PEMANFAATAN KONSEP SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM PERANCANGAN TAMAN KANAK-KANAK DI JAKARTA TIMUR Putu Dita, Indartoyo, John Bobby Saragih Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 Telp (62-21) 5345830, Email :
[email protected]
ABSTRACT Children aged 0-6 years (golden age) deserve special attention. According to Laurens (2004), physical environment greatly affects the mental and behavior of the childern. Initial environment that influence the development of children classified into two namely: the home environment and outside of the home environment. The outside of the home environment is a community, and the formal institutions of education is kindergarten. Child-friendly environment is a multidimensional concept that is conducive to learning, and provides the means in accordance with the needs and characteristics of the child. (UNICEF, 2009). This study describes the application of the concept of child-friendly school design in kindergarten in east Jakarta. The method used is qualitative method. Data analysis was done by using a child-friendly school standards of the ministry of children and women's empowerment and child friendly school manual UNICEF. Results are expected to be achieved in this research is the design concept of a kindergarten that meet the standards of child-friendly schools.(PDSD) Keywords : Child friendly school, kindergarteen, childern
ABSTRAK Anak berusia 0-6 tahun (golden age) perlu mendapat perhatian khusus. Menurut Laurens (2004).
Lingkungan awal yang mempengaruhi perkembangan anak tergolong menjadi dua yaitu:
lingkungan rumah dan lingkungan luar rumah. Lingkungan luar rumah adalah masyarakat, dan lembaga formal pendidikan yaitu taman kanak-kanak . Lingkungan ramah anak adalah konsep multidimensional yang kondusif untuk belajar, dan menyediakan sarana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. (UNICEF, 2009). Penelitian ini menjelaskan tentang penerapan konsep desain sekolah ramah anak pada taman kanak-kanak di Jakarta timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Analisa data dilakukan dengan menggunakan standar sekolah ramah anak dari kementrian pemberdayaan anak dan perempuan dan juga manual child friendly school UNICEF. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah konsep perancangan taman kanak-kanak yang
1
memenuhi standar sekolah ramah anak. (PDSD) Kata kunci: Sekolah ramah anak, taman kanak-kanak, anak
PENDAHULUAN Anak berusia 0-6 tahun (golden age) perlu mendapat perhatian khusus, pada masa tersebut merupakan masa terjadinya perkembangan dan pertumbuhan yang pesat sekaligus kritis karena merupakan langkah awal masa depan anak. Masa ini adalah suatu proses menuju kematangan fisik dan mental sehingga mereka siap menerima dan memberi respon terhadap stimulasi yang didapatkan dari lingkungan. Menurut Laurens (2004), lingkungan fisik sekitar seseorang sangat mempengaruhi mental dan perilakunya. Segala informasi dan stimulasi dari lingkungan akan langsung diterima sehingga memberikan pengaruh yang besar di kehidupan mereka (Suyadi, 2013). Dengan kata lain, lingkungan fisik memberi pengaruh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Lingkungan awal yang mempengaruhi perkembangan anak tergolong menjadi dua yaitu: lingkungan rumah dan lingkungan luar rumah, lingkungan rumah terdiri dari aspek orang tua dan fisik dari rumah. Sedangkan lingkungan luar rumah adalah masyarakat, dan lembaga formal pendidikan yaitu taman kanak-kanak (TK). Definisi TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan untuk mendidik anak-anak menjadi generasi yang memiliki kualitas fisik, mental-spiritual, kecerdasan dan kepribadian yang sehat dan tangguh. Berdasarkan penelitian yang didukung oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Masalah Anak (Unicef), terdapat banyak anak-anak di Indonesia yang mendapatkan perlakukan buruk dan jumlah tidak kekerasan terhadap anak di Indonesia sangat tinggi. Pusat data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Perlindungan Anak, 2005), melaporkan bahwa dalam tiga tahun (2004-2006) terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak, baik kekerasan fisik, psikis maupun kekerasan seksual. Sementara itu, tempat terjadinya tidak kekerasan paling banyak adalah di lingkungan sosial 35,03%, rumah tangga 32,70% dan sekolah 32,27%. Tabel 1. Bentuk dan jumlah kekerasan terhadap anak indonesia Tahun
Kekerasan fisik
Kekerasan Psikhis
Kekerasan seksual
2004
140
80
221
2005
233
176
327
2006
247
451
426
Sumber: Pusat data dan informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak (2005) Berdasarkan tabel tersebut diketahui pula bahwa setiap tahun terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak lebih dari 50%. Alasan perlakuan kekerasan bisa karena unsur ketidaksengajaan,
