PEMBANGUNAN PETERNAKAN BERWAWASAN AGRIBISNIS DAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P. Dosen Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Sekertaris Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia Cabang Lampung Disampaikan pada acara Expert Meeting Kebijakan Pembangunan Dewan Riset Daerah Kabupaten Lampung Timur 2016 PENDAHULUAN Pemerintah daerah harus terus berupaya meningkatkan kapasitas, kinerja, dan daya saing daerah. Sebagai pemandu arah percepatan pembangunan nasional, pemerintah pusat telah menerbitkan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Melalui skema MP3EI 2011-2025 setiap daerah memiliki peluang untuk mempercepat pembangunan daerah sesuai dengan kompetensi unggulan wilayah yang dimiliki. Implementasi Perpres tersebut perlu didukung oleh seluruh pihak yang terkait, termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota; perguruan tinggi, serta industri/swasta. Pemerintah daerah harus terus berupaya mempercepat peningkatan kinerja pembangunan di daerahnya, termasuk pembangunan di sektor pertanian dalam arti luas secara terpadu dan berkelanjutan. Subsektor Peternakan merupakan salah satu subsektor yang memiliki peluang besar untuk berkontribusi terhadap percepatan pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung, khususnya Kabupaten Lampung Timur. Posisi geografis Provinsi Lampung dan potensi sumberdaya alam untuk pengembangan peternakan yang sangat mendukung, telah memungkinkan Provinsi Lampung berkembang menjadi salah satu lumbung ternak nasional.
Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Sejak dahulu telah disadari bahwa usaha ternak memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan usaha tani tanaman. Komponen ternak dalam sistem usaha tani dapat menyediakan pupuk organik (pupuk kandang) untuk tanaman. Sebaliknya, biomassa tanaman sisa panen dalam usaha tani serta hasil sisa pengolahan produk pertanian menjadi sumber utama pakan ternak. Hubungan sinergis tersebut harus terus dieksplorasi manfaatnya pada level rumah tangga usaha pertanian, menuju pengembangan sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan. Integrasi usaha ternak-tanaman (crop livestock system) sangat menunjang upaya untuk mewujudkan pembangunan pertanian secara berkelanjutan yang berdaya saing. Sistem Agribisnis Peternakan
Era globalisasi membawa konsekuensi perlunya perubahan struktur ekonomi, industri dan perdagangan. Pemerintah dan masyarakat Indonesia khususnya para
wirausahawan bidang pertanian/peternakan harus sudah mengantisipasi masalahmasalah yang akan dihadapi pada era perdagangan bebas dengan mengubah orientasi produksi menjadi orientasi Agribisnis yang diharapkan dapat mengintegrasikan sektor pertanian (Inti dan Turunannya) dalam sistem perdagangan internasional. Agribisnis itu adalah suatu sistem pendekatan pembangunan yang utuh. Sistem ini terdiri dari empat subsistem yaitu penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan dan pemasaran. Dalam pelaksanaan lebih lanjut agar empat subsistem dapat berjalan dengan baik maka diperlukan dua subsistem lagi, yaitu subsistem infrastruktur dan subsistem pembinaan. Oleh karena itu pelaksanaan agribisnis memerlukan koordinasi dari berbagai pendekatan pembangunan pertanian. Setelah koordinasi tersebut berjalan lancar, maka diperlukan penciptaan kondisi yang kondusif yang memadai di pedesaan atau di daerah di mana agribisnis tersebut dilaksanakan. Kondisi kondusif ini antara lain adalah tersedianya komponen agribisnis secara lengkap di pedesaan; adanya wirausaha dan kemitraan; dan kondisi lain yang mendukung. Pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis ini mampu: 1. meningkatkan pendapatan produsen; 2. meningkatkan penyerapan tenaga kerja; 3. meningkatkan perolehan devisa; dan 4. menambah jumlah agroindustri baru. