaitu galian dan timbunan. Galian tanah dilakukan untuk pembuatan pondasi. Hasil galian dibuang ketempat yang akan ditinggikan elevasi permukaan tanahnya. ISSN 2089-2098
Penggalian tanah dilakukan dengan menggunakan alat berat. Sedangkan penimbunan tanah di lakukan untuk menimbun pondasi yang sudah terpasang dan meninggikan elevasi permukaan tanah yang telah direncanakan. Pemadatan tanah juga menggunakan alat sederhana dengan meratakan tanah kemudian disiram terusmenerus selama beberapa hari baru dipadatkan. Pekerjaan Struktur 1. Pekerjaan pondasi Pondasi ialah bagian bangunan yang tertanam pada tanah, menahan seluruh berat gedung yang berdiri diatas tanah. Tanah menerima beban dari gedung, dan pondasi membagi beban itu sehingga tekanan tanah yang diizinkan tidak terlampaui. Pondasi yang diperhitungkan dengan tepat menghindarkan penurunan gedung yang tidak merata, penurunan gedung yang tidak merataakan menimbulkan retak-retak pada dindingatau pintu dan jendela yang tidak dapat dibuka lagi. Untuk menghindari agar tidak terjadi seperti itu maka, pondasi diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tekanan tanah pada seluruh gedung menjadi sama. Dasarnya perhitungan menjadi beratnya bangunan beserta beban berguna, jenis pondasi, ukuran pondasi yang dipilih dan kekokohan landasan/ daya dukung tanah, dalam pembangunan gedung rawat inap VIP ini menggunakan jenis pondasi dangkal setempat/ pondasi tapak, dalam pengerjaanya meliputi : a. Pekerjaan Penggalian tanah b. Pembuatan lantai kerja c. Pemasangan beton dacking (Beton tahu) d. Pembesian / penulangan e. Pemasangan bekisting f. Pengecoran beton 2. Pekerjaan Sloof 3. Pekerjaan Kolom 4. Pekerjaan Balok 5. Pekerjaan Plat
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
167
Peralatan Bangunan Peralatan bangunan adalah sarana untuk mempermudah, memperlancar dan memperbesar intensitas pekerjaan, serta menghindari pemborosan waktu, biaya dan tenaga kerja.Secara ringkas peralatan digunakan untuk efisiensi biaya, waktu dan tenaga kerja dalam suatu , sehingga sangat tergantung pada peralatan yang tersedia. Bahan bangunan adalah komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu .Bahan bangunan sebagai penyusun dalam suatu konstruksi harus mendapat perhatian khusus, terutama pada - yang berskala besar dimana standar mutu bahan yang tersedia harus memenuhi standar yang disyaratkan. Penggunaan bahan yang tepat akan sangat mempengaruhi kualitas bangunan yang dikerjakan, demikian juga penyediaan bahan yang sangat sesuai dengan jadwal akan sangat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Penyediaan bahan bangunan harus disesuaikan dengan item pekerjaan yang telah ditentukan dalam time schedule. Bahan yang akan digunakan dalam suatu harus melalui proses uji bahan.Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peralatan dan bahan bangunan memegang peranan penting dalam melaksanakan pekerjaan. Jika salah satu dari alat dan bahan rusak atau tidak tersedia maka dapat dipastikan jadwal akan terganggu. Bahan Bangunan Bahan bangunan yang digunakan sangat menentukan mutu dan hasil suatu pekerjaan. Oleh sebab itu, bahan bangunan yang akan digunakan sedapat mungkin merupakan bahan yang terbaik, sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan persyaratan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS), serta tidak terlepas dari pertimbangan biaya yang ada. Penyimpanan bahan bangunan perlu diperhatikan, sehingga bahan bangunan yang akan dipakai tetap dalam kondisi layak pakai. Adapun yang termasuk bahan bangunan meliputi : 1. Semen 2. Air 168
ISSN 2089-2098
3. 4. 5. 6. 7.
