PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN MENGGUNAKAN MINI PURSE SEINE DI PPP LEMPASING, PROVINSI LAMPUNG
YULIA ESTMIRAR TANJOV
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Sumberdaya Ikan menggunakan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 21 September 2016
Yulia Estmirar Tanjov NIM C451140221
RINGKASAN YULIA ESTMIRAR TANJOV. Pemanfaatan Sumberdaya Ikan menggunakan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Provinsi Lampung. Dibimbing oleh ROZA YUSFIANDAYANI dan MUSTARUDDIN. Salah satu sentra kegiatan perikanan tangkap di Kota Bandar Lampung adalah PPP (Pangkalan Pendaratan Pantai) Lempasing. Alat tangkap yang digunakan di PPP Lempasing bervariasi, mulai dari skala besar sampai skala kecil sehingga hasil tangkapan bervariasi. Salah satu alat tangkap yang banyak dioperasikan nelayan PPP Lempasing adalah mini purse seine. Mini purse seine dioperasikan dengan menggunakan alat bantu cahaya. Jenis teknologi yang diterapkan tergolong modern namun jangkauan operasi masih terkonsentrasi di perairan pantai karena nelayan membatasi diri untuk beroperasi dengan sistem one-day trip dari basis perikanan terdekat. Kegiatan perikanan mini purse seine di Perairan Teluk Lampung dan PPP Lempasing belum berjalan sesuai dengan kondisi perairan di sekitarnya, terutama untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggung jawab. Penelitian ini dilakukan di Perairan Teluk Lampung dan PPP (Pangkalan Pendaratan Pantai) Lempasing, Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui status pemanfaatan sumberdaya ikan, 2) mengetahui kelayakan teknis, biologi, ekonomi, dan sosial perikanan, 3) mengetahui kelayakan pengembangan usaha perikanan dengan menggunakan mini purse seine di PPP Lempasing. Beberapa metode analisis digunakan pada penelitian ini, untuk mengetahui status pemanfaatan sumberdaya ikan digunakan analisis surplus produksi seperti fishing power indeks (FPI), catch per unit effort (CPUE) dan, maximum sustainable yield (MSY), untuk mengetahui kelayakan teknis, biologi, ekonomi, dan sosial perikanan digunakan metode analisis skoring. Kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji keuntungan (profitability) atau kerugian dari suatu usaha, analisis yang digunakan yaitu: analisis keuntungan ( , Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Hasil penelitian menunjukkan tangkapan mini purse seine di PPP Lempasing mengalami penurunan dari tahun 2010-2014 untuk kapal mini purse seine < 5 GT, 6-10 GT, 11-15 GT, dan pola penurunan produksi perikanan yang tinggi terjadi pada kapal mini purse seine < 5 GT. Hasil analisis dari skala prioritas dari penilaian teknis, biologi, ekonomi, dan sosial didapat bahwa kapal mini purse seine dengan ukuran 6-10 GT layak untuk kegiatan penangkapan ikan. Hasil yang didapat dari analisis kelayakan usaha adalah kapal mini purse seine ukuran 6-10 GT dan kapal mini purse seine ukuran 11-15 GT layak untuk dikembangkan, karena secara ekonomi layak dan memiliki nilai NPV > 0, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, serta payback period kurang dari delapan tahun. Jenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap adalah ikan selar (Selaroides sp.), ikan kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan kwee (Carangoides chrysophrys). Kata Kunci : Hasil Tangkapan, Lempasing, Mini purse seine.
SUMMARY YULIA ESTMIRAR TANJOV. Fisheries Resource Utilization using Mini Purse Seine, in Lempasing Coastal Fishing Port, Lampung Province. Supervised by ROZA YUSFIANDAYANI dan MUSTARUDDIN. Lempasing is a Coastal Fishing Port (CFP) which located in Bandar Lampung. It is one of the centers of fisheries activities in the city. There are various fishing gears operating in Lempasing, ranging from small to large scale of fishing gear resulting to various types of catch. One of the fishing gear which operated by most of fishermen in Lempasing is mini purse seine. The operation is by utilizing the light to form a fishing area. This type of technology is relatively modern but the fishing ground still concentrated in coastal waters because of oneday fishing trip from the nearest fishery basis. Mini purse seine fishing activities in the Lampung Bay Area and Lempasing CFP is not in accordance with the conditions of the surrounding waters area, especially to create a responsible fisheries business. The research was conducted in the Lampung Bay Area and Lempasing CFP, Lampung. This study aims to : 1) determine the status of fisheries resources utilization, 2) determine the feasibility of technical, biological, economic and social, 3) determine the feasibility of fisheries development by using mini purse seine in Lempasing CFP. Several analysis methods were used in this study namely: 1) Analysis of surplus production such as Fishing Power Index (FPI), Catch Per Unit Effort (CPUE) and Maximum Sustainable Yield (MSY) to determine the status of fisheries resource utilization, 2) Scoring analysis method to determine the technical feasibility, biology, economics and social, 3) Feasibility analysis such as analysis of profits (π), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period (PP) to determine profit or loss of a business. The result showed that mini purse seine catch in Lempasing CFP tended to decrease in 2010-2014 for < 5 GT, 6-10 GT, 11-15 GT boat, and the biggest decreasing pattern of production was found in < 5 GT mini purse seine.Scoring analysis method obtained that mini purse seine vessel with the size of 6-10 GT is reasonable for fishing activities. Feasibility analysis showed that mini purse seine vessel with the size of 6-10 GT and 11-15 GT were worthy to be developed due to the economic feasibility with the value of NPV> 0, Net B / C> 1, IRR > valid interest rate, as well as the payback period (PP) of < 8 years. The dominant small pelagic fishes caught were scad fish (Selaroides sp.), mackerel fish (Rastrelliger sp.), longnose trevally fish (Carangoides chrysophrys). Keywords: Lempasing, Mini purse seine, Total Catch
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
1
PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN MENGGUNAKAN MINI PURSE SEINE DI PPP LEMPASING, PROVINSI LAMPUNG
YULIA ESTMIRAR TANJOV
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Ronny Irawan Wahyu, MPhil
PRAKATA Kegiatan perikanan mini purse seine di Perairan Teluk Lampung dan PPP Lempasing belum berjalan sesuai dengan kondisi perairan disekitarnya, terutama untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggung jawab. Penulis mencoba untuk mengatasi permasalahan di atas dengan cara menganalisis pemanfaatan sumberdaya ikan menggunakan mini purse seine yang dilihat dari aspek pemanfaatan sumberdaya ikan, aspek teknis penangkapan ikan, dan aspek kelayakan usaha, sehingga kegiatan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing Lampung layak untuk dikembangkan. Tesis yang dibuat berdasarkan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Mustaruddin, STP selaku anggota pembimbing yang telah mengarahkan dan mengajarkan banyak hal kepada penulis. Penyusunan tesis ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Perikanan Laut; 2. Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc selaku Ketua Departemen PSP – FPIK; 3. Bapak Dr. Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil selaku Penguji Luar Komisi; 4. Dosen dan staf pegawai Program Studi Teknologi Perikanan Laut yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga kepada penulis selama menempuh pendidikan di IPB; 5. Papa, Ibu, dan adik saya (Delvieri Estmiral Tanjov), serta keluarga besar di Lampung atas motivasi yang diberikan selama ini; 6. Teman-teman seperjuangan TPL 2014 atas kebersamaan yang terjalin erat selama ini; dan 7. Staf pegawai dan pengelola UPTD PP Lempasing, serta bapak/ibu nelayan yang membantu saya dalam kegiatan observasi selama di lapangan. Penulis berharap tesis ini dapat menjadi masukan yang berharga bagi para pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan isi tesis. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, 21 September 2016
Yulia Estmirar Tanjov
DAFTAR ISI DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRA x DAFTAR ISTILAH xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 2 Perumusan Masalah Tujuan 3 Manfaat 3 Hipotesis Penelitian 3 Kerangka Pemikiran 4 6 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat 6 6 Metode Pengambilan Data Metode Analisis Data 7 Aspek Pemanfaatan Sumberdaya Ikan 7 Aspek Teknis Penangkapan Ikan 9 Aspek Kelayakan Usaha 11 HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Kondisi Umum PPP Lempasing 15 Produksi Perikanan di PPP Lempasing 15 Daerah Penangkapan Kapal Mini purse seine 19 Mini Purse Seine di PPP Lempasing 20 Alat Bantu Cahaya 21 Armada dan Teknis Penangkapan 23 Pemanfaatan Sumberdaya Ikan 24 Upaya Pemanfaatan 25 Upaya Lestari 27 Teknis Penangkapan Ikan 29 Penilaian Teknis 29 Penilaian Biologi 31 Penilaian Ekonomi 32 Penilaian Sosial 32 Gabungam Penilaian Aspek teknis, biologi, ekonomi, dan sosial 33 Kelayakan Usaha 35 Usaha Perikanan Mini Purse Seine 35 Analisis Kelayakan Usaha 37 KESIMPULAN DAN SARAN 41 Kesimpulan 41 Saran 41 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN 48 RIWAYAT HIDUP 74 viii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Hasil Tangkapan dan Nilai Produksi Ikan Jarak Operasi Penangkapan Standarisasi alat tangkap mini purse seine dan payang Standarisasi alat tangkap mini purse seine Nilai Produksi, Upaya, dan CPUE standar Nilai Upaya Maksimum Lestari Kapal Mini Purse Seine Penilaian Teknis Standarisasi Penilaian Teknis Penilaian Biologi Standarisasi Penilaian Biologi Penilaian Ekonomi Standarisasi Penilaian Ekonomi Penilaian Sosial Standarisasi Penilaian Sosial Gabungan Penilian Teknis, Biologi, Ekonomi, dan Sosial Standarisasi Hasil Penilaian Gabungan Biaya investasi usaha perikanan mini purse seine 6-10 GT Biaya investasi usaha perikanan mini purse seine 11-15 GT Biaya operasional usaha perikanan mini purse seine 6-10 GT Biaya operasional usaha perikanan mini purse seine 11-15 GT Nilai analisis kelayakan usaha kapal mini purse seine
16 19 25 26 27 27 30 30 31 31 32 32 33 33 34 34 35 36 36 37 37
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kerangka penelitian Data hasil tangkapan mini purse seine tahun 2014 Hasil tangkapan berdasarkan panjang ikan Hasil tangkapan ikan berdasarkan bobot ikan Daerah penangkapan ikan untuk mini purse seine Mini Purse Seine yang digunakan nelayan PPP Lempasing Alat bantu cahaya dalam pengoperasian penangkapan ikan Perkembangan produksi dari kapal mini purse seine Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing Kurva produksi lestari dan upaya penangkapan di PPP Lempasing
ix
5 17 18 18 20 21 22 24 25 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Standarisasi upaya penangkapan perikanan mini purse seine Hasil analisi regresi kapal mini purse seine < 5 GT Hasil analisi regresi kapal mini purse seine 6-10 GT Hasil analisi regresi kapal mini purse seine 11-15 GT Nilai rata-rata penilaian teknis Nilai rata-rata penilaian biologi Nilai rata-rata penilaian ekonomi Nilai rata-rata penilaian sosial Sampel ikan yang didapat pada saat operasi penangkapan ikan Ikan hasil tangkapan Kapal Sri Dunung Ikan hasil tangkapan Kapal Sumber Rejeki Ikan hasil tangkapan Kapal Putra Agung Cash Flow untuk kapal mini purse seine 6-10 GT Cash Flow untuk kapal mini purse seine 11-15 GT Fasilitas, sarana, dan prasarana yang ada di PPP Lempasing Pengoperasian mini purse seine Sri Dunung Pengoperasian mini purse seine Sumber Rejeki Pengoperasian mini purse seine Putra Agung
x
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 65 68 71
DAFTAR ISTILAH Alat Penangkapan Ikan
:
Benefit-cost ratio (B/C Ratio)
:
Biaya investasi
:
Biaya tetap
:
Biaya variabel
:
Cash Flow
:
Fishing power index (FPI)
:
Hasil tangkapan per satuan unit : upaya (Catch Per Unit EffortCPUE) Internal Rate of Return (IRR) : Kapal Penangkap Ikan
:
Kapal Pengangkut Ikan
:
Kapal Perikanan
:
Maximum Sustainable Yield : (MSY) Metode Produksi Surplus (MPS) :
Sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan (Nomor 2/PERMEN-KP/2015, pasal 1). Rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar 2003). Biaya untuk penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir dan Jakfar 2003). Biaya yang relatif tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit (Soekartawi 1995). Biaya tidak tetap yang sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan (Soekartawi 1995). Arus kas atau aliran kas yang ada di suatu kegiatan usaha dalam suatu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar 2003). Perbandingan kemampuan tangkap antar unit alat tangkap yang selanjutnya dinyatakan dalam indek (Gulland 1983). Suatu metode yang digunakan untuk menentukan hasil jumlah produksi perikanan laut yang dirataratakan dalam tahunan (Gulland 1983). Alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern (Kasmir dan Jakfar 2003). Kapal yang digunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, dan mengawetkan ikan (Nomor 57/PERMENKP/2014, pasal 1). Kapal yang memiliki palkah dan/atau secara khusus digunakan untuk mengangkut, memuat, menampung, mengumpulkan, menyimpan, mendinginkan, dan mengawetkan ikan (Nomor 57/PERMEN-KP/2014, pasal 1). Kapal, perahu, dan alat apung lainnya yang digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (Nomor 17/PERMEN-KP/2014, pasal 1). Hasil tangkapan maksimum sumberdaya ikan yang berkelanjutan (Zulbainarni 2015). Metode yang digunakan untuk menghitung potensi lestari (MSY) dan model MPS dibangun dengan asumsi bahwa sumberdaya ikan berada pada steady state or equilibrium condition dan constant
xi
Mini purse seine (Alat : penangkapan ikan pukat cincin pelagis kecil)
Over Fishing
:
Net Present Value (NPV)
:
Payback Period (PP)
:
Pelabuhan Perikanan
:
Penangkapan Ikan
:
Perikanan
:
Perikanan Tangkap
:
Pukat Cincin (purse seine)
:
catchability (Zulbainarni 2015). Alat tangkap purse seine yang memiliki panjang kurang dari 600 meter, berkembang di laut dangkal (Laut Jawa, Selat Malaka, perairan Timur Aceh) atau disepanjang perairan pantai pada umumnya coastal fisheries. Sasaran utamanya adalah ikan pelagis kecil, seperti : ikan layang, ikan tembang, lemuru, dan kembung (Nomor 42/PERMENKP/2014). Penangkapan ikan yang melebihi kapasitas stok atau sumberdaya (daya dukung) sehingga kemampuan sumberdaya untuk memproduksi pada tingkat maximum sustainable yield (MSY) menurun (Zulbainarni 2015). Nilai bersih sekarang yang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar 2003). Teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha (Kasmir dan Jakfar 2003). Tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistim bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Nomor 17/PERMENKP/2014, pasal 1). Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkannya (Nomor 48/PERMEN KP/2014, pasal 1). Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Nomor 9/PERMEN-KP/2015). Kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan / pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut/perairan umum secara bebas (Monintja 2001). Alat penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan dan termasuk kedalam kelompok teknologi penangkapan ikan yang menerapkan metode penangkapan ikan dengan surrounding nets (Brandt 1984).
xii
Schooling
:
Sumberdaya Ikan
:
Sumberdaya Perikanan
:
Unit Penangkapan Ikan
:
Upaya Penangkapan (effort)
:
Usaha Perikanan
:
Usaha Perikanan Tangkap
:
Gerombolan beberapa ikan yang berkelompok (Zulbainarni 2015). Potensi semua jenis ikan, sedangkan lingkungan sumberdaya ikan adalah perairan tempat kehidupan sumberdaya ikan, termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya (UU No. 31-2004). Barang publik (public goods), yaitu rezim kepemilikan bersifat common property (kepemilikan bersama) dan rezim akses yang bersifat open access (siapa saja boleh memanfaatkan sumberdaya tersebut tanpa izin dari siapapun) (Zulbainarni 2015). Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap, dan nelayan (Monintja 2001). Upaya penangkapan nominal (nominal fishing effort) yang diukur dari jumlah hari melaut atau trip (Zulbainarni 2015). Kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran ((Nomor 17/PERMEN-KP/2014, pasal 1). Usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan dan/atau kegiatan pengangkutan ikan (Nomor 57/PERMEN-KP/2014, pasal 1).
xiii
1
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu bidang yang diharapkan mampu menjadi penopang peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sumberdaya ikan di Indonesia memiliki potensi yang besar, baik dalam hal jumlah maupun keragamannya. Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga dengan pengelolaan yang bijaksana, dapat terus dinikmati manfaatnya oleh rakyat Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap) sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan penangkapan yang terbatas di sekitar pantai, dan produktivitas yang relatif masih rendah. Menurut Barus dan Badrudin (1991), produktivitas nelayan yang rendah umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan pada akhirnya mempengaruhi pula tingkat kesejahteraannya. Tingkat kesejahteraan yang diperoleh oleh nelayan berbeda-beda berdasarkan alat tangkap yang digunakan dalam proses penangkapan ikan. Salah satu alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia adalah purse seine. Purse seine (pukat cincin) adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Purse seine adalah suatu alat penangkapan ikan yang digolongkan dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets) (Martasuganda et al. 2004). Pengoperasian purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah dinding besar yang selanjutnya jaring akan ditarik dari bagian bawah dan membentuk seperti sebuah kolam (Sainsbury 1996). Purse seine banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia, salah satu diantaranya adalah nelayan Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung memiliki sektor perikanan tangkap yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pemerintah daerah setempat, terutama kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan di laut. Salah satu ukuran sentra kegiatan perikanan tangkap di kota Bandar Lampung adalah PPP Lempasing. Usaha perikanan tangkap yang ada di PPP Lempasing adalah rampus, pancing, payang. dogol, mini purse seine (PPP Lempasing 2014). Salah satu alat tangkap yang mendominasi digunakan oleh nelayan PPP Lempasing adalah mini purse seine. Mini purse seine dioperasikan dengan menggunakan alat bantu cahaya, jenis teknologi yang diterapkan tergolong modern namun dengan jangkauan operasi yang terkonsentrasi di perairan pantai karena nelayan membatasi diri untuk beroperasi dengan sistem one-day trip dari fishing base. Jenis ikan yang ditangkap menggunakan mini purse seine merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting.
