PEMANFAATAN SISTEM INFROMASI GEOGRAFI UNTUK PEMODELAN SPASIAL PENGEMBANGAN WISATA PANTAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Purwanto, I Komang Astina, Yusuf S Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected];
[email protected];
[email protected] Abstrak: Tujuan dalam dalam penelitian ini yaitu mengkaji kesesuaian lahan untuk wisata pantai dan menentukan prioritas pengembangan pantai di Kabupaten Tuluangung. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan analisis Sistem Informasi Geografi yaitu pemodelan spasial dengan cara skoring. Analisis dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap I untuk mencari pantai yang sesuai untuk wisata, dan tahap II untuk mencari pantai yang paling prioritas untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 pantai di Kabupaten Tulungagung sebanyak 8 (delapan) pantai memiliki tingkat kesesuain S1 yaitu sesuai dan 2 pantai S2 (sesuai dengan faktor pembatas). Dari pantai yang sesuai tersebut dianalisis lebih lanjut untuk mempeoleh pantai yang paling prioritas untuk dikembangkan. Hasil analisis tahap II pantai yang paling Prioritas untuk dikembangkan yaitu pantai Bayem, Klatak, dan Gerangan. Ketiga pantai tersebut memiliki skor 290, 275, dan 260. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa pantai tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi tempat wisata. Sedangkan pada Prioritas II yaitu pantai Sidem, dan Prioritas III pantai Brumbun, Nglarap, Sine, dan Gemah. Kata Kunci: SIG, Pemodelan Spasial, Pengembangan
PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu industri
dari mancanegara maupun domestik.
gaya baru yang mampu menyediakan
Peluang ini telah menjadi inpirasi daerah
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
yang memiliki kekayaan pantai dan laut
hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf
berusaha untuk melakukan eksplorasi
hidup dan mengaktifkan sektor produksi
potensi tersebut.Pengembangan wisata
lain.
pantai
Seiring
dengan
peningkatan
sebagai
alternative
ekonomi
kesadaran masyarakat terhadap kualitas
marsyarakat dan pengembangan wilayah
hidup, maka dalam perkembangannya
pesisir sampai saat ini masih menghadapi
kebutuhan rekreasi dan pariwisata banyak
sejumlah kendala yang harus segera
mengalami perubahan orientasi.
diselesaikan.
Wisata pantai saat ini telah menjadi
Dalam
salah satu primadona tujuan wisata baik
pesisir
12
pengembangan
haruslah
jelas
wilayah tujuannya,
13 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
kemudian ditentukan sifat pantainya dan
CERC (1984), Snead (1982), dan
kemudian dibuat arahan penggunaan
Komar (1976) menyatakan, bahwa pantai
ruang dengan mendasarkan kondisi fisik,
yang
menentukan orientasi dan kemampuan
sedimen lepas disebut gisik (beach).
masyarakat dalam arti mengetahui daya
Menurut Pethick (1984) dan Komar
tampung dan kemampuan masyarakat.
(1976), gisik umumnya terjadi dari
Selanjutnya harus ditentukan potensi
material lepas berukuran pasir atau
ekonomi masyarakat hal ini terutama
kerikil. Komar (1976) mengemukakan,
untuk mengetahui orientasi dan fungsi
bahwa secara etimologis, istilah beach
wilayah harus ditentukan berdasarkan
berasal dari sebuah kata dalam bahasa
tipologi,
Anglo-Saxon yang berarti kerikil.
aspirasi,
masyarakat
perlu
dan
partisipasi
diketahui.
Setelah
material
Garis
penyusunnya
batas
antara
berupa
darat
dan
semua faktor diketahui baru dibuat
permukaan laut disebut sebagai garis
rencana tata ruang (Sunarto, et.al, 2002).
pantai (shoreline). Garis pantai menandai
Optimalisasi pengembangan wisata pantai
interaksi antara muka laut dan daratan
harus direncanakan secara matang dan
yang bergeser naik dan turun sesuai
keterpaduan
dengan pasang dan surut (Snead, 1982
dalam
konsep
wilayah
kepesisiran.
dan CERC, 1984).