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa Sistem Agribisnis Peternakan adalah sebuah sistem pengelolaan ternak secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari pembuatan (manufaktur) dan distribusi sarana produksi ternak (sapronak), kegiatan usaha produksi (budidaya), penyimpanan dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran produk peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan kebijakan pemerintah. Sistem agribisnis peternakan adalah keterkaitan yang saling mendukung dan tidak boleh terpotong antara kegiatan subsistem agribisnis satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk totalitas. Adapun tujuan Program Pengembangan Agribisnis Peternakan adalah mendorong berkembangnya usaha dengan wawasan bisnis yang mampu menghasilkan produk peternakan dan industri peternakan primer yang berdaya saing, menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan, tenaga kerja peternakan, pengembangan ekonomi wilayah, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para peternak dan produsen dan mendukung pertumbuhan pendapatan daerah. Mata rantai agribisnis peternakan terdiri dari empat rangkaian kegiatan ekonomi : 1. Subsistem agribisnis hulu (praproduksi), yaitu kegiatan ekonomi yg menghasilkan (agroindustri hulu) dan perdagangan sarana produksi ternak (bibit, pakan, obat-obatan, peralatan pelengkap) 2. Subsistem usaha produksi usahatani (budidaya), yaitu kegiatan ekonomi yg menggunakan sapronak untuk menghasilkan produk primer (daging, susu, telur konsumsi) 3. Subsistem agribisnis hilir (pasca produksi), yaitu kegiatan ekonomi yg mengolah produk primer menjadi produk olahan seperti kornet, sosis dan keju beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional
4. Subsistem jasa penunjang peternakan, yaitu lembaga yg menyediakan jasa bagi ketiga subsistem peternakan seperti transportasi, perbankan, penelitian dan pengembangan, penyuluhan dan layanan informasi agribisnis, kebijakan pemerintah, asuransi, dan lainnya.
Agribisnis peternakan sebagai suatu sistem memerlukan langkah-langkah bertahap antara lain: a. Penataan dan pengembangan struktur agribisnis secara vertikal dari hulu sampai dengan hilir; serta mengembangkan organisasi bisnis di tingkat petanipeternak. b. Meningkatkan peran dan kualitas sumber daya manusia (SDM agribisnis melalui pemberdayaan peningkatan produksi dan pelatihan antar pekerjaan pada sub-sub sistem agribisnis. c. Penggunaan teknologi tepat guna. d. Pengembangan strategi pemasaran hasil. e. Pengembangan agribisnis peternakan dengan memperhatikan lingkungan hidup. Industri Peternakan Berkelanjutan
Melalui kemajuan teknologi khususnya teknoligi biologis dan kimiawi yang disebut sebagai revolusi hijau (green revolution), telah membawa perubahan besar baik di bidang pertanian maupun pada ekosistem secara keseluruhan. Kemajuan teknologi ini menyebabkan manusia mampu menghasilkan produk-produk pertanian, khususnya bahan pangan yang jauh lebih besar daripada kemampuan produksi alamiah dari alam. Perkembangan yang bersifat trade off tersebut di satu sisi mampu meningkatkan produksi dan produktivitas sektor peternakan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat sejalan dengan meledaknya jumlah penduduk. Di sisi lain menyebabkan penurunan (worse off) kualitas lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan sektor peternakan menjadi semakin tergantung dengan input luar yang tinggi dengan penggunaan teknologi canggih. Sistem peternakan yang semakin tergantung dengan dengan input luar yang berlebihan dan tidak seimbang, tidak hanya berdampak pada ekologi dan lingkungan, tetapi juga terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik diantaranya dengan adanya ketergantungan pada impor peralatan, bibit serta input lainnya. Dalam lingkungan dan iklim seperti ini maka yang menjadi perhatian untuk dapat memanfaatkan peluang adalah suatu industri peternakan yang efisien dan berwawasan lingkungan, yang mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam setempat secara optimal bagi tujuan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu pendekatan pembangunan peternakan dengan paradigma lama perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan melakukan perubahan yang sistematis dan integratif dalam paradigma pembangunan. Perubahan preferensi konsumen yang lebih menginginkan produk yang ramah lingkungan perlu diikuti perkembangannya dan diendogenuskan dalam pembangunan industri agribisnis berbasis peternakan. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian kembali terhadap pemanfaatan teknologi agar tidak hanya berorientasi pada penggunaan input energi secara maksimal, tetapi perlu diarahkan pada penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Tujuan pembangunan berkelanjutan harus berjalan seimbang yaitu peningkatan produktivitas dan produksi
dalam memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat dan disisi lain harus memperhatikan pencapaian keberlanjutan sistem produksi, peningkatan kesejahteraan petani, dan pelestarian lingkungan hidup yang memerlukan langkah terobosan di bidang penelitian.
