PERAN LEMBAGA KEUANGAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN PEMILIK KAPAL DI PPP LEMPASING, PROVINSI LAMPUNG
MAULANA EKO SETIYO BUDI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Lembaga Keuangan dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan Pemilik Kapal di PPP Lempasing, Provinsi Lampung adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2013
Maulana Eko Setiyo Budi NIM C44090041
ABSTRAK MAULANA EKO SETIYO BUDI, C44090041. Peran Lembaga Keuangan dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan Pemilik Kapal di PPP Lempasing, Provinsi Lampung. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan WAWAN OKTARIZA. Penyedia modal bagi nelayan terdiri dari lembaga keuangan formal dan non formal. Sejak 6 tahun terakhir nelayan pemilik di PPP Lempasing mulai memanfaatkan lembaga keuangan formal sebagai akibat semakin berkembangya usaha perikanan di daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pendapatan nelayan, menggambarkan keterkaitan antara status nelayan sebagai nasabah dan non nasabah dengan tingkat pendapatan, serta menjelaskan jenis dan karakteristik lembaga keuangan yang dimanfaatkan oleh nelayan pemilik di PPP Lempasing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan bersih perbulan nelayan cantrang sebesar Rp20 860 394 dan kapal payang sebesar Rp12 893 958. Berdasarkan uji Chi Square didapatkan bahwa tidak ada keterkaitan antara status nelayan sebagai nasabah dan non nasabah dengan tingkat pendapatan. Lembaga keuangan yang paling banyak dimanfaatkan oleh para nelayan pemilik kapal cantrang dan payang yaitu lembaga keuangan formal yaitu sebesar 66.7%, 20.83% biaya sendiri dan yang memanfaatkan lembaga keuangan non formal sebesar 12.5%. Nelayan lebih banyak meminjam ke bank dikarenakan sudah memenuhi persyaratan peminjaman. Kata kunci: cantrang, lembaga keuangan, nelayan pemilik, payang, pendapatan nelayan
ABSTRACT MAULANA EKO SETIYO BUDI, C44090041. The role of financial institutions in increasing boat-owner fishermen income in PPP Lempasing, Province of Lampung. Supervised by IIN SOLIHIN and WAWAN OKTARIZA Capital provider for fishermen consists of formal and non-formal financial institutions. In the last 6 years, fishermen in PPP Lempasing had been utilizing formal financial institutions as a result of the increasing fisheries business. The purpose of this study was to analyze fishermen’s income, to define the correlation between fishermen’s status, both as client or non-client, and their level of income, and to define the characteristic of financial institutions utilized by fishermen in PPP Lempasing. Result showed that the net fishermen’s income of cantrang was Rp20 860 394/month and payang was Rp12 893 958/month. Chi square test showed that there were no relation between fishermen’s status, both as client or non-client, and their levels of income. The most preferred financial institution were formal financial institutions (66.7%), followed by own capital 20.83% and Non-formal 12.5%. The fishermen prefer to borrow from the bank because they can fullfil the minimum requirements. Keywords: cantrang, financial institutions, fishermen, payang, fishermen’s income.
PERAN LEMBAGA KEUANGAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN PEMILIK KAPAL DI PPP LEMPASING, PROVINSI LAMPUNG
MAULANA EKO SETIYO BUDI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi
: Peran Lembaga Keuangan dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan Pemilik Kapal di PPP Lempasing, Provinsi Lampung : Maulana Eko Setiyo Budi : C44090041 : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Ir Wawan Oktariza, MSi Pembimbing II
Dr Iin Solihin, SPi, MSi Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen
Tanggal lulus: 16 Juli 2013
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di PPP Lempasing Provinsi Lampung pada bulan Febuari 2013 adalah Peran Lembaga Keuangan dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan Pemilik Kapal di PPP Lempasing, Provinsi Lampung. Ucapan terimaksih penulis sampaikan kepada: 1. Dr Iin Solihin, SPi, MSi dan Ir Wawan Oktariza, MSi serta Dr Ir Dinarwan, MS (alm) yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi mulai dari awal sampai akhir penulisan; 2. Ibu Retno Muninggar, SPi ME selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini; 3. Ibu Vita Rumanti, SPi MT selaku komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini; 4. Pengelola PPP Lempasing Lampung yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis; 5. Orangtua dan keluarga yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian; 6. Rekan-rekan angkatan PSP 46 yang telah menemani dalam suka dan duka dalam menjalani proses perkuliahan hingga terselesainya penulisan skripsi ini; 7. Keluarga besar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Komisariat IPB dan Bogor Barat; 8. Teman-teman Tidar Andi G, Masrukhin, Luthfan, Cholil, Yonas, Chandra, Ari, dan teman-teman lorong 5 C2 2009; dan 9. Serta pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran pembuatan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Juli 2013
Maulana Eko Setiyo Budi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat Pengumpulan Data Analisis Data Pendapatan Nelayan Lembaga Keuangan yang Dimanfaatkan Nelayan Peran Lembaga Keuangan dengan Tingkat Pendapatan Nelayan HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan Nelayan Kapal Cantrang Pendapatan Nelayan Kapal Payang Lembaga Keuangan yang Dimanfaatkan Nelayan Keterkaitan Lembaga Keuangan dengan Nelayan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 2 3 4 4 4 5 6 6 8 11 16 17 17 17 18 19 27
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Data-data yang diperlukan menurut sumber dan jenisnya Keterkaitan lembaga keuangan dengan nelayan Jumlah hasil tangkapan kapal cantrang Jenis dan harga ikan hasil tangkapan kapal cantrang Jumlah hasil tangkapan kapal payang Jenis dan harga ikan hasil tangkapan kapal payang Hubungan nelayan pemilik dengan lembaga keuangan Perbandingan kriteria lembaga keuangan formal dan non formal Penilaian nelayan pemilik terhadap 2 jenis lembaga keuangan Persentase nelayan pemilik dalam memanfaatkan lembaga keuangan
3 5 7 7 9 9 11 12 15 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Peta lokasi PPP Lempasing (Bakosurtanal 2009) Kapal cantrang yang sedang bongkar di PPP Lempasing Kapal payang di PPP Lempasing Grafik hubungan total biaya produksi dengan ukuran kapal
2 6 8 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Contoh perhitungan total penerimaan (TP) dan total biaya produksi (TBP) nelayan pemilik kapal cantrang dan payang 20 Pendapatan perbulan nelayan pemilik kapal di PPP Lempasing 23 Perhitungan uji chi square 25
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi masyarakat nelayan berbeda dengan keadaan pekerja lain yang memiliki ketergantungan pada perusahaan. Masyarakat nelayan menghadapi sumberdaya yang tidak terkontrol dan bersifat open acces, sehingga berdampak pada ketidakpastian hasil tangkapan ikan, yang selanjutnya berdampak pada ketidakpastian jumlah pendapatan. Pendapatan nelayan perlu dikaji untuk melihat tingkat pendapatannya dibanding dengan kebutuhan dan tenaga yang dikeluarkannya. Pendapatan nelayan tidak tetap, kadang mengalami keuntungan yang besar dan kadang mengalami kerugian. Kenaikan atau penurunan hasil penjualan nelayan akan sangat mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan modal melaut berikutnya. Sumber permodalan melaut dapat berasal dari lembaga keuangan formal dan non formal serta modal yang disediakan secara mandiri oleh nelayan. Lembaga keuangan yang berbentuk formal berupa bank BUMN dan swasta, sedangkan lembaga keuangan non formal berupa tengkulak (Apridar 2010). Pemerintah melalui program kredit usaha rakyat (KUR) membantu nelayan dalam hal pinjaman modal dengan bunga yang rendah. Perbankan memegang peran penting dalam hal penyediaan modal investasi bagi nelayan pemilik di Lempasing, sehingga peran perbankan saat ini juga menjadi pelengkap penyedia modal bagi nelayan tersebut. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing, merupakan salah satu pusat penyedia kebutuhan ikan untuk wilayah Bandar Lampung dan kabupaten lain di sekitarnya. Keberadaan pelabuhan perikanan sangat membantu nelayan yang berdomisili di sekitar pelabuhan sebagai pusat pemasaran dan pendistribusian hasil tangkapan (Lubis 2006). Nelayan yang ada di PPP Lempasing sebagian besar merupakan nelayan dengan armada kapal yang didominasi oleh ukuran kapal 10 - 30 GT yang merupakan kapal cantrang dan payang dengan ukuran < 10 GT. Usaha perikanan tangkap memerlukan dana yang relatif besar, terutama dalam penyediaan modal investasi seperti pembelian kapal, mesin dan alat tangkap. Sebelum tahun 2007, nelayan Lempasing masih banyak yang memanfaatkan tengkulak sebagai penyedia permodalan melaut. Perbankan mulai masuk pada saat semakin berkembangya usaha perikanan tangkap di Lempasing. Modal yang besar ini tidak mampu disediakan oleh nelayan pemilik atau tengkulak, sehingga nelayan banyak beralih ke lembaga keuangan perbankan yang mampu menyediakan pinjaman dalam jumlah yang besar. Informasi mengenai keterkaitan status nelayan sebagai nasabah dan non nasabah di PPP Lempasing dengan tingkat pendapatan perlu dikaji, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber informasi mengenai peranan lembaga keuangan dalam peningkatan pendapatan nelayan.