Pasir Agregat Kasar ( Batu Split ) Baja Tulangan Kayu Beton ready mix
Alat Yang Digunakan Peralatan yang digunakan pada pembangunan Gedung Rawat Inap VIP RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro antara lain: 1. Mesin Aduk Beton (Concrete Mixer Molen) 2. Gerobak Dorong (Angkong) 3. Alat Pembengkok Baja Tulangan (Bar Bander) 4. Perancah (Skafolding) 5. Penggali Tanah 6. Pemadat Tanah (Tamping Rammer) 7. Alat Bantu Lainnya Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pembangunan dan mutu hasil pekerjaan yang diperoleh. Disamping itu, diperlukan pula suatu penempatan pekerja agar sesuai dengan keahliannya sehingga mutu hasil pekerja dapat maksimal. Umumnya pelaksana sudah mempunyai rekanan dalam menyelesaikan tenaga kerja, mekanisme umum yang dilaksanakan dalam penyediaan tenaga tukang adalah sistem borong. kepala pemborong mengajukan tawaran harga borongan pervolume pekerjaan pada pelaksanaan dan kepala pemborong akan menyediakan tenaga tukang sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diperlukan. Beberapa keuntungan sistem borongan yaitu pengadaan tenaga kerja, baik tukang maupun pekerjaan menjadi tanggung jawab kepala pemborong dan kecepatan pekerjaan dapat ditentukan secara optimal. 1. Jenis Tenaga Kerja 2. Status Tenaga Kerja 3. Sistem Pengupahan Pekerja 4. Waktu Kerja 5. Keselamatan Kerja
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
Struktur Organisasi Ada dua hal yang berkaitan dengan struktur organisasi agar pelaksanaan dapat terkoordinasi dan saling berkomunikasi, yaitu struktur organisasi dan struktur organisai di lapangan / pelaksana . 1. Struktur Organisasi 2. Struktu Organisasi Lapangan / Perusahaan a. Pelaksanaan Lapangan b. Administrasi Lapangan c. Logistik d. Mandor e. Tukang f. Pekerja HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Tebal Plat Dalam menganalisa h minimum dan h maksimum plat menggunkan rumus sebagai berikut : h = 120 mm = 0,12 m = 0,85, untuk f’c < 30 Mpa fy Ln 0,8 1500 hmin = = 36 9.
240 3500 0,8 1500 76,975 mm 36 9.0,85 fy Ln 0,8 1500 hmax = = 36
240 3500 0,8 1500 93,333 mm 36 Dari perhitngan tersebut digunakan tebal plat ( h ) = 120 mm, karena h ≥ h min maka lendutan tidak diperhitungkan. Jadi plat lantai dengan (h) 12 cm yang digunakan dilapangan telah memenuhi syarat ketentuan minimum plat lantai.
ISSN 2089-2098
Beban Yang Bekerja Pada Plat Lantai (PPIUG 1983) a. Beban Mati (WD) b. Berat sendiri plat = 0,12 x 24 2 = 2,88 kN/m a) Penutup lantai (beban spasi) = 0,02 x 21 = 0,42 kN/m2 b) Penutup lantai (beban keramik) = 0,008 x 24 = 0,192 kN/m2 c) Beban Plafond dan Penggantung = 0,11 + 0,7 = 0,18 kN/m2 Total Beban (WD) = 3,672 kN/m2 c. Beban hidup (WL), fungsi gedung sebagai rumah sakit diambil sebesar 2,50 kN/m2 (PPIUG 1983) d. Beban berfaktor/rencana (SK SNI T15 – 1991 – 03) pasal 3.2.1 (WU) = 1,2 (WD) + 1,6 (WL) = 1,2 (3,672) + 1,6 (2,50) = 4,41 + 4 = 8,41 kN/m2 Perhitunagan Pembebanan Balok Portal Pembebanan plat lantai : 1) Pembebanan segi tiga (q1) = (1/3 Wuplat x lx) x 2 = 1/3 x 8,41 x 3,225 x 2 = 18,082 kNm 2) Pembebanan segi tiga (q2) = (1/3 64 Wuplat x lx) x 2 = 1/3 x 8,41 x 3,275 x 2 = 18,362 kNm 3) Pembebanan segi tiga (q3) = (1/3 Wuplat x lx) x 2 = 1/3 x 8,41 x 2,5 x 2 = 14,016 kNm 4) Pembebanan segi tiga (q4) = (1/3 Wuplat x lx) x 2 = 1/3 x 8,41 x 3,5 x 2 = 19,624 kNm 5) Pembebanan segi tiga (q5) = (1/3 Wuplat x lx) x 2 = 1/3 x 8,41 x 3,5 x 2 = 19,624 kNm
