PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000
PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS
Penulis: Muflihani Yanis Desmayati Zainuddin R. Wahyu Suryawati Mei Rochjat D.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000
KATA PENGANTAR
Puji syukur kits panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya hingga selesainya pembuatan brosur ini. Brosur ini disusun berdasarkan basil pengkajian yang telah dilaksanakan oleh Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Jakarta, tentang Pemanfaatan Limbah Restoran untuk Ransum Ayam Buras. Mengingat harga pakan yang relatif mahal, maka diharapkan limbah restoran dapat dijadikan salah satu alternatif pengganti pakan sehingga dapat menekan biaya pakan dan pads akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Semoga brosur ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I.
PENDAHULUAN
II.
MACAM DAN FUNGSI ZAT PENYUSUN RANSUM
III.
POTENSI KEBUTUHAN LIMBAH RESTORAN DI DKI JAKARTA
IV.
PENGOLAHAN LIMBAH RESTORAN
V.
CARA PEMBERIAN PAKAN
VI.
BEBERAPA KEUNGGULAN PAKAN LIMBAH RESTORAN UNTUK AYAM BURAS
VII.
PENUTUP
DAFTAR BACAAN
I. PENDAHULUAN Ayam burgs merupakan komoditas andalan dan mempunyai mass depan yang menjanjikan baik secara ekonomi maupun sosial karma ayam burgs mampu mensuplai kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi berupa daging dan telur (Dirdjopranoto, 1991). Hasil ayam burgs berupa daging dan telur dapat memenuhi kebutuhan konsumsi semua lapisan masyarakat, sementara harganya relatif lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam ras (Basuno dan Sinurat, 1995). Disamping itu ayam burgs mempunyai daya serap pasar yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan lokal khususnya konsumsi DKI Jakarta (Trubus, 1992). Pengembangan ayam burgs untuk mendukung peningkatan pendapatan petani sangat tepat karena ayam burgs adalah ternak lokal yang sudah tidak asing lagi bagi petani, sudah beradaptasi dengan lingkungan pedesaan dan tidak membutuhkan modal besar. Daging ayam burgs berdasarkan hasil penelitian Handawi (1994), dinilai bermutu baik, mengandung protein tinggi, rasa lebih gurih serta kandungan lemak dan kolesterolnya rendah. Ayam burgs sekalipun dipelihara secara intensif berproduksi 40% lebih rendah dibandingkan ayam ras. Perbedaan ini disebabkan oleh: 1.
Variasi kemampuan genetik yang cukup besar antara individu ayam burgs yang dipelihara.
2.
Perbedaan kualitas manajemen pemeliharaan yang mungkin sedikit banyak akan berbeda antara sate peternak dengan peternak lain, termasuk kualitas pakan yang diberikan.
Meskipun demikian pemeliharaan ayam burgs masih memberikan keuntungan karma harga jualnya relatif lebih tinggi (138% untuk telur dan sekitar 200°o untuk daging) dari pada ayam ras. Populasi ayam burgs di wilayah DKI Jakarta pada tahun 1997 mencapai 127.000 ekor atau menurun sebanyak 42,67% dari populasi tahun (993 (Dirjen Peternakan, 1997). Kondisi ini terjadi antara lain akibat kenaikan harga pakan, pada scat krisis moneter yang lalu. Mengingat Maya pakan mencapai 60 - 80°/o dari biaya produksi ayam burgs. maka pemanfaatan limbah yang murah dan mudah diperoleh untuk ransum merupakan alternatif yang dapat menekan Maya produksi tersebut.
II. MACAM DAN FUNGSI ZAT PENYUSUN RANSUM Pada pemeliharaan ayam burgs secara tradisional (diumbar), kebutuhan nutrisi (gizi) didapat dari lingkungan sekitarnya. Tetapi dalam pemeliharaan secara intensif (di kandang) diperlukan pemberian ransum dengan gizi yang lengkap (karbohidrat, lemak. protein, vitamin dan mineral) dengan jumlah dan mutu yang cukup agar dapat memberikan basil sesuai dengan harapan. a.