2
Tujuan 1. Mengetahui pendapatan nelayan pemilik kapal di PPP Lempasing; 2. Menjelaskan jenis dan karakteristik lembaga keuangan yang dimanfaatkan oleh nelayan pemilik di PPP Lempasing; dan 3. Menggambarkan keterkaitan antara status nelayan sebagai nasabah dan non nasabah dengan tingkat pendapatan. Manfaat 1. Memberikan informasi tentang peran lembaga keuangan dalam upaya peningkatan pendapatan bagi nelayan pemilik kapal yang ada di sekitar PPP Lempasing; dan 2. Memberikan informasi tentang lembaga keuangan yang melaksanakan program penyediaan permodalan untuk melaut.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dua tahap pada 18 Febuari - 18 Maret 2013 dan 20-30 April 2013. Tempat pelaksanaan penelitian yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing, Provinsi Lampung yang terletak di Desa Sukaraja, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung.
Gambar 1 Peta lokasi PPP Lempasing (Bakosurtanal 2009)
Alat Alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari interview guide, laptop, kamera dan alat tulis.
3
Metode Penelitian Penelitian ini berdasarkan pendekatan survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok dan mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan variabel penelitian (Alma 2009).
Pengumpulan Data Penentuan responden dilakukan dengan metode sampling kuota yaitu teknik penentuan sampel dari populasi yang telah ditetapkan besarannya kemudian akan menetapkan jatah yang diinginkan (Alma 2009). Data didapatkan dengan mewawancarai nelayan pemilik kapal cantrang dan payang dengan lebih dahulu mengklasifikasikannya berdasarkan ukuran gross ton (GT). Kapal cantrang yang digunakan sebagai sampel berukuran 10 - 30 GT dan kapal payang yang berukuran < 10 GT. Jumlah nelayan pemilik kapal cantrang sebanyak 14 orang dan nelayan pemilik payang sebanyak 12 orang. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa macam pertanyaan yang telah disesuaikan. Peneliti membutuhkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di PPP Lempasing, wawancara dengan nelayan dengan cara pengisian interview guide. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu PPP Lempasing dan Dinas Perikanan Provinsi Lampung. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.
No 1
2
Tabel 1 Data-data yang diperlukan menurut sumber dan jenisnya Tujuan Data yang dibutuhkan Sumber data Jenis data Mengetahui Jumlah trip dalam satu Nelayan dan Primer pendapatan bulan PPP dan nelayan kapal di Jumlah HT/trip Lempasing Sekunder PPP Lempasing Jenis dan harga ikan HT utama dan sampingan Biaya tetap dan variabel/trip Sistem bagi hasil Menjelaskan Alasan memilih lembaga Nelayan Primer jenis serta keuangan tertentu karakteristik Kendala dalam lembaga meminjam uang ke keuangan yang lembaga keuangan dimanfaatkan Kelebihan dan oleh nelayan kekurangan lembaga pemilik di PPP keuangan Lempasing.
4
Tabel 1 Data-data yang diperlukan menurut sumber dan jenisnya (lanjutan) No Tujuan 3 Menggambarkan keterkaitan lembaga keuangan dalam meningkatkan pendapatan nelayan pemilik di PPP Lempasing.
Data yang dibutuhkan Sumber data Jenis lembaga keuangan Nelayan yang ada di PPP Lempasing Sumber modal untuk melaut nelayan Intensitas peminjaman ke lembaga keuangan tertentu
Jenis data Primer
Analisis Data
Pendapatan Nelayan Menurut (Soekartawi 1986) dalam (Primyastanto 2011) mengenai manajemen bisnis perikanan, pendapatan nelayan dapat ditentukan dengan rumus: π = TP - TBP π = Keuntungan (Rp/trip) TP = Total Penerimaan (Rp/trip) TBP = Total Biaya Produksi (Rp/trip) Dimana: 1. Total penerimaan (TP) = jumlah ikan hasil tangkapan x harga ikan. 2. Total biaya produksi (TBP) = biaya melaut (BBM, es, ransum, retribusi, dan bagi hasil ABK) + biaya penyusutan + SIUP + biaya perawatan. 3. Keuntungan = TP – TBP; dan 4. Pendapatan nelayan = keuntungan x ∑ trip per bulan (Rp/bulan)
Lembaga Keuangan yang Dimanfaatkan Nelayan Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan lembaga keuangan yang dimanfaatkan nelayan di PPP Lempasing. Analisis meliputi sumber permodalan melaut bagi nelayan, intensitas peminjaman ke lembaga keuangan, kelebihan dan kekurangan ketika meminjam uang beserta alasanya, alasan para nelayan tetap bertahan dalam meminjam uang ke lembaga keuangan dan beberapa karakteristik lembaga keuangan formal dan non formal yang kemudian akan dibandingkan meliputi masalah persyaratan, mekanisme peminjaman, mekanisme pencairan, mekanisme pengembalian, waktu pencairan, waktu pengembalian dan permasalahan ketika nelayan tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut.
5
Peran Lembaga Keuangan dengan Tingkat Pendapatan Nelayan Keterkaitan antara status nelayan sebagai nasabah dan non nasabah dengan tingkat pendapatan dapat ditentukan dengan uji Chi Square. Uji tersebut digunakan untuk data diskrit. Uji ini merupakan uji independensi, dimana suatu variabel tidak dipengaruhi atau tidak ada hubungan dengan variabel lain, X2 bukan merupakan ukuran derajat hubungan. Uji ini hanya digunakan untuk mengestimasi beberapa faktor. Hipotesa nihil maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang terkait. Uji ini hanya mengevaluasi kemungkinan bahwa hubungan dari nilai pengamatan disebabkan oleh faktor sampling error (Supangat 2007).