Menurut
CERC
(1984),
yang
Berdasarkan konsep tentang pantai
dimaksud dengan pantai ialah jalur
tersebut, dapat diketahui, bahwa pantai
sempit daratan pada pertemuan dengan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
laut, meliputi daerah di antara garis air
(a) pantai
tinggi dan garis air rendah. Snead (1982) mengemukakan,
bahwa
pantai
berhubungan
langsung
dengan laut; (b) pantai berkedudukan di antara garis
merupakan jalur daratan yang membatasi
air tinggi dan garis air rendah;
tubuh perairan, yang kadang-kadang
(c) pantai dapat terjadi dari material
tergenang
oleh
pasang
surut
atau
gelombang. Komar 1976) menyatakan,
padu, lepas, atau lembek; (d) pantai
yang
bermaterial
lepas
bahwa pantai yaitu jalur daratan yang
dengan ukuran kerikil atau pasir
membatasi tubuh perairan, baik daratan
disebut gisik (beach);
itu berupa batuan padu ataupun sedimen lepas.
(e) pantai dapat berelief rendah (datar, berombak,
atau
bergelombang),
14 Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Spasial Pengembangan Wisata Pantai Di Kabupaten Tulungagung
namun dapat pula berelief tinggi
dikembangkan. Kesepuluh pantai tersebut
(berbukit atau bergunung); dan
antara lain: Pantai Popoh, Sidem, Gemah,
(f) pantai secara genetik dapat berasal dari bentukan marin, vulkanik,
tektonik,
organik,
fluviomarin,
Bayem,
Klatak,
Nglarap,
Brumbun,
Nggerangan, Sine dan Molang. Perkembangan
denudasional, atau solusional.
Informasi
Kabupaten Tulungagung merupakan
berkembang
Teknologi
Geografi
(SIG)
pesat,
baik
Sistem saat
dari
ini segi
salah satu kabupaten yang memiliki
perangkat lunak maupun dalam aplikasi.
potensi wisata pantai yang cukup banyak
Salah satu manfaat yang SIG yaitu dapat
dan bervariasi. Namun geliat untuk
digunakan
pengembangan
pengambilan keputusan baik pemerintah
objek
wisata
pantai
sebagai
maupun
dengan baik, bahkan sedikit mengalami
menganalisis spasial merupakan salah
kemunduran. Salah satu contoh adalah
satu kelebihan aplikasi ini. Dengan
Pantai Popoh yang berkembang pesat
kemampuan
pada tahun 1990-2000 yang menjadi ikon
pengguna untuk melakukan pemodelan.
utama
Selain data dengan SIG sebaran spasial
pantai
di
kabupaten
Tulungagung. Namun kondisi tersebut
Kemampuan
dalam
sampai saat ini belum berkembang
wisata
swasta.
dasar
tersebut
untuk
memungkinkan
dapat dilihat dalam sebuah peta.
berbalik dengan kenyataan saat ini.
Penggunaan sistem computer untuk
Sarana dan prasarana yang tidak terurus
memecahkan masalah keruangan yang
dengan baik, perubahan fungsi lahan
ada dipermukaan bumi saat ini terus
menjadi
Ikan
meningkat. Fenomena ataupun kejadian
ketidaknyamanan
yang ada di bumi dimodelkan agar bisa
tempat
Pelelangan
menambah pengunjung.
digunakan
oleh
komputer
untuk
Bertitik tolak dari permasalahan
melakukan perhitungan atau analisa.
tersebut maka pemerintah kabupaten
Sejalan dengan perkembangan teknologi
Tulungagung
mengembangkan
computer, perangkat lunak, dan sistem
wisata pantai yang baru yang dapat
berbasis data, metode pemodelan dan
menjadi
penyimpanan
perlu
andalan
industri
pariwisata
data perubahan.
spasial Salah
juga
kedepannya. Berdasarkan data Bappeda
mengalami
di Kabupaten Tulungagung Tahun 2012,
perkembangan
ada 10 pantai yang berpotensi untuk
penggunaan Sistem Informasi Geografi.