2
Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing mengalami penurunan dari tahun ke tahunnya, pada tahun 2010 mencapai 257,379 ton mengalami penurunan yang tinggi di tahun 2013 mencapai 152,790 ton, dan terus mengalami penurunan kembali pada tahun 2014 mencapai 104,941 ton (PPP Lempasing 2014). Beberapa jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan kembung (Rastrelliger spp), ikan kwee (Carangoides chrysophrys), dan ikan alu-alu (Sphyraena genie), serta hasil sampingan (bycatch) yang tertangkap adalah cumi-cumi (Loligo Pealei). Jenis ikan hasil tangkapan dari mini purse seine juga mengalami penurunan yang tinggi, seperti : ikan kembung (Rastrelliger spp) pada tahun 2013 mencapai 32,616 ton mengalami penurunan pada tahun 2014 mencapai 14,70, untuk ikan kwee (Carangoides chrysophrys) pada tahun 2013 mencapai 25,394 ton mengalami penurunan pada tahun 2014 mencapai 18,57 ton, dan ikan selar (Selaroides sp.) pada tahun 2013 mencapai 25,059 ton mengalami penurunan pada tahun 2014 mencapai 16,12 ton (PPP Lempasing 2014). Hariyanto et al. (2008) produksi ikan di Teluk Lampung mengalami penurunan sehingga diindikasikan terjadi penurunan biomassa atau sumberdaya. Nilai produksi hasil tangkapan yang cenderung berfluktuasi diduga karena komposisi hasil tangkapan ekonomis yang berbeda-beda. Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing memperlihatkan sumberdaya perikanan yang terus menurun, melihat kondisi ini perlu dilakukan penelitian yang mengkaji dari aspek biologi, teknik, dan ekonomi untuk mini purse seine di PPP Lempasing dengan ukuran kapal < 5 GT, 6-10 GT dan 11-15 GT. Sejauh ini, penelitian mengenai mini purse seine telah dilakukan di beberapa daerah, yaitu variabilitas hasil tangkapan dalam hubungannya dengan faktor lingkungan (Nelwan 2001), kajian perikanan Mini purse seine di desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara (Tanjaya 2011), dan teknologi dan manajemen perikanan tuna berbasis rumpon yang berkelanjutan di Prigi, Jawa Timur (Nurdin 2011). Perumusan Masalah PPP Lempasing mempunyai peranan yang sangat strategis dalam usaha perikanan tangkap yaitu sebagai pusat atau sentra kegiatan terutama yang berada di perairan Teluk Lampung, Provinsi Lampung. Jenis ikan hasil tangkapan mini purse seine yang didaratkan di PPP lempasing adalah ikan-ikan pelagis kecil yang mempunyai nilai ekonomis penting. Produksi perikanan mini purse seine di PPP lempasing terus mengalami penurunan dari tahun 2010 – 2014 (PPP Lempasing 2014). Penurunan hasil produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya alat tangkap yang digunakan, ukuran kapal, modal, keterbatasan sumberdaya ikan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini berpengaruh terhadap penurunan produksi perikanan yang akan berdampak terhadap berkurangnya sumberdaya ikan dan pendapatan nelayan, sehingga faktor yang berperan penting dalam peningkatan produksi perlu dioptimalkan pemanfaataannya. Beberapa masalah yang harus dikaji agar dapat memperbaiki kegiatan pemanfaatan sumber daya ikan menggunakan mini purse seine, yaitu :
3
1. Apakah hasil tangkapan dengan ukuran kapal yang berbeda menghasilkan hasil tangkapan yang berbeda? 2. Apakah ukuran mini purse seine yang berbeda menghasilkan usaha perikanan mini purse seine yang berbeda ditinjau dari aspek teknis, biologi, dan ekonomi? 3. Apakah ukuran kapal yang berbeda menghasilkan kelayakan pengembangan usaha perikanan mini purse seine yang berbeda? Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis hasil tangkapan mini purse seine dengan ukuran kapal yang berbeda di PPP Lempasing, Provinsi Lampung. 2. Menganalisis usaha perikanan mini purse seine yang paling baik secara teknis, biologi, dan ekonomi untuk dikembangkan di PPP Lempasing, Provinsi Lampung. 3. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha perikanan mini purse seine di PPP Lempasing, Provinsi Lampung. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memperoleh informasi tentang prospek pengembangan perikanan mini purse seine; 2. Menambah wawasan pengetahuan tentang potensi sumberdaya ikan yang ada di lokasi penelitian; dan 3. Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan perikanan di Perairan Lampung, terutama yang menyangkut kelanjutan penggunaan alat tangkap mini purse seine di masa yang akan datang. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Hasil tangkapan mini purse seine mengalami penurunan dengan pola yang berbeda untuk setiap ukuran kapal yang digunakan. 2. Usaha perikanan mini purse seine yang lebih besar akan lebih baik untuk dikembangkan di PPP Lempasing secara teknis, biologi, dan ekonomi. 3. Usaha perikanan mini purse seine banyak yang belum layak secara finansial untuk dikembangkan di PPP Lempasing.
4
Kerangka Pemikiran Produksi perikanan mini purse seine di PPP lempasing mengalami penurunan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 (PPP Lempasing 2014). Penurunan hasil produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya alat tangkap yang digunakan, ukuran kapal, modal, keterbatasan sumberdaya ikan, dan lain-lain. Jenis ikan hasil tangkapan mini purse seine yang didaratkan di PPP lempasing adalah ikanikan pelagis kecil yang mempunyai nilai ekonomis penting. Alat tangkap mini purse seine yang digunakan di PPP Lempasing menggunakan ukuran kapal < 5 GT, 6-10 GT, dan 11- 15 GT. Hasil tangkapan mini purse seine dari beberapa ukuran kapal menghasilkan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga permasalahan dari penurunan hasil produksi harus diatasi agar pemanfaatan sumberdaya ikan dapat digunakan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Beberapa aspek yang dilihat untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya ikan menggunakan mini purse seine adalah dari segi aspek pemanfaatan sumberdaya ikan yang akan menghasilkan tentang kelayakan sumberdaya ikan yang bisa dipakai terus menerus dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya bagi nelayan PPP Lempasing, dari segi aspek teknis penangkapan ikan yang akan menghasilkan tentang kelayakan unit penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan PPP Lempasing sesuai untuk lingkungan perairan PPP Lempasing, dan dari segi aspek kelayakan usaha yang akan menghasilkan tentang kelayakan usaha yang sesuai digunakan nelayan PPP Lempasing untuk meningkatkan pendapatan nelayan, hal ini dijelaskan secara ringkas dikerangka penelitian pada Gambar 1.
5
Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing mengalami penurunan
Sumberdaya ikan pelagis kecil
Aspek Pemanfaatan Sumber Daya Ikan
Alat tangkap mini purse seine dengan ukuran kapal yang berbeda
Aspek Teknis Penangkapan Ikan
Permasalahan
Aspek Kelayakan Usaha Input
1. 2. 3.
FPI CPUE MSY
1. 2. 3. 4.
Analisis Skoring : Teknis : Kesesuaian dengan mesin, alat tangkap, palka, dan alat bantu. Biologi : Selektivitas alat tangkap, by- catch, dan hasil tangkapan. Ekonomi : Pendapatan, investasi, dan kemandirian dalam perawatan. Sosial : Intensitas nelayan, masyarakat, dan pemerintah.
1. 2. 3. 4. 5.
Keuntungan NPV IRR B/C Ratio Payback Period
Proses
Kelayakan Sumberdaya Ikan
Kelayakan Unit Penangkapan Ikan
Kelayakan Usaha Output
Pemanfaatan sumberdaya ikan menggunakan mini purse seine di PPP Lempasing
Gambar 1 Kerangka Penelitian
6
II.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian meliputi pengamatan lapangan dan pengumpulan data, yang dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai dengan Maret 2016. Tempat penelitian adalah Pangkalan Pendaratan Pantai (PPP) Lempasing, yang merupakan daerah fishing base dari nelayan mini purse seine, Provinsi Lampung. Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya (Ghaffar 2006). Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer survei dengan mengikuti kapal yang berukuran 6 GT, 9 GT, 13 GT yang dilaksanakan pada bulan November 2015. Kegiatan survei menggunakan mini purse seine dilakukan dari jam 16.00 sampai dengan 07.00 (one day trip). Data primer yang didapat mencakup jenis ikan hasil tangkapan, pengoperasian mini purse seine, fishing base, dan fishing ground. Ikan hasil tangkapan berasal dari Perairan Teluk Lampung yang didaratkan di PPP Lempasing dan penangkapan ikan menggunakan mini purse seine dilakukan oleh nelayan PPP Lempasing. Teknologi penangkapan ikan tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun 2010-2014. Pengukuran biologi dilakukan pada saat operasi penangkapan terhadap jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lempasing. Sampel ikan yang diukur hanya dari bobot dan ukuran panjang ikan (Total Length = TL), ukuran besar dan kecil ikan yang ditangkap mengikuti referensi yang ada di www.fishbase.org. Kondisi perairan di sekitar PPP Lempasing yang kurang baik pada bulan November dan desember menyebabkan hasil tangkapan yang diperoleh tidak banyak dan menyebabkan beberapa nelayan tidak melaut, karena pengaruh ombak yang besar. Pengambilan responden untuk diwawancara yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode purposive sampling, yaitu dengan wawancara pada lokasi dengan intensitas kegiatan penangkapan ikan pelagis yang dominan dengan menggunakan alat penangkapan mini purse seine, dengan mengisi kuisioner yang telah disiapkan. Menurut Sugiyono (2009), purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan non probability sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jumlah unit penangkapan mini purse seine yang ada di PPP Lempasing pada tahun 2015 adalah sebanyak 19 kapal mini purse seine. Berdasarkan hal ini, maka responden yang diambil dalam penelitian adalah 17 kapal mini purse seine dan 2 kapal mini purse seine tidak melaut pada saat penelitian. Kapal mini purse seine yang di wawancara adalah kapal mini purse seine < 5 GT sebanyak 3 nelayan,
7
kapal mini purse seine 6-10 GT sebanyak 8 nelayan, dan kapal mini purse seine 1115 GT sebanyak 6 nelayan. Data primer diperoleh dengan mengadakan observasi langsung ke lokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan pemilik mini purse seine, yaitu nakhoda (fishing master) dan anak buah kapal (ABK) dengan menggunakan kuisioner. Satuan penelitian adalah unit penangkapan mini purse seine. Data primer ini mencakup data unit penangkapan, fishing base, fishing ground, metode penangkapan ikan, data produksi, faktor-faktor produksi mini purse seine, dan harga ikan hasil tangkapan. Data sekunder yang diperlukan adalah data berkala (time series) hasil tangkapan dan upaya penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010 sampai dengan 2014. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, internet, jurnal serta data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung dan PPP Lempasing dengan permasalahan yang relevan dengan topik penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data ukuran kapal, jenis-jenis ikan, jumlah dan ukuran alat tangkap mini purse seine, jumlah tenaga kerja, dan hasil trip per tahun. Metode Analisis Data Aspek Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Analisis untuk mengetahui status penangkapan ikan dengan mini purse seine di PPP Lempasing, Lampung dilakukan dengan menggunakan analisis surplus produksi (Sparre and Venema 1999) secara umum, analisis tersebut mencakup : 1. Fishing power index (FPI) adalah perbandingan kemampuan tangkap antar unit alat tangkap yang selanjutnya dinyatakan dalam indek dan digunakan untuk standarisasi alat tangkap (Gulland 1983), alat tangkap yang digunakan sebagai standar adalah alat tangkap yang memiliki produktivitas tertinggi dan memiliki nilai FPI sama dengan satu. Dalam penelitian alat tangkap yang digunakan adalah mini purse seine dengan ukuran kapal dibawah 5 GT, mini purse seine dengan ukuran kapal antara 6- 10 GT, dan mini purse seine dengan ukuran kapal antara 11- 15 GT. ……………………………. (1) …………………….……… (2) ……………………………. (3) Keterangan : SE = Upaya penangkapan (effort) hasil standarisasi tahun ke-i FPIi = Daya tangkap unit penangkapan yang distandarisasi pada tahun ke-i
8
FEi = Upaya penangkapan yang akan distandarisasi tahun ke-i FPIs = Daya tangkap unit penangkapan standar pada tahun ke-i CPUEs = Seluruh jenis ikan hasil tangkapan per satuan upaya unit standar tahun ke-i 2. Tingkat upaya pemanfaatan dilakukan berdasarkan Model Produksi Surplus. Catch Per Unit Effort (CPUE) adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan hasil jumlah produksi perikanan laut yang dirata-ratakan dalam tahunan (Gulland 1983). Analisis Catch Per Unit Effort (CPUE) digunakan untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat pemanfaatan yang didasari atas pembagian antara total hasil tangkapan (Catch) dengan upaya penangkapan (Effort) dengan persamaan menurut Sparre and Venema (1999) sebagai berikut: CPUE =
Keterangan : Catch (C) Effort (E) CPUE
…………………….…..… (4)
= Total hasil tangkapan (kg) = Total upaya penangkapan (unit) = Hasil tangkapan per upaya (kg / unit)
3. Nilai CPUE dari total hasil tangkapan (C) dapat digunakan untuk pendugaan stok MSY (Maximum Sustainable Yield) secara sederhana dengan menggunakan analisis regresi antara CPUE dengan jumlah upaya yang nantinya akan membentuk persamaan : y = a – bx, dimana : ................................ (5) Setelah a dan b di peroleh, selanjutnya dimasukkan dalam rumus Schaefer, sehingga diperoleh potensi lestari sumberdaya ikan/Maximum Sustainable Yield (MSY) dan f MSY sebagai berikut : Model Schaefer (Sparre and Venema 1999) yang digunakan pada penelitian ini adalah produksi maksimum lestari (MSY) diperoleh dengan mensubsitusi nilai upaya optimum. Model Schaefer merupakan persamaan parabola yang mempunyai nilai maksimum dari Y (i), MSY, pada suatu tahap upaya : …………….………..……… (6) Adapun hasil tangkapan pada tahapan upaya optimal dimana akan dicapai suatu keadaan MSY dapat dihitung melalui rumus :
9
……………………………. (7) Keterangan : MSY = Maximum Sustainable Yield (Hasil tangkapan maksimal lestari) Paremeter intersep (a) dan slope (b) secara matematis diperoleh dari persamaan regresi linier sederhana, y = a - bx. Persamaan surplus production models hanya berlaku bila parameter b (slope) bernilai negatif dan a (intersep) bernilai positif, artinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE. Aspek Teknis Penangkapan Ikan Tujuan penentuan teknologi alat tangkap pilihan adalah untuk mendapatkan jenis alat tangkap ikan yang mempunyai keragaan (performance) yang baik ditinjau dari aspek biologi, teknis, ekonomi, dan sosial sehingga merupakan alat yang cocok untuk dikembangkan. Haluan dan Nurani (1988) mengemukakan bahwa untuk menentukan unit usaha perikanan tangkap pilihan digunakan metode skoring, penilaian mencakup analisis terhadap aspek-aspek berikut ini : 1. Penilaian biologi, untuk mengevaluasi selektifitas unit penangkapan berdasarkan ukuran dan jenis ikan yang tertangkap. 2. Penilaian teknis, untuk mengevaluasi hasil tangkapan menurut jenis dan ukuran kapal yang meliputi produksi/tahun, produksi/trip dan produksi/tenaga kerja. 3. Penilaian ekonomi, untuk mengevaluasi keuntungan atau pendapatan/tahun dan pendapatan per trip. 4. Penilaian sosial, untuk mengevaluasi sejauh mana tanggapan nelayan yang melakukan operasi penangkapan pada daerah penangkapan yang sama, ada tidaknya konflik sosial diantara nelayan dan penggunaan bahan peledak/racun dalam kegiatan penangkapan. Penentuan kriteria dalam setiap penilaian sebaiknya berhubungan erat dengan pengkajian masing-masing penilaian, yaitu (1) dari penilaian biologi tidak mengganggu atau merusak kelestarian sumberdaya, (2) dari penilaian teknis efektif digunakan, (3) dari penilaian sosial dapat diterima masyarakat nelayan, dan pemerintah (4) dari penilaian ekonomi menguntungkan. Metode skoring dapat digunakan untuk penilaian kriteria yang mempunyai satuan berbeda. Skoring diberikan dengan nilai terendah sampai nilai tertinggi. Masing-masing aspek (biologi, teknis, ekonomi dan sosial) ditetapkan suatu kriteria penilaian, penilaian dilakukan secara subjektif dengan menggunakan skor. Untuk menilai semua kriteria atau aspek digunakan nilai tukar, sehingga semua nilai mempunyai standar yang sama. Unit usaha yang memperoleh nilai tertinggi berarti lebih baik daripada yang lain. Untuk menghindari pertukaran yang terlalu banyak, maka digunakan fungsi nilai yang menggambarkan preferensi pengambil keputusan dalam menghadapi kriteria majemuk. Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan mengacu kepada Mangkusubroto dan Trisnadi (1985), dengan rumus :
10
.....…………….. (8) …………..……. (9) Keterangan : V(X) Xi X0 X1 V (A) V1(X1) i
= Fungsi nilai dari parameter X = Nilai parameter X yang ke-i = Nilai terendah untuk parameter X = Nilai tertinggi untuk parameter X = Fungsi nilai dari alternatif A = Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i = 1,2,3......, n (penilaian biologi, penilaian teknis, penilaian ekonomi, dan penilaian sosial)
V adalah fungsi nilai yang mencerminkan preferensi pengambil keputusan maka alternatif yang terbaik adalah alternatif yang memberikan nilai V (X) tertinggi merupakan alat tangkap ikan yang terpilih untuk dikembangkan di Perairan Teluk Lampung. Analisis skoring digunakan untuk menentukan unit penangkapan ikan yang tepat berdasarkan teknis penangkapan ikan di Perairan Teluk Lampung. Data dapat dikumpulkan menggunakan metode survei atau studi literatur. Penelitian ini dilakukan penilaian biologi, penilaian teknis, penilaian ekonomi, dan penilaian sosial yang diukur dari : 1. Penilaian teknis : a. Kesesuaian kapal dengan mesin, dinilai dari ukuran kapal dengan mesin yang dipakai. b. Efektifitas alat tangkap, dinilai dari jumlah hasil tangkapan dibagi dengan ukuran panjang mini purse seine yang dipakai. c. Kapasitas palka, dinilai dari hasil tangkapan yang didapat dalam satu trip penangkapan dibagi dengan ukuran palka yang digunakan kapal tersebut. d. Kelengkapan alat pendukung, dinilai dari ada atau tidaknya alat pendukung seperti : GPS, alat bantu penangkapan ikan (cahaya, rumpon, fish finder), dan mesin penarik jaring (gardan), dengan nilai skor : 1 = Tidak lengkap 3 = Lengkap 2 = Kurang lengkap 4 = Sangat lengkap 2. Penilaian biologi : a. Selektifitas alat tangkap (mini purse seine) dilihat dari jumlah jenis ikan dominan tertangkap, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) : 1 = Tidak selektif, jika jumlah jenis ikan dominan tertangkap > 6 jenis. 2 = Kurang selektif, jika jumlah ikan dominan tertangkap 5-6 jenis. 3 = Selektif, jika jumlah ikan dominan tertangkap 3-4 jenis. 4 = Sangat selektif, jika jumlah ikan dominan tertangkap 1-2 jenis.
