PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
1
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG Juara III lomba karya tulis dalam hari ulang tahun MMA, 1997: Agrimedia
Apa Itu Agribisnis? Petani seringkali dianggap sosok kecil yang memiliki berbagai kekurangan. Petani dijadikan merek (trade mark) bagi seorang laki-laki tua yang mendorong bajak dan suka membawa cangkul dengan caping bambu yang menutupi keriput wajahnya. Petani merupakan profesi yang tabu bagi sebagian orang untuk dimasuki dan dibicarakan. Anggapan-anggapan demikian merupakan anggapan orang-orang dulu yang masih melekat dipikiran orang-orang jaman sekarang. Tak jarang karena determinasi definisi yang feodal itu, membuat sektor pertanian yang sebagian besar digerakkan oleh para petani enggan untuk didiskusikan. Sehingga dijadikan alasan mengapa sektor pertanian bukan menjadi primadona pembangunan. Pertanian masih dipersepsikan sebagai bisnis yang tidak memberikan insentif pada bagi lembaga keuangan, sehingga bukanlah hal yang aneh jika sektor pertanian kurang atau tidak diminati. Hal ini terungkap dalam seminar rutin tentang Bank Pertanian/Agribisnis: Antara Kebutuhan dan Fisibilitas yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor, pada tanggal 30 Juni 1997 yang lalu. Menurut praktisi perbankan, investasi di sektor pertanian, jika dilihat di on-farm saja, tidak akan memberikan pengembalian modal seperti yang diharapkan pada berbagai kegiatan lain. Sifat produksi yang musiman, mudah busuk, tidak seragam, dan sebagainya membuat usahatani menjadi suatu kegiatan yang beresiko tinggi yang kurang diminati dan sangat dihindari oleh bank-bank konvensional; demikian juga oleh penanam modal DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
1
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
2
berskala menengah dan besar. Lebih jauh diutarakan bahwa sebagian besar investor di Kawasan Barat Indonesia kurang berminat menanamkan modal pada kegiatan pertanian di Kawasan Timur Indonesia karena kemampuan pengembalian modalnya jauh lebih rendah dari biaya imbangannya (opportunity cost). Namun demikian, menurut akademisi, apabila pembangunan semata-mata mengandalkan mekanisme pasar (first best policies), maka pemanfaatan sumberdaya (alam, manusia dan modal) tidak akan optimal. Sektor pertanian (dan pedesaan) serta Kawasan Timur Indonesia (yang sangat potensial untuk pertanian) menjadi tertinggal dibandingkan dengan sektor lain serta Kawasan Barat Indonesia. Akibatnya juga adalah aliran produk-produk pertanian primer yang menjadi bahan mentah di sektor industri atau untuk kegiatan agribisnis lainnya menjadi kurang lancar. Pengembangan agribisnis di daerah transmigrasi misalnya, yang dewasa ini banyak dialihkan ke Kawasan Timur Indonesia, menjadi terhambat, salah satunya, karena lemahnya dukungan lembaga keuangan. Selain itu, beberapa waktu yang lalu berbagai media massa cetak mengupas tuntas permasalahan cabe, salah satu komoditi pertanian yang sudah dua kali mewarnai media massa dengan sangat fluktuatifnya harga. Dalam waktu hampir bersamaan, permasalahan buah impor yang mengandung bahan kimia juga diekspos oleh media massa, pada hal beberapa bulan yang lalu, kasus Bangkok Sydrome masih segar dalam ingatan. Berbagai seminar telah dilaksanakan baik oleh pemerintah sebagai stabilisator maupun oleh pendidikan tinggi sebagai dinamisator. Namun, solusi seminar