Pembangunan peternakan berkelanjutan yang memperhatikan aspek konservasi sumber daya alam, air dan sumber daya genetik tanaman dan hewan tersebut harus berwawasan ligkungan, artinya: tidak menimbulkan pencemaran serta degradasi dalam mutu lingkungan hidup, yakni secara teknis tepat guna, secara ekonomi layak diusahakan, secara sosial dapat diterima, secara ekologis tetap menjamin keseimbangan ekosistem lainnya. Implikasinya pembangunan peternakan berwawasan lingkungan adalah : 1) terpeliharanya kapasitas produksi sumber daya alam, 2) mengurangi dampak pencemaran dan penurunan kualitas linkungan hidup, 3) dapat menghasilkan produk primer maupun sekunder yang berkualitas dan higienis dan berdaya saing tinggi, serta 4) dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang memadai bagi peternak.
Dilihat dari basis sumber daya yang digunakan, agribisnis peternakan sangat tergantung pada faktor ekosistem atau lingkungan. Oleh karena itu pembangunan peternakan dengan pendekatan agribnisnis dapat terus tumbuh secara berkelanjutan sesuai dengan ekosistem spesifik lokasi dimana agribisnis dikembangkan. Strategi pembangunan peternakan yang berkelanjutan pada sistem produksi dilakukan dengan pendekatan usahatani (farming system) berupa integrasi tanaman dan ternak, pendaurulang bahan organik, pengolahan lahan konservasi, pengurangan bahan input kimia (LISA = Low Input Sustainable Agriculture), pengendalian hama terpadu dan sistem produksi tanaman-ternak. Pada subsitem agroindustri dilakukan pengolahan produksi peternakan primer menjadi sekunder atau tersier serta pengolahan limbah. Beberapa keuntungan pembangunan peternakan yang berkelanjutan dengan pendekatan agribisnis antara lain : Pengembangan agribisnis peternakan didasarkan atas sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) tidak akan pernah habis. Kegiatan agribsinis peternakan dapat diintegrasikan dengan mudah sehingga interaksi masyarakat dengan lingkungan dapat dipertahankan. Dapat membuka peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan dengan adanya nilai tambah hasil produksi peternakan bersifat standar, berkualitas baik dan berdaya saing tinggi. Membangun Peternakan Berwawasan Agribisnis dan Berkelanjutan di Lampung Timur
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten tertua di Provinsi Lampung. Posisi kabupaten ini sangat strategis, sehingga Kabupaten Lampung Timur berkembang menjadi Jalur Lintas Timur dari dan ke Pulau Sumatera atau Pulau Jawa. Kondisi geografis ini jelas sangat menguntungkan bagi Kabupaten Lampung Timur, baik dari sisi masyarakat maupun sisi Pemerintah Daerah (Pemda).
