Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
PEMANFAATAN METODE VISUALISASI SECARA TIGA DIMENSI UNTUK APLIKASI BERBASIS WEB Mursid W. Hananto Program Studi Sistem Informasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email:
[email protected] ABSTRACT Currently, computer application softwares usually can be found in two main type, the first is compiled application type (generally in binary form), and the second is Web-based. At first, Webbased applications were low in numbers, but the development of Web technology has allowed the increase in numbers of applications constructed and provided by the means of Web. However, in term of visualization, Web-based applications have some limitations when compared to compiled applications, especially when it comes to the field of 3D style visualization. This is a common in Webbased applications because conventional Web were not designed to handle this specific viewing style. This paper discusses some alternatives in utilizing 3D visualization method for Web-based applications to extend the range of any applications designed and constructed to operate in Web environment. Web Consortium has specifically define a standard for 3D visualization of information for use in the Web, by making use of VRML format specification and its successor (X3D). Therefore, alternatives discussed in this paper were also based on this standard 3D format for the Web, and were not based on proprietary format which was implemented by only a small number of particular users and for very limited applications. Alternatives provided hopefully will make users recognize some facts, in short terms, that 3D viewing format in the Web actually able to display some new possibilities in the effort to utilize the Web for many areas of usage, and not only for viewing of textual, graphical, or any other informations based on 2D viewing style which limits its range of use. Problems arose in the initial 3D format development for the Web were no longer relevant in the current Web-based utilization, therefore, there should not be any reason to deny the utilization of 3D viewing style for the applications constructed for the Web. Keywords: visualization, application, 3D, Web, view INTISARI Pada saat ini umumnya perangkat lunak aplikasi komputer dapat dijumpai dalam dua bentuk utama, yaitu hasil kompilasi (umumnya berbentuk biner) dan berbasis web. Awalnya aplikasi berbasis web tidak banyak jumlahnya, tetapi perkembangan teknologi web memungkinkan semakin banyak aplikasi yang dapat dibangun dan dijalankan melalui layanan web. Hanya saja dalam sudut pandang visualisasi, aplikasi berbasis web memiliki cukup banyak keterbatasan dibandingkan aplikasi hasil kompilasi, apalagi ketika mulai memasuki ranah tampilan 3D (tiga dimensi) karena web konvensional memang tidak dibuat untuk dapat menangani gaya tampilan tersebut. Makalah ini membahas beberapa alternatif pemanfaatan metode visualisasi secara 3D dalam web untuk memperluas jangkauan aplikasi yang dibangun untuk dijalankan dalam lingkungan web. Konsorsium Web telah secara khusus menetapkan standar untuk visualisasi secara 3D dalam web, yaitu dengan menggunakan format VRML dan penerusnya yaitu X3D. Dengan demikian alternatif yang disampaikan juga didasarkan pada format standar tampilan 3D di web, dan bukan format proprietary yang hanya digunakan oleh kalangan tertentu dan dalam aplikasi yang sangat terbatas. Alternatif yang disampaikan akan memperlihatkan bahwa pada dasarnya format tampilan 3D dalam web benar-benar dapat memberikan berbagai kemungkinan baru dalam pemanfaatan web untuk berbagai bidang dan bukan hanya sekedar untuk penyampaian informasi tekstual, grafis, atau apapun yang didasarkan atas gaya tampilan 2D sehingga membatasi penggunaannya. Semua masalah yang sebenarnya hanya ada pada awal pengembangan format 3D untuk web saat ini dapat dikatakan sudah tidak relevan lagi, sehingga seharusnya tidak ada lagi alasan untuk tidak menggunakan gaya tampilan 3D pada aplikasi yang dibangun untuk dijalankan dalam web. Kata-kata kunci: visualisasi, aplikasi, 3D, Web, tampilan PENDAHULUAN Internet merupakan suatu lingkungan yang bersifat tidak nyata (maya/semu) yang diantaranya selain untuk berbagi informasi juga dapat digunakan oleh manusia untuk saling berinteraksi satu sama lainnya tanpa harus bertemu muka secara fisik. Lingkungan interaksi ini pada dasarnya adalah 197