Nelayan
Tabel 2 Keterkaitan lembaga keuangan dengan nelayan Pendapatan < 15 juta 15 juta rupiah - 20 > 20 juta rupiah juta rupiah rupiah
Jumlah
Nasabah r1 (fe) r2 r3 n4 Non nasabah r4 r5 r6 n5 Jumlah n1 n2 n3 nt Keterangan: 1. r1, r2, r3, r4, r5, r6 merupakan jumlah nelayan baik nasabah ataupun non nasabah yang berkaitan dengan jumlah pendapatan perbulan klasifikasi kapal 10 - 30 GT dan < 10 GT; 2. n4 = r1 + r2 + r3 , n5 = r4 + r5 + r6, n1 = r1 + r4, n2 = r2 + r5, n3 = r3 + r6; 3. n1, n2, n3 merupakan jumlah f kolom ; n4, n5 merupakan jumlah f baris dan nt merupakan jumlah total; 4. (fe) frekuensi yang diharapkan; dan 5. Klasifikasi pendapatan nelayan payang yaitu: < 12 juta rupiah, 12 juta rupiah – 14 juta rupiah dan > 14 juta rupiah. Langkah untuk menentukan keterkaitan tersebut adalah: 1. Menghitung jumlah nelayan baik nasabah maupun non nasbah dalam hal pendapatan perbulan dengan klasifikasi ukuran kapal; 2. Memasukan jumlah perhitungan tersebut ke dalam kolom r1, r2, r3, r4, r5 dan r6 sesuai dengan klasifikasinya; 3. Menentukan nilai n1, n2, n3, n4, n5 dan nt; 4. Menurut (Supangat 2007) menentukan ferkuensi yang diharapkan dengan rumus: ሺ∑݂ ݈݇݉ሻሺ∑݂ ܾܽݏ݅ݎሻ ݂݁ = ݆݈ܽ݉ݑℎ ݈ܽݐݐ 5. Menentukan nilai Xhit dengan rumus (Supangat 2007): ሺݎ − ݂ ሻଶ ݔ௧ = ݂ Xhit total= Xhit1 + Xhit2 +… + Xhit6 6. Menentukan derajat bebas (d.b) = (baris - 1) (kolom - 1).
6
Xhit merupakan nilai yang menunjukkan tidak adanya keterkaitan antara nelayan sebagai nasabah dan non nasabah di PPP Lempasing dengan tingkat pendapatan, sedangkan Xtabel didapatkan dari tabel Chi Square. Kemudian keduanya dibandingkan. H0 diterima bila: Xhit ≤ Xtabel; derajat bebas tertentu H0 ditolak bila: Xhit > Xtabel; derajat bebas tertentu Hipotesis (H0) yang digunakan adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara status nelayan pemilik sebagai nasabah dan non nasbah dengan lembaga keuangan. Penarikan kesimpulan untuk menyatakan ada beda atau tidak dinyatakan sebagai berikut, jika Xhitung > Xtabel, maka dapat diartikan ada perbedaan yang nyata dan jika Xhit ≤ Xtabel, maka dapat diartikan tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil penelitian dan yang diharapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan Nelayan Kapal Cantrang Kapal cantrang dengan ukuran 10 - 30 GT mendominasi alat tangkap yang ada di PPP Lempasing. Operasi melaut cantrang berada di sekitaran wilayah Lampung yaitu daerah Perairan Bandar Lampung, Perairan Lampung Selatan dan Perairan Lampung Timur dengan rata-rata trip perbulannya 3 kali dengan jumlah ABK sebanyak 20 - 25 orang. Gambar 2 menunjukkan kapal cantrang yang ada di PPP Lempasing.
Gambar 2 Kapal cantrang yang sedang bongkar di PPP Lempasing Jumlah rata-rata hasil tangkapan nelayan cantrang sebesar 2741.7 kg per trip selama 7 hari, sehingga rata-rata hasil tangkapan cantrang sebesar 391.7 kg per hari. Rata-rata jumlah hasil tangkapan pada bulan Febuari (musim barat) sebesar 2708 kg per trip, sedangkan untuk bulan April (musim timur) sebesar 2775 kg per trip. Hasil tangkapan kapal cantrang yang ada di PPP Lempasing tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga jumlah hasil tangkapanya tidak jauh berbeda antar tripnya. Jumlah hasil tangkapan nelayan cantrang dapat dilihat pada Tabel 3.
7
Tabel 3 Jumlah hasil tangkapan kapal cantrang Responden Ukuran Kapal HT trip 1 (kg) HT trip 2 (kg) (GT) 1 25 3 760 3 800 2 25 2 580 2 400 3 25 3 200 3 100 4 25 3 080 3 400 5 25 3 900 3 300 6 27 3 700 3 200 7 19 2 680 3 300 8 18 1 700 2 000 9 12 1 600 2 300 10 18 1 900 2 000 11 18 2 100 2 300 12 18 2 300 2 200 2 708 2 775 Rata-rata
Rata-rata HT (kg) 3 780 2 490 3 150 3 240 3 600 3 450 2 990 1 850 1 950 1 950 2 200 2 250 2 741.7
Harga ikan antara trip pertama bulan Febuari (musim barat) dan trip kedua bulan April (musim timur) tidak jauh berbeda, hanya setelah trip pertama beberapa jenis ikan mengalami penurunan harga. Harga ikan hasil tangkapan nelayan cantrang dapat dilihat pada Tabel 4.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel 4 Jenis dan harga ikan hasil tangkapan kapal cantrang Jenis ikan Harga ikan (Rp/kg) Harga ikan (Rp/kg) (trip 1) (trip 2) Cumi-cumi 33 000 30 000 Sotong 19 000 17 000 Kuniran 7 500 9 000 Semadar 10 000 10 000 Gulamah 13 000 9 000 Gaji 16 000 15 000 Kurisi 11 000 12 000 Peperek 17 000 10 000 Pilihan 10 000 15 000 Bloso 8 000 10 000 Balanda 6 000 6 000 Manyung 10 000 10 000 Kwaci 6 000 6 000 Kakap batu 8 000 8 000
Total penerimaan nelayan dan biaya produksi untuk kapal cantrang diperoleh dengan perhitungan seperti pada (Lampiran 2), berdasarkan Tabel 3 dan 4 didapatkan rata-rata total penerimaan (TP) nelayan kapal cantrang yaitu sebesar Rp41 876 667 per trip. Total biaya produksi (TBP) alat tangkap cantrang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya SIUP, penyusutan modal investasi (kapal, alat tangkap, dan mesin) serta biaya perawatan sebesar 10% dari TP. Biaya variabel terdiri dari BBM, es, ransum, retribusi sebesar 2.5% dari TP, bagi hasil ABK dan biaya pengurus sebesar 3% dari TP. Rata-rata total
8
biaya produksi (TBP) yang dikeluarkan oleh kapal cantrang sebesar Rp34 923 202 per trip. Rata-rata keuntungan nelayan sebesar Rp6 953 465 per trip, sehingga rata-rata pendapatan bersih nelayan pemilik kapal cantrang sebesar Rp20 860 394 per bulan (Lampiran 2). Pendapatan tersebut merupakan pendapatan nelayan pemilik cantrang yang tidak meminjam uang ke bank. Berdasarkan hasil wawancara ada nelayan pemilik cantrang yang memanfaatkan lembaga keuangan perbankan sehingga harus mengeluarkan biaya tambahan perbulan. Rata-rata biaya pengembalian selama 3 tahun untuk pinjaman sebesar 600 juta rupiah dengan bunga sebesar 0.6% sebesar Rp16 766 667 per bulan, sehingga nelayan cantrang yang meminjam tersebut dapat menyisihkan uang sebesar Rp4 093 727 per bulan.
Pendapatan Nelayan Kapal Payang Kapal payang di PPP Lempasing didominasi ukuran < 10 GT. Payang yang tersebut mengalami modifikasi pada kantongnya, yaitu berupa pemakaian waring. Nelayan di PPP Lempasing sering menyebutnya dengan payang dok. Jumlah ABK sebanyak 7 - 8 orang. Operasi penangkapan dilakukan secara one day fishing dengan daerah operasi penangkapan ikan disekitar perairan Teluk Lampung ± 3 mil dari pelabuhan dan perairan pasaran. Gambar 3 menunjukan kapal cantrang yang ada di PPP Lempasing.