x
x
x
x
x
Pembebanan pada balok portal (Type B1) : Direncanakan menggunakan balok induk ukuran 50/70 1. Beban sendiri balok (50/70) = 0,5 x 0,7 x 24
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
169
= 8,4 kN.m 2. Beban plat (q3+q4+q5) = = 53,264 kN.m Wu = 61,664 kN.m Pembebanan pada balok portal (Type B2.a) : Direncanakan menggunakan balok induk ukuran 40/60 1. Beban sendiri balok (40/60) = 0,4 x 0,6 x 24 = 5,76 kN.m 2. Beban plat (q1+q2) = = 36,444 kN.m Wu = 42,204 kN.m Penulangan Tumpuan d' As d h As' d' b
Gambar 4. Penampang Balok Pada Daerah Tumpuan K-300 = 300 x 0,098 = 29,4 MPa F’c = 29,4 MPa F’y (ø) = 240 MPa F’y (D) = 400 Mpa β1 = 0,85 Mpa Mu = 668,02 kN.m d = 700 – 40 – 10 - 11 = 639 mm Mu 668,02 Mn = 835,025 kN 0,8 (0,85 . f ' c . ) 600 ρb = x fy 600 fy (0,85 . 29,4 . 0,85) 600 ρb = x = 400 600 400 0,0318 max = 0,0318 x 0,75 = 0,0238 400 fy 16,0064 M = 0,85. f ' c 0,85 . 29,4 Mn Rn = = b.d2 835,025 x 10 6 4,090 500 x 639 2
170
1,4 1,4 0,0035 min = fy 400 2.m.Rn 1 1 = perlu 1 1 = f'y 16,0064 m 2 . 16,0064 . 4,090 1 1 0,0112 400 perlu > min , jadi dipakai perlu = 0,0112
Asperlu = . b . d = 0,0112 . 500 . 639 = 3578,4 mm2 Dipakai tulangan 10 D 22 (Asada = 3799 mm2) Asada = 3799 mm2 > Asperlu = 3578,4 mm2 ........ Ok As’perlu = min . b . d = 0,0035 x 500 x 639 = 1118,25 mm2 Dipakai tulangan 4 D 22 (As’ada = 1520 mm2) As’ada = 1520 mm2 > As’perlu = 1118,25 mm2 ....... Ok Jarak antar tulangan pokok : = b – 2x slimut beton – 2x Ø sengkang– jumlah tul. x Ø tul : Jumlah tul. – 1 500 40 x 2 10 x 2 5 x 22 S= 72,5 mm 51 S= D+25 = 22+25 = 47 mm 500 40 x 2 10 x 2 4 x 22 S= 104 mm 41 Penulangan Lapangan Mu = 453,73 kN.m d = 700 – 40 – 10 - 11 = 639 mm Mu 453,73 Mn = 567,16 kN 0,8 (0,85 . f ' c . ) 600 ρb = x fy 600 fy (0,85 . 29,4 . 0,85) 600 ρb = x = 77 400 400 600 0,0318 max = 0,0318 x 0,75 = 0,0238 400 fy 16,0064 M = 0,85. f ' c 0,85 . 29,4 Rn
ISSN 2089-2098
=
Mn 567 ,16 x 10 6 = 2,78 500 x 639 2 b.d2
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
1
min = 1,4 1,4 0,0035 fy
perlu
=
1 m
400
2.m.Rn 1 1 f'y 1 = 16,0064
2 . 16,0064 . 2,78 1 1 400 = 0,0074
perlu < min , jadi dipakai perlu = 0,0074 Asperlu = .b.d = 0,0074 . 500 . 639 = 2364,3 mm2 Dipakai tulangan 7 D 22 (Asada = 2660 mm2) Asada = 2660 mm2 > Asperlu = 2364,3 mm2 ........ Ok As’perlu = min . b . d = 0,0035 x 500 x 639 = 1118,25 mm2 Dipakai tulangan 4 D 22 (As’ada = 1520 mm2) As’ada = 1520 mm2 > As’perlu = 1118,25 mm2 ....... Ok Jarak antar tulangan pokok : = b – 2x slimut beton – 2x Ø sengkang – jumlah tul. x Ø tul : Jumlah tul. – 1 500 40 x 2 10 x 2 5 x 22 S= 72,5 mm 41 500 40 x 2 10 x 2 4 x 22 104 mm S= 41 Perhitungan Tulangan Geser Vu maks = 124,72 kN.m Kuat geser penampang beton : 1 1 29,4 .500 .639 = Vc = 6 f' c .b.d = 6 288730,90 . 10-3 N/m = 288,730 kNm ØVc = 0,6 x 288,730 = 173,238 kNm 0,5. ØVc = 0,5 x 173,238 = 86,619 kNm Vu = 124,72 kNm < ØVc = 173,238 kNm (maka tidak memerlukan tulangan geser) Vu = 124,72 kNm > 0,5. ØVc = 0,5 x 138,590 = 86,619 kNm (maka harus dipasang tulangan geser minimum) ISSN 2089-2098