11
b. Bycatch rendah, dinilai dari hasil bycatch tertangkap (kg) dibagi dengan jumlah trip yang dilakukan. c. Dampak pada hasil tangkapan, dilihat dari kerusakan pada ikan hasil tangkapan, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Irnawati et al. 2011): 1 = Menyebabkan kerusakan pada semua hasil tangkapan. 2 = Menyebabkan kerusakan pada sebagian hasil tangkapan. 3 = Tidak adanya kerusakan pada hasil tangkapan. 4 = Aman bagi pemakaian alat tangkap mini purse seine. 3. Penilaian ekonomi : a. Tingkat pendapatan dinilai dari pendapatan yang didapatkan oleh nelayan, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) : 1 = Tidak ada pendapatan. 3 = Mendapat keuntungan. 2 = Tidak mendapatkan keuntungan. 4 = Sangat mendapat keuntungan. b. Tingkat investasi dinilai dari pentingnya investasi dalam usaha perikanan mini purse seine, dengan nilai skor (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) : 1 = Tidak adanya investasi. 3 = Pentingnya investasi. 2 = Sedikit pentingnya investasi. 4 = Sangat pentingnya investasi. c. Kemandirian dalam perawatan dinilai dari ada atau tidaknya perawatan untuk kapal, jaring mini purse seine, mesin, dan alat bantu penangkapan. Nilai skor yang digunakan (modifikasi dari Pitcher and Preikshot 2001, Tesfamichael and Pitcher 2006, Ramadhani et al. 2015) : 1 = Tidak ada perawatan. 3 = Perawatan. 2 = Sedikit perawatan. 4 = Sangat perawatan. 4. Penilaian sosial : Dinilai dari konflik yang ada pada nelayan, masyarakat, dan pemerintah dengan nilai skor : 1 = Konflik yang ada sangat tinggi. 3 = Konflik yang ada sangat rendah. 2 = Adanya konflik. 4 = Tidak adanya konflik. Aspek Kelayakan Usaha Kelayakan usaha dilakukan untuk mengkaji keuntungan (profitability) atau kerugian dari suatu usaha. Ada dua macam analisis yang digunakan yaitu analisis usaha (pendapatan usaha, payback period, dan analisis berimbang antara penerimaan dan biaya) (Djamin 1984), dan analisis kriteria investasi (net present value, internal rate of return, dan benefit cost – rasio) (Kadariah et al. 1999). 1. Analisis pendapatan usaha (π) Analisis ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha (Djamin 1984). π = TR – TC ………….…………….. (10)
12
Keterangan : π = Keuntungan TR = Total penerimaan TC = Total biaya Kriteria : Jika TR > TC, maka usaha mendapatkan keuntungan (π > 0). Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas (π = 0). Jika TR < TC, maka usaha mengalami kerugian (π < 0). 2. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah manfaat bersih yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari manfaat dengan nilai sekarang dari pengeluaran tingkat bunga tertentu, yang dinyatakan dengan rumus (Gittinger 1986) : ……………………. (11) Keterangan : Bt = Pendapatan kotor unit usaha pada tahun t Ct = Biaya kotor unit usaha pada tahun t n = Umur ekonomis i = Tingkat bunga t = 1,2,3….n Kriteria : NPV > 0, berarti usaha layak/menguntungkan NPV = 0, berarti usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan NPV < 0, berarti usaha tidak layak atau rugi 3. IRR (Internal Rate of Return) Menurut Dahlan (2011), IRR adalah merupakan tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari produk sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal. Nilai IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Gittinger 1986), sebagai berikut : ……………………. (12) Keterangan : : tingkat bunga ke-1 : tingkat bunga ke-2 NPV1 : NPV pada tingkat bunga NPV2 : NPV pada tingkat bunga
13
Usaha dikatakan layak jika, IRR > suku bunga (interest rate), sedangkan usaha dikatakan tidak layak jika IRR < suku bunga (interest rate). IRR sama dengan suku bunga yang berlaku maka NPV usaha perikanan mini purse seine tersebut sama dengan nol. IRR < dari suku bunga yang berlaku maka nilai NPV lebih kecil dari 0, berarti usaha perikanan mini purse seine tersebut tidak layak dilaksanakan dan ini menjadi pertimbangan negatif. Usaha perikanan mini purse seine yang dilakukan oleh nelayan di Perairan Teluk Lampung dapat dikatakan layak untuk dapat dikembangkan lanjut, jika usaha perikanan mini purse seine tersebut mempunyai NPV > 0 dan IRR lebih besar dari suku bunga (interest rate) yang berlaku. Interest rate (i) bank yang digunakan dalam analisis ini mengacu kepada Bank Indonesia (2015) yaitu 12%. 4. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) merupakan perbandingan dimana present value sebagai pembilang terdiri atas total dari manfaat bersih investasi usaha perikanan mini purse seine yang bersifat positif, sedangkan sebagai penyebut terdiri atas present value total yang bernilai negatif atau pada keadaan biaya kotor lebih besar daripada manfaat kotor usaha perikanan mini purse seine tersebut. Perhitungan Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) menggunakan rumus (Gittinger 1986), sebagai berikut : B/C Ratio =
………………. (13)
Keterangan: B = Benefit C = Cost i = Discount rate t = Periode Bt = Benefit pada periode tertentu Ct = Cost pada periode tertentu Pada rumus tersebut terlihat bahwa nilai B/C ratio akan terhitung bila terdapat paling sedikit satu nilai Bt-Ct yang bernilai positif. Bila B/C ratio > 1, maka kondisi ini menunjukkan investasi usaha perikanan mini purse seine menguntungkan (NPV > 0). Terkait dengan ini, maka bila B/C ratio > 1 berarti investasi usaha perikanan mini purse seine tersebut layak sehingga menjadi pertimbangan positif untuk pengembangannya, jika B/C ratio < 1 berarti investasi usaha perikanan mini purse seine tersebut tidak layak dilaksanakan sehingga menjadi pertimbangan negatif bagi dukungan lembaga keuangan.
14
5. Analisis payback period (PP) Payback period merupakan investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan bersih dari proyek (Djamin 1984). Payback period dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu usaha, dalam hal ini usaha perikanan mini purse seine di lokasi penelitian. Payback period dihitung menggunakan rumus (Kasmir dan Jakfar 2003), sebagai berikut :
……….………………. (14)
Keterangan : I = Investasi B = Benefit PP = Payback Period Asumsi : 1. Umur usaha atau bisnis perikanan mini purse seine selama 8 tahun. 2. Lama operasi penangkapan dalam 1 tahun dilakukan selama 10 bulan. 3. Jumlah trip yang dilakukan nelayan mini purse seine selama 1 bulan adalah 20 hari. 4. Suku bunga (interest rate) yang dipakai menurut Bank Indonesia adalah 12 %. 5. Biaya retribusi yang dikenakan setiap 1 kali trip adalah 2.5%. 6. Sistem bagi hasil untuk Nahkoda dan ABK adalah 50 : 50.
15
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum PPP Lempasing
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing dibangun dengan lahan seluas 4,5 Ha dan luas kolam pelabuhan 2,75 Ha. PPP Lempasing berada pada posisi koordinat 105015’12.5”BT dan 05029’15”LS, yang secara administrasi masuk wilayah Desa Lempasing, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. PPP Lempasing mempunyai peranan yang sangat strategis dalam usaha pengembangan usaha perikanan tangkap yaitu sebagai pusat atau sentra kegiatan terutama yang berada di Perairan Teluk Lampung, Provinsi Lampung. PPP Lempasing berada dalam koordinasi Wilayah Barat Dinas Kelautan Perikanan, Provinsi Lampung. Hasil perikanan dari PPP Lempasing berupa produk ikan segar, seperti : ikan tongkol (Auxis thazard), ikan kembung (Rastrelliger spp), ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus), ikan cucut malam (Carcharias macloti), ikan parangparang (Chirocentrus dorab), ikan japuh (Dussumeiria acuta), ikan layang (Decaptrus ruselli), ikan layur (Trichiuras savala), ikan manyung (Aurius thallassinus), ikan selar hijau (Selaroides leptolepis), ikan talang-talang (Chorinemus tala), ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan teri (Stolepharus commersonii), ikan alu-alu (Sphyraena genie), ikan tenggiri (Scomberromo commersoni), ikan kwee (Carangoides chrysophrys), ikan selar tetengkek (Selar megalaspis), cumi-cumi (Loligo Pealei), dan ikan lainnya (PPP Lempasing 2014). Fasilitas yang terdapat di PPP Lempasing terdiri dari fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok, yaitu : dermaga, kolam pelabuhan, jalan komplek, drainase, lahan, dan turap (revetment). Fasilitas penunjang, yaitu : mess operator, tempat peribadatan, fasilitas mandi cuci kakus (MCM), pertokoan, pos jaga. Fungsi PPP lempasing sendiri adalah sebagai tempat pemasaran dan distribusi ikan, pelayanan tambat dan labuh perikanan, pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, pelaksanaan kesyahbandaran, tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan, dan publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan. Produksi Perikanan di PPP Lempasing Ada beberapa alat tangkap di PPP Lempasing, yaitu gardan (cantrang), bagan, mini purse seine, pancing, arad, payang, dan rampus. Mini purse seine adalah salah satu alat tangkap yang banyak dioperasikan di PPP lempasing. Alat tangkap mini purse seine sudah umum dan lama dikenal oleh nelayan Lampung. Produksi perikanan menggunakan alat tangkap mini purse seine menghasilkan ikan yang sangat banyak, sehingga banyak diminati dan dipakai oleh nelayan sekitar PPP
16
Lempasing. Tabel 1 menyajikan data perkembangan hasil tangkapan mini purse seine yang berada di PPP lempasing dari tahun 2010 – 2014 (skala tahunan). Tabel 1 Hasil tangkapan dan nilai produksi ikan menggunakan mini purse seine
Tahun
2010
Mini purse seine < 5GT (PS < 5) Hasil Nilai Tangkapan Produksi (ton) (Rp) 27,928 282.863.000
Mini purse seine 6-10 GT (PS 6-10) Hasil Nilai Tangkapan Produksi (ton) (Rp) 152,190 1.530.996.000
Mini purse seine 11-15 GT (PS 11-15) Hasil Nilai Tangkapan Produksi (ton) (Rp) 77,261 809.296.000
2011
21,981
212.443.000
68,563
725.231.000
37,952
406.711.000
2012
15,699
162.440.000
70,651
727.417.000
41,951
493.582.000
2013
14,501
159.051.000
96,451
1.156.885.000
41,838
512.160.000
906.491.000
26,095
330.809.000
1.009.404.000
45,019
510.511.600
2014 11,553 144.735.000 67,293 Rata18,332 192.306.400 91,030 rata Sumber : Statistik PPP Lempasing (2010-2014)
Tabel 1 menunjukkan bahwa adanya peningkatan dan penurunan hasil produksi ikan setiap tahunnya, terkait dengan adanya hasil ini, maka masih ada peluang untuk melakukan pengembangan perikanan mini purse seine agar hasil produksi dapat ditingkatkan sehingga dapat menunjang kehidupan nelayan yang berada di sekitar PPP Lempasing. Produksi perikanan mini purse seine akan meningkat, jika dari nelayan dan pemerintah yang berada disekitar PPP Lempasing melakukan kerjasama yang baik untuk kesejahteraan masyarakat sekitar PPP Lempasing. Hasil tangkapan mini purse seine pada tahun 2014 mencapai 122,468 ton. Ikan yang banyak tertangkap adalah ikan kwee (Carangoides chrysophrys) mencapai 18,57 ton, ikan kembung (Rastrelliger sp.) mencapai 14,70, dan ikan selar (Selaroides sp.) mencapai 16,12 ton. Hasil sampingan yang cukup banyak tertangkap pada saat operasi penangkapan adalah cumi-cumi (Loligo Pealei), data hasil tangkapan ini digambarkan pada grafik Gambar 2. Salah satu ikan tertangkap seperti ikan kembung merupakan ikan pelagis yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai. Ikan kembung hidup bergerombol dan masuk ke perairan estuary untuk mencari makan berupa plankton, copepoda, dan crustaceae (Moazzam et al. 2005). Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan ikan omnivora yang memanfaatkan fitoplankton, zooplankton, sebagai sumber makanan (Utami et al. 2014).
17
30 24.48
Produksi Ikan (Ton)
25 18.57
20 14.12
15
13.44
9.29
10 5
14.70
4.70 0.19
1.41
2.60 2.41 0.17
4.35 0.55
0.68
1.99
2.48 0.35 0.32
0
Gambar 2 Data hasil tangkapan mini purse seine tahun 2014 Operasi penangkapan ikan menggunakan mini purse seine yang dilakukan pada bulan November 2015 dengan mengikuti 3 kapal mini purse seine, yaitu kapal Sri Dunung, kapal Sumber Rejeki, dan kapal Putra Agung. Kapal mini purse seine ini melakukan penangkapan ikan dari pukul 16.00 – 07.00 WIB (one day trip). Hasil tangkapan ikan yang didapat, yaitu : 1. Kapal Sri Dunung menghasilkan tangkapan sebesar 2125 kg = 2,125 ton, hasil tangkapan berupa cumi-cumi sebanyak 65 kg dan 2060 kg untuk beberapa jenis ikan. 2. Kapal Sumber Rejeki menghasilkan tangkapan sebesar 500 kg = 0,5 ton, hasil tangkapan berupa beberapa jenis ikan, yang paling dominan ditangkap adalah ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus), ikan kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan kembung sate (Rastrelliger brachysoma). 3. Kapal Putra Agung menghasilkan tangkapan sebesar 805 kg = 0,805 ton, yang terdiri dari cumi-cumi 50 kg dan 755 kg beberapa jenis ikan. Ikan dominan yang tertangkap pada saat operasi penangkapan adalah ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus), ikan kembung (Rastrelliger sp.), dan ikan barakuda (Sphyraena barracuda), data hasil tangkapan ikan dapat dilihat pada Lampiran 10. Pengukuran ikan untuk melihat morfometrik dengan mengukur TL (Total Length) dan bobot ikan didapat hasil ukuran panjang ikan secara keseluruhan untuk jenis ikan adalah berkisar dari 1100 mm = 11 cm sampai dengan 3200 mm = 32 cm dan berat ikan yang di dapat adalah sebesar 25 gr = 0,025 kg sampai dengan 300 gr = 0,3 kg, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
TL (Total Length) (mm)
18
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
Jenis Ikan Hasil Tangkapan
Gambar 3 Hasil tangkapan ikan berdasarkan panjang ikan Hasil tangkapan ikan dominan, seperti ikan kembung (Rastrelliger sp.) dan ikan barakuda (Sphyraena barracuda) tersebut masih tidak layak untuk ditangkap, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil yang didapat dari fish base, untuk ikan kembung (Rastrelliger sp.) harus memiliki Lm = 19.9 dengan ukuran sekitar 20 - 24.5 cm, sedangkan ikan kembung (Rastrelliger sp.) yang tertangkap memiliki ukuran 16,5 cm dan ikan barakuda (Sphyraena barracuda) memiliki Lm = 66.0 dengan ukuran 58 cm, sedangkan ikan barakuda (Sphyraena barracuda) yang tertangkap memiliki ukuran 23 cm.