tersebut belum mampu diaplikasikan untuk menanggulangi permasalahan pertanian secara keseluruhan. Kasus cabr dan buah impor menjadi bukti kurangnya antisipasi dari implementasi berbagai solusi tersebut, terutama antisipasi terhadap kondisi makro dan mikro perekonomian yang tumbuh dengan pesat. Bahkan, AFTA dan GAAT menjadi tantangan baru yang menurut Presiden Soeharto, mau tidak mau, suka tidak suka harus dihadapi. Globalisasi dan industrialisasi yang digembar-gemborkan oleh negara-negara maju telah memberikan persepsi yang semakin sempit bagi sektor pertanian dan semakin luas bagi sektor industri. Sektor industri dijadikan tanda (image) bagi kemajuan suatu bangsa. Industrialisasi bagi negara-negara maju merupakan keunggulan komparatif dan kompetitif yang sangat tidak mungkin dilampaui DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
2
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
3
oleh negara-negara yang belum maju dalam waktu singkat, karena keterkaitan antar negara sering menjadi ketergantungan yang bersifat kronis (dengan kecenderungan "menjajah"). Kondisi ini harus diperbaiki dengan langkah awal adalah merubah cara pandang pertanian kepada konsep yang lebih progresif yang berorientasi pertumbuhan dan pemerataan serta pelestarian lingkungan. Terkait dengan ini, Prof. Dr. Bungaran Saragih, MEc. (Kepala Pusat Studi Pembangunan IPB) menyatakan bahwa "Agribisnis adalah cara pandang baru dalam melihat pertanian". Ini berarti bahwa pertanian tidak hanya kegiatan usahatani (on farm activities) tetapi juga kegiatan di luara usahatani (off farm activities). Dengan demikian, pertanian tidak hanya berorietasi produksi (production oriented) tetapi juga berorientasi pasar (market oriented), tidak hanya dilihat dari sisi permintaan (demand side) tetapi juga dari sisi penawaran (supplay side). Dalam hal ini, pertanian tidak hanya bercocok tanam, beternak, menambak ikan, dan berkebun tetapi juga bagaimana menyediakan sarana produksinya, bagaimana memproses outputnya, bagaimana memasarkan outputnya, dan bagaimana keterlibatan lembaga penunjang (seperti perguruan tinggi, perbankan, LSM, dan lainnya). Cara pandang baru pertanian ini memberikan perubahan konsep dalam melihat pertanian, sehingga secara teoritis pertanian mampu menjadi sektor yang memimpim (a leading sector) dalam era globalisasi. Konsep baru ini menawarkan bisnis yang tidak hanya menguntungkan bagi sektor pertanian tetapi juga menguntungkan bagi pembangunan bangsa. Bagaimana tidak, jika kegiatan bisnis on farm yang bersifat berkelanjutan (sustainable) tetapi tidak memberikan kontribusi margin yang besar dikembangkan secara bersama dan integratif dengan kegiatan bisnis di off farm yang bersifat tidak sustainable tetapi memberikan kontribusi keuntungan yang sangat besar, sehingga sektor pertanian dapat melakukan cross margin dan cross business sustainability yang melibatkan rakyat banyak. Meskipun demikian, konsep baru yang ditawarkan ini tidak berarti langsung bisa diaplikasikan, walaupun secara nyata, selain masih ada perbedaan konsep dalam memandang agribisnis antara akademisi (terutama posisi agroindustri), juga dapat dikatakan bahwa agribisnis memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dibandingkan bisnis lain diluar pertanian dalam konteks agribisnis. Hal ini karena pada saat ini banyak aturan, peran dan kebijakan yang masih tidak friendly bagi agribisnis.