Protein Protein digunakan untuk menjaga pertumbuhan dan penggantian sel rusak, sebagai sumber pemanasan tubuh dan bahan pembentuk telur. Untuk ayam dara dan induk masing-masing diperlukan sebanyak 15 - 19%.
b.
Serat Kasar Berguna untuk merangsang fungsi alat pencernaan. Pemberian serat kasar yang berlebihan akan menurunkan penyerapan sari makanan dan produksi telur. Kebutuhan serat kasar untuk ayam dara dan induk masing-masing 9 - 10%.
c.
Lemak Lemak merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai cadangan energi. Jumlah yang diperlukan dalam ransum hanya sekitar 4 - 5 %.
d.
Mineral Peranan mineral adalah sebagai bahan pembentuk slat tubuh seperti tulang, darah, kerabang telur dan memperlancar proses kehidupan dalam tubuh. Oleh karma itu mineral harus ada dalam tubuh ayam, meskipun dalam jumlah sedikit. Calcium (Ca) dan Phosphor (P) diperlukan untuk pembentukan tulang dan kulit telur.
Kebutuhan gizi ayam burgs lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam ras. Ayam burgs dewasa yang berumur lebih dari 22 minggu memerlukan protein 14%, Kalsium 3.4%, Phosphor 0.34% dan Energi Metabolis (energi dalam pencernaan) 2400 - 2600 K ka/kg (Sinurat, 1991).
Ill. POTENSI KEBUTUHAN LIMBAH RESTORAN DI DKI JAKARTA Di wilayah DKI Jakarta banyak terdapat restoran, baik rumah makan padang, warung tegal (WARTEG) dan kantin pabrik perkantoran. Restoran tersebut merupakan sumber limbah makanan yang potensial. Selama in] limbah restoran belum banyak dimanfaatkan, sementara dari pengkajian IP2TP Jakarta, limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yang murah. Kebutuhan limbah restoran untuk ayam burgs di DKI Jakarta cukup besar. Bila setiap ekor ayam burgs menggunakan limbah restoran sebanyak 40 gram/hari (50% dari ransum), maka untuk 127.000 ekor ayam burgs yang ada di DKI Jakarta diperlukan limbah restoran sebanyak 5.080 kg/hari. Dalam waktu setahun kebutuhan limbah restoran tersebut mencapai 1.828 ton.
IV. PENGOLAHAN LIMBAH RESTORAN Cara pengolahan limbah restoran adalah sebagai berikut : 1. Kumpulkan limbah restoran setiap hari dan letakkan dalam satu wadah. 2. Pisahkan sampah seperti tusuk gigi, plastik-plastik pembungkus makanan dari limbah tersebut. 3. Limbah yang sudah terkumpul, kemudian di keringkan melalui salah sate cara: - Dijemur di bawah terik sinar matahari selama kurang lebih 2 hari atau - Dengan menggunakan oven sampai kadar airnya mencapai kira-kira 10%. 4. Giling limbah keying tersebut sampai halus sesuai ukuran yang dibutuhkan, sehingga limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran ransum ayam buras. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kandungan gizi limbah restoran adalah : Protein : 10,89% Kalsium : 0,08% Phosfor : 0,39% Serat Kasar : 9,13% Lemak : 9,70% Energi Metabolis : 1.780 kkal/kg
V. CARA PEMBERIAN PAKAN Cara pemberian pakan dari limbah restoran adalah sebagai berikut: 1. Limbah restoran keying yang sudah digiling dicampur dengan pakan campuran. 2. Pakan campuran terdiri dari 33% jagung, 33% dedak, 33% pakan komersil (broiler finisher) ditambah dengan 0.20% Starbio, I % vitamin dan mineral.
3. Pemberian pakan pada ayam adalah dengan mengaduk rata limbah restoran dan pakan campuran dengan perbandingan 50%:50% atau 25%:75%.