kecelakaan, maupun kesengajaan yang mengarah pada kriminal. Dampak kekerasan pada anak dapat terjadi pada jangka pendek maupun panjang, dari luka ringan hingga depresi mental maupun kematian (Gharini, 2004). Kekerasan terhadap anak dapat membawa dampak permanen bagi anak. Oleh karena itu, upaya mencegah dan menanggulanginya perlu dilaksanakan dengan segera. Secara yuridis formal, pemerintah melindungi anak-anak dari kekerasan sudah diamanatkan dalam UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Mengingat masih banyaknya terjadi kekerasan terhadap peserta didik, maka diperlukan pendekatan baru untuk menghindari maupun mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan kekerasan terhadap peserta didik. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah penerapan sekolah ramah anak. Sekolah ramah anak adalah sekolah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusifdan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anakperempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus. Tujuan dari sekolah ramah anak adalah pemenuhan Hak Pendidikan Anak (PHPA), agar semua anak tanpa terkecuali terpenuhi hak pendidikannya dan terhindar dari berbagai tindak kekerasan dan diskriminasi. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam sekolah ramah anak, salah satunya adalah sarana dan prasarana di dalam sekolah. Bangunan pendidikan selama ini justru cenderung ikut memperlancar praktik-praktik kekerasan (wahono 2013) oleh karena itu dibutuhkan suatu desain khusus yang sesuai dengan standar sekolah ramah anak yang telah di tetapkan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang aman bagi anak. Penelitian ini mengacu pada pedoman penerapan sekolah ramah anak yang di susun oleh kementrian pemberdayaan anak dan perempuan dan manual child friendly school UNICEF. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan aspek-aspek yang terdapat dalam penerapan sekolah ramah anak pad ataman kanak-kanak. Menurut carrie green dalam jurnal Designing and building healthy places for children 338 Int. J. Environment and Health, Vol. 2, Nos. 3/4, 2008. Desain dan konstruksi dari lingkungan sekolah memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan anak-anak. Tempat yang sehat harus melindungi anak-anak dari cedera, polusi dan penyakit, memberikan anak-anak dengan tempat untuk menjadi aktif secara fisik, bermain dan berhubungan langsung dengan alam, dan memberikan proyeksi masa depan yang berkelanjutan. Sedangkan menurut International Journal of Early Childhood Environmrntal Education.Copiright North American Association for Environmental Education. E-ISSN: 2331-04064 A sense of autonomy in young childern’s special place pada usia dini, seorang anak memiliki hubungan yang unik dengan tempat yang dia anggap spesial. Seorang anak membedakan tempat berdasarkan pengalaman dan perasaan yang dia rasakan di tempat tersebut. Dengan merancang ruang yang memungkinkan anak-anak untuk mengklaim tempat mereka sendiri, membuat aturan mereka sendiri, melatih kreativitas dan imajinasi, dan memungkinkan untuk pengembangan kompetensi lingkungan, orang dewasa dapat lebih mendukung anak-anak dalam membina identitas tempat mereka dan hubungan positif dengan alam. Ayu Oktira Diyanti, Chairil Budiarto Amiuza, Triandriani Mustikawati Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya membahas tentang lingkungan ramah anak pada sekolah Taman Kanak-Kanak. Lingkungan TK harus menyediakan fasilitas yang sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembang dan karakteristik anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kriteria lingkungan ramah anak pada sekolah TK. Lingkungan ramah anak adalah konsep multidimensional yang kondusif untuk belajar, dan menyediakan sarana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. (UNICEF, 2009). Oleh karena itu, lingkungan yang ramah anak perlu diaplikasikan dalam bangunan sekolah, dalam hal ini adalah TK. Dari seluruh komponen pada ruang luar, yang mempengaruhi kegiatan belajar dan bermain anak adalah tata massa, bidang pembatas, sirkulasi, tata hijau, dan alat bermain (Olds, 2001). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian: Bagaimana penerapan konsep sekolah ramah anak pada desain taman kanak-kanak sehingga dapat menjamin keamanan, kesehatan dan berorientasi pada kebutuhan anak sesuai dengan standar sekolah ramah anak Dan tujuan penelitian: Tujuan dari penelitian adalah untuk menghasilkan suatu desain yang sesuai dengan konsep sekolah ramah anak dan dapat di terapkan kedalam desain taman kanak-kanak sehingga menghasilkan suatu desain taman kanak-kanak yang memenuhi aspek-aspek keamanan, kesehatan dan berorientasi pada kebutuhan anak. Dari penelitian ini di harapkan menghasilkan solusi desain taman kanak-kanak yang memenuhi standar sekolah ramah anak sehingga dapat mendukung program pemerintah lainnya yaitu kota layak anak.