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
sesuatu yang bersifat membutuhkan tempat berupa suatu ruangan, karena sekalipun bersifat maya, lingkungan untuk berinteraksi ini seharusnya memvisualisasikan kebutuhan manusia untuk berada dalam suatu tempat yang jelas dan mudah untuk dikenalinya sendiri karena memang manusia hidup dalam suatu area tertentu yang memiliki 3 besaran, yaitu lebar, tinggi, dan kedalaman. 3 besaran tersebut dapat juga dikatakan sebagai dimensi, sehingga lingkungan yang memiliki 3 besaran ini kemudian disebut sebagai 3D. Lingkungan 3D adalah lingkungan dimana manusia merasa familiar, karena secara alamiah dalam kehidupannya sehari-hari manusia hidup, berinteraksi, memandang, serta melakukan berbagai hal lain dalam area yang didefinisikan sebagai tempat yang memiliki 3 besaran tersebut. Web konvensional yang ditemukan oleh Tim Berners-Lee dan digunakan sampai saat ini dengan berbagai pengembangannya yang luar biasa hanya memiliki aspek lebar dan tinggi saja (dapat juga disebut sebagai panjang dan lebar). Dengan demikian, Web konvensional hanya memiliki 2 dimensi saja (2D). Karena termasuk dalam lingkungan 2D, maka adalah wajar apabila Web konvensional tidak dapat secara optimal menjadi media interpretasi dari bagaimana para manusia berinteraksi antar satu sama lainnya seperti di dunia nyata. Seinovatif apapun tampilan Web, selama masih 2D maka tidak akan dapat membuat pengguna merasa benar-benar berada di suatu lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari yang berakibat pada tidak dimungkinkannya gaya interaksi seperti yang biasa dilakukan oleh seseorang. (Bachtiar, 1999) Telah lama diketahui bahwa Web konvensional dengan metode tampilan 2D (dua dimensi) pada saat ini bekerja berdasarkan prinsip membaca buku, karena pengunjung situs Web harus bergerak dari satu halaman ke halaman lain untuk mendapatkan informasi yang diinginkannya. Hal ini juga yang menyebabkan tampilan dalam Web disebut dengan page (halaman). Dibutuhkan suatu ‘bahasa’ lain yang dapat mendeskripsikan informasi yang bersifat 3D ke dalam browser sehingga dapat dilihat oleh para pengunjung situs Web dengan hanya sedikit saja perubahan pada browsernya. (Chittaro, 2004) Kebutuhan ini akhirnya terjawab oleh munculnya Web3D, ditandai dengan hadirnya VRML (Virtual Reality Modelling Language) pada tahun 1994 berkat kerja keras Mark Pesce dan Tony Parisi, yang kemudian diakui sebagai format standar oleh konsorsium Web (W3C) tahun 1995. Sebagai format standar pertama, VRML dikembangkan sampai beberapa versi, dari VRML 1.0, VRML 2.0, dan akhirnya VRML97 (Carey, 1997). Karena menjadi bahasa deskripsi lingkungan 3D, VRML memiliki kemampuan untuk membuat tampilan yang sepenuhnya adalah obyek 3D ataupun dikombinasikan dengan elemen-elemen 2D (misalnya gambar, video, dan lain-lain). VRML dapat me-render obyek 3D di browser dari yang paling sederhana sampai ke obyek rumit, dilengkapi dengan berbagai efek termasuk pencahayaan. Secara native, VRML telah disiapkan untuk dapat menangani atribut multimedia (misalnya positional audio dan video texture), karena diyakini bahwa multimedia akan mengambil peran penting dalam menambah interaktivitas manusia dalam suatu world. World adalah satuan tampilan dalam Web3D, sesuatu yang dalam Web konvensional/2D