1
Av = 2 . 4 . 𝜋 . 102 = 2 . 4 . 3,14 . 102 = 157 mm2 (157) . (240) . (639) 𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑 𝑆= = 𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 124,72 . (10)3 = 193,05 mm→ Dipakai 200 mm d 639 Smax = 2 = 2 = 319,5 mm → Dipakai 320 mm Jadi digunakan tulangan geser/sengkang minimum Ø10 – 200 mm. Perhitungan mekanika balok memanjang plat lantai (SK SNI T-15-03-1991 )
Momen-momen yang menentukan yaitu : a. Momen tumpuan ( luar ) = 2 2 (1/16 x Wu x L ) = (1/16 x 20,77 x 9 ) Mu = 105,15 kN.m b. Momen tumpuan ( dalam) = (1/10 x Wu x L2 = (1/10 x 20,83 x 92 ) Mu = 168,24 kN.m c. Momen lapangan = (1/14 x Wu x L2 ) = (1/14 x 20,83 x 92 ) Mu = 120,17 kN.m Perhitungan Pembebanan Balok Anak 25/60 Data-data yang ditentukan a. Tinggi Balok (h) = 600 mm b. Lebar Balok (b) = 250 mm c. Selimut Beton(p) = 40 mm (SK SNI T15 – 1991 – 03)Pasal 3.3.16-7 d. Tinggi Efektif(d) = h – p – Øseng – ½ Øtul d = 600 – 40 – 10 - 8 = 542 mm d’= 600 – 542 = 58 mm
Gambar 5. Distribusi Pembebanan Trapesium
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
171
e. Pembebanan Trapesium(q1) 2 1 lx = Leq= . lx 3 - 4 2.ly 6 2 1 3,5 . 3,5 3 4 = 1,63 m 2 . 8 6 Leq= 2 x1,63 = 3,26 m Pembebanan pada balok anak (25/60) 1. Berat sendiri balok (25/60) = 0,25 x 0,60 x 24 = 3,6 kN/m2 2. Berat sendiri plat lantai Leq x Wu plat = 3,26 m x 8,41 kN/m2 = 27,41 kN/m2 WU =31,01 kN/m2 Penulangan Tumpuan K-300 = 300 x 0,098 = 29,4 MPa F’c = 29,4 MPa F’y (ø) = 240 MPa F’y (D) = 400 Mpa β1 = 0,85 Mpa Mu = 180,42 kN.m d = 600 – 40 – 10 - 8 = 542 mm Mu 180,42 Mn = 225,52 kN 0,8 (0,85 . f ' c . ) 600 ρb = x fy 600 fy (0,85 . 29,4 . 0,85) 600 ρb = x = 400 600 400 0,0318 max = 0,0318 x 0,75 = 0,0238 400 fy 16,0064 M = 0,85. f ' c 0,85 . 29,4
Rn
min
172
=
Mn 225,52 x 10 6 = 3,0707 b.d2 250 x 542 2
1,4 1,4 0,0035 = fy 400 2.m.Rn 1 = perlu 1 1 f'y m
ISSN 2089-2098
=
perlu
1 16,0064
2 . 16,0064 . 3,0707 1 1 400 = 0,00821 > min , jadi dipakai perlu = 0,00821
Asperlu = . b . d = 0,00821 . 250 . 542 = 1112,45 mm2 Dipakai tulangan 6 D 16 (Asada = 1205,76 mm2) Asada = 1205,76 mm2 > Asperlu = 1112,45 mm2 ........ ok As’perlu = min . b . d = 0,0035 x 400 x 542 = 758,8 mm2 Dipakai tulangan 3 D 22 (As’ada = 1140 mm2) As’ada = 1140 mm2 > As’perlu = 758,8 mm2 ....... Ok Jarak antar tulangan pokok : = b – 2x slimut beton – 2x Ø sengkang – jumlah tul. x Ø tul :Jumlah tul. – 1 Jarak horizontal = 250 40 x 2 10 x 2 3x16 51 mm 31 Jarak vertikal = D + 25 = 16 + 25 = 41 mm Penulangan Lapangan Mu = 124,04 kN.m d = 600 – 40 – 10 - 8 = 542 mm Mu 124,04 Mn = 155,05 kN 0,8 (0,85 . f ' c . ) 600 ρb = x 99 fy 600 fy (0,85 . 29,4 . 0,85) 600 ρb = x = 400 600 400 0,0318 max = 0,0318 x 0,75 = 0,0238 400 fy 16,0064 M = 0,85. f ' c 0,85 . 29,4 Rn
min
Mn 155,05 x 10 6 = 2,1112 250 x 542 2 b.d2 1,4 1,4 = 0,0035 fy 400
=
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
1 2.m.Rn 1 perlu 16,0064 = 1 1 = f'y m 2 . 16,0064 . 2,1112 1 1 = 0,00552 400
perlu > min , jadi dipakai perlu = 0,00552 Asperlu = .b.d