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah sebagai berikut: • Tahap persiapan Untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat, dibutuhkan persiapan antara lain perumusan masalah, tujuan, dan sasaran studi, pengumpulan studi pustaka, penyusunan teknis pelaksanaan observasi dan survey. • Tahap pengumpulan data a. Data primer meliputi : − Kegiatan dan kebutuhan ruang taman kanak-kanak dimana peneliti melakukan observasi yaitu pada TK Noah dan TK Kartika − Keadaan tapak melalui observasi lapangan dan studi literatur. b. Data sekunder meliputi: − Peraturan UUD mengenai taman kanak-kanak dan sekolah ramah anak − Teori-teori mengenai anak, taman kanak-kanak dan sekolah ramah anak • Tahap Analisa Analisa data menggunakan standar sekolah ramah anak yang berlaku dalam pedoman penerapan sekolah ramah anak yang di susun oleh kementrian pemberdayaan anak, perempuan dan manual child friendly school UNICEF dan standar bangunan untuk anak dalam buku child care design guide (Olds, 2011) ANALISA
Aspek manusia Analisa pengguna Pengguna ruang yang terdapat dalam taman kanak-kanak terdiri dari: Peserta Didik, Guru, Kepala TK, Pengelola dan Staf, Satpam, Pengunjung. Pengguna yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah peserta didik yang merupakan anak berusia 4 s/d 6 tahun, anak pada usia tersebut memiliki keterbatasan kemampuan fisik dan juga memiliki kebutuhan khusus sesuai dengan usia perkembangan mereka. Oleh karena itu di perlukan desain yang berorientasi pada kebutuhan anak.
Jenis dan waktu kegiatan Kegiatan utama yang di lakukan pad ataman kanak-kanak adalah proses belajar mengajar dan juga bermain. Kegiatan pembelajaran di mulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 10.30. Sedangkan kegiatan bermain menjadi satu rangkaian dengan kegiatan belajar mengajar. Terdapat kegiatan pendukung lainnya yang berlangsung pad ataman kanak-kanak yaitu kegiatan yang berhungungan dengan servis dan juga kegiatan administratif.
Analisa kurikulum Dalam perancangan bangunan pendidikan, kurikulum yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi desain dari bangunan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dan standar-standar yang berlaku dalam perancangan kurikulum pada sekolah ramah anak. Asusmsi yang kurikulum yang akan diterapkan pada proyek taman kanak-kanak ini adalah, kurikulum Holistik Integratif Aspek lingkungan Analisa lingkungan bangunan taman kanak-kanak Dalam buku Child Care and Design Guide oleh Olds (2000), terdapat tujuh aspek dalam mendesain lingkungan penitipan untuk anak, masing-masing aspek memiliki kriteria tersendiri. Aspek-aspek tersebut merupakan acuan dalam menilai dan menganalisa perbandingan lingkungan dalam beberapa bangunan taman kanak-kanak. Tujuh aspek lingkungan bangunan yang disebutkan oleh Olds (2000) adalah: Aspek citra bangunan Berdasarkan hasil analisa perbandingan terhadap kriteria pengaturan citra bangunan anak, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa: • • •
Bentuk bangunan sebaiknya di sesuaikan dengan lansekap bangunan taman kanak-kanak. Skala bangunan pada taman kanak-kanak dibuat berskala manusia. Penggunaan material bangunan haruslah diperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan bagi anak.
Aspek visibility dan akses Berdasarkan hasil analisa perbandingan terhadap kriteria visibilitas dan akses, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa:
•
Papan pengumuman perlu disesuaikan peletakannya dengan ukuran tubuh anak dan kemampuan jarak pandang anak
•
Perlu adanya perlindungam visibilitas pada bagian luar bangunan, sehingga tidak menarik perhatian yang tidak diinginkan atau mengundang pengunjung yang tidak seharusnya
•
Pintu masuk utama perlu diberikan pengawasan khusus, salah satunya adalah dengan adanya pos satpam pada pintu masuk utama
•
Pada bagian dalam sekolah visibilitas tetap harus diperhatikan, desain harus disesuaikan dengan kebutuhan supaya masih bisa dilakukan pengawasan walaupun dalam lingkungan sekolah.
Aspek approach dan entry Berdasarkan hasil analisa perbandingan terhadap aspek approach dan entry dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa: •
Area masuk haruslah diletakan pada area yang aman dan jauh dari jalan umum. Untuk menjamin keamanan siswa.
•
Area masuk perlu di desain supaya terlihat dan menggunakan material yang transparan.
