THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
IMPLEMENTASI PENERAPAN SEKOLAH RAMAH ANAK PADA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR Ratnasari Diah Utami, Mulat Kurnianingsih Dwi Saputri, Farida Nur Kartikasari PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah umtuk mendeskripsikan implementasi Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus.Sumber data utama adalah informan meliputi : kepala sekolah, guru, orangtua dan siswa di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.Teknik pengumpulan data adalah (1) pengamatan terlibat aktif (2) wawancara mendalam, dan (3) Studi dokumentasi. Pengujian validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi data dan informan review. Adapun teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif meliputi pengumpulan data, reduksi, penyajian, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Sekolah Ramah Anak dapat diartikan sebagai sekolah atau tempat pendidikan yang secara sadar menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab, 2) Implementasi Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Muhammadiyah 16 Surakarta telah diterapkan pada siswa kelas 3 – 5. Pelaksanaanya sudah baik dan sudah memenuhi indikator SRA meskipun masih terdapat beberapa hambatan, 3) Implementasi Sekolah ramah anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta telah dilaksanakan dengan humanis, tanpa diskriminasi, melibatkan guru yang inovatif, lingkungan yang nyaman untuk pembelajaran, serta melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran. Kata Kunci: implementasi, pendidikan,sekolah ramah anak 1. PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki tujuan yang luhur. Pendidikan yang dilaksanakan tidak hanya melahirkan seseorang yang ahli dalam bidang tertentu, namun seseorang juga memiliki budi pekerti dan perilaku yang baik, dapat menempatkan dirinya dalam lingkungan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki fokus terutama pada pengembangan intelektual dan moral bagi siswanya.Oleh karena itu pendidikan tidak dapat melalaikan dua tugas khusus ini.Dua arah pengembangan ini diharapkan menjadi idealisme bagi para siswa agar semakin mampu mengembangkan ketajaman intelektual dan integritas diri sebagai pribadi yang memiliki karakter yang kuat.Pada saat ini perkembangan pendidikan di lingkungan sekolah diwarnai dengan berbagai penciri khas yang mampu menimbulkan rasa nyaman bagi peserta didik. Penciri tersebut antara lainadalah sekolah ramah anak, sekolah terpadu, sekolah internasional,
170
ISBN 978-979-3812-4
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
sekolah berkarakter, sekolah alam, sekolah multiple intelegence, dan sebagainya. Tujuan dari penggunaan slogan tersebut adalah sebagai penciri khusus sekolah, yang merupakan pemacu sekolah agar menjadi lebih baik. Sekolah ramah anak adalah sekolah berpenciri khusus yang saat ini banyak diterapkan di sekolah.Sekolah ramah anak menjadi impian bagi setiap peserta didik dan orang tua, karena di sekolah tersebut peserta didik akan mendapatkan pembelajaran akademik dengan perasaan senang dan tenang. Sudah barang tentu orang tua akan merasa tenang dan nyaman apabila putra putrinya sekolah di tempat yang memberikan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak. Prinsip prinsip dasar Sekolah Ramah Anak dikembangkan dari Konvensi Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (CRC). Prinsip ini dikembangkan sebagai panduan bagi manajemen sekolah dan kelas (school and classroom management ) guna memastikan semua anak memiliki hak untuk memperoleh akses pendidikan dasar yang berkualitas. Model Sekolah Ramah Anak dikembangkan oleh UNICEF sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas bagi semua anak. Model ini dipandang sebagai kerangka yang komprehensif sebagai upaya intevensi UNICEF dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi setiap anak dengan mempertimbangkan tiga hak anak yang paling dasar yaitu: provisi, proteksi, dan partisipasi. Salah satu sekolah yang memberlakukan sistem ramah anak adalah SD Muhammadiyah 16 Surakarta.Sekolah ini berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab.Programnya lebih mengedepankan kegiatan partisipatif untuk siswa.Hak-hak anak lebih terlindungi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.Program sekolah ramah anak ini lebih mengedepankan kegiatan-kegiatan partipatif untuk siswa. Dengan metode tersebut maka hak-hak anak akan lebih terlindungi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Bukan hanya dalam kegiatan pembelajaran, bahkan saat
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
membuat tata tertib kelas pun anak-anak bahkan dilibatkan. Namun demikian penerapan model SRA ini belum banyak diketahui oleh berbagai pihak, terutama para orang tua siswa.SRA yang diterapkan di SD Muhammadiyah 16 Surakarta ini baru di kelas 3, 4 dan 5.Hal ini dikarenakan untuk mewujudkan SRA dan mengimplementasikannya di sekolah memerlukan berbagai persiapan.Pengelolaan SRA di sekolah tidak terlepas dari peran guru, orang tua, dan peserta didik. Kerja sama yang baik dari ketiga elemen penting dalam pendidikan ini akan membuat pendidikan yang dibutuhkan oleh peserta didik dapat masuk dan dimanfaatkan untuk keperluan hidup peserta didik dengan mudah dan lancar. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penelitian tentang implementasi sekolah ramah anak perlu diteliti agar kebermanfaatannya bagi masyarakat semakin besar.Penelitian ini mengambil judul “Implementasi Penerapan Sekolah Ramah Anak Pada Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah 16 Surakarta” untuk dijadikan referensi bagi sekolah dan masyarakat yang ingin mengetahui penerapan sekolah ramah anak di sekolah tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian yang akan dibahas adalah bagaimanakah implementasi Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Muhammadiyah 16 Surakarta? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. 2. KAJIAN LITERATUR Pasal 4 UU No.23/2002 tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Sekolah Ramah Anak adalah satuan pendidikan yang mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak,dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah
171
ISBN 978-979-3812-4
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, dan mekanisme pengaduan. (Kebijakan Pengembangan sekolah ramah anak. ). Ciri – ciri sekolah ramah anak antara lain: a) Perlakuan adil bagi murid laki-laki dan perempuan, b) terjadinya proses belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasakan senang mengikuti pelajaran, c) proses belajar mengajar didukung oleh media ajar,d) murid dilibatkan dalam berbagai aktifitas yang mengembangkan kompetensi, e) Murid dilibatkan dalam penataan kelas, serta f) Murid dilibatkan dalam mengungkapkan gagasannya dalam menciptakan lingkungan sekolah. Beberapa penelitian tentang sekolah ramah anak telah dilakukan diantaranya oleh Muntari(2014) melakukan penelitian dengan judul “Manajemen Kesiswaan Model Sekolah Ramah Anak di SD Pangudi Luhur Servatius Gunung Brintik” Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa menejemen kesiswaan merupakan unsur inti pendidikan. Dalam pelaksanaannya SD Pangudi Luhur memiliki visi menerapkan pembelajaran penanaman kasih sayang kepada anak-anak serta pelaksanaan model sekolah ramah anak.Dengan kurang lebih 50% anak-anak merupakan anak jalanan, sekolah memiliki peran penting untuk memberikan pembelajaran budi pekerti, sopan santun yang bertujuan untuk merubah karakter anak dan perilaku anak dimana lingkungan anak merupakan lingkungan yang tidak lepas dari budaya kekerasan. Menurut Karlina (2012) bahwa bentuk kerjasama orang tua peserta didik dan guru secara umum harus dilakukan untuk mewujudkan sekolah ramah anak, apalagi dengan dibentuknya Komite Sekolah sebagai salah satu organisasi mandiri dan masyarakat yang berada di sekolah, yakni untuk membicarakan bagaimana meningkatkan kegiatan