disebut dengan page/halaman. Berbeda dengan HTML, VRML memiliki sendiri bahasa skrip yang dapat digunakan untuk memberikan fungsionalitas lebih lanjut pada dunia (world) yang dibuat dengan VRML, misalnya adalah animasi atau efek pada obyek atau lingkungan dalam world tersebut. Dengan demikian unsur dinamis dapat dengan cepat diaplikasikan ke suatu world tanpa harus menggunakan skrip tertentu. Tetapi bila diinginkan, VRML juga dapat disisipi skrip tambahan misalnya cgi atau perl. Selain itu, HTML hanya membolehkan satu halaman saja yang dimunculkan ke browser dalam satu saat, bila hendak memunculkan banyak halaman harus menggunakan frame, itupun semuanya terlihat terpisahpisah. Sebuah world VRML tidak hanya dapat tersusun dari berbagai elemen berupa obyek 3D, tetapi dapat juga tersusun dari berbagai world VRML lain dan semuanya dapat terlihat menyatu (terintegrasi) tanpa dapat dilihat batasannya. Gaya moduler seperti ini sangat memudahkan dalam mengembangkan sebuah world VRML, karena world dapat dibentuk dari berbagai world yang tersebar di berbagai komputer/server di Internet, dengan hanya menyesuaikan posisi, skala, dan orientasinya agar nampak proporsional (Lemay, 1996). Web3D yang menggunakan metode tampilan 3D (tiga dimensi) memungkinkan seorang pengunjung situs Web untuk mendapatkan pengalaman penjelajahan seperti di dunia nyata karena Web3D pada dasarnya adalah implementasi VR di Internet. Teknologi Web3D dapat mewujudkan Internet sebagai cyberspace yang lebih manusiawi, karena teknologi ini membuat pengunjung untuk merasakan 6 derajat kebebasan gerak seperti yang dapat dilakukan sehari-hari di dunia nyata (atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang). Obyek-obyek dalam Web3D juga dapat dimunculkan dalam tampilan 3D dengan berbagai tingkat kompleksitas maupun detail yang menyertai, sehingga memberikan tampilan situs yang lebih mendekati realitas dari dunia yang sebenarnya kepada pengunjung situs Web di Internet, serta memungkinkan interaktivitas yang lebih menyenangkan saat 198
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
para pengunjung berusaha mengakses ataupun hanya melihat sumberdaya/informasi yang tersedia dalam situs Web tersebut. (Pesce, 1995) VRML dan X3D sebagai format standar dunia yang telah diakui tentu saja memiliki beragam dokumentasi yang dapat diakses oleh siapapun yang membutuhkan. Menurut ISO, VRML (versi terakhir) adalah standar yang memiliki nomor kode ISO/IEC DIS 14772-1. VRML yang didasarkan atas aplikasi OpenInventor produksi Silicon Graphics ini menggunakan konsep yaitu bahwa aplikasi client Web (browser) adalah yang melakukan interpretasi, mengeksekusi, dan menampilkan obyekobyek dari world. (VRML Consortium, 1997) X3D yang lebih baru merupakan hasil inisiatif dari beberapa pihak yang berkecimpung dalam Web3D. Sebagai generasi lanjutan dari VRML, X3D dirancang untuk kompatibel ke belakang dengan VRML, meskipun dalam kenyataannya browser yang dapat menampilkan X3D ternyata tidak selalu dapat pula menampilkan VRML. Hampir sama seperti VRML, X3D merupakan sistem berbasis komponen dimana world utama menjadi inti yang dapat dikembangkan dengan menyertakan world lain agar memiliki fungsionalitas tambahan. Selain format yang telah menjadi standar resmi, terdapat format yang non-standar (bersifat proprietary) dan biasanya menjadi bagian dari suatu produk tertentu. Dengan kata lain, umumnya tidak bebas biaya seperti format standar. Penampilnya mungkin dapat di-download tanpa biaya, tetapi perangkat lunak untuk membuat modelnya memerlukan biaya. Sebagai contoh adalah Cult3D, format yang cukup menarik karena mampu menampilkan obyek-obyek 3D rumit dengan cepat dan lancar meskipun komputer tempat browser yang menampilkan Cult3D tidak memiliki akselerator 3D. Organisasi resmi yang menangani Web3D bukan lagi W3C, melainkan Web3D