Aspek sirkulasi dalam ruang Berdasarkan hasil analisa perbandingan terhadap aspek sirkulasi dalam ruang dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa: •
Sirkulasi dalam ruang harus disesuaikan dengan kemampuan fisik anak
•
Sirkulasi dalam ruang sebaiknya tidak dibuat membingungkan, mengingat seringnya anak-anak melakukan gerakan didalam ruangan
Aspek analisa hubungan ruang Menurut manual child friendly school UNICEF, sekolah dan halaman sekolah (area bermain) menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembelajaran. Bangunan yang tidak hanya menjadi tempat penampungan; namun juga berfungsi sebagai alat untuk belajar dan mengajar Analisa bangunan Analisa fasilitas ruang Dari hasil analisa fasilitas ruang kelas dengan standar yang berlaku dapat disimpulkan bahwa: •
Besaran ruang kelas adalah 8m x 8 m dengan kapasitas 15 siswa
•
Perabot yang digunakan pada ruang kelas taman kanak-kanak: meja & kursi (yang dapat dipindahkan), loker, rak buku, karpet.
•
Pada bagian dinding perlu diberikan tempat untuk memamerkan karya anak-anak yang dibuat pada kelas tersebut
•
Hubungan antar ruang-ruang kelas haruslah jelas dan memiliki batasan yang dapat di mengerti anak supaya anak-anak tidak memiliki kesulitan dalam membedakan ruang-ruang kelas
•
Perlu adanya bukaan yang memungkinkan kegiatan dalam ruang kelas masih dapat dilihat dari area luar sehingga mempermudah dalam proses pengawasan dan mencegah adanya kekerasan fisik ataupun psikis yang terjadi dalam ruangan kelas.
Simpulan dan saran Sekolah Ramah Anak adalah sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusif dan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus. Dalam merancang bangunan taman kanak-kanak dengan konsep sekolah ramah anak terdapat beberapa kriteria yang harus di penuhi, kriteria tersebut adalah 1.
Sehat
•
Pemilihan untuk bahan bangunan, ruang dalam dan produk interior haruslah menggunakan material-material yang tidak mengandung zat-zat yangberbahaya bagi anak-anak. Seperti penggunaan cat anti bakteri dan rendah VOC untuk pelapis dinding dan juga penggunaan linoleum pada lantai ruang kelas supaya mudah di bersihkan.
2.
Aman
•
Area publik di letakan terpisah dengan area private sehingga pengunjung yang tidak terlibat dalam proses belajar mengajar tidak dapat masuk kedalam area private hal tersebut dimaksutkan untuk meminimalisir kemungkinan masuknya orang asing yang tidak berkepentingan kedalam lingkungan sekolah.
Pada area publik dibatasi dengan pagar yang disusun secara untukentrance membatasi area publik dan area Gambar 41.vertikal Prespektif private.data olahan pribadi Sumber: •
Ruang kelas di buat dengan bukaan-bukaan supaya kegiatan belajar mengajar di dalam kelas masih dapat terlihat dari luar ruangan sehingga mempermudah pengawasan
•
Pemilihan perabot yang
digunakan
selain menggunakan material yang sehat namun juga perlu di perhatikan dari bentuk perabot. Bentukan perabot yang digunakan di hindarkan dari bentuk-bentuk yang tajam dan dapat membahayakan anak.
3.
Berorientasi pada kebutuhan anak •
Dalam merancang bangunan taman kanak-kanak disesuaikan dengan ukuran tubuh dan kemampuan anak.
•
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.
•
Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di TK. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.
5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran untuk penelitian berikutnya, antara lain : •
Perlu diadakan observasi dalam penelitian untuk mengetahui kegiatan anak, pola kegiatan dan juga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak dalam taman kanak-kanak
•
Standar sekolah ramah anak yang berlaku di Indonesia dapat di gabungkan dengan standar dari UNICEF sehingga menghasilkan sebuah desain yang lebih optimal
•
Pemanfaatan waktu penelitan digunakan sebaik mungkin terutama dalam observasi dan pengumpulan data
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1990. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Olds, A. R. (2000). Child Care Design Guide. New York: McGrawa-Hill Professional Architecture. UNICEF. (2005). Location, Design and Construction. In UNICEF, Child Friendly School (pp. 31-59). New York: UNICEF. Ariestadi, D. (2010, September). Kajian dan Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-kanak sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Teknologi dan Kejuruan, vol. 22, no. 2, 211-222. Retrieved November 3, 2014 Berris, R. M. (2011). How design of Physical Environment Impacts Early Learning: Educators and Parents Perspective. Australian Journal of Early Childhood, 36 (4), 1-17. Retrieved November 3, 2014 Dini, K. P. (2013). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Green, C. (2013, September 16). A Sense of Autonomy in Young Children's Special Places. International Journal for Early Childhood Environmental Education, 1 (1), 8-31. Retrieved November 3, 2014