Gambar 4 Hasil tangkapan ikan berdasarkan bobot ikan Ikan yang tertangkap mini purse seine di PPP Lempasing berukuran kecil, hal ini disebabkan nelayan menangkap ikan-ikan yang bergerombol tanpa mengetahui ukuran yang tepat atau layak untuk ditangkap. Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa
19
tujuan penangkapan ikan menggunakan mini purse seine adalah ikan pelagis yang bergerombol. Ikan tersebut harus membentuk suatu gerombolan, berada dekat dengan permukaan air dan sangat diharapkan memiliki densitas shoal yang tinggi atau jarak antar ikan yang satu dengan ikan yang lain harus sedekat mungkin. Ikan pelagis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup di permukaan laut atau di dekat permukaan laut, antara lain layang (Decapterus russeli), kembung (Rastrelliger sp.), tembang (Sardinella fimbriata) dan ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus). Ikan pelagis besar antara lain tuna (Thunnus sp.), layaran (Isthioporus oriental), dan setuhuk (Makaira sp.). Daerah Penangkapan Kapal Mini purse seine Kapal mini purse seine yang ada di PPP lempasing berukuran < 20 GT, dan melakukan operasi penangkapan di daerah sekitar PPP Lempasing dan Perairan Teluk Lampung. Jarak operasi penangkapan ikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jarak operasi penangkapan Jenis Kapal Mini Purse Seine < 5 GT Mini Purse Seine 6-10 GT Mini Purse Seine 11-15 GT
Jarak Operasi Penangkapan (km) 1,85 1,85-5,56 >5,56
Jarak Operasi Penangkapan (mil) 1 1-3 >3
Sumber : Data primer diolah (2015) Daerah penangkapan ikan yang biasa dilakukan nelayan adalah di Pulau Kiluan, Tabuan, Lumbayan, Condong, Tanjung putus, Teluk Lampung, dan daerah di sekitar PPP Lempasing. Selama penelitian kapal mini purse seine yang diikuti untuk operasi penangkapan adalah 3 unit kapal mini purse seine, yaitu Kapal Sri Dunung berukuran 6 GT, Kapal Sumber Rejeki berukuran 9 GT, dan Kapal Putra Agung berukuran 13 GT. Daerah operasi penangkapan ikan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 5.
20
Gambar 5 Daerah penangkapan ikan untuk mini purse seine Warsito (1981) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang penting dalam metode penangkapan dengan mini purse seine yaitu pengamatan ikan (searching of fishing), pengumpulan ikan (luring fish), pengoperasian jaring (operation of net), penarikan jaring, dan pengangkatan hasil tangkapan. Setelah nelayan selesai mempersiapkan alat tangkap dan bahan yang akan dibawa melaut, kapal mulai meninggalkan fishing base menuju daerah penangkapan. Daerah operasi penangkapan ikan berjarak tidak terlalu jauh dan kebanyakan nelayan di PPP Lempasing tidak menggunakan GPS untuk menentukan daerah operasi penangkapan ikan, hal ini dikarenakan daerah penangkapan tidak terlalu jauh dari PPP Lempasing dan masih terlihat jarak pandang untuk kembali ke PPP Lempasing. Mini purse seine di PPP Lempasing Nelayan di PPP Lempasing, Lampung banyak menggunakan alat tangkap mini purse seine untuk mendapatkan ikan. Alat tangkap mini purse seine banyak digunakan oleh nelayan yang ada di PPP Lempasing dan PPP Kota Agung. Ukuran panjang mini purse seine yang digunakan untuk kapal berukuran <5 GT adalah 150 m2, kapal berukuran 6-10 GT adalah 260 m2, dan kapal berukuran 11-15 GT adalah 350 m2. Panjang mini purse seine sebaiknya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap, khususnya pertimbangan pada kecepatan renang ikan, dan jarak aman di mana ikan tidak terusik tingkah lakunya oleh jaring (Fridman 1986). Alat tangkap mini purse seine mempunyai atau dilengkapi dengan cincin sebagai tempat lewatnya tali kolor atau rali pengerut, yang berfungsi untuk mempermudah pada saat penarikan jaring hingga membentuk kantong (Subani dan Barus 1989). Mini purse seine yang
21
dipakai oleh nelayan PPP lempasing berukuran dari 150-400 m, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Mini purse seine yang digunakan nelayan PPP Lempasing; (non skala) Kapal mini purse seine di PPP Lempasing melakukan operasi penangkapan dari jam 2 siang sampai dengan esok hari jam 7 pagi (one day trip). Hasil tangkapan ikan dari mini purse seine di PPP Lempasing berupa ikan-ikan pelagis kecil dengan menggunakan panjang jaring dibawah 400 m2, hal sesuai dengan pendapat Tanjaya 2011 yaitu mini purse seine atau pukat cincin memiliki bentuk dasar berupa sebuah empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Adanya perkembangan berita atau wacana tentang pemakaian purse seine yang memiliki batasan dengan panjang 450 m2 untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan, tidak berpengaruh terhadap nelayan PPP Lempasing karena panjang jaring yang dipakai dibawah 400 m2. Alat Bantu Cahaya Alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing menggunakan alat bantu cahaya. Alat bantu cahaya ini adalah lampu berukuran 1000 watt (dengan jumlah lampu neon 12 buah) yang sering disebut lampu garda berkekuatan 24 PK, biasanya nelayan PPP Lempasing memakai 2 alat bantu lampu garda dalam proses penangkapan. Alat bantu cahaya untuk proses penangkapan ikan menggunakan mini purse seine dapat dilihat pada Gambar 7.
22
Gambar 7 Alat bantu cahaya dalam pengoperasian mini purse seine; (non skala) Semakin meningkatnya persaingan jumlah dan jenis alat tangkap nelayan yang beroperasi pada siang hari, maka nelayan pukat cincin melakukan diversifikasi alat tangkap melalui penambahan alat bantu cahaya pada alat tangkap pukat cincin dan beroperasi pada malam hari. Pengoperasian unit penangkapan pukat cincin dan bagan apung dengan alat bantu cahaya (light fishing) dapat membentuk daerah penangkapan ikan yang optimal (Bubun et al. 2015). Interaksi fisik antara spesies dengan cahaya lampu pada unit penangkapan light fishing memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap interaksi biologi antara spesies dengan spesies lainnya (Simbolon et al. 2010). Interaksi fisik antara spesies dengan cahaya lampu pada unit penangkapan light fishing memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap interaksi biologi antara spesies dengan spesies lainnya dalam proses pemangsaan. Beberapa penelitian mengenai tingkah laku ikan terhadap cahaya menyebutkan bahwa spesies ikan tongkol, teri, tembang, talang-talang, kuweh, layur, peperek, alu-alu, kerong-kerong, bawal hitam, udang putih, dan cumi-cumi termasuk dalam spesies yang memiliki sifat fototaksis posistif yang kuat terhadap cahaya dengan iluminasi tinggi (Rosyidah et al. 2011, Fauziyah et al. 2012, dan Yuda et al. 2012). Spesies cakalang, lemuru, selar, layang, dan kembung laki-laki termasuk dalam spesies yang menyukai iluminasi cahaya rendah (Sudirman et al. 2003). Sulaiman et al. (2006) menjelaskan bahwa kelompok ikan ada yang langsung menuju cahaya dan ada yang tidak, kelompok ikan datang dari berbagai kedalaman sesuai kedalaman renang masing-masing spesies. Baskoro dan Effendi (2005) menjelaskan bahwa kelompok ikan yang langsung mendekati cahaya umumnya spesies ikan yang berfototaksis positif terhadap cahaya dan yang tidak langsung mendekati cahaya umumnya spesies yang mencari makan disekitar cahaya.
23
Sebelum jaring diturunkan lampu pertama akan diturunkan dan didiamkan selama 2-3 jam untuk menarik ikan ke dalam daerah jaring mini purse seine, setelah itu mini purse seine diturunkan dan dinaikkan kembali untuk mengambil hasil tangkapan ikan yang didapat. Menurut BPPI Semarang (1985) penempatan lampu bisa di permukaan air dan di dalam air. Lampu dipasang di perairan 2-3 jam sebelum operasi penangkapan dilakukan. Sulaiman et al. (2006) menjelaskan bahwa kelompok ikan ada yang langsung menuju cahaya dan ada yang tidak, kelompok ikan datang dari berbagai kedalaman sesuai kedalaman renang masing-masing spesies. Secara umum, respon ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis positif (ikan yang mendekati datangnya arah sumber cahaya) dan bersifat phototaxis negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah sumbercahaya) (Subani 1972). Ikan-ikan yang bersifat phototaxis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap datangnya cahaya dengan mendatangi arah datangnya cahaya dan berkumpul di sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu yang tertentu. Selain menghindar dari serangan predator (pemangsa), beberapa teori menyebutkan bahwa berkumpulnya ikan disekitar lampu adalah untuk kegiatan mencari makan (Subani 1972). Armada Penangkapan dan Teknis Penangkapan Mini purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di sekitar permukaan air. Mini purse seine dibuat dengan dinding jaring yang panjang, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari bagian atas. Bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring mini purse seine. Karakteristik jaring mini purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring (Brandt 1984). Hingga saat ini armada kapal mini purse seine yang ada di PPP Lempasing adalah yang berukuran di bawah 15 GT. Ukuran kapal tersebut cukup untuk memuat mini purse seine yang memiliki panjang masing-masing hingga 400 m2. Kapal-kapal mini purse seine tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan kapal-kapal mini purse seine yang berpangkalan di Pekalongan, yaitu kapal yang memuat hingga 34 orang nelayan dan beroperasi cukup lama, yaitu hingga 30 - 40 hari, di lokasi yang cukup jauh dari pangkalannya (Hufiadi dan Wiyono 2009). Kapal – kapal mini purse seine Pekalongan memiliki panjang minimal 30,25 meter, lebar minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki kapasitas volume sekitar > 30 GT dengan menggunakan kekuatan lampu berkisar 15.000- 40.000 watt (Atmaja et al. 2003). Dibandingkan dengan kapal mini purse seine di Jawa tersebut, maka kapal yang menjadi objek penelitian tergolong lebih kecil baik dari segi ukuran maupun alat bantu yang digunakan. Adanya perbedaan ini, tidak berarti secara teknis armada mini purse seine di PPP Lempasing lebih terbelakang karena kebutuhan teknisnya berbeda, yaitu disebabkan oleh sifat operasinya yang one day trip di lokasi sekitar PPP Lempasing. Dalam sistem ini, kapal-kapal mini purse seine hanya berfungsi sebagai penangkap ikan, hasil tangkapan kemudian ditransfer ke kapal penganak atau pengangkut ikan
24
yang langsung membawa sebagian hasil tangkapan yang didaratkan terlebih dulu ke PPP Lempasing. Metzner (2005) menjelaskan bahwa berubahnya kapasitas penangkapan ikan disebabkan oleh perubahan aspirasi dan metode operasi penangkapan ikan, bukan dari aspek biologi ikan. Kapal mini purse seine dalam mencapai kapasitas operasi penangkapan yang efisien, perlu dilakukan penambahan variable input (BBM dan tenaga kerja) serta pengurangan perbekalan. Masalah yang dihadapi untuk pengembangan produktivitas perikanan mini purse seine di PPP Lempasing adalah adanya daerah penangkapan ikan pelagis kecil pada musim kurang ikan (paceklik) maka nelayan di PPP Lempasing akan melakukan operasi penangkapan yang lebih jauh dari lokasi penangkapan sebelumnya dan operasi penangkapan tidak dilakukan hanya one day trip tapi bisa 2 sampai 3 hari. Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Periode tahun 2010 – 2014, produksi ikan dari kapal mini purse seine < 5 GT, kapal mini purse seine 6-10 GT, dan kapal mini purse seine 11-15 GT cenderung fluktuatif dan penurunan produksi perikanan yang terus menurun terjadi pada kapal mini purse seine <5 GT, hal ini dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Ketersediaan ikan dalam perairan sangat menentukan besar kecilnya hasil tangkapan yang diperoleh yang tentunya akan berpengaruh terhadap permintaan pasar dan pendapatan yang akan diperoleh (Masyahoro 2003). Besarnya potensi sumberdaya ikan dalam suatu perairan merupakan jaminan keberlanjutan usaha pengembangan perikanan mini purse seine dengan tetap konsisten mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan (Nelwan 2001).
Gambar 8 Perkembangan produksi dari kapal mini purse seine Produksi tertinggi untuk kapal mini purse seine <5 GT pada tahun 2010 sebesar 27,928 ton dan terendah pada tahun 2014 sebesar 11,553 ton, sedangkan untuk kapal mini purse seine 6-10 GT pada tahun 2010 sebesar 152,190 ton dan yang terendah pada tahun 2014 sebesar 67,293 ton, dan untuk kapal mini purse seine 11-15
25
GT yang tertinggi pada tahun 2010 sebesar 77,261 ton dan yang terendah pada tahun 2014 sebesar 26,095 ton hasil ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Produksi perikanan mini purse seine di PPP Lempasing Upaya Pemanfaatan Alat-alat tangkap yang digunakan di oleh nelayan PPP Lempasing adalah payang, dogol, rampus, pancing, mini purse seine (PPP lempasing 2014). Alat tangkap mini purse seine dan payang memiliki hasil tangkapan yang sama yaitu ikan pelagis, maka perlu dilihat standarisasi dari kedua alat tangkap ini, hal ini bisa dilihat pada Tabel 3. Ikan yang tertangkap dari mini purse seine adalah ikan tongkol, layang, kembung, selar, lemuru, ekor merah, dan jenis ikan pelagis kecil lainnya (Wahyono 2003 dan Clenia 2009). Pemanfaatan sumberdaya ikan menggunakan mini purse seine secara umum masih digunakan oleh nelayan-nelayan yang ada di PPP Lempasing, biasanya kapal yang digunakan adalah ukuran < 15 GT. Tabel 3 Standarisasi alat tangkap mini purse seine dan payang Tahun
Purse Seine (PS)
Payang (P)
FPI
C (ton)
E (trip)
CPUE
C (ton)
E (Trip)
CPUE
PS
P
2010
317,131
4416
0,072
201,930
2504
0,081
1
1,123
2011
165,589
2686
0,062
142,514
2151
0,066
1
1,075
2012
161,490
1715
0,094
122,187
1354
0,090
1
0,958
2013
189,438
1424
0,133
179,489
1317
0,136
1
1,024
2014
122,468
886
0,138
102,826
793
0,130
1
0,938
Rata-rata
191,223
2225,4
0,100
149,789
1623,8
0,101
1
1,024
Sumber : Data Diolah 2016 Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode tahun 2010 – 2014, pemanfaatan hasil tangkapan menggunakan mini purse seine cukup tinggi, dengan nilai catch per unit effort (CPUE) kapal mini purse seine 6-10 GT memiliki nilai
26
CPUE yang lebih besar dibandingkan dengan kapal mini purse seine 11-15 GT dan kapal mini purse seine <5 GT. Nilai CPUE kapal mini purse seine 6-10 GT tertinggi pada tahun 2014 sebesar 0,147 ton/trip dan terendah pada tahun 2011 sebesar 0,056 ton/trip, dengan rata-rata 0,095 ton/trip/ tahun. Kapal mini purse seine 11-15 GT memiliki nilai CPUE tertinggi pada tahun 2013 sebesar 0,135 ton/trip, dan nilai CPUE terendah pada tahun 2012 sebesar 0,050 ton/trip, dengan rata-rata 0,089 ton/trip/tahun. Kapal mini purse seine <5 GT memiliki nilai CPUE tertinggi pada tahun 2014 sebesar 0,124 ton/trip/tahun dan CPUE terendah pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 0,055 ton/trip/tahun, nilai-nilai ini terdapat pada Tabel 4. Perhitungan CPUE dihitung dengan menggunakan standarisasi hasil tangkapan terhadap setiap alat tangkap yang digunakan yaitu dengan membandingkan hasil tangkapan ikan per unit dari upaya masing-masing alat tangkap. CPUE untuk kapal mini purse seine 6-10 GT lebih besar dibandingkan dengan kapal mini purse seine 11-15 GT dan kapal mini purse seine <5 GT, maka kapal mini purse seine 6-10 GT dapat dijadikan standar untuk alat tangkap kapal mini purse seine 11-15 GT dan kapal mini purse seine < 5 GT dengan nilai Fishing Power Indeks (FPI). Tabel 4 Standarisasi alat tangkap mini purse seine CPUE PS < 5 PS 6-10 GT GT 2010 0,055 0,072 2011 0,055 0,056 2012 0,069 0,084 2013 0,078 0,117 2014 0,124 0,147 Rata-rata 0,076 0,095 Sumber : Data Diolah (2016) Tahun
PS 11-15 GT 0,076 0.068 0,050 0,135 0,116 0,089
PS < 5 GT 0,769 0,971 0,826 0,667 0,847 0,816
FPI PS 6-10 GT 1 1 1 1 1 1
PS 11-15 GT 1,065 1,201 0,594 1,158 0,791 0,962
Nilai CPUE yang cenderung meningkat setiap tahunnya diduga disebabkan oleh upaya penangkapan masih dalam kondisi baik, sehingga untuk terjadi penambahan dan pengurangan tidak berpengaruh terlalu besar terhadap produktivitas sumberdaya perikanan. Berbeda halnya dengan penurunan yang CPUE yang terjadi di Kota Manado dan Kota Bitung, yang disebabkan oleh semakin jauhnya daerah penangkapan dan akibat pengaruh perubahan kondisi alam/lingkungan (cuaca, angin, salinitas, musim) terhadap populasi dan komunitas sumberdaya sehingga jika dilakukan penambahan upaya penangkapan atau effort akan berpengaruh terhadap produktivitas sumberdaya perikanan yang akan mengalami penurunan (Wurlianty et al. 2015). Hal yang sama juga terjadi di Palabuhanratu yang mengalami CPUE yang cenderung menurun dari jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik disimpulkan bahwa berdasarkan analisis CPUE diperoleh nilai CPUEstd Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) rata-rata tahun 2008-2013 sebesar 247,226 kg/trip (Budiasih et al. 2015).