Consortium. Hanya saja, konsorsium ini sendiri merupakan bagian dari W3C, dengan tugas spesifik yaitu hanya menangani Web3D, sedangkan W3C menangani semua format lain dalam Web. Berbagai dokumentasi, informasi, serta berita-berita terbaru tentang Web3D dapat dilihat dari konsorsium ini, sehingga dapat menjadi sumber utama bagi mereka yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Web3D. Sebagai sebuah aplikasi yang sepenuhnya menggunakan prinsip tampilan 3D, Web3D pada awalnya memang menjadi fasilitas Internet yang sepertinya tidak untuk semua orang, melainkan bagi mereka yang memiliki komputer yang berspesifikasi di atas rata-rata. Dari semua elemen komputer tersebut, yang paling utama harus diperhatikan adalah adanya akselerator 3D. Berdasarkan beberapa eksperimen yang pernah dilakukan, sekalipun sebuah komputer memiliki spesifikasi tinggi, bila tidak memiliki akselerator 3D maka akan kesulitan menampilkan situs Web3D, kecuali situs yang sederhana dan memiliki tingkat detail tidak terlalu tinggi. Setelah akselerator 3D terpenuhi, berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah memori, kemudian barulah prosesor dari komputer tersebut. Untuk komputer dengan sistem operasi Windows, akselerator yang mendukung API DirectX terutama versi terbaru akan dapat memunculkan situs Web3D dengan lebih cepat dan lebih baik. Adapter tampilan on-board (termasuk pada sebagian besar komputer portabel) umumnya tidak memiliki kemampuan akselerasi 3D yang cukup sehingga tidak begitu cocok untuk menampilkan situs Web3D apabila menyertakan model obyek yang kompleks karena banyaknya poligon yang digunakan, menggunakan tekstur dengan detail tinggi, menerapkan efek pencahayaan yang rumit dari banyak titik, serta memiliki jumlah keseluruhan obyek yang besar. Hal ini belum lagi memperhitungkan penggunaan animasi, suara/musik, video, ataupun obyek tambahan lain pada tampilan situs baik karena merespon masukan pengguna ataupun yang bersifat pre-defined. Sekalipun demikian, apabila situs Web3D kompleks tersebut telah dioptimalisasi agar memberikan kinerja lebih baik pada browser pengunjung, maka penggunaan adapter seperti ini masih dimungkinkan. Pilihan yang lebih baik tentu saja dapat diberikan kepada akselerator 3D berupa adapter tampilan yang terpisah (kartu VGA). Memang benar bahwa tidak semua kartu VGA memiliki kemampuan akselerator 3D, tetapi saat ini kebanyakan adapter tampilan terpisah tersebut (terutama ® ® produk baru/akhir-akhir ini) menggunakan GPU NVIDIA atau VPU ATI , sehingga dapat dikatakan bahwa adapter tersebut adalah akselerator 3D. Beberapa motherboard juga telah menggunakan adapter terintegrasi dengan chipset grafis dari kedua produsen utama di atas, sehingga komputer yang menggunakan motherboard tersebut boleh dikatakan telah memiliki akselerator grafis, bahkan sekalipun tidak memiliki memori tersendiri (dedicated) melainkan memori yang dibagi-pakai (shared) karena hanya menggunakan memori utama. Sekalipun beberapa akselerator dan komponen pembentuk komputer lain harganya cukup tinggi, kecenderungan yang dapat dilihat adalah harganya semakin menurun, dengan kemampuan yang semakin meningkat dan sungguh tidak terbayangkan ketika Web3D mulai dikembangkan. Pada saat ini akselerator 3D kelas mainstream mudah dijumpai dengan harga relatif murah, dan ini adalah awal yang cukup baik untuk mulai menjelajah situs Web3D yang tidak lagi dapat disebut sederhana. Harga prosesor juga cukup terjangkau, dan hal yang sama juga terjadi pada harga memori komputer. 199