Gambar 3 Kapal payang di PPP Lempasing Jumlah rata-rata hasil tangkapan nelayan payang sebesar 117.5 kg per trip. Rata-rata jumlah hasil tangkapan pada bulan Febuari (musim barat) sebesar 109.2 kg per trip, sedangkan untuk bulan April (musim timur) sebesar 125.8 kg per trip. Hasil tangkapan kapal payang yang ada di PPP Lempasing dipengaruhi oleh musim, saat musim barat yaitu antara bulan Desember-Febuari hasil tangkapan nelayan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan musim timur antara bulan JuniAgustus, sehingga disebut musim paceklik dikarenakan ombak dan angin yang besar. Nelayan di PPP Lempasing memanfaatkan musim paceklik dengan kegiatan seperti memperbaiki alat tangkap, kapal dan mesin. Jumlah hasil tangkapan payang dapat dilihat pada Tabel 5.
9
Tabel 5 Jumlah hasil tangkapan kapal payang Responden Ukuran HT trip 1 (kg) HT trip 2 (kg) Kapal (GT) 13 5 120 150 14 5 130 100 15 5 100 130 16 5 90 130 17 5 110 130 18 5 80 120 19 5 120 100 20 5 120 130 21 5 110 140 22 5 110 150 23 6 90 120 24 6 130 110 Rata-rata 109.2 125.8
Rata-rata HT (kg) 135 115 115 110 120 100 110 125 125 130 105 120 117. 5
Harga ikan antara trip pertama bulan Febuari (musim barat) dan trip kedua bulan April (musim timur) tidak jauh berbeda, hanya setelah trip pertama beberapa jenis ikan mengalami penurunan harga. Harga ikan hasil tangkapan kapal payang dapat dilihat pada Tabel 6.
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 6 Jenis dan harga ikan hasil tangkapan kapal payang Jenis ikan Harga ikan (Rp/kg) Harga ikan (Rp/kg) (trip 1) (trip 2) Teri nasi 20 000 18 000 Tongkol 24 000 22 000 Kuniran 7 500 8 000 Simba 20 000 20 000 Selar 25 000 20 000 Sibak 11 000 11 000 Kurisi 15 000 15 000 Bandrong 11 000 11 000
Total penerimaan nelayan dan biaya produksi untuk kapal payang diperoleh dengan perhitungan seperti pada (Lampiran 2), berdasarkan Tabel 5 dan 6 didapatkan rata-rata total penerimaan (TP) nelayan kapal payang yaitu sebesar Rp2 130 000 per trip. Total biaya produksi (TBP) alat tangkap payang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya SIUP, penyusutan modal investasi (kapal, alat tangkap, dan mesin) serta biaya perawatan sebesar 10% dari TP. Biaya variabel terdiri dari BBM, es, ransum, retribusi sebesar 2.5% dari TP, bagi hasil ABK dan biaya pengurus sebesar 3% dari TP. Rata-rata total biaya produksi (TBP) yang dikeluarkan oleh kapal payang sebesar Rp1 614 242 per trip. Rata-rata keuntungan nelayan sebesar Rp515 758 per trip, sehingga ratarata pendapatan bersih nelayan pemilik kapal payang sebesar Rp12 893 958 per bulan (Lampiran 2). Pendapatan tersebut merupakan pendapatan nelayan pemilik payang yang tidak meminjam uang ke bank. Berdasarkan hasil wawancara ada nelayan pemilik payang yang memanfaatkan lembaga keuangan perbankan
10
sehingga harus mengeluarkan biaya tambahan perbulan. Rata-rata biaya pengembalian selama 3 tahun untuk pinjaman sebesar 300 juta rupiah dengan bunga sebesar 0.6% sebesar Rp8 383 333 per bulan, sehingga nelayan payang yang meminjam tersebut dapat menyisihkan uang sebesar Rp4 510 624 per bulan. Perbedaan ukuran kapal antara kapal cantrang dengan payang mempengaruhi besarnya biaya operasi dan pendapatan kotor yang harus dikeluarkan oleh klasifikasi kapal tersebut. Semakin besar armada yang digunakan berbanding lurus dengan biaya yang harus dikeluarkan (Gambar 4).
Gambar 4 Grafik hubungan total biaya produksi dengan ukuran kapal Komposisi biaya terbesar dalam biaya produksi terletak pada penggunaan bahan bakar. Kapal cantrang dalam setiap tripnya dapat mengalokasikan 52.5% dari TBP hanya untuk keperluan BBM, sedangkan kapal payang dapat mengalokasikan 40%. Perbedaan tersebut dikarenakan ukuran mesin cantrang lebih besar dibandingkan dengan mesin payang, sehingga konsumsi bahan bakarnyapun lebih banyak. Perbedaan pendapatan nelayan pemilik cantrang dan payang yaitu sebesar Rp7 966 435 417 per bulan. Selisih tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor: 1. Besarnya armada yang digunakan, memungkinkan kapal cantrang yang berukuran lebih besar daripada kapal payang memperoleh hasil yang relatif banyak; 2. Ikan hasil tangkapan kapal cantrang banyak yang merupakan ikan dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi; 3. Kapal payang hanya melakukan operasi penangkapan di Teluk Lampung sedangkan daerah penangkapan cantrang lebih variatif, dimana melakukan operasi penangkapan tidak hanya disekitar Teluk Lampung, namun sampai ke Perairan Lampung Timur dan Selat Sunda; dan 4. Teknologi yang digunakan kapal cantrang lebih baik, selain faktor tersebut menurut (Mulyadi 2005) perbedaan pendapatan nelayan juga dipengaruhi oleh keahlian fishing master untuk menentukan DPI dan keahlian para ABK untuk mengoperasikan alat dan teknologi yang digunakan.