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
3
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
4
Walaupun demikian, ada dua hal penting yang dapat disepakati adalah bahwa pertama, pengembangan pemikiran dan kemungkinan aplikasi dari sistem agribisnis ini harus ditindak lanjuti, dan kedua, bahwa pada masa yang akan datang, apa pun alasannya, pengembangan agribisnis yang sebagian besar berorientasi pada rakyat kecil, berprinsip pemerataan, dan berfalsafah keberlanjutan (sustainability) harus menjadi prioritas pembangunan. Secara faktual, peran pengusaha agribisnis sangat nyata dampaknya, terutama dalam menyerap tenaga kerja, menghasilkan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang besar, serta melahirkan banyak wirausahawan (entrepreneur). Agribisnis telah memberikan landasan yang kuat bagi pengusaha dan banyak dari mereka yang tumbuh besar seperti Mercu Buana, Bogasari, Indofood, Pokphand, Astra, Cipendawa, Sinarmas, Barito Pasifik, Bakrie, dan lainnya. Di Amerika serikat pun kegiatan agribisnis ini pada tahun 1989 menyerap 17% dari seluruh angkatan kerjanya dan memberikan sumbangan 16% dari seluruh Produk Domestik Brutonya. Jika agribisnis telah terbukti mampu melahirkan banyak pengusaha besar, maka seharusnya tidak sulit untuk menciptakan pengusaha agribisnis berskala kecil. Namun tingkat kemudahannya sangat tergantung pada aspek makro dan mikro dari perekonomian nasional. Secara mikro, pengusaha agribisnis kian dituntut untuk lebih mengerti pasar, perlu lebih memahami dasar-dasar hukum permintaan dan penawaran untuk dapat memperkirakan harga yang akan dihadapinya, perlu lebih tanggap terhadap perubahan teknologi, perlu memperhatikan azas konservasi dalam setiap aktivitas usaha yang dilakukannya, perlu menguasai cara-cara pemanfaatan kredit, dan berbagai masalah lainnya. Dengan kata lain, pengusaha agribisnis dituntut untuk tidak hanya berorientasi produksi (product oriented) seperti yang selama ini dilakukan, tetapi lebih diarahkan untuk berorientasi bisnis (business oriented). Secara makro, semakin dituntut pula berbagai kebijakan fiskal dan moneter serta berbagai kerjasama internasional yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif. Terutama, dampak globalisasi perekonomian yang terus bergulir yang menciptakan pasar yang lebih bebas bagi komoditaskomoditas yang diperdagangkan secara internasional.
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
4
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
5
Dengan situasi seperti ini, maka pengembangan pengusaha agribisnis semakin relevan dan semakin penting artinya bagi pertumbuhan perekonomian nasional khususnya munculnya pengusaha-pengusaha baru. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan bukan hanya karena pada massa yang akan datang peran swasta semakin besar (megatrend-nya Neisbitt), tetapi karena lahirnya dan berkembangnya pengusaha baru akan menimbulkan suatu pertumbuhan ekonomi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha-pengusaha agribisnis yang tumbuh dan berkembang dalam jumlah yang banyak, selalu menyumbang terhadap peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Strategi Pengembangan Agribisnis Strategi umum yang perlu diambil dapat dimulai dengan menjadikan pembangunan berbasis agroindustri sebagai jalur pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi nasional dapat dimulai dengan lebih memproyeksikan Indonesia sebagai Negara Agroindustri, sehingga secara konsisten perekonomian Indonesia dapat menjadi pertanian yang bercirikan agribisnis (agribusiness base economic). Menurut Pusat Studi Pembangunan IPB ada empat bentuk kebijakan lintas sektoral yang perlu diambil dalam rangka pengembangan pengusaha agribisnis nasional, yaitu pertama; Farming Reorganization yang memperhatikan pentingnya usaha untuk mengatasi masalah keterbatasan (smallness) pengusaha agribisnis. Perlu kiranya kebijakan reorganisasi, terutama dalam hal reorganisasi usaha, sehingga dapat tercapai