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Dengan kata lain, sebenarnya semua yang dibutuhkan untuk paling tidak menjelajah Web3D dapat dimiliki tanpa banyak kesulitan oleh hampir semua pengguna komputer. Adalah hal yang sangat mengherankan ketika diketahui bahwa Web3D ternyata masih belum populer di kalangan pengguna Internet, bahkan mayoritas penjelajah Web sehari-hari ternyata belum pernah mendengar Web3D. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti halnya aplikasi dalam bentuk biner, penggunaan Web3D untuk membangun suatu aplikasi berbasis web memiliki jangkauan yang tidak terbatas. Hal ini dikarenakan visualisasi secara 3D dalam web memungkinkan berbagai obyek muncul dengan gaya tampilan seperti di dunia nyata. Web3D juga tidak menutup sama sekali penggunaan elemen 2D sebagai salah satu bagian atau menjadi obyek tampilan, sehingga kombinasi antara model 3D dan elemen 2D akan memungkinkan untuk menghasilkan aplikasi berbasis web yang lebih menarik dan dengan fitur yang lebih beragam sehingga meningkatkan interaktivitas dengan pengguna. Umumnya aplikasi berbasis Web konvensional (2D) terbatas pada kebutuhan-kebutuhan spesifik tertentu, misalnya aplikasi sistem informasi. Sulitnya pemrograman pada aplikasi berbasis Web (baik client-side ataupun server-side) membuat jangkauan pemanfaatan aplikasi berbasis Web menjadi sangat sempit. Kalaupun dijumpai aplikasi yang mendekati gaya tampilan aplikasi hasil kompilasi (biner), aplikasi tersebut sangat sulit untuk dibangun, dan begitu rumitnya sehingga untuk membangun aplikasi lain berdasarkan aplikasi berbasis Web yang telah ada tersebut menjadi hampir mustahil. Kombinasi penguasaan antara client-side scripting dengan server-side scripting mutlak diperlukan oleh siapapun yang ingin membuat aplikasi yang memiliki segi visualisasi seperti dalam aplikasi hasil kompilasi (berbasis kompiler). Web3D memang tidak bebas sepenuhnya dari keharusan tersebut, tetapi dengan menggunakan pemrograman dari Web3D saja ternyata sudah dapat dihasilkan suatu aplikasi berbasis Web dengan gaya tampilan 3D yang interaktif dan dinamis, sehingga yang membatasi kemampuan dari aplikasi tersebut sebenarnya hanyalah imajinasi dari pembuatnya. Hanya apabila benar-benar diperlukan, pengembang aplikasi Web3D dapat mencampurkan skrip berbasis server untuk membuat situsnya memiliki kemampuan tertentu sehingga tampilan model 3D yang ada mengikuti suatu pola aliran data yang dikirimkan oleh skrip berbasis server tersebut. Lebih lanjut, untuk lebih mempermudah lagi bagi para pengembang yang ingin membuat aplikasi atau situs Web3D, mereka tidak perlu menuliskan baris demi baris definisi obyek yang akan dimunculkan dalam aplikasi, tetapi dapat menggunakan beragam perangkat lunak rekayasa obyek 3D yang cukup populer digunakan di seluruh dunia (misalnya 3DStudio yang dibuat oleh Autodesk). Dengan perangkat lunak tersebut, pengguna dapat membuat obyek 3D beserta berbagai properti penyerta lain dengan cepat, bahkan dapat dianimasikan sesuai kebutuhan. Obyek maupun scenery yang kompleks tersebut kemudian dapat diekspor ke dalam format VRML untuk dimasukkan dalam aplikasi berbasis Web3D. Proses ekspor juga dikendalikan sepenuhnya oleh pengembang, karena merekalah yang menspesifikasikan bagaimana keluaran dalam format VRML tersebut setelah melewati proses ekspor. Aplikasi web3D tidak mengharuskan pengguna untuk terus-menerus online, kecuali bila aplikasi atau situs Web3D tersebut dikombinasikan dengan skrip berbasis server. Prinsip aplikasi Web3D menyerupai client-side scripting, dimana content dari situs aplikasi Web3D harus diambil dan diletakkan pada komputer client untuk kemudian dieksekusi secara lokal. Oleh karena itu apabila file world utama dan penyertanya telah berada di client, maka komputer pengguna tinggal menjalankannya tanpa harus terkoneksi ke server. Dengan prinsip modularisasi, aplikasi Web3D juga dapat dibuat supaya berjalan sebelum keseluruhan content dikirim ke client, dengan demikian tidak harus menunggu keseluruhannya berada pada komputer client. Karena tiadanya keharusan untuk selalu terhubung ke suatu server, maka aplikasi berbasis Web3D dapat juga