27
Upaya Lestari Rata-rata produksi hasil tangkapan aktual mini purse seine pada tahun 2010 sampai 2014 sebesar 154,381 ton, dengan rata-rata jumlah upaya penangkapan setelah standarisasi sebanyak 1883,784 trip dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai Produksi, Upaya, dan CPUE standar Tahun C total 2010 257,379 2011 128,496 2012 128,301 2013 152,790 2014 104,941 Total 771,907 Rata-rata 154,381 Sumber : Data Diolah (2016)
E std 3593,734 2277,068 1525,426 1306,899 715,794 9418,921 1883,784
CPUE std 0,072 0,056 0,084 0,117 0,147 0,476 0,095
Hasil perhitungan dengan model schaefer diperoleh nilai upaya maksimum lestari untuk kapal mini purse seine di PPP Lempasing dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai upaya maksimum lestari kapal mini purse seine Ukuran Kapal Mini Purse Seine <5 GT Mini Purse Seine 6-10 GT Mini Purse Seine 11-15 GT Sumber : Data Diolah (2016)
E MSY (Trip per Tahun) 407 1736 835
C MSY (Ton per Tahun) 23,81 120,52 57,50
Kurva hubungan antara produksi (catch), upaya penangkapan (effort), dan hasil tangkapan per-upaya (CPUE) menunjukkan pada periode tahun 2010 – 2014, hasil tangkapan mempunyai nilai yang sama, jika upaya penangkapan mengalami pengurangan atau penambahan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 10 dan hasil pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 3,4, dan 5.
28
Gambar 10 Kurva produksi lestari dan upaya penangkapan di PPP Lempasing Upaya lestari yang dihasilkan oleh kapal mini purse seine <5 GT, kapal mini purse seine 6-10 GT, dan kapal mini purse seine 11-15 GT di PPP Lempasing memiliki hasil yang belum melebihi MSY, sehingga tidak terlalu berpengaruh jika adanya pengurangan atau penambahan effort yang dilakukan. Perairan Selat Malaka, Sumatera Utara mengalami hal yang sama dengan PPP Lempasing, untuk estimasi
29
hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) ikan tembang (Sardinella spp) adalah 5.930, 582 ton/tahun dengan effort 22.466 trip/tahun yang artinya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan masih dalam kondisi lestari yaitu masih dibawah kondisi overfishing (Lubis et al. 2013). Kondisi di Perairan Selat Malaka dan PPP Lempasing berbeda dengan kondisi di Laut Jawa, untuk perikanan layang di Laut Jawa tingkat upaya penangkapan ikan layang (Decapterus spp.) telah melebihi upaya tangkapan optimal dengan MSY 24.447 ton/tahun dengan upaya tangkapan optimum 5.784 trip/tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan layang (Decapterus spp.) di Laut Jawa telah mengalami lebih tangkap, sehingga diperlukan adanya strategi pengelolaan dengan mengurangi upaya penangkapan (trip) standar alat tangkap pukat cincin sehingga mencapai upaya optimum dan pengaturan hasil tangkapan yang tidak melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) (Triharyuni et a.l 2016). Sparre and Venema (1999) menyatakan bahwa pendekatan dengan menggunakan model surplus produksi memiliki kelemahan: 1) tidak menyertakan faktor lingkungan; 2) tidak menggambarkan pengaruh dinamika populasi; 3) asumsi stok ikan stabil; 4) diterapkan terhadap runtun waktu dari hasil tangkapan per unit upaya (CPUE) dalam beberapa tahun. Kelemahan dari metode konvensional model surplus produksi adalah data berasal dari Statistik Perikanan maupun survei lapangan dengan wawancara langsung belum memberikan data yang lebih akurat, dimana data tersebut masih banyak terdapat kekurangan dalam pencatatannya, dimana informasi konvensional tidak memberikan data dalam bentuk informasi tentang faktor – faktor yang mempengaruhi keberadaan ikan di suatu daerah penangkapan seperti faktor oseanografi, maupun faktor pendukung lain. Teknis Penangkapan Ikan Dalam proses pengembangan usaha perikanan mini purse seine faktor-faktor penentu yang dipertimbangkan agar usaha perikanan tersebut dapat berhasil dengan baik terdiri atas, potensi sumberdaya ikan, teknologi, sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, potensi pasar, kemampuan investasi, serta mutu dan harga produk (Masyahoro 2014). Alat tangkap mini purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Lampung. Mini purse seine banyak dipakai oleh nelayan di PPP Lempasing, maka perlu diperhatikan dan dilihat apakah alat tangkap mini purse seine dapat dikembangkan dengan baik di PPP Lempasing, sehingga dapat tercapai untuk kesejahteraan masyarakat sekitar. Penilaian Teknis Penilaian Teknis ini mendukung untuk pemilihan alat tangkap mini purse seine yang sesuai digunakan di PPP Lempasing dengan adanya pertimbanganpertimbangan yang berpengaruh, seperti kesesuaian kapal dengan mesin, efektifitas alat tangkap mini purse seine, kapasitas palka, dan kelengkapan alat pendukung. Analisis teknik ini berkaitan untuk kelayakan pengoperasian alat tangkap mini purse seine yang sesuai untuk penangkapan di sekitar PPP Lempasing, hal ini dijelaskan pada Tabel 7.
30
Tabel 7 Penilaian teknis AT
X1
UP1
X2
UP2
X3
UP3
X4
UP4
Mini Purse Seine < 5 GT
24
3
0,0040
3
0,0005
3
1,3333
3
Mini Purse Seine 6-10 GT
119
2
0,0118
1
0,0035
2
1,6000
2
Mini Purse Seine 11-15 GT 120 1 0,0110 Keterangan : X1 = Kesesuaian kapal dengan mesin. X2 = Efektifitas alat tangkap. X3 = Kapasitas palka. X4 = Kelengkapan alat pendukung.
2
0,0037
1
2
1
Hasil Standarisasi dari penilaian teknis disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Standarisasi penilaian teknis V1
V2
V3
V4
VA
Mini Purse Seine < 5 GT
AT
0
0
0
0
0
Mini Purse Seine 6-10 GT
0,9896
1
0,9375
0,4000
3,3271
Mini Purse Seine 11-15 GT 1 0,8910 1 1 3,8910 Keterangan : V1, V2, V3, dan V4 adalah berturut-turut fungsi nilai dari X1, X2, X3, dan X4
Kapal mini purse seine 11-15 GT merupakan alat tangkap yang paling unggul dari aspek teknis dalam mendukung pengembangan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing. Pada kriteria kesesuaian kapal, kapasitas palka, dan kelengkapan alat pendukung mini purse seine 11-15 GT menghasilkan nilai yang tinggi dibandingkan dengan alat tangkap mini purse seine lainnya, yang memiliki nilai VA adalah 3,8910. Jumlah armada mini purse seine yang beroperasi di PPP Lempasing pada tahun 2014 adalah 19 unit kapal penangkapan, 3 untuk kapal mini purse seine berukuran < 5 GT, 6 untuk kapal mini purse seine berukuran 11-20 GT dan 10 untuk kapal mini purse seine ukuran 6-10 GT (Statistik PPP Lempasing 2014). Kapal mini purse seine 11-15 GT mempunyai kriteria yang unggul dari kesesuaian kapal dengan mesin, yaitu mesin yang dipakai adalah mesin utama berkekuatan 120 PK dan mesin bantu berkekuatan 24 PK. Kapasitas Palka untuk kapal mini purse seine 11-15 GT memiliki kriteria yang paling unggul dibandingkan alat tangkap mini purse seine lainnya, hasil tangkapan hampir sesuai dengan ukuran palka yang dipakai kapal. Alat pendukung pada kapal mini purse seine 11-15 GT memiliki kriteria yang lebih unggul, di PPP Lempasing alat pendukung seperti GPS belum tersedia dari setiap kapal, karena daerah penangkapan ikan hanya berada di sekitar Perairan Teluk Lampung dan PPP Lempasing.
31
Penilaian Biologi Penilaian Biologi ini dipakai untuk memilih alat tangkap mini purse seine yang sesuai digunakan di PPP Lempasing dengan adanya pertimbanganpertimbangan yang berpengaruh, seperti selektivitas alat tangkap mini purse seine, by-catch yang didapatkan, dan dampak pada hasil tangkapan. Analisis biologi ini berkaitan dengan alat tangkap mini purse seine dan pengoperasian daerah penangkapan yang sesuai, serta tidak merusak sehingga lingkungan dan perairan di sekitar PPP Lempasing dapat lestari, hal ini terlampir pada Tabel 9. Tabel 9 Penilaian biologi X1
UP1
X2
UP2
X3
UP3
Mini Purse Seine < 5 GT
AT
2,6667
2
4,3333
3
3
3
Mini Purse Seine 6-10 GT
2,6000
3
46,0700
1
3,6000
1
Mini Purse Seine 11-15 GT 3 1 37,3500 Keterangan : X1 = Selektivitas Alat Tangkap Mini purse seine. X2 = By-catch penangkapan. X3 = Dampak pada hasil tangkapan.
2
3,5000
2
Hasil Standarisasi dari penilaian biologi disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Standarisasi penilaian biologi AT
V1
V2
V3
VA
Mini Purse Seine < 5 GT
0,1667
0
0
0,1667
Mini Purse Seine 6-10 GT
0
1
1
2
Mini Purse Seine 11-15 GT 1 0,7911 0,8333 2,6244 Keterangan : V1, V2, dan V3adalah berturut-turut fungsi nilai dari X1, X2, dan X3.
Penilaian biologi kapal mini purse seine 11-15 GT adalah yang paling unggul untuk mendukung pengembangan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing. Selektivitas alat tangkap kapal mini purse seine 11-15 GT menghasilkan nilai yang tinggi sebesar 1, sehingga nilai VA dari mini purse seine 11-15 GT adalah 2,6244. Ada beberapa alat tangkap di PPP lempasing, yaitu gardan (cantrang), bagan, mini purse seine, pancing, arad, payang, dan rampus (PPP Lempasing 2014). Mini purse seine adalah salah satu alat tangkap yang banyak dioperasikan di PPP lempasing. Alat tangkap mini purse seine sudah umum dan lama dikenal oleh nelayan Lampung. Hasil tangkapan kapal mini purse seine 11-15 GT adalah Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis), Ikan Kitter (Sphyrena sp.), Ikan Kembung (Rastrelliger sp.), Ikan Selar (Selaroides leptolepis), Cumi (Loligo Pealei), Ikan Tanjan (Sardinella fimbriata) (Data Primer 2015). Kapal mini purse seine 11-15 GT mempunyai kriteria yang unggul dari selektivitas alat tangkap mini purse seine, yaitu menghasilkan hasil tangkapan ikan
32
hanya 3 jenis ikan saja yang paling dominan untuk ditangkap, tingkat selektivitas untuk alat tangkap ini adalah selektif dalam penangkapan ikan yang akan di tangkap. Penilaian Ekonomi Penilaian ekonomi pada alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing dilihat dari beberapa kriteria, yaitu tingkat keuntungan, tingkat investasi, dan kemandirian dalam perawatan. Analisis pada kriteria ini dilihat untuk melihat keunggulan alat tangkap mini purse seine yang akan digunakan untuk kegiatan penangkapan di PPP Lempasing, sehingga dapat menunjang kehidupan dan kesejahteraan nelayan yang berada di sekitar PPP Lempasing, hasil analisis untuk kriteria ekonomi terlampir pada Tabel 11. Tabel 11 Penilaian ekonomi AT
X1
UP1
X2
UP2
X3
UP3
Mini Purse Seine < 5 GT
3,3333
2
2,3333
3
3
2
Mini Purse Seine 6-10 GT
3,4000
1
2,6000
1
2,8000
3
Mini Purse Seine 11-15 GT 3 3 2,5000 Keterangan : X1 = Tingkat Pendapatan. X2 = Tingkat Investasi. X3 = Kemandirian dalam perawatan.
2
3,5000
1
Hasil Standarisasi dari penilaian ekonomi disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Standarisasi penilaian ekonomi V1
V2
V3
VA
Mini Purse Seine < 5 GT
AT
0,8333
0
0,7619
1,5952
Mini Purse Seine 6-10 GT
1
1
0
2
Mini Purse Seine 11-15 GT 0 0,6250 1 1,6250 Keterangan : V1, V2, dan V3adalah berturut-turut fungsi nilai dari X1, X2, dan X3.
Kapal mini purse seine 6-10 GT pada penilaian ekonomi mempunyai nilai yang unggul pada kriteria tingkat pendapatan dan tingkat investasi, yang menghasilkan nilai 1 dengan VA adalah 2. Pada kriteria keuntungan kapal mini purse seine 6-10 GT baik untuk dilakukan pengembangan karena dapat menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi pada kegiatan penangkapan. Tingkat investasi juga memiliki nilai kriteria yang unggul, sehingga kapal mini purse seine 6-10 GT bisa dikembangkan lebih baik lagi untuk kegiatan penangkapan di PPP Lempasing. Penilaian Sosial Penilaian sosial pada alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing dilihat dari beberapa kriteria, yaitu adakah terjadi konflik anatara masyarakat dan nelayan, adakah terjadi konflik antara nelayan mini purse seine dengan nelayan lainnya, dan
33
adakah terjadi konflik antara nelayan dan pemerintah. Analisis pada kriteria ini dilihat untuk melihat konflik yang disebabkan oleh alat tangkap mini purse seine, sehingga dapat diketahui dan diselesaikan agar dapat menunjang keberlangsungan pemakaian alat tangkap yang sesuai untuk kegiatan penangkapan ikan serta tidak merugikan masyarakat dan Pemerintah di PPP Lempasing, hasil analisis untuk kriteria sosial ini telampir pada Tabel 13. Tabel 13 Penilaian sosial AT
X1
UP1
X2
UP2
X3
UP3
Mini Purse Seine < 5 GT
2
3
2,6667
1
3
1
Mini Purse Seine 6-10 GT
3
1
2,6000
2
2
3
Mini Purse Seine 11-15 GT 2,5000 2 2,5000 3 2,5000 2 Keterangan : X1 = Intensitas konflik antara masyarakat dan nelayan. X2 = Intensitas konflik antara nelayan mini purse seine dan nelayan lainnya. X3 = Intensitas konflik antara nelayan dan pemerintah.
Hasil Standarisasi dari penilaian sosial disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Standarisasi penilaian sosial AT
V1
V2
V3
VA
Mini Purse Seine < 5 GT
0
1
1
2
Mini Purse Seine 6-10 GT
1
0,6000
0
1,6000
Mini Purse Seine 11-15 GT 0,5000 0 0,5 1 Keterangan : V1, V2, dan V3adalah berturut-turut fungsi nilai dari X1, X2, dan X3.
Mini purse seine <5 GT merupakan alat tangkap yang paling unggul dari kriteria untuk tidak adanya konflik antara nelayan mini purse seine dan nelayan lainnya serta tidak adanya konflik antara nelayan dan pemerintah, hasil ini bisa dilihat pada tabel 11 bahwa kriteria ini menghasilkan hasil 1 dengan VA= 2. Kriteria ini, dapat memberikan pendapat bahwa kapal mini purse seine <5 GT tidak menyebabkan konflik antara nelayan dan pemerintah, sehingga kedepannya kapal mini purse seine <5 GT dapat dikembangkan untuk meningkatkan penghasilan nelayan dan masyarakat di sekitar PPP Lempasing dengan pola pengembangan yang diperhatikan oleh pemerintah agar dapat berkelanjutan. Berdasarkan pertimbangan semua aspek pengembangan, maka nilai yang didapatkan setiap alat tangkap untuk setiap aspek perlu digabungankan. Bagian berikut akan menyajikan hasil analisis terkait penilaian gabungan semua aspek tersebut. Gabungan Penilaian Teknis, Biologi, Ekonomi, dan Sosial Hasil dari penilaian gabungan ini digunakan untuk menjadi dasar dalam pemilihan alat tangkap yang dapat dikembangkan untuk mendukung pengembangan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing. Alat tangkap pilihan ini diharapkan
34
dapat menjadi alat tangkap yang sesuai dengan kebutuhan nelayan dan tidak merusak lingkungan di sekitar PPP Lempasing, sehingga alat tangkap tersebut dapat digunakan berkelanjutan dan dapat menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan. Hasil dari penilaian gabungan ini terlampir pada Tabel 15. Tabel 15 Gabungan penilaian teknis, biologi, ekonomi, dan sosial AT
X1
UP1
X2
UP2
X3
UP3
X4
UP4
Mini Purse Seine < 5 GT
0
3
0,1667
3
1,5952
3
2
1
Mini Purse Seine 6-10 GT
3,3271
2
2
2
2
1
1,6000
2
Mini Purse Seine 11-15 GT 3,8910 Keterangan : X1 = Aspek Teknis. X2 = Aspek Biologi. X3 = Aspek Ekonomi. X4 = Aspek Sosial.