diversifikasi usaha yang menyertakan usaha komoditas-komoditas yang bernilai tinggi. Selain itu, reorganisasi manajemen sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh skala manajemen yang lebih besar yang tidak selalu harus economics of scale, tetapi mengarah pada economics of scope. Kedua, Small-scale Industrial Modernization. Pengembangan agroindustri merupakan inti dari pengembangan pengusaha agribisnis. Dalam hal ini kebijakan modernisasi kegiatan indutri perlu menjadi fokus perhatian utama. Modernisasi yang perlu dilakukan menyangkut modernisasi teknologi berikut seluruh perangkat penunjangnya, modernisasi sistem, organisasi, dan manajemen, serta modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
5
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
6
Ketiga, Services Rasionalization. Pengembangan layanan agribisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan pengusaha agribisnis. Rasionalisasi lembaga penunjang, terutama lembaga pemasaran, lembaga keuangan (financial institution), dan lembaga penelitian akan meningkatkan efisiensi dan daya saing pengusaha agribisnis berskala kecil, baik di dalam Keempat, Agribusiness Integration. Kebijakan di atas perlu dilaksanakan dalam bentuk kebijakan agribisnis terpadu, yang mencakup beberapa bentuk kebijaksanaan. Pertama, Kebijakan pengembangan produksi dan produktivitas di tingkat perusahaan (firm level policy). Kedua, kebijakan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis. Ketiga, kebijakan di tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan antara beberapa sektor. Keempat, kebijakan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pengusaha agribisnis. Komitmen dan loyalitas terhadap proses produksi yang lebih luas menjadi alasan pokok dari sistem hubungan antara pengusaha agribisnis (kecilmenengah-besar), karena life cycle produk agribisnis relatif pendek, musiman, perishabel, dan voluminous yang mengharuskan penerapan konsep Just In Time. Dengan karakteristik demikian, persoalannya bukan bagaimana pengusaha agribisnis berskala kecil menjadi besar dan menggeser yang besar, tetapi bagaimana pengusaha agribisnis berskala kecil tumbuh berkembangan menopang pengusaha menengah dan besar. Penerapan Just In Time dalam konteks big idea tidak hanya pada proses produksi, tetapi semua aspek yang menyebabkan sia-sia (waste) harus dieliminasi, sehingga diperoleh kondisi cost reduction, inventory reduction, dan quality improvement yang selama ini selalu hangat diperbincangkan pengusaha agribisnis. Dengan demikian, praktek-praktek bisnis yang dilakukan secara tidak adil oleh pengusaha besar, seperti penundaan pembayaran dan bahkan pembatalan pembayaran dengan alasan produk-produk pertanian yang dipasarkan tidak laku dapat dieliminasi.
Konsep Pengembangan Agribisnis Pada saat bangsa-bangsa di dunia sangat memprihatinkan kondisi bumi akibat proses modernisasi yang tidak berorientasi pada keberlanjutan generasi, DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
6
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
7
berbagai solusi disampaikan untuk sama-sama memikirkan bagaimana nasib bumi ini. Namun, faktor dominansi bangsa-bangsa maju masih terlihat jelas terutama pada bangsa-bangsa di belahan dunia ke tiga. Mereka mendapat serangan gencar terhadap isu pengrusakan bumi tersebut, sehingga bangsa-bangsa yang umumnya sedang membangun ini harus mendapat tekanan dan berbagai proteksi. Indonesia, sebagai contoh sering menjadi sorotan media internasional terutama dalam pengelolaan hutan tropikanya (isu pembakaran hutan sedang marak dan berada pada kondisi membahayakan). Mungkin mereka lupa, bahwa Indonesia sebenarnya telah mencanangkan pembangunan yang berwawasan lingkungan jauh sebelum isu pengrusakan bumi itu sendiri diperdebatkan. Saat ini pun, Indonesia telah mulai melakukan inovasi baru dalam pembangunan wilayah, yaitu dengan mengembangkan kawasan-kawasan Agribisnis modern yang bertumpu pada teknologi frontier yang berwawasan