digunakan untuk material yang memang bersifat offline, sejauh terdapat browser Web yang telah diberi add-on penampil Web3D. Hal ini jauh lebih sederhana dan mudah bahkan bila dibandingkan dengan aplikasi berbasis kompiler yang umumnya mensyaratkan teknik pemrograman tertentu demi menghasilkan produk yang setara dengan aplikasi Web3D offline tersebut. Perusahaan-perusahaan besar terkemuka dunia dan institusi-institusi tertentu banyak yang telah memanfaatkan aplikasi berbasis Web3D sebagai salah satu alat bantu mereka dalam kegiatan ataupun bisnis sehari hari. Ford, Boeing, Siemens, BMW, Oracle, Sikorsky, Bell, Bosch, VW, Pfizer, Microsoft, General Dynamics, Airbus, Schlumberger, Sukhoi, Daimler-Chrysler, Pratt&Whitney, Halliburton, Northrop Grumman, dan lain-lain hanyalah beberapa diantara nama-nama perusahaan terkemuka yang memanfaatkan aplikasi berbasis Web3D untuk operasionalnya. Sedangkan ESA, NASA-JPL, US Army, NIST, dan lain-lain adalah contoh institusi dunia yang juga ikut memanfaatkan Web3D meskipun bukan untuk tujuan yang bersifat komersial. 200
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Dalam dunia komersial, selain untuk kegiatan operasional sehari-hari dalam berbagai bentuk, aplikasi berbasis Web3D juga sering digunakan sebagai representasi pengganti situs web konvensional. Selain lebih realistik, gaya tampilan 3D memberikan tawaran baru yang cukup berbeda kepada para pengunjung situs tersebut untuk mendapatkan layanan aplikasi berbasis Web3D yang unik dan spesifik serta terlihat eksklusif seperti hanya akan dijumpai dari situs tersebut saja. Beberapa pemerintah kota tertentu yang cukup terkenal bahkan menggunakan alikasi Web3D untuk merepresentasi keseluruhan kota ke dalam Web. Kota virtual Ljubljana (Anonymous, 2005) di republik Ceko adalah contoh jelas akan hal ini. Pengguna yang memasuki aplikasi berbentuk situs Web3D ini akan dapat melihat keseluruhan arsitektur kota yang indah dan unik serta dapat menjelajahi jalanan maupun area-area di kota tersebut layaknya seperti menjelajahi langsung di tempat tersebut. sekalipun penggunaan obyek belum cukup detail dan lebih banyak menggunakan citra raster sebagai tekstru penutup obyek 3D yang terlihat, situs ini dapat menjadi contoh jelas bahwa sebuah aplikasi berbasis Web3D memungkinkan seseorang untuk dapat mengetahui profil fisik dari suatu wilayah sampai ke tingkatan seperti benar-benar berada di dalamnya karena tingkat akurasi model yang digunakan cukup tinggi. Selain merepresentasikan suatu kota, aplikasi Web3D juga dapat merepresentasikan suatu lokasi bersejarah yang sudah rusak atau mengalami deformasi, dan Web3D berfungsi sebagai aplikasi yang memberitahukan kepada pengunjung tentang informasi yang berkaitan segi infrastruktur atau obyek fisik, dan bahkan aplikasi Web3D tersebut dapat memperlihatkan bentuk saat lokasi tersebut masih utuh (atau perkiraannya saat masih utuh). Contoh untuk pemanfaatan ini adalah kuil Ikaros (Ballam, 2001) di Yunani yang sebenarnya telah rusak, tetapi berkat riset dari A.M. Ballam tersebut dapat digambarkan perkiraan bentuk aslinya, sekaligus dapat dijelajahi oleh pengunjung yang ingin tahu struktur bangunan megah tersebut saat masih utuh. Kalangan perguruan tinggi juga dapat merepresentasikan infrastruktur ataupun kampus secara fisik ke dalam Web menggunakan aplikasi web3D. Dengan demikian perguruan tinggi tersebut dapat menambahkan informasi yang akan diperoleh oleh penjelajah Web berupa bentuk fisik kampus serta seperti apa kampus tersebut bila dijelajahi. Situs kampus pusat UCLA (Terzidis, 2001) yang dibangun oleh Profesor Kostas Terzidis adalah sebuah contoh yang memperlihatkan pemanfaatan Web3D untuk merepresentasikan fisik kampus, dan pengunjung dapat berkeliling kampus serta melihat berbagai elemen fisik kampus tersebut dari beragam sudut pandang sesuai keinginannya, bahkan