tersebut
satu adalah
15 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
SIG saat ini telah banyak digunakan
Ke
sepuluh
pantai
tersebut
akan
dalam berbagai bidang terkait dengan
dikembangkan sesuai dengan Rencana
pengambilan keputusan yang melibatkan
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
data spasial (Keruangan). Kekomplekan
Tulungagung 2010-2029.
data spasial yang ada di lapangan
Data
merupakan salah satu kendala yang sering
cara
dijumpai
lapangan
oleh
pemerintah
untuk
dikumpulkan
observasi
yaitu
tentang
pengukuran
aspek
fisik,
menentukan kebijakan. Dengan SIG
dokumentasi
kompleksitas data spasial tersebut dapat
tersebut selanjutnya digunakan sebagai
di sederhanakan untuk dapat dianalisis
dasar analisis dalam pemodelan spasial.
secara cepat, tepat, dan akurat. Demikian
Pemodelan spasial ini dilakukan dengan
halnya dengan data kepesisiran dan pantai
teknologi
sebagaimana yang terjadi di Kabupaten
dilakukan dengan cara memberikan skor
Tuluangung.
pada setiap parameter. Besarnya nilai skor
METODE PENELITIAN
dengan menggunakan metode survey, bertujuan
untuk
mengkaji
karakteristik kesesuaian pariwisata pantai dan
mengkaji
tingkat
prioritas
pengembangan. Variabel keruangan yang dianalisis meliputi unsur biotik, abiotik, dan kultural (Budaya). Objek penelitian meliputi
10
pantai
di
SIG.
wawancara.
Pemodelan
disesuaikan
dengan
Data
tersebut
matrik
kesesuaian lahan untuk wisata pantai.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
yang
dan
dengan
kabupaten
Tuluangagung yaitu Pantai Nglarap, Klatak, Bayem, Gemah, Sidem,Popoh, Brumbun, Gerangan, Sine, dan Molang.
Setelah diperoleh pantai yang sesuai untuk wisata pantai langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas objek wisata yang
sesuai
dikembangkan.
tersebut Skala
untuk
prioritas
ini
didasarkan pada pengukuran aspek fisik, sosial, aksesibilitas, yang lebih detil. Model
yang
dikembangkan
masih
menggunaka model skoring sengan SIG. Matrik parameter kesesuaian lahan untuk wisata pantai disajikan dalam Tabel 1.
16 Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Spasial Pengembangan Wisata Pantai Di Kabupaten Tulungagung Tabel 1. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai di Kabupaten Tulungagung No
Parameter
Kategori
Skor
S1 1.
Tipe/Karakteristik
Pantai Ber-
Pantai
pasir
Kategori
Skor
Kategori N
Skor
30
Pantai
10
S2 30
Pantai Berbatu,
ber-
lumpur, terjal
berkarang 2.
Kedalaman
0-3
30
>3-5
20
>5
10
20
<3
10
20
Berbattu,
10
Perairan/Batimetri (m) 3.
Lebar Pantai (m)
> 10
30
3-<10
4.
Materi
berpasir
30
Pasir
da-
sar/Sedimen
ber-
lumpur
lumpur
perairan 5.
Kemiringan
pan-
<8%
30
>8-15%
20
>15%
10
<400
30
400-800
20
>800
10
Penutup lahan pan-
Kelapa, la-
30
Semak be-
20
Hutan bakau,
10
tai
han terbuka
tai(%) 6.
Kekeruhan Perairan
7.
lukar,
sa-
permukiman,
vana 8.
Biota berbahaya
Tidak ada
30
Bulu babi,
pelabuhan 20
Ikan pari, hiu
10
lepu 9.
Ketersedian
air
<1
30
1-2
20
>2
10
>300
30
100-300
20
<100
10
tawar (jarak/Km) 10.
Panjang pantai (m)
Sumber: Modifikasi dari Yulius 2008, Yuliana 2007, Bakosurtanal, 2007 dan Widiatmaka, 2007 Keterangan: Skor 30 diberikan pada kategori S1 (Sesuai); skor 20: untuk kategori S2 (Sesuai Bersyarat); skor 10: untuk kategori N (Tidak Sesuai).