1
2,6244
1
1,6250
2
1
3
Gabungan penilaian tersebut memberi ilustrasi kelebihan dan kekurangan suatu alat tangkap dibandingkan dengan alat tangkap lainnya dalam mendukung perikanan mini purse seine di PPP Lempasing, hal ini dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Standarisasi hasil penilaian gabungan dari penilaian teknis, biologi, ekonomi, dan sosial AT
VA1
VA2
VA3
VA4
VA Gab
Prioritas
Mini Purse Seine < 5 GT
0
0
0
1
1
3
Mini Purse Seine 6-10 GT
0,8551
0,7459
1
0,6000
3,2010
1
Mini Purse Seine 11-15 GT 1 1 0,0735 0 2,0735 2 Keterangan : VA1, VA2, VA3, dan VA4 adalah berturut-turut fungsi nilai dari X1, X2, X3, dan X4.
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa yang mempunyai prioritas utama untuk dikembangkan adalah kapal mini purse seine 6-10 GT yang mempunyai nilai VA gabungan adalah 3,2010, yang diprioritas kepada aspek dari teknis dan ekonomi, sehingga dalam pengembangannya harus diperhatikan dengan baik karena akan mempengaruhi untuk nilai keuntungan yang tinggi dan akan menghasilkan kesejahteraan nelayan di PPP Lempasing. Dalam pengembangannya, tidak hanya nelayan, tetapi masyarakat dan pemerintah ikut memperhatikan pola pengembangan perikanan mini purse seine di PPP lempasing, sehingga kesejahteraan nelayan dan masyarakat dapat tercapai. Kapal mini purse seine 11-15 GT memiliki nilai proritas kedua untuk di kembangkan di PPP Lempasing, pada kriteria aspek teknis dan biologi kapal mini purse seine 11-15 GT memiliki nilai 1 dengan VA gabungan adalah 2,0735. Kondisi ini, memiliki kemungkinan bahwa nelayan di PPP lempasing dapat berkembang jika memiliki pola pengembangan perikanan mini purse seine yang baik. Alat tangkap yang baik dan hasil tangkapan yang sesuai akan memberikan keuntungan yang tinggi,
35
hal ini harus diperhatikan nelayan agar keberlangsungan pemakaian alat tangkap mini purse seine dapat digunakan secara efesien dengan memberikan keuntungan yang baik. Kelayakan Usaha Usaha Perikanan Mini purse seine Usaha penangkapan ikan pelagis kecil dengan mini purse seine dilakukan dalam jangka panjang (5 tahun atau lebih). Di PPP Lempasing kapal mini purse seine beroperasi sekitar 15-20 hari dengan jumlah awak kapal 15-20 orang, dan 7-10 hari kapal mini purse seine tidak beroperasi dikarenakan libur gelap bulan. Biaya- biaya yang dibutuhkan dalam usaha perikanan mini purse seine adalah biaya investasi dan biaya operasional. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya untuk penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha (Kasmir dan Jakfar 2003). Biaya investasi termasuk komponen biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap mini purse seine terdiri dari : biaya pembelian kapal 6-10 GT dan kapal 11-15 GT, jaring mini purse seine¸ mesin induk, palka, alat bantu cahaya (lampu), dan biaya perizinan. Jenis, nilai pembelian dan penyusutan dari masing-masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap mini purse seine disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Biaya investasi usaha perikanan mini purse seine 6-10 GT No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Biaya
Kapal Ukuran 12,1 x 3,7 x 2,5 Jaring Mini Purse Seine Mesin Induk Palka Alat Bantu (Lampu) Biaya Pengurusan Surat-surat (Perizinan, SIPI, SIUP, Sedekah Laut, Tambah Labuh, dan lain lain) Jumlah Biaya Investasi Sumber : Data primer diolah (2015)
Umur Teknis (Tahun) 8 3 4 4 3 1
Nilai Biaya
Penyusutan per tahun
Rp 300.000.000 Rp 35.000.000 Rp 32.000.000 Rp 5.000.000 Rp 6.000.000 Rp 2.000.000
Rp 33.750.000 Rp 10.500.000 Rp 7.200.000 Rp 1.125.000 Rp 1.800.000 Rp 1.800.000
Rp 380.000.000
Rp 56.175.000
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk kapal mini purse seine 6-10 GT dan kapal mini purse seine 11-15 GT mengalami perbedaan untuk biaya investasi. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk kapal mini purse seine 11-15 GT lebih tinggi dibandingkan dengan kapal mini purse seine 6-10 GT, hal ini dapat dilihat pada Tabel 18.
36
Tabel 18 Biaya investasi usaha perikanan mini purse seine 11-15 GT No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Biaya
Kapal Ukuran 13,7 x 4,5 x 3,1 Jaring Mini Purse Seine Mesin Induk Palka Alat Bantu (Lampu) Biaya Pengurusan Surat-surat (Perizinan, SIPI, SIUP, Sedekah Laut, Tambah Labuh, dan lainlain) Jumlah Biaya Investasi Sumber : Data primer diolah (2015)
Umur Teknis (Tahun) 8 3 4 4 3 1
Penyusutan per tahun
Nilai Biaya Rp 400.000.000 Rp 45.000.000 Rp 42.000.000 Rp 5.000.000 Rp 6.000.000 Rp 2.000.000
Rp 45.000.000 Rp 13.500.000 Rp 9.450.000 Rp 1.125.000 Rp 1.800.000 Rp 1.800.000
Rp 500.000.000
Rp 72.675.000
2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap. Besar biaya variabel sangat tergantung pada jumlah produksi, dalam hal ini banyaknya trip. Komponen dari biaya operasional antata lain : pembelian bahan bakar (solar), biaya perbekalan untuk 15-20 orang awak kapal, biaya tambahan (es, oli, air bersih, dan bensin), biaya retribusi (2,5 %), dan upah nahkoda dan ABK. Biaya tetap tidak dipengaruhi oleh banyaknya trip. Komponen biaya yang termasuk ke dalam kelompok biaya tetap ini adalah : biaya perawatan dan pemeliharaan kecil atau besar. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk kapal mini purse seine 6-10 GT dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Biaya operasional usaha perikanan mini purse seine 6-10 GT No. 1.
Jenis Biaya Biaya Variabel 1. Bahan Bakar 2. Perbekalan 3. Biaya Tambahan (Es, Oli, Air Bersih, dan Bensin) 4. Retribusi (2,5 %) 5. Bagi Hasil (50 %) Total Biaya Variabel 2. Biaya Tetap (Pemeliharaan kapal, jaring mini purse seine, dan alat bantu penangkapan ikan) Jumlah Biaya Operasional per tahun Sumber : Data primer diolah (2015)
Nilai Biaya Rp 153.600.000 Rp 336.000.000 Rp 96.000.000 Rp 38.400.000 Rp 768.000.000 Rp 1.392.000.000 Rp 56.175.000 Rp 1.448.175.000
Biaya yang dibutuhkan pada saat operasi penangkapan untuk bahan bakar dan perbekalan sangat tinggi, hal ini dikarenakan hasil tangkapan yang diperoleh belum terpenuhi atau memuaskan nelayan sehinngga penambahan trip yang dilakukan nelayan bisa ditambahkan menjadi 2-3 hari. Penambahan trip ini dilakukan oleh nelayan, pada saat musim paceklik dan kebutuhan ABK yang diperlukan sangat banyak. Biaya yang dibutuhkan untuk kapal mini purse seine
37
11-15 GT lebih tinggi dibandingkan dengan kapal mini purse seine 6-10 GT, hal ini dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Biaya operasional usaha perikanan mini purse seine 11-15 GT No. 1.
Jenis Biaya Biaya Variabel 1. Bahan Bakar 2. Perbekalan 3. Biaya Tambahan (Es, Oli, Air Bersih, dan Bensin) 4. Retribusi (2,5 %) 5. Bagi Hasil (50%) Total Biaya Variabel 2. Biaya Tetap (Pemeliharaan kapal, jaring mini purse seine, dan alat bantu penangkapan ikan) Jumlah Biaya Operasional per tahun Sumber : Data primer diolah (2015)
Nilai Biaya Rp 192.000.000 Rp 576.000.000 Rp 124.800.000 Rp 60.000.000 Rp 1.200.000.000 Rp 2.152.800.000 Rp 72.675.000 Rp 2.225.475.000
Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha diawali dengan menghitung analisis keuntungan, penghitungan NPV, IRR dan Payback Period (PP) (Lampiran 13 dan Lampiran 14). Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Nilai analisis kelayakan usaha kapal mini purse seine No 1.
Alat Tangkap
Analisis Keuntungan 1. Mini Purse Seine 6-10 GT 2. Mini Purse Seine 11-15 GT 2. Nilai B/C 1. Mini Purse Seine 6-10 GT 2. Mini Purse Seine 11-15 GT 3. Nilai Net Present Value (NPV) 1. Mini Purse Seine 6-10 GT 2. Mini Purse Seine 11-15 GT 4. Nilai Internal Rate Return (IRR) 1. Mini Purse Seine 6-10 GT 2. Mini Purse Seine 11-15 GT 5. Payback Period (PP) 1. Mini Purse Seine 6-10 GT 2. Mini Purse Seine 11-15 GT Sumber : Hasil Analisis Data Lapang (2015)
Parameter Nilai Standar Nilai Aktual >0 974.500.000 1.269.660.000 >1 2,03 1,98 >0 390.211.258 489.592.803 > 12 % 23,86 % 22,83 % < 8 tahun 2,79 2,43
Status Kelayakan Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak
1. Analisis Keuntungan Keuntungan usaha (π) atau pendapatan didapat dari besarnya penerimaaan atau pendapatan bersih selama satu tahun setelah dikurangi dengan total biaya produksi, yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Suatu usaha dikatakan layak, jika dari hasil analisis nilai total penerimaan (TR) lebih besar dari
38
nilai total pengeluaran (TC) dalam satu tahun. Analisis penerimaan dan biaya (R/C) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usaha dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaat usaha, yaitu dengan membandingkan nilai total penerimaan terhadap nilai total biaya. Semakin besar nilai R/C maka akan semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh. Hasil analisis penerimaan dan biaya (R/C) unit armada mini purse seine 6-10 GT didapatkan nilai sebesar 1,08 dan untuk armada mini purse seine 11-15 GT sebesar 1,07, yang didapat dari total penerimaan (TR) dalam setahun dibagi dengan total biaya (TC). Usaha penangkapan ikan dengan menggunakan mini purse seine di PPP Lempasing memberikan manfaat yang lebih dari biaya yang dikeluarkan, karena memiliki nilai R/C lebih dari 1, hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil analisis keuangan usaha perikanan tangkap mini purse seine di PPI Ujung Batu bernilai 1,17 dan 1,16 yang menunjukkan usaha tersebut layak untuk diusahakan. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai R/C > 1 berarti usaha menghasilkan keuntungan, R/C = 1 berarti usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (impas), dan jika R/C < 1 maka usaha tersebut mengalami kerugian (Hernanto 1998, Ismy et al. 2014, dan Palit et al. 2013). 2. Benefit Cost ratio (B/C Ratio) perikanan mini purse seine Nilai net B/C > 1 untuk kedua unit armada penangkapan yaitu armada mini purse seine 6-10 GT sebesar 2,03 dan armada mini purse seine 11-15 GT sebesar 1,98 yang berarti kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan, hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir dan Jakfar (2003) bila B/C ratio > 1, maka kondisi ini menunjukkan investasi usaha perikanan mini purse seine menguntungkan (NPV > 0). Terkait dengan ini, maka bila B/C ratio > 1 berarti investasi usaha perikanan mini purse seine tersebut layak sehingga menjadi pertimbangan positif untuk pengembangannya, jika B/C ratio < 1 berarti investasi usaha perikanan mini purse seine tersebut tidak layak dilaksanakan sehingga menjadi pertimbangan negatif bagi dukungan lembaga keuangan. Usaha perikanan mini purse seine merupakan usaha yang layak dikembangkan, jika memiliki nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga dan Net B/C > 1 (Nugraha dan Wibowo 2014, Johannes et al. 2015, dan Palit et al. 2013). Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha perikanan mini purse seine untuk kapal mini purse seine 6-10 GT dan kapal mini purse seine 11-15 GT dapat memberikan keuntungan yang menarik sebagai suatu unit usaha. Kelayakan usaha dan pendapatan nelayan sangat tergantung pada biaya-biaya yang dikeluarkan, hasil tangkapan, harga penjualan ikan, dan musim penangkapan ikan. Dalam penentuan harga ikan umumnya tergantung pada keseimbangan pasar antara ketersediaan jumlah produk dan permintaan, apabila produksi melimpah, permintaan menurun maka harga ikan akan ikut menurun dan sebaliknya apabila produksi berkurang, permintaan meningkat maka harga ikan akan ikut meningkat.
39
3. Payback period Payback period merupakan investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh net benefit dari proyek. Analisa Payback period dimaksudkan untuk mengetahui perkiraan jangka waktu pengembalian modal atau investasi dalam suatu usaha. Hasil analisis payback period menunjukkan nilai sebesar 2,79 untuk unit armada mini purse seine 6-10 GT dan 2,43 untuk unit armada mini purse seine 11-15 GT, yang berarti jangka waktu pengembalian modal untuk usaha tersebut selama 2,79 tahun (33 bulan = 2 tahun 9 bulan) untuk armada mini purse seine 6-10 GT dan 2,43 tahun (29 bulan = 2 tahun 5 bulan) untuk armada mini purse seine 11-15 GT. Perhitungan periode kembali menggunakan perbandingan antara modal investasi dengan keuntungan yang diperoleh selama satu tahun. Jika nilai PP kurang dari umur teknis yang dilakukan maka usaha perikanan tersebut layak untuk dikembangkan, tetapi jika usaha perikanan tersebut memiliki PP diatas dari umur teknis yang dilakukan, maka usaha perikanan tersebut tidak layak untuk dikembangkan (Dahlan 2011, Ismy et al. 2014, dan Palit et al. 2013). 4. Nilai Net Present Value (NPV) perikanan mini purse seine Nilai Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui kelayakan perikanan mini purse seine untuk kapal berukuran 6-10 GT dan kapal berukuran 11-15 GT berdasarkan adanya selisih antara nilai sekarang (present) dari penerimaaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu masa operasi (umur teknis) usaha perikanan mini purse seine. Tingkat bunga yang dijadikan sebagai pertimbangan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia (2015) tentang bunga dasar kredit untuk usaha mikro, dengan nilai suku bunga sebesar 12 %. Hasil perhitungan menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 390.211.258,- untuk armada mini purse seine 6-10 GT dan Rp 489.592.803,- untuk armada mini purse seine 11-15 GT dengan discount factor sebesar 12% yang berarti bahwa pada umur teknis 8 tahun kedua usaha tersebut layak dijalankan karena memiliki nilai NPV > 0. Tabel 21 menunjukan kapal mini purse seine 11-15 GT mempunyai nilai NPV paling tinggi yaitu mencapai Rp 489.592.803,-, hal ini menunjukan bahwa kapal mini purse seine 11-15 GT dapat memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 489.592.803,- selama masa operasinya jika diukur dari nilai sekarang dengan ukuran suku bunga bank sekitar 12%. Masa operasi (umur teknis) usaha perikanan mini purse seine di PPP Lempasing dapat mencapai 8 tahun. Umur teknis ini diukur dari ketahanan kapal/armada penangkapan ikan untuk digunakan secara normal dalam kegiatan operasi penangkapan.
40
Usaha perikanan mini purse seine dengan ukuran kapal yang berbeda mempunyai keuntungan bersih yang tinggi berdasarkan nilai sekarang, ini dikarenakan hasil penerimaan yang baik sepanjang tahun, dengan biaya operasional yang relatif standar. Mengacu kepada standar yang disyaratkan, maka kedua usaha perikanan mini purse seine dengan ukuran kapal yang berbeda, layak untuk dikembangkan di PPP Lempasing terutama untuk mendukung peningkatan produksi ikan pelagis kecil dengan nilai ekonomis yang tinggi. 5. Nilai Internal Rate Return (IRR) perikanan mini purse seine Nilai Internal Rate Return (IRR) dianalisis untuk mengetahui batas untung dan rugi usatu usaha perikanan. Hasil analisis Internal Rate Return (IRR) usaha perikanan mini purse seine dengan kapal berukuran 6-10 GT dan kapal berukuran 11-15 GT disajikan pada Tabel 21. Nilai IRR 23,86% untuk armada mini purse seine 6-10 GT dan 22,83% untuk armada mini purse seine 1115 GT menunjukkan bahwa nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku (12%). Tabel 21 menunjukkan bahwa kedua kapal mini purse seine layak untuk dikembangkan, karena memiliki nilai NPV yang tidak jauh berbeda dan kedua nilai NPV dari kapal mini purse seine diatas nilai suku bunga bank yang berlaku yaitu 12 %. Menginvestasikan uang pada usaha perikanan kapal mini purse seine 6-10 GT 11-15 GT dan di PPP Lempasing dapat mendatangkan keuntungan sebesar 23,86% dan 22,83 % per tahunnya, jika dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku hanya 12% (bunga kredit mikro untuk Bank Indonesia), kedua usaha perikanan mini purse seine ini dapat memberikan keuntungan yang tinggi. Terkait dengan ini, maka lebih baik menginvestasikan uang pada usaha perikanan mini purse seine dengan kapal berukuran 6-10 GT dan 11-15 GT, yang dapat memberikan keuntungan lebih tinggi daripada menyimpan uang di bank yang hanya memberikan bunga sebesar 12% per tahun.