sesekali diselingi suara kegiatan mahasiswa dalam kampus melalui audio posisional yang menggambarkan suasana tertentu saat pengunjung melewati area-area spesifik dalam situs tersebut. Selama ini organisasi komersial seperti toko atau tempat jual/beli direpresentasikan dengan cara tipikal seperti suatu situs Web biasa. Web3D dapat membuka sudut pandang baru sehingga toko/mall dalam web akan tampil lebih menarik, dan obyek-obyek yang ditampilkan dalam show room terlihat seperti dalam dunia nyata karena disusun seperti pada toko yang sebenarnya. Pengunjung yang mendatangi aplikasi berbasis Web3D ini dapat berjalan-jalan di dalam toko, berinteraksi dengan penjaga toko apabila menggunakan media avatar untuk dapat berkomunikasi secara personal, dan melihat-lihat item dalam toko tersebut. Dengan menggabungkan beberapa representasi 3D dari tokotoko tersebut, akan didapat sebuah mall maya yang dapat dibuat menyerupai aslinya sehingga pengunjung benar-benar menjelajah isi toko sekalipun hanya lewat Internet. Pengembang aplikasi tersebut dapat pula membuatnya menjadi lebih memiliki kecenderungan fantasi, dengan berbagai efek yang dapat diberikan oleh VRML sehingga pengunjung seolah-olah memasuki suatu pusat perbelanjaan yang memiliki tampilan mengesankan, dan dapat menimbulkan efek penasaran untuk ingin mengunjungi tempat yang sebenarnya. Para developer perumahan yang selama ini menampilkan produknya lewat brosur dan sesekali lewat Internet dan hanya dapat menampilkan potongan informasi yang tidak memuaskan calon konsumen dapat memanfaatkan Web3D untuk membuat suatu kompleks perumahan dapat ditampilkan dengan lebih realistik dan lebih menggambarkan suasana sebenarnya dari kompleks tersebut. Rumah-rumah, isinya, dan lingkungan kompleks perumahan dapat dibangun dengan cepat menggunakan perangkat lunak permodelan 3D yang populer dan diekspor ke format VRML. Denah ataupun rancangan rumah yang ada dapat dipergunakan sebagai obyek dasar untuk dikonversi sebagai model-model 3D utama dalam aplikasi. Kompleks perumahan yang direpresentasikan ke dalam Web secara 3D dapat ditampilkan baik secara online maupun offline sehingga dapat dengan mudah didistribusikan kepada para calon konsumen. Alternatif lain pemanfaatan Web3D adalah pada situs yang menjadi representasi suatu obyek wisata rekreasi. Area rekreasi dapat ditampilkan dengan realistik, sehingga dapat langsung memberikan gambaran kepada calon konsumen saat mereka mendatangi obyek wisata tersebut untuk mengetahui tentang keindahan alam, lokasi untuk bersantai, serta area-area lain. Bird Island di kepulauan Seychelles (Anonymous, 2004) adalah sebuah contoh yang menarik dimana pemerintah 201
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
kepulauan tersebut mempromosikan obyek wisatanya melalui Web dengan memanfaatkan Web3D sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik kepada calon pengunjung. Dalam dunia pendidikan, penggunaan Web3D akan membuat pengembangan lebih mudah, menghasilkan produk yang lebih interaktif dan realistik serta dapat lebih sesuai dalam menyampaikan materi-materi yang membutuhkan visualisasi. Aplikasi berbasis Web3D lebih baik dari sekedar video karena dalam Web3D pengguna menguasai sepenuhnya interaktivitas dan memungkinkan pandangan dari berbagai sisi. Dengan aplikasi Web secara 3D, pengembang aplikasi dapat mensimulasikan fisika inti, rangkaian DNA, penjelajahan sistem syaraf, peredaran darah, penjelajahan angkasa luar oleh wahana tertentu, maupun berbagai topik lain. Stasiun ruang angkasa kerjasama negara-negara dunia (Anonymous, 2001) adalah contoh dimana kerjasama pengembangan stasiun tersebut direpresentasikan dalam aplikasi Web secara 3D sehingga pengguna dapat menjelajahi stasiun serta lokasi-lokasi tertentu pada stasiun tersebut layaknya mereka sebagai astronot yang bertugas pada stasiun