Posisi geografis yang strategis ini mengharuskan Pemda dan masyarakat Kabupaten Lampung Timur untuk selalu mengikuti perubahan. Pencermatan perubahan penting dilakukan karena perubahan akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Antisipasi terbaik terhadap arus perubahan adalah melalui pembangunan, dan pembangunan tersebut harus mampu mengoptimalkan semua potensi, kapasitas, dan keunggulan yang dimiliki daerah. Salah satu unggulan kabupaten Lampung Timur adalah peternakan. Tahun 2015 2014 2013 2015 2014 2013
Tabel 1. Populasi Ternak di Kabupaten Lampung Timur
Sapi
118.188 114.366 103.992
Kerbau 2.430 2.521 3.727
Ayam kampung 1.766.034 1.762.237 1.760.952
Kambing 140 341 138 101 136 774
Ayam petelur 1.168.000 2.722.300 2.268 278
Domba 6 316 10 529 21 835
Babi
8 320 8 572 8 528
Ayam pedaging 2.776.000 952.850 1.057.564
Itik
109.548 114.984 482.367
Rencana perampingan organisasi yang akan segera di realisasikan pada oleh Bupati Lampung Timur, yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No 18 tahun 2016, maka dari 34 SKPD di Kabupaten Lampung Timur, akan mengalami pemangkasan hingga 26 atau 29 SKPD. Beberapa contoh Dinas/Instansi yang akan disatukan adalah yang masih tergolong masih satu rumpun, antara lain Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura – Dinas Perkebunan dan Kehutanan – Dinas Peternakan, akan menjadi Dinas Pertanian; kemudian Dinas Keuangan – Dinas Pendapatan akan menjadi Dinas Keuangan. Dengan bergabungnya Dinas Peternakan menjadi Dinas Pertanian, seharusnya tidak menghilangkan fungsinya, dalam membangun peternakan di Kabupaten Lampung Timur, “minim struktur kaya fungsi” inilah yang seharusnya dilakukan dalam meningkatkan efisiensi organisasi. Berkaitan dengan hal itu beberapa strategi pembangunan peternakan juga harus mengalami perubahan. Program Pengembangan
Strategi pengembangan pada dasarnya merupakan pernyataan yang menjelaskan secara rinci tentang bagaimana tujuan dan sasaran pengembangan akan dicapai secara efektif. Selanjutnya strategi tersebut dielaborasi lebih jauh dengan dilengkapi serangkaian arah kebijakan yang diperlukan dalam rangka memperefektif upaya pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Program pengembangan peternakan mencakup 4 aspek, yaitu peningkatan kualias SDM, kerjasama/kemitraan, inovasi teknologi budidaya, kebijakan dan regulasi. Keempat aspek tersebut akan diuraikan di bawah ini .
Peningkatan Kualias SDM Dalam upaya pengembangan ternak diperlukan sumber daya manusia yang handal yang mengerti dan mau menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan. Sistem pemeliharaan masih bersifat tradisional turun menurun, oleh karena itu diperlukan adanya upaya peningkatan pengetahuan para petani teknis pemeliharaan ternak secara masif. Perubahan cara pemeliharaan dari tradisional ke arah yang lebih baik memerlukan waktu yang panjang. Walaupun demikian, tidak semua metode pemeliharaan tradisional bersifat kurang produktif, terdapat beberapa hal yang bersifat produktif. Dalam rangka merubah metode pemeliharaan tersebut diperlukan kerjasama dengan lembaga adat setempat. Peranan masyarakat sangat besar dalam pengelolaan ternak baik itu secara adat maupun berkelompok. Inovasi Teknologi Budidaya
Teknologi budidaya ternak mencakup banyak aspek mulai dari pemilihan bibit yang baik, metode pemeliharaan, penyusunan ransum, mencakup juga aspek kesehatan ternak. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas SDM diperlukan berbagai penyuluhan dan pelatihan mengenai teknis budidaya ternak. Pengenalan Sistem Integrasi Tanaman Ternak merupakan intensifikasi sistem usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Kerjasama Kemitraan