41
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Hasil tangkapan mini purse seine di PPP Lempasing mengalami penurunan dari tahun 2010-2014 untuk kapal mini purse seine < 5 GT, 6-10 GT, 11-15 GT, dan pola penurunan produksi perikanan yang tinggi terjadi pada kapal mini purse seine < 5 GT. 2. Usaha perikanan mini purse seine yang paling baik berdasarkan nilai gabungan dari penilaian teknis, biologi, dan ekonomi di PPP Lempasing adalah kapal mini purse seine yang berukuran 6-10 GT dan 11-15 GT. 3. Usaha perikanan mini purse seine dengan ukuran kapal 6-10 GT dan ukuran kapal 11-15 GT layak untuk dikembangkan, karena secara ekonomis memiliki nilai NPV > 0, B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan Payback Period < 8 tahun. Saran 1. Pengembangan perikanan mini purse seine di PPP Lempasing, Lampung ke depannya lebih diarahkan kepada kapal dengan ukuran 6 -10 GT dan 11-15 GT. 2. Perlu adanya kajian tentang penamaan purse seine dan mini purse seine yang tepat dengan melihat ukuran kapal yang digunakan (6-10 GT dan kapal 11-15 GT).
42
DAFTAR PUSTAKA Atmaja SB, Nugroho D, Suwarso T, Hariati, dan Mahisworo. 2003. Pengkajian Stok Ikan di WPP. Laut Jawa. Prosiding Forum Pengkajian Stok Ikan Laut 2003. (WPP Samudera Hindia; Laut Arafura; Laut Cina Selatan dan Laut Jawa). Jakarta (ID): Pusat Riset Perikanan Tangkap Badan Riset Kelautan dan Perikanan. DKP. Ayodhyoa AU, 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. 81 hal. Barus H, Badrudin NN. 1991. Prosiding Forum II Perikanan, Sukabumi 18-21 juni 1991. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan: 91-105. Baskoro M, Effendi A. 2005. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Metode Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. [BPPI] Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang, Direktorat Jenderal Perikanan. 1985. Petunjuk Pembuatan Dan Pengoperasian Alat Tangkap Ikan (Mini purse seine). Semarang (ID): BPPI. 18 hal. Brandt AV. 1984. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. Farnham, England (GB): Fishing News Books Ltd. 418 pp. Bubun RL, Simbolon D, Nurani TW, Wisudo SH. 2015. Terbentuknya daerah penangkapan ikan dengan light fishing. J. Airaha 4(1): 27-36. Budiasih, Dian D, Dian ANN. 2015. CPUE dan tingkat pemanfaatan perikanan cakalang (Katsuwonus pelamis) di sekitar Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. J. Agriekonomika 4(1): 37-49. Clenia M. 2009. Optimalisasi informasi pasar ikan tongkol (Auxis thazard) antara Pekalongan dengan Jakarta. J. Bisnis dan Ekonomi 16(2). Dahlan MN. 2011. Pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Belitung: suatu analisis trade- off ekonomi berbasis local [Tesis]. Bogor (ID) : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Djamin Z. 1984. Perencanaan dan Analisa Proyek. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 167 hal. [DKP] Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Lampung 2013. Laporan Statistik Perikanan Provinsi Lampung. Fauziyah, Saleh K, Hadi, Supriyadi F. 2012. Respon perbedaan cahaya intensitas cahaya lampu petromak terhadap hasil tangkapan bagan tancap di Perairan Sungsang Sumatera Selatan. J. Maspari 4(2):215–224.
43
Fridman AL. 1986. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkap Ikan. 1988. Semarang (ID) : BPPI. 304 hal. Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. Jakarta (ID). Gulland JA. 1983. Fish Stock Assesment, A Manual of Basic Methods. Rome: FAO. Ghaffar MA. 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hariyanto T, Baskoro MS, Haluan J, Iskandar BH. 2008. Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan berbasis Potensial di Teluk Lampung. J. Saintek Perikanan 4(1):16-24. Hernanto F. 1998. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta (ID). Hufiadi, Wiyono ES, 2009 .Fishing capacity of purse seiner’s Pekalongan based on fishing seasons. J. Penelitian Perikanan Indonesia 15(4):313-320 [in Bahasa Indonesia]. Hufiadi, Wiyono ES, 2010 .Concentration and efficiency level of Pekalongan purse seine in several fishing ground. J. Penelitian Perikanan Indonesia 16(2):107114 [in Bahasa Indonesia]. Irnawati R, Simbolon D, Wiryawan B, Murdiyanto B, Nurani TW. 2011. Leading Commodity Analysis of Capture Fisheries in Karimunjawa National Park. J. Saintek Perikanan 7(1): 1-9. Ismy F, Utomo B, Harahap ZA. 2014. Kajian unit penangkapan purse seine di pelabuhan perikanan samudera belawan. J. Aquacoastmarine 4(3). Johannes S, Wisudo SH, Nurani TW. 2015. Analisis faktor produksi dan kelayakan usaha perikanan purse seine di Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. J. Aplikasi Manajemen 13(2): pp. 335-343. Kadariah, Lien K, Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 hal. Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Kencana. Jakarta (ID). [KKP] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap 2014. Laporan Statistik Perikanan. PPP Lempasing, Lampung. Koedoeboen B. 2012. Perikanan Mini purse seine Berbasis Rumpon di Kabupaten Maluku Tenggara. [Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Larasati H, Bambang AN, Boesono H. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) hasil tangkapan purse seine di TPI Bulu Kabupaten, Tuban, Jawa
44
Timur. J. Fisheries Technology 2(3): 121-130.
Resources
Utilization
Management
and
Lubis RS, Mulya MB, Desrita D. 2013. Potensi, Tingkat Pemanfaatan dan Keberlanjutan Ikan Tembang (Sardinella spp.) di Perairan Selat Malaka, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. J. Aquacoastmarine 1(1). Mangkusubroto dan Trisnadi, 1985. Analisa Keputusan Pendekatan System dalam Manajemen Usaha dan Proyek. Ganeca Exact, Bandung (ID). 271 Hal. Martasuganda S, Sudrajat A, Saad S, Purnomo J, Basuki R, Asyik M, Rustam S, Christano D. 2004. Teknologi untuk pemberdayaan masyarakat pesisir.Seri alat tangkap ikan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Jakarta (ID). 157 hal. Masyahoro A. 2003. Analisis perikanan purse seine di perairan Teluk Tomini (suatu kajian sistem). J. Ilmu-ilmu Pertanian Agroland. Edisi Suplemen. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Hal. 100 – 1004. Masyahoro A. 2014. Analisis kebijakan pengembangan perikanan purse seine dengan metode Analytical Hierarchi Process (AHP) di Perairan Kabupaten Parigi Moutong. J. Agroland 13(3). Metzner R. 2005. Fishing Aspirations and Fishing Capacity: Two Key Management Issues. Int J. Marine and Coastal Law. 20: 3–4. Moazzam M, Osmany HB, and Zohra K. 2005. Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta). Some Aspects of Biology and Fisheries. J. Marine Fisheries 16: 58-75. Monintja D, Yusfiandayani R. 2001. Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dalam Bidang Perikanan Tangkap. Bogor (ID), 29 Oktober-3 November 2001: 56. Nelwan AFP. 2001. Studi tentang Variabilitas Hasil Tangkapan Mini Purse Seine di Perairan Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan dan Hubungannya dengan Faktor Lingkungan [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nugraha A, Wibowo BA. 2014. Analisis finansial usaha perikanan tangkap mini purse seine di pelabuhan perikanan pantai (PPP) Tasik Agung Kabupaten Rembang. J. Fisheries Resources Utilization Management and Technology 3(4): 56-65. Nurdin E. 2011. Teknologi Dan Manajemen Perikanan Tuna Berbasis Rumpon Yang Berkelanjutan di Prigi, Jawa Timur [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Palit OM, Tambani GO, Lumenta V. 2013. Analisis finansial usaha soma pajeko (small purse seine) Kelurahan Manado Tua, Kota Manado. J. Akulturasi (J. ilmiah agrobisnis perikanan) 1(1).
45
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02/Men/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan Dan Alat Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID). 2011. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 9/PERMEN-KP/2015 Tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem, Menteri Kelautan Dan Perikanan. Jakarta (ID). 2011. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17/PERMEN-KP/2014 Tentang Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID). 2014. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42/PERMEN-KP/2014 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.02/Men/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan Dan Alat Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID). 2014. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 48/PERMEN-KP/2014 Tentang Log Book Penangkapan Ikan, Menteri Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID). 2014. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57/PERMEN-KP/2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor Per.30/Men/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID). 2014. Pi PS, Boesono H, Wijayanto D. 2013. Analisis kelayakan usaha aspek finansial penangkapan mini purse seine dengan ukuran jaring yang berbeda di PPI Ujungbatu Kabupaten Jepara. J. Fisheries Resources Utilization Management and Technology 2(2): 124-133. Pitcher TJ, Preikshot D. 2001. RAPFISH: a rapid appraisal technique to evaluate the sustainability status of fisheries. Fisheries Research 49(3): 255-270. [PPP] PPP Lempasing 2014 Bidang Perikanan Tangkap 2014. Laporan Statistik Perikanan. PPP Lempasing, Lampung. Raihanah. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Perikanan Pelagis Kecil Di Perairan Utara Provinsi Aceh [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ramadhani RA, Damar A, Madduppa H. 2015. Management On Coral Reef Ecosystem In The Siantan Tengah District, Anambas Islands. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 7(1).
46
Rosyidah IN, Farid A, Nugraha WA. 2011. Efektivitas alat tangkap mini purse seine menggunakan sumber cahaya berbeda terhadap hasil tangkapan ikan kembung (Rastrelliger sp). J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan 3(1):41–45. Sadhotomo B and Portier M. 1993. LengthComposition on the main pelagis species caught by the seinersof the JavaSea, Jakarta (ID). Sadhotomo B and Portier M. 2003. Exploratory Scheme for the recruitment and migration of the main pelagic species Biodymex the 2nd Edition Marine and Fisheries Research Project The Agency for Marine and Fisheries Research. Jakarta (ID). Sainsbury J. 1996. Commercial fishing meth ods: an introduction to vessels and gears. Fishing News Books. Oxford, London (GB). 359 pp. Simbolon D, Sondita MFA, Amiruddin. 2010. Komposisi isi saluran pencernaan ikan teri (Stolephorus spp.) di Perairan Barru, Selat Makassar. J.Marine Science 15(1):7–16. Soekartawi. 1995. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID) : LPFEUI. Sparre P and Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Penerjemah; Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Terjemahan dari Introduction to Tropical Fish Stock Assesment. 483 hal. Subani W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid I. Lembaga penelitian Perikanan Laut, Indonesia (ID). Subani W, Barus H. 1989. Alat Penangkap Ran dan Udang Di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta (ID). 248 hal. Sudirman, Baskoro MS, Purbayanto A, Monintja DR, Jufri M, Arimoto T. 2003. Adaptasi retina mata ikan layang (Decapterus ruselli) terhadap cahaya dalam proses penangkapan pada bagan rambo di Selat Makassar. J. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan. Desember 2003. 10(2):85–92. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung (ID). Sulaiman M, Jaya I, Baskoro MS. 2006. Studi tingkah laku ikan pada proses penangkapan dengan alat bantu cahaya : suatu pendekatan akustik. J. Marine Fisheries 11(1):31–36. Tanjaya E. 2011. Kajian Perikanan Mini purse seine Di Desa Sathean Kabupaten Maluku Tenggara [Tesis]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tesfamichael D, Pitcher T. 2006. Multidisciplinary evaluation of the sustainability of Red Sea fisheries using Rapfish. Fisheries Research 78(2): 227-235.
47
Triharyuni S, Hartati ST, Nugroho D. 2016. Evaluasi Potensi Ikan Layang (Decapterus spp.) Di WPP 712–Laut Jawa. J. Penelitian Perikanan Indonesia 20(3): 143-152. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Jakarta (ID). 2004. Utami MNF, Redjeki S, Supriyantini E. 2014. Komposisi isi lambung ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Rembang. J. Marine Research 3(2): 99 106. Wahyono A. 2003. Konflik bagi hasil tangkapan purse seine di Prigi, Trenggalek, Jawa Timur. J.Masyarakat dan Budaya 5(1): 83-96. Warsito G.B. 1981. Penangkapan Ikan Dengan Mini purse seine Di Perairan Perigi dan Sekitarnya. [Karya Ilmiah] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 94 hal. Wurlianty HA, Wenno J, Kayadoe ME. 2015. Catch Per Unit Effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung. J. Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(1). Yuda LK, Iriana D, Khan AMA. 2012. Tingkat keramahan lingkungan alat tangkap bagan di perairan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. J. Perikanan dan Kelautan 3(3):7–13. Yusfiandayani R. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis Kecil Di Sekitar Rumpon dan Pengembangannya Perikanan Di Perairan Pasaruan, Propinsi Banten [Disertasi]. Bogor (ID) : Program Studi Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 231 hal. Zulbainarni N. 2015. Teori dan Praktek Permodelan Bioekonomi dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap Edisi Revisi. IPB Press. Bogor (ID).
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1. Standarisasi Upaya Penangkapan Perikanan Mini purse seine di PPP Lempasing Tahun
Mini Purse Seine <5 GT (PS < 5)
Mini Purse Seine 6-10 GT (PS 6-10)
Mini Purse Seine 11-15 GT (PS 11-15)
C (ton)
E (Trip)
CPUE
C (ton)
E (Trip)
CPUE
C (ton)
E (Trip)
CPUE
2010
27.928
507
0.055
152.190
2125
0.072
77.261
1013
0.076
2011
21.981
401
0.055
68.563
1215
0.056
37.952
560
0.068
2012
15.699
226
0.069
70.651
840
0.084
41.951
840
0.050
2013
14.501
186
0.078
96.451
825
0.117
41.838
309
0.135
2014
11.553
93
0.124
67.293
459
0.147
26.095
225
0.116
TOTAL
91.662
1413
0.382
455.148
5464
0.476
225.097
2947
0.445
Rata- rata
18.332
282.6
0.076
91.030
1092.8
0.095
45.019
589.4
0.089
Tahun
C total
E std
CPUE std
PS <5
PS 6-10
PS 11-15
2010
0.769
1
1.065
2010
257.379
3593.734
0.072
2011
0.971
1
1.201
2011
128.496
2277.068
0.056
2012
0.826
1
0.594
2012
128.301
1525.426
0.084
2013
0.667
1
1.158
2013
152.790
1306.899
0.117
2014
0.847
1
0.791
2014
104.941
715.794
0.147
TOTAL
4.081
5
4.809
TOTAL
771.907
9418.921
0.476
Rata-rata
0.816
1
0.962
Rata-rata
154.381
1883.784
0.095
Tahun
FPI
49
50 50
Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Kapal Mini purse seine <5 GT di PPP Lempasing A B R Square MSY E MSY
0.116788295 -0.00014323 0.710657186 23.80647695 407.6860079
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0.843004855
R Square Adjusted R Square Standard Error
0.710657186
Observations
5
0.614209581 0.017726533 ANOVA df
SS
MS
F
Significance F
Regression
1
0.002315348
0.002315348
7.368323857
0.072889003
Residual
3
0.00094269
0.00031423
Total
4
0.003258038
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Intercept
0.116788295
0.016888134
6.915405723
0.006198039
0.063042717
X Variable 1
-0.000143233
5.27666E-05
-2.714465667
0.072889003
-0.00031116
0.170533874
Lower 95.0% 0.063042717
Upper 95.0% 0.17053387
2.46938E-05
-0.00031116
2.4694E-05
51 8
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Kapal Mini purse seine 6-10 GT di PPP Lempasing A B R Square MSY E MSY
0.138821882 -0.00003998 0.488141549 120.5166366 1736.277231
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.698671274 R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.488141549 0.317522065 0.030060683 5 ANOVA df
SS
MS
F
Significance F
Regression
1
0.002585323
0.002585323
2.860995347
0.189329682
Residual
3
0.002710934
0.000903645
Total
4
0.005296257
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Intercept
0.138821882
0.029117265
0.017527218
0.04615775
X Variable 1
-3.99769E-05
2.36347E-05
4.767682749 1.691447707
0.189329682
-0.000115193
0.231486015
Lower 95.0% 0.0461577
Upper 95.0% 0.231486015
3.52393E-05
-0.00011519
3.52393E-05
51
52
52
Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Kapal Mini purse seine 11-15 GT di PPP Lempasing a b R Square MSY E MSY
0.137567402 -0.00008228 0.613099368 57.50132211 835.9730732
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0.783006621
R Square Adjusted R Square Standard Error
0.613099368
Observations
5
0.484132491 0.02544135 ANOVA Df
SS
MS
F
Significance F
Regression
1
0.003077039
0.003077039
4.75392892
0.117310454
Residual
3
0.001941787
0.000647262
Total
4
0.005018826
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Intercept
0.137567402
0.024983321
5.506369722
0.011791554
0.058059325
X Variable 1
-8.22798E-05
3.7737E-05
-2.180350642
0.117310454
-0.000202376
0.21707548
Lower 95.0% 0.0580593
Upper 95.0% 0.21707548
3.7816E-05
-0.00020238
3.7816E-05
53
Lampiran 5. Nilai Rata-Rata PenilaianTeknis 1. Nilai Rata-Rata Aspek Teknis Alat Tangkap Mini purse seine 6-10 GT Kriteria 1 2 3 4 Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Kesesuaian kapal dengan mesin
Efektifitas alat tangkap
Kapasitas palka
Kelengkapan alat pendukung
120 120 120 100 135
0.0025 0.0040 0.0250 0.0125 0.0150
0.0005 0.0010 0.0050 0.0050 0.0060
1 1 2 2 2
595 119
0.0590 0.0118
0.0175 0.0035
8 1.6
2. Nilai Rata-Rata Penilaian Teknis Alat Tangkap Mini purse seine 11-15 GT Kriteria 1 2 3 4 Responden 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata
Kesesuaian kapal dengan mesin
Efektifitas alat tangkap
Kapasitas palka
Kelengkapan alat pendukung
120 120 120 120 480 120
0.0143 0.0080 0.0175 0.0040 0.0438 0.0110
0.0050 0.0020 0.0070 0.0008 0.0148 0.0037
2 2 2 2 8 2
3. Nilai Rata-Rata Penilaian Teknis Alat Tangkap Mini purse seine <5 GT Kriteria 1 2 3 4 Responden 1 2 3 Jumlah Rata-rata
Kesesuaian kapal dengan mesin
Efektifitas alat tangkap
Kapasitas palka
Kelengkapan alat pendukung
24 24 24 72 24
0.0040 0.0033 0.0047 0.0120 0.0040
0.0005 0.0005 0.0005 0.0015 0.0005
1 1 2 4 1.33333
54
Lampiran 6. Nilai Rata-Rata Penilaian Biologi 1. Nilai Rata-Rata Penilaian Biologi Alat Tangkap Mini purse seine 6-10 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Selektivitas Alat Tangkap Mini purse seine
By-catch penangkapan
Dampak pada biodiversity
3 4 2 2 2
5 8.75 66.60 50 100
4 4 4 3 3
13 2.6
230.35 46.07
18 3.6
2. Nilai Rata-Rata Penilaian Biologi Alat Tangkap Mini purse seine 11-15 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata
Selektivitas Alat Tangkap Mini purse seine
By-catch penangkapan
Dampak pada biodiversity
2 3 4 3 12 3
58.80 26.60 56 8 149.40 37.35
3 4 3 4 14 3.5
3. Nilai Rata-Rata Penilaian Biologi Alat Tangkap Mini purse seine <5 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 Jumlah rata-rata
Selektivitas Alat Tangkap Mini purse seine
By-catch penangkapan
Dampak pada biodiversity
3 2 3 8 2.6667
3.33 4.67 5 13 4.33
3 3 3 9 3
55
Lampiran 7. Nilai Rata-Rata Penilaian Ekonomi 1. Nilai Rata-Rata Penilaian Ekonomi Alat Tangkap Mini purse seine 6-10 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Tingkat Pendapatan
Tingkat Investasi
Kemandirian dalam pembuatan dan perawatan
4 3 3 4 3
3 3 3 2 2
3 3 2 3 3
17 3.4
13 2.6
14 2.8
2. Nilai Rata-Rata Penilaian Ekonomi Alat Tangkap Mini purse seine 11-15 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata
Tingkat Pendapatan
Tingkat Investasi
Kemandirian dalam pembuatan dan perawatan
3 3 3 3
2 3 3 2
4 3 3 4
12 3
10 2.5
14 3.5
3. Nilai Rata-Rata Penilaian Ekonomi Alat Tangkap Mini purse seine <5 GT Kriteria Responden 1 2 3 Jumlah Rata-rata
1
2
3
Tingkat Pendapatan
Tingkat Investasi
Kemandirian dalam pembuatan dan perawatan
3 3 4
2 2 3
3 4 3
10 3.33
7 2.33
10 3
56
Lampiran 8. Nilai Rata-Rata Penilaian Sosial 1. Nilai Rata-Rata Penilaian Sosial Alat Tangkap Mini purse seine 6-10 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 4 5 Jumlah Rata-rata
Intensitas konflik antara masyarakat dan nelayan
Intensitas konflik antara nelayan mini purse seine dan nelayan lainnya.