tersebut. Simulasi dan penjelasan obyek tertentu yang sulit tersampaikan melalui cara biasa, misalnya kendaraan dengan segala isinya, pesawat terbang, dan lain-lain juga dapat ditampilkan dalam aplikasi Web secara 3D untuk membuatnya mudah dalam penyampaiannya. Selain itu, akhir-akhir ini muncul aplikasi baru yang memanfaatkan Web3D yaitu dokumentasi 3D, katalog 3D, training 3D, serta aplikasi lain. Sebagai hal terakhir, aplikasi hiburan (misalnya game) akan lebih menarik seperti game 3D yang umum dijumpai saat ini karena penggunaan unsur 3D akan menghilangkan keterbatasan tampilan seperti yang selama ini dijumpai pada game berbasis Web yang masih didasarkan pada gaya tampilan 2D. KESIMPULAN Didasarkan atas kemampuan Web3D yang dapat mensimulasikan berbagai realisme dunia nyata ke dalam browser web pengguna hampir tanpa batas serta berbagai kemudahan untuk membuat ataupun menampilkannya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Web3D memungkinkan pengembang aplikasi berbasis web untuk menghasilkan produk aplikasi yang memiliki fitur, fasilitas, maupun kemampuan lebih besar yang dapat ditawarkan kepada para pengguna. Pengguna hanya perlu menambahkan plug-in Web3D dan setelah itu dapat menggunakan aplikasi berbasis web yang lebih menarik, bervariasi, interaktif, dinamis, dan mendekati realisme di dunia nyata. Pengembangan aplikasi berbasis Web3D juga tidak terlalu sulit karena Web3D telah menjadi standar resmi sehingga memiliki dokumentasi yang lengkap, dengan lingkungan/forum pengembang ataupun para pengguna dari seluruh dunia, serta dukungan tool pengembangan yang disertakan oleh pembuat aplikasi-aplikasi besar yang populer. Ditambah lagi dengan semakin meningkatnya kemampuan komputer dan diikuti dengan harga yang makin terjangkau, maka aplikasi web secara 3D sudah bukan lagi hal yang sulit untuk diimplementasikan di kalangan pengguna umum sehari-hari. Dengan kemungkinan pemanfaatan dan jangkauan jenis aplikasi yang lebih besar, maka aplikasi web dengan visualisasi secara 3D seharusnya menjadi alternatif yang harus dipertimbangkan oleh pihak manapun yang ingin mendapatkan perhatian dari para penjelajah web yang selalu menginginkan inovasi dari para pengembang aplikasi web. Aplikasi berbasis Web dengan tampilan 3D juga dapat menjadi alternatif untuk menggantikan aplikasi berbasis kompiler karena berbagai kemudahan untuk melakukan pengembangan suatu aplikasi yang didasarkan pada ketersediaan berbagai alat pendukung dan sumberdaya pengembangan. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2001, International Space Station, http://www.cnn.com/SPECIALS /multimedia/vrml/iss/ Anonymous, 2004, Bird Island Beach Resort, http://www.skillmanmedia.com/vrml /birdisland/scene.wrl Anonymous, 2005, Virtual City Ljubljana, http://www.logon.si/nmlj/nmlj-us.html Bachtiar, A., 1999. Bahasa Pemrograman VRML 1.0, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Ballam, A.M., 2001, The Temple of Ikaros, http://oldcda.design.ucla.edu/CAAD/abdul /index.htm Carey, R., Bell, G., Marrin, C., 1997, ISO/IEC 14772-1:1997 Virtual Reality Modeling Language (VRML97), The VRML Consortium Incorporated, http://www.vrml.org /Specifications/VRML97 Chittaro, L. and Serra, M., 2004, A Brief Introduction to Web3D Technologies in Education: Motivations, Issues, Opportunities; Proceedings of LET-WEB3D 2004 Workshop on Web3D Technologies in Learning, Education, and Training, University of Udine, Italy. Lemay, L., et.al., 1996, Laura Lemay’s Web Workshop: 3D Graphics & VRML 2.0, Sams Publishing. Pesce, M., 1995, VRML: Browsing & Building Cyberspace, New Riders Publishing, Indianapolis. Terzidis, K., 2001, UCLA Center Campus, http://oldcda.design.ucla.edu/CAAD/ccampus /ccampus.wrz VRML Consortium, 1997, VRML97 International Standard Specification, http://www.vrml.org/Specifications/VRML97/index.html. 202