PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PADA SEKTOR PETERNAKAN : SEBUAH ANALISIS BIAYA MANFAAT (Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur)
JONI ARIANSYAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
1
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2011 Joni Ariansyah NIM H351110101
2
RINGKASAN JONI ARIANSYAH. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur). Dibimbing oleh Ahyar Ismail dan Luki Abdullah. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya batu bara (coal). Hal tersebut mengakibatkan perusahaan tambang di Indonesia tumbuh dengan pesat. Saat ini Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) mencatat sebanyak 5.940 izin usaha pertambangan (IUP) yang dinyatakan belum clean and clear, sedangkan 4.624 izin sudah dinyatakan clean and clear atau tidak bermasalah. Keberadaan usaha pertambangan tersebut membawa banyak manfaat secara ekonomi, namun memiliki dampak kerusakan terhadap lingkungan, khususnya terhadap tanah akibat dilakukannya aktivitas pertambangan. Oleh karena itu, setiap perusahaan tambang di Indonesia dikenakan kewajiban reklamasi pada lahan bekas tambang, yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan menteri. Setelah reklamasi, dapat dilakukan pemanfaatan lahan bekas tambang pada berbagai sektor dalam rangka mendapatkan hasil yang lebih optimal. PT KPC yang beroperasi di Kutai Timur merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan besar, kewajiban reklamasi menjadi komitmen yang harus dilaksanakan dengan baik. Banyak alternatif pemanfaatan lahan bekas tambang yang dapat dilakukan, seperti pemanfaatan lahan bekas tambang di sektor kehutanan, pertanian, perikanan, dan peternakan. Dalam rangka pemanfaatan lahan bekas tambang, PT KPC mencoba membuat program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) di atas lahan bekas tambang mereka. Program ini termasuk program CSR perusahaan dan sudah berjalan sejak tahun akhir tahun 2009. PESAT merupakan program yang salah satunya memadukan antara kegiatan pembibitan ternak sapi bali dan program pemagangan kepada peternak sekitar. Dalam perjalanannya, banyak kemajuan yang dirasakan oleh perusahaan dan masyarakat, sehingga diperlukan penelitian mengenai analisis biaya manfaat program PESAT untuk mengukur sejauh mana manfaat yang didapat atas program dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk keberlangsungan program. Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis model atau konsep program PESAT; (2) mengestimasi biaya dan manfaat program; (3) merumuskan hubungan stakeholder dalam program; serta (4) mengidentifikasi karakteristik dan persepsi peserta program PESAT. Metode yang digunakan terdiri atas analisis deskriptif, analisis biaya manfaat, analisis kepekaan, analisis stakeholder dan analisis persepsi. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep yang sekarang dijalankan PT KPC terhadap program PESAT merupakan konsep terpadu yang terdiri atas pembibitan ternak Sapi Bali beserta produk ikutannya, budidaya Sapi Perah beserta produk ikutannya, tanaman sayuran dan pelatihan usaha peternakan Sapi Bali dalam bentuk pemagangan peternak selama 6 bulan. Program PESAT yang sudah dijalankan sejauh ini memiliki banyak manfaat bagi perusahaan dan masyarakat, seperti hasil dari pemasaran produk ternak dan olahan, seperti sapi, susu murni, yoghurt, es susu dan es krim. Manfaat lain adalah hasil dari
3
pemasaran produk sayur-sayuran, pupuk kompos, sebagai tempat wisata edukatif, sebagai laboratorium lapangan Kampus STIPER Kutai Timur, sebagai tempat/ruang pertemuan, sebagai tempat penginapan tamu perusahaan, sebagai tempat PKL dan penelitian, meningkatkan reputasi perusahaan serta meningkatkan ilmu pengetahuan para peternak. Manfaat-manfaat tersebut ada yang dapat dikuantifikasi dan ada yang tidak dapat dikuantifikasi. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap program PESAT terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional tahunan. Analisis kelayakan program PESAT dilakukan berdasarkan beberapa skenario. Skenario pertama yaitu jika nilai sisa aset tetap tidak diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp-451 256 201, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 5%. Skenario kedua yaitu jika nilai sisa aset tetap diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp921 027 445, net B/C sebesar 1.15, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Skenario ketiga adalah jika nilai sisa aset tetap dan biaya penyusutan diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp-2 050 069 987, net B/C sebesar 0.97, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 1%. Skenario keempat yaitu jika manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan dan nilai sisa tidak diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp37 164 455, net B/C sebesar 1.01, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 6%. Skenario kelima yaitu jika menurunkan suku bunga hingga 4.6% dan nilai sisa aset tetap tidak diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp45 310 129, net B/C sebesar 1.01, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 5%. Skenario terakhir dan sekaligus dijadikan rekomendasi adalah jika nilai sisa aset tetap diperhitungkan, manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan, dan biaya penyusutan diabaikan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp1 226 290 355, net B/C sebesar 1.19, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Hasil yang diperoleh tersebut sesuai
dengan suku bunga yang ditetapkan yaitu 5.75%, sehingga program PESAT dinilai layak untuk dilaksanakan. Analisis stakeholder menunjukkan bahwa dari keempat stakeholder yang terlibat terkait program PESAT, PT KPC memiliki pengaruh dan kepentingan yang tinggi atau berada di kuadran key player, sedangkan ketiga stakeholder lainnya memiliki kepentingan yang tinggi tetapi pengaruhnya rendah atau berada di kuadran subject. Kata kunci : biaya manfaat, persepsi, PESAT, reklamasi, stakeholder
4
SUMMARY JONI ARIANSYAH. Ex-Mining Land Use in the Livestock Sector : a Cost Benefit Analysis (Case Study of an Integrated Cow Farm Program at PT KPC East Kutai). Supervised by AHYAR ISMAIL and LUKI ABDULLAH. Indonesia is a rich of coal resources country. It makes the mining companies grow rapidly in Indonesia. Currently the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) records that 5940 the mining permit (IUP) are non clean and clear, and 4624 the mining permit are clean and clear. The existence of the mining business brings many economic benefits, but, on the other hand, it brings the environmental damage, especially the soil where the mining activities do. Therefore, each mining company in Indonesia has been charged reclamation obilgation in ex-mining land which it is under law and ministerial regulation. After reclamation, a lot of things can do in ex-mining land, such as using exmining land in forestry, agriculture, fisheries, and livestock farming. PT KPC is one of the largest coal mining companies in Indonesia that is operating in Kutai Timur. In the context of reclamation of ex-minig land, PT KPC tries to use its exmining land in livestock farming by The Integrated Cow Farming Program (PESAT). This program is included in the company's CSR program and has been running since late 2009. PESAT is a integrated program between the breeding activities of Balinese caw and the local breeders training and internship program. Since the implementaion of this program, a lot of progress perceived by both the company and the community, thus, it is necessary to do research on the cost benefit analysis of it. The purposes of this study are: (1) to analyze the model or concept of PESAT, (2) to estimate the costs and benefits of the program, (3) to formulate stakeholder relations in the program, and (4) to identify the characteristics and perceptions of PESAT participants. The method used in this study consisted of descriptive analysis, cost benefit analysis, sensitivity analysis, stakeholder analysis and perceptual analysis. This study shows that PESAT’s concept which is done by PT KPC is the integrated program. It is consisted Balinese cow breeding and its byproducts, cultivation Dairy Cattle and their byproducts, vegetables and farm training Balinese Cows breeders in the form of an internship for 6 months. PESAT program was run so far has many benefits for the company and the community, as a result of the marketing of livestock and processed products, such as beef, milk, yogurt, ice milk and ice cream. Another benefit are the result of product marketing vegetables, compost fertilizer, an educational tourist attractions, a field laboratory STIPER Campus in East Kutai, a place or meeting room, a company guest lodge, the fieldwork practice and research, enhance the company's reputation and increase science breeders. Some of the benefites can be quantified, and some can
5
not .The costs incurred by the company towards PESAT program consists of investment costs and annual operating costs. PESAT program feasibility analysis is conducted based on several scenarios. The first scenario is the residual value of fixed assets is not taken into account, the obtained value of NPV about IDR-451 256 201, net B/C at 1, gross B/C at 1, and IRR at 5%. The second scenario is the residual value of fixed assets taken into account, the obtained value of NPV about IDR921 027 445, net B/C at 1.15, gross B/C at 1, and IRR at 8%. The third scenario is the residual value of fixed assets and depreciation expenses taken into account, then the NPV obtained about IDR-2 420 563 476, net B/C at 0.90, gross B/C at 1, and IRR at 0%. The fourth scenario is the benefit to Campus STIPER improved and the residual value is not taken into account, the obtained value of NPV about IDR37 164 455 net B/C at 1.01, gross B/C at 1, and IRR at 6%. The fifth scenario is lowering interest rates to 4.6% and a residual value of fixed assets is not taken into account, the obtained value of NPV about IDR45 310 129, net B/C at 1.01, gross B/C at 1, and IRR at 5%. The last scenario and recommended is the residual value of fixed assets taken into account, the benefits of enhanced STIPER Campus, and depreciation costs are ignored, so the obtained value of NPV about IDR1 226 290 355, net B/C at 1.19, gross B/C at 1, and IRR at 8%. The results obtained are in accordance with the specified interest rate is 5.75%, so the program PESAT assessed feasible. Stakeholder analysis showed that from the four relevant stakeholders involved PESAT program, PT KPC has high influence and high interests, or it is placed as key player, while the other three stakeholders have high interest but low influence or they are placed as subject. Key words: cost benefits, perceptions, PESAT, reclamation, stakeholders
6
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PADA SEKTOR PETERNAKAN : SEBUAH ANALISIS BIAYA MANFAAT (Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur)
JONI ARIANSYAH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ii
Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Aceng Hidayat, MT
111
Judul Tesis: Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pad a Sektor Petemakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur) Joni Ariansyah Nama : H351110101 NIM
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr Ketua
Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Anggota
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan
Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc
Tanggal Ujian: 5 Juli 2013
Tanggal Lulus:
13 AUG 20i J
iii
Judul Tesis: Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur) Nama : Joni Ariansyah NIM : H351110101
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr Ketua
Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Anggota
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 5 Juli 2013
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Juni 2013 ini ialah analisis biaya manfaat, dengan judul Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahyar Ismail dan Bapak Dr Ir Luki Abdullah selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Aceng Hidayat selaku penguji, serta Bapak Prof Dr Ir Ahmad Fauzi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Panji Setyadi dari PT KPC beserta staf PESAT, Ibu Diah Ratna Ningrum dari Dinas Peternakan Kutai Timur, Bapak Prof Dr Ir Jeremy dari Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur, serta Bapak Jenal mewakili peternak, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (alm), ibu, istri, anak, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Joni Ariansyah
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... Latar Belakang .............................................................................................. Rumusan Masalah ......................................................................................... Tujuan Penelitian........................................................................................... Kegunaan Penelitian ......................................................................................
1 1 3 4 4
2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5 Usaha Pertambangan ..................................................................................... 5 Potensi Masalah Lingkungan dalam Usaha Pertambangan........................... 5 Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Pemanfaatannya .............................. 6 Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang untuk Kehutanan ................................ 7 Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Pertanian ........................ 8 Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan...................... 8 Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis) ........................................... 8 Peluang Usaha Penggemukan Sapi Potong ................................................. 12 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 13 3 METODE PENELITIAN ................................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... Jenis dan Sumber Data ................................................................................ Metode Analisis...........................................................................................
15 15 15 16
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 20 Kondisi Umum Tempat Penelitian ............................................................... 20 Gambaran Umum Reklamasi PT KPC ......................................................... 34 Identifikasi Program PESAT ........................................................................ 35 Karakteristik Peserta Pemagangan PESAT .................................................. 41 Persepsi Peserta Magang Terhadap Pelatihan .............................................. 43 Identifikasi Biaya dan Manfaat Program PESAT ........................................ 47 Analisis Kelayakan Program PESAT ........................................................... 64 Analisis Stakeholder ..................................................................................... 70 Optimalisasi Pengelolaan PESAT ................................................................ 74 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 77 Simpulan....................................................................................................... 77 Saran .......................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 78 LAMPIRAN ............................................................................................................. 80 RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 111
vi
DAFTAR TABEL
1 Matrik penelitian : tujuan, sumber dan metode Analisis ....................................15 2 Luas wilayah menurut kecamatan ......................................................................23 3 Jumlah, pertumbuhan dan persebaran serta kepadatan penduduk Kabupaten Kutai Timur Tahun 2006 sampai 2010..............................................................25 4 Penyebaran penduduk menurut kecamatan tahun 2006 sampai 2010 ................26 5 Rasio tempat ibadah di Kabupaten Kutai Timur tahun 2010 .............................27 6 Jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Kutai Timur .....................................27 7 Penduduk usia 10 tahun ke atas berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Kutai Timur tahun 2006 sampai 2010 ......................28 8 Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Kutai Timur berdasarkan lapangan pekerjaan utama tahun 2007 sampai 2010.........................................................29 9 PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2009 sampai 2010 (Juta Rp) ..................................................................................................30 10 Kontribusi sektoral tanpa migas dan batubara tahun 2006 sampai 2010 ..........31 11 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Kutai Timur tahun 2006 sampai 2010 ..............................................................................................31 12 Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Kutai Timur .................................33 13 Perkembangan Sapi Bali di PESAT per akhir tahun .........................................39 14 Persepsi peserta magang terhadap metode pelatihan.........................................43 15 Persepsi peserta magang terhadap instruktur pelatihan .....................................44 16 Persepsi peserta magang terhadap fasilitas pelatihan ........................................44 17 Persepsi peserta magang terhadap materi pelatihan ..........................................45 18 Persepsi peserta magang terhadap waktu pelatihan...........................................45 19 Persepsi peserta magang terhadap manfaat pelatihan........................................46 20 Net calf crop dan gugus nilai koefisien teknis Sapi Bali ...................................48 21 Daftar harga investasi PESAT ...........................................................................49 22 Biaya operasional PESAT tahun 2010 sampai 2012 (a)....................................49 23 Biaya operasional PESAT tahun 2010 sampai 2012 (b) ...................................50 24 Biaya operasional peserta magang tahap I sampai tahap III .............................51 25 Biaya operasional per bulan Program PESAT mulai tahun 2013 .....................51 26 Biaya operasioanal kegiatan pemagangan per tahun (2013-2021) ....................52 27 Nilai sisa fasilitas PESAT .................................................................................53 28 Manfaat-manfaat program PESAT ....................................................................54 29 Proyeksi penjualan sapi jantan per tahun ..........................................................55 30 Proyeksi penjualan bibit sapi anak (pedet) per tahun ........................................55 31 Proyeksi penjualan sapi pejantan dan betina afkir per tahun.............................56 32 Harga 1 liter susu murni, es lilin, es krim dan yoghurt .....................................57 33 Proyeksi manfaat dari pupuk padat per tahun ...................................................58 34 Kandungan bahan kering dan volume gas yang dihasilkan tiap jenis kotoran ..59 35 Proyeksi potensi biogas PESAT per tahun ........................................................60 36 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario I .............................64 37 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario II ............................65 38 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario III ...........................65 39 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario IV...........................66 40 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario V ............................67
vii
41 42 43 44 45 46 47
Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario VI .......................... 68 Ringkasan analisis kelayakan setiap skenario ................................................... 68 Hasil analisis kepekaan jika biaya operasional naik sampai 14.4%.................. 69 Hasil analisis kepekaan jika penjualan sapi turun 45% .................................... 69 Penilaian tingkat kepentingan stakeholder........................................................ 71 Penilaian tingkat pengaruh stakeholder ............................................................ 72 Perkiraan jumlah peternak yang telah mengikuti pelatihan PESAT ................. 75
DAFTAR GAMBAR
1 Alur pemikiran penelitian ................................................................................. 14 2 Matriks kepentingan-pengaruh........................................................................... 21 3 Kabupaten Kutai Timur ..................................................................................... 23 4 Model integrasi PESAT ..................................................................................... 36 5 Matriks hubungan Stakeholder pada program PESAT ...................................... 72
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Proyeksi jumlah Sapi Bali per tahun (2013-2021) ............................................. 80 Proyeksi potensi biogas dari Sapi Bali dan Sapi Perah per tahun ...................... 82 Proyesi pupuk kompos padat dari Sapi Bali dan Sapi Perah per tahun ............. 83 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario I ........................................ 84 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario II ....................................... 87 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario III ...................................... 90 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario IV ..................................... 93 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario V ....................................... 96 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario VI ..................................... 99 Analisis kepekaan Program PESAT jika penjualan sapi turun hingga 45% .... 102 Analisis kepekaan Program PESAT jika biaya operasional naik hingga 14.4% .................................................................................................... 105 12 Kuesioner penelitian ........................................................................................ 108
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya energi dan mineral. Salah satunya yang dimiliki oleh Indonesia yaitu batu bara (coal). Berdasarkan data yang dimiliki oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) total sumber daya batubara di Indonesia diperkirakan mencapai 105 miliar ton, dimana cadangan batu bara diperkirakan 21 miliar ton.1 Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan tambang memiliki dampak positif maupun negatif. Termasuk dampak positif dari kegiatan pertambangan tersebut antara lain menambah devisa negara, sumber pendapatan asli daerah (PAD), menciptakan lahan pekerjaan, dan lain-lain. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kegiatan pertambangan batubara adalah merusak lingkungan, terutama lahan yang fungsinya sudah menurun dibandingkan sebelum dilakukan kegiatan pertambangan. Dampak kegiatan pertambangan tersebut adalah terbukanya tanah pucuk, menghilangkan beberapa bagian dari vegetasi, hilangnya bahan organik tanah, hilangnya mikroorganisme, meningkatnya laju erosi, kerusakan habitat dan satwa liar, rusaknya wilayah penangkap air serta terganggunya tingkat stabilitas lahan. Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat kegiatan pertambangan tersebut adalah perlunya dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Seringkali perusahaan harus mencari informasi sendiri mengenai teknik reklamasi lahan bekas tambang karena kurangnya dukungan dari kementerian maupun dinas yang terkait. Permasalahan dalam reklamasi lahan bekas tambang sangat komplek dan memerlukan penyelesaian yang melibatkan multidisiplin ilmu. Sementara itu penelitian-penelitian yang berkaitan dengan teknik reklamasi lahan bekas tambang atau pemanfaatan lahan bekas tambang di Indonesia masih sangat terbatas (Mansur 2012). Dalam melakukan reklamasi tersebut, muncul kendala-kendala berupa kondisi tanah sangat marginal, bahan organiknya sangat sedikit, jumlah mikroorganisme tanah potensial sangat minim, dan kandungan hara sangat rendah. Selain alasan perusahaan yang memang tidak mau bertanggung jawab untuk memenuhi kewajiban reklamasi lahan bekas tambang, kendala-kendala di atas menjadi alasan pembenaran perusahaan untuk tidak melakukan reklamasi tersebut. Pada umumnya, perusahaan tambang di Indonesia melakukan reklamasi lahan bekas tambang hanya berhenti sampai tahap penanaman atau penghijauan, padahal lahan bekas tambang yang sudah direhabilitasi dengan penghijauan tersebut dapat dimanfaatkan untuk program lain yang lebih produktif, misalnya pada sektor peternakan. Oleh karena itu, muncul alternatif pemanfaatan lahan bekas tambang yang dilakukan oleh perusahaan tambang selain hanya melakukan revegetasi lahan, yaitu salah satunya mendirikan pusat pelatihan budidaya ternak sapi di atas lahan bekas tambang dalam rangka membangun ekonomi masyarakat yang berkelanjutan. Perusahaan tambang di Indonesia yang telah melakukan program tersebut adalah PT. Kaltim Prima Coal (KPC) yang bertempat di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Upaya tersebut merupakan bagian dari Program Pasca Tambang (Post Mining Program) untuk mempersiapkan masyarakat sekitar
2
dalam menghadapi masa penutupan tambang setelah kontrak KPC berakhir. Diharapkan pada saat itu, ekonomi masyarakat tidak lagi bergantung pada industri pertambangan, sehingga penutupan tambang tidak akan menimbulkan gejolak berarti. Program peternakan sapi terpadu (PESAT) yang didirikan di atas lahan bekas tambang KPC tersebut merupakan kerjasama antara PT.KPC dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun 2011, PESAT KPC telah direkomendasikan menjadi row model pemanfaatan lahan bekas tambang di Indonesia2. Hal tersebut disampaikan bertepatan dengan penghargaan yang diraih PESAT KPC dalam ajang The Fifth ASEAN Energy Awards, yaitu Best Winner untuk arsitektur bangunan kategori tropical buildings. Kepeloporan PT. KPC tersebut dijadikan row model dikarenakan berbasis masyarakat (community base), dimana masyarakat sekitar yang kesulitan bekerja di sektor formal diikutsertakan dalam program magang selama beberapa waktu, yang selanjutnya dari pelatihan yang didapatkan dari program magang dan modal sapi yang diberikan setelah program magang tersebut, diharapakan bisa menjadi peternak profesional di desa-nya masing-masing. Selain itu, program PESAT KPC ini juga sinergis dengan program pemerintah untuk bisa swasembada daging 2014, oleh karena melalui pemerintah daerah, program PESAT ini sangat diharapkan keberlanjutannya. Program PESAT yang dilaksanakan oleh PT. KPC tersebut merupakan salah satu bentuk dari kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan. Saat ini penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi program yang dilakukan demi keberlanjutannya di masa yang akan datang, termasuk oleh PT. KPC terhadap program PESAT. Evaluasi dalam rangka keberlanjutan itu dapat dilakukan dengan menganalisis secara menyeluruh mulai dari seberapa jauh kegiatan dalam program berjalan, seberapa besar manfaat program terhadap perusahaan dan masyarakat, bagaimana pengaruh dan kepentingan para stakeholder terhadap program, dan bagaimana persepsi peserta program terkait dengan perbaikan ke depan. Manfaat analisis biaya manfaat bagi perusahaan tidak terbatas pada meningkatnya kinerja perusahaan, transparansi dan akuntabilitas, namun menjadi alat evaluasi dan pembelajaran bagi organisasi, dan perbaikan yang sistematis bagi media komunikasi dengan stakeholder (Irawaty 2008). Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, perlu bagi peneliti untuk mendalami bagaimana sebenarnya program ini berjalan dan beberapa hal yang muncul sebagai efek setelah adanya program ini atau dengan kata lain penelitian ini dilakukan sebagai upaya penjelasan secara lengkap kepada masyarakat mengenai kegiatan reklamasi lahan bekas tambang, khususnya di bidang peternakan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan panduan atau informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam mengadopsi atau pengembangan ilmu program serupa. 1
http://www.esdm.go.id/berita/batubara/44-batubara/4557-sumber-daya-batubara-indonesia-capai105-miliar-ton.html [diunduh 30 april 2012] 2 http://www.bakriebrothers.com/commitment/detail/1574/ditetapkan_sebagai_model_pesat_menjadi_pusat_ perhatian [diunduh 1 mei 2012]
3
Rumusan Masalah Selama ini reklamasi lahan bekas tambang pasca kegiatan pertambangan batu bara oleh perusahaan diatasi dengan cara revegetasi. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengembalikan fungsi lahan seperti semula, walaupun tidak mungkin seratus persen sama, mengingat ada volume massa yang hilang, yaitu batu bara itu sendiri. Reklamasi sendiri merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan perusahaan tambang setelah eksplorasi lahan. Kewajiban reklamasi juga sudah diatur di dalam UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Permen ESDM No. 18/2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Kewajiban reklamasi yang sudah dipenuhi oleh perusahaan tambang, ternyata masih dapat dilakukan dengan kegiatan pemanfaatan lahan bekas tambang pada berbagai sektor, misalanya perikanan, pertanian dan peternakan, sehingga kegiatan reklamasi tidak hanya berhenti pada revegetasi saja. PT. KPC sebagai perusahaan besar tambang batu bara di Indonesia melakukan upaya lain selain revegetasi untuk mengatasi permasalahan lahan pasca tambang, yaitu mendirikan pusat pelatihan budidaya ternak sapi dengan nama program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT). Program ini dilakukan agar pemanfaatan lahan bekas tambang lebih optimal. Program ini merupakan hal yang baru di dunia pertambangan, terutama dalam hal perlakuan atau pemanfaatan terhadap lahan bekas tambang. Program ini berada di bawah PT. KPC sebagai bentuk kegiatan sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility). Program PESAT memadukan antara usaha pembibitan sapi dengan pelatihan ternak sapi kepada para peternak yang diambil dari beberapa daerah sekitar. Program ini direkomendasikan menjadi row model dalam pemanfaatan lahan bekas tambang di Indonesia. Hal tersebut didasarkan kepada model program PESAT yang dapat melibatkan peran serta masyarakat sekitar dalam bentuk menjadi peserta magang yang akan mendapatkan pelatihan mengenai budidaya ternak sapi dari kalangan profesional. Selain itu, peserta magang juga akan mendapatkan modal berupa sapi pasca program magang dilakukan. Semua yang didapatkan oleh masyarakat peserta magang tersebut, baik itu ilmu dari pelatihan dan sapi yang dibagikan oleh perusahaan dapat dijadikan modal awal bagi mereka untuk dapat mengembangkan peternakan sapi di desanya masing-masing, yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan dirinya dan keluarga. Program ini juga dipersiapkan untuk masyarakat sekitar dalam menghadapi masa penutupan tambang setelah kontrak KPC berakhir. Diharapkan pada saat itu, ekonomi masyarakat tidak lagi bergantung pada industri pertambangan, sehingga penutupan tambang tidak akan menimbulkan gejolak berarti. Saat ini keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang belum banyak dilaporkan, pada umumnya baru tahap percobaan atau pembinaan, bahkan beberapa perusahaan belum mulai mereklamasi lahan bekas tambangnya, karena terbatasnya tenaga ahli reklamasi yang representatif (Wardoyo 2008). Selain itu juga, kegiatan pemanfaatan lahan bekas tambang yang sudah direklamasi belum banyak dilakukan dan dilaporkan keberhasilannya. Keberhasilan program PESAT tersebut tidak semata-mata hanya kita lihat dari konsep yang ditawarkan, tetapi keberhasilan program PESAT harus juga dilihat dari seberapa besar manfaatnya terhadap perusahaan dan masyarakat sekitar dibandingkan dengan biaya yang
4
dikeluarkan untuk program. Selain itu, keberhasilan program PESAT juga dapat dilihat dari bagaimana peran, kepentingan dan pengaruh para stakeholder terhadap program, serta persepsi peserta terhadap program PESAT. Semua hal tersebut dilakukan sebagai langkah dalam mengevaluasi program demi keberlanjutannya di masa yang akan datang. Konsep program pemanfaatan lahan bekas tambang ini dirasa perlu dipublikasikan secara luas, mulai dari latar belakang program perusahaan, biaya dan manfaat sosial yang muncul akibat program, sinergisitas dengan para stakeholder terkait program, dan persepsi peserta terhadap program. Berdasarkan hal tersebut, maka muncul pertanyaan : 1) bagaimana model atau konsep keseluruhan program PESAT, 2) berapa biaya dan manfaat sosial yang muncul dari program PESAT, 3) bagaimana peran, kepentingan dan pengaruh perusahaan, pemerintah daerah dan perguruan tinggi dalam keberlanjutan program PESAT, 4) bagaimana karakteristik dan persepsi peserta program PESAT.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis model atau konsep program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) PT. KPC. 2. Mengestimasi biaya dan manfaat dari program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) PT. KPC. 3. Merumuskan hubungan stakeholder untuk keberlanjutan program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) pasca penutupan tambang oleh PT.KPC. 4. Mengidentifikasi karakteristik dan persepsi peserta program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) PT KPC.
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai publikasi ilmiah atau informasi ilmiah mengenai model atau konsep program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) yang dikembangkan oleh PT. KPC di atas lahan bekas tambang sebagai bagian dari program pasca tambang (post mining program). 2. Dapat dijadikan model atau contoh bagi pemerintah daerah dan perusahaan tambang dalam memanfaatkan lahan bekas tambang dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitar untuk meningkatkan ekonomi yang berkelanjutan.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Pertambangan Usaha pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang pesat, khususnya batu bara, yaitu dari tiga perusahaan pada tahun 1968 menjadi 138 perusahaan pada tahun 2005 (Sukandarrumidi 2006), dan saat ini kementerian Energi Sumberdaya dan Mineral (ESDM) mencatat sebanyak 5940 izin usaha pertambangan (IUP) yang dinyatakan belum clean and clear, sedangkan 4624 izin sudah dinyatakan clean and clear atau tidak bermasalah. Secara ekonomi, hal ini merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat sekitar usaha. Namun di sisi lain, bahan tambang juga sebagian besar berada di bawah hutan lindung yang fungsinya sangat penting bagi keberlangsungan ekologi dan makhluk hidup di dalamnya. Mansur (2012) mengatakan bahwa usaha pertambangan harus memperhatikan hal tersebut di samping kepentingan ekonomi semata. Keberadaan usaha pertambangan di Indonesia harus kita akui membawa dampak positif yang luar biasa. Usaha pertambangan memberikan pendapatan yang besar bagi negara dalam bentuk royalti, pajak dan lain-lain. Selain itu, masyarakat sekitar juga terkena dampak berupa peningkatan ekonomi keluarga melalui terbukanya lapangan pekerjaan, usaha-usaha baru berupa perdagangan, infrastruktur yang bertambah, serta berbagai program CSR yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan. Potensi Masalah Lingkungan dalam Usaha Pertambangan Dalam sebuah seminar nasional, Mansur (2012) mengungkapkan masalah lingkungan dan keselamatan kerja dalam usaha pertambangan selalu menjadi isu yang penting. Kecelakaan pekerja tambang, penggali pasir atau batubara yang tertimbun longsor akan sering terjadi jika usaha ini tidak dilakukan dengan disiplin tinggi. Namun dampak keselamatan kerja pada umumnya terlokalisir pada individu di areal pertambangan. Masalah lingkungan memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan dengan masalah keselamatan kerja, maka isu yang ditimbulkan juga sangat besar dan dapat menyebabkan pihak yang berwenang menutup usaha pertambangan. Penambangan di Indonesia pada umumnya merupakan tambang permukaan, di mana untuk mencapai bahan galian berupa mineral dan batubara, seluruh tanaman yang ada di permukaan tanah dibersihkan, tanah dan batuan penutup dipindahkan ke suatu tempat. Setelah pengambilan bahan galian selesai, batuan penutup digunakan untuk menutup lubang-lubang bekas tambang, kemudian tanah digunakan untuk melapisi batuan penutup hingga layak untuk dilakukan revegetasi (penanaman tanaman penutup tanah dan jenis-jenis pohon kehutanan). Pada saat penambangan dilakukan di kawasan hutan dengan tegakan alam yang masih baik, perubahan yang demikian drastis dari hutan lebat menjadi lubang yang menganga dan tanah gundul pada saat lahan masih aktif ditambang, tentu akan menimbulkan isu lingkungan yang demikian besar. Lahan bekas tambang yang ditinggalkan tidak tertata dan tidak tertanami menyebabkan lahan tersebut akan terdegradasi, tidak produktif dan menjadi
6
marjinal. Usaha penambangan dapat menyebabkan degradasi sumberdaya alam, seperti kehilangan vegetasi, tanah, dan lain-lain. Selain itu, usaha penambangan dapat menyebabkan pelumpuran dan menurunkan kualitas air serta terjadinya penggundulan hutan (Hilson 2005). Oleh karena itu, penanganan lahan pasca penambangan sangat penting untuk mengembalikan produktivitas lahan yang telah ditambang dan mencegah kerusakan lingkungan yang lebih besar (Mansur 2012). Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Pemanfaatannya Reklamasi hutan menurut Peraturan Pemerintah No.76 tahun 2008 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya. Kebijakan reklamasi lahan bekas tambang sudah diatur dalam UU. No.4/2009 tentang pertambangan minerba, PP. No.78/2010 tentang reklamasi dan pasca tambang, UU. No.41/1999 tentang kehutanan, PP. No.76/2008 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan, Permenhut No.2/2008 tentang penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari penggunaan kawasan hutan, Permenhut No.P.60/2009 tentang pedoman keberhasilan reklamasi, PP. No.24/2010 tentang penggunaan kawasan hutan, dan Permenhut No.P.63/2011 tentang pedoman penanaman bagi pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai. Reklamasi lahan adalah usaha memperbaiki lahan yang rusak menjadi lahan sesuai untuk penggunaan tertentu. Reklamasi lahan bekas tambang yang dilakukan dengan cara penanaman kembali atau penghijauan, setelahnya dapat pula dilakukan kegiatan pemanfaatan terhadap lahan tersebut. Sebagai contoh, lahan bekas tambang dapat direklamasi dan dimanfaatkan menjadi tempat rekreasi, waduk, kolam ikan, perumahan, perkebunan atau revegetasi saja (kombinasi tanaman hutan atau pioner, tanaman buah, cover-cropp), pertanian dan peternakan. Lahan bekas tambang juga bisa direstorasi , dikembalikan ke bentuk penggunaan semula, misalnya kawasan hutan lindung (Wardoyo 2008). Sejatinya reklamasi lahan bekas tambang harus sudah direncanakan sebelum proses penambangan dimulai. Urutan kegiatan pertambangan adalah eksplorasi, pembangunan pabrik, penambangan, pemurnian, dan reklamasi. Berdasarkan peraturan yang ada, perusahaan harus menginvestasikan dananya di bank sebagai jaminan reklamasi lahan pasca tambang sebelum kegiatan penambangan dilakukan. Dalam reklamasi perlu ditetapkan peruntukan lahan bekas tambang, hal ini tergantung pada : jenis bahan galian, teknik penambangan, topografi daerah penambangan, kondisi tanah dan batuan bekas tambang, lingkungan sekitar tambang, kondisi masyarakat sekitar pertambangan, dan biaya untuk memperoleh manfaat terbaik (Wardoyo 2008). Usaha-usaha reklamasi lahan bekas tambang telah mengalami perkembangan yang pesat karena perhatian pemerintah yang bertambah besar, kesadaran masyarakat yang bertambah tinggi terhadap kualitas lingkungannya, serta komitmen perusahaan pertambangan yang terus bertambah. Lahan-lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan produktif maupun konservasi keanekaragaman hayati (Mansur 2012). Beberapa dekade terakhir, usaha reklamasi pada lahan bekas tambang batubara sudah mencakup berbagai
7
aspek dan semakin kompleks sebagai sebuah kesadaran lingkungan dan dikembangkan kepada sebuah peraturan ( Richards et al. 1993). Sependapat dengan Richards, Rugg et al. (2002) mengatakan bahwa kegiatan reklamasi menunjukkan kesadaran baru dan lebih luas dari isu-isu penting lainnya, seperti pencemaran, ras dan jender. Menurut Widodo (2011) secara umum kegiatan reklamasi dapat dilakukan melalui dua tahap kegiatan yaitu pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya dan kegiatan selanjutnya yaitu pemanfatan lahan bekas tambang untuk budidaya pertanian. Sasaran dari reklamasi yaitu usaha untuk memperbaiki lahan bekas tambang menjadi lebih baik agar memberikan nilai tambah serta daya dukung terhadap lingkungannya dari kondisi sebelumnya. Tujuan reklamasi lahan bekas tambang menurut UU. No. 26 Tahun 2007 yaitu untuk mengelola lingkungan bekas tambang menjadi daerah yang bebas pencemaran secara lestari dalam jangka waktu yang lama dan mengadakan penataan ruang sesuai dengan RUTR kawasan yang bersangkutan. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang untuk Kehutanan Untuk memperbaiki kualitas reklamasi lahan bekas tambang, maka serangkaian penelitian telah mulai dilakukan. Proporsi jenis lokal yang digunakan dalam reklamasi lahan bekas tambang menjadi salah satu tolok ukur dalam penilaian untuk mendapatkan penghargaan lingkungan tambang. Dari hasil penelitian Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB dan Laboratorium Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi (PPSHB) IPB bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan tambang telah menghasilkan teknologi tepat guna untuk menggunakan jenis-jenis lokal dalam reklamasi lahan bekas tambang (Mansur 2012). Pemilihan jenis pohon merupakan kunci utama dalam menentukan tingkat keberhasilan revegetasi (Wardoyo 2008). Dalam uji coba penyelamatan jenis-jenis pohon lokal komersial melalui reklamasi lahan bekas tambang di PT. Vale Indonesia, pertambangan nikel di Sulawesi Selatan, sebanyak 67 jenis pohon lokal dapat dibibitkan melalui benih, cabutan, puteran, maupun stek pucuk di persemaian. Bibit yang dihasilkan kemudian digunakan untuk penanaman di lapangan. Pemilihan jenis pohon kehutanan yang akan ditanam dalam reklamasi lahan bekas tambang sangat penting untuk menghadapi lahan yang marjinal dan untuk meningkatkan kualitas dari hasil reklamasi lahan dilihat dari aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Indonesia kaya akan jenis pohon yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lahan. Jenis pohon yang paling umum ditanam di lahan bekas tambang dan bernilai komersial adalah sengon dan Acacia mangium. Hutan-hutan sengon dan A. Mangium ini telah nampak seperti layaknya hutan tanaman industri (HTI) dan tidak tampak seperti hasil reklamasi lahan bekas tambang. Bahkan setelah berumur di atas 10 tahun, banyak tumbuhan lokal yang menginvasi hutan hasil reklamasi ini. Jenis kayu putih (Melaleuca leucadendron) dapat beradapatasi dengan tanah yang sangat asam, tergenang sampai tanah kering dan daunnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak kayu putih. PT. Bukit Asam telah memilih jenis pohon kayu putih untuk merevegetasi sebagian lahan bekas tambangnya.