lingkungan. Pembangunan wilayah dengan konsep pengembangan kawasan agribisnis modern tersebut sangat menarik dan merupakan alternatif terbaik pada saat ini dan masa yang akan datang, dalam rangka memperbaiki lingkungan global dari ancaman kerusakan. Sebagai contoh, dibangunya kebun buah nasional Mekar Sari, Taman Bunga, dan lainnya, merupakan langkah yang tepat sebagai acuan dalam pembangunan wilayah. Perubahan global drastis yang saat ini sedang berjalan, menunjukkan bahwa manusia sudah mulai lebih rasional dalam menyiapkan keberlanjutan kehidupan generasi selanjutnya. Dengan demikian, konsep pengembangan kawasan agribisnis modern harus memiliki ciri sustainability dan berwawasan lingkungan. Sustainability merupakan pandangan ke depan untuk melihat bagaimana kontribusi kawasan agribisnis modern tersebut terhadap pengembangan wilayah yang ditinjau dari semua aspek sudut pandang. Di lain pihak berwawasan lingkungan menjadi wahana bagi kawasan agribisnis untuk resistant terhadap segala gangguan alam dan manusia serta menghindari kerusakan sumberdaya alam yang lebih lanjut. Untuk mencapai keseimbangan dari kedua faktor di atas, maka pendekatan resource-base merupakan kekuatan pengembangan kawasan agribisnis modern. Hal ini berimplikasi untuk menjadikan bioteknologi (dari hulu ke hilir) sebagai basis pengembangan, yang dapat memudahkan melakukan pendekatan resource-base tersebut. Sebagai indikator, pemanfaatan senyawa-senyawa DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
7
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
8
kalsiteran kimia berbahaya bagi ekosistem pada tahun-tahun lampau telah mendatangkan protes keras dari aktivis-aktivis lingkungan, sehingga teknologi biologis memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif untuk dikembangkan. Ini berarti bahwa pengembangan kawasan agribisnis modern membutuhkan dukungan tenaga terdidik dan terampil di bidang bioteknologi. Beberapa negara maju seperti USA, Belanda, Australia dan Taiwan telah membuktikan keberhasilan praktek-praktek di atas. Selain itu, untuk menghidari terjadinya lingkaran setan (vicibuscirle) dan menghadapi problema pengembangan kawasan agribisnis modern, maka pertanyaan mendasar adalah bagaimana strategi, pendekatan, sasaran dan mekanisme pengembangannya, sehingga proyek tersebut dapat dilaksanakan secara sempurna. Saat ini masih selalu menjadi catatan kalangan perbankan di Indonesia bahwa proyek agribisnis adalah proyek yang berisiko tinggi. Oleh karena itu pengembangan kawasan agribisnis modern harus dimulai dari peta sumberdaya (alam dan manusia) kawasan yang akan dikembangkan tersebut. Skenario pengembangan yang menyangkut strategi, pendekatan, sasaran dan mekanisme pengembangannya harus secara tajam dirumuskan agar keseluruhan skenario itu dapat dioperasionalkan secara nyata (tangible).
Pembangunan Wilayah Agribisnis Arah kebijaksanaan dan orientasi pengembangan kawasan agribisnis modern, tidak semata-mata ditujukan kepada pembangunan fisik-material tetapi sekaligus harus dikaitkan dengan pembangunan masyarakat secara langsung (community development). Titik berat pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat setempat memerlukan pendekatan yang bersifat integral dan terpadu (integrated approach), artinya pembangunan yang dilaksanakan tidak hanya menyangkut pembangunan struktur, tetapi sekaligus pembangunan manusia (human factor) dengan pendekatan yang berimbang (balanceapproach). Pengembangan kawasan agribisnis modern harus mempunyai keterkaitan yang harmonis antara pendekatan top down dengan pendekatan bottom up yang bertujuan untuk mencapai efek ganda (multiplier effects). Prakarsa-prakarsa dari bawah tidak dapat diabaikan, karena merupakan invisible hand dalam menggerakkan sumberdaya sebagai kekuatan utama untuk mewujudkan DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
8
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
pengembangan kawasan agribisnis modern yang sustainable lingkungan.