11
Lembaga Keuangan yang Dimanfaatkan Nelayan Juragan atau pemilik kapal yang berada di PPP Lempasing, merupakan nelayan pendatang yang sudah menetap di kawasan tersebut bertahun-tahun. Kebanyakan yang menjadi nelayan penuh berasal dari daerah Brebes dan Cirebon. Kendala yang dihadapi oleh para nelayan pemilik kapal di PPP Lempasing ada beberapa hal yaitu cuaca buruk selama melaut, khusus kapal payang keterbatasan peralatan yang mendukung operasi penangkapan, dan banyaknya pungutan liar selama melaut. Modal yang digunakan oleh para juragan kapal di PPP Lempasing berdasarkan pengamatan diperoleh dari 2 sumber. Penyedia modal yang teridentifikasi bersumber dari lembaga keuangan formal dan non formal, namun ada permodalan yang disediakan secara mandiri. Lembaga keuangan formal yang ada dan menyediakan bantuan permodalan sebagian besar didominasi oleh bank BUMN, namun ada beberapa diantaranya yang juga memanfaatkan bank swasta. Sedangkan lembaga keuangan non formal berbentuk tengkulak. Permasalahan permodalan untuk biaya investasi seperti kapal, alat tangkap dan mesin tidak begitu dirasakan oleh para juragan kapal, hal tersebut dikarenakan mulai tahun 2007 para juragan mulai beralih kepada beberapa lembaga keuangan formal seperti bank. Hubungan kerjasama antara pemilik kapal dengan bank yaitu dalam bentuk penyediaan modal investasi seperti penyediaan kapal beserta mesin. Bank tersebut terdiri dari bank BUMN seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Mandiri sedangkan untuk bank-bank swasta yang melakukan kerjasama yaitu Bank Danamon dan Bank Pundi. Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat lembaga keuangan yang dimanfaatkan oleh nelayan pemilik pada Tabel 7. Tabel 7 Hubungan nelayan pemilik dengan lembaga keuangan Ukuran Lembaga keuangan Lembaga keuangan non Responden kapal formal formal (GT) Ya/tidak Nama Ya/tidak Nama 1 19 Ya BNI Tidak 2 25 Ya BRI Tidak 3 25 Ya BRI Tidak 4 25 Ya Mandiri Tidak 5 25 Ya BRI Tidak 6 25 Ya BRI Tidak 7 27 Ya BRI Tidak 8 18 Ya Danamon Tidak 9 12 Tidak Tidak 10 18 Tidak Tidak 11 18 Ya Danamon Tidak 12 18 Ya BRI Tidak 13 5 Tidak Ya Tengkulak 14 5 Tidak Tidak 15 5 Ya BRI Tidak 16 5 Ya Mandiri Tidak 17 5 Ya Mandiri Tidak -
12
Tabel 7 Hubungan nelayan pemilik dengan lembaga keuangan (lanjutan) Responden Ukuran Lembaga keuangan Lembaga keuangan non kapal formal formal (GT) Ya/tidak Nama Ya/tidak Nama 18 5 Ya BRI Tidak 19 5 Tidak Ya Tengkulak 20 6 Ya Danamon Tidak 21 6 Tidak Tidak 22 5 Tidak Ya Tengkulak 23 5 Ya Pundi Tidak 24 5 Tidak Tidak Keterangan: responden 1-12 (kapal cantrang) dan 13-24 (kapal payang) Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat jenis lembaga keuangan yang ada di PPP Lempasing terdiri dari 2 yaitu lembaga keuangan formal dan lembaga keuangan non formal. Pemilik kapal memilki alasan sehingga cenderung memanfatkan masing-masing lembaga keuangan tersebut. Menurut (Artesa 2006) lembaga keuangan formal dalam memberikan pinjaman kepada para nasabahnya memilki syarat 5C, yaitu: 1. Pelaku usaha tersebut harus memilki kemampuan (capacity) untuk mampu melunasi kredit dari hasil usahanya; 2. Pelaku usaha harus memiliki watak (character) untuk mau melunasi kredit; 3. Pelaku usaha tersebut harus memilki modal (capital) untuk melihat seberapa besar modal yang dimiliki dan yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan usaha yang bersangkutan; 4. Kegiatan usaha tersebut harus memilki kondisi (condition) prospek yang baik sehingga layak untuk dibiayai; dan 5. Pelaku usaha tersebut harus memilki agunan (collateral) untuk dijadikan jaminan atau sebagai jalan keluar terakhir. Berdasarkan syarat 5C di atas, didapatkan kriteria yang harus dipenuhi oleh nelayan pemilik di PPP Lempasing agar dapat memperoleh pinjaman. Tabel 8 menjelaskan hasil wawancara saat nelayan pemilik meminjam uang ke 2 lembaga keuangan.
No 1
Tabel 8 Perbandingan kriteria lembaga keuangan formal dan non formal Lembaga keuangan non Kriteria Lembaga keuangan formal formal Persyaratan Membawa KTP, Tidak ada persyaratan rekening listrik, dan surat yang harus dipenuhi. nikah. Melengkapi keterangan surat usaha, dengan Jaminan sertifikat tanah atau BPKB motor
13
Tabel 8 Perbandingan kriteria lembaga keuangan formal dan non formal (lanjutan) No Kriteria Lembaga keuangan Lembaga keuangan non formal formal Peminjaman tidak formal, 2 Mekanisme Pemilik kapal yang peminjaman pertama kali akan dimana para tengkulak pinjaman bekerjasama, datang menawarkan para juragan untuk mengajukan kepada atau permohonan dana ke kerumah-rumah bank dengan membawa pemilik kapal langsung mendatangi rumah persyaratan di atas. tengkulak tersebut. 3 Mekanisme Bank BUMN: pencairan Tengkulak memberikan pencairan dilaksanakan bertahap, uang secara langsung dan rata-rata sebanyak 3 penuh. tahap. Bank swasta: pencairan tidak bertahap, dan penuh 4 Mekanisme Pengembalian dilakukan Pengembalian diberikan pengembalian setiap bulan dengan oleh para pemilik kapal, menyetorkanya ke bank. atau para tengkulak Bunga pinjaman 0.6- mendatangi para pemillik 0.7%, dengan jumlah kapal untuk menagih uang pengembalian tetap pinjaman tersebut. Jumlah setiap bulannya. uang yang disetor sesuai dengan kemampuan pemilik kapal. Bunga yang diberikan bisa melebihi 2%. 5 Waktu pencairan Bank BUMN: waktu Waktu pencairan dapat pencairan tahap pertama setiap saat, sesuai dengan minimal 14 hari, dan waktu kebutuhan pemilik dilakukan pencairan kapal. tahap berikutnya.
6
Waktu pengembalian
7
Jumlah pinjaman
Bank swasta: waktu pencairan minimal 7 hari. Pihak bank memberi Pengembalian tidak waktu pengembalian 2 - dibatasi waktu. Sampai 3 tahun. batas waktu yang tidak ditentukan. yang dapat Uang yang dapat Jumlah dipinjamkan relatif dipinjamkan relatif kecil. banyak dapat mencapai 1 milyar untuk nelayan cantrang dan 300 juta rupiah untuk nelayan payang
14
Tabel 8 Perbandingan kriteria lembaga keuangan formal dan non formal (lanjutan) No Kriteria Lembaga keuangan Lembaga keuangan non formal formal 8 Keamanan Tidak ada perjanjian Bank yang menjadi mitra kerjasama terdaftar tertulis. dalam lembaga penjamin pinjaman dan memberikan kredit usaha rakyat sehingga bunganya rendah. 9 Wanprestasi Bank BUMN: jatuh Tidak ada denda, namun tempo pembayaran maka hutang tersebut akan akan diberi peringatan semakin lama dibayar tanpa denda, bila sudah bahkan sampai seumur 3x menunggak maka hidup nelayan pihak bank akan menyegel barang agunan tersebut. Bank swasta: jatuh tempo maka pemilik kapal akan didenda dan apabila 3x menunggak maka barang agunan akan disita dengan terlebih dahulu memberikan surat pemberitahuan. Semakin banyaknya nelayan pemilik kapal yang beralih dari lembaga keuangan non formal ke lembaga keuangan formal dikarenakan perubahan pola pikir nelayan akan pentingnya lepas dari tengkulak. Nelayan pemilik semakin sadar bahwa ketergantungan seumur hidup kepada tengkulak membuat usaha perikanan mereka tidak akan berkembang. Alasan tersebut dikuatkan dengan adanya berbagai macam kelompok nelayan berdasarkan alat tangkap sejenis, misalnya “ICAL” atau Ikatan Cantrang Lampung yang menyebabkan bargaining position nelayan pemilik lebih kuat. Beralihnya nelayan pemilik dari lembaga keuangan non formal ke lembaga keuangan fomal memang tidak dikuti oleh semua nelayan pemilik yang ada di PPP Lempasing, terutama untuk beberapa nelayan payang. Berdasarkan hasil temuan di lapang, sebenarnya nelayan yang masih memanfaatkan tengkulak pada dasarnya mengetahui kerugian meminjam ke tengkulak. Faktor utama keterikatan antara keduanya masih terjadi yaitu adanya kedekatan secara emosional antara pemilik payang dengan tengkulak, hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Mugni 2006) yang menyatakan kedekatan secara personal dalam hubungannya sebagai keluarga menyebabkan masih kuatnya hubungan antara nelayan dengan tengkulak. Secara keseluruhan nelayan pemilik lebih banyak yang memberikan penilaian yang lebih baik untuk lembaga keuangan formal yang dapat dilihat pada Tabel 9