8
Sementara itu jenis pohon biti (Vitex coffasus) mampu beradapatasi dengan tanahtanah berbatu dan kayunya memiliki nilai dekoratif yang tinggi. Untuk jenis pionir, yaitu jenis yang ditanam pada tahap awal, dimana kondisi lahan terbuka dan tanah asam dapat dicoba jenis jabon (Antocephalus cadamba). Jenis ini tumbuh secara alami di areal pertambangan PT. Berau Coal, PT. Newmont Minahasa Raya, dan PT. Newmont Nusa Tenggara. Jenis jabon selain memiliki daya adaptasi pada lahan marjinal, juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan memilih jenis pohon yang tepat, maka reklamasi lahan bekas tambang bukan hanya menjadikan lahan hijau tetapi juga memiliki keanekaragaman yang tinggi, berasal dari jenis lokal, tetapi juga produktif (memiliki nilai ekonomi tinggi). Saat ini jabon telah dikembangkan di beberapa perusahaan pertambangan, seperti PT. Adaro dan PT. Tunas Inti Abadi di Kalimantan Selatan, PT. KPC dan PT. Indomico di Kalimantan Timur, serta PT. Newmont Nusa Tenggara di Nusa Tenggara Barat. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Pertanian Untuk areal pertambangan yang berada di luar kawasan hutan, usaha pertanian sangat mungkin dikembangkan. Lahan bekas tambang telah berhasil digunakan untuk budidaya karet (PT. Firman Ketaun dan PT. Karya Utama Tambang Jaya), kelapa sawit (PT. Adaro Indonesia), kakao dan juga pohon buahbuahan seperti sirsak dan rambutan (PT. Berau Coal). Untuk pengendalian erosi, PT.Vale Indonesia menggunakan padi gogo sehingga memiliki multifungsi, yaitu pengendali erosi, pangan dan pakan. Sorgum juga berpotensi ditanam di lahanlahan bekas tambang dengan kondisi ekstrim, yaitu pada PH 2,9 dengan penambahan kompos yang cukup, seperti yang pernah dilakukan di PT. Galuh Cempaka, tambang intan di Kalimantan Selatan. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan Tanaman penutup tanah dari jenis legum maupun rumput-rumputan yang ditanam di lahan bekas tambang pada tahap awal reklamasi untuk mengendalikan erosi juga berotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak. Lahan-lahan bekas tambang yang telah berumur dewasa, atau di atas lima tahun di mana batangbatang pohon sudah kokoh, tidak jarang digunakan untuk areal penggembalaan sapi penduduk. Hal ini membuka potensi baru pengembangan usaha peternakan di daerah di mana terdapat usaha pertambangan. Pengelolaan ternak dapat dilakukan dengan cara cut and carry, maupun dilepaskan di areal reklamasi, atau kombinasi keduanya seperti yang dilakukan oleh PT. KPC Kutai Timur yang bekerja sama dengan Fakultas Peternakan IPB. Usaha peternakan sapi juga telah dikembangkan di beberapa perusahaan pertambangan lainnya, seperti PT. Adaro Indonesia, PT. Berau Coal, PT. Vale Indonesia, dan lain-lain. Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis) Analisis biaya manfaat adalah sebuah pendekatan dengan proses yang sistematis dan analitis dengan membandingkan manfaat dan biaya dalam mengevaluasi keinginan suatu proyek atau program yang bersifat sosial. BCA
9
mencoba untuk menjawab pertanyaan seperti apakah proyek yang diusulkan berharga, skala optimal dari proyek yang diusulkan dan kendala yang relevan. BCA dapat berlaku untuk proyek-proyek transportasi, proyek lingkungan dan pertanian, perencanaan penggunaan lahan, kesejahteraan sosial dan program pendidikan, pembaruan perkotaan, kesehatan ekonomi dan lain-lain (Mishan and Quah 2007). Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari hasil pembandingan ini, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas, produk atau proyek, atau dalam konteks evaluasi atas sesuatu yang telah berjalan, adalah menentukan keberlanjutannya. Menurut William (2000) menyatakan bahwa analisis biaya manfaat adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis biaya manfaat selain dapat digunakan untuk merekomendasikan tindakan kebijakan, dapat juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja kebijakan. Analisis biaya manfaat adalah dasar pengambilan keputusan pemerintah dan dibuat sebagai teknik formal untuk membuat keputusan mengenai penggunaan sumberdaya masyarakat yang langka (Mishan and Quah 2007). Menurut Scarborough et al. (2004), analisis biaya manfaat merupakan metode yang luas digunakan untuk menilai kebijakan lingkungan. Saat ini analisis biaya manfaat dilakukan untuk mengevaluasi program yang bersifat kepentingan publik. Biasanya analisis ini terintegrasi dengan analisis dampak program terhadap yang lain, seperti sosial dan lingkungan. Sehingga analisis ini tidak hanya melihat biaya dan manfaat individu saja, tetapi secara menyeluruh memperhitungan biaya dan manfaat sosial dan selanjutnya dapat disebut sebagai analisis biaya manfaat sosial atau analisis ekonomi. Aplikasi analisis biaya dan manfaat pertama kali dilakukan pada tahun 1768 untuk mengevaluasi Net Benefit dari proyek kanal Forth Clyde di Skotlandia. BCA secara resmi memperoleh pengakuan dari pemerintah AS melalui Peraturan Pengendalian Banjir AS tahun 1936. Tahun 1950 US Federal Inter Agency River Basin Committee memperkenalkan Green Book yang memuat prosedur untuk membandingkan biaya dan manfaat. Selanjutnya tahun 19601970-an, penggunaaan prosedur BCA mulai menjadi perhatian dalam evaluasi proyek di negara-negara berkembang. Saat ini BCA digunakan secara luas untuk mengevaluasi pilihan-pilihan di antara berbagai alternatif dalam berbagai bidang termasuk kesehatan, transportasi, SDA dan pertanian, pertambangan, dan sebagainya (Hanley and Spash 1993). Febrianto et al. (2005) dalam penelitiannya mengatakan bahwa prediksi manfaat yang diterima pada proyek pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan (PPNTP) Kabupaten Belitung adalah pemasaran hasil perikanan oleh nelayan, memudahkan dalam memenuhi kebutuhan operasional nelayan, sebagai sarana dalam mempertahankan mutu ikan, adanya multiplier effect seperti peningkatan pendapatan pada sektor lain di luar proyek, adanya economic of scale seperti peningkatan skala usaha, adanya dynamic secondary effect seperti terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat dan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Dalam penelitian ini, penulis berhasil mengkuantifikasi
10
setiap manfaat yang muncul, baik itu manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung. Dari analisis biaya manfaat yang dilakukan, didapatkan nilai kriteria investasi yang sangat tinggi dengan menggunakan suku bunga pasar sebesar 12 %, seperti nilai B/C yang lebih dari 6. Hal ini dinilai wajar dikarenakan proyek yang diteliti mengeluarkan biaya operasional tahunan yang minim dengan nilai manfaat yang besar. Irawaty (2008) dalam penelitiannya menganalisis manfaat yang didapatkan PT. ISM Tbk Bogasari Flours Mills dari program kegiatan sosial mereka, dan berhasil diidentifikasi manfaatnya berupa manfaat yang dapat dikuantifikasi maupun manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi dikarenakan bersifat intangible. Manfaat tersebut diantaranya tambahan pendapatan per tahun, meningkatnya rasa kekeluargaan diantara perusahaan dan UKM, meningkatnya loyalitas terhadap perusahaan, menambah animo masyarakat untuk menabung, dan lain-lain. Dalam penelitiannya, penulis hanya berhenti pada perbandingan antara biaya dan manfaat tanpa dilanjutkan ke analisis kelayakan. Selain itu, dari sekian banyak manfaat yang teridentifikasi hanya satu manfaat tangible yang dapat dikuantifikasi, sedangkan manfaat lainnya yang bersifat intangible tidak berhasil dikuantifikasi. Wulandari (2011) dalam penelitiannya mengenai proyek pembangunan bendungan di Kabupaten Jembrana Bali berhasil mengidentifikasi manfaat-manfaat berupa manfaat langsung yaitu hasil dari penjualan air bersih dan meningkatkan produktivitas pertanian serta manfaat tidak langsung berupa perbaikan kesehatan masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatnya tingkat pendidikan, di mana manfaat-manfaat tidak langsung tersebut dikuantifikasi dengan mengasumsikan 30 % dari manfaat langsung. Kelemahannya dari penelitian ini adalah tidak dijelaskan alasan kuat tentang asumsi kuantifikasi manfaat-manfaat tidak langsungnya. Nilai 30 % dari manfaat langsung secara tiba-tiba muncul dalam perhitungan manfaat-manfaat tidak langsung. Penelitian-penelitian terdahulu di atas menunjukkan analisis biaya dan manfaat dapat dilakukan untuk proyek-proyek yang bersifat sosial dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Analisis biaya dan manfaat yang dilakukan pada program PESAT ini memiliki perbedaan yang mendasar pada sisi manfaat program, di mana salah satu manfaat utama yang muncul dari adanya program adalah bersifat intangible yaitu berhubungan dengan human capital, yaitu program dapat meningkatkan ilmu pengetahuan para peternak. Selain itu, program yang diteliti merupakan program sosial di bidang pertanian yang notabenenya memiliki nilai kriteria kelayakan yang kecil atau sangat kecil, sehingga analisis menggunakan suku bunga yang lebih kecil daripada suku bunga pasar pada umumnya. Pada penelitian ini, terdapat beberapa metode dengan pendekatan non pasar dalam mengkuantifikasi manfaat yang bersifat intangible. Selain analisis biaya manfaat tentang program, penelitian ini juga dipadukan dengan analisis pemangku kepentingan yang langsung merasakan manfaat dari adanya program. Metode Benefit Cost Analysis didasarkan kepada komponen biaya dan manfaat. Langkah pertama dalam melakukan kelayakan ekonomi dari sebuah proyek adalah menentukan komponen biaya dan manfaat yang muncul dari proyek tersebut. Dalam Hanley and Barbier (2009) terdapat enam langkah BCA yang dapat ditempuh yaitu : 1. Spesifikasi secara jelas proyek atau program yang akan dianalisis, dalam hal ini melibatkan spesifikasi lengkap elemen-elemen utama proyek :
11
lokasi, waktu, kelompok yang terlibat, hubungan dengan program lainnya, dan sebagainya. Program-program lingkungan untuk masyarakat yang dianalisis BCA dapat dibedakan atas proyek fisik dan program penyusunan regulasi. 2. Mengidentifikasi dampak dari program atau proyek 3. Deskripsi input dan output program secara kuantitatif, dalam hal ini, waktu harus diperhitungkan. Biasanya proyek lingkungan tidak dapat selesai hanya dalam waktu singkat, sehingga spesifikasi input dan output juga harus memperhitungkan atau meramalkan kejadian-kejadian di masa mendatang. 4. Estimasi biaya dan manfaat sosial dari input-input dan output-output. Seluruh manfaat dan biaya dalam BCA harus dinyatakan dalam bentuk nilai uang atau moneter agar bisa dibandingkan secara langsung. Namun, seringkali penilai harus berhadapan dengan manfaat dan atau biaya yang tidak memiliki nilai pasar (intangible), sehingga harus dilakukan estimasi dengan teknik-teknik valuasi lingkungan. Jika penilaian kuantitatif tidak dapat dilakukan, maka dapat dijelaskan secara kualitatif dan kuantifikasi seoptimal mungkin, dan mendokumentasikan alasan mengapa manfaat tidak dapat dimonetasi. 5. Menghitung kriteria performa dari proyek atau program 6. Melakukan analisis kepekaan Metode Cost Benefits Analysis merupakan penilaian yang terlebih dahulu kita harus dapat mengidentifikasi dan mengkonversikan komponen-komponen penilaian yaitu biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang dihasilkan oleh proyek tersebut ke dalam nilai ekonomis atau moneter. Kemudian kita analisis kelayakan ekonomisnya memanfaatkan alat-alat analisis finansial yang ada seperti Net Present Value, Benefit Cost Ratio dan Internal Rate of Return. Dari hasil analisis tersebut dapat ditetapkan apakah proyek program PESAT PT.KPC tersebut dapat diterima atau tidak. Dalam analisa suatu investasi, terdapat dua aliran kas, aliran kas keluar (cash outflow) yang terjadi karena pengeluaran-pengeluaran untuk biaya investasi, dan aliran kas masuk (cash inflow) yang terjadi akibat manfaat yang dihasilkan oleh suatu investasi. Aliran kas masuk atau yang sering dikatakan pula sebagai proceeds, merupakan keuntungan bersih sesudah pajak ditambah dengan depresiasi (bila depresiasi masuk dalam komponen biaya). Tentunya analisis biaya manfaat ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya dalam menentukan program yaitu terjaminnya penggunaan sumberdaya ekonomi secara efisien. Program atau proyek yang dianalisis dengan cara ini akan memperhitungkan kondisi perekonomian secara luas sehingga dapat meningkatkan penggunaan faktor-faktor produksi khususnya sumberdaya manusia dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan kelemahan dari analisis ini adalah dalam menilai manfaat seringkali sulit dikuantitatif yang disebabkan karena manfaat yang tidak berwujud (intangible). Dalam prakteknya, melakukan analisis dengan metode ini lebih susah daripada teori yang sudah dibahas, karena baik manfaat maupun biaya selalu berubah sepanjang waktu, di samping kelemahan yang dimilikinya. Namun setidaknya, dengan menggunakan metode Benefit Cost Analysis kita dapat
12
memberikan rekomendasi secara ekonomis untuk melanjutkan atau tidak sebuah program atau proyek yang akan atau sudah dibangun. Peluang Usaha Penggemukan Sapi Potong Usaha penggemukan sapi potong memiliki peluang yang sangat besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seiring bertambahnya penduduk di Indonesia, maka permintaan akan pentingnya protein hewani semakin tinggi. Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional, Indonesia masih harus mengimpor sebesar 30% dari total kebutuhan. Jumlah impor itu harus terus berkurang sampai 10% dan 90% kebutuhan daging nasional dapat dipenuhi oleh sapi lokal. Dengan adanya program pemerintah untuk swasembada daging pada tahun 2014, maka idealnya Indonesia hanya boleh mengimpor sebanyak 85 ribu sapi, yang saat ini Indonesia masih harus mengimpor 260 ribu ekor sapi atau setara dengan 460 ribu ton daging sapi. Melihat dari kebutuhan daging sapi nasional yang masih begitu besar, maka peluang usaha itu semakin lebar, baik itu untuk skala industri maupun skala peternakan rakyat. Swasta dalam hal ini perusahaan memiliki peran yang sangat besar untuk menghadapi peluang tersebut. Dengan melibatkan masyarakat, maka tujuan pemerintah untuk swasembada daging tahun 2014 dapat didukung oleh perusahaan yang notabenya memiliki modal yang cukup. Alasan pentingnya peningkatan populasi sapi potong dalam upaya mencapai swasembada daging antara lain adalah: 1) subsektor peternakan berpotensi sebagai sumber pertumbuhan baru pada sektor pertanian, 2) rumah tangga yang terlibat langsung dalam usaha peternakan terus bertambah, 3) tersebarnya sentra produksi sapi potong di berbagai daerah, sedangkan sentra konsumsi terpusat di perkotaan sehingga mampu menggerakkan perekonomian regional, dan 4) mendukung upaya ketahanan pangan, baik sebagai penyedia bahan pangan maupun sebagai sumber pendapatan yang keduanya berperan meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan (Kariyasa 2005). Yusdja dan Ilham (2004) mengatakan Indonesia memiliki tiga pola pengembangan sapi potong. Pola pertama adalah pengembangan sapi potong yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan usaha pertanian, terutama sawah dan ladang. Pola kedua adalah pengembangan sapi tidak terkait dengan pengembangan usaha pertanian. Pola ketiga adalah pengembangan usaha penggemukan (fattening) sebagai usaha padat modal dan berskala besar, meskipun kegiatan masih terbatas pada pembesaran sapi bakalan menjadi sapi siap potong. Upaya pengembangan sapi potong perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: 1) daging sapi harus dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau, 2) peternakan sapi potong di dalam negeri (peternakan rakyat) secara finansial harus menguntungkan sehingga dapat memperbaiki kehidupan peternak sekaligus merangsang peningkatan produksi yang berkesinambungan, dan 3) usaha ternak sapi potong harus memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian nasional (Kuswaryan et al. 2004). Dalam kasus penelitian ini, program PESAT PT. KPC dilaksanakan dengan mengacu kepada hal-hal tersebut di atas dan dapat dibayangkan jika banyak perusahaan tambang di Indonesia memanfaatkan lahan bekas tambangnya untuk mengadopsi program serupa seperti PESAT PT.KPC, maka pemberdayaan
13
dan pembekalan masyarakat tentang ternak melalui program tersebut dapat memperkuat tujuan pemerintah dan harapan kita semua bagi tercapainya swasembada daging dan akhirnya bagi peningkatan status ekonomi masyarakat. Kerangka Pemikiran Reklamasi merupakan kewajiban yang harus dilakukan perusahaan tambang setelah melakukan eksplorasi lahan. Reklamasi sendiri sudah diatur dalam UU. No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Permen ESDM No. 18/2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Reklamasi yang dilakukan perusahaan tambang berupa penanaman kembali atau penghijauan. Lahan bekas tambang yang telah direklamasi dapat dimanfaatkan untuk programprogram lain yang tujuannya agar hasilnya lebih optimal. Banyak langkah yang bisa dilakukan oleh perusahaan tambang di Indonesia sebagai upaya memanfaatkan lahan bekas tambangnya, antara lain revegetasi dengan tanaman hutan, untuk pertanian, dibuat waduk dan perikanan, dan di sektor peternakan. Atlernatif lain yang dilakukan oleh PT. KPC dalam pemanfaatan lahan bekas tambang yaitu membangun pusat pelatihan ternak budidaya sapi yang diberi nama program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT). Program ini termasuk baru dalam pemanfaatan lahan bekas tambang, tetapi dimungkinkan dapat dilakukan atau diikuti oleh perusahaan tambang lain di Indonesia. Dalam perjalanannya program PESAT KPC direkomendasikan sebagai row model dalam pemanfaatan lahan bekas tambang dalam ajang The Fifth ASEAN Energy Awards, hal tersebut didasarkan kepada model program PESAT yang dapat melibatkan peran serta masyarakat sekitar dalam bentuk menjadi peserta magang yang akan mendapatkan pelatihan mengenai budidaya ternak sapi dari kalangan professional. Selain itu, program PESAT KPC juga mendapatkan apresiasi dan dukungan pemerintah daerah Kutai Timur sebagai program yang ikut mensukseskan program pemerintah untuk swasembada daging. Dengan berbagai kelebihan dan manfaat yang dirasakan akibat adanya program tersebut, bagaimana konsep program PESAT agar dapat diduplikasi oleh perusahaan tambang lain di Indonesia, apakah benar program ini lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga diperlukan analisis kelayakan program. Dikarenakan program ini pada prakteknya banyak bermanfaat bagi stakeholder lain, maka perlu dilakukan analisis stakeholder untuk mengetahui posisi masing-masing terkait dengan kepentingan dan pengaruh yang dimiliki atas program. Selain itu, perlu mengetahui persepsi peternak sebagai peserta dari program ini sehubungan dengan perbaikan program ke depan. Semua hal tersebut dilakukan dalam rangka keberlanjutan program di masa yang akan datang, saat PT. KPC mengakhiri kontrak usaha dengan pemerintah daerah tahun 2021. Mengingat itu semua, maka perlu dilakukan penelitian mendalam mengenai program PESAT tersebut secara menyeluruh dan sistematis yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan informasi oleh pihak-pihak yang terkait, terutama bagi pemerintah daerah di mana daerahnya terdapat perusahaan tambang yang sedang beroperasi. Informasi ini juga penting bagi perusahaan tambang yang nantinya berkewajiban melakukan reklamasi pasca operasi tambang dan memanfaatkannya agar lebih optimal, dan bagi para akademisi yang tertarik
14
dengan pencarian alternative pemanfaatan lahan bekas tambang. Secara skematis uraian tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
Perusahaan Tambang Batu Bara
PT. Kaltim Prima Coal
Operasi Penambangan
Pasca Operasi/Produksi
Lahan Bekas Tambang
Reklamasi
UU. No. 4/2009
Revegetasi
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang
Alternatif : Program Peternakan Sapi Terpadu
-Row Model dalam Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang -Berbasis Masyarakat
Analisis Program
Analisis Kelayakan
Analisis Stakeholder
Keberlanjutan Program
Gambar 2.1 Alur pemikiran penelitian
Analisis Persepsi
15
3 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi objek penelitian ini adalah pusat pelatihan Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) di Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dikarenakan program ini satu di antara sedikit program reklamasi lahan bekas tambang di Indonesia dalam bidang peternakan dan di bawah perusahaan tambang besar di Indonesia yaitu PT. KPC yang mana sudah dijadikan row model program berbasis masyarakat. Waktu pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2013.
Jenis dan Sumber Data Data penelitian yang akan digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan pihakpihak yang terkait di perusahaan PT. KPC, pemerintah daerah Kutai Timur, perguruan tinggi, dan peserta magang program PESAT. Data sekunder dikumpulkan melalui data yang ada pada perusahaan PT. KPC dan instansiinstansi yang terkait lainnya. Tabel 3.1 Matrik penelitian : tujuan, sumber dan metode analisis Tujuan Penelitian Sumber Data yang Metode Analisis Diperlukan 1. Menganalisis model a. Sejarah atau latar Analisis deskriptif atau konsep program belakang program melalui data primer dan Peternakan Sapi Terpadu PESAT. data sekunder yang (PESAT) PT. KPC. b. Profil umum seperti dimiliki perusahaan. tujuan program, lokasi, struktur karyawan,karakteristi k bangunan/kandang, ternak, pakan, dan lain-lain. 2. Mengestimasi biaya a. Biaya investasi awal Data sekunder dan manfaat dari program b. Biaya operasional perusahaan, Benefit Cost Peternakan Sapi Terpadu c. Manfaat-manfaat Analisys (BCA) (PESAT) PT. KPC. program 1. Menilai komponen biaya dan manfaat. 2. Menilai kelayakan program ; NPV, BCR, IRR. 3. Analisa kepekaan.
16
Tabel 3.1 Matrik penelitian : tujuan, sumber dan metode analisis (lanjutan) Tujuan Penelitian Sumber Data yang Metode Analisis Diperlukan 3. Merumuskan a. Stakeholder yang Analisis stakeholder, hubungan stakeholder terlibat Analisis deskriptif untuk keberlanjutan b. Peran masing-masing melalui wawancara program Peternakan Sapi stakeholder. dengan pihak yang terkait Terpadu (PESAT) pasca c. Kontribusi masingdi PEMDA Kutim, PT, penutupan tambang oleh masing stakeholder. dan lembaga lain yang PT.KPC d. Nilai kepentingan dan terkait. pengaruh masingmasing stakeholder 4. Mengidentifikasi a. Karakteristik peserta Analisis persepsi, karakteristik dan persepsi magang. Analisis deskriptif peserta program b. Persepsi peserta melalui wawancara Peternakan Sapi Terpadu program. dengan menggunakan (PESAT) PT. KPC kuesioner.
Metode Analisis Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan secara detail tentang bagaimana model atau konsep dari program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) PT. KPC, menjelaskan bagaimana proses reklamasi lahan bekas tambang yang kemudian dimanfaatkan untuk program PESAT, dan menjelaskan profil program PESAT mulai dari perkandangan, ternak, pakan, pekerja, peserta magang, dan lain-lain. Selain itu digunakan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh dan kepentingan stakeholder di Kutai Timur bagi keberlanjutan program ini pasca PT. KPC melakukan penutupan tambang tahun 2021. Analisis Biaya Manfaat Analisis biaya manfaat atau yang biasa disebut Benefit Cost Analysis (BCA) digunakan untuk menilai komponen biaya dan manfaat yang muncul dari program PESAT. Biaya primer dari program ini terbagi atas : biaya investasi dan biaya operasional atau pemeliharaan (operating and maintenance). Manfaat ekonomi dari program PESAT adalah manfaat berupa pemasaran hasil peternakan, penghematan dan peningkatan-peningkatan di dalam program dan manfaat-manfaat lain yang muncul sebagai efek dari adanya program PESAT, seperti ilmu yang didapat peserta magang dari pelatihan yang diberikan, terserapnya tenaga kerja, mendukung program pemerintah untuk swasembada daging, memperpendek saluran pemasaran bagi persediaan sapi di daerah saat momen idul qurban, penerimaan dari pembuatan biogas dan penghematan biaya pakan dikarenakan pakan rumput akan ditanam di lahan luas sekitar area PESAT, yang mana semua manfaat tersebut diusahakan dapat diukur secara kuantitatif dalam satuan moneter.
17
Ketika biaya dan manfaat telah berhasil diidentifikasi, kesemuanya harus memiliki nilai agar dapat diperoleh perbandingan antar berbagai alternatif atau pilihan. Asumsi dasar yaitu harga mencerminkan nilai atau opportunity cost, atau dapat disesuaikan hingga tercapai asumsi tersebut. Dalam BCA sosial, hargaharga input (dan output) yang tidak mencerminkan nilai sesungguhnya terhadap masyarakat, dapat disesuaikan. Pada proses ini kita dapat menggunakan bayangan (shadow pricing) (Brent 2006). a) Menghitung Nilai Komponen Biaya 1. Biaya investasi awal (outlays); pembangunan kandang sapi, gedung kantor dan asrama pekerja, fasilitas di PESAT, dan pembelian peralatan. 2. Biaya operasional ; perawatan kandang, listrik, upah tenaga kerja, bakalan, obat-obatan, pakan, biaya pengangkutan dan biaya-biaya lainnya (manajemen program, pelatihan). Biaya-biaya di atas akan didapatkan dari data sekunder perusahaan mulai tahun nol program dimulai sampai tahun terakhir 2012. b) Menghitung Nilai Komponen Manfaat Manfaat yang diperoleh dari program PESAT ini terdiri dari manfaat langsung atau primer yang merupakan manfaat langsung yang dihasilkan dari program PESAT seperti hasil dari penggemukan sapi dan manfaat tidak langsung atau sekunder, yaitu manfaat yang muncul sebagai efek dari adanya program PESAT. Berikut manfaat-manfaat yang teridentifikasi dari program PESAT PT. KPC : 1. Manfaat produk sapi 2. Manfaat produk susu 3. Manfaat produk sayuran 4. Manfaat produk pupuk kompos padat dan cair 5. Manfaat produk biogas 6. Sebagai tempat wisata pendidikan 7. Sebagai laboratorium lapangan Kampus STIPER Kutim 8. Sebagai tempat/ruang pertemuan 9. Sebagai tempat penginapan tamu perusahaan 10. Sebagai tempat PKL dan penelitian 11. Meningkatkan ilmu pengetahuan para peternak 12. Meningkatkan bargaining atau reputasi perusahaan di mata masyarakat, mitra dan pemerintah Analisis Kelayakan Program Setelah komponen-komponen biaya dan manfaat diketahui, maka kita dapat mengetahui kelayakan ekonomi dari program PESAT tersebut dengan menggunakan beberapa metode yakni Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Dasar perhitungan metode Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR) adalah aliran kas (cash flow) (Hanley and Barbier 2009).
18
a) Net Present Value Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengurangi kekurangankekurangan yang terdapat pada metode Payback Period. Metode NPV merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Oleh karena itu, untuk melakukan perhitungan kelayakan investasi dengan metode NPV diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih di masa yang akan datang (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang diinginkan (Hanley and Barbier 2009). Rumus yang digunakan untuk menghitung Net Present Value (NPV) adalah : n
NPV = ∑ t =0
Bt − Ct (1 + r ) t
Keterangan : r = discount rate yang digunakan = Manfaat pada periode t Bt Ct = Biaya pada periode t n = periode yang terakhir di mana cash flow diharapkan Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun maka Present Value dari proceeds setiap tahunnya harus dihitung terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah Present Value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan dari investasi. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Net Present Value (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol atau bernilai positif. Sebaliknya, jika NPV suatu investasi lebih kecil dari nol atau bernilai negatif maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Penentuan tingkat diskonto merupakan suatu hal yang sangat penting karena dilaksanakannya suatu proyek sangat tergantung dari tingkat diskonto yang dipilih. Ada beberapa tingkat diskonto dalam masyarakat, misalnya tingkat bunga tabanas, deposito (yang juga bermacam-macam tingkatnya tergantung jenis dan jangka waktunya), pinjaman bank, dan tingkat bunga resmi yang besarnya berbeda-beda. Dikarenakan pentingnya penentuan tingkat suku bunga dalam analisis, maka dalam menentukan tingkat diskonto ini harus bijak. Dalam menentukan tingkat suku bunga, muncul istilah suku bunga sosial. Tingkat diskonto sosial ini untuk Indonesia dapat merupakan gabungan dari tingkat bunga Bank Indonesia dan pinjaman luar negeri (Overseas Development Program dari Jepang, IMF, dan Bank Dunia) yang umumnya jauh lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku umum (Sugiyono 2001). Pada penelitian ini, tingkat diskonto yang dipakai menggunakan rata-rata suku bunga Bank Indonesia 13 bulan ke belakang sebesar 5.75%, hal ini dikarenakan di Indonesia belum memiliki suku bunga sosial dan program yang diteliti merupakan program sosial dimana perusahaan sudah menyiapkan atau mengalokasikan dana secara khusus.
19
b) Benefit Cost Ratio Metode ini merupakan metode yang menghitung perbandingan antara manfaat dengan biaya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Benefit Cost Ratio (BCR) adalah : n
BCR =
Bt
∑ (1 + r ) t =0 n
Ct
∑ (1 + r ) t =0
t
t
Keterangan : r = discount rate yang digunakan = Manfaat pada periode t Bt Ct = Biaya pada periode t n = periode yang terakhir di mana cash flow diharapkan Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, maka harus menghitung Present Value dari proceeds setiap tahunnya terlebih dahulu untuk dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah Present Value dari keseluruhan proceeds yang diharapkan dari investasi. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode BCR adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika BCR lebih besar dari satu. Sebaliknya, jika BCR suatu investasi lebih kecil dari satu maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. c) Internal Rate of Return Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu proyek investasi (Hanley and Barbier 2009). Maka pada prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya rate of return sebenarnya. Pada dasarnya Internal Rate of Return harus dicari dengan cara trial and error. Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah : IRR =
NPV1 (r2 − r1 ) NPV2 − NPV1
Keterangan : r1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif r2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Internal Rate of Return (IRR) lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki. Sebaliknya, jika IRR suatu investasi lebih kecil dari tingkat keuntungan yang dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut digunakan program Excel.