9
dan berwawasan
Pendekatan yang berasal dari bawah adalah memobilisasi berbagai unggulanunggulan lokal, yaitu menyentuh harga diri dan membangun rasa percaya diri masyarakat melalui pendekatan psychosocial. Dengan pendekatan seperti ini di upayakan secara optimal untuk mengubah siklus dari suatu tantangan dan unggulan-unggulan komparatif yang terpendam di masyarakat ke dalam siklus pengembangan kawasan agribisnis yang modern. Pengembangan kawasan agribisnis modern perlu memperkenalkan pikiranpikiran yang lebih rasional, metode-metode yang lebih baik, improvisasi teknologi frontier sampai teknologi tepat guna, dan lain sebagainya. Kreativitas pikiran harus menjawab berbagai hal yang dapat diperbuat oleh masyarakat. Para perencana, pemikir dan pelaksana pengembangan harus dapat membantu masyarakat untuk mandiri. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan-pendekatan dalam mengembangan kawasan agribisnis sebagai dasar dalam melakukan perencanaan wilayah. Diantara pendekatan-pendekatan tersebut antara lain: 1. Pendekatan Spatial: Agroklimatologi, ekologi, agronomi, kemampuan tanah, geografi dan topografi serta flora dan fauna, dijadikan indikatorindikator penting untuk pengembangan kawasan. Aspek sumberdaya alam dan lingkungan harus mendapatkan perhatian sejak awal sebelum ekologi itu sediri mengalami kerusakan sebagai akibat perlakuan manusia untuk kepentingan pembangunan dalam memenuhi kebutu 2. Pendekatan Sosial Budaya: Diarahkan pada studi dan pemahaman mengenai cara hidup (way of life) masyarakat berdasarkan lantar belakang dimensi kulturalnya. 3. Pendekatan Kesejahteraan: Meneliti keterkaitan berbagai sektor kawasan seperti: agribisnis, industri, perdagangan dan jasa, kesejahteraan keluarga, pekerjaan, sumber pendapatan, distribusi pendapatan dan lainnya. Selain itu, secara lebih mendalam berupaya untuk menggali dan mengembangkan berbagai sumber daya alam dan manusia, dana dan daya serta pola-pola dan kualitas kepemimpinan dalam masyarakat untuk mengejar ketertinggalannya. DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
9
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
10
4. Pendekatan sosial politik: Menciptakan kondisi sosial politik yang stabil untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pengembangan kawasan dan masyarakat luas. 5. Pedekatan Kualitas: Berdasarkan peningkatan kualitas dan perspektif masyarakat imana mereka hidup, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, pelayanan umum, perilaku setiap individu dan pergaulan antara keluarga di dalam masyarakat. Pengembangan kawasan agribisnis itu sendiri bertumpu pada teknologi biologis yang merupakan suatu sistem yang integratif dan merupakan life cycle yang lengkap. Unit-unit bisnis dalam kawasan ini meliputi unit bisnis (1) pupuk hayati, (2) perkebunan buah-buahan, (3) estate nursery, (4) pengolahan, (5) agrowisata, (6) penanganan limbah, dan (7) Pelatihan. Pupuk hayati; pupuk hayati yang dikembangkan adalah mikoriza hasil kegiatan mikroorganisme. Mikoriza menguntungkan bagi tanaman melalui pengaruhnya (a) membantu penyerapan unsur hara, (b) meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi kering, (c) mengendalikan infeksi oleh patogen akar, (d) menghasilkan zat perangsang tumbuh tanaman, (e) merangsang aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan tanaman, (f) memperbaiki struktur dan agregasi tanah, dan (g) membantu siklus mineral. Perkebunan buah-buahan; lebih dikenal sebagai exotic fruits dan beberapa kelompok mempunyai peluang yang besar untuk ekspor dan industri pengolahan. Selain itu, buah-buahan memiliki potensi pasar yang sangat baik di regional, nasional, dan internasional. Bahkan pangsa pasar internasional yang cukup besar masih belum dapat dipenuhi seluruhnya, sehingga sangat besar peluang untuk berkompetisi dengan negara lain dalam memproduksi buahbuahan yang berkualitas. Estate nursery; usaha pembibitan (nursery) mutlak diperlukan sebagai input produksi utama. Bibit yang baik dan bermutu tinggi menjadi jaminan akan mutu buah yang akan dihasilkan. Bibit yang dikembangkan merupakan bibit unggul yang memiliki potensi genetik dan fenotip yang baik dan memiliki ciri sesuai dengan varietas, murni, seragam, mempunyai daya tumbuh yang baik, dan bebas hama dan penyakit bawaan.