= 0,00552 . 250 . 542 = 747,96 mm2 Dipakai tulangan 4 D 16 (Asada = 803,84 mm2) Asada = 803,84 mm2 > Asperlu = 747,96 mm2 ........ ok As’perlu = min . b . d = 0,0035 x 400 x 542 = 758,8 mm2 Dipakai tulangan 3 D 22 (As’ada = 1140 mm2) As’ada = 1140 mm2 > As’perlu = 758,8 mm2 ....... Ok Jarak antar tulangan pokok : = b – 2x slimut beton – 2x Ø sengkang – jumlah tul. x Ø tul : Jumlah tul. – 1 Jarak horizontal = 250 40 x 2 10 x 2 2 x16 118 mm 21 Jarak vertikal = D + 25 = 16 + 25 = 41 mm Perhitungan Tulangan Geser Vu maks = ½ . Wu . L = ½ . 31,01 . 8 = 124,04 kN.m 1 Vc = . √f ′ c . b . d 6 Vc 1 = . √29,4 . (250). (542) . (10)−3 6 = 122,450 kN. m ØVc = 0,6 x 122,450 = 73,47 kNm ØVc perlu = Vu – ØVc = 124,04 – 73,47 = 50,57 kNm 50,57 Vsperlu = 0,6 = 84,28 kNm Vu > ØVc maka diperlukan tulangan geser 1 1 Av = 2 . 4 . 𝜋 . 102 = 2 . 4 . 3,14 . 102 = 157 mm2 (157) . (240) . (542) 𝐴𝑣 . 𝑓𝑦 . 𝑑 𝑆= = 𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 84,28 . (10)3 ISSN 2089-2098
= 242,31 mm Smax = ½ . d = ½ . 542 = 271 mm Dipakai sengkang/ tulangan geser ∅10 – 250 mm. KESIMPULAN 1. Dari hasil penelitian Pembangunan Gedung Rawat Inap VIP Rumah Sakit Umum Daerah Jendral Ahmad Yani Kota Metro penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a) Dalam pelaksanakan pekerjaan di lapangan pekerjaan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), sehingga pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan yang telah di rencanakan. b) Pelaksanaan pekerjaan sudah dilaksanakan sesuai dengan gambar dan RAB yang telah ditawarkan pihak kontraktor ke pihak dinas terkait. 2. Dari pengamatan selama kerja praktek lapangan, beberapa hal yang menjadi perhatian penulis untuk dijadikan saran, antara lain : a) Dalam pelaksanaan pekerjaan agar disiapkan tenaga yang benar-benar mampu dibidangnya sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang akan merugikan Pelaksana itu sendiri, ketelitian dan kecermatan pada pelaksanaan pekerjaan harus diutamakan. b) Dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan Pelaksana harus memperhatikan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), sehingga pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan. c) Pengadaan material dan peralatan harus sesuai dengan waktu dan fungsinya. DAFTARPUSTAKA 1. Adiyono. 2006. Menghitung 102 Kontruksi Beton Untuk Pengembangan Rumah Bertingkat Dan Tidak Bertingkat.Griya kreasi 2. Anonim. 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Metro : Universitas Muhammadiyah Metro.
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016
173
3. Apri Setiawan 2015, Tugas Besar Struktur Beton II 2015 4. Diktat 2009. Konstruksi Beton I. Jakarta : Politeknik Negri Jakarta 5. Indra Cahya. 1999.Beton Bertulang. Malang : Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. 6. LPMB. 1991. SKSNI T15-1991-03 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bandung : Departemen Pekerjaan Umum. 7. PU. 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah Dan Gedung. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. 8. Wangsadinata.Wiratman dan Tim 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia . Departemen Pekerjaan Umum 9. Ir. Gunawan.T & Ir. Margaret.S 1987. Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi Beton I Jilid I. Delta Teknik Group Jakarta
174
ISSN 2089-2098
TAPAK Vol. 5 No. 2 Mei 2016