20
Analisis Kepekaan Analisis kepekaan adalah menghitung ulang NPV ketika nilai-nilai parameter tertentu berubah (Hanley and Barbier 2009). Analisis ini digunakan untuk menilai dampak yang mungkin terjadi karena ketidakpastian dengan mengajukan sejumlah pertanyaan “bagaimana jika”. Sejumlah parameter yang diperlukan pada analisa kepekaan adalah discount rate, jangka waktu perencanaan proyek, perbedaan waktu dalam pelaksanaan proyek, perubahan dalam pengeluaran modal, perubahan dalam harga barang non pasar, dan perubahan dalam manfaat dan biaya. Analisis Persepsi Dalam penelitian ini persepsi yang dinilai adalah persepsi para peserta/peternak terhadap program PESAT, khususnya terhadap pelatihan yang diberikan kepada mereka. Persepsi peserta yang akan diteliti adalah persepsi terhadap ketersediaan sarana/fasilitas pelatihan, terhadap program pelatihan, terhadap metode pelatihan, terhadap instruktur pelatihan, terhadap kebutuhan akan pelatihan, terhadap materi pelatihan, terhadap waktu pelatihan, terhadap manfaat pelatihan. Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban responden dalam kuesioner adalah Skala Likert, yaitu nilai 5 : sangat setuju/sangat puas, 4 : setuju/puas, 3 : ragu-ragu/biasa saja, 2 : tidak setuju/tidak puas, 1 : sangat tidak setuju/sangat tidak puas. Sampel responden yang diambil adalah para peternak yang sedang mengikuti program pemagangan atau yang sudah selesai mengikuti program pemagangan, diambil dari perwakilan dari setiap tahap pemagangan. Analisis Stakeholder Analisis stakeholder digunakan untuk menganalisis data mengenai stakeholder. Model analisis stakeholder yang digunakan adalah model yang diperkenalkan oleh Reed et al. (2009). Tahapan dalam melakukan analisis stakeholder adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi stakeholder dan perannya 2. Identifikasi harapan-harapan yang muncul dari para stakeholder terhadap program 3. Keuntungan-keuntungan/manfaat-manfaat apa saja yang mungkin akan diperoleh para stakeholder 4. Membedakan dan mengkategorikan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya Stakeholder adalah orang-orang, atau kelompok-kelompok, atau lembagalembaga yang kemungkinan besar terkena pengaruh dari satu kegiatan program/proyek baik pengaruh itu positif maupun negatif, atau sebaliknya yang mungkin memberikan pengaruh terhadap hasil keluaran program/proyek. Stakeholder dipetakan ke dalam matriks analisis stakeholder berdasarkan besarnya kepentingan dan pengaruh. Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan stakeholder dalam keberhasilan program PESAT, kesesuaian tujuan kerja/program stakeholder terhadap program PESAT, kontribusi masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan program PESAT, manfaat yang diperoleh stakeholder dari program PESAT, dan kepentingan stakeholder terhadap program PESAT yang berkelanjutan. Besarnya pengaruh dinilai berdasarkan instrumen dan sumber kekuatan (power) yang dimiliki masing-masing stakeholder (Reed et al.
21
2009). Instrumen kekuatan meliputi kekuatan kondisi (conditioning power), kekuatan kelayakan (condign power), kekuatan kompensasi (compesatory power) dan sumber kekuatan meliputi kekuatan individu (personality power), kekuatan organisasi (organization power). Dalam penelitian ini, besarnya pengaruh dapat dilihat dari peran kekuasaan dan statusnya (politik, sosial & ekonomi) terhadap program PESAT, derajat/level lembaga dalam pembuatan keputusan, hubungan dengan stakeholder lain terkait program PESAT, dukungan SDM terhadap program PESAT, dan dukungan finansial terhadap program PESAT. Penilaian besarnya kepentingan dan pengaruh stakeholder menggunakan skala likert yaitu nilai 5 : sangat kuat, 4 : kuat, 3 : sedang, 2 : lemah, 1 : sangat lemah. Jumlah nilai yang didapatkan oleh masing-masing stakeholder adalah 25 poin untuk besarnya kepentingan dan 25 poin untuk besarnya pengaruh. Setelah diketahui besarnya nilai kepentingan dan pengaruh, masing-masing stakeholder dipetakan ke dalam matriks kepentingan pengaruh pada gambar 2 dengan menggunakan Software Minitab 16.
Subject
Key Player
Crowd
Context Setter
Pengaruh
Gambar 3.1 Matriks kepentingan-pengaruh (Reed et al. 2009)
22
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Tempat Penelitian Keadaan Geografi Penelitian dilakukan di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kecamatan Sangatta Utara. Kutai Timur memiliki luas wilayah 35 747.50 km² atau 17 % dari total luas Provinsi Kalimantan Timur. Daerah ini terletak antara 118º58’19” Bujur Timur dan 115º56’26” Bujur Barat serta diantara 1º52’39” Lintang Utara dan 0º02’10” Lintang Selatan. Kecamatan Sangatta memiliki luas wilayah sebesar 2923.44 km2 dengan rincian Sangatta Utara sebesar 1262.59 km2 dan Sangatta Selatan sebesar 1660.85 km2. Kabupaten Kutai Timur pada awalnya terdiri dari 5 kecamatan, kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1999, dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Pada Tahun 2005, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2005, Kabupaten Kutai Timur dimekarkan lagi menjadi 18 kecamatan. Jika dilihat dari batas-batas wilayah dan posisinya, maka Kutai Timur merupakan kabupaten yang menghubungkan beberapa daerah kabupaten atau kota di Kalimantan Timur, yaitu antara wilayah utara (Kabupaten Berau dan Bulungan) serta wilayah tengah (Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Kartanegara). Batas wilayah Kabupaten Kutai Timur adalah sebagai berikut : a Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Talisayan dan Kecamatan Kelay (Kabupaten Berau) b
Sebelah Selatan
:
Berbatasan dengan Kecamatan Bontang Utara (Kota Bontang) dan Kecamatan Marang Kayu (Kabupaten Kutai Kartanegara)
c
Sebelah Timur
:
Berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi
d
Sebelah Barat
:
Berbatasan dengan Kecamatan Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang (Kabupaten Kutai Kartanegara)
Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Timur berbeda-beda. Muara Wahau merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas, yaitu 5724, 32 km2 atau 16.01 % dari keseluruhan kecamatan yang ada di Kutai Timur, sedangkan urutan kedua ditempati oleh Kecamatan Busang, yaitu seluas 3721.62 km2 atau 10.41 % dari keseluruhan Kabupaten Kutai Timur. Kecamatan Sangatta Utara memiliki luas wilayah sebesar 1262.59 km2 dan Sangatta Selatan memiliki luas wilayah sebesar 143.82 km2, namun jumlah penduduk di Kecamatan Sangatta berjumlah paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Luas wilayah setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan peta Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat dalam Gambar 4.1.
23
Tabel 4.1 Luas wilayah menurut kecamatan Luas No Kecamatan Banyaknya Desa Km² % Muara 8 2739.30 7.66 1 Ancalong Busang 6 3721.62 10.41 2 Long Mesangat 7 526.98 1.47 3 Muara Wahau 9 5724.32 16.01 4 Telen 7 3129.61 8.75 5 Kombeng 7 581.27 1.63 6 Muara Bengkal 7 1522.80 4.26 7 Batu Ampar 6 204.5 0.57 8 Sangatta Utara 4 1262.59 3.53 9 11 3196.24 8.94 10 Bengalon 6 831 2.32 11 Teluk Pandan 8 1660.85 4.65 12 Rantau Pulung 4 143.82 0.4 13 Sangatta Selatan 7 3322.58 9.29 14 Kaliorang 13 438.91 1.25 15 Sangkulirang 7 3419.30 9.57 16 Sandaran 8 257.45 0.72 17 Kaubun 7 3064.36 8.57 18 Karangan Kabupaten 135 35 747.50 100 Kutai Timur Sumber : Bappeda Kutai Timur (2013)
MALAYSIA
Kalimantan Timur Kutai Timur
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Gambar 4.1 Kabupaten Kutai Timur Sumber : Bappeda Kutai Timur (2013)
Selat Makasar
SULAWESI
24
Keadaan Topografi Topografi Kabupaten Kutai Timur bervariasi dari yang berupa dataran landai, bergelombang hingga berbukit-bukit dan pegunungan, serta pantai dengan ketinggian tanah bervariasi antara 0 sampai 7 m hingga lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Kawasan yang relatif datar dan landai hanya terdapat di Kecamatan Sangatta, Muara Bengkal, Muara Ancalong dan sebagian Muara Wahau dan Sangkulirang. Wilayah Kutai Timur terdiri dari daratan dan perairan, dimana wilayah daratan tidak terlepas dari gugusan gunung atau pegunungan yang jumlahnya sekitar delapan gunung dan yang tertinggi adalah Gunung Menyapa dengan ketinggian mencapai 2000 m. Wilayah perairan berupa laut atau pantai, sungai dan danau. Daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Berau pada Kecamatan Sangkulirang, Muara Wahau dan Muara Ancalong merupakan daerah pegunungan kapur. Wilayah dengan daerah pegunungan dan perbukitan mempunyai areal paling luas yaitu 1 608 915 ha dan 1 429 922.5 ha sedangkan dataran/landai 536 212.5 ha yang terdiri dari daratan, rawa dan perairan berupa sungai dan danau. Jaringan sungai terdapat di seluruh kecamatan sedangkan danau hanya di Kecamatan Muara Bengkal yaitu Danau Ngayau dan Danau Karang. Wilayah pantai yang berada di sebelah timur kabupaten mempunyai ketinggian antara 0 sampai 7 m diatas permukaan laut di mana wilayah ini mempunyai sifat kelerengan yang datar, mudah tergenang rawa dan merupakan daerah endapan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Timur mempunyai kelerengan di atas 15%, wilayah dengan kelerengan di atas 40% mempunyai areal cukup luas, yang tersebar di seluruh wilayah, khususnya terkonsentrasi di bagian barat laut, di mana wilayahnya mempunyai ketinggian diatas 500 meter diatas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian 500 m diatas permukaan laut mempunyai sifat berbukit sampai bergunung dengan kelerengan lebih dari 40% dan sangat potensi erosi. Keadaan Iklim Kabupaten Kutai Timur beriklim hutan tropika humida dengan suhu udara rata-rata 26 ºC, di mana perbedaan suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5 sampai 7 ºC, jumlah curah hujan antara 2000 sampai 4000 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 130 sampai 150 hari/tahun. Ciri iklim hutan tropika humida ini adalah hujan turun tidak menentu, tidak memiliki perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan pada kenyataannya tidak hujan, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau pada kenyataannya turun hujan. Keadaan Geologi Keadaan tanah Kabupaten Kutai Timur berupa kandungan batuan endapan tersier dan batuan endapan kwarter. Formasi batuan endapan terutama terdiri dari batuan kwarsa dan batuan liat. Tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai dengan tinggi, semakin banyak faktor penghambat yang dijumpai
25
di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan tanah pada wilayah tersebut rendah. Jenis tanah di wilayah daratan Kabupaten Kutai Timur didominasi oleh tanah podsolik merah kuning, latosol dan litosol. Jenis tanah lainnya adalah aluvial, organosol, latosol, dan podsol, mayoritas tanah tersebut memiliki kesuburan yang rendah. Keadaan Demografi Beragam etnis terdapat di wilayah Kutai Timur. Di dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kutai Timur, dinyatakan bahwa kedatangan etnis lain (di luar Kutai dan Dayak) terutama sekali didorong oleh dua faktor. Faktor pertama yaitu terbukanya daerah ini sebagai tempat yang baik untuk mencari kerja atau mengembangkan usaha yang didorong oleh sektor industri batubara, maupun pengelolaan kayu yang keduanya mendatangkan banyak tenaga kerja dari luar daerah. Faktor kedua yaitu karena mengikuti program transmigrasi yang dilaksanakan pemerintah. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, sebagian besar pendatang yang saat ini bermukim di Kutai Timur berasal dari Pulau Jawa dan Sulawesi, sehingga dari tahun ke tahun jumlah penduduk Kabupaten Kutai Timur terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk Kutai Timur sebesar 203.156 jiwa dan kemudian meningkat menjadi 262 972 jiwa tahun 2010, yang berarti selama periode lima tahun penduduk Kutai Timur telah bertambah sebanyak 59816 jiwa atau rata-rata pertahun bertambah sebanyak 11963 jiwa. Pertumbuhan penduduk antara tahun 2006 sampai 2010 tidak merata yang berkisar antara 2.44% sampai 16.74%. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Sangatta Utara. Hal ini disebabkan Sangatta Utara sebagai ibu kota kabupaten dengan jumlah penduduk sebanyak 67849 jiwa atau sebesar 25.8% dari total penduduk Kutai Timur. Berikut Tabel 4.2 yang memperlihatkan jumlah penduduk berdasarkan pertumbuhan dan persebaran serta kepadatan penduduk. Tabel 4.2 Jumlah, pertumbuhan dan persebaran serta kepadatan Kabupaten Kutai Timur Tahun 2006 sampai 2010 No Uraian Jumlah 1 Penduduk
penduduk
Satuan
2006
2007
2008
2009
2010
Jiwa
203 156
208 662
213 762
245 817
262 972
2
Pertambahan Jumlah Penduduk
Jiwa
29138
5506
5100
32053
17157
3
Pertumbuhan Penduduk
(%)
16.74
2.71
2.44
14.99
6.98
4
Kepadatan Penduduk
5.68
5.84
5.98
6.14
7.36
Jiwa/k m2
Sumber: Bappeda Kutai Timur (2012)
26
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kutai Timur didominasi oleh lakilaki dengan rasio jenis kelamin perempuan dan laki-laki sebesar 1 : 1.15 sampai 1 : 1.25 dalam kurun waktu 2006 sampai 2010. Persebaran penduduk terbanyak masih berada di Kecamatan Sangatta Utara yaitu sebesar 25.80% pada tahun 2010, diikuti oleh kecamatan Bengalon dan Sangatta Selatan pada tahun yang sama. Penyebaran penduduk masih dominan di Sangatta Utara disebabkan oleh status Sangatta sebagai ibu kota Kabupaten Kutai Timur dan keberadaan perusahaan besar PT KPC di kecamatan tersebut. Penyebaran penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Penyebaran penduduk menurut Kecamatan tahun 2006 sampai 2010 Persebaran Penduduk No Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010 5.71 5.72 5.67 5.15 5.54 1 Muara Ancalong 1.91 1.91 1.9 1.77 2.27 2 Busang 1.94 1.95 1.93 1.85 1.73 3 Long Mesangat 5.9 5.91 5.86 7.26 6.79 4 Muara Wahau 2.6 2.62 2.6 2.7 2.37 5 Telen 6.19 6.2 6.15 6.33 5.92 6 Kongbeng 5.25 5.27 5.22 5.08 4.75 7 Muara Bengkal 1.37 1.37 1.36 2.2 2.06 8 Batu Ampar 24.56 26.12 25.89 23.28 25.8 9 Sangatta Utara 7.35 7.37 7.3 10.15 9.51 10 Bengalon 6.4 6.41 6.35 5.09 6 11 Teluk Pandan 6.95 6.96 6.9 7.72 7.22 12 Sangatta Selatan 3.14 3.15 3.12 2.95 2.75 13 Rantau Pulung 3.42 3.43 3.4 3.41 3.19 14 Kaliorang 4.77 3.01 2.99 3 2.8 15 Kaubun 6.74 6.76 6.7 6.4 6.01 16 Sangkulirang 2.66 2.66 3.54 2.79 2.61 17 Karangan 3.15 3.16 3.13 2.88 2.69 18 Sandaran Jumlah (%) 100 100 100 100 100 Sumber : Bappeda Kutai Timur (2013) Keadaan Sosial Sebagaimana etnis yang beragam, agama yang dianut penduduk Kutai Timur pun beragam. Penduduk Kutai Timur mayoritas beragama Islam, yaitu sebanyak 190 555 jiwa atau 72.5% dari total penduduk. Sebanyak 16.6% penduduk Kutai Timur beragama Kristen, diikuti oleh agama Hindu dan Budha sebesar 4.2% dan 0.14%. Rasio tempat ibadah setiap agama di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
27
Tabel 4.4 Rasio tempat ibadah di Kabupaten Kutai Timur tahun 2010 Bangunan Jumlah No Tempat Jumlah (Unit) Pemeluk Rasio Ibadah (Jiwa) 589 190 555 1:324 1 Masjid 182 43739 1:240 2 Gereja 16 11107 1:694 3 Pura 1 363 1:363 4 Vihara 5 Kelenteng 6 Lain-lain Jumlah 788 262 972 Sumber : BPS Kutai Timur (2011) Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur mempunyai program wajib belajar 12 tahun. Peningkatan sumber daya manusia Kutai Timur menjadi hal yang penting dalam membangun daerah. Untuk menunjang tujuan tersebut tentunya Pemerintah Daerah harus terus menyediahkan fasilitas pendidikan yang layak dan berkelanjutan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang terus meningkat. Ketersediaan fasilitas pendidikan di Kabupaten Kutai Timur dapat diperlihatan pada tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Kutai Timur Jumlah No Pendidikan Sekolah Murid Guru/Dosen (unit) (jiwa) (jiwa) SD 180 37458 2772 1 SMP 74 11734 1070 2 SMA 38 7800 858 3 PT 2 1069 182 4 Sumber : BPS Kutai Timur (2011) Dari tabel tersebut memperlihatkan bahwa rasio ketersediaan antara guru SD dan jumlah siswanya sebesar 1:14. Rasio ketersediaan antara guru SMP dan siswanya sebesar 1:11, sedangkan rasio ketersediaan antara guru SMA dan siswanya sebesar 1:9. Perguruan tinggi (PT) yang terdapat di Kutai Timur, tepatnya berada di Sangatta Utara berjumlah 2 PT, yaitu STIPER dan STAIS. Keberadaan STIPER di Kabupaten Kutai Timur diharapkan dapat menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kuat di bidang pertanian, yang nantinya dapat membangun sektor pertanian di Kutai Timur. STIPER termasuk kampus yang bermitra dengan PT KPC dalam hal peningkatan SDM masyarakat, khususnya dalam program Peternakan Sapi Terpadu. Berikut ini Tabel 4.6 yang memperlihatkan penduduk Kabupaten Kutai Timur usia 10 tahun ke atas yang dapat menamatkan pendidikannya.
28
Tabel 4.6 Penduduk usia 10 tahun ke atas berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Kutai Timur tahun 2006 sampai 2010 No
1.
2.
Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
Laki-laki: Tidak/Belum Punya Ijazah SD/Setara SD
-
-
-
24809
7944
11209
43618
7540
28884
28938
SMP/Setara SMP
46638
14976
42462
17892
21221
SMA/Setara SMA
15616
14682
27051
17181
33829
Perguruan Tinggi
1603
1902
2159
2379
5480
Perempuan: Tidak/Belum Punya Ijazah SD/Setara SD
-
-
-
22611
8906
13294
40182
10058
26323
27437
SMP/Setara SMP
40857
13796
43629
16309
17928
SMA/Setara SMA
8473
13525
14105
15658
19503
Perguruan Tinggi
1098
1752
1160
2168
4412
Jumlah (jiwa)
138 789
144 433
148 165
174 211
175 598
Sumber : Bappeda Kutai Timur (2013) Ketenagakerjaan Kabupaten Kutai Timur merupakan wilayah yang sangat luas. Dari 18 kecamatan yang ada, potensi sektor pertanian masih cukup tinggi. Sektor pertanian masih menjadi tumpuan penduduk Kutai Timur dalam mendapatkan pekerjaan, yaitu sebesar 51310 jiwa atau 48.45% dari total penduduk yang bekerja pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, termasuk peternakan di dalamnya merupakan base sector yang harus tetap diperhatikan oleh pemangku kebijakan, terutama pemerintah dalam membangun daerahnya. Pada tahun yang sama, pertambangan menjadi sektor kedua setelah pertanian yang menjadi tumpuan penduduk Kutai Timur dalam mendapatkan pekerjaan, yaitu sebesar 17365 jiwa atau 16.4% dari total yang bekerja. Khusus di kecamatan Sangatta Utara, dimana PT KPC beroperasi, penduduknya mayoritas bekerja di sektor pertambangan, sehingga diperlukan alternatif pekerjaan selain sektor pertambangan pasca PT KPC tutup tambang tahun 2021. Program PESAT yang dikembangkan oleh PT KPC salah satunya adalah langkah persiapan menuju alternatif pekerjaan bagi masyarakat tersebut. Untuk mengetahui jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Timur yang bekerja menurut lapangan usaha kurun waktu 2007 sampai 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.
29
Tabel 4.7 Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Kutai Timur berdasarkan lapangan pekerjaan utama tahun 2007 sampai 2010 Sektor/ Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya Total
2007 Jml (jiwa)
2008 Jml (jiwa)
%
2009 %
Jml (jiwa)
2010 %
Jml (jiwa)
%
50065 5221
60.79 46.34
46602 10489
52.46 11.86
43736 9890
52.46 11.86
51310 17365
48.45 16.4
1211
1.47
417
0.47
392
0.47
1081
1.02
91
0.11
381
0.43
375
0.45
257
0.24
4826
5.86
2039
2.3
1943
2.33
4234
4
9273
11.26
6286
7.09
5929
7.11
11589
10.94
1664
2.02
576
0.65
550
0.66
2846
2.69
0
0
1498
1.69
1418
1.7
4044
3.82
8606 1400
0.45 1.7
13894 6481
15.7 7.31
13050 6104
15.65 7.32
13176 0
12.44 0
82357
100
88665
100
83387
100
105902
100
Sumber : Bappeda Kutai Timur (2013) Keadaan Ekonomi Aktivitas ekonomi di Kabupaten Kutai Timur khususnya Kecamatan Sangatta sedang tumbuh. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur terbesar masih disumbang oleh sektor pertambangan dan penggalian. PDRB yang diterima oleh Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2009 sampai 2010 masih didominasi oleh sektor tersebut, yaitu sebesar 85.97% dan 87.34%. Hal ini memperlihatkan betapa besarnya pengaruh sektor pertambangan bagi kesejahteraan masyarakat di Kutai Timur. Sektor pertanian menjadi sektor kedua yang menyumbang penerimaan Kabupaten Kutai Timur, walaupun secara persentase sangat jauh dibandingkan dengan sektor pertambangan, yaitu 3.66%. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian pemerintah daerah lebih baik lagi. Berdasarkan potensi wilayah yang ada di seluruh kecamatan Kabupaten Kutai Timur, sektor pertanian masih menjadi potensi tertinggi dalam menyerap lapangan pekerjaan, namun kenyataannya sektor ini menyumbang PDRB daerah masih sangat kecil, oleh karena itu Pemerintah Daerah Kutai Timur harus memperhatikan sektor ini agar lebih produktif dalam mensejahterahkan masyarakatnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor selanjutnya setelah pertanian yang menyumbang PDRB Kutai Timur sebanyak 3.43%. Berikut ini tabel 4.8 mengenai PDRB Kabupaten Kutai Timur menurut lapangan usaha.
30
Tabel 4.8 PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2009 sampai 2010 (Juta Rp) No
Sektor Usaha
2009
2010
PDRB
%
PDRB
%
1
Pertanian
1 196 216.10
4.18
1 292 751.66
3.66
2
Pertambangan dan Penggalian
24 599 820.24
85.97
29 705 414.58
87.34
3
Industri Pengolahan
86 433.78
0.3
95 255.08
0.27
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
30 068.20
0.11
32 177.87
0.09
5
Bangunan dan Konstruksi
654 900.38
2.29
692 968.40
1.96
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
999 167.91
3.49
1 213 959.94
3.43
7
Pengangkutan dan Komunikasi
542 403.46
1.9
597 836.41
1.69
8
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan
246 713.83
0.86
259 582.53
0.73
9
Jasa jasa
258 455.07
0.9
289 949.88
0.82
27 380 004.69
100
34 179 895.99
100
Jumlah
Sumber : BPS Kutai Timur (2011) Sektor pertambangan memang memberikan kontribusi yang besar bagi PDRB Kabupaten Kutai Timur, hal ini disebabkan Kutai Timur memiliki kekayaan sumberdaya batu bara yang tinggi. Potensi seluruh batubara di Kabupaten Kutai Timur adalah sebesar 5 352 473 000 ton, namun batu bara merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, sehingga perlu bagi pemerintah daerah Kabupaten Kutai Timur memperhatikan sektor lain dalam membangun ekonomi daerahnya. Berdasarkan PDRB tanpa migas dan batubara tahun 2006 sampai 2010, sektor pertanian merupakan yang paling dominan dalam pembentukan PDRB dengan kontribusi antara 29.01 sampai 29.23%. Urutan terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan share antara 21.34 sampai 23.59%, kemudian disusul sektor bangunan sebesar antara 15.46 sampai 16.01%, sedangkan sektor-sektor lainnya dibawah 14%. Sub sektor pekebunan merupakan penyumbang terbesar pada sektor pertanian dengan share antara 5.36 sampai 10.68%. Berdasarkan hal tersebut, maka mulai saat ini Pemerintah Daerah Kutai Timur bersama masyarakatnya sudah harus memulai persiapan pasca tambang batu bara sudah tidak ada lagi, yaitu dengan cara menekuni sektor pertanian lebih baik lagi, teknologinya diperbaiki dan lahan pertanian dipertahankan. Selain itu, kemampuan dan kemauan berwirausaha masyarakatnya perlu digalakkan dengan membuka industri kecil dan besar. Berikut Tabel 4.9 mengenai kontribusi sektoral khususnya sektor pertanian tanpa migas dan batubara dalam perekonomian Kabupaten Kutai Timur.
31
Tabel 4.9 Kontribusi sektoral tanpa migas dan batubara tahun 2006 sampai 2010
29.23
30.32
29.38
29.01
29.36
Ratarata 29.5
5.18
5.15
5.18
5.24
5.19
5.19
2.56
2.27
1.96
2.11
1.9
2.27
0.88
0.84
0.76
0.73
0.68
0.79
15.87
15.62
15.46
16.01
15.97
15.77
22.13
21.34
23.67
23.36
23.59
22.41
12.2
12.62
12.71
13.26
13.62
12.87
Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan
6.83
7.04
6.55
6.03
5.74
6.53
Jasa jasa Jumlah (%)
5.13 100
4.8 100
4.33 100
4.25 100
3.94 100
4.67 100
No
Sektor Usaha
1
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi
2 3 4 5 6
7
8 9
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber : BPS Kutai Timur (2011) Berikut ini disajikan Tabel 4.10 mengenai kontribusi sektor pertanian yang terdiri atas tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan serta hasilhasilnya, kehutanan, dan perikanan terhadap PDRB di Kabupaten Kutai Timur antara tahun 2006 sampai 2010. Sub sektor peternakan serta hasil-hasilnya masih menyumbang nilai yang kecil terhadap PDRB dibandingkan sub sektor lainnya, yaitu 2.39% di tahun 2010. Keberadaan PESAT diharapkan dapat mendongkrak kontribusi sub sektor peternakan serta hasil-hasilnya terhadap PDRB Kabupaten Kutai Timur. Tabel 4.10 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Kutai Timur tahun 2006 sampai 2010 No
Uraian
2006
2007
2008
2009
2010
1
Tanaman bahan makanan
6.37
6.29
5.99
5.64
5.35
2
Tanaman perkebunan
5.36
7.71
8.41
9.01
10.68
2.8
2.69
2.56
2.51
2.39
10.61 4.09 29.23
9.48 4.16 30.32
8.51 3.9 29.38
7.67 4.18 29.01
6.8 4.15 29.36
3 4 5
Peternakan dan hasilhasilnya Kehutanan Perikanan Jumlah
Sumber: Bappeda Kutai Timur (2013)
32
Potensi Pengembangan Wilayah Kecamatan pemekaran yang menjadi wilayah perencanaan merupakan kawasan yang berkembang berdasarkan karakteristiknya masing-masing, seperti Kecamatan Muara Ancalong dan Muara Bengkal yang dulunya berkembang di sepanjang Sungai Kelinjau. Kecamatan Sangkulirang merupakan kecamatan yang lebih dikenal terlebih dahulu daripada Ibukota Sangatta karena posisi geografisnya di kawasan pesisir pantai yang memudahkan transaksi barang dan jasa lebih mudah, tetapi seiring dengan perkembangan ekonomi dan perubahan sistem kegiatan di Kabupaten Kutai Timur, karakteristik yang ada tersebut mengalami pergeseran sehingga menciptakan kluster-kluster perkembangan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur tahun 2007, direncanakan di Kabupaten ini memiliki 4 SWP (Sub Wilayah Pengembangan). Empat SWP tersebut terdiri dari : • SWP I : Berpusat di Sangatta Utara • SWP II : Berpusat di Ibukota Kecamatan Sangkulirang • SWP III : Berpusat di Ibukota Kecamatan Muara Wahau • SWP IV : Berpusat di Muara Bengkal Kecamatan Sangatta Utara sebagai ibukota Kabupaten memiliki potensi pengembangan yang besar dalam sektor perdagangan dan jasa. Hal tersebut dikarenakan oleh keberadaan PT KPC sebagai salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia dan pusat pemerintahan berada di kecamatan ini. Selain itu, potensi wisata di Kecamatan Sangatta Utara juga dapat dikembangkan. Kecamatan Sangatta Selatan memiliki potensi di sektor pertanian yaitu sayursayuran dan produksi ikan segar khususnya ikan bandeng dan ikan kakap. Potensi perikanan tersebut lebih banyak dibudidayakan di tambak dan sebagian lagi dari hasil tangkap nelayan laut. Sama halnya dengan Kecamatan Sangatta Utara, potensi wisata di Kecamatan Sangatta Selatan juga cukup bagus. Potensi peternakan di dua kecamatan tersebut saat ini masih ada walaupun kecil. Program PESAT dilakukan PT KPC dalam rangka turut mengembangkan potensi yang masih kecil tersebut. Potensi masing-masing kawasan perencanaan di beberapa kecamatan Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini.
33
No
1
Tabel 4.11 Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Kutai Timur Kecamatan Potensi
Sangatta Utara
KPC (Kaltim Prima Coal) sebagai perusahaan tambang terbesar di Kabupaten Kutai Timur yang memiliki kawasan ’kota mandiri’ di Kawasan Perkotaan Sangatta merupakan potensi sebagai pusat pertumbuhan khususnya dalam sektor perdagangan dan jasa. Memiliki kawasan pariwisata lokal di Tanjung Sangatta yang dapat dikembangkan sebagai wisata pantai dan wisata pesisir. Sungai Sangatta sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan.
2
Bengalon
3
Teluk Pandan (Ibukota Kecamatan: Teluk Pandan)
4
Rantau Pulung (Ibukota Kecamatan: Margo Mulyo)
5
Sangatta Selatan (Ibukota Kecamatan: Sangatta Selatan)
Potensi perkebunan sawit di Desa Tepian Langsat dan Keraitan serta perkebunan Kakao di Desa Sekerat Memiliki potensi pertanian dengan komoditi padi sawah, pisang, dan cokelat. Komoditi unggulan yang sedang dan akan dikembangkan oleh kecamatan ini adalah: Jeruk Martadinata, Pinili, Nenas, Salak Memiliki potensi pertanian karena pada umumnya masyarakatnya adalah transmigran yang sudah terlatih untuk membudidayakan lahan pertaniannya (sawah tadah hujan dan buahbuahan) Memiliki kandungan tambang batu bara. Potensi sektor pertanian yaitu sayur-sayuran dan produksi ikan segar khususnya ikan bandeng dan ikan kakap. Potensi perikanan tersebut lebih banyak dibudidayakan di tambak dan sebagian lagi dari hasil tangkap nelayan laut. Memiliki potensi wisata lokal di Teluk Lombok maupun Teluk Kabak. Pusat pertumbuhan di kecamatan ini adalah pasar ikan yang terdapat di Desa Sangatta Selatan.
Sumber : Bappeda Kutai Timur (2013)
34
Gambaran Umum Reklamasi Lahan Bekas Tambang PT KPC Reklamasi lahan bekas tambang merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan seluruh perusahaan tambang di Indonesia, termasuk PT KPC. Proses reklamasi lahan bekas tambang di PT KPC terdiri dari 2 proses, yaitu penimbunan batuan penutup dan kontrol sedimen serta penanaman. Penimbunan dilakukan dengan mengikuti tata cara yang tercantum dalam buku Spesifikasi Rehabilitasi. Tinggi setiap timbunan adalah 10 m. Batuan yang berpotensi menghasilkan asam (Potential Acid Forming = PAF) ditempatkan di bagian terbawah dari timbunan. Batuan ini harus diselimuti oleh batuan yang tidak berpotensi menghasilkan asam (Non Acid Forming = NAF). Hal ini dilakukan untuk mencegah terbentuknya air asam batuan. Tempat penimbunan yang telah selesai dibentuk harus segera direhabilitasi. Tanah dari pembukaan lahan, disebarkan kembali di atas timbunan yang telah dirapikan, dan dibuat saluran pengendali aliran permukaan, yang akan mengalirkan air ke kolam pengendap sedimen. Audit kegiatan penyiapan lahan rehabilitasi ini dilakukan secara rutin, untuk memastikan terbentuknya daerah rehabilitasi yang stabil, aman dan produktif. Kolam pengendap sedimen berfungsi untuk mengendapkan sedimen yang terbawa akibat aliran air permukaan, sehingga air yang masuk ke sungai penerima mempunyai kualitas yang sesuai dengan baku mutu lingkungan. Pengambilan contoh air di 7 titik pantau kepatuhan dan analisa laboratorium dilakukan setiap hari selama proses analisa untuk memastikan parameter air yang tertuang dalam baku mutu lingkungan bisa terpenuhi. Selanjutnya dilakukan proses penanaman. Penanaman diawali dengan penebaran benih tanaman penutup tanah (cover crop), untuk mencegah terjadinya erosi. Selanjutnya dilakukan penanaman tanaman pelindung dan tanaman keras khas Kalimantan seperti Meranti (Shorea sp), Kapur (Dryobalanops camphora), dan Ulin (Eusideroxylon zwageri). Tanaman yang digunakan sebagian besar diproduksi oleh Nursery Environment Department dan juga melalui kemitraan dengan petani lokal melalui program pengembangan masyarakat. Perawatan tanaman di daerah rehabilitasi dilakukan secara rutin, agar tanaman tumbuh dengan baik. Pekerjaan meliputi pemberian pupuk dan pembersihan gulma. Untuk mengetahui perkembangan daerah rehabilitasi secara menyeluruh, pemantauan flora dan fauna juga dilakukan, termasuk keterkaitan antara keduanya. Total luasan area pertambangan PT KPC sebesar 90.938 hektar, sekitar 16% atau baru 14 ribu hektar telah ditambang. Akhir tahun 2007 telah dilakukan rehabilitasi seluas lebih dari 2800 hektar dan akhir tahun 2009 telah dilakukan rehabilitasi seluas lebih dari 3733 hektar. Hingga akhir tahun 2011, sekitar 4500 hektar sudah direklamasi. Perusahaan memperkirakan dari 90938 hektar total areal pertambangan, hanya 30 ribu hektar yang dieksploitasi sampai akhir izin kontrak yang akan berakhir tahun 2021. Target reklamasi saat produksi sampai 2021 sekitar 25 ribu hektar lahan yang direklamasi. Sisanya seluas 5 ribu hektar dikerjakan (direklamasi) setelah operasi tambang berakhir 2021. Dari 30 ribu ha lahan yang direklamasi hingga izin kontrak berakhir 2021, sekitar 46% diantaranya akan dialokasikan untuk lahan pemanfaatan, sisanya untuk konservasi.