15
Tabel 9 Penilaian nelayan pemilik terhadap 2 jenis lembaga keuangan Kriteria Lembaga keuangan Lembaga keuangan non formal formal Penilaian Persentase Penilaian Persentase responden responden Persyaratan 0% + 100% Mekanisme peminjaman 0% + 100% Mekanisme pencairan 0% + 100% Mekanisme pengembalian + 66.7% 33.3% Waktu pencairan 12.5% + 87.5% Waktu pengembalian + 87.5% 12.5% Jumlah pinjaman + 100% 0% Keamanan pinjaman + 87.5% 12.5% Wanprestasi + 87.5% 12.5% Keterangan: (+) menunjukkan kelebihan, (-) menunjukkan kekurangan. Tabel 9 menunjukkan bahwa lembaga keuangan yang berbentuk formal memperoleh 5 kelebihan dari hasil wawancara yang terdiri dari (1) mekanisme pengembalian yang jelas, (2) waktu pengembalian yang lebih transparan dimana ada kejelasan uang yang telah dikembalikan dan itu disampaikan kepada nelayan pemilik, (3) jumlah uang yang dipinjamkan dapat lebih besar, (4) keamanan terhadap lembaga keuangan karena termasuk dalam lembaga penjamin simpanan, dan (5) wanprestasi yang diberikan oleh pihak perbankan tidak memberatkan dengan alasan ketika terjadi jatuh tempo, pihak bank memberikan keringanan baik dalam bentuk denda yang tidak begitu besar dan diberikan 3 kali kesempatan untuk dapat membayar hutang tersebut. Kekurangan yang ada di lembaga keuangan perbankan terletak pada masalah persyaratan dan mekanisme peminjaman yang terlalu rumit dan waktu yang dibutuhkan untuk mencairkan dana cukup lama. Lembaga keuangan non formal mendapatkan 4 kelebihan yang terdiri dari (1) kriteria peminjaman, dimana ketika meminjam tidak ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh nelayan pemilik, (2) mekanisme peminjaman yang tidak rumit, (3) mekanisme pencairan yang sederhana, dan (4) waktu pencairan dapat dilakukan kapanpun. Kekurangan yang dirasakan oleh pemilik kapal bagi yang pernah meminjam uang ke tengkulak yaitu waktu dan mekanisme pengembalian yang tidak jelas, ada ketidaksesuaian wanprestasi (barang yang menjadi agunan ditentukan oleh tengkulak karena tidak adanya perjanjian tertulis). Kelebihan dan kekurangan masing-masing lembaga keuangan menyebabkan persentase pemanfaatan keduanya berbeda. Persentase nelayan pemilik yang memanfaatkan lembaga keuangan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Persentase nelayan pemilik dalam memanfaatkan lembaga keuangan Jenis kapal Formal Non formal Biaya sendiri Cantrang 83.3% 0% 16.7% Payang 50% 25% 25% Total 66.7% 12.5% 20.83%
16
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa pemilik kapal cantrang lebih banyak memanfaatkan lembaga keuangan formal yaitu sebesar 83.3%, sedangkan 0% tidak memanfaatkan lembaga keuangan non formal, dan 16.7% sisanya tidak memanfaatkan keduanya. Pemilik kapal payang 50% memanfaatkan lembaga keuangan formal, 25% memanfaatkan lembaga keuangan non formal yaitu tengkulak dan 25% sisanya tidak memanfaatkan keduanya. Nelayan pemilik kapal cantrang menunjukkan persentase pemanfaatan lembaga keuangan yang berbentuk formal dibandingkan dengan nelayan pemilik kapal payang. Pemilik kapal cantrang lebih banyak memenuhi persyaratan yang harus ada saat meminjam uang ke bank. Keberanian lembaga keuangan formal untuk meminjamkan uangnya kepada nelayan pemilik kapal cantang bukan tanpa alasan. Perikanan cantrang di PPP Lempasing memiliki prospek yang baik. Berdasarkan alasan tersebut, pihak bank berpendapat bahwa para nelayan pemilik cantrang mampu untuk mengembalikan uang yang dipinjam dengan bunga sebesar 0.6 0.7% yang dibebankan pada nasabah. Pemanfaatan lembaga keuangan formal oleh pemilik kapal payang relatif sedikit, bahkan masih ada yang memanfaatkan tengkulak. Kenyataan tersebut bukan tanpa alasan. Pemilik kapal payang kurang berani memanfaatkan lembaga keuangan formal dikarenakan usaha perikanan payang yang ada di PPP Lempasing relatif kecil.
Keterkaitan Lembaga Keuangan dengan Nelayan Perhitungan uji Chi Square (Lampiran 3) dibedakan antara nelayan cantrang dan nelayan payang. Hal tersebut dikarenakan antara kedua jenis nelayan tersebut ada perbedaan pendapatan yang relatif besar. Berdasarkan uji Chi Square nelayan cantrang didapatkan bahwa Xhit sebesar 2.7 sedangkan nilai Xtabel untuk d.b.2: pada α = 0.05 adalah 5.99; sehingga Xhit < Xtabel , maka H0 diterima. Uji Chi Square nelayan payang didapatkan bahwa Xhit sebesar 2 sedangkan nilai Xtabel untuk d.b.2: pada α = 0.05 adalah 5.99; sehingga Xhit < Xtabel , maka H0 diterima. Uji di atas menunjukan tidak ada keterkaitan antara status nelayan cantrang dan payang sebagai nasabah dan non nasabah dengan tingkat pendapatan pada selang kepercayaan 95%. Uji coba di atas digunakan untuk mengestimasi, bahwa kemungkinan lembaga keuangan yang ada di PPP Lempasing memberikan pengaruh nyata dalam peningkatan pendapatan nelayan, namun kenyataanya tidak. Faktor utama yang menentukan pendapatan nelayan yaitu alam. Kebiasaan ikan yang selalu berpindah atau bermigrasi, menyebabkan ikan sulit ditentukan keberadaannya, sehingga berdampak pada jumlah tangkapan yang selanjutnya pendapatan nelayan tidak menentu. Besar kecilnya suatu armada penangkapan ikan dalam klasifkasi ukuran kapal, mesin dan jaring yang sama bukan menjadi ukuran mutlak terhadap tingkat pendapatan nelayan. Faktor lain di luar faktor utama seperti kasus perbankan hanya memberikan dampak tidak langsung. Bantuan kredit investasi oleh perbankan kepada nelayan di PPP Lempasing hanya dimanfaatkan untuk perbaikan mesin atau pembelian modal investasi dalam ukuran usaha yang sama.
17
Perbedaan status nelayan sebagai nasabah dan non nasabah memang tidak memberikan perbedaan dalam hal tingkat pendapatan. Beralihnya nelayan pemilik ke lembaga keuangan formal memberikan keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan nelayan masih memanfaatkan lembaga keuangan non formal, hal tersebut karena (1) dapat meminjam dalam jumlah yang lebih banyak sehingga nelayan pemilik dapat memperbesar usahanya yang menyebabkan prospek usaha perikanan semakin baik kedepanya, (2) adanya transparansi yang jelas mengenai jumlah uang yang disetor, dan (3) lebih aman dari tindakan kriminalitas saat nasabah (pemilik kapal) belum dapat membayar angsuran hutang karena masuk dalam kredit usaha rakyat (KUR) dan hampir sebagian besar bank yang menjadi mitra kerjasama sudah terdaftar di lembaga penjamin simpanan (LPS).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Pendapatan bersih perbulan untuk nelayan pemilik kapal cantrang sebesar Rp20 860 394 dan nelayan pemilik kapal payang sebesar Rp12 893 958. Perbedaan pendapatan tersebut cukup besar dikarenakan adanya perbedaan ukuran kapal, daerah penangkapan ikan dan jenis ikan hasil tangkapan; 2. Lembaga keuangan yang dimanfaatkan nelayan memiliki karakteristik yang berbeda. Kelebihan lembaga keuangan formal terdiri dari mekanisme dan waktu pengembalian, jumlah pinjaman yang diberikan, keamanan saat meminjam uang dan wanprestasi ang diberikan tidak membertkan nelayan. Kelebihan lembaga keuangan non formal terdiri dari persyaratan dan mekanisme pinjaman yang tidak rumit, mekanisme pencairan yang sederhana dan waktu pencairan yang cepat. Sebanyak 66.7% nelayan pemilik memanfaatkan lembaga keuangan perbankan, 12.5% memanfaatkan tengkulak, dan 20.83% sisanya tidak memanfaatkan kedua jenis lembaga keuangan tersebut; dan 3. Berdasarkan uji Chi Square didapatkan bahwa tidak ada perbedaan nyata antara status nelayan sebagai nasabah dan non nasabah dengan tingkat pendapatannya, hal tersebut karena tingkat pendapatan nelayan sangat terkait dengan kondisi sumberdaya ikan di alam.