Intensitas konflik antara nelayan dan pemerintah
3 3 3 3 3
3 3 3 2 2
2 2 2 2 2
15 3
13 2.6
10 2
2. Nilai Rata-Rata Penilaian Sosial Alat Tangkap Mini purse seine 11-15 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 4 Jumlah Rata-rata
Intensitas konflik antara masyarakat dan nelayan
Intensitas konflik antara nelayan mini purse seine dan nelayan lainnya.
Intensitas konflik antara nelayan dan pemerintah
2 2 3 3 10 2.5
3 2 3 2 10 2.5
2 2 3 3 10 2.5
3. Nilai Rata-Rata Penilaian Sosial Alat Tangkap Mini purse seine <5 GT Kriteria 1 2 3 Responden 1 2 3 Jumlah Rata-rata
Intensitas konflik antara masyarakat dan nelayan
Intensitas konflik antara nelayan mini purse seine dan nelayan lainnya.
Intensitas konflik antara nelayan dan pemerintah
2 2 2 6 2
3 3 2 8 2.67
3 3 3 9 3
57
Lampiran 9. Sampel ikan yang didapat pada saat operasi penangkan ikan menggunakan mini purse seine Nama Ikan
No
Kapal Mini purse seine
Ukuran SL (mm) 1100
FL (mm) 1200
Gmax (mm)
Bobot (gr)
800
10
1
Ikan Selar
Selaroides leptolepis
6 GT
TL (mm) 1300
2
Ikan Pepetek
Leiognathus dussumieri
6 GT
1150
920
1030
1500
40
3
Ikan Barakuda
Sphyraena barracuda
6 GT
2300
2000
2150
1000
100
4
Ikan Tanjan
Sardinella fimbriata
6 GT
1100
900
950
600
25
1100
950
1030
730
25
Nama Lokal
Nama Latin
5
Ikan Bleberan
Selaroides leptolepis
6 GT
6
Ikan Kitter Kecil
Sphyrena sp
6 GT
3100
2650
2250
1050
250
7
Ikan Kitter Sedang
Sphyrena sp
6 GT
3900
3350
3550
1250
450
8
Ikan Kapasan
Caranx sexfasciatus
6 GT
2200
1700
1900
1700
250
2050
1550
1750
1200
250
9
Ikan Simba
Gnathanodon speciosus
6 GT
10
Ikan Pedang
Chirocentrus dorab
6 GT
3000
2650
2750
810
200
11
Cumi
Loligo Pealei
6 GT
1300
-
-
750
200
12
Ikan Kitter
Sphyrena sp
9 GT
3300
2800
3000
1150
350
1750
1550
1700
1300
50
13
Ikan Remong
Lutjanus lutjanus
9 GT
14
Ikan Kembung Sate
Rastrelliger brachysoma
9 GT
2300
2000
2150
1650
200
15
Ikan Bentongan
Selar crumenophthalmus
9 GT
1800
1600
1650
1400
150
16
Ikan Selar
Selaroides leptolepis
9 GT
1350
1100
1250
850
10
1850
1600
1700
1100
90
17
Ikan Brekre
Auxis thazard
9 GT
18
Cumi
Loligo Pealei
9 GT
3200
-
-
2750
100
19
Ikan Selar Kepih
Selaroides leptolepis
13 GT
2100
1600
1800
1500
100
20
Ikan Bawal Hitam
Stromateus niger
13 GT
1700
1300
1500
2500
100
2200
1900
2100
1000
100
21
Ikan Kitter
Sphyrena sp
13 GT
22
Ikan Selar
Selaroides leptolepis
13 GT
1400
1200
1300
1000
50
23
Ikan Kembung
Rastrelliger kanagurta
13 GT
1600
1400
1500
1000
50
24
Ikan Tanjan
Sardinella fimbriata
13 GT
1400
1200
1300
700
20
Loligo Pealei
13 GT
1700
-
-
1300
30
25
Cumi
57
58
Lampiran 10. Ikan Hasil Tangkapan Kapal Sri Dunung, berukuran 6 GT No
Nama Ikan Nama Lokal
Nama Latin
1
Ikan Selar
Selaroides leptolepis
2
Ikan Pepetek
Leiognathus dussumieri
3
Ikan Tanjan
Sardinella fimbriata
4
Ikan Bleberan
Selaroides leptolepis
5
Ikan Kapasan
Caranx sexfasciatus
6
Ikan Simba
Gnathanodon speciosus
7
Ikan Pedang
Chirocentrus dorab
8
Cumi - cumi
Loligo Pealei
9
Ikan Kitter Kecil
Sphyrena sp
10
Ikan Kitter Sedang
Sphyrena sp
11
Ikan Barakuda
Sphyraena barracuda
Gambar Ikan
59
Lampiran 11. Ikan Hasil Tangkapan Kapal Sumber Rejeki, berukuran 9 GT No
Nama Ikan Nama Lokal
Nama Latin
1
Ikan Remong
Lutjanus lutjanus
2
Ikan Kembung Sate
Rastrelliger brachysoma
3
Ikan Bentongan
Selar crumenophthalmus
4
Ikan Selar
Selaroides leptolepis
5
Ikan Brekre
Auxis thazard
6
Ikan Kitter
Sphyrena sp
7
Cumi - cumi
Loligo Pealei
Gambar Ikan
60
Lampiran 12. Ikan Hasil Tangkapan Kapal Putra Agung, berukuran 13 GT No
Nama Ikan Nama Lokal
Nama Latin
1
Ikan Selar Kepih
Selaroides leptolepis
2
Ikan Bawal Hitam
Stromateus niger
3
Ikan Kitter
Sphyrena sp
4
Ikan Selar
Selaroides leptolepis
5
Ikan Kembung
Rastrelliger kanagurta
6
Ikan Tanjan
Sardinella fimbriata
7
Cumi -cumi
Loligo Pealei
Gambar Ikan
61
Lampiran 13. Cash Flow untuk kapal mini purse seine 6-10 GT Cash Flow /Periode A. INFLOW Hasil Penjualan Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW 1. Biaya Investasi Kapal Ukuran 12,1 x 3,7 x 2,5 Jaring Purse Seine Mesin Induk Palka Alat Bantu Biaya Pengurusan Surat-surat (Perizinan, SIPI, SIUP, Sedekah Laut, Tambat Labuh) Total Biaya Investasi 2. Biaya Variabel Bahan Bakar Perbekalan Biaya Tambahan (Es, Oli, Air Bersih, dan Bensin) Retribusi (2,5 %) Bagi Hasil (50 %) Total Biaya Variabel 3. Biaya Tetap Pemeliharaan Sub Total C. Total Biaya D. PPh (1%) E. Net Benefit F. Discount Factor ( 12%) 12% Present Value Net Present Value G. Internal Rate Return H. Benefit / Cost I. Payback Periode
0
1
0 0
2
3
4
5
6
7
8
1,632,000,000 1,632,000,000 1,632,000,000 1,632,000,000 1,632,000,000 1,632,000,000 1,632,000,000 1,632,000,000 200,000 40,500,000 5,200,000 4,800,000 5,200,000 1,632,000,000 1,632,200,000 1,672,500,000 1,637,200,000 1,632,000,000 1,636,800,000 1,632,000,000 1,637,200,000
300,000,000 35,000,000 32,000,000 5,000,000 6,000,000
35,000,000
35,000,000 32,000,000 5,000,000
32,000,000 5,000,000
6,000,000
6,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
380,000,000
2,000,000
2,000,000
43,000,000
39,000,000
2,000,000
43,000,000
2,000,000
39,000,000
153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 153,600,000 336,000,000 336,000,000 336,000,000 336,000,000 336,000,000 336,000,000 336,000,000 336,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 38,400,000 38,400,000 38,400,000 38,400,000 38,400,000 38,400,000 38,400,000 38,400,000 768,000,000 768,000,000 768,000,000 768,000,000 768,000,000 768,000,000 768,000,000 768,000,000 1,392,000,000 1,392,000,000 1,392,000,000 1,392,000,000 1,392,000,000 1,392,000,000 1,392,000,000 1,392,000,000
380,000,000 (380,000,000) 1 (380,000,000) 390,211,528 23.86% 2.03 2.79
56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 56,175,000 1,450,175,000 1,450,175,000 1,491,175,000 1,487,175,000 1,450,175,000 1,491,175,000 1,450,175,000 1,487,175,000 16,320,000 16,322,000 16,725,000 16,372,000 16,320,000 16,368,000 16,320,000 16,372,000 165,505,000 165,703,000 164,600,000 133,653,000 165,505,000 129,257,000 165,505,000 133,653,000 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856 0.506631121 0.452349215 0.403883228 147,772,321
132,097,417
117,159,029
84,938,898
93,911,982
65,485,619
74,866,057
53,980,205
61
62 62
Lampiran 14. Cash Flow untuk kapal mini purse seine 11-15 GT Cash Flow /Periode A. INFLOW Hasil Penjualan Nilai Sisa Total Inflow B. OUTFLOW 1. Biaya Investasi Kapal Ukuran 12,1 x 3,7 x 2,5 Jaring Purse Seine Mesin Induk Palka Alat Bantu Biaya Pengurusan Surat-surat (Perizinan, SIPI, SIUP, Sedekah Laut, Tambat Labuh) Total Biaya Investasi 2. Biaya Variabel Bahan Bakar Perbekalan Biaya Tambahan (Es, Oli, Air Bersih, dan Bensin) Retribusi (2,5 %) Bagi Hasil (50%) Total Biaya Variabel 3. Biaya Tetap Pemeliharaan Sub Total C. Total Biaya D. PPh (1%) E. Net Benefit F. Discount Factor ( 12%) 12% Present Value Net Present Value G. Internal Rate Return H. Benefit / Cost I. Payback Periode
0
1
2
3
4
5
6
7
2,464,320,000 2,464,320,000 2,464,320,000 2,464,320,000 2,464,320,000 2,464,320,000 2,464,320,000 0 200,000 52,500,000 6,200,000 5,800,000 0 2,464,320,000 2,464,520,000 2,516,820,000 2,470,520,000 2,464,320,000 2,470,120,000 2,464,320,000
400,000,000 45,000,000 42,000,000 5,000,000 6,000,000
45,000,000
8 2,464,320,000 6,200,000 2,470,520,000
45,000,000 42,000,000 5,000,000
42,000,000 5,000,000
6,000,000
6,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
500,000,000
2,000,000
2,000,000
53,000,000
49,000,000
2,000,000
53,000,000
2,000,000
49,000,000
192,000,000 192,000,000 192,000,000 192,000,000 192,000,000 192,000,000 192,000,000 576,000,000 576,000,000 576,000,000 576,000,000 576,000,000 576,000,000 576,000,000 124,800,000 124,800,000 124,800,000 124,800,000 124,800,000 124,800,000 124,800,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 1,200,000,000 - 2,152,800,000 2,152,800,000 2,152,800,000 2,152,800,000 2,152,800,000 2,152,800,000 2,152,800,000
192,000,000 576,000,000 124,800,000 60,000,000 1,200,000,000 2,152,800,000
72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 72,675,000 500,000,000 2,227,475,000 2,227,475,000 2,278,475,000 2,274,475,000 2,227,475,000 2,278,475,000 2,227,475,000 2,274,475,000 24,643,200 24,645,200 25,168,200 24,705,200 24,643,200 24,701,200 24,643,200 24,705,200 (500,000,000) 212,201,800 212,399,800 213,176,800 171,339,800 212,201,800 166,943,800 212,201,800 171,339,800 1 0.892857143 0.797193878 0.711780248 0.635518078 0.567426856 0.506631121 0.452349215 0.403883228 (500,000,000) 489,592,803 22.83% 1.98 2.43
189,465,893
169,323,820
151,735,036
108,889,540
120,409,000
84,578,925
95,989,318
69,201,272
63
Lampiran 15. Fasilitas, sarana, dan prasarana yang ada di PPP Lempasing 1. Kantor UPTD PP Lempasing (Daerah Perkantoran)
2. Kantor SATKER PSDKP Lempasing, Lampung
3. Pertamina untuk pengisian bahan bakar kapal
64
4. Tempat Pelelangan Ikan (TPI), untuk melelangkan hasil tangkapan
5. Tempat Penjualan Ikan Hasil Tangkapan
6. Tempat Penjualan Es Balok dan Perbaikan Kapal
65
Lampiran 16. Pengoperasian Mini purse seine Sri Dunung 1. Armada penangkapan (Kapal berukuran 6 GT)
2. Alat tangkap yang dipakai, yaitu mini purse seine
3. Alat Bantu penangkapan, yaitu lampu garda berukuran 1000 watt
66
4. Mesin kapal
5. Palka sebagai tempat untuk hasil tangkapan ikan
6. Penurunan Lampu
67
7. Proses penangkapan ikan menggunakan mini purse seine
8. Hasil tangkapan mini purse seine
68
Lampiran 17. Pengoperasian Mini purse seine Sumber Rejeki 1. Armada penangkapan (Kapal berukuran 9 GT)
2. Alat tangkap yang dipakai, yaitu mini purse seine
3. Alat Bantu penangkapan, yaitu lampu garda berukuran 1000 watt
69
4. Mesin kapal
5. Palka sebagai tempat untuk hasil tangkapan ikan
6. Penurunan Lampu
70
7. Proses penangkapan ikan menggunakan mini purse seine
8. Hasil Tangkapan mini purse seine
71
Lampiran 18. Pengoperasian Mini purse seine Putra Agung 1. Armada penangkapan (Kapal berukuran 13 GT)
2. Alat tangkap yang dipakai, yaitu mini purse seine
3. Alat Bantu penangkapan, yaitu lampu garda berukuran 1000 watt
72
4. Mesin kapal
5. Palka sebagai tempat untuk hasil tangkapan ikan
6. Penurunan Lampu
73
7. Proses penangkapan ikan menggunakan mini purse seine
8. Hasil Tangkapan mini purse seine
74
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 30 Juli 1991 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Ismir Tanjung, S.E dan Ibu Esti Kesuma, mempunyai satu orang adik bernama Delvieri Estmiral Tanjov. Pendidikan Sarjana (S1) ditempuh pada Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains tahun 2014 pada Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis yang dijadikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains ini disusun oleh Penulis berdasarkan hasil penelitian selama 10 bulan, yaitu antara bulan Mei 2015 - Maret 2016 dengan judul “Pemanfaatan Sumberdaya Ikan menggunakan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Provinsi Lampung”. Seluruh proses penelitian dan penulisan tesis dibimbing oleh Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi dan Dr. Mustaruddin, S.TP.