35
Untuk program pengelolaan lingkungan, PT KPC menganggarkan US$25 juta hingga US$30 juta per tahun, sekitar 70% diantaranya terserap untuk upaya reklamasi tambang. Program pengelolaan lingkungan lainnya yang dikerjakan perusahaan yakni pengelolaan limbah B3 dan tata air. Biaya reklamasi PT KPC per hektar sebesar US$12500. PESAT merupakan salah satu program pemanfaatan lahan bekas tambang PT KPC yang berdiri di atas 22 hektar lahan bekas tambang berlokasi di D2 Murung yang pernah menjadi bagian lokasi tambang sebagai area dumping Pit Surya. PESAT adalah sebuah program model peternakan sapi terpadu dan termasuk program CSR PT KPC. Sebelum dapat dimanfaatkan menjadi peternakan sapi terpadu, perlu waktu 10 tahun bagi perusahaan untuk menyiapkan lahan bekas tambang agar aman digunakan bagi program PESAT. Sebelum digunakan PESAT, prosesnya sama seperti rehabilitasi awal yaitu penimbunan batuan penutup dan penanaman. Dalam proses rehabilitasinya, lahan bekas tambang yang sekarang dimanfaatkan PESAT ini ditanami rumput penutup yaitu Signal grass (Brachiaria decumbens) dan beberapa jenis legume, seperti Stylosanthes sp dan Centrosema pubescens.
Identifikasi Program PESAT
Program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) PESAT adalah sebuah model peternakan sapi terpadu di lahan bekas tambang yang merupakan salah satu program pemanfaatan lahan bekas tambang dari PT Kaltim Prima Coal (KPC). Program ini dilakukan setelah melewati uji penelitian “Teknik Pengembangan Tanaman Penutup Tanah pada Lahan Pasca Tambang Batu Bara sebagai Pastura” yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Mulawarman. Setelah melalui uji tersebut, PT. KPC bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor membentuk program PESAT yang merupakan percontohan pengelolaan peternakan Sapi Bali yang dilaksanakan secara semi intensif dengan memadukan semua elemen yang terkait untuk saling mendukung dan memberikan hasil yang maksimal baik sisi ekonomi, sosial dan lingkungan. Saat ini program PESAT melibatkan beberapa stakeholder dalam kegiatannya, yaitu PT.KPC, PEMDA Kutai Timur, Kampus STIPER, dan peternak. Program PESAT berdiri sejak bulan Desember 2009. Lokasi peternakan berada di D2 Murung yang pernah menjadi bagian tambang di area dumping Pit Surya. Tata kelola PESAT dilaksanakan secara terpadu. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan kotoran dan hasil peternakan sebagai bahan pada kegiatan di dalam peternakan maupun kegiatan lain yang berhubungan, sehingga tidak ada limbah yang tidak termanfaatkan. Keberadaan PESAT sebagai peternakan sapi terpadu dimaksimalkan dengan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat sebagai pelaku usaha peternakan. Peningkatan kapasitas tersebut dalam bentuk pelatihan terstruktur selama enam bulan kepada masyarakat yang ingin bergerak di usaha peternakan.
36
Dalam skema besar model integrasi PESAT yang direncanakan, bahwa ke depan akan dikembangkan kegiatan pembibitan sapi, penggemukan dan sapi perah. Selain itu akan dikembangkan juga peternakan ayam dan itik. Kegiatankegiatan tersebut memproduksi produk sapi bakalan, produk susu, biogas dan pupuk organik padat dan cair. Produk sapi bakalan akan menghasilkan produk daging, produk susu akan menghasilkan produk yoghurt serta susu pasteurisasi yang selanjutnya produk akhir akan dipasarkan melalui toko daging atau susu (meat/milk shop). Biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak dimanfaatkan untuk kesediaan listrik , pupuk organik yang juga dihasilkan dari kotoran ternak akan dimanfaatkan untuk hijauan, tanaman sayur dan kehutanan, sehingga tanamantanaman tersebut dapat tumbuh dengan subur. Dari tanaman pakan, tanaman sayur dan tanaman hutan tersebut akan dibudidayakan ternak lebah atau ulat sutra. Dari lebah dan ulat sutera tersebut muncul usaha madu atau sutra alam. Akhirnya produk akhir akan dipasarkan ke masyarakat umum. Model integrasi PESAT tersebut dapat juga dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Model Integrasi PESAT Sumber : PESAT (2013) Saat ini PESAT memproduksi beberapa produk yang dihasilkan dari kotoran ternak dan susu sapi. Produk yang sudah berhasil diproduksi oleh PESAT yaitu pupuk padat dan cair, sayuran organik, susu murni serta hasil olahan susu berupa yoghurt, es susu dan es krim. Pupuk cair diolah dari bahan dasar urin dan feces kotoran sapi. Teknik pengolahannya melalui mekanisme biogas. Sementara untuk pupuk padat merupakan hasil percampuran dari serbuk gergaji, biobakteri dan kotoran sapi. Produk olahan susu berupa yoghurt, es susu dan es krim merupakan hasil dari susu murni yang dihasilkan dari sapi Perah. Setiap hari rata-
37
rata sapi Perah tersebut menghasilkan 10 liter susu. Sayuran organik yang sudah dihasilkan adalah sayur kangkung, bayam, terong, tomat dan cabai. Sayuran tersebut dalam pemeliharaannya menggunakan pupuk kandang yang telah diproduksi sendiri oleh PESAT. Saat ini produk organik mulai menjadi tren yang dikonsumsi oleh masyarakat. Selain sehat, produk organik juga mengurangi bahan kimia berbahaya dalam proses penanamannya, yaitu ditanam dengan pupuk kandang atau kompos, serta tidak menggunakan pestisida. Produk-produk yang sudah dihasilkan PESAT tersebut saat ini belum dikelola secara optimal, artinya target-target penjualan ke pasar belum ditentukan dengan pasti. Misalnya produk pupuk yang hanya diproduksi seadanya, tidak ditarget produksi per hari atau per bulan, begitupun dengan pupuk cair yang disediakan ketika ada permintaan saja. Produk sayur pun saat ini belum dikelola secara optimal atau tanpa target penjualan, padahal produk-produk tersebut memiliki potensi penerimaan bagi PESAT ke depan. Tujuan PESAT Program ini bertujuan sebagai pusat pembibitan dan pelatihan usaha peternakan sapi potong untuk mendukung program swasembada daging nasional sekaligus persiapan alternatif ekonomi bagi masyarakat terkait dengan rencana penutupan tambang pada tahun 2021. Program pembibitan sapi disadari menjadi hal yang penting bagi tercapainya program swasembada daging nasional. Hal ini seperti yang banyak dikemukakan oleh para ahli. Target swasembada sapi pada 2014 bisa dipercepat dengan fokus pada penyediaan bibit, bukan pada pengadaan sapi bagi tiap daerah. Selain itu, pengembangan bibit sapi di Indonesia masih susah dan langka, sehingga diperlukan penanganan khusus pengembangan bibit sapi untuk bisa memenuhi kebutuhan daging sapi nasional. Sarana PESAT PESAT memiliki area seluas 22 Ha. Kurang lebih 2 Ha kebun rumput Gajah, 1 Ha embung air, 14 Ha padang gembala dan 5 Ha sisanya untuk fasilitas penunjang dan hutan kecil di dalam area. Beberapa fasilitas peternakan terdiri dari kandang, gudang pakan, gudang peralatan, kandang isolasi, pengolahan pupuk dan biogas. Fasilitas penunjang antara lain kantor, mess karyawan dan kamar tamu, lapangan parkir dan gazebo pandang. PESAT memiliki kandang sapi dengan kapasitas daya tampung 110 ekor. Bangunan pelengkap kandang terdiri dari bangunan pengolahan pupuk padat, digester untuk biogas, kandang isolasi, gudang pakan dan gudang peralatan. Dari kandang PESAT diharapkan dapat menghasilkan bibit sapi Bali berkualitas serta berperan dalam meningkatkan populasi ternak sapi untuk Kutai Timur dan mensukseskan program swasembada daging nasional. Kandang PESAT tergolong sangat bagus, dengan bahan kandang terbuat dari kayu ulin, akan memperpanjang umur ekonomis kandang, diperkirakan hingga 30 tahun kandang PESAT masih dapat digunakan. Kandang PESAT bertipe koloni, yang memiliki 10 kandang. Nomor 1 sampai nomor 3 merupakan kandang induk, nomor 4 sampai nomor 5 merupakan kandang beranak, nomor 6 sampai nomor 8 merupakan kandang induk
38
dan anak, nomor 9 merupakan kandang sapi perah dan nomor 10 merupakan kandang anak. Setiap kandang berukuran 8 x 10 m2. Bangunan PESAT menjadi pemenang The Fifth Asean Best Practice Competition For Energy Efficient Building Asean Energy Award 2011 untuk kategori bangunan tropis. Konsep dari fasilitas ini adalah menerapkan desain tradisional dan lokal yang disesuaikan dengan fungsi bangunan. Bangunan ini menggunakan sebanyak mungkin material lokal, dalam hal ini adalah kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang pada saat pembangunan jumlahnya cukup melimpah. Untuk menjaga kondisi awal lahan, bangunan ini mengadaptasi rumah panggung yang merupakan jenis bangunan asli Kalimantan. Secara umum, orientasi bangunan adalah utara-selatan untuk menghindari sinar matahari secara langsung. Perancang bangunan menjaga untuk tetap mempertahankan kontur asli area PESAT karena area ini merupakan area reklamasi. Penempatan bangunan disesuaikan dengan kontur tanah. Selain itu juga dilakukan penanaman pohon yang berfungsi untuk mengurangi polusi udara dan suara. 80% material yang digunakan adalah kayu yang berasal dari daerah setempat sehingga tidak menimbulkan material polutan serta mengurangi biaya transportasi. PESAT juga memiliki padang rumput dan kebun rumput. Padang rumput gembala dengan luas 14 Ha dibagi menjadi 3 petak paddock. Jenis rumput beragam dari rumput penutup saat reklamasi yaitu Signal Grass (Brachiaria decumbens) dan beberapa jenis legume, serta rumput Bracheraria humudicola atau yang sering disebut rumput Koronivia yang ditanam saat program PESAT mulai berjalan. Kebun rumput seluas 2 Ha ditanami rumput potong dengan jenis rumput Gajah (Pennisctum purpureum) dan rumput Raja (King grass). Kebun rumput dialiri pupuk cair dari hasil pengolahan limbah menggunakan digester. Pupuk kandang ditambah dengan pupuk buatan diberikan setelah panen. Rumput Bracheraria humudicola yang terdapat di PESAT saat ini pertumbuhannya terlihat agak terganggu atau berdaun tidak lebat, sehingga menjadi masalah ketika ternak sapi akan merenggut rumput tersebut. Rumput ini akan siap direnggut ternak sapi bila berada pada pertumbuhan yang ideal dan berdaun lebat. Pertumbuhan yang kurang baik pada rumput ini diperkirakan karena sistem penggembalaan ternak sapi yang kontinyu sehingga kurang menjamin keselamatan pastura. Kerusakan ini akan terus terjadi karena penggembalaan bebas tidak dapat memenuhi kebutuhan ternak akan hijauan yang berkualitas secara tetap, oleh karena itu sistem penggembalaan rotasi atau bergilir menjadi alternatif bagi PESAT agar ketersediaan rumput Koronivia ini menjadi ideal dan berdaun lebat, sehingga akan berdampak baik bagi pertumbuhan ternak sapi. Sistem rotasi menjadi pilihan, tetapi dengan konsekuensi harus menerapkan manajemen penggembalaan tepat dengan melibatkan campur tangan manusia. Salah satu keuntungan penggembalaan bergilir adalah ternak dapat diatur untuk mencegah agar tidak melakukan renggut pilih (selective grazing) supaya pertumbuhan kembali rumput dapat terjamin (Malesi 2006). Fasilitas lain yang dimiliki PESAT yaitu bangunan kantor dan mess karyawan serta kelas bagi peserta magang. Bangunan kantor PESAT memiliki 2 lantai dengan ruang pertemuan cukup luas. Ruang pertemuan PESAT digunakan untuk pelatihan, meeting maupun acara lain yang memerlukan ruangan representatif. Tempat pertemuan ini dapat digunakan oleh masyarakat umum dengan pemberitahuan dan pemberian izin terlebih dahulu. Mess kelas menjadi
39
tempat istirahat bagi karyawan dan pemagang maupun tamu yang berkunjung. Terdapat 6 mess bagi karyawan dan peserta magang serta 3 kamar tamu yang dilengkapi dengan 2 kamar mandi. Ruang kelas digunakan untuk pelatihan bagi para pemagang yang dilakukan di PESAT. Selain itu pembangunan pagar keliling diperlukan sebagai pagar batas areal PESAT dengan areal lain, untuk keamanan dan mencegah ternak keluar dari areal peternakan. Tanaman Gliricidea maculate atau pohon Gamal ditanam di antara tiang pagar yang bertujuan sebagai pagar hidup dan juga merupakan sumber pakan ternak yang kaya akan protein, sehingga termasuk menjadi salah satu sumber pakan. Kegiatan PESAT PESAT memiliki tujuan menjadi penghasil bibit sapi Bali. Induk sapi dipelihara dengan perbandingan 10 betina dan 1 jantan. Pola pemeliharaan dilakukan secara semi intensif dengan metode gembala dan pemberian pakan tambahan di kandang berupa hijauan segar dan konsentrat. Ternak digembalakan mulai pukul 07.30 WITA sampai 15.30 WITA setelah itu dimasukkan kembali ke kandang pada pukul 16.00 WITA. Saat ini sapi yang ada di PESAT berjumlah 75 ekor sapi Bali dan 4 ekor sapi Perah. Sapi Bali terdiri dari pejantan 3 ekor, betina 31 ekor, anak 41 ekor masing-masing 22 ekor betina dan 19 ekor jantan. Sapi Perah terdiri dari 1 ekor jantan, 2 ekor betina dan 1 ekor anak betina. Anak sapi yang dihasilkan akan dikembangkan ke masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat PT KPC dengan melalui tahapan peningkatan kapasitas terlebih dahulu. Peningkatan kapasitas penerima ternak bibit dilakukan melalui kegiatan pelatihan di dalam pemagangan PESAT. Perkembangan Sapi Bali dari waktu ke waktu di akhir tahun (bulan Desember) antara tahun 2010 sampai 2013 disajikan pada tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12 Perkembangan Sapi Bali di PESAT per akhir tahun NO
URAIAN SAPI
JUMLAH SAPI 2010
Induk - Jantan 3 - Betina 30 2 Anak - Jantan 4 - Betina 4 TOTAL 41 Sumber : Data primer diolah (2013)
2011
2012
2013
3 42
3 31
3 31
13 12 70
19 20 73
19 22 75
1
PESAT menjalankan kegiatan pemagangan untuk masyarakat di sekitar tambang PT KPC. Dalam pemagangan, peserta akan terlibat langsung dalam bekerja dan belajar beternak sapi di PESAT. Pemagangan berlangsung selama 6 bulan dimana selain melakukan kegiatan beternak, para peserta juga akan menerima pelatihan kelas dengan pelatihnya dari lembaga pendidikan tinggi
40
seperti IPB, UNMUL, STIPER Kutim serta BPTP Samarinda dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim. Materi pelatihan yang diberikan cukup beragam, diantaranya mengenai pakan ternak, pemeliharaan sapi, budidaya tanaman pakan, pengolahan limbah ternak sapi, kelembagaan, kesehatan dan reproduksi. Peserta pelatihan adalah para peserta magang, petani dan masyarakat yang tertarik untuk belajar mengenai peternakan sapi. Sejak berdiri hingga saat ini, peserta magang PESAT berjumlah 20 orang, yang terbagi menjadi 3 tahap pemagangan. Tahap 1 berjumlah 6 orang periode 2009 sampai 2010, tahap 2 berjumlah 8 orang periode 2010 sampai 2011 dan tahap 3 berjumlah 6 orang periode 2011 sampai 2012. Program pemagangan tahap 4 yang sejatinya ada pada periode 2012 sampai 2013, tidak dilaksanakan karena berdasarkan evaluasi program sebelumnya yang perlu diperbaiki manajemennya, sehingga perlu waktu bagi pengelola PESAT untuk mengatur ulang strategi perbaikan program pemagangan selanjutnya yang direncanakan akan dilaksanakan kembali tahun 2013. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh pengelola PESAT, bahwa 5 orang dari 8 peserta di tahap 2 masih mengembangkan usaha peternakan sapi di daerahnya masing-masing, sedangkan 6 peserta magang di tahap 3, hanya 50% saja yang masih mengembangkan usaha di bidang peternakan, sisanya tidak melanjutkan usaha peternakan dengan alasan ternak yang diterima setelah mengikuti program magang mati dan ada juga yang dijual dengan alasan pulang ke kampung halaman di luar pulau. Fungsi PESAT Selain berfungsi sebagai pusat pembibitan dan pelatihan usaha peternakan Sapi Bali, PESAT juga bermanfaat sebagai sarana praktikum dan laboratorium lapangan bagi perguruan tinggi lokal yang ada di Sangatta, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutai Timur. Keberadaan PESAT sangat membantu STIPER dalam kegiatan praktikum mahasiswa dan dosen. PESAT dijadikan laboratorium lapangan bagi STPER Kutai Timur berdasarkan perjanjian atau MoU antara KPC dan STIPER yang dilakukan di akhir tahun 2011, bahkan pada saat proses akreditasi kampus STIPER tahun 2012, PESAT secara resmi terdaftar sebagai laboratorium yang dimiliki kampus STIPER. Selain STIPER yang menjadikan PESAT sebagai laboratorium lapangan, kampus lain di luar Sangatta juga menjadikan PESAT sebagai tempat praktek kerja lapangan (PKL) dan penelitian, di antaranya IPB, UNMUL, POLTEK Samarinda dan sekolah-sekolah menengah kejuruan yang ada di Kutai Timur. PESAT juga dijadikan sebagai sarana kunjungan belajar dan wisata bagi siswa siswi sekolah yang ada di Sangatta, mulai tingkat TK sampai SMA. Tenaga Kerja PESAT Saat ini PESAT memiliki tenaga kerja berjumlah 8 orang. Satu orang bertindak sebagai kepala kandang, 1 orang sebagai administrasi, 1 orang sebagai office boy sekaligus perawat kebun dan sisanya 5 orang sebagai pekerja lapang yang tugasnya adalah mencari hijauan, memberikan hijauan, memberikan air minum, memberikan konsentrat, memandikan sapi, membersihkan kandang dan peralatan susu serta memerah sapi. Beberapa kali tenaga kerja PESAT selalu berganti, sehingga selalu diperlukan transfer ilmu dalam manajemen peternakan.
41
Tenaga kerja bekerja mulai pukul 07.00 sampai 16.00 WITA. Semua tenaga kerja yang ada berada di bawah koordinator PESAT yang berasal dari Divisi Community Empowerment PT. KPC. Penanganan Limbah Penanganan limbah di PESAT sudah berjalan dengan mekanisme yang teratur. Kotoran berupa feses dan urin yang masuk diselokan secara otomatis mengalir ke digester kompos, yang selanjutnya terproses di dalamnya yang nantinya akan menghasilkan pupuk cair dan biogas. Pupuk cair yang dihasilkan selanjutnya dialirkan ke kebun rumput yang dimanfaatkan untuk kesuburan tanah dan pertumbuhan rumput itu sendiri. Pupuk kompos diolah dari kotoran ternak yang dikumpulkan di tempat pengolahan. Selama 21 hari kotoran tersebut terfermentasi bersama serbuk gergaji atau jerami dan biobakteri. Kesehatan Ternak Upaya pemeliharaan kesehatan ternak dilakukan sendiri oleh pekerja yang ada di PESAT. Setiap bulan ternak diberikan vitamin untuk menjaga kesehatan. Jika ada ternak yang sakit, pekerja berusaha sendiri untuk memberikan perlakuan khusus, seperti memberinya dengan obat penambah nafsu makan, ditempatkan di kandang isolasi untuk diberi pakan tersendiri. Setelah semua langkah tersebut dilakukan dan ternyata ternaknya tidak menampakkan perkembangan yang bagus, maka upaya memanggil petugas kesehatan ternak di dinas peternakan Kutai Timur dilakukan. Selama ini, terdapat kerjasama antara Dinas Peternakan Kutai Timur dengan PESAT dalam hal kesehatan ternak selain pelatihan. Mulai tahun 2013 Dinas Peternakan Kutai Timur akan melaksanakan program inseminasi buatan, dan akan bekerjasama dengan PESAT, sehingga tujuan PESAT dalam persediaan bibit yang cepat dan sehat dalam mendukung program swasembada daging nasional semakin optimal. Karakteristik Peserta Pemagangan PESAT Sejak berdirinya PESAT mulai akhir tahun 2009, program pemagangan sudah dilakukan sebanyak 3 tahap. Tahap I dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni tahun 2010. Tahap II dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai Januari tahun 2011, sedangkan tahap III dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember tahun 2011. Total peserta magang yang sudah mengikuti program PESAT selama 3 tahap tersebut sebanyak 20 orang. Tahap I berjumlah 6 orang, tahap II berjumlah 8 orang dan tahap III berjumlah 6 orang. Peserta angkatan satu 100% berasal dari kecamatan Sangatta. Semua peserta berjenis kelamin laki-laki. Evaluasi yang dilakukan pihak KPC terhadap peserta angkatan I tersebut dirasa tidak berhasil. Dari 6 peserta tersebut, hanya satu orang yang bersedia melanjutkan program magang ke usaha peternakan sapi dengan menyiapkan kandang dan lahan rumput, namun satu orang itu pun akhirnya tidak berhasil melanjutkan usaha peternakan sapi dengan alasan sapi yang diberikan mati. Kalau melihat potensi kecamatan Sangatta yang merupakan ibu kota Kabupaten Kutai Timur dan tempat beroperasinya perusahaan batu bara
42
PT KPC, maka tidak mengherankan jika peserta magang angkatan I tidak melanjutkan program magang ke usaha peternakan sapi. Hal ini disebabkan begitu banyaknya alternatif pekerjaan tersedia di kecamatan Sangatta yang dari segi materi dan waktu lebih menggiurkan daripada ketika mereka merintis usaha peternakan. Tampaknya permasalahan seperti ini yang perlu diberi pemahaman dan motivasi kepada peserta berikutnya jika ada yang berasal dari kecamatan Sangatta. Dengan hasil evaluasi seperti itu, peserta di tahap II tidak ada lagi yang berasal dari Kecamatan Sangatta. Dari 8 peserta magang di tahap II, 5 orang berasal dari Kecamatan Rantau Pulung dan 3 orang berasal dari Kecamatan Bengalon. Dua kecamatan tersebut dari sisi geografis lebih potensial untuk peternakan sapi, walaupun di Kecamatan Bengalon juga terdapat potensi tambang, di mana di kecamatan tersebut sudah ramai dengan aktivitas perusahaan tambang. Pendidikan yang ditempuh oleh 8 peserta magang tahap II mayoritas lulusan SMA, yaitu sebanyak 62.5% atau 5 orang, sisanya lulusan SMP dan SD. Peserta tahap II pun semuanya berjenis kelamin laki-laki. Evaluasi pasca program pemagangan yang dilakukan pada peserta tahap II ini cukup baik, walaupun tidak semuanya berhasil. Dari 8 peserta di tahap II tersebut, hingga saat ini sebanyak 4 orang masih melanjutkan program magang dengan membuka usaha peternakan sapi. Hal ini tidak terlepas dari proses seleksi peserta magang yang sudah diperbaiki dibandingkan dengan tahap I. Di tahap II proses seleksi dilakukan dengan menyaring peserta dari kelompok tani yang sebelumnya sudah mendapatkan pendampingan dari pendamping wilayah (PW) PT KPC dan selanjutnya dilakukan proses wawancara. Pada program pemagangan tahap III, peserta yang mengikuti sebanyak 6 orang. Sama halnya dengan tahap II, peserta berasal dari Kecamatan Rantau Pulung dan Kecamatan Bengalon. Peserta dari Kecamatan Rantau Pulung berjumlah 4 orang dan 2 orang berasal dari Kecamatan Bengalon. Semua peserta berjenis kelamin laki-laki. Semua peserta di tahap III berpendidikan SMA. Evaluasi yang dilakukan di tahap III sama halnya dengan tahap II, 67% peserta masih melanjutkan program magang di usaha peternakan, namun dalam perjalanannya terdapat peserta yang sebenarnya sudah melanjutkan program magang dengan beternak sapi, tetapi karena terdapat masalah keluarga dan harus pulang ke kampung halaman, akhirnya ternak yang ada dijual. Melihat perkembangan peserta magang pasca mengikuti program pelatihan di atas, tentunya PESAT harus melakukan evaluasi menyeluruh. Mulai dari proses rekruitmen, proses belajar dan proses akhir setelah program pemagangan selesai dilakukan. Proses rekruitmen peserta merupakan tahapan yang sangat penting. Hal ini menyangkut keberhasilan pasca program, apakah peserta dapat melanjutkan program atau berhenti. Dalam proses rekruitmen peserta, tahap I sampai tahap III memperlihatkan perbaikan yang terus menerus. Program tahap I terlihat hanya sekedar memenuhi kuota peserta saja atau bisa dikatakan program tahap I ini merupakan program uji coba, proses rekruitmen dilakukan seadanya tanpa memperhatikan latar belakang, motivasi dan wilayah. Proses rekruitmen tahap II dan tahap III mulai ada perbaikan dan ini sangat berdampak pada hasil program pasca pemagangan. Proses saat program berlangsung pun, yaitu proses belajar memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pasca program. Proses belajar atau pelatihan program tahap I sampai
43
tahap III memperlihatkan persepsi yang yang baik dari peserta magang, artinya untuk proses belajar sendiri tidak ada masalah yang signifikan. Selama peserta magang memiliki motivasi yang tinggi saat pelatihan, maka proses penerimaan materi berjalan dengan baik, walaupun juga turut dipengaruhi kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi. Saat proses belajar, aktivitas praktek langsung yang dilakukan peserta magang sangat membantu mereka ketika beternak secara mandiri di kampung halaman masing-masing, oleh karena itu program PESAT yang mengasramakan peserta magang selama 6 bulan secara penuh merupakan pilihan yang tepat, bahkan berdasarkan persepsi peserta magang yang sudah mengikuti pelatihan, waktu 6 bulan tersebut dirasa kurang. Melihat perkembangan peserta magang yang tidak seluruhnya melanjutkan program di usaha peternakan pasca pemagangan, diduga proses akhir pasca pemagangan yang terlewatkan oleh PESAT. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seharusnya proses akhir ini diperhatikan, yaitu dengan melakukan pendampingan beberapa waktu bagi semua peserta magang yang mendapatkan sapi. Pendampingan ini di dalamnya termasuk pengontrolan PESAT terhadap kedisplinan peserta, motivasi bagi peserta dan pemenuhan bantuan atas permasalahan yang dialami peternak di lapangan, misalnya masalah kesehatan ternak dan perkawinan ternak. Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa faktor wilayah dan tingkat pendidikan cukup mempengaruhi keberhasilan program bagi peserta. Persepsi Peserta Magang Terhadap Pelatihan Analisis persepsi peserta magang terhadap pelaksanaan pelatihan berdasarkan 6 variabel, yaitu persepsi terhadap metode pelatihan, instruktur pelatihan, fasilitas pelatihan, materi pelatihan, waktu pelatihan dan manfaat pelatihan. Persepsi peserta magang terhadap beberapa indikator pelatihan tersebut disajikan pada Tabel 4.13 sampai 4.18 di bawah ini. Tabel 4.13 Persepsi peserta magang terhadap metode pelatihan Deskripsi Pernyataan Tentang Skor Interpretasi No Metode Pelatihan Rataan Keterangan Pelaksanaan metode yang digunakan berdasarkan Sangat 1 kebutuhan untuk menunjang 4.5 Sangat Baik Setuju pekerjaaan nanti metode pelatihan sesuai dengan Sangat 2 5 Sangat Baik tujuan pelatihan Setuju Pada Tabel 4.13 di atas diketahui bahwa persepsi peserta magang terhadap metode pelatihan yang diberikan instruktur sangat baik. Hal ini terlihat dari pendapat mereka yang sangat setuju bahwa metode yang diberikan sangat menunjang pekerjaan mereka ketika beraktivitas di usaha peternakan. Dengan metode yang diberikan saat pelatihan, dapat membantu mereka ketika menghadapi permasalahan kesehatan ternak, pakan ternak dan lain-lain. Selain itu, metode pelatihan yang diberikan berupa praktek langsung di lapangan menjadi poin khusus yang menjadikan pelatihan magang di PESAT menjadi hal penting bagi masyarakat yang ingin bergerak di usaha peternakan, dan hal tersebut
44
menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri. Tabel 4.14 Persepsi peserta magang terhadap instruktur pelatihan Deskripsi Pernyataan Tentang Skor Interpretasi No Instruktur Pelatihan Rataan Keterangan Pelaksanaan instruktur menguasai materi Sangat 1 4.5 Sangat Baik pelatihan Setuju cara penyampaian materi oleh 2 4 Setuju Baik instruktur mudah dipahami instruktur bersedia memberikan Sangat 3 bantuan/solusi atas masalah 5 Sangat Baik Setuju pekerjaan Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, peserta magang memandang bahwa instruktur pelatihan yang memberikan materi sudah kompeten di bidangnya. Peserta magang sangat setuju bahwa instruktur menguasai materi pelatihan, sedangkan persepsi peserta magang terhadap cara penyampaian instruktur berbeda-beda. Peserta magang melihat bahwa setiap instruktur berbeda-beda dalam hal cara penyampaian, ada yang membuat mereka bersemangat mengikuti materi sehingga memudahkan mereka dalam memahami, tetapi ada juga instruktur yang masih harus berusaha membuat peserta magang bersemangat dalam mengikuti materi, yang akibatnya membuat peserta magang sulit memahami materi, namun secara umum beberapa instruktur yang ada mendapatkan persepsi baik dari peserta magang terhadap cara mereka menyampaikan materi pelatihan. Yang menjadi pelatihan magang PESAT ini penting bagi peserta adalah setiap instruktur selalu bersedia memberikan bantuan atau solusi terhadap masalah pekerjaan mereka di lapangan. Tabel 4.15 Persepsi peserta magang terhadap fasilitas pelatihan Deskripsi Pernyataan Tentang Skor Interpretasi No Fasilitas Pelatihan Rataan Keterangan Pelaksanaan alat bantu pelatihan sangat Sangat 1 5 Sangat Baik membantu kelancaran pelatihan Setuju Sangat 2 fasilitas pelatihan sangat lengkap 5 Sangat Baik Setuju fasilitas pelatihan yang digunakan Sangat 3 5 Sangat Baik dalam kondisi baik Setuju fasilitas yang disediahkan telah Sangat 4 4.5 Sangat Baik sesuai dengan harapan saudara Setuju Fasilitas yang ada dalam pelatihan tentunya sangat menunjang akan keberhasilan pelatihan itu sendiri. Berdasarkan Tabel 4.15 di atas, dalam pelatihan magang PESAT, peserta sepakat bahwa fasilitas yang diberikan ke mereka sangat baik. Alat bantu berupa infokus dan layar sangat membantu mereka dalam menerima materi. Selain itu, fasilitas yang diberikan PESAT selama mereka mengikuti pelatihan sangat lengkap dan dalam kondisi baik, mulai dari
45
penginapan, air bersih, konsumsi, honor per bulan, ruang kelas dan segala isinya, praktek langsung di lapangan dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas yang diberikan ke peserta magang tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi peserta magang untuk terus bertahan mengikuti pelatihan selama 6 bulan. Tabel 4.16 Persepsi peserta magang terhadap materi pelatihan Deskripsi Pernyataan Tentang Skor Interpretasi No Materi Pelatihan Rataan Keterangan Pelaksanaan materi pelatihan sesuai dengan Sangat 1 4.5 Sangat Baik pekerjaan yang dilakoni sehari-hari Setuju materi pelatihan membantu dalam Sangat 2 mengatasi permasalahan dalam 5 Sangat Baik Setuju beternak urutan, penyajian dan isi materi Sangat 3 4.5 Sangat Baik pelatihan mudah dipahami Setuju materi pelatihan yang diberikan Sangat 4 5 Sangat Baik selalu diperbaharui Setuju materi pelatihan selalu dilengkapi 5 3.5 Setuju Baik dengan modul/panduan Berdasarkan Tabel 4.16 di atas, persepsi peserta magang terhadap materi pelatihan rata-rata sangat baik. Berdasarkan tabel di atas, peserta memandang bahwa materi pelatihan sudah sesuai dengan pekerjaan yang dilakoni mereka sehari-hari dalam menjalankan usaha peternakan. Materi pelatihan yang diberikan juga sangat membantu terhadap permasalahan yang mereka hadapi ketika menjalankan usaha peternakan, seperti ketika ternak sakit, kurang nafsu makan, ternak yang gelisah dan lain-lain. Materi yang diberikan oleh instruktur setiap pelatihan menurut peserta magang selalu diperbaharui dan penyajian serta isi pelatihan mudah dipahami. Materi pelatihan yang diberikan tersebut diantaranya mengenai pakan ternak, pemeliharaan sapi, budidaya tanaman pakan, pengolahan limbah ternak sapi, kelembagaan, kesehatan dan reproduksi. Selain itu, yang membantu peserta dalam memahami materi adalah modul atau panduan yang selalu diberikan saat mengikuti pelatihan, walaupun pada peserta tahap III modul tersebut diberikan setelah mereka selesai mengikuti pelatihan, sehingga hal ini yang menjadi catatan bagi PESAT sendiri untuk program pelatihan selanjutanya, bahwa modul atau panduan yang diberikan langsung bersamaan saat mereka mengikuti pelatihan sangat penting. Selanjutnya berdasarkan Tabel 4.17 di bawah ini, peserta magang memandang bahwa lamanya waktu pelatihan sangat berpengaruh terhadap pemahaman mereka terhadap materi, oleh karena itu lama waktu pelatihan PESAT selama 6 bulan dirasakan kurang oleh peserta magang. Peserta magang menginginkan waktu pelatihan yang diberikan bertambah, sehingga semakin memahami akan ilmu di bidang peternakan. Selain itu, fasilitas yang diberikan khususnya honor per bulan menjadi motivasi tersendiri bagi peserta magang agar waktu pelatihan ditambah.