Untuk meningkatkan kualitas SDM dan adanya inovasi teknologi budidaya para peternak diperlukan adanya kerjasama antar lembaga. Untuk meningkatkan pengetahuan teknologi budidaya ternak diperlukan keterlibatan lembaga litbang direpresentasikan oleh unit litbang litbang perguruan tinggi; dan lembaga litbang vertikal yang ada di daerah. Unsur lain yang tidak kalah penting adalah kelompok tani dan lembaga adat setempat. Untuk menjamin keberhasilan program pengembangan ternak diperlukan adanya sinergitas yang baik diantara lembagalembaga tersebut. Kebijakan dan regulasi
Peran pemerintah sebagai aktor utama pengelola program pengembangan ternak. Oleh karena itu disusun diperlukan sekali kebijakan atau regulasi yang mendorong pengembangan ternak, termasuk pengaturan tataniaga ternak. Dalam menentukan kebijakan diharapkan pemerintah melibatkan para stakeholder yang yang terlibat, hal ini diperlukan agar terjadi sinergitas antar lembaga yang terlibat dalam pengembangan ternak. Kebijakan tersebut termasuk dalam pengalokasian anggaran belanja daerah untuk pengembangan sarana dan prasarana peternakan. Pengembangan Puskeswan (pusat kesehatan hewan); Mengacu kepada Permentan Nomor 64/Permentan/OT.140/9/2007 Tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) bahwa Puskeswan mempunyai wilayah kerja 1 – 3 kecamatan sesuai dengan jangkauan, efektifitas dan tingkat efisiensi. Berdasarkan Permentan diatas Lampung Timur dengan 24 kecamatan harusnya minimal memiliki 8 puskeswan, saat ini Lampung Timur hanya mempunyai 2 puskeswan di Batanghari dan Labuhan Ratu
Penutup Sebagai akhir dari paparan singkat diatas dapat disampaikan bahwa berbagai macam program yang telah disusun dengan baik akan menjadi sia-sia jika tidak dilaksanakan dengan baik. Empat aspek prioritas perlu segera dilakukan, yaitu peningkatan kualias SDM, kerjasama/kemitraan, inovasi teknologi budidaya, kebijakan dan regulasi, dalam upaya membangun peternakan di Kabupaten Lampung Timur. Saran/Rekomendasi
1. Komoditas Strategis Peternakan yang perlu mendapat perhatian : Sapi, berkaitan dengan peran kelembagaan kelompok dalam mewujudkan peningkatan populasi dan agribisnis sapi potong Sapi, berkaitan dengan pola budidaya yang high cost, perlu dikembangkan pola budidaya yang berbasis integrasi tanaman-ternak, padang penggembalaan, dan lainnya untuk menekan biaya produksi dan menghasilkan daging dengan harga yang kompetitif. Kerbau, menurunnya populasi kerbau di Kabupaten Lampung Timur perlu segera dicarikan solusi agar dapat dipertahankan dan ditingkatkan Itik, populasi menurun tajam seiring dengan meningkatnya wisata kuliner berbasis itik/bebek perlu segera disiapkan sarana dan prasarana mulai dari bibit, pakan, dan teknologi budidaya berdasarkan sumber daya lokal
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur perlu segera membangun UPT/Puskeswan di setiap kecamatan sebagai pusat pengembangan agribisnis peternakan. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. 2016. Kabupaten Lampung Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. 2015. Kabupaten Lampung Timur dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. 2014. Kabupaten Lampung Timur dalam Angka. Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Daerah Propinsi Lampung. 2015. Kajian Strategi Percepatan Pengembangan Kambing Saburai Di Provinsi Lampung.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tulang Bawang. 2016. Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Kerbau Rawa di Kabupaten Tulang Bawang.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung. 2015. Road Map Kawasan Sapi Potong di Lampung. https://rohmatfapertanian.wordpress.com/about/2-pembangunan-agribisnis-peternakan/
https://sivitasakademika.wordpress.com/2015/03/30/pengembangan-peternakan-terpaduberwawasan-agribisnis-dalam-rangka-mewujudkan-ketahanan-pangan/