Saran 1. Lembaga keuangan formal sebaiknya mengadopsi prinsip yang dimiliki lembaga keuangan non formal untuk dapat diterapkan dalam lembaga keuangan perbankan; dan 2. Lembaga keuangan formal sebaiknya juga membantu penyediaan kredit modal kerja.
18
DAFTAR PUSTAKA Alma B. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta Apridar. 2010. Ekonomi Kelautan. Jakarta (ID): Graha Ilmu Artesa A. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta (ID): Indeks. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). 2009. Peta lokasi PPP Lempasing. Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Bakosurtanal Jakarta. Lubis E. 2006. Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bahan Kuliah Pelabuhan Perikanan Institut Pertanian Bogor. Laborotarium Pelabuhan Perikanan. Depertemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): IPB pr. Mugni A. 2006. Strategi Rumahtangga Nelayan Dalam Mengatasi Kemiskinan. Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. [skripsi]. Fakultas Ekologi Manusia. 99 hal. Mulyadi S. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Supangat A. 2007. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Primyastanto M. 2011. Manajemen Agribisnis antara Teori dan Aplikasinya. Malang (ID): UB Pr.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1 Contoh perhitungan total penerimaan (TP) dan total biaya produksi (TBP) nelayan pemilik kapal cantrang dan payang A. Contoh perhitungan (TP) nelayan kapal cantrang (responden 1) Trip ke 1 Jenis ikan Harga (P) ∑HT (Kg) Total revenue (P x ∑HT) 6 000 300 1 800 000 Balanda Kuniran 7 500 1 200 9 000 000 Sotong 19 000 260 4 940 000 Kwee 8 000 300 2 400 000 Cumi-cumi 32 000 600 19 200 000 Simba 20 000 400 8 000 000 Jolod 10 000 400 4 000 000 Pilihan 11 000 300 3 300 000 Total 3 760 52 640 000 Trip ke 2 Kuniran 9 000 500 4 500 000 Cepluk 12 000 600 7 200 000 Sotong 17 000 200 3 400 000 Pilihan 15 000 400 6 000 000 Gaji 15 000 600 9 000 000 Kakap batu 8 000 100 800 000 Cumi-cumi 33 000 300 9 900 000 Manyung 10 000 500 5 000 000 Bleberan 17 000 200 3 400 000 Kwaci 6 000 100 600 000 Gulamah 9 000 300 2 700 000 Total 3 800 52 500 000
21
Lampiran 1 Contoh perhitungan total penerimaan (TP) dan total biaya produksi (TBP) nelayan pemilik kapal cantrang dan payang (lanjutan) B. Contoh perhitungan (TBP) nelayan kapal cantrang (responden 1) No Uraian Satuan Trip ke 1 Trip ke 2 A Biaya Investai 1 Kapal 350 000 000 350 000 000 2 Mesin 40 000 000 40 000 000 3 Jaring 60 000 000 60 000 000 B 1 2 3 4 5
Biaya Tetap SIUP Penyusutan Kapal Penyusutan Mesin Penyusutan Jaring Perawatan (10% dari TR) Sub total
C 1 2 3 4 5 6
Biaya Variabel BBM (2500 ltr/trip; @Rp 4500 Es (350 blk; @ Rp 25000) Ransum Retribusi (2,5% dari TR) Bagi hasil ABK Pengurus (3% dari TR) Sub total ∑ rata-rata TC
250 000 612 500 70 000 105 000 5 264 000 6 301 500
250 000 612 500 70 000 105 000 5 250 000 6 287 500
11 250 000 8 250 000 5 500 000 1 316 000 9 221 650 1 579 200 37 116 850 43 418 350
11 250 000 8 250 000 5 500 000 1 312 500 9 162 500 1 575 000 37 050 000 43 337 500
22
Lampiran 1 Contoh perhitungan total penerimaan (TP) dan total biaya produksi (TBP) nelayan pemilik kapal cantrang dan payang (lanjutan) C. Contoh perhitungan (TP) nelayan kapal payang (responden 13) Trip ke 1 Jenis ikan Harga (P) ∑HT (Kg) Total revenue (P x ∑HT) 20 000 50 1 000 000 teri nasi Samba 20 000 30 600 000 Kurisi 15 000 20 300 000 Kuniran 7 500 20 150 000 Total 2 050 000 Trip ke 2 Teri nasi 18 000 20 360 000 Tongkol 24 000 40 960 000 Samba 20 000 20 400 000 Selar 20 000 30 600 000 Kuniran 8 000 40 320 000 Total 2 640 000 Contoh perhitungan (TBP) nelayan kapal payang (responden 13) No Uraian Satuan Trip ke 1 Trip ke 2 A Biaya Investai 1 Kapal 120 000 000 120 000 000 2 Mesin 10 000 000 10 000 000 3 Jaring 20 000 000 20 000 000 B 1 2 3 4 5 C 1 2 3 4 5 6
Biaya Tetap SIUP Penyusutan Kapal Penyusutan Mesin Penyusutan Jaring Perawatan (10% dari TR) Sub total Biaya Variabel BBM (70 ltr/trip); @Rp 4500 Es (4 blk; @ Rp 25000) Ransum Retribusi (2,5% dari TR) Bagi hasil ABK Pengurus (3% dari TR) Sub total ∑ rata-rata TC
Rumus penyusutan =
50 000 30 000 2 500 5 000 205 000 292 500
50 000 30 000 2 500 5 000 264 000 351 500
315 000 100 000 335 000 51 250 447 375 61 500 1 310 125 1 602 625
315 000 100 000 335 000 66 000 696 650 79 200 1 591 850 1 943 350
ࢎࢇ࢘ࢍࢇ ࢈ࢇ࢘ࢇࢍ ࢜ࢋ࢙࢚ࢇ࢙ିሺ% ࢎࢇ࢘ࢍࢇ ࢈ࢇ࢘ࢇࢍ ࢜ࢋ࢙࢚ࢇ࢙ሻ ࢛࢛࢘ ࢋ࢙
23