46
Tabel 4.17 Persepsi peserta magang terhadap waktu pelatihan Deskripsi Pernyataan Tentang Skor Interpretasi No Waktu Pelatihan Rataan Keterangan Pelaksanaan lamanya waktu yang digunakan Kurang Kurang 1 3 sudah cukup Setuju Baik lamanya waktu pelatihan berpengaruh terhadap Sangat 2 5 Sangat Baik pemahaman materi yang Setuju diberikan Persepsi terhadap variabel terkahir diperlihatkan pada Tabel 4.18 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan bahwa peserta magang sepakat memandang program pelatihan yang dilakukan oleh PT KPC sangat bermanfaat bagi mereka. Manfaat bagi peserta magang tersebut diantaranya adalah dapat menambah pengetahuan, dapat meningkatkan keterampilan dalam beternak, dapat memperbaiki sikap dalam beternak, dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi ke depan, dapat memperbaiki penampilan ternak lebih baik lagi dan dapat meningkatkan motivasi untuk beternak. Peserta magang percaya bahwa dengan ilmu yang mereka dapatkan di pelatihan, dapat meningkatkan kualitas mereka dalam menjalankan usaha peternakan, sehingga dapat memperbaiki penampilan ternak itu sendiri. Dengan penampilan ternak yang lebih baik, maka akan berpengaruh terhadap penjualan ternak ke depan, sehingga diharapkan kesejahteraan mereka akan meningkat. Tabel 4.18 Persepsi peserta magang terhadap manfaat pelatihan Deskripsi Pernyataan Tentang Skor Interpretasi No Keterangan Manfaat Pelatihan Rataan Pelaksanaan program pelatihan dapat Sangat 1 5 Sangat Baik menambah pengetahuan Setuju program pelatihan dapat Sangat 2 5 Sangat Baik meningkatkan keterampilan Setuju program pelatihan memperbaiki Sangat 3 5 Sangat Baik sikap dalam beternak Setuju program pelatihan dapat Sangat 4 meningkatkan kesejahteraan 4.5 Sangat Baik Setuju ekonomi ke depan program pelatihan dapat Sangat 5 meningkatkan performance ternak 5 Sangat Baik Setuju lebih baik lagi program pelatihan dapat Sangat 6 meningkatkan motivasi untuk 5 Sangat Baik Setuju beternak
47
Identifikasi Biaya dan Manfaat Program PESAT
Identifikasi Biaya Program PESAT Keberadaan PESAT disadari oleh berbagai pihak memiliki banyak manfaat, baik langsung maupun tidak langsung, khususnya bagi pihak perusahaan dan umumnya bagi masyarakat. Pembangunan PESAT didanai oleh PT. KPC dengan menggunakan dana CSR. Setiap tahunnya program PESAT mendapatkan kucuran dana operasional dari PT.KPC melalui dana CSR-nya. Dana yang disalurkan tersebut dalam rangka keberlanjutan program PESAT yang berkesinambungan. Dana tersebut merupakan biaya-biaya bagi pembangunan awal PESAT atau yang disebut dengan biaya investasi dan biaya operasional tahunan. Asumsi Dasar Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi dasar yang akan memudahkan dalam proses analisis ekonomi. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya adalah : 1. Lahan yang digunakan program PESAT merupakan lahan bekas tambang yang kepemilikannya di bawah Pemerintah Daerah Kutai Timur, sehingga tidak diperhitungkan biaya sewa lahan. 2. Data yang digunakan merupakan data sekunder perusahaan/data historys dan data estimasi. Data sekunder yang digunakan data PESAT 4 tahun pertama, yaitu akhir 2009, 2010, 2011 dan 2012, baik penerimaan maupun pengeluaran dengan dasar penentuan sesuai dengan harga yang berlaku saat itu. Penggunaan data estimasi dimulai tahun 2013 sampai tahun 2021. 3. Penentuan nilai data estimasi berdasarkan harga yang berlaku pada tahun 2013 dan konstan ke depannya. 4. Sapi bali digunakan sebagai bibit selama 7 tahun sejak umur 2 tahun atau 7 kali beranak dengan asumsi setiap tahun sapi mengalami kebuntingan. 5. Tahun analisis sampai 2021. Hal ini didasarkan kepada rencana PT KPC tutup tambang tahun 2021. 6. Sapi yang dapat dijual adalah sapi jantan, pejantan afkir dan sapi betina afkir. 7. Sapi perah berjumlah sama dari tahun ke tahun (tidak ada tambahan). 8. Umur awal pejantan dan induk adalah 2 tahun, umur afkir sapi jantan 6 tahun dan induk 8 tahun. 9. Suku bunga yang dipakai adalah rata-rata suku bunga Bank Indonesia (BI rate) 13 bulan ke belakang (Juni 2012-Mei 2013) sebesar 5.75 %. 10. Program PESAT tidak dikenakan pajak. 11. Program pemagangan PESAT dilakukan setiap tahun sebanyak satu tahap. Satu tahap terdiri atas 6 orang. Asumsi-asumsi di atas dibangun dan disesuaikan berdasarkan satuan ternak (ST) dan koefisien teknis usaha ternak serta pedoman teknis dalam perbibitan. Satuan ternak adalah ukuran yang digunakan untuk ternak yang konsumsi pakannya setara dengan konsumsi pakan seekor sapi dewasa, sehingga
48
satu satuan ternak setara dengan satu ekor sapi dewasa. Koefisien teknis adalah angka standar yang mematuhi kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Berikut ini daftar satuan ternak dan koefisien teknis ternak Sapi Bali (Dirjen Peternakan 1985 dalam Rohani et al. 2011) serta pedoman teknis dalam perbibitan Sapi Bali (Direktorat Perbibitan Ternak 2012). a. Sapi dewasa (umur > 2 thn) = 1 ST Sapi muda (umur 1-2 thn) = 0.5 ST Sapi anak (umur < 1 thn) = 0,25 ST b. Net calf crop dan gugus nilai koefisien teknis Sapi Bali Tabel 4.19 Net calf crop dan gugus nilai koefisien teknis Sapi Bali No Keterangan % 1. Angka kelahiran bersih (rataan) 70 2. Sangat optimistik 90 3. Optimistik tinggi 80 4. Optimistik 70 5. Pesimistik tinggi 60 6. Pesimistik rendah 50 7. Sangat pesimistik 20 *Calf crop adalah persentase sapi betina dewasa yang melahirkan pada tahun berjalan dari total populasi sapi betina dewasa pada tahun tersebut. c. Syarat bibit umur 2 sampai 2.5 thn d. Umur afkir induk 9 sampai 10 thn e. Umur jual betina 2 thn f. Sex ratio 1:1 g. Masa produktif induk umur 2 sampai 10 thn h. Masa bunting 9 bulan i. Masa kering kandang 3 bulan j. Umur awal jantan 2 thn k. Umur afkir jantan 8 thn l. Mortalitas Dewasa > 2 thn = 1-2% Muda (1-2 thn) = 3-4% Anak (< 1 thn) = 5-8% m. Komoditi Betina muda Induk tua/afkir Jantan tua/afkir Dara bibit n. Kemampuan pejantan dalam mengawini betina 1 : (10-20) o. Ternak pengganti (replacement stock) calon bibit betina 25% dan calon bibit jantan 10% p. Calon bibit betina 10% untuk pengembangan populasi kawasan, 60% dijual ke luar kawasan sebagai bibit
49
Biaya Investasi Biaya investasi yang dikeluarkan terdiri dari pembangunan kantor, mess, gazebo pandang, pagar dan kandang yang dilengkapi dengan bangunan pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan dan gudang peralatan. Daftar harga untuk biaya investasi awal dapat dilihat dalam tabel 4.20 berikut ini. Tabel 4.20 Daftar harga investasi PESAT No Item 3 Bangunan Kandang 4 Bangunan Kantor 5 Bangunan Mess 6 Bangunan Pagar Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, 7 digester biogas, gudang pakan, gudang pakan, gudang peralatan, kandang isolasi 8 Peralatan Kandang 9 Perlengkapan Mess 10 Perlengkapan Kantor Sumber : PESAT (2013)
Unit 1 1 1 1
Harga (Rp) 1 200 000 000 600 000 000 800 000 000 600 000 000
Masingmasing 1
994 000 000
1 Paket 1 Paket 1 Paket
25 385 000 72 430 000 34 505 000
Biaya Operasional Biaya operasional tahunan yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi, penyusutan bangunan, dan penyusutan peralatan, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, pakan, air bersih, pemebelian bibit sapi, pembelian bibit sayuran dan buah, obat-obatan, biaya pelatihan dan keperluan kandang, kantor serta mess. Biaya operasional yang telah dikeluarkan untuk PESAT selama 3 tahun ke belakang, mulai tahun 2010 sampai 2013 beragam. Tahun 2010 dikeluarkan biaya operasional sebesar Rp75 204 400, tahun 2011 biaya operasional meningkat menjadi Rp118 548 315 dan tahun 2012 dikeluarkan dana operasional sebesar Rp56 803 500. Biaya operasional tahun 2010 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut ini. Tabel 4.21 Biaya operasional PESAT tahun 2010 sampai 2012 (a) No Tahun Biaya Operasional (Rp) 1 2010 75 204 400 2 2011 118 548 315 3 2012 56 803 500 Sumber : PESAT (2013) Biaya operasional di atas merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PESAT setiap tahun untuk pelatihan, biaya pakan, obat-obatan, pupuk, peralatan mess, kantor, kandang dan gudang. Biaya lain yang dikeluarkan oleh PESAT sejak tahun 2010 sampai 2012 terdiri dari biaya pembelian bibit sapi yang terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap I pada tahun 2010 dan tahap II pada tahun 2011 sebanyak dua kali, pembelian sapi perah pada tahun 2012, air bersih, laundry, konsumsi dan
50
upah tenaga kerja, namun laundry untuk tenaga kerja berhenti akhir Desember 2012. Hal ini dilakukan sebagai langkah penghematan biaya operasional PESAT. Jumlah tenaga kerja bertambah menjadi 8 orang di tahun 2012, dimana pada tahun 2010 dan 2011 jumlah tenaga kerja sebanyak 6 orang. Biaya operasional lain yang dikeluarkan PESAT sejak tahun 2010 sampai 2012 dapat dilihat pada tebel 4.22 berikut ini.
No 1 2 3
4
5
Tabel 4.22 Biaya operasional PESAT tahun 2010 sampai 2012 (b) Biaya Kebutuhan Unit Operasional/thn Ket (Rp) Rp660 000/bln 2010-2012 Air Bersih 7 920 000 Rp7 000 000/bln 2010-2012 Laundry TK 84 000 000 Rp69 000/org/hr 2010 Konsumsi TK 149 040 000 2011 149 040 000 2012 198 720 000 Rp2.4 jt/org 2010 Upah TK 172 800 000 2011 172 800 000 2012 230 400 000 Pembelian 33 induk (3 Jantan@Rp12 000.000 Bibit Sapi 306 000 000 pejantan & 30 Tahap I induk betina) Betina@Rp9 000 000
6
7
Pembelian Bibit Sapi Tahap II Pembelian Sapi Perah
Betina@Rp9 250 000
157 250 000
Betina@Rp10 000 000
120 000 000
Jantan@Rp15 000 000
47 000 000
17 induk betina 12 induk betina 1 jantan dan 2 betina
Betina@Rp16 000 000
Sumber : PESAT (2013) Selain biaya-biaya di atas, biaya lain yang dikeluarkan oleh PESAT per bulannya adalah biaya untuk peserta magang ketika dilakukan program pemagangan selama 6 bulan, yaitu biaya konsumsi selama pemagangan, biaya untuk instruktur yang memberikan pelatihan dan honor per bulan yang diberikan kepada pemagang atas dedikasinya mengikuti program pemagangan secara full. Biaya konsumsi yang dikeluarkan PESAT untuk peserta magang sebesar Rp69 ribu/hari/orang dan honor yang diberikan sebesar Rp1 200 000/bulan/orang untuk peserta magang tahap I dan II, sedangkan peserta tahap III mendapatkan honor Rp1 250 000/bulan. Jika peserta magang tahap I berjumlah 6 orang, tahap II berjumlah 8 orang, dan tahap III berjumlah 6 orang, maka biaya konsumsi peserta magang tahap I di tahun 2010 sebesar Rp74 520 000. Biaya konsumsi peserta magang tahap II di tahun 2010 sebesar Rp82 800 000 dan di tahun 2011 sebesar Rp16 560 000. Biaya konsumsi peserta magang tahap II ini dibagi ke dalam tahun yang berbeda dikarenakan waktu pelatihan tahap II berlangsung antara bulan
51
Agustus 2010 sampai Januari 2011. Biaya konsumsi peserta magang tahap III di tahun 2011 sebesar Rp74 520 000. Biaya bagi instruktur yang memberikan pelatihan sebesar Rp200 ribu/instruktur, sedangkan dalam satu bulan dilakukan dua kali pelatihan dan didatangkan sebanyak 4 instruktur atau 2 instruktur per pelatihan, sehingga biaya instruktur pelatihan di tahun 2011 (tahap III) sebesar Rp4 800 000, sedangkan untuk tahap I dan II biaya instruktur sudah termasuk dalam biaya konsultan atau kerja sama dengan IPB sebesar Rp500 juta. Biaya operasional untuk peserta magang tersebut disajikan pada Tabel 4.23 berikut ini. Tabel 4.23 Biaya operasional peserta magang tahap I sampai tahap III Biaya No Kebutuhan Unit Operasional/thn Ket (Rp) Rp69 ribu/org/hr Tahap I/2010 1 Konsumsi 74 520 000 Tahap II/201099 360 000 2011 Tahap III/2011 74 520 000 Rp200 ribu/orang Tahap III/2011 2 Instruktur 4 800 000 Tahap I/2010 3 Honor peserta 1 200 000/orang/bln 43 200 000 Tahap II/201057 600 000 2011 1 250 000/orang/bln Tahap III/2011 45 000 000 Berdasarkan beberapa tabel biaya operasional di atas (Tabel 4.21-4.23), maka total biaya operasional tahun 2010 sampai 2012 berturut-turut sebesar Rp1 043 484 400, Rp840 038 315, dan Rp624 843 500. Estimasi biaya operasional per bulan untuk tahun-tahun berikutnya dapat dilihat pada Tabel 4.24 berikut ini. Tabel 4.24 Biaya operasional per bulan Program PESAT mulai tahun 2013 Harga/Unit Total Harga No Item Jumlah Unit (Rp) (Rp) 1 Konsumsi Karyawan 10 paket/bln 2 325 000 23 250 000 2 Air Bersih 12 per 5000 ltr 550 000 6 600 000 3 Upah Karyawan 10 per bulan 2 400 000 24 000 000 Sewa Mobil Innova 4 Include fuel 1 unit 9 980 000 9 980 000 5 Sabun 15 Each 2500 37500 6 Pasta Gigi 15 Each 7500 112 500 7 Gula 10 kg 15500 155 000 8 Tea 25' 6 pack 4500 27000 9 Kopi 385 gr 6 pack 16500 99000
52
Tabel 4.23 Biaya operasional per bulan Program PESAT mulai tahun 2013 (lanjutan) Harga/Unit Total Harga No Item Jumlah Unit (Rp) (Rp) 10 Nutrisari 500 gr 5 29500 147 500 pack 11 Mop/Kain Pel 5 48000 240 000 Each 12 Roll-Tissue 6 17500 105 000 Each 13 Tissue Box Paseo 5 12500 62500 box Cookies Khongguan 14 1700 gr 5 67000 335 000 Each 15 Sunlight 800 ml 6 16000 96000 pack 16 Toothbrush 6 12000 72000 Each Air Freshener for 17 Toilet Stella 70 gr 5 10000 50000 bottle 18 Vixal 800 ml 2 12500 25000 bottle Mr.Muscle Clear for 19 Miror 500 ml 2 11500 23000 bottle Air Freshener Stella 20 70 gr 6 11000 66000 Each 21 Baygon 750 ml 4 37500 150 000 bottle 22 Deterjen Rinso 12 kg 21000 252 000 Fuel Bensin for Viar, 23 Tanaka, Alkon 150 Liter 10500 1 575 000 24 Ampas Tahu 50 Karung 50000 2 500 000 25 Dedak 2 Ton 3 750 000 7 500 000 Total 77 460 000 Sumber : PESAT (2013) Berdasarkan tabel 4.23 di atas, biaya operasional tahun 2013 sampai tahun 2021 sebesar Rp101 085 000 per bulan atau Rp1 213 020 000. Biaya tersebut tidak termasuk biaya untuk program pemagangan peternak. Jika diasumsikan mulai tahun 2013 dilaksanakan program pemagangan satu tahap per tahun dan diikutsertakan 6 orang peternak, maka biaya operasional yang terdiri dari konsumsi, honor, dan untuk instruktur sebesar Rp124 320 000. Rincian biaya operasional untuk program pemagangan dapat dilihat pada Tabel 4.25 berikut ini. Tabel 4.25 Biaya operasioanal kegiatan pemagangan per tahun (2013-2021) Biaya No Kebutuhan Unit Operasional/thn Ket (Rp) Rp69 ribu/org/hr 2013-2021 1 Konsumsi 74 520 000 Rp200 ribu/orang 2013-2021 2 Instruktur 4 800 000 1 250 000/orang/bln 2013-2021 3 Honor peserta 45 000 000 Total 124 320 000
53
Nilai Sisa (Salvage Value) Dalam melakukan investasi perlu dipertimbangkan mengenai nilai sisa aset di akhir umur operasi. Nilai sisa ini dapat menambah manfaat pada tahun terakhir umur proyek beroperasi. Nilai sisa mencerminkan nilai perkiraan dimana aset dapat dijual kembali ketika aset tersebut dihentikan pemakaiannya. Dalam penelitian ini, nilai sisa mencerminkan nilai manfaat ketika aset tetap dapat digunakan kembali, baik oleh perusahaan maupun pihak lain yang berkepentingan, misalnya Kampus STIPER Kutai Timur. Aset PESAT yang diperkirakan memiliki nilai sisa adalah bangunan kandang dan pendukungnya (gazebo, bangunan pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan, dan kandang isolasi), bangunan kantor dan mess, sedangkan peralatan kandang, peralatan kantor, dan peralatan mess disumsikan tidak memiliki nilai sisa. Diasumsikan nilai sisa dari aset bangunan kandang dan pendukungnya, bangunan kantor, bangunan mess, dan bangunan pagar sebesar 10% dari nilai awal. Dikarenakan masa umur ekonomis masih panjang untuk setiap aset tersebut, sedangkan tahun analisis diakhiri tahun 2021, maka nilai sisa semua aset tersebut diperkirakan masih cukup besar, yaitu sebesar Rp2 684 160 000. Perkiraan nilai sisa dari setiap aset disajikan dalam Tabel 4.26 di bawah ini. Tabel 4.26 Nilai sisa fasilitas PESAT Umur Jenis Jml Total Ekonomis No Bangunan/ Harga (thn) Peralatan Bangunan 1 1 1 200 000 000 30 kandang Bangunan 2 1 600 000 000 30 kantor Bangunan 3 1 800 000 000 30 mess Bangunan 4 1 600 000 000 30 pagar Bangunan 5 pendukung 1 994 000 000 30 lain Peralatan 6 1 pkt 25 385 000 6 kandang Peralatan 1 pkt 34 505 000 12 7 kantor Peralatan 8 1 pkt 72 430 000 12 mess Sumber : Data primer diolah (2013)
Nilai Sisa 120 000 000 60 000 000 80 000 000 60 000 000 99 400 000 -
Identifikasi Manfaat Program PESAT PESAT merupakan salah satu bentuk kegiatan CSR perusahaan di atas lahan bekas tambang yang tidak berorientasi bisnis, namun program PESAT memiliki banyak manfaat, baik langsung maupun tidak langsung dan dalam
54
perjalanannya juga memberikan manfaat finansial bagi PESAT itu sendiri. Diantara banyak manfaat tersebut ada yang dapat dikuantifikasi maupun yang tidak dapat dikuantifikasi. Manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi biasanya yang tidak berwujud (intangible), oleh karena itu pada pembahasan ini, manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi dijelaskan secara kualitatif. Manfaat program PESAT yang berhasil diidentifikasi diantaranya hasil dari pemasaran produk ternak dan olahan, seperti sapi, susu murni, yoghurt, es susu dan es krim. Manfaat lain adalah hasil dari pemasaran produk sayur-sayuran, pupuk kompos, sebagai tempat wisata edukatif, sebagai laboratorium lapangan Kampus STIPER Kutai Timur, sebagai tempat/ruang pertemuan, sebagai tempat penginapan tamu perusahaan, sebagai tempat PKL dan penelitian, meningkatkan reputasi perusahaan serta meningkatkan ilmu pengetahuan para peternak. Berdasarkan kualifikasi kuantifikasi dan non kuantifikasi, manfaat-manfaat tersebut dapat ditampilkan pada Tabel 4.27 berikut ini.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tabel 4.27 Manfaat-manfaat program PESAT Manfaat Keterangan Produk sapi Dapat dikuantifikasi Produk susu murni Dapat dikuantifikasi Produk yoghurt Dapat dikuantifikasi Produk es susu Dapat dikuantifikasi Produk es krim Dapat dikuantifikasi Produk sayuran Dapat dikuantifikasi Produk pupuk kompos Dapat dikuantifikasi Produk biogas Dapat dikuantifikasi Sebagai tempat wisata pendidikan Dapat dikuantifikasi Sebagai laboratorium lapangan Dapat dikuantifikasi Kampus STIPER Kutim Sebagai tempat/ruang pertemuan Dapat dikuantifikasi Sebagai tempat penginapan tamu Dapat dikuantifikasi perusahaan Sebagai tempat PKL dan penelitian Dapat dikuantifikasi Meningkatkan ilmu pengetahuan Dapat dikuantifikasi para peternak Meningkatkan bargaining atau reputasi perusahaan di mata masyarakat, mitra dan pemerintah
Non kuantifikasi
1) Manfaat Produk Sapi Sebagaimana yang telah disebutkan pada pembahasan di atas, tujuan PESAT salah satunya sebagai pusat pembibitan Sapi Bali, oleh karena itu sapi yang dijual adalah sapi yang memiliki kualitas kurang baik atau sudah tidak produktif disebabkan mandul, terlalu kurus atau sudah 7 kali beranak serta sudah melebihi kapasitas tampung kandang. Penjualan sapi induk yang sudah tidak produktif di PESAT dilakukan pada tahun 2011 dan tahun 2012. Sebanyak 2 ekor
55
sapi betina dijual pada tahun 2011 dengan harga Rp10 juta dan pada tahun 2012 dijual sebanyak 4 ekor sapi dengan harga Rp17 juta. Saat ini di PESAT terdapat 34 sapi induk, terdiri dari 31 sapi induk betina dan 3 sapi pejantan. Selain itu terdapat 41 anak sapi terdiri atas 19 sapi jantan dan 22 betina. Berdasarkan asumsi yang dibuat, maka 31 sapi induk betina dan 3 sapi pejantan tersebut akan tidak produktif lagi di akhir tahun 2016. Berdasarkan asumsi di atas, maka pada akhir tahun 2016 PESAT menjual induk sapi betina sebanyak 31 ekor dan sapi pejantan sebanyak 3 ekor (lampiran 1). Jika diasumsikan sapi induk dan sapi pejantan yang sudah tidak produktif dijual dengan harga R6 juta, maka penerimaan PESAT pada tahun 2016 ketika menjual sapi induk berjumlah 31 ekor dan 3 ekor sapi pejantan tersebut sebesar Rp204 juta. Diproyeksikan penjualan sapi induk produktif dilakukan pada tahun 2017 sebanyak 64 ekor dikarenakan jumlah induk sudah melebihi kapasitas tampung kandang PESAT. Penerimaan dari pemasaran sapi induk produktif pada tahun 2017 tersebut sebesar Rp576 juta dengan asumsi harga per ekor sebesar Rp9 juta. Jika sapi jantan dijual dengan harga Rp12 juta/ekor, anak sapi seharga Rp5 juta, serta sapi induk dan pejantan afkir dijual dengan harga Rp6 juta/ekor, maka proyeksi penjualan sapi jantan, anak sapi, dan sapi afkir per tahun dapat dilihat pada Tabel 4.28 sampai 4.30 berikut ini. Tabel 4.28 Proyeksi penjualan sapi jantan per tahun Tahun Jumlah sapi yang dijual (ekor) Jumlah (Rp) 2010 2011 2012 2013 13 156 juta 2014 17 204 juta 2015 22 264 juta 2016 42 504 juta 2017 74 888 juta 2018-2021 Sumber : Data primer diolah (2013) Tabel 4.29 Proyeksi penjualan bibit sapi anak (pedet) per tahun Tahun Jumlah sapi yang dijual (ekor) Jumlah (Rp) 2010-2016 2017 66 330 juta 2018 66 330 juta 2019 66 330 juta 2020 66 330 juta 2021 66 330 juta Sumber : Data primer diolah (2013)
56
Tabel 4.30 Proyeksi penjualan sapi pejantan dan betina afkir per tahun Tahun Jumlah sapi yang dijual (ekor) Jumlah (Rp) 2010 2011 2 2012 4 2013 2014 3 2015 2016 31 2017 2018 2 2019 6 2020 2 2021 Sumber : Data primer diolah (2013)
10 juta 17 juta 18 juta 186 juta 12 juta 36 juta 12 juta -
2) Manfaat Produk Hasil Ternak Selain sapi yang dibudidayakan untuk menjadi bibit, di PESAT juga terdapat 4 ekor sapi perah yang terdiri atas 1 ekor pejantan, 2 ekor betina dan 1 ekor anak. Saat ini sebanyak 1 sapi betina sedang laktasi dan 1 sapi betina lainnya sedang bunting. Sapi perah tersebut hingga saat ini telah menghasilkan berbagai produk murni dan olahan, seperti susu murni, yoghurt, es susu/es lilin dan es krim. Sapi perah dibeli oleh PESAT pada tahun 2012 dan di bulan Juli 2012 sapi perah tersebut sudah mulai menghasilkan susu. Pada bulan tersebut juga susu yang dihasilkan mulai dipasarkan ke kalangan internal saja, yaitu para karyawan perusahaan. Selain dipasarkan, susu murni yang dihasilkan untuk konsumsi sendiri bagi karyawan PESAT. Pada tahun 2012, penerimaan PESAT dari penjualan susu murni sebesar Rp4 004 500. Pada tahun yang sama penerimaan PESAT dar penjualan yoghurt sebesar Rp600 ribu. Yoghurt dijual hanya berdasarkan pesanan saja, sebab sedikit orang saja menyukai produk olahan yang satu ini, sedangkan es lilin dan es krim mulai diproduksi pada tahun 2013. Produksi susu sapi perah di PESAT per hari sebanyak 10 liter/ekor sapi, dengan harga penjualan per liter sebesar Rp15 ribu. Bila susu murni telah diolah menjadi yoghurt, es lilin dan es krim harganya menjadi masing-masing Rp6 ribu/buah untuk yoghurt dan es krim serta Rp2 ribu/bungkus untuk es lilin. Dari 1 liter susu murni tersebut, bila diolah menjadi es lilin menghasilkan sebanyak 30 bungkus, 9 cup es krim dan 8 pack yoghurt. Berdasarkan hal tersebut, bila 1 liter susu murni dijual hanya Rp15 ribu, maka akan meningkat bila 1 liter susu murni tersebut diolah menjadi es lilin yaitu sebesar Rp60 ribu, sedangkan untuk es krim dan yoghurt masing-masing sebesar Rp48 ribu dan Rp54 ribu, oleh karena itu lebih menguntungkan jika susu murni tersebut dipasarkan dalam bentuk es lilin, es krim atau yoghurt. Untuk lebih jelasnya gambaran tersebut terdapat dalam Tabel 4.31 berikut ini.