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
10
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
11
Pengolahan; merupakan sarana penanganan hasil perkebunan sebelum hasil tersebut dipasarkan dan didistribusikan yang meliputi sortasi, pembersihan, dan pengkemasan serta penyimpanan. Agrowisata; upaya memberikan pengalaman sensasi, tantangan, kenangan, dan kepuasan bagi pengunjung dengan merancang sedemikian rupa tapak sebagai lokasi wisata. Wisata yang akan dikembangkan bertumpu pada (1) lahan produksi buah-buahan, (2) unit bangsal pengolahan hasil produksi buah-buahan dan limbah, (3) unit pembibitan dan laboratorium kultur jaringan, dan (4) unit pengembangan pupuk hayati. Penanganan limbah; limbah yang dikeluarkan akan dikelola dan ditangani secara baik sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah dilakukan dengan menerapkan konsep Minimisasi Limbah. Pelatihan; dalam rangka mengembangan sumberdaya manusia dalam mengelola sistem agribisnis secara integratif dan menyeluruh. Pelatihan menjadi program adalah untuk merubah sikap, perilaku dan pengetahuan para peserta dan masyarakat agribisnis. Ketujuh, komponen pengembangan kawasan agribisnis di atas merupakan suatus sistem yang saling terkait dan berada pada siklus yang tertutup sehingga ditinjau dari konsep sistem agribisnis memberikan keunggulan kompratif dan keunggulan kompetitif. Dalam artian, kawasan agribisnis akan mandiri dan memiliki kualitas hubungan yang kuat dengan komponen-komponen bisnis di luar wilayahnya. Selanjutnya, pemerintah harus menciptakan kondisi sosial politik yang stabil serta pengaturan fasilitas finansial dan perbankan yang lebih mudah untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pengembangan kawasan tersebut. Karena pengembangan kawasan agribisnis modern dilaksanakan berdasarkan pada peningkatan kualitas dan perspektif masyarakat dimana mereka hidup, seperti pendidikan, perumahan, kesehatan, pelayanan umum, perilaku setiap individu dan pergaulan antara keluarga di dalam masyarakat. Investasi prasarana umum biasanya dilaksanakan oleh pemerintah, sehingga kalangan swasta tertarik untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan pengembangan kawasan tersebut. Jika hal di atas dipenuhi, maka rekayasa pengembangan kawasan agribisnis modern yang mentransformasi nilai-nilai rasional yang dibutuhkan dan DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia
11
PEMBANGUNAN AGRIBISNIS INDONESIA YANG BERKELANJUTAN DALAM ERA GLOBALISASI: ANTARA KEBUTUHAN DAN PELUANG
12
teknologi modern tetap memfungsikan keunggulan keterampilan dan pengetahuan yang masyarakat miliki. Pada akhirnya, hal ini dapat memberikan peningkatan pendapatan dengan memilih secara tepat sumber-sumber dan faktor-faktor yang memiliki potensi kuat (influencing factors), untuk memberi efek ganda pada faktor-faktor pembangunan lainnya. Pengembangan kawasan agribisnis modern yang makin maju akan membawa pada kemandirian (self sufficiency) wilayah yang secara riel akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri (self reliance) untuk menumbuhkan prakarsaprakarsa dan sikap mandiri masyarakat luas. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang rasional, bekerja keras dan memiliki kemandirian yang kuat untuk menyejahterakan dirinya sendiri, khususnya melalui swasembada kebutuhan utamanya.
Pustaka: E. Gumbira-Sa'id dan Burhanuddin. KAWASAN AGRIBISNIS MODERN MEMACU PEMBANGUNAN WILAYAH. Kompas, 1996. Burhanuddin. SUMBERDAYA MANUSIA AGRIBISNIS PADA ERA GLOBALISASI. Indonesia, 1996.
Bisnis
Rachmat Pambudy dan Burhanuddin. STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL PERTANIAN PASCA GATT. Suara Pembaruan, 1995. Rachmat Pambudy. KEWIRAUSAHAAN DAN BISNIS KECIL; STRATEGI PEMERATAAN USAHA NASIONAL TAHUN 2000. Bisnis dan Manajemen, 1997. Burhanuddin. KOMITMEN LEMBAGA KEUANGAN PADA AGRIBISNIS. Manajemen, 1997.
Bisnis dan
12
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB | Agrimedia