Lampiran 2 Pendapatan perbulan nelayan pemilik kapal di PPP Lempasing A. Pendapatan perbulan nelayan kapal cantrang Respon ∑ Trip TP/trip TBP/Trip keden Trip per bulan 1 3 1 52 640 000 43 418 350 2 52 500 000 43 337 500 2 3 1 51 700 000 42 875 500 2 50 100 000 41 951 500 3 3 1 54 160 000 44 296 150 2 51 900 000 42 991 000 4 3 1 52 100 000 43 106 500 2 50 500 000 42 182 500 5 3 1 53 650 000 44 001 625 2 48 800 000 41 200 750 6 3 1 52 680 000 44 086 450 2 51 400 000 43 347 250 7 3 1 30 210 000 24 307 525 2 27 300 000 22 627 000 8 3 1 29 200 000 23 637 375 2 31 200 000 24 792 375 9 3 1 33 700 000 28 833 000 2 31 900 000 27 793 500 10 3 1 32 400 000 27 082 250 2 33 700 000 27 833 000 11 3 1 35 300 000 29 757 000 2 32 300 000 28 024 500 12 3 1 33 200 000 28 539 250 2 32 500 000 28 135 000 Rata-rata 41 876 667 34 923 202
ߨ (TR-TC)
9 221 650 9 162 500 8 824 500 8 148 500 9 863 850 8 909 000 8 993 500 8 317 500 9 648 375 7 599 250 8 593 550 8 052 750 5 902 475 4 673 000 5 562 625 6 407 625 4 867 000 4 106 500 5 317 750 5 867 000 5 543 000 4 275 500 4 660 750 4 365 000 6 953 465
∑ Pendapatan/ bulan
27 664 950 27 487 500 26 473 500 24 445 500 29 591 550 26 727 000 26 980 500 24 952 500 28 945 125 22 797 750 25 780 650 24 158 250 17 707 425 14 019 000 16 687 875 19 222 875 14 601 000 12 319 500 15 953 250 17 601 000 16 629 000 12 826 500 13 982 250 13 095 000 20 860 394
24
Lampiran 2 Pendapatan perbulan nelayan pemilik kapal di PPP Lempasing (lanjutan) A. Pendapatan perbulan nelayan kapal payang ∑ Respon Trip TP/trip TBP/Trip den Trip keper bulan 13 25 1 2 050 000 1 602 625 2 2 640 000 1 943 350 14 25 1 1 780 000 1 371 700 2 2 060 000 1 533 400 15 25 1 1 750 000 1 404 375 2 2 090 000 1 600 725 16 25 1 1 550 000 1 188 875 2 2 200 000 1 564 250 17 25 1 1 560 000 1 194 650 2 2 110 000 1 512 275 18 25 1 1 700 000 1 275 500 2 2 420 000 1 691 300 19 25 1 1 800 000 1 383 250 2 1 840 000 1 406 350 20 25 1 2 600 000 2 050 250 2 2 800 000 2 165 750 21 25 1 2 450 000 1 863 625 2 2 580 000 1 938 700 22 25 1 2 010 000 1 579 525 2 2 580 000 1 908 700 23 25 1 1 860 000 1 467 900 2 2 540 000 1 860 600 24 25 1 2 050 000 1 602 625 2 2 100 000 1 631 500 Rata-rata 2 130 000 1 614 242
ߨ (TR-TC)
∑ Pendapatan/ bulan
447 375 696 650 408 300 526 600 345 625 489 275 361 125 635 750 365 350 597 725 424 500 728 700 416 750 433 650 549 750 634 250 586 375 641 300 430 475 671 300 392 100 679 400 447 375 468 500 515 758
11 184 375 17 416 250 10 207 500 13 165 000 8 640 625 12 231 875 9 028 125 15 893 750 9 133 750 14 943 125 10 612 500 18 217 500 10 418 750 10 841 250 13 743 750 15 856 250 14 659 375 16 032 500 10 761 875 16 782 500 9 802 500 16 985 000 11 184 375 11 712 500 12 893 958
25
Lampiran 3 Perhitungan uji chi square A. Nelayan pemilik cantrang Nelayan < 15 juta rupiah Nasabah 2 (2.5) Non nasabah 1 (0.5) Jumlah 3
Pendapatan 15 juta rupiah - 20 juta rupiah 2 (2.5) 1 (0.5) 3
Jumlah > 20 juta rupiah 6 (5) 0 (1) 6
10 2 12
1. Menentukan frekuensi yang diharapkan ሺ3ሻሺ10ሻ a. ݂݁1 = 12 = 2.5 b. ݂݁2 = c. ݂݁3 = d. ݂݁4 = e. ݂݁5 =
ሺ3ሻሺ2ሻ 12
= 0.5
ሺ3ሻሺ10ሻ 12 ሺ3ሻሺ2ሻ 12
= 0.5
ሺ6ሻሺ10ሻ 12
= 2.5
=5
ሺ6ሻሺ2ሻ
f. ݂݁6 = 12 = 1 2. Menentukan Xhit a. ܺℎ݅ݐଵ = b. ܺℎ݅ݐ2 = c. ܺℎ݅ݐ3 = d. ܺℎ݅ݐ4 = e. ܺℎ݅ݐ5 =
ሺ2ି2.5ሻ2 2.5 ሺ1ି0.5ሻ2 0.5 ሺ2ି2.5ሻ2 2.5 ሺ1ି0.5ሻ2 0.5 ሺ6ି5ሻ2 5 ሺ0ି1ሻ2
= 0.1 = 0.5 = 0.1 = 0.5
= 0.2
f. ܺℎ݅ݐ6 = 1 = 1 3. Menentukan Xhit= ܺℎ݅ݐ1 + ܺℎ݅ݐ2 + ܺℎ݅ݐ3 + ܺℎ݅ݐ4 + ܺℎ݅ݐ5 + ܺℎ݅ݐ6 = 0.1+0.5+0.1+0.5+0.2+1 = 2.4 4. Menghitung derajad bebas (d.b) = (2-1) (3-1) =2 Nilai kritis Xtabel untuk d.b.2: pada α = 0.05 adalah 5.99, sehingga Xhit < Xtabel, H0 diterima.
26
Lampiran 3 Perhitungan uji chi square (lanjutan) B. Nelayan pemilik payang Nelayan < 12 juta rupiah Nasabah 1 (2) Non nasabah 3 (2) Jumlah 4
Pendapatan 12 juta rupiah - 14 juta rupiah 3 (2) 1 (2) 4
Jumlah > 14 juta rupiah 2 (2) 2 (2) 4
6 6 12
1. Menentukan frekuensi yang diharapkan ሺ4ሻሺ6ሻ g. ݂݁1 = 12 = 2 h. ݂݁2 = i. ݂݁3 = j. ݂݁4 = k. ݂݁5 =
ሺ4ሻሺ6ሻ 12 ሺ4ሻሺ6ሻ 12 ሺ4ሻሺ6ሻ 12 ሺ4ሻሺ6ሻ 12
=2 =2 =2 =2
ሺ4ሻሺ6ሻ
l. ݂݁6 = 12 = 2 2. Menentukan Xhit g. ܺℎ݅ݐ1 = h. ܺℎ݅ݐ2 = i. ܺℎ݅ݐ3 = j. ܺℎ݅ݐ4 = k. ܺℎ݅ݐ5 =
ሺ1ି2ሻ2 2 ሺ3ି2ሻ2 2 ሺ3ି2ሻ2 2 ሺ1ି2ሻ2 2 ሺ2ି2ሻ2 2 ሺ2ି2ሻ2
= 0.5 = 0.5 = 0.5 = 0.5 =0
l. ܺℎ݅ݐ6 = 2 = 0 3. Menentukan Xhit= ܺℎ݅ݐ1 + ܺℎ݅ݐ2 + ܺℎ݅ݐ3 + ܺℎ݅ݐ4 + ܺℎ݅ݐ5 + ܺℎ݅ݐ6 = 0.5 + 0.5 + 0.5 + 0.5 + 0 + 0 =2 4. Menghitung derajad bebas (d.b) = (2-1) (3-1) =2 Nilai kritis Xtabel untuk d.b.2: pada α = 0.05 adalah 5.99, sehingga Xhit < Xtabel, H0 diterima.
27
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Lampung Tengah pada tanggal 5 April 1991 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Samsudin dan Ibu Purwanti. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDIT Bustanul Ulum tahun 2003, kemudian menamatkan pendidikan tingkat menengah pertama di SMPN 3 Way Pengubuan tahun 2006. Selanjutnya, pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas di SMAN 1 Tayu-Pati. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam mengikuti organisasi yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) TPB periode 2009/2010, Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) pada periode 2010/2011 dan 2011/2012.