57
Tabel 4.31 Harga 1 liter susu murni, es lilin, es krim dan yoghurt Harga satuan No Produk Konversi 1 L Total (Rp) (Rp) 1 Susu murni 1L 15 ribu 15 ribu 2 Es lilin 30 bungkus 2 ribu 60 ribu 3 Es krim 9 cup 6 ribu 54 ribu 4 8 pack 6 ribu 48 ribu Yoghurt Sumber : Data primer diolah (2013) Jika kita asumsikan mulai tahun 2013 PESAT mulai memanajemen penjualan dengan baik atau memiliki target, maka dari 10 liter per hari susu yang dihasilkan, PESAT membagi susu murni, es lilin dan es krim dengan perbandingan 2:5:3 atau 2 liter dijual dalam bentuk susu murni, 5 liter dijual dalam bentuk es lilin dan 3 liter dijual dalam bentuk es krim maka penerimaan PESAT dari produk-produk tersebut sebesar Rp492 ribu/hari atau Rp14 760 000/bulan dengan rincian 2 liter susu murni dijual seharga Rp30 ribu, 150 bungkus es lilin dijual seharga Rp300 ribu dan 27 cup es krim dijual dengan seharga Rp162 ribu. 3) Manfaat Produk Sayuran Sayuran yang terdapat di PESAT bermacam-macam, diantaranya adalah kangkung, cabai, terong, serai, bayam, pare dan tomat. Semua produk sayuran tersebut skalanya kecil, hanya untuk percontohan, namun produk ini dapat memberi pemasukkan bagi PESAT. Produk sayuran mulai menghasilkan dan dipasarkan pada tahun 2011. Sama halnya dengan produk susu murni dan olahan, pemasaran produk sayuran masih terbatas di kalangan internal, yaitu para karyawan perusahaan. Pada tahun tersebut, penerimaan PESAT dari penjualan sayuran sebesar Rp1 291 000. Pada tahun 2012, penerimaan PESAT dari penjualan sayuran sebesar Rp1 636 000. Rata-rata penerimaan PESAT dari penjualan sayuran Rp209 ribu per bulan, sehingga diasumsikan mulai tahun 2013 penerimaan PESAT dari penjualan sayuran sebesar Rp2 508 000 per tahun. 4) Manfaat Produk Pupuk Kompos Pupuk kompos yang dihasilkan PESAT terdiri atas pupuk padat dan pupuk cair. Selama ini penjualan pupuk kompos terutama pupuk padatnya tidak ditarget per kali waktu, hanya ketika siap memproduksi saja. Pemasaran juga dilakukan terbatas di kalangan internal dan tamu yang sedang melakukan kunjungan ke PESAT, begitupun terjadi pada pupuk cair. Pupuk cair selama ini difokuskan untuk kebutuhan sendiri, yaitu dipakai sebagai pupuk di kebun rumput, yang dialirkan melalui pipa dengan model gravitasi, walaupun begitu terdapat juga pupuk cair yang dipacking seperti pupuk padat untuk dipasarkan ke konsumen. Selama ini pembelian pupuk padat oleh konsumen lebih disukai daripada pupuk cair. Pupuk padat dipacking dengan ukuran 5 kg per bungkus dengan harga Rp15 ribu, sedangkan pupuk cair dipacking dengan ukuran 600 ML dan 1,5 L dengan harga masing-masing sebesar Rp2500 dan Rp5000. Sampai akhir tahun 2012, penerimaan PESAT yang berasal dari penjualan pupuk padat dan cair
58
sebesar Rp2 245 000, dengan rincian tahun 2011 sebesar Rp1 220 000 dan di tahun 2012 sebesar Rp1 025 000. Rata-rata produksi pupuk cair per minggu sebesar 4 m3 atau 4000 L dan kesemuanya akan habis untuk dialirkan di kebun rumput PESAT. Jika dikuantifikasi ke moneter, maka 4.000 L tersebut sebesar Rp13 333 300, berarti selama sebulan dapat dialirkan pupuk cair ke kebun rumput sebanyak 16000 L, jika dikuantifikasi sebesar Rp53 333 200/bulan. Berdasarkan hal tersebut, manfaat yang didapatkan PESAT dari produksi pupuk cair sebesar Rp639 998 400/tahun. Manfaat pupuk cair sudah dirasakan sejak tahun 2011. Pada tahun 2013 dan selanjutnya, manfaat pupuk kompos padat menggunakan data estimasi. Rata-rata satu ekor sapi dewasa menghasilkan 4 sampai 5 ton kotoran segar setiap tahun (rerata 4.5 ton) dan dapat dijadikan kompos sebanyak 2 ton (Manti et al. 2003). Sriyanto (2010) mengatakan bahwa kotoran segar tersebut jika diproses akan diperoleh 5 ton pupuk kandang matang. Pada tahun 2013 jumlah sapi dewasa di PESAT sebanyak 34 Sapi Bali dewasa, 37 sapi muda, 1 anak Sapi Bali, 1 anak sapi perah, dan 3 sapi perah dewasa. Jika diasumsikan kotoran 1 ekor sapi muda setengah kotoran sapi dewasa (2 ekor sapi muda = 1 ST) dan kotoran 1 ekor anak sapi seperempat kotoran sapi dewasa (4 ekor anak sapi = 1 ST), maka konversi jumlah ke sapi dewasa sebesar 61,5 ekor (lampiran 3), dengan demikian kotoran 61.5 ekor sapi tersebut akan menghasilkan kompos sebesar 123 ton/tahun atau 0.34 ton/hari atau 0.01 ton/jam. Jumlah ini berlaku jika sapi dipelihara terus menerus dalam kandang (intensif), namun pada kenyataannya sapi di PESAT dipelihara secara semi intensif, sapi berada di kandang selama 15.5 jam, dengan demikian setiap hari hanya dari 15.5 jam keberadaan sapi dalam kandang yang dapat diharapkan hasil kotorannya untuk dijadikan kompos, yaitu sebesar 79.4375 ton/tahun (15.5 jam x 0.01 ton x 360 hari). Berdasarkan hal tersebut, manfaat yang diterima PESAT dari pupuk kompos pada tahun 2011 sebesar Rp238 312 500 (79.4375 ton x Rp3000). Proyeksi manfaat dari pupuk kandang per tahun seiring bertambahnya jumlah sapi dapat dilihat pada Tabel 4.32 berikut ini. Tabel 4.32 Proyeksi manfaat dari pupuk padat per tahun Tahun Potensi pupuk/thn (ton) Konversi (Rp) 2010 2011 2012 2013 79.4 238 312 500 2014 97.2 291 593 750 2015 149.9 446 593 750 2016 243.2 729 468 750 2017 222.8 668 437 500 2018 167.3 501 812 500 2019 167.3 501 812 500 2020 167.3 501 812 500 2021 167.3 501 812 500 Sumber : Data primer diolah (2013)
59
5) Manfaat Produk Biogas Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik anaerobik (bakteri penghasil gas metan yang hanya dapat hidup dalam kondisi bebas oksigen) dari proses perombakan bahan-bahan organik seperti limbah kotoran sapi, babi, bahkan manusia. Pemanfaatan biogas di PESAT hingga saat ini terbatas pada lampu biogas dan untuk bahan bakar kompor gas, namun jika dikuantifikasi dalam moneter, manfaat biogas cukup besar. Apabila dikonversi dengan bahan bakar fosil, maka 1 m3 biogas setara dengan 0.62 liter minyak tanah ; 0.5 liter minyak diesel ; 0.8 liter bensin ; 1.4 kg batubara ; 0.48 kg bahan bakar gas LPG ; 5.5 kg kayu bakar dan 1.64 kg arang (Wahyuni 2008). Untuk mengetahui konversi kotoran sapi menjadi biogas dapat dilihat pada Tabel 4.33 berikut ini. Tabel 4.33 Kandungan bahan kering dan volume gas yang dihasilkan tiap jenis kotoran Jenis
Banyak tinja (kg/hari)
Kandungan bahan kering – BK (%)
Gajah 30 Sapi/Kerbau 25-30 Kambing/Domba 1.13 Ayam 0.18 Itik 0.34 Babi 7 Manusia 0.25-0.4 Sumber : Balitbang Pertanian (2008)
18 20 26 28 38 9 23
Biogas yang dihasilkan (m3/kg.BK) 0.018-0.025 0.023-0.040 0.040-0.059 0.065-0.116 0.065-0.116 0.040-0.059 0.020-0.028
Rata-rata satu ekor sapi dewasa menghasilkan 10 sampai 25 kg (rerata 12.5 kg) kotoran/hari dan anak sapi menghasilkan 2 sampai 7 kg (rerata 3.125 kg) kotoran/hari. Manfaat biogas ini sudah mulai dirasakan sejak tahun 2011. Pada tahun 2013, jika di PESAT memiliki 34 Sapi Bali dewasa, 37 sapi muda, 1 anak Sapi Bali, 1 anak sapi perah, dan 3 sapi perah dewasa, maka potensi biogas yang dihasilkan sebesar 6.15 m3/kali produksi (61 ekor sapi X 12.5 kg X 0.2 BK X 0.04 m3/kg.BK). Produksi tersebut akan berlaku jika sapi dipelihara secara intensif, oleh karena itu hasil perhitungannya akan disesuaikan dengan lamanya sapi di PESAT berada di dalam kandang, yaitu selama 15.5 jam/hari. Produksi biogas di PESAT dilakukan setiap satu minggu sekali atau 4 kali dalam sebulan, bersamaan dengan produksi pupuk cair. Jika dikonversikan ke minyak tanah, maka 1 m3 biogas sebesar 0.62 liter minyak tanah dan jika harga minyak tanah 1 liter sebesar Rp15000, maka manfaat yang diterima PESAT dari potensi biogas sebesar Rp1 773 045/tahun (15.5 jam X 6.15/24 X 0.62 X 4 kali X 12 bln X Rp15000). Proyeksi potensi biogas PESAT setiap tahun seiring bertambahnya sapi dapat dilihat pada tabel 4.34 berikut ini.
60
Tabel 4.34 Proyeksi potensi biogas PESAT per tahun Tahun
Potensi biogas/thn (m3)
2013 190.65 2014 233.275 2015 357.275 2016 583.575 2017 534.75 2018 401.45 2019 401.45 2020 401.45 2021 401.45 Sumber : Data primer diolah (2013)
Konversi (Rp) 1 773 045 2 169 458 3 322 658 5 427 248 4 973 175 3 733 485 3 733 485 3 733 485 3 733 485
6) Sebagai Tempat Wisata Pendidikan Wisata pendidikan hingga saat ini selalu menjadi tujuan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah terhadap siswanya. Hal ini pula yang terjadi di Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur. Dikarenakan di Sangatta sendiri sangat sedikit memiliki tempat yang representatif untuk wisata sekaligus pendidikan bagi siswasiswa sekolah, maka PESAT menjadi daya tarik tersendiri bagi para guru untuk melakukan kunjungan wisata dengan tujuan pendidikan. Wisata pendidikan yang terjadi di PESAT mulai ramai sejak akhir tahun 2012. Rata-rata kunjungan per bulannya antara 200 sampai 300 siswa, berasal dari TK, SMP dan SMA. Melihat minat yang begitu besar dari para guru dan siswa, mulai awal tahun 2013 PESAT memberlakukan uang masuk sebesar Rp15 ribu, dengan fasilitas es krim, permainan dan mempelajari tentang ternak sapi. Jika kita asumsikan setiap bulan yang berkunjung ke PESAT sebanyak 250 siswa, maka penerimaan PESAT dari wisata pendidikan sebesar Rp3 750 000/bulan atau Rp45 juta/tahun. Potensi ini disadari oleh PESAT, oleh karena itu manajemen kunjungan sudah mulai diperbaiki dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah dibuat paket-paket wisata dimana setiap paket memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Selain dari sisi edukatif, PESAT juga memiliki view yang cukup bagus, terlebih di pagi dan sore hari, di mana sebanyak lebih kurangnya 50 burung bangau putih selalu beriringan dengan sapi-sapi untuk mengambil makan dari punggungnya, sungguh pemandangan yang sangat bagus untuk berwisata. Selain itu, taman yang dibuat di sekitar bangunan PESAT menjadi pemandangan tersendiri untuk orang berkunjung ke sana. 7) Sebagai Laboratorium Lapangan Kampus STIPER Kutim Berdasarkan kesepakatan atau MoU yang dilakukan antara pihak KPC dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur akhir tahun 2011, maka secara resmi PESAT menjadi laboratorium lapangan bagi STIPER Kutim. Hal ini menjadi manfaat luar biasa yang dirasakan oleh civitas STIPER Kutim, terutama bagi dosen dan mahasiswa peternakan. Dengan adanya kandang PESAT, ternak sapi beserta fasilitas yang lainnya, maka dosen dan mahasiswa peternakan STIPER lebih optimal dalam mempraktekkan ilmunya. Dengan demikian keberadaan PESAT bermanfaat bagi STIPER Kutai Timur sebagai laboratorium lapangannya.
61
Bila hal tersebut dikuantifikasi dalam moneter, maka dapat diproxy dengan biaya sewa kandang yang dikeluarkan oleh Kampus STIPER jika memakai kandang di luar PESAT untuk digunakan sebagai sarana praktikum. Selama ini Kampus STIPER harus mengalokasikan biaya sebesar Rp700 ribu per kali praktikum jika menggunakan kandang ternak besar di peternakan rakyat untuk sarana praktikum dan dalam satu semester biasanya hanya dilakukan satu kali praktikum per mata kuliah, hal ini disebabkan karena ketiadaan fasilitas praktikum di kampus tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka kuantifikasi manfaat ini dalam satu tahun sebesar Rp10 500 000. Nilai tersebut didapatkan jika setiap satu mata kuliah yang melaksanakan praktikum ke kandang sapi dalam satu semester melaksanakannya sebanyak satu kali, sedangkan dalam satu tahun (2 semester) diasumsikan terdapat 15 mata kuliah yang akan melaksanakan praktikum lapangan di kandang PESAT. 8) Sebagai Tempat atau Ruang Pertemuan Bangunan PESAT salah satunya adalah ruang kantor yang di dalamnya terdapat ruang pertemuan. Selain digunakan sebagai ruang kelas untuk pemagangan, ruangan ini juga digunakan karyawan perusahaan dari berbagai departemen PT KPC untuk melakukan rapat. Mengadakan rapat atau pertemuan di PESAT ini memiliki rasa tersendiri bagi para karyawan, yaitu sembari menikmati pemandangan yang terdapat di sekitarnya, oleh karena itu rapat di tempat ini menjadi kebiasaan baru yang disukai oleh beberapa departemen perusahaan. Ruangan ini juga dapat digunakan masyarakat umum, caranya cukup dengan memasukkan surat izin ke bagian eksternal. Selama ini mengadakan rapat di ruang pertemuan PESAT tidak dikenakan biaya, oleh karena itu untuk menghitung manfaat yang diterima tersebut diproxy dengan biaya yang dikeluarkan jika menyewa ruang pertemuan dengan standar sama di luar PESAT. Jika diasumsikan setiap bulan terdapat satu departemen perusahaan yang meminjam tempat untuk mengadakan rapat dan untuk menyewa ruangan serupa di luar PESAT dikenakan biaya sebesar Rp500 ribu, maka dalam 1 tahun terdapat 12 kali pertemuan atau jika dikuantifikasi sebesar Rp6 juta. 9) Sebagai Tempat Penginapan Tamu Perusahaan Fungsi PESAT lain yang sudah dirasakan sekarang adalah sebagai tempat penginapan bagi tamu perusahaan dan tamu kontraktor perusahaan. Dengan adanya kamar tamu yang tersedia di PESAT, maka perusahaan tidak perlu lagi untuk menyewa kamar hotel atau penginapan lain. Keuntungannya adalah selain bisa menghemat pengeluaran perusahaan dikarenakan biaya yang tinggi jika menyewa hotel di luar, juga memberikan warna berbeda bagi para tamu, yaitu pemandangan (view) yang menarik dari peternakan sapi terpadu di atas lahan bekas tambang. Hal tersebut merupakan kekhasan tersendiri atau kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki. Pada tahun 2011, penerimaan PESAT yang diperoleh dari penyewaan kamar tamu sebesar Rp 850.000 dan pada tahun 2012 sebesar Rp875 ribu. Sewa kamar yang dikenakan di PESAT sebesar Rp250 ribu/kamar/hari dengan fasilitas peralatan mandi, air, dan makan pagi. Jika kita asumsikan per tahun tamu yang datang ke perusahaan dan menginap di PESAT sebanyak 5 orang (asumsi ini berdasarkan jumlah tamu yang datang dan menginap di PESAT tahun 2011 dan 2012), maka manfaatnya sebesar Rp1 250 000/tahun.
62
10) Sebagai Tempat PKL dan Penelitian Keberadaan PESAT sangat berperan terhadap pencapaian ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dari hadirnya siswa SMK dan mahasiswa yang melakukan praktek kerja lapang (PKL) dan penelitian. PKL dan penelitian yang dilakukan tersebut dalam rangka pelaksanaan tugas akhir dan implementasi teori ilmu yang dipelajari di sekolah dan kampus masing-masing, di sinilah PESAT turut mendukung tujuan tersebut. Siswa SMK yang melakukan PKL tersebut merupakan siswa yang berasal dari sekolah lokal, sedangkan mahasiswa yang melakukan PKL dan penelitian berasal dari kampus lokal dan luar daerah. PKL dan penelitian rata-rata dilakukan selama 2 bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Haslindah et al. (2012) mengatakan bahwa suatu objek yang memiliki manfaat atau fungsi sebagai tempat penelitian dapat dinilai dengan menggunakan biaya perjalanan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menuju dan mendapatkan hasil yang ingin dicapai dari objek penelitian. Jika dalam satu tahun terdapat 4 siswa dan 8 mahasiswa yang melakukan PKL dan penelitian (berdasarkan data Februari 2013), dengan asumsi per semester terdapat 2 siswa dan 4 mahasiswa yang melakukan kegiatan tersebut, maka manfaat yang diterima dari kegiatan melakukan PKL dan penelitian sebesar Rp18 400 000/tahun. Manfaat tersebut didapatkan dari biaya transportasi sebesar Rp100 ribu sampai Rp500 ribu/orang, penginapan sebesar Rp500 ribu/bulan/orang, dan akomodasi lain selama PKL dan penelitian berlangsung sebesar Rp500 ribuRp750 ribu/bulan/orang. 11) Meningkatkan Ilmu Pengetahuan Para Peternak Manfaat yang satu ini bersifat human capital, oleh karena itu masih sangat sulit untuk mengkuantifikasi dalam bentuk moneter. Dengan dilakukannya program pemagangan oleh PESAT kepada peternak atau calon peternak, maka efeknya adalah dapat meningkatkan ilmu pengetahuan mereka terutama di bidang peternakan. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari program pemagangan selama 6 bulan, diharapkan dapat menjadikan mereka lebih terampil dalam menjalankan usaha peternakan dan mampu dalam menyelesaikan masalah. Manfaat ini akan dirasakan di masa yang akan datang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sawarjuwono dan Kadir (2003) bahwa pengeluaranpengeluaran yang dilakukan sehubungan dengan pengembangan komponen utama modal intelektual berupa human capital akan memberikan manfaat dimasa yang akan datang, yang selanjutnya akan menunjang going concern dan demi tercapainya tujuan (goal achievment) perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa human capital merupakan hasil dari transaksi masa lalu yang dilakukan oleh perusahaan. Mereka juga mengatakan modal intelektual hanya dapat dianggap sebagai aset dan belum dapat diperlakukan sebagai aset seperti aset-aset lainnya yang dapat diukur dan dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan karena sulitnya pengukuran terhadap aset ini. Riset Guthrie dan Petty (2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003) menunjukkan bahwa pengungkapan modal intelektual lebih banyak (95%) disajikan secara terpisah dan tidak ada yang disajikan dalam angka atau kuantitatif. Manfaat yang dirasakan di masa mendatang tersebut dapat berupa pendapatan yang meningkat, sehingga menilai ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mengukur pendapatan dari subjek yang menerima ilmu pengetahuan
63
tersebut. Dalam penelitian ini, kuantifikasi manfaat ini dilakukan dengan cara mengukur efek yang didapatkan peternak ketika ilmu pengetahuannya bertambah, yaitu meningkatnya pendapatan peternak dari sektor peternakan. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan peternak, maka akan meminimalisir kesalahan dalam beternak, sehingga diharapkan kematian anak dapat diminimalisir dan menghasilkan performa ternak yang bagus, dan akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan peternak tersebut, produktivitas bertambah akibat nilai jual yang tinggi. Seperti dikatakan di awal, peternak yang sudah mengikuti program pemagangan akan mendapatkan Sapi Bali sebanyak 2 ekor, sehingga manfaat meningkatnya ilmu pengetahuan peternak dari program pemagangan PESAT dapat dihitung dari hasil usaha peternakan Sapi Bali yang mereka dapatkan pasca program tersebut. Sapi Bali tersebut digunakan peternak sebagai modal awal bagi peternak baru atau modal tambahan bagi peternak yang sebelumnya memang sudah pernah beternak, sehingga manfaat ini dihitung dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima peternak dari usaha pembibitan sapi tersebut. Jika setiap satu orang peternak mendapatkan 2 ekor sapi betina induk, dan diasumsikan setiap tahun akan mengalami kebuntingan dan melahirkan anak, maka setiap tahunnya peternak akan menghasilkan 2 anak sapi. Jika 1 ekor anak sapi dijual dengan harga Rp5 juta, maka setiap tahun peternak mendapatkan hasil sebesar Rp10 juta dikurangi biaya kesehatan dan pakan dedak sebesar Rp1 320 000 per tahun, sehingga manfaat bersih diterima oleh peternak dalam satu tahun sebesar Rp8 680 000. Dengan asumsi bahwa setiap tahun akan dilakukan program pemagangan sebanyak satu kali dan peserta yang diikutkan sebanyak 6 orang, maka manfaat adanya program PESAT terhadap peningkatan ilmu pengetahuan peternak adalah Rp52 080 000/tahun. Seiiring berjalannya waktu, manfaat ini akan lebih besar lagi jika para peternak dapat mengembangkan usaha ternaknya dengan menambah jumlah induk ternak, dan materi tentang analisis usaha peternakan juga diberikan saat mereka mengikuti program pemagangan. 12) Meningkatkan Reputasi Perusahaan Secara tidak langsung, keberadaan PESAT dapat meningkatkan reputasi PT KPC di mata masyarakat, mitra kerja dan pemerintah. Hal ini terlihat pada persepsi yang positif dari berbagai stakeholder yang ada, diraihnya penghargaan dalam ajang The Fifth Asean Best Practice Competition For Energy Efficient Building Asean Energy Award 2011 dan banyaknya kunjungan ke PESAT untuk sekedar studi banding atau pun mengetahui lebih banyak tentang konsep PESAT. Dengan meningkatnya reputasi perusahaan, maka akan berefek pada hal lain, seperti meningkatnya kepercayaan para stakeholder kepada perusahaan, sehingga menjadi lancar dalam menjalankan bisnisnya. Para pemegang saham semakin nyaman dalam menanamkan investasinya, hubungan dengan pemerintah daerah menjadi lebih baik dan lain sebagainya.
64
Analisis Kelayakan Program PESAT Kriteria Kelayakan Investasi Analisis kelayakan program PESAT dinilai berdasarkan 3 kriteria performa investasi, yaitu NPV, BCR dan IRR. Terdapat beberapa skenario analisis kelayakan yang didesain dalam penelitian ini. Hal ini terkait dengan pemilihan keputusan atas keberlanjutan program. Beberapa skenario analisis tersebut adalah pertama ketika analisis tidak memperhitungkan nilai sisa untuk aset-aset tetap perusahaan, seperti kandang, bangunan mess dan kantor, serta fasilitas penunjang lainnya. Skenario kedua yang dibangun adalah ketika analisis memperhatikan nilai sisa dari aset-aset tersebut. Skenario ketiga yaitu ketika program ini dibuat menjadi kegiatan bisnis. Skenario keempat yang dibuat adalah ketika nilai sisa tidak diperhitungkan, tetapi manfaat program untuk Kampus STIPER ditingkatkan lagi, yaitu dengan langkah intensitas praktikum di kandang PESAT ditambah atau ditingkatkan. Skenario kelima adalah dengan menurunkan suku bunga analisis. Dengan mengetahui nilai-nilai dari beberapa skenario ini, PT KPC selaku pemilik dan pengelola harus mengambil kebijakan yang tepat terkait keberlanjutan program. Hal ini dapat dijadikan sumber informasi untuk melakukan evaluasi efektivitas dan keberhasilan program. Untuk skenario pertama, berdasarkan analisis kelayakan yang dilakukan, maka program PESAT tidak layak untuk dijalankan. Hal ini diperlihatkan dari nilai NPV yang negatif dan IRR yang lebih rendah dari suku bunga yang dipakai. Hasil analisis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp-451 256 201, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 5%. Nilai NPV yang negatif menunjukkan bahwa manfaat yang didapatkan program PESAT masih kecil selama umur proyek. Nilai IRR seharusnya mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan, namun hasil menunjukkan nilai IRR yang lebih kecil dari tingkat diskonto yang digunakan (5.75%). Hasil ini memang tidak memasukkan nilai manfaat yang tidak dapat dikuantifikasi, yaitu program dapat meningkatkan reputasi perusahaan, namun setidaknya memperlihatkan sejauh mana kelayakan program jika manfaat yang didapatkan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hasil analisis kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.35 berikut ini.
No 1 2 3 4
Tabel 4.35 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario I Kriteria Investasi Satuan Hasil NPV Rupiah -451 256 201 Net B/C 1 Gross B/C 1 IRR Persen 5%
Dalam skenario yang kedua, pengambil kebijakan memperhitungkan nilai sisa di akhir periode analisis dari aset-aset tetap yang dimiliki PESAT. Aset-aset tersebut diantaranya kandang, bangunan mess, kantor, pagar, gazebo pandang, gudang pakan, digester biogas, dan tempat pengolahan kompos. Diperkirakan nilai sisa pada tahun akhir analisis dari aset-aset tetap tersebut adalah Rp2 684
65
160 000. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai NPV sebesar Rp921 027 445, net B/C sebesar 1.15, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Secara keseluruhan, hasil analisis tersebut menunjukkan program PESAT layak untuk dijalankan. Nilai sisa pada dasarnya bersifat subjektif, dimana sangat tergantung pada kebijakan manajemen dari masing-masing perusahaan. Nilai sisa merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aset tidak dipakai lagi. Nilai ini mencerminkan nilai estimasi dimana aset dapat dijual kembali ketika aset tetap tersebut dihentikan dari pemakaiannya. Dalam penelitian ini, nilai sisa diperhitungkan sebagai manfaat yang masih dapat dipakai setelah tahun tutup tambang, yaitu tahun 2021. Berdasarkan analisis kriteria kelayakan investasi, bahwa dengan memasukkan unsur nilai sisa, maka program PESAT masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis dengan skenario ini dapat dilihat pada Tabel 4.36 di bawah ini.
No 1 2 3 4
Tabel 4.36 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario II Kriteria Investasi Satuan Hasil NPV Rupiah 921 027 445 Net B/C 1.15 Gross B/C 1 IRR Persen 8%
Skenario ketiga adalah ketika program ini diarahkan ke kegiatan bisnis, artinya manfaat yang diperhitungkan adalah manfaat finansial saja tanpa manfaat sosial, dengan konsekuensi usaha dikenakan pajak sebesar 30%, dan memasukkan biaya penyusutan ke dalam analisis. Biaya penyusutan diperhitungkan sebagai pengganti investasi harta tetap, yang pada waktu tertentu tidak dapat digunakan lagi atau rusak. Dalam konsep akuntansi, biaya penyusutan merupakan pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak, sehingga biaya non kas ini akan berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Dalam analisis kelayakan, biaya penyusutan dihitung sebagai biaya tetap. Dengan memasukkan biaya ini, berdasarkan hasil analisis memperlihatkan bahwa nilai NPV bernilai negatif, yaitu sebesar Rp-2 050 069 987, net B/C sebesar 0.90, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 0%. Berdasarkan analisis kriteria investasi, secara keseluruhan program PESAT tidak layak untuk dijalankan. Artinya adalah ketika program PESAT tidak dirasakan manfaatnya untuk masyarakat, baik itu bagi peternak, Kampus STIPER, siswa, dan mahasiswa, maka program ini tidak layak untuk dilakukan. Hasil analisis dengan skenario ini dapat dilihat pada Tabel 4.37 di bawah ini.
No 1 2 3 4
Tabel 4.37 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario III Kriteria Investasi Satuan Hasil NPV Rupiah -2 420 563 476 Net B/C 0.90 Gross B/C 1 IRR Persen 0%
Skenario keempat yang dibangun dalam analisis ini adalah dengan meningkatkan intensitas penggunaan kandang PESAT oleh Kampus STIPER
66
Kutai Timur. Seperti kita ketahui di awal bahwa selama ini Kampus STIPER khususnya Konsentrasi Studi Peternakannya melakukan praktikum hanya satu kali dalam satu semester per mata kuliah. Dalam satu tahun (2 semester), lebih kurang terdapat 15 mata kuliah yang dalam praktikumnya menggunakan kandang sapi. Ketika Kampus STIPER masih melakukan praktikum hanya satu kali per semester atau dengan kata lain hanya satu kali menggunakan kandang PESAT per mata kuliah dalam satu semester, maka nilai dari manfaat yang dirasakan dari program ini hanya sebesar Rp10 500 000 per tahun. Jika nilai ini tetap dan analisis tidak memperhitungkan nilai sisa aset akhir (skenario I), maka program PESAT tidak layak untuk dijalankan. Agar program ini layak untuk dijalankan, maka intensitas penggunaan kandang PESAT oleh Kampus STIPER harus ditingkatkan sampai 9 kali praktikum per mata kuliah per semester. Dengan meningkatkan intensitas pemakaian kandang PESAT sampai 9 kali tersebut, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp37 164 455, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 6%. Berdasarkan kriteria investasi, dengan hasil-hasil tersebut program PESAT layak untuk dijalankan. Hal ini memperlihatkan bahwa dari ketiga pihak yang merasakan manfaat akan adanya program PESAT ini, Kampus STIPER masih belum optimal dalam menggunakannya, padahal dalam prakteknya keberadaan PESAT ini seharusnya menjadi paling bermanfaat bagi Kampus STIPER. Selama ini, dalam satu semester Kampus STIPER melakukan praktikum hanya satu kali untuk setiap mata kuliah yang membebankan praktikum. Intensitas yang hanya satu kali tersebut masih dirasa kurang dalam mencapai tujuan pengajaran. Jika selama ini alasannya dikarenakan belum tersedia fasilitas laboratorium kandang dan ketersediaan dana, maka dengan adanya PESAT saat ini masalah tersebut seharusnya dapat teratasi, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dicari jalan keluarnya antara PT KPC dan pihak kampus agar akses Kampus STIPER melakukan praktikum ke kandang PESAT menjadi mudah. Hasil analisis dengan skenario keempat ini dapat dilihat pada Tabel 4.38 di bawah ini.
No 1 2 3 4
Tabel 4.38 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario IV Kriteria Investasi Satuan Hasil NPV Rupiah 37 164 455 Net B/C 1.01 Gross B/C 1 IRR Persen 6%
Skenario kelima yaitu jika analisis menurunkan suku bunga atau tingkat diskontonya, dan nilai sisa tetap tidak diperhitungan. Pada skenario satu, dengan memakai suku bunga BI rate sebesar 5.75%, program PESAT dinyatakan tidak layak untuk dijalankan, oleh karena itu skenario ini mencoba menurunkan suku bunga analisis yang ditentukan. Program PESAT akan layak dijalankan jika suku bunga yang dipakai diturunkan hingga 4.6%. Dengan menurunkan suku bunga pada level ini, didapatkan nilai NPV sebesar Rp45 310 129, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 5%. Hasil analisis dengan skenario ini dapat dilihat pada Tabel 4.39 di bawah ini.
67
No 1 2 3 4
Tabel 4.39 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario V Kriteria Investasi Satuan Hasil NPV Rupiah 45 310 129 Net B/C 1.01 Gross B/C 1 IRR Persen 5%
Dari kelima skenario tersebut dapat diambil satu kombinasi yang harapannya merupakan desain terbaik dalam analisis kelayakan program PESAT, sehingga keputusan pengambil kebijakan menjadi tepat. Program PESAT merupakan salah satu program CSR perusahaan dengan memanfaatkan lahan bekas tambang, sehingga proyek ini tidak berorientasi keuntungan, yang berakibat proyek ini tidak dikenakan pajak penghasilan. Untuk evaluasi efektivitas dan keberhasilan program, studi kelayakan tetap diperlukan. Hal ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah ide program yang dijalankan dapat terus berjalan dalam upaya menjalankan misi sosialnya dengan pendapatan yang diterimanya (Suliyanto 2010). Kaitannya dengan program PESAT adalah, apakah program ini layak dengan manfaat-manfaat yang muncul dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Keberadaan program PESAT, termasuk aset-asetnya tentunya memiliki manfaat yang besar pasca PT KPC beroperasi pada tahun 2021. Aset kandang dan fasilitas-fasilitas pendukungnya sangat berperan besar bagi Kampus STIPER. Hal ini dikarenakan lembaga ini belum memiliki fasilitas laboratorium lapangan, khususnya Konsentrasi Studi Peternakan. Tidak dipungkiri bahwa adanya PESAT bagi STIPER seharusnya menjadi keuntungan yang sangat besar. Dengan kualitas kandang PESAT yang sangat bagus, sangat menunjang dalam pencapaian tujuan pengajaran, tetapi hal ini sia-sia saja jika penggunaan kandang PESAT untuk praktikum tidak dioptimalkan. Dengan melihat nilai manfaat yang ada, dari ketiga pihak yang merasakan manfaat dari adanya program PESAT, nilai untuk Kampus STIPER masih terlalu rendah dibandingkan dengan pihak lainnya, yaitu untuk peternak dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dengan nilai manfaat sebesar Rp52 080 000, siswa dan mahasiswa untuk PKL dan penelitian dengan nilai Rp18 400 000, sedangkan nilai sebagai laboratorium lapangan bagi Kampus STIPER hanya sebesar Rp10 500 000. Dengan memperhatikan fakta-fakta di atas, maka desain analisis kelayakan program dapat memasukkan manfaat nilai sisa di akhir tahun analisis, memaksimalkan nilai manfaat sosial terutama bagi Kampus STIPER, dan mengabaikan biaya penyusutan. Diasumsikan dengan ketersediaan sumber daya yang ada di Kampus STIPER, maka intensitas praktikum yang dilakukan ke kandang PESAT idealnya sebanyak enam kali per mata kuliah per semester, sehingga nilai manfaatnya menjadi Rp63 juta per tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil analisis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1 226 290 355, net B/C sebesar 1.19, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Hasil analisis dengan kombinasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.40 di bawah ini.
68
No 1 2 3 4
Tabel 4.40 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario VI Kriteria Investasi Satuan Hasil NPV Rupiah 1 226 290 355 Net B/C 1.19 Gross B/C 1 IRR Persen 8%
Dengan demikian, program PESAT ini layak untuk dijalankan dan harus tetap dipertahankan, mengingat perannya yang tinggi dalam pencapaian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan mengambil skenario terakhir, maka hal ini merupakan kombinasi yang paling pas dengan karakteristik PESAT dan faktafakta di lapangan. Dengan skenario ini, walaupun PESAT merupakan kegiatan CSR, di mana perusahaan yang selama ini masih sebagai cost center demi berjalannya program, sudah dapat mandiri atau minimal mengurangi alokasi biaya untuk program tanpa harus berubah menjadi proyek bisnis yang mencari keuntungan. Dengan kata lain, program ini merupakan aktivitas yang inovatif, relevan dengan masyarakat lokal, berkesinambungan, dan mampu menciptakan kemakmuran. Ringkasan setiap skenario analisis di atas dapat dilihat pada Tabel 4.41 di bawah ini. Tabel 4.41 Ringkasan analisis kelayakan setiap skenario Ilustrasi Skenario I II III
IV
V
VI
NPV (Rp)
Nilai sisa aset tetap tidak -451 256 201 diperhitungkan Nilai sisa aset tetap 921 027 445 diperhitungkan Program diarahkan ke -2 420 563 476 bisnis : Nilai sisa dan biaya penyusutan diperhitungkan 37 164 455 Manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan, nilai sisa tidak diperhitungkan 45 310 129 Menurunkan suku bunga analisis menjadi 4.6%, nilai sisa tidak diperhitungkan Nilai sisa diperhitungkan, 1 226 290 355 manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan, biaya penyusutan diabaikan
Net B/C 1
Gross B/C 1
IRR (%) 5
Kelayakan Tidak layak
1.15
1
8
Layak
0.90
1
0
Tidak layak
1.01
1
6
Layak
1.01
1
5
Layak
1.19
1
8
Layak
Tabel 4.41 di atas menunjukkan bahwa program PESAT ini merupakan program sosial, yang bukan berorientasi bisnis, sehingga nilai kelayakan di atas dengan suku bunga yang dipakai lebih kecil dari suku bunga pasar pada umumnya masih dianggap wajar. Ketika perusahaan tambang dan PEMDA menerapkan
69
program serupa di daerah masing-masing, maka skenario yang dipakai dapat disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing tersebut. Analisis Kepekaan Analisis kepekaan dalam penelitian ini adalah untuk menguji kepekaan perubahan ketika terjadi peningkatan biaya operasional dan penurunan penjualan sapi. Analisis kepekaan terhadap peningkatan biaya operasional, dalam hal ini adalah biaya variabel, menunjukkan bahwa program masih layak dilaksanakan jika terjadi peningkatan biaya operasional hingga 14.4%, di atas nilai tersebut program tidak layak di laksanakan. Hasil analisis menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1 015 078, net B/C sebesar 1.19, gross B/C sebesar 1 dan IRR sebesar 6%. Hasil analisis kepekaan jika biaya operasioanal mengalami penurunan dapat dilihat pada Tabel 4.42 di bawah ini. Tabel 4.42 Hasil analisis kepekaan jika biaya operasional naik sampai 14.4% No Kriteria Investasi Satuan Hasil 1 NPV Rupiah 1 015 078 2 Net B/C 1.19 3 Gross B/C 1 4 IRR Persen 6% Analisis kepekaan juga menunjukkan bahwa jika penjualan sapi menurun hingga 45%, program masih layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai NPV sebesar Rp15 440 243, net B/C sebesar 1, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 6%. Hasil analisis kepekaan jika penjualan sapi mengalami penurunan hingga 10% dapat dilihat pada Tabel 4.43 di bawah ini.