VI. BEBERAPA KEUNGGULAN PAKAN LIMBAH RESTORAN UNTUK AYAM BURRS Penilaian keunggulan suatu ransum sering dilihat dari beberapa hal, seperti pertumbuhan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, harga pakan dan keuntungan yang diperoleh. Ransum yang unggul dicirikan oleh besarnya jumlah pertambahan bobot badan, rendahnya jumlah konsumsi pakan, rendahnya nilai konversi pakan, rendahnya harga pakan, dan tingginya jumlah keuntungan. Dari hasil pengkajian IP2TP Jakarta (Tabel 1) ditemukan bahwa ransum yang menggunakan limbah restoran lebih unggul daripada ransum tanpa menggunakan limbah restoran (LIMBAH-0). Secara ekonomis ransum dengan campuran 50% limbah restoran (LIMBAH-50) lebih unggul dari ransum dengan campuran 75% limbah restoran (LIMBAH-75). Tabel 1. Keragaan Berbagai Ransum Limbah Restoran Ransum
(LIMBAH-0) + P. Camp. 100%
LIMBAH-50) + P. Camp. 50%
LIMBAH-75) + P. Camp. 25%
505,20
778
688,50
4.001,90
3.833
3.244,20
7,92
4,93
4,71
4. Harga (Rp)
1.317
1.016
865
5. Keuntungan (Rp)
3.577
8.551
7.402
Uraian 1. Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 2. Konsumsi (ekor/10 Mg) 3. Konversi
Sumber: Laporan hasil pengkajian IP2TP Jakarta, 1999. Pada tabel dapat dilihat, pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari penggunaan pakan LIMBAH-50 adalah 778 gr/ekor (202,6%), dengan konsumsi pakan sebesar 3.833 gr/ekor/10 minggu. Konversi pakan sebesar 4,93 menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 (satu) gram daging dibutuhkan 4,93 gram pakan LIMBAH-50. Dari perhitungan analisis finansial (Tabel 2), ransum LIMBAH-50 mampu memberikan keuntungan Rp. 8.550,- /ekor. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari LIMBAH-75, yaitu sebesar Rp. 7.410,-/ekor. Selain itu penambahan limbah restoran dapat menekan biaya produksi antara 23,42% sampai dengan 35,13%.
VII. PENUTUP Limbah restoran dapat digunakan sebagai campuran ransum ayam burgs sampai tingkat 75% tanpa memberikan efek negatif. Penggunaan limbah restoran dalam pakan ayam burgs antara 50% sampai dengan 75% dapat menekan biaya produksi 23,42 % sampai dengan 35,13%, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
DAFTAR BACAAN Basuno, E dan AP Sinurat, 1995. "Kelompok Imitator sebagai Indikasi Sukses suatu program Pengembangan Ayam Burgs". Prosiding Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil penelitian I. Hal 92, Sub Balai Ternak Klepu, Semarang. Dirdjopranoto, W. 1991. "Meningkatkan Produktivitas Ayam Burgs melalui Perbaikan Teknologi Pemeliharaannya" Balai Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor. Unpublished. Dirjen Peternakan, 1997. Buku Statistik Peternakan, Direktorat Jendral Peternakan Jakarta. Handawi, P. S. 1994. "Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan budidaya Ayam Burgs sebagai sumber Pangan dan Pendapatan untuk Wilayah Miskin". Prosiding Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian. Hal. 211. Sub Balitnak, Klepu, Semarang. Nazar A, Desmayati, D. Setiabudi, S. Bachrein, R. Wahyu, M. Yanis. 1999. "Uji Adaptasi Teknologi Pemanfaatan Limbah Warteg dan Restoran untuk Ransum Ayam Burgs". Laporan Akhir. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. Sinurat, A.P. 1991. "Penyusunan Ransum Ayam Burgs". Wartazoa Vol, 2. Hal 1. Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Trubus. 1992. "Pasar Ayam Buras Tetap Berpeluang”. No. 275. Th XXIII. Hal 4-5 Jakarta.
Sumber Dana :
Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif DKI Jakarta T.A 1999/2000 ISBN : 979 – 96015 – 0 – 9