Sedangkan
parameter
yang
Aksesibilitas,
8)
Keterjangkauan,
digunakan untuk menentukan prioritas
9)Kepedulian Masyarakat, 10) Kearifan
pengembangan wisata pantai meliputi 12
Lokal, 11) Jaringan Komunikas, 12)
aspek yaitu: 1) Jenis /Warna Pasir, 2)
Tinggi
Ketersediaan Lahan (Ha), 3) Sifat Air
tersebut di skor.
Tanah, 4) Jumlah Mata Air, 5) Debit Mata Air, 6) Sifat Mata Air, 7)
Gelombang.
Dari
parameter
HASIL DAN PEMBAHASAN parameter kesesuan lahan untuk wisata
Analisis Kesesuaian Lahan
pantai
Berdasarkan hasil analisis dengan
di
kabupaten
Tulungagung
diperoleh tingkat kesesuaian sebagai tabel
Sistem Informasi Geografi (SIG) dari 10
2 berikut ini.
12
18 Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Spasial Pengembangan Wisata Pantai Di Kabupaten Tulungagung
Tabel. 2 Kesesuain lahan untuk wisata pantai di Kabupaten Tulungagung NO
NAMA PANTAI
SK1
SK2
SK3
SK4
SK5
SK6
SK7
SK8
SK9
SK10
JUMLAH SKOR
KESESUAIN
1
POPOH
20
30
20
10
30
30
10
30
20
20
220
S2
2
MOLANG
10
20
30
20
20
30
20
30
10
30
220
S2
3
SIDEM
30
20
30
20
20
20
10
30
30
30
240
S1
4
KLATAK
20
30
30
10
30
30
20
30
30
30
260
S1
5
GEMAH
30
30
30
20
30
20
20
30
20
30
260
S1
6
NGLARAP
30
30
30
20
30
20
20
30
30
30
270
S1
7
BRUMBUN
30
30
30
30
30
20
10
30
30
30
270
S1
8
SINE
30
30
30
30
30
30
10
30
20
30
270
S1
9
GERANGAN
30
30
30
30
30
30
20
30
30
20
280
S1
10
BAYEM
30
30
30
30
30
30
30
30
20
30
290
S1
Keterangan: SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10
: Tipe/Karakteristik Pantai : Kedalaman Perairan/Batimetri (m) : Lebar Pantai (m) : Materi dasar/Sedimen perairan : Kemiringan pantai(%) : Kekeruhan Perairan :Penutup lahan pantai : Biota berbahaya : Ketersedian air tawar (jarak/Km). : Panjang pantai (m)
Dari 10 lokasi wisata pantai di
Brumbun, Nggerangan, dan Sine. Pantai
kabupaten Tulungagung terdapat 8 pantai
tersebut tersebar di 3 Kecamatan yaitu
yang memiliki tingkat kesesuain S1 yaitu
Besuki, Tanggunggunung, dan Kalidawir.
tanpa faktor pembatas, sedangkan pantai
Pantai yang memiliki tingkat kesesuain
yang tingkat kesesuaian S2 terdapat 2
S2 yaitu Pantai Popoh dan Pantai
pantai,
Molang.
dan
tingkat
kesesuain
N
(Marginal) tidak ada. Ini berarti bahwa
Pantai
yang
memiliki
potensi
pantai-pantai di Kabupaten Tulungagung
pengembangan pada tingkat S1 secara
Sesuai untuk dikembangkan untuk wisata
garis besar memenuhi daya dukung untuk
pantai.
wisata pantai. Sedangkan pantai Popoh
Dari
8
pantai
memiliki
dan Molang memiliki keterbatasan yang
kesesuain lahan S1 yaitu pantai Nglarap,
berbeda untuk dikembangkan. Pantai
Klatak,
popoh
Bayem,
yang
Gemah,
Sidem,
merupakan
pantai
yang
19 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
pertamakali dikembangkan di Kabupaten
Land erosion coast, merupakan pesisir
Tulungagung. Namun pantai ini sekarang
yang berkembang di bawah pengaruh
sudah
untuk
erosi di daratan yang diikuti oleh proses
permukiman dan Pelabuhan. Sedangkan
inundasi oleh laut. Termasuk dalam
lahan
kategori
banyak
untuk
dimanfaatkan
pengembangan
sangat
ini
adalah
lembah-lembah
terbatas. Berbeda dengan pantai Molang
sungai, pesisir erosi glasial, dan pesisir
yang secara alamiah memiliki view
pada topografi karstmenurut Shepard
panorama yang Bagus, namun lokasi
(King, 1972). Hal ini dapat dilihat dari
sebagian
morfologi
besar
lahan
sudah
pantai
yang
berupa
dikembangkan sebagai kawasan tambak
semenanjung dan teluk dan disetiap
dan tidak tersedianya mata air.
pantai di control oleh adanya aliran
Berdasarkan Tipologinya pantai di
sungai yang berada di lembah.
Kabupaten Tulungagung termasuk pantai
Gambar 2. Klasifikasi Genetik Pantai Primer Menurut Shepard, 1958 (dalam King, 1972).
20 Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Spasial Pengembangan Wisata Pantai Di Kabupaten Tulungagung
Gambar 3. Peta Kesesuain lahan wisata pantai di kabupaten Tulungagung
penentuan
Prioritas Pengembangan Pada analisis tahap I telah dihasilkan kesesuain lahan untuk wisata pantai di Kabupaten Tulungagung. Hasil tersebut ditindaklanjuti
untuk
mencari
objek
wisata yang dalam kategori sesuai (S1) untuk dicari prioritas pengembangannya. Aspek yang digunakan sebagai dasar
aksesibilitas,
prioritas 2)
yaitu aspek
1)
aspek potensi
sumberdaya air, 3) aspek masyarakat, dan 4) aspek ketersediaan lahan terbuka. Hasil analisis skoring tersebut disajikan dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Hasil analisis Prioritas Pengembangan Pantai dengan SIG NAMA_PANTAI
SK1
SK2
SK3
SK4
SK5
SK6
SK7
SK8
SK9
SK10
SK11
SK12
JUMLAH SKOR
PRIORITAS
BAYEM
25
30
15
20
20
25
30
30
20
25
20
30
290
P1
KLATAK
15
30
15
20
25
25
30
30
20
30
15
20
275
P1
GERANGAN
30
10
15
25
30
25
20
20
30
25
10
20
260
P1
SIDEM
20
15
30
15
15
10
30
30
20
15
25
15
240
P2
BRUMBUN
25
10
25
15
20
15
20
20
30
15
10
20
225
P3
SINE
20
30
15
20
20
15
15
20
20
25
10
15
225
P3
NGLARAP
15
25
15
20
15
15
30
15
10
15
15
25
215
P3
GEMAH
20
20
15
15
15
15
25
20
10
10
15
15
195
P3
Keterangan: SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10 SK11 SK12
: Jenis /Warna Pasir : Ketersediaan Lahan (Ha) : Sifat Air Tanah : Jumlah Mata Air : Debit Mata Air : Sifat Mata Air : Aksesibilitas : Keterjangkauan : Kepedulian Masyarakat : Kearifan Lokal : Jaringan Komunikasi : Tinggi Gelombang
Berdasarkan hasil analisis tahap II ini
pantai
Sidem,
pengembangan
prioritas untuk dikembangkan. Prioritas
Brumbun, Sine, Gemah dan Nglarap.
pengembangan I yaitu pantai Bayem,
Sebaran pantai secara spasial dapat dilihat
Klatak
pada gambar peta berikut ini.
Pantai
Nggerangan,
sedangkan prioritas pengembagan ke II
12
III
Prioritas
dihasilkan objek wisata yang memiliki
dan
ke
dan yaitu
pantai
22 Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi Untuk Pemodelan Spasial Pengembangan Wisata Pantai Di Kabupaten Tulungagung Gambar 4. Sebaran Prioritas Penembangan Pantai di Kabupaten Tulungagung dengan SIG.
Terpilihnya pantai Bayem, Klatak,
dikembangkan secara maksimal. Selain
dan Gerangan, ketiga pantai ini memiliki
objek
skor tertinggi dari lima pantai lainnya
memiliki
yaitu 290, 275 dan 260. Ketiga pantai
Glogok. Gua ini ketika air laut surut dapat
tersebut
memiliki
karakteristik
digunakan sebagai akses jalan menuju
keunggulan
masing
dibanding
pantai Bayem yang hanya berjarak 50
jika
dengan pantai lainnya.
tersebut
pantai
Gua
Klatak
juga
yang namanya
Gua
meter yang terpisah oleh bukit terjal.
Pantai Bayem meliki kelebihan lahan
Pantai Ketiga yaitu pantai Gerangan,
yang relatif masih terbuka dan viem yang
pantai
bagus, dan pantai Bayem meliki akasesis
Tanggung Gunung. Kelebihan pantai ini
yang mudah untuk dijangkau olehsemua
jika dibandingkan dengan pantai lainnya
kendaraan, jaringan komunikasi mudah.
yaitu tersedianya sumber air yang cukup
Pantai Klatak memiliki karakteristik
ini
melimpah
terletak
baik
di
musim
Kecamatan
penghujan
pantai yang berupa batu kali yang
maupun kemarau tidak pernah terganggu.
tersusun secara teratur oleh gelombang,
Selain itu Masyarakat di Pantai Gerangan
sehingga
memunculkan
tarik
sangat peduli terhadap lingkungan pantai.
tersendiri
ketika
hempasan
Bentuk aktivitas nyata adalah adanya
gelombang akan bernbunyi “Klatak-
organisasi POK MAS yaitu kelompok
klatak”. Pada pantai ini juga terdapat
masyarakat. Aktivitas yang dilakukan
aumber air tawar yang muncul di laut, ini
secara
merupakan potensi tersendiri jika dapat
lingkungan pantai setiap minggunya.
terkena
daya
rutin
adalah
membersihkan
23 JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI, Th. 20, No.1, Jan 2015
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan Pantai di Kabupaten Tulungagung memiliki tingkat kesesuaian untuk wisata pantai pada tingkat S1 (sesuai) yang meliputi Pantai Bayem, Sidem, Gemah, Klatak, Sine, Nglarap, Brumbun, dan Gerangan. Sedangkan pantai yang memiliki kesesuain lahan untuk wisata pantai S2 (sesuai dengan faktor pembatas) yaitu pantai Popoh dan Pantai Molang. Dari hasil kajian penentuan prioritas pengembangan wisata pantai Pantai Bayem, Klatak, dan Nggerangan memiliki
prioritas
dikembangkan
pertama sesuai
untuk dengan
karakteristiknya. DAFTAR RUJUKAN Astina, I komang, Purwanto, dan Yusuf S. 2013. Potensi Dan Pengembangan Daerah Tujuan Wisata Pantai Kabupaten Tulungagung Menggunakan Analisis Keruangan, SWOT, Dan SIG. Malang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M). Baiquni, M. 2004. Wisata Bahari Sulawesi (Potensi, Problem, dan Prospek). Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.
Bappeda Kabupaten Tulungagung. 2012. Tulungagung dalam Angka (tidak dipublikasikan) CERC (Coastal Engineering Research Center). 1984 Shore Protection Manual. Vol. I, Dept. of Army, Washington, D.C. Gede Pitana dan Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi kesesuain lahan dan perencanaan Tataguna lahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Poniman, Aris. 2004. Survey dan Pemetaan Tipologi Pesisir Indonesia. Yogyakarta: Bakosurtanal-Fakultas Geografi UGM. Pramono, Gatot H dan Suwahyuono. 2004. Prospek Penggunaan ObjectOriented untuk Datas Spasial Di Wilayah Pesisir dan Laut. Yogyakarta: Bakosurtanal-Fakultas Geografi UGM. Purwanto, 2006. Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Pesisir dan Kelautan. Yogyakarta: Jurusan Geografi UGM. Yulius, 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Kawasan Wisata Pantai Kategori Rekreasi Di Teluk Bungus, Kota Padang. Jakarta: Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati, BRKP – DKP.