No 1 2 3 4
Tabel 4.43 Hasil analisis kepekaan jika penjualan sapi turun 45% Kriteria Investasi Satuan Hasil NPV Rupiah 15 440 243 Net B/C 1 Gross B/C 1 IRR Persen 6%
70
Analisis Stakeholder Analisis stakeholder digunakan untuk mengidentifikasi minat, kepentingan dan pengaruh para stakeholder terhadap kegiatan program yang sedang berjalan. Dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui posisi masing-masing stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya. Program PESAT yang dijalankan oleh PT KPC saat ini berhubungan dengan beberapa pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan itu sendiri, Pemerintah Daerah Kutai Timur dalam hal ini adalah Dinas Peternakan, Kampus STIPER Kutai Timur dan peternak. Setiap stakeholder memiliki peran masing-masing terkait dengan program PESAT. PT KPC sebagai pihak yang langsung bertanggungjawab terhadap progam PESAT memiliki peran yang sangat penting. Peran-peran tersebut diantaranya menyiapkan lahan siap pakai, menyediakan bangunan beserta fasilitasnya, peralatan dan organisasi pengelola yang dibutuhkan dalam manajemen program. Peran lain yang dilakukan PT KPC adalah menjalankan manajemen program PESAT, mengkoordinasikan untuk program pemagangan, menyediakan dana program secara penuh, mengembangkan kemitraan untuk pemanfaatan produk dan pemasarannya serta monitoring dan evaluasi. Pemerintah Daerah Kutai Timur juga memiliki peran yang cukup penting dalam kesuksesan program PESAT, diantaranya adalah memberikan izin penggunaan lahan, menyediakan instruktur pelatihan, melakukan pembinaan terhadap program dan kelompok tani, memberi masukan dalam pembelian bibit sapi bali dan pengadaan obat-obatan untuk ternak sapi yang sakit. Peran Kampus STIPER Kutai Timur diantaranya menyediakan instruktur pelatihan, memanfaatkan PESAT sebagai laboratorium lapangan, sebagai tempat PKL dan penelitian, sedangkan peternak memiliki peran yang tak kalah penting yaitu sebagai objek keberhasilan program, seperti mengikuti kegiatan pelatihan secara penuh dan melaksanakan kegiatan budidaya ternak sapi di kandang selama proses pemagangan. Setelah mengetahui peran masing-masing dari para stakeholder di atas, selanjutnya membedakan dan mengkategorikan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya. Para stakeholder dipetakan ke dalam matriks analisis stakeholder. Besarnya kepentingan dinilai berdasarkan keterlibatan stakeholder dalam keberhasilan program PESAT, kesesuaian tujuan kerja stakeholder terhadap program PESAT, kontribusi masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan program PESAT, manfaat yang diperoleh stakeholder dari program PESAT dan kepentingan stakeholder terhadap program PESAT yang berkelanjutan. Besarnya pengaruh dinilai berdasarkan peran kekuasaan stakeholder terhadap program PESAT, derajat/level lembaga dalam pembuatan keputusan, dukungan finansial, dukungan SDM dan hubungan dengan stakeholder lain. Penilaian besarnya tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder menggunakan skala likert. Jumlah maksimum nilai yang didapatkan oleh masingmasing stakeholder adalah 25 poin untuk besarnya kepentingan dan 25 poin untuk besarnya pengaruh. Penilaian tingkat kepentingan stakeholder dapat dilihat pada Tabel 4.44 berikut ini.
71
Tabel 4.44 Penilaian tingkat kepentingan stakeholder No K1 K2 K3 K4 K5 Nilai Stakeholder 1 PT KPC 5 5 5 5 5 25 2 PEMDA Kutim 3 4 3 3 3 16 3 STIPER Kutim 3 5 3 5 5 21 4 Peternak 5 5 4 5 5 24 Sumber : Data primer diolah (2013) Keterangan : K1 = Keterlibatan stakeholder dalam keberhasilan program PESAT K2 = Kesesuaian tujuan kerja/program stakeholder terhadap program PESAT K3 = Kontribusi masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan program K4 = Manfaat yang diperoleh stakeholder dari program PESAT K5 = Kepentingan stakeholder terhadap program yang berkelanjutan Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa stakeholder yang memiliki nilai kepentingan tinggi adalah PT KPC, peternak dan Kampus STIPER Kutai Timur. PT KPC selaku perusahaan yang memiliki dan menjalankan program memandang bahwa program PESAT ini sangat penting bagi mereka. Manfaat yang diperoleh sangat banyak atas terlaksananya program ini dan yang paling penting adalah hubungan dengan masyarakat menjadi baik sebagai komitmen perusahaan terhadap program sosial kepada masyarakat, sehingga kontribusi perusahaan sangat besar terhadap program PESAT demi keberlanjutan program di masa yang akan datang. Peternak dan Kampus STIPER pun memiliki kepentingan yang tinggi terhadap adanya program ini. Dengan program ini, peternak dapat menimba ilmu mengenai peternakan sehingga nantinya dapat diaplikasikan ke daerah masingmasing pasca kegiatan pemagangan. Dengan dapatnya ilmu pengetahuan dari program ini, diharapkan dapat berpengaruh terhadap perlakuan mereka dalam beternak, sehingga akhirnya akan berpengaruh pula kepada output atau hasil usaha ternak itu sendiri. Kampus STIPER juga memiliki kepentingan yang tinggi pada program ini. Mengingat kampus ini baru berdiri dan memiliki banyak keterbatasan terutama dalam fasilitas laboratorium, maka dengan adanya program ini sangat membantu civitas kampus dalam pencapaian ilmu pengetahuan. Pihak Kampus STIPER menyadari bahwa untuk membangun laboratorium peternakan sangatlah mahal, apalagi dengan kualitas yang tinggi seperti yang dibangun oleh PT KPC dalam program PESAT-nya, namun keterbatasan tersebut dapat diatasi sejak adanya program PESAT ini dan ditandatanganinya kesepakatan bersama antara pihak perusahaan dan kampus tentang penggunaan fasilitas kandang PESAT dan fasilitas pendukung lainnya untuk dijadikan laboratorium lapangan. Pemerintah Daerah Kutai Timur juga memiliki kepentingan yang cukup tinggi, walaupun tidak setinggi peternak dan Kampus STIPER. PEMDA Kutai Timur dalam hal ini Dinas Peternakan memiliki program yang berkesesuaian dengan program PESAT, yaitu pembinaan kelompok ternak. Dengan adanya program PESAT, Dinas Peternakan dapat mengikutsertakan kelompok ternak yang mereka bina untuk mengikuti program pemagangan yang dikelola oleh PESAT. Selain itu, adanya program PESAT ini dapat mendukung program pertambahan populasi sapi Kutai Timur sebagai program menyukseskan swasembada daging nasional.
72
Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap pengaruh stakeholder dalam program PESAT. Dari semua stakeholder di atas, yang memiliki kepentingan tinggi belum tentu memiliki pengaruh yang tinggi pula. Penilaian pengaruh stakeholder terhadap program PESAT dapat dilihat pada Tabel 4.45 berikut ini. Tabel 4.45 Penilaian tingkat pengaruh stakeholder No P1 P2 P3 P4 P5 Stakeholder 1 PT KPC 5 5 5 5 5 2 PEMDA Kutim 3 1 1 4 4 3 STIPER Kutim 1 2 1 2 3 4 Peternak 1 1 1 2 2 Sumber : Data primer diolah (2013) Keterangan : P1 = Peran kekuasaan terhadap program PESAT P2 = Derajat/level lembaga dalam pembuatan keputusan P3 = Dukungan finansial P4 = Dukungan SDM P5 = Hubungan dengan stakeholder lain
Nilai 25 13 9 7
Data di atas menunjukkan bahwa stakeholder yang memiliki pengaruh kuat sampai saat ini hanya PT KPC selaku pengelola dan pemilik program, sedangkan stakeholder yang lainnya memiliki pengaruh yang masih lemah terhadap program PESAT. Hal ini wajar mengingat program PESAT baru berjalan selama 3 tahun dan program pemagangan terhadap peternak baru dilakukan sebanyak 3 tahap, sehingga pengaruh terhadap perkembangan program PESAT masih didominasi perusahaan. Setelah penilaian terhadap tingkat kepentingan dan pengaruh selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah memetakan dua hal tersebut ke dalam Matriks Hubungan Stakeholder 30
PT KPC
Peternak
25
30
Key Player
Subject
25
Kepentingan
STIPER 20
20 PEMDA Kutim
15
15 Crowd
Context Setter
10
10
5
5
0
0 0
5
10
15 Pengaruh
20
25
30
Gambar 4.3 Matriks hubungan Stakeholder pada program PESAT
73
matriks analisis stakeholder. Matriks ini terdiri atas 4 kuadran yang menggambarkan posisi masing-masing stakeholder dalam perkembangan program PESAT. Langkah ini dilakukan dalam rangka untuk menentukan strategi pelibatan para stakeholder. Sebaran posisi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh terhadap program PESAT (Gambar 4.3). Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, yang merupakan pemain kunci (key player) dari keseluruhan program PESAT adalah PT KPC. PT KPC merupakan stakeholder yang paling aktif dalam tata kelola program PESAT secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan PT KPC memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap adanya program. Seperti yang telah dikatakan di atas, bahwa program PESAT ini merupakan salah satu bentuk komitmen perusahaan dalam kegiatan sosialnya (CSR). Dengan melaksanakan CSR yang memiliki kualitas baik, maka reputasi perusahaan di hadapan stakeholder yang lain akan semakin baik. Kegiatan CSR merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada setiap perusahaan yang di dalamnya juga memerlukan inovasi relevan dengan masyarakat lokal dan berkesinambungan serta mampu menciptakan kemakmuran. Program PESAT sejauh ini memiliki potensi ke arah tersebut, oleh karena itu PT KPC selaku perusahaan yang harus melaksanakan kewajiban tersebut memiliki kepentingan yang tinggi agar program PESAT ini tetap berjalan dengan baik. Selain itu, manfaat lain yang diterima oleh perusahaan terhadap adanya program PESAT ini sangat beragam, baik itu manfaat yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Dengan banyaknya manfaat yang diterima tersebut, maka keterlibatan PT KPC terhadap suksesnya program mutlak diperlukan. Begitu pula pengaruh yang dimiliki PT KPC terhadap program PESAT sangat tinggi. Hal ini menunjukkan baik tidaknya program PESAT ke depan sangat bergantung pada keseriusan PT KPC dalam mengelola program. Selain itu, kontribusi PT KPC sangat besar atas program ini, seperti dukungan finansial, SDM dan fasilitas. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa stakeholder yang berada di kuadran subject adalah PEMDA Kutim, Kampus STIPER dan peternak. Ketiga stakeholder tersebut memiliki kepentingan yang tinggi, namun memiliki pengaruh yang kecil untuk mengendalikan atau mengubah suatu keadaan atau peristiwa. PEMDA Kutim memiliki kepentingan terhadap program PESAT dalam hal kesesuaian program kerja. Program PESAT yang di dalamnya termasuk pelatihan dan pembibitan Sapi Bali, sangat berperan pada pembinaan kelompok ternak dan pertambahan populasi ternak sapi. Kampus STIPER dan peternak memiliki kepentingan dalam hal pencapaian ilmu pengetahuan. Kampus STIPER sangat terbantu dengan menjadikan PESAT sebagai laboratorium lapangan, sedangkan peternak terbantu dalam hal menambah pengetahuan di bidang peternakan melalui program pemagangannya. Lain halnya dengan kepentingan, pengaruh yang dimiliki ketiga stakeholder tersebut tergolong kecil. Ketiga stakeholder tidak memiliki kekuatan dalam mengelola program PESAT. Hal ini disebabkan karena pengaruh dan kontribusi PT KPC dalam pengelolaan program PESAT sangat besar. Secara keseluruhan hasil analisis menunjukkan pengaruh yang kecil dari ketiga stakeholder tersebut, namun PEMDA Kutim memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam hal dukungan SDM, yaitu sebagai konsultan dan instruktur pelatihan. Dari ketiga stakeholder yang memiliki pengaruh kecil tersebut, peternak merupakan stakeholder dengan pengaruh paling rendah. Dari beberapa variabel penilaian, semuanya menunjukkan kriteria sangat lemah dan lemah,
74
sehingga diperlukan kerjasama yang lebih aktif dengan stakeholder lainnya. Kerjasama ini diperlukan antara stakeholder yang ada, baik antar stakeholder dalam satu kuadran maupun di luar kuadran. Kerjasama diperlukan dalam menciptakan kebermanfaatan bersama. Perusahaan perlu mulai melibatkan stakeholder lainnya dalam proses memajukan program dan keberlanjutannya. PEMDA Kutim dan Kampus STIPER bisa dilibatkan dalam hal seleksi peserta magang dan peternak yang menjadi objek utama dalam program pemagangan perlu dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang bersifat teknis, seperti lama waktu pelatihan, materi yang diberikan dan pendampingan. Dari ketiga stakeholder yang berada di kuadran subject di atas, yang masih memungkinkan untuk mengubah tingkat pengaruhnya agar lebih tinggi terhadap program adalah PEMDA Kutim dan Kampus STIPER. Dengan meningkatkan variabel level dalam pembuatan keputusan dan dukungan finansial terhadap program, maka PEMDA Kutim dapat memiliki pengaruh yang tinggi terhadap program, walaupun hal ini dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, Kampus STIPER pun dapat pula meningkatkan pengaruhnya terhadap program dengan mengoptimalkan variabel level dalam pembuatan keputusan, dukungan SDM, dan menguatkan hubungan dengan stakeholder yang lain.
Optimalisasi Pengelolaan PESAT Seperti dikatakan di awal bahwa kontrak perusahaan PT KPC dengan PEMDA Kutai Timur berakhir tahun 2021. Perusahaan memperkirakan dari 90938 hektar total areal pertambangan, hanya 30 ribu hektar yang dieksploitasi sampai akhir izin kontrak yang akan berakhir tahun 2021 nanti, sehingga masih terdapat kemungkinan PT KPC akan melanjutkan kontrak usahanya dengan PEMDA Kutai Timur. Jika kita asumsikan tahun 2021 tersebut akhir dari izin kontrak perusahaan dengan PEMDA atau dengan kata lain PT KPC tidak melanjutkan kontrak usaha, maka perlu diperhatikan optimalisasi pengelolaan PESAT hingga akhir tutup tambang tahun 2021. Pada bahasan sebelumnya dikatakan bahwa terdapat beberapa pihak yang memiliki kepentingan terhadap program ini, diantaranya yaitu PT KPC, peternak yang memang menjadi target prioritas sejak awal dibangunnya program ini, Kampus STIPER Kutai Timur, dan PEMDA Kutai Timur. Tujuan awal dibuatnya program PESAT adalah sebagai pusat pembibitan Sapi Bali dan pusat pelatihan usaha peternakan Sapi Bali sebagai usaha persiapan alternatif ekonomi pasca tutup tambang tahun 2021. Berdasarkan hal tersebut, maka program ini diarahkan kepada keberhasilan peternak dalam menginternalisasi pelatihan yang mereka peroleh ke dalam kegiatan usaha mereka di lapangan. Selain itu, diarahkan bagaimana program ini dapat menjadi pusat pelatihan alternatif usaha di Kutai Timur. Jika setiap tahun PESAT melakukan program pemagangan sebanyak satu kali dan diikuti sebanyak enam orang peternak, maka hingga tahun 2021 sudah ada 54 orang peternak yang mengikuti program pelatihan. Jika diasumsikan tingkat keberhasilan peternak yang mengikuti pelatihan sebesar 90%, maka hingga tahun 2021 sudah terdapat 48 peternak yang masih melanjutkan usaha Sapi Bali potong. Diharapkan dari 48 orang peternak ini, dapat menjadi pioner bagi
75
peternak lain untuk menjadi peternak sukses di daerahnya masing-masing. Dari 48 orang peternak ini pula diharapkan dapat menjadi profil sukses masyarakat yang bergerak pada usaha peternakan Sapi Bali, sehingga dapat menjadi motivasi bagi peternak lain atau orang yang tertarik di usaha bidang peternakan. Dengan kondisi seperti ini, tujuan awal dibangunnya PESAT sebagai persiapan alternatif ekonomi pasca tutup tambang benar-benar terjadi. Prediksi jumlah peternak yang telah mengikuti pelatihan di PESAT hingga tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 4.46 Perkiraan jumlah peternak yang telah mengikuti pelatihan PESAT No
1
2
Keterangan Jumlah peternak yang telah mengikuti pelatihan Jumlah peternak yang tetap melanjutkan usaha Sapi Bali
Tahun Total 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 20
6
6
6
6
6
6
6
6
6
74
8
5
5
5
5
5
5
5
5
5
48
Selain itu, salah satu manfaat dari program yang dapat dioptimalkan adalah pemanfaatan produk biogasnya. Jika selama ini biogas yang dihasilkan penggunaanya masih terbatas pada percontohan lampu biogas dan sebagai bahan bakar kompor gas di internal karyawan, maka ke depan produk tersebut dapat diberdayakan untuk masyarakat sekitar. Dengan dikemas lebih baik, produk ini pun dapat dikomersialkan. Peternak yang sudah mengikuti pelatihan dan tetap melanjutkan usaha sapi potong pun ke depannya dapat mengoptimalkan manfaat produk biogas yang dihasilkan dari ternak sapi. Dengan menginvestasikan alat yang dapat mengubah kotoran menjadi gas, maka manfaat biogas dapat dirasakan lebih maksimal oleh masyarakat. Peternak yang memiliki dua sapi dapat memproduksi 0.2-2 m3 gas per hari. Untuk skala rumah tangga dengan jumlah ternak 2-4 ekor dapat menggunakan tabung reaktor berkapasitas 2500-5000 liter yang dapat menghasilkan biogas sampai setara dengan 2 liter minyak tanah per hari dan mampu memenuhi kebutuhan energi memasak rumah tangga pedesaan dengan 6 orang anggota keluarga (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan 2010). Artinya peternak yang memiliki dua ekor sapi dapat menghemat pengeluaran setara 2 liter minyak tanah per hari atau Rp900 ribu per bulan dengan asumsi harga minyak tanah Rp15000 per liter, sehingga dalam satu tahun rumah tangga dapat menghemat pengeluaran sebesar Rp10 800 000. Semakin besar jumlah populasi sapi di suatu tempat, maka potensi biogas yang dihasilkan pun peruntukkannya semakin optimal, misalnya untuk penerangan. Berdasarkan identifikasi manfaat yang dilakukan di awal dan melihat posisi pemangku kepentingan pada analisis stakeholder, maka tidak berlebihan jika disimpulkan kontribusi terbesar dari program PESAT terhadap masyarakat adalah dalam hal pencapaian ilmu pengetahuan. Pihak yang paling merasakan manfaat dari adanya program adalah peternak dan Kampus STIPER Kutai Timur. Saat ini hingga tahun 2021, program sosialisasi mengenai usaha peternakan,
76
khususnya ternak sapi perlu dilakukan sebagai salah satu upaya dalam mempersiapkan alternatif ekonomi pasca tutup tambang. Hal ini juga dilakukan sebagai upaya mengubah persepsi masyarakat lokal bahwa usaha di sektor peternakan kurang menjanjikan, apalagi jika dibandingkan dengan pekerjaan di sektor tambang, tentu merupakan usaha yang sangat sulit mengubah persepsi tersebut. PESAT sebagai pusat pelatihan usaha peternakan Sapi Bali dapat mengambil peran tersebut, sehingga tidak hanya berhenti pada peternak yang berkesempatan mengikuti pelatihan, tetapi juga pada peternak yang tidak dapat mengikuti pelatihan. Secara tidak langsung, profil sukses dari peternak yang sudah mengikuti pelatihan juga merupakan salah satu cara sosialisasi usaha di bidang peternakan. Peternak yang sudah mengikuti pelatihan juga dapat menjadi mentor bagi peternak lain di kelompok ternaknya. Program sosialisasi juga dapat dilakukan oleh Kampus STIPER bekerjasama dengan PESAT. Kampus STIPER melalui program pengabdian masyarakatnya dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat lokal mengenai pentingnya mempersiapkan alternatif usaha di bidang peternakan. Selain itu, kerjasama dengan PEMDA Kutai Timur perlu ditingkatkan lagi dalam rangka memenuhi standar kualitas pembibitan Sapi Bali. Dikarenakan program ini berperan penting dalam penambahan populasi sapi lokal dan swasembada daging yang dicanangkan oleh pemerintah, maka PEMDA Kutai Timur dapat berperan dalam hal peningkatan kualitas performance sapi dengan jalan kontrol rutin kesehatan ternak, termasuk vaksinasi. Kerjasama lain juga dapat dilakukan dalam hal kebuntingan ternak. PESAT dapat meminta jasa inseminasi buatan (IB) yang akan dicanangkan oleh PEMDA Kutai Timur melalui Dinas Peternakan, sehingga tujuan PESAT dalam pembibitan Sapi Bali lebih mudah dicapai. Berdasarkan teori kelembagaan, pengelolaan di masa yang akan datang dapat menggunakan beberapa kebijakan yang ada. Pertama kebijakan leviatan yang dalam pengelolaan program dapat melibatkan pihak ketiga seperti pemerintah. Kedua kebijakan privatisasi, dimana kebijakan secara penuh diserahkan kepada pihak swasta, dalam hal ini perusahaan, dengan asumsi kita mengakui kemampuan perusahaan dalam mengelola program sangat baik, baik dari sisi finansial, SDM, dan lain sebagainya. Ketiga kebijakan self organization yang dalam pengelolaannya melibatkan suatu kelompok atau komunitas masyarakat. Akhirnya, keputusan yang dibuat dalam kebijakan pengelolaan dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
77
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Konsep program PESAT memanfaatkan lahan bekas tambang dengan mengintegrasikan berbagai bidang di sektor peternakan, pertanian dan tanaman hutan. Tujuan memadukan semua elemen tersebut untuk saling mendukung dan memberikan hasil yang maksimal pada sisi ekonomi, sosial dan lingkungan. 2. Manfaat yang dihasilkan dari program PESAT lebih besar dari biaya yang dikeluarkan terhadap program, terdiri atas manfaat yang dapat dikuantifikasi dan tidak dapat dikuantifikasi. Dengan menggunakan analisis kelayakan, program PESAT dinilai layak dengan NPV sebesar Rp1 226 290 355, net B/C sebesar 1.19, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. 3. Berdasarkan analisis stakeholder, PT KPC menjadi pemain kunci (key player) dalam proses perkembangan program PESAT, sedangkan stakeholder lainnya, seperti PEMDA Kutim, Kampus STIPER dan peternak masih sebatas subject yang memiliki pengaruh rendah dalam pengelolaan program. 4. Faktor yang cukup mempengaruhi keberhasilan program PESAT terhadap peserta adalah karakter wilayah dan tingkat pendidikan. Persepsi peserta terhadap pelatihan PESAT rata-rata sangat baik, dimana persepsi tersebut dilihat dari 6 variabel, yaitu terhadap metode, instruktur, fasilitas, materi, waktu dan manfaat pelatihan. Saran Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemanfaatan lahan bekas tambang menjadi peternakan sapi terpadu dapat dijadikan alternatif kegiatan program CSR perusahaan tambang lainnya di Indonesia. 2. Diperlukan program pendampingan beberapa waktu pasca pemagangan kepada peternak dalam hal motivasi dan pengembangan usaha ternak di daerah masing-masing. 3. Ketergantungan PESAT terhadap dana CSR yang menjadi cost center dalam pembiayaan biaya operasional sedikit demi sedikit dapat terkurangi dengan masuknya pendapatan, oleh karena itu diperlukan pengelolaan secara profesional dalam menghasilkan produk-produk PESAT, sehingga harus memiliki target-target pemasaran yang jelas. 4. Pelibatan peternak dan Kampus STIPER Kutim dalam pengembangan program PESAT perlu ditingkatkan lagi. Pelibatan bisa dalam bentuk “duduk bersama” sebagai upaya menjaring masukan tentang program, sehingga muncul kesepakatan bersama antara perusahaan sebagai pengelola dan peternak serta kampus sebagai user.
78
DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Manajemen Umum Limbah Ternak untu Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, Kementerian Pertanian RI. Badan Pusat Statistik [BPS] Kutai Timur. 2011. Kutai Timur dalam Angka 2011. Bappeda Kutai Timur. RPJM Kabupaten Kutai Timur 2011-2015. Brent RJ. 2006. Applied Cost-Benefit Analysis, Second Edition. Edward Elgar. UK. Direktorat Perbibitan Ternak. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan dan Koordinasi Perbibitan Tahun 2012. Dirjen Peternakan dan Keswan Kementerian Pertanian RI. Febrianto A, AN Bambang, A Suherman. 2005. Analisis Manfaat dan Biaya Fasilitas Fungsional Pelabuhan Perikanan Nusantara Tanjung Pandan Kabupaten Belitung. Prosiding Seminar Perikanan[internet]. [Waktu pertemuan dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. hlm 1-9;[diunduh 2012 Sep 18]. Hanley N, CL Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and The Enviroinment. Edward Elgar. England. Hanley N, EB Barbier. 2009. Pricing Nature : Cost-Benefit Analysis and Environmental Policy. Edward Elgar. UK. Haslindah, Yusran NI, Hasmin. 2012 Juni. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang di Taman Wisata Perairan Kapoposang Kabupaten Pangkep, siap terbit. Hilson GM. 2005. The Socio-Economic Impacts of Artisanal and Small-Scale Mining in Developing Countries. A.A. Balkema Publishers. Tokyo. Irawaty W. 2008. Analisis Cost Benefit Pelaksanaan Corporate Sosial Responsibility Program Bogasari Mitra Card Surabaya. Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi, Vol 7. No.1, Mei 2008:26-40. Kariyasa K. 2005. Sistem Integrasi Tanaman Ternak dalam Perspektif Reorientasi Kebijakan Subsidi Pupuk dan Peningkatan Pendapatan Petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 3(1):68−80. Kuswaryan S, S Rahayu, C Firmansyah, A Firman. 2004. Manfaat Ekonomi dan Penghematan Devisa Impor Dari Pengembangan Peternakan Sapi Potong Lokal. Jurnal Ilmu Ternak 4(1):41−46. Malesi L. 2006. Produksi Rumput Brachiaria humidicola dengan Pemberian EM 4 (Effective Microorganisms) di Padang Penggembalaan Ternak Domba[tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Mansur I. 2012. Reklamasi Lahan Bekas Tambang untuk Kehutanan, Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Problematika dan Model Reklamasi Tambang Berbasis Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Bogor, 21 Juni 2012. Bogor : Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB Bekerjasama dengan SEAMEO BIOTROP dan Forum Rehabilitasi Hutan pada Lahan Bekas Tambang (RHLBT). Manti I, Azmi, E Priyotomo, dan D Sitompul. 2003. Kajian Sosial Ekonomi Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit. Makalah Disampaikan dalam Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu.
79
Mishan EJ, E Quah. 2007. Cost-Benefit Analysis 5th edition. Routledge. London and New York. Reed MS, Graves A, Dandy N, Posthumus H, Hubaek K, Morris J, Prell C, Quinn CH, dan Stringer LC. 2009. Who’s in and Why? A Typology of Stakeholder Analysis Methods for Natural Resource Management. Journal of Environmental Management 90:1943-1949. Richards IG, JP Palmer, PA Barrat. 1993. The Reclamation of Former Coal Mines and Steelworks. Elsevier Science Publisher. Rohani ST, AH Hoddi, MB Rombe, M Ridwan. 2011. Pengelolaan Usaha Peternakan. Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Hasanudin. Makasar. Rugg J, D Hinchcliffe. 2002. Advances in Art & Urban Future : Recoveries and Reclamations. Intelect Ltd. UK and USA. Sawarjuwono T, Kadir AP. 2003. Intellectual Capital ; Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5, No.1, Mei 2003 :35-37. Sriyanto S. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sugiyono A. 2001. Analisis Manfaat dan Biaya Sosial [makalah ekonomi publik]. Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada:1-15. Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya : Pengantar Teknologi Batubara Menuju Lingkungan Bersih. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28 (1):1-9. Scarborough H, J Bennet, R Carr. 2004. Using Choice Modelling to Investigate Equity Preferences. Paper Presented at AARES 48th Annual Conference, 11-13 February 2004, Melbourne, Victoria. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta. Wahyuni S. 2008. Analisa Kelayakan Pengembangan Biogas sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu dan Kelompok Peternak [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Wardoyo SS. 2008. Reklamasi Lahan Bekas Tambang yang Berwawasan Lingkungan. Jurnal Agros Vol.10, No.1 Januari 2008:43-55. Widodo. 2011. Kajian Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Skala Kecil Untuk Pertanian. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 7, Nomor 3, Juli 2011:107-113. Widodo TW, A Asari. 2008. Teori dan Konstruksi Instalasi Biogas. Balitbang Pertanian Departemen Pertanian. William ND. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada. Wulandari IGAM. 2011. Analisis Ekonomi Pengembangan Bendungan Poh Santen di Desa Poh Santen Kecamatan Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana [tesis]. Bali (ID). Universitas Udayana. 92 hlm. Yusdja Y, N Ilham. 2004. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sapi Potong. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 2(2):167−182.
Lampiran 1 Proyeksi jumlah Sapi Bali per tahun (2013-2021) URAIAN Pejantan (ekor) Pejantan afkir yg dijual Kebutuhan pejantan di PESAT Tambahan pejantan Pembelian pejantan Induk betina (ekor) Induk afkir yg dijual Anak yang lahir (ekor) = a Anak yang mati (ekor) = b Jumlah anak akhir (ekor) = ab Jumlah anak sebelumnya Pedet yang dijual
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Keterangan 3 3 3 3 3 8 13 10 10 10 10 10 3 2 6 2 Pejantan afkir (dijual)
Jantan>1 th (1-2 th) Jantan>2 th (2-3 th) Jantan>3 th (3-4 th) Jantan>4 th (4-5 th) Jantan>5 th (5-6 th) Jantan>6 th (6-7 th) Jantan>7 th (7-8 th) Jantan>8 th (8-9 th) Jumlah Jumlah total sapi jantan Betina>1 th (1-2 th) Betina>2 th (2-3 th) Betina>3 th (3-4 th) Betina>4 th (4-5 th) Betina>5 th (5-6 th) Betina>6 th (6-7 th) Betina>7 th (7-8 th) Betina>8 th (8-9 th)
-
3
30
8
3
42
25
3
31
39
3
8 6
13 5
10
31
5 2 2 50
80
100
100
100
100
22 1
35 2
56 3
125 31 94 5
70 4
70 4
70 4
70 4
21 41
33
53
89
66
66
66
66
66 Peluang jantan : betina = 50:50
66 66 66 Peluang kelahiran jantan dan betina (ekor) 18 10 15 24 42 17 9 15 23 17 8 14 17 8 17
66
66
21 19
17 30 12 19
26 49 17 11 19
40 77 26 17 10 18
10
10
10
10 Diambil dari calon pejantan
62 114 44 26 16 10 18
0 10
0 10
100 Umur 2-8 thn (potensi induk) Induk afkir (dijual) 70 Peluang kebuntingan 70% 4 Peluang kematian anak 6%
Sapi muda
Potensi pejantan
0 10
Dijual karena afkir 0 Potensi pejantan 10 Sapi muda
Potensi induk
Dijual karena afkir
Lampiran 1 Proyeksi jumlah Sapi Bali per tahun (2013-2021) (lanjutan) URAIAN Jumlah Jumlah total sapi betina Jumlah total sapi muda Jumlah total sapi dewasa Sapi muda yang mati (ekor) Sapi dewasa yang mati (ekor) RS calon bibit jantan RS calon bibit betina
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Keterangan 19 30 45 70 0 0 0 0 Potensi induk induk sblmny+sp md+ptensi 50 62 97 151 208 100 100 100 100 indk 37 22 32 50 86 0 0 0 0 Sudah dikurangi kematian 34 70 114 178 172 110 110 110 110 Jantan dan betina 1 1 1 2 3 Peluang kematian muda 4% 0 1 2 3 3 Peluang kematian dewasa 2% 3 5 8 10 10 10 10 10 10 100% dari total sapi jantan ideal 19 12 17 25 25 25 25 25 25 25% dari total sapi betina ideal Setelah dikurangi cln 13 17 22 42 74 0 0 0 0 bibit&stock 0 0 0 0 64 0 0 0 0 0 0 0 1 19 25 25 25 25 25% dari total sapi betina 2 3 5 7 10 10 10 10 10 10% dari total sapi jantan 50 62 97 151 144 150 150 150 150 induk+cln bibit+stock 8 11 21 30 30 30 30 30 30 pejantan+cln bibit+stock
Sisa sapi jantan yg dijual Sapi betina yang dijual Stock sapi betina Stock sapi jantan Jumlah sapi betina yg stay Jumlah sapi jantan yg stay Catatan Asumsi : -Jumlah anak pada awal tahun 2013 berjumlah 41, jumlah ini sebanyak 2 ekor baru lahir di bulan Januari dan 39 ekor sudah berumur 6 bulan-an, sehingga pada pertengahan tahun, 39 anak ini sudah menjadi sapi muda (19 jantan dan 20 betina), dengan demikian jumlah anak sapi pada tahun 2013 sebanyak 2 ekor ditambah 21 ekor yang diasumsikan lahir dari induk
-Jumlah induk betina sebanyak 79 ekor di 2015 didapatkan dari betina usia 2-9 thn di 2015 (29 ekor) ditambah 50 ekor induk sebelumnya -Pada akhir tahun 2016, 31 ekor sapi induk betina dijual karena sudah afkir (sudah 7 kali beranak sejak tahun 2010), sehingga di akhir tahun 2016, jumlah induk menjadi 101 (132 dikurangi 31) -Mulai tahun 2017 induk betina dikondisikan berjumlah 100 ekor, karena sesuai dengan kapasitas tampung ideal PESAT, sehingga 74 ekor potensi induk pada tahun tersebut sudah dapat dijual -Pada tahun 2018 dst induk betina sudah berjumlah 100 ekor, sehingga anak sapi jantan dan betina yang berumur < 1 thn mulai dijual sbg bibit -Kapasitas tampung ideal kandang PESAT 110 sapi (10 jantan dan 100 betina) -Sapi jantan yang dapat dijual merupakan sisa akhir sapi jantan setelah dikurangi kebutuhan pejantan, calon bibit, dan stock -Replacement stock (RS) atau ternak pengganti merupakan cadangan yang disediakan untuk menjadi bibit pengganti -Stock sapi jantan dan betina disediakan untuk pengembangan populasi kawasan dan persediaan untuk peserta magang -RS dan stock sapi jantan diambil dari sapi muda dan calon pejantan, sisanya dijual -RS dan stock sapi betina diambil dari sapi muda betina
Lampiran 2 Proyeksi potensi biogas dari Sapi Bali dan Sapi Perah per tahun Tahun No
Jenis 2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
1
Sapi dewasa
45
34
37
56
86
141
113
113
113
113
113
2
Anak sapi
25
39
24
33
53
89
66
66
66
66
66
3
Sapi muda
37
22
32
50
86
0
0
0
0
4
Konversi anak sapi ke sapi dewasa
6
8,25
13,25
22,25
16,5
16,5
16,5
16,5
16,5
5
Konversi sapi muda ke dewasa
18,5
11
16
25
43
0
0
0
0
6
Jumlah sapi
51,25
43,75
61,5
75,25
115,25
188,25
172,5
129,5
129,5
129,5
129,5
7
Potensi biogas/produksi (m3)
5,125
4,375
6,15
7,525
11,525
18,825
17,25
12,95
12,95
12,95
12,95
8
Potensi biogas/produksi/jam
0,2135417
0,1822917
0,25625
0,3135417
0,4802083
0,784375
0,71875
0,53958333
0,53958333
0,53958333
0,53958333
9
Potensi biogas/thn
158,875
135,625
190,65
233,275
357,275
583,575
534,75
401,45
401,45
401,45
401,45
10
Konversi ke rupiah/thn
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
6,25
9,75
Catatan Asumsi : -Potensi biogas sudah mulai dirasakan sejak tahun 2011 -Jumlah sapi perah dewasa sebanyak 3 ekor (ada mulai akhir tahun 2012) -Kotoran sapi dewasa per hari sebanyak 12,5 kg -Kandungan bahan kering (BK) kotoran ternak sapi 20% -Biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak sapi sebesar 0,0040 m3/kg.BK -Ex : Potensi biogas/kali produksi didapatkan dari 51,25 X 12,5 kg kotoran sapi X 0,2 BK X 0,04 m3/kg.BK -Sapi dikandangkan setiap hari selama 15,5 jam -Produksi biogas sebanyak 4 kali dalam sebulan -1 m3 biogas sama dengan 0,62 liter minyak tanah -Harga minyak tanah 1 liter sebesar Rp 15.000
Lampiran 3 Proyesi pupuk kompos padat dari Sapi Bali dan Sapi Perah per tahun No
Jenis
1 2 3
Sapi dewasa (ekor) Anak sapi (ekor) Sapi muda Konversi anak sapi ke sapi dewasa Konversi sapi muda ke dewasa Jumlah sapi (ekor) Potensi pupuk kompos/thn (ton) Potensi pupuk kompos/hari (ton) Potensi pupuk kompos/jam (ton) Potensi pupuk kompos riil/thn (ton) Konversi ke kg Jumlah (Rp)
4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013 37 24 37
2014 56 33 22
2015 86 53 32
2016 141 89 50
6 18,5 61,5 123 0,34166667 0,01423611
8,25 11 75,25 150,5 0,41805556 0,01741898
13,25 16 115,25 230,5 0,64027778 0,02667824
22,25 25 188,25 376,5 1,04583333 0,04357639
Catatan Asumsi : -Proyeksi potensi pupuk padat dimulai sejak tahun 2013 -Jumlah sapi perah dewasa sebanyak 3 ekor (ada mulai akhir tahun 2012) -Sapi dikandangkan setiap hari selama 15,5 jam -Harga pupuk kompos padat Rp 3.000/kg
16,5 43 172,5 345 0,95833333 0,03993056
2018 113 66 0
2019 113 66 0
2020 113 66 0
2021 113 66 0
16,5 16,5 16,5 16,5 0 0 0 0 129,5 129,5 129,5 129,5 259 259 259 259 0,719444444 0,719444444 0,719444444 0,719444444 0,029976852 0,029976852 0,029976852 0,029976852
79,4375 97,1979167 148,864583 243,15625 222,8125 167,2708333 167,2708333 167,2708333 167,2708333 79.438 97.198 148.865 243.156 222.813 167.271 167.271 167.271 167.271 238.312.500 291.593.750 446.593.750 729.468.750 668.437.500 501.812.500 501.812.500 501.812.500 501.812.500
Tahun 2017 113 66 86
Lampiran 4 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario I Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
0
0
156.000.000
204.000.000
264.000.000
504.000.000
888.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina
0
0
0
0
0
0
0
0
576.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Manfaat Pupuk Cair Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
TOTAL MANFAAT
0
0
672.366.938
695.300.213
1.348.941.945
1.468.619.608
1.666.772.808
2.377.752.398
3.420.267.075
1.800.402.385
1.824.402.385
1.800.402.385
1.788.402.385
PV Manfaat
0
0
601.236.859
587.937.598
1.078.628.162
1.110.471.564
1.191.774.669
1.607.696.239
2.186.840.011
1.088.544.518
1.043.078.205
973.386.779
914.325.280
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan, kandang isolasi
Lampiran 4 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario I (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
TOTAL BIAYA
4.326.320.000
1.233.964.400
1.287.798.315
820.443.500
939.260.000
963.260.000
939.260.000
964.645.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
PV Biaya
4.326.320.000
1.166.869.409
1.151.561.404
693.757.275
751.042.171
728.352.552
671.588.995
652.236.179
600.541.216
567.887.675
537.009.622
507.810.517
480.199.070
409.681.945
505.359.608
727.512.808
1.413.107.398
2.481.007.075
861.142.385
885.142.385
861.142.385
849.142.385
327.585.990
382.119.012
520.185.673
955.460.060
1.586.298.795
520.656.843
506.068.583
465.576.262
434.126.210
TOTAL
LABA BERSIH
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
1.233.964.400 1.166.869.409
-615.431.378 -550.324.544
125.143.288 105.819.677
ANALISIS-ANALISIS DF = 5,75%, CF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2009
1
1,0575
1,11830625
1,182608859
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
-4.326.320.000
1.304.917.353
-688.240.756
147.995.560
387.406.095
451.897.329
615.176.186
1.129.935.532
1.875.971.009
615.733.396
598.481.190
550.594.612
513.401.502
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
-4.326.320.000
1.166.869.409
-550.324.544
105.819.677
327.585.990
382.119.012
520.185.673
955.460.060
1.586.298.795
520.656.843
506.068.583
465.576.262
434.126.210
Lampiran 4 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario I (lanjutan) KRITERIA INVESTASI NPV
-451.256.201
Total PV Manfaat
12.383.919.885
Total PV Biaya
12.835.176.086
Total PV Manfaat Bersih +
5.698.077.430
Total PV Manfaat Bersih -
-6.149.333.630
Net B/C
1
Gross B/C
1
IRR
NILAI
5%
Lampiran 5 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario II Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
0
0
156.000.000
204.000.000
264.000.000
504.000.000
888.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina
0
0
0
0
0
0
0
0
576.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Manfaat Pupuk Cair Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
Nilai Sisa
2.684.160.000
TOTAL MANFAAT
0
0
672.366.938
695.300.213
1.348.941.945
1.468.619.608
1.666.772.808
2.377.752.398
3.420.267.075
1.800.402.385
1.824.402.385
1.800.402.385
4.472.562.385
PV Manfaat
0
0
601.236.859
587.937.598
1.078.628.162
1.110.471.564
1.191.774.669
1.607.696.239
2.186.840.011
1.088.544.518
1.043.078.205
973.386.779
2.286.608.926
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan,
Lampiran 5 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario II (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
TOTAL BIAYA
4.326.320.000
1.233.964.400
1.287.798.315
820.443.500
939.260.000
963.260.000
939.260.000
964.645.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
PV Biaya
4.326.320.000
1.166.869.409
1.151.561.404
693.757.275
751.042.171
728.352.552
671.588.995
652.236.179
600.541.216
567.887.675
537.009.622
507.810.517
480.199.070
409.681.945
505.359.608
727.512.808
1.413.107.398
2.481.007.075
861.142.385
885.142.385
861.142.385
3.533.302.385
327.585.990
382.119.012
520.185.673
955.460.060
1.586.298.795
520.656.843
506.068.583
465.576.262
1.806.409.855
TOTAL
LABA BERSIH
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
1.233.964.400 1.166.869.409
-615.431.378 -550.324.544
125.143.288 105.819.677
ANALISIS-ANALISIS DF = 5,75%, CF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2009
1
1,0575
1,11830625
1,182608859
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
-4.326.320.000
1.304.917.353
-688.240.756
147.995.560
387.406.095
451.897.329
615.176.186
1.129.935.532
1.875.971.009
615.733.396
598.481.190
550.594.612
2.136.276.299
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
-4.326.320.000
1.166.869.409
-550.324.544
105.819.677
327.585.990
382.119.012
520.185.673
955.460.060
1.586.298.795
520.656.843
506.068.583
465.576.262
1.806.409.855
Lampiran 5 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario II (lanjutan) KRITERIA INVESTASI NPV
13.756.203.530
Total PV Biaya
12.835.176.086
Total PV Manfaat Bersih +
7.070.361.075
Total PV Manfaat Bersih -
-6.149.333.630
Gross B/C IRR
921.027.445
Total PV Manfaat
Net B/C
NILAI
1.15 1 8%
Lampiran 6 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario III Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
0
0
156.000.000
204.000.000
264.000.000
504.000.000
888.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina
0
0
0
0
0
0
0
0
576.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Manfaat Pupuk Cair Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Nilai Sisa
2.684.160.000
TOTAL MANFAAT
0
0
653.966.938
666.400.213
1.267.961.945
1.387.639.608
1.585.792.808
2.296.772.398
3.339.287.075
1.719.422.385
1.743.422.385
1.719.422.385
4.391.582.385
PV Manfaat
0
0
584.783.406
563.500.102
1.013.875.702
1.049.239.924
1.133.872.409
1.552.942.329
2.135.063.264
1.039.583.055
996.778.949
929.604.976
2.245.207.694
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan,
Lampiran 6 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario III (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Penyusutan Kandang
0
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
36.000.000
Penyusutan Kantor
0
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
Penyusutan Mess
0
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
24.000.000
Penyusutan Gazebo dll
0
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
29.820.000
Penyusutan pagar
0
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
18.000.000
Penyusutan Peralatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
298.620.000
298.620.000
356.220.000
423.800.000
423.800.000
423.800.000
423.800.000
423.800.000
423.800.000
423.800.000
423.800.000
423.800.000
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
TOTAL BIAYA
4.326.320.000
1.359.784.400
1.413.618.315
946.263.500
1.065.080.000
1.089.080.000
1.065.080.000
1.090.465.000
1.065.080.000
1.065.080.000
1.065.080.000
1.065.080.000
1.065.080.000
PV Biaya
4.326.320.000
1.285.848.132
1.264.070.835
800.149.172
851.649.166
823.489.190
761.552.720
737.308.259
680.987.627
643.959.931
608.945.561
575.835.046
544.524.866
TOTAL
LABA KOTOR
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
PAJAK
0
1.359.784.400 1.285.848.132 0
-759.651.378 -679.287.429 0
279.863.288 236.649.071 0
202.881.945
298.559.608
520.712.808
1.206.307.398
2.274.207.075
654.342.385
678.342.385
654.342.385
3.326.502.385
162.226.536
225.750.734
372.319.689
815.634.071
1.454.075.637
395.623.124
387.833.387
353.769.930
1.700.682.828
60.864.584
89.567.882
156.213.842
361.892.219
682.262.123
196.302.716
203.502.716
196.302.716
997.950.716
Lampiran 6 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario III (lanjutan) Tahun keLABA BERSIH
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-4.326.320.000
1.359.784.400
-759.651.378
279.863.288
142.017.362
208.991.725
364.498.965
844.415.178
1.591.944.953
458.039.670
474.839.670
458.039.670
2.328.551.670
1
1,0575
1,11830625
1,182608859
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
-4.326.320.000
1.437.972.003
-849.522.883
330.968.803
134.295.377
186.882.373
308.215.994
675.203.254
1.203.721.911
327.507.188
321.058.640
292.860.018
1.407.869.806
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
-4.326.320.000
1.285.848.132
-679.287.429
236.649.071
113.558.575
158.025.514
260.623.782
570.943.849
1.017.852.946
276.936.187
271.483.371
247.638.951
1.190.477.980
ANALISIS-ANALISIS DF = 5,75%, CF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2009 NPV
-2.420.563.476
Total PV Manfaat
13.244.451.810
Total PV Biaya
13.904.640.505
Total PV Manfaat Bersih +
5.867.915.937
Total PV Manfaat Bersih -
-6.528.104.632
Net B/C Gross B/C IRR
0.90 1 0%
Lampiran 7 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario IV Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
0
0
156.000.000
204.000.000
264.000.000
504.000.000
888.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina
0
0
0
0
0
0
0
0
576.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Manfaat Pupuk Cair Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
10.500.000
94.500.000
94.500.000
94.500.000
94.500.000
94.500.000
94.500.000
94.500.000
94.500.000
94.500.000
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
TOTAL MANFAAT
0
0
672.366.938
695.300.213
1.432.941.945
1.552.619.608
1.750.772.808
2.461.752.398
3.504.267.075
1.884.402.385
1.908.402.385
1.884.402.385
1.872.402.385
PV Manfaat
0
0
601.236.859
587.937.598
1.145.795.445
1.173.986.725
1.251.836.287
1.664.492.096
2.240.547.677
1.139.331.909
1.091.104.106
1.018.801.343
957.270.495
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan, kandang isolasi
Lampiran 7 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario IV (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
TOTAL BIAYA
4.326.320.000
1.233.964.400
1.287.798.315
820.443.500
939.260.000
963.260.000
939.260.000
964.645.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
PV Biaya
4.326.320.000
1.166.869.409
1.151.561.404
693.757.275
751.042.171
728.352.552
671.588.995
652.236.179
600.541.216
567.887.675
537.009.622
507.810.517
480.199.070
493.681.945
589.359.608
811.512.808
1.497.107.398
2.565.007.075
945.142.385
969.142.385
945.142.385
933.142.385
394.753.274
445.634.174
580.247.292
1.012.255.917
1.640.006.461
571.444.234
554.094.485
510.990.826
477.071.424
TOTAL
LABA BERSIH
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
1.233.964.400 1.166.869.409
-615.431.378 -550.324.544
125.143.288 105.819.677
ANALISIS-ANALISIS DF = 5,75%, CF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2009
1
1,0575
1,11830625
1,182608859
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
-4.326.320.000
1.304.917.353
-688.240.756
147.995.560
466.838.719
527.010.922
686.205.588
1.197.102.815
1.939.486.170
675.795.014
655.277.046
604.302.278
564.188.893
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
-4.326.320.000
1.166.869.409
-550.324.544
105.819.677
394.753.274
445.634.174
580.247.292
1.012.255.917
1.640.006.461
571.444.234
554.094.485
510.990.826
477.071.424
Lampiran 7 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario IV (lanjutan) KRITERIA INVESTASI NPV
12.872.340.541
Total PV Biaya
12.835.176.086
Total PV Manfaat Bersih +
6.186.498.085
Total PV Manfaat Bersih -
-6.149.333.630
Gross B/C IRR
37.164.455
Total PV Manfaat
Net B/C
NILAI
1.01 1 6%
Lampiran 8 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario V Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,956022945
0,913979871
0,873785727
0,835359204
0,798622566
0,763501497
0,729924949
0,697824999
0,667136711
0,637798002
0,609749524
0,582934536
0
0
156.000.000
204.000.000
264.000.000
504.000.000
888.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina
0
0
0
0
0
0
0
0
576.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Manfaat Pupuk Cair Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
10.500.000
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
TOTAL MANFAAT
0
0
672.366.938
695.300.213
1.348.941.945
1.468.619.608
1.666.772.808
2.377.752.398
3.420.267.075
1.800.402.385
1.824.402.385
1.800.402.385
1.788.402.385
PV Manfaat
0
0
614.529.846
607.543.402
1.126.851.069
1.172.872.759
1.272.583.533
1.735.580.798
2.386.747.869
1.201.114.525
1.163.600.197
1.097.794.498
1.042.521.514
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan, kandang isolasi
Lampiran 8 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario V (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
TOTAL BIAYA
4.326.320.000
1.233.964.400
1.287.798.315
820.443.500
939.260.000
963.260.000
939.260.000
964.645.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
PV Biaya
4.326.320.000
1.179.698.279
1.177.021.737
716.891.820
784.619.486
769.281.173
717.126.416
704.118.453
655.439.109
626.614.827
599.058.152
572.713.338
547.527.092
409.681.945
505.359.608
727.512.808
1.413.107.398
2.481.007.075
861.142.385
885.142.385
861.142.385
849.142.385
342.231.583
403.591.586
555.457.117
1.031.462.345
1.731.308.760
574.499.698
564.542.045
525.081.160
494.994.422
TOTAL
LABA BERSIH
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
1.233.964.400 1.179.698.279
-615.431.378 -562.491.891
125.143.288 109.348.418
ANALISIS-ANALISIS DF = 4,6%, CF = 4,6% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 4,6% Nilai Sekarang (PV) 2009
1
1,046
1,094116
1,144445336
0,956022945
0,913979871
0,873785727
0,835359204
0,798622566
0,763501497
0,729924949
0,697824999
0,667136711
-4.326.320.000
1.290.726.762
-673.353.317
143.219.652
391.665.339
461.888.509
635.690.307
1.180.452.270
1.981.388.236
657.483.500
646.087.510
600.926.684
566.494.057
1
0,956022945
0,913979871
0,873785727
0,835359204
0,798622566
0,763501497
0,729924949
0,697824999
0,667136711
0,637798002
0,609749524
0,582934536
-4.326.320.000
1.179.698.279
-562.491.891
109.348.418
342.231.583
403.591.586
555.457.117
1.031.462.345
1.731.308.760
574.499.698
564.542.045
525.081.160
494.994.422
Lampiran 8 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario V (lanjutan) KRITERIA INVESTASI NPV
13.421.740.009
Total PV Biaya
13.376.429.881
Total PV Manfaat Bersih +
6.223.168.717
Total PV Manfaat Bersih -
-6.177.858.588
Gross B/C IRR
45.310.129
Total PV Manfaat
Net B/C
NILAI
1.01 1 5%
Lampiran 9 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario VI Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
0
0
156.000.000
204.000.000
264.000.000
504.000.000
888.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina
0
0
0
0
0
0
0
0
576.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Manfaat Pupuk Cair Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
10.500.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
Nilai Sisa
2.684.160.000
TOTAL MANFAAT
0
0
672.366.938
695.300.213
1.401.441.945
1.521.119.608
1.719.272.808
2.430.252.398
3.472.767.075
1.852.902.385
1.876.902.385
1.852.902.385
4.525.062.385
PV Manfaat
0
0
601.236.859
587.937.598
1.120.607.714
1.150.168.540
1.229.313.180
1.643.193.650
2.220.407.302
1.120.286.638
1.073.094.393
1.001.770.881
2.313.449.685
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan,
Lampiran 9 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario VI (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
TOTAL BIAYA
4.326.320.000
1.233.964.400
1.287.798.315
820.443.500
939.260.000
963.260.000
939.260.000
964.645.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
PV Biaya
4.326.320.000
1.166.869.409
1.151.561.404
693.757.275
751.042.171
728.352.552
671.588.995
652.236.179
600.541.216
567.887.675
537.009.622
507.810.517
480.199.070
462.181.945
557.859.608
780.012.808
1.465.607.398
2.533.507.075
913.642.385
937.642.385
913.642.385
3.585.802.385
369.565.542
421.815.988
557.724.185
990.957.471
1.619.866.086
552.398.963
536.084.771
493.960.364
1.833.250.614
TOTAL
LABA BERSIH
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
1.233.964.400 1.166.869.409
-615.431.378 -550.324.544
125.143.288 105.819.677
ANALISIS-ANALISIS DF = 5,75%, CF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2009
1
1,0575
1,11830625
1,182608859
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
-4.326.320.000
1.304.917.353
-688.240.756
147.995.560
437.051.485
498.843.324
659.569.562
1.171.915.084
1.915.667.985
653.271.907
633.978.600
584.161.903
2.168.018.418
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
-4.326.320.000
1.166.869.409
-550.324.544
105.819.677
369.565.542
421.815.988
557.724.185
990.957.471
1.619.866.086
552.398.963
536.084.771
493.960.364
1.833.250.614
Lampiran 9 Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario VI (lanjutan) Kriteria Investasi NPV
1.226.290.355
Total PV Manfaat
14.061.466.440
Total PV Biaya
12.835.176.086
Total PV Manfaat Bersih +
7.375.623.985
Total PV Manfaat Bersih -
-6.149.333.630
Net B/C Gross B/C IRR
Nilai
1.19
1 8%
Lampiran 10 Analisis kepekaan Program PESAT jika penjualan sapi turun hingga 45% Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
0
0
84.000.000
108.000.000
168.000.000
276.000.000
480.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina
0
0
0
0
0
0
0
0
315.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
180.000.000
180.000.000
180.000.000
180.000.000
180.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Manfaat Pupuk Cair Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
10.500.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
Nilai Sisa
2.684.160.000
TOTAL MANFAAT
0
0
672.366.938
695.300.213
1.329.441.945
1.425.119.608
1.623.272.808
2.202.252.398
2.653.767.075
1.702.902.385
1.726.902.385
1.702.902.385
4.375.062.385
PV Manfaat
0
0
601.236.859
587.937.598
1.063.035.757
1.077.579.784
1.160.671.331
1.489.033.468
1.696.757.561
1.029.594.868
987.333.855
920.673.446
2.236.761.802
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang pakan, gudang peralatan,
Lampiran 10 Analisis kepekaan Program PESAT jika penjualan sapi turun hingga 45% (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
TOTAL BIAYA
4.326.320.000
1.233.964.400
1.287.798.315
820.443.500
939.260.000
963.260.000
939.260.000
964.645.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
PV Biaya
4.326.320.000
1.166.869.409
1.151.561.404
693.757.275
751.042.171
728.352.552
671.588.995
652.236.179
600.541.216
567.887.675
537.009.622
507.810.517
480.199.070
390.181.945
461.859.608
684.012.808
1.237.607.398
1.714.507.075
763.642.385
787.642.385
763.642.385
3.435.802.385
311.993.585
349.227.232
489.082.335
836.797.288
1.096.216.345
461.707.193
450.324.233
412.862.929
1.756.562.732
TOTAL
LABA BERSIH
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
1.233.964.400 1.166.869.409
-615.431.378 -550.324.544
125.143.288 105.819.677
ANALISIS-ANALISIS DF = 5,75%, CF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2009
1
1,0575
1,11830625
1,182608859
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
-4.326.320.000
1.304.917.353
-688.240.756
147.995.560
368.966.378
412.999.219
578.393.103
989.603.887
1.296.395.161
546.019.017
532.557.428
488.255.357
2.077.326.649
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
-4.326.320.000
1.166.869.409
-550.324.544
105.819.677
311.993.585
349.227.232
489.082.335
836.797.288
1.096.216.345
461.707.193
450.324.233
412.862.929
1.756.562.732
Lampiran 10 Analisis kepekaan Program PESAT jika penjualan sapi turun hingga 45% (lanjutan) KRITERIA INVESTASI NPV
15.440.243
Total PV Manfaat
12.850.616.328
Total PV Biaya
12.835.176.086
Total PV Manfaat Bersih +
6.164.773.873
Total PV Manfaat Bersih -
-6.149.333.630
Net B/C
1
Gross B/C
1
IRR
NILAI
6%
Lampiran 11 Analisis kepekaan Program PESAT jika biaya operasional naik hingga 14,4% Tahun Ke URAIAN 2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DF = 5,75 %
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
0
0
156.000.000
204.000.000
264.000.000
504.000.000
888.000.000
0
0
0
0
10.000.000
17.000.000
0
18.000.000
0
186.000.000
0
12.000.000
36.000.000
12.000.000
0
MANFAAT Penjualan Sapi Jantan
0
0
Penjualan Sapi Afkir Penjualan Sapi Betina Bibit
0
0
0
0
0
0
0
0
576.000.000
0
0
0
0
Penjualan Pedet
0
0
0
0
0
0
0
0
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
330.000.000
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
639.998.400
Penjualan Pupuk Padat
0
0
930.000
1.040.000
238.312.500
291.593.750
446.593.750
729.468.750
668.437.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
501.812.500
Penjualan Sayuran
0
0
711.000
1.636.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
2.508.000
Penjualan Susu, yoghurt, es lilin
0
0
0
4.589.500
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
177.120.000
Ruang Pertemuan
0
0
0
0
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
Pemanfaatan Biogas
0
0
1.477.538
1.261.313
1.773.045
2.169.458
3.322.658
5.427.248
4.973.175
3.733.485
3.733.485
3.733.485
3.733.485
Wisata Pendidikan Laboratorium Lapang STIPER
0
0
0
0
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
0
0
10.500.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
63.000.000
Penginapan Tamu
0
0
850.000
875.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
Tempat PKL dan Penelitian Meningkatkan Ilmu Pengetahuan
0
0
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
18.400.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
52.080.000
Manfaat Pupuk Cair
0
Nilai Sisa
2.684.160.000
TOTAL MANFAAT
0
0
672.366.938
695.300.213
1.401.441.945
1.521.119.608
1.719.272.808
2.430.252.398
3.472.767.075
1.852.902.385
1.876.902.385
1.852.902.385
4.525.062.385
PV Manfaat
0
0
601.236.859
587.937.598
1.120.607.714
1.150.168.540
1.229.313.180
1.643.193.650
2.220.407.302
1.120.286.638
1.073.094.393
1.001.770.881
2.313.449.685
1.200.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Kantor
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Mess
800.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bangunan Pagar
600.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Gazebo, Bangunan Pengolahan limbah, digester biogas, gudang
994.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
BIAYA BIAYA INVESTASI Bangunan Kandang
pakan, gudang peralatan,
Lampiran 11 Analisis kepekaan Program PESAT jika biaya operasional naik hingga 14,4% (lanjutan) Tahun ke-
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Peralatan Kandang
25.385.000
Perlengkapan Mess
72.430.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlengkapan Kantor
34.505.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4.326.320.000
0
0
0
0
0
0
25.385.000
0
0
0
0
0
Upah Tenaga Kerja
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
288.000.000
Transportasi
0
0
0
0
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
9.980.000
TOTAL
0
172.800.000
172.800.000
230.400.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
297.980.000
Operasional Tahunan
0
75.204.400
118.548.315
56.803.500
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
163.560.000
Pembelian Bibit Sapi
0
306.000.000
157.250.000
0
0
24.000.000
0
0
0
0
0
0
0
Pembelian Sapi Perah
0
0
0
47.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Instruktur Pelatihan
0
250.000.000
250.000.000
4.800.000
Laundry Tenaga Kerja
0
84.000.000
84.000.000
84.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Air Bersih
0
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
79.200.000
Konsumsi Tenaga Kerja
0
149.040.000
149.040.000
198.720.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
279.000.000
Honor Peserta Magang
0
43.200.000
57.600.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
45.000.000
Konsumsi Peserta Magang
0
74.520.000
99.360.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
74.520.000
Pembelian Sapi Baru
0
0
120.000.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1.061.164.400
1.114.998.315
590.043.500
641.280.000
665.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
641.280.000
4.326.320.000
1.233.964.400
1.287.798.315
820.443.500
939.260.000
963.260.000
939.260.000
964.645.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
939.260.000
177.690.874
185.442.957
118.143.864
135.253.440
138.709.440
135.253.440
138.908.880
135.253.440
135.253.440
135.253.440
135.253.440
135.253.440
TOTAL
25.385.000
BIAYA TETAP
BIAYA VARIABEL
TOTAL TOTAL BIAYA Kenaikan BO TOTAL BIAYA AKHIR
4.326.320.000
1.411.655.274
1.473.241.272
938.587.364
1.074.513.440
1.101.969.440
1.074.513.440
1.103.553.880
1.074.513.440
1.074.513.440
1.074.513.440
1.074.513.440
1.074.513.440
PV Biaya
4.326.320.000
1.334.898.604
1.317.386.246
793.658.323
859.192.244
833.235.319
768.297.811
746.158.189
687.019.151
649.663.500
614.339.007
580.935.231
549.347.737
LABA BERSIH
-4.326.320.000
PV Total Manfaat Bersih
-4.326.320.000
1.411.655.274 1.334.898.604
-800.874.335 -716.149.387
243.287.152 205.720.725
326.928.505
419.150.168
644.759.368
1.326.698.518
2.398.253.635
778.388.945
802.388.945
778.388.945
3.450.548.945
261.415.470
316.933.221
461.015.369
897.035.461
1.533.388.151
470.623.138
458.755.386
420.835.650
1.764.101.948
ANALISIS-ANALISIS DF = 5,75%, CF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2012 DF = 5,75% Nilai Sekarang (PV) 2009
1
1,0575
1,11830625
1,182608859
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
-4.326.320.000
1.492.825.452
-895.622.774
287.713.541
309.152.251
374.808.034
545.200.860
1.060.842.083
1.813.398.412
556.563.092
542.528.184
497.683.968
2.086.242.593
1
0,945626478
0,894209435
0,845588118
0,799610514
0,756132873
0,715019266
0,67614115
0,639376974
0,604611795
0,571736922
0,540649572
0,51125255
-4.326.320.000
1.334.898.604
-716.149.387
205.720.725
261.415.470
316.933.221
461.015.369
897.035.461
1.533.388.151
470.623.138
458.755.386
420.835.650
1.764.101.948
Lampiran 11 Analisis kepekaan Program PESAT jika biaya operasional naik hingga 14,4% (lanjutan) KRITERIA INVESTASI NPV
1.015.078
Total PV Manfaat
14.061.466.440
Total PV Biaya
14.060.451.362
Total PV Manfaat Bersih +
6.584.103.793
Total PV Manfaat Bersih -
-6.583.088.715
Net B/C
1
Gross B/C
1
IRR
NILAI
6%
108
Lampiran 12 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN ALTERNATIF REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PADA SEKTOR PETERNAKAN : SEBUAH ANALISIS BIAYA MANFAAT Dengan hormat, saya mahasiswa pascasarjana Institut Pertanian Bogor bermaksud melakukan penelitian dengan meminta bantuan Bapak/Sdr untuk menjadi responden. Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Joni Ariansyah
NRP
: H351110101
Program Studi : Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas
: Ekonomi dan Manajemen
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi penyelesaian tugas akhir dalam bentuk Tesis dengan tujuan keberlanjutan program PESAT di masa yang akan datang. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dan stakeholder yang terkait demi keberlanjutan program PESAT yang lebih baik di masa yang akan datang. Terimakasih atas kerjasama dan partisipasi Bapak/Sdr menjadi salah satu responden untuk mengisi kuesioner ini. IDENTITAS RESPONDEN Isilah dan Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda! Nama
: ...................................................................................
Jenis Kelamin
: ...................................................................................
Umur
: ...................................................................................
Pendidikan
: ...................................................................................
Jabatan
: ...................................................................................
1. Bagaimana peran dari lembaga Bapak/Ibu terhadap program PESAT? ........................................................................................................................ ....................................................................................................................... ........................................................................................................................
109
2. Menurut Bapak/Sdr, keuntungan-keuntungan atau manfaat apa saja yang akan mungkin akan diperoleh oleh lembaga Bapak/Sdr dari program PESAT? ....................................................................................................................... ....................................................................................................................... ........................................................................................................................ 3. Apa saja kepentingan-kepentingan lembaga Bapak/Sdr yang mungkin berlawanan dengan program PESAT? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 4. Apa saja harapan-harapan yang muncul dari lembaga Bapak/Ibu terhadap program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT)? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 5. Bagimana penilaian Bapak/Ibu tentang konsep PESAT yang ada sekarang? ....................................................................................................................... ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 6. Bagaimana penilaian Bapak/Sdr terhadap indikator pengaruh dan kepentingan di bawah ini?
1. Sangat Lemah
2. Lemah
4. Kuat
5. Sangat Kuat
3. Sedang
108 110
No. Pengaruh Stakeholder Thd PESAT Peran kekuasaan dan statusnya (politik, sosial & 1
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
ekonomi) terhadap program PESAT
2
Derajat/level lembaga dalam pembuatan keputusan
3
Dukungan finansial
4
Dukungan SDM
5
Hubungan dengan stakeholder lain
No. Kepentingan Stakeholder Thd PESAT Keterlibatan stakeholder dalam keberhasilan program 1 PESAT
2
Keseuaian tujuan kerja/program stakeholder terhadap program PESAT
3
Kontribusi masing-masing stakeholder yang berkaitan dengan program PESAT
4
Manfaat yang diperoleh stakeholder dari program PESAT
5
Kepentingan stakeholder terhadap program PESAT yang berkelanjutan
109 111
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ketiau Palembang pada tanggal 29 Maret 1985 sebagai anak ke lima dari lima bersaudara dari pasangan Subhi Ali dan Cik Ona. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB, lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis berkesempatan untuk melanjutkan studi Pascasarjana pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia. Penulis bekerja sebagai staff pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur (STIPER) sejak tahun 2008. Sebelumnya pada tahun 2006 penulis pernah bekerja menjadi instruktur lapangan penyuluhan pencegahan flu burung di Bogor Jawa Barat. Pada tahun 2007 penulis bekerja sebagai editor lapangan Suveymeter Jogyakarta untuk program pengentasaan kemiskinan di Jawa Barat. Selama mengikuti program S-2, penulis menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana IPB. Karya ilmiah yang berjudul akademisi intelek membingkai ilmu dengan Tuhannya telah diikutsertakan dalam lomba call paper yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, dan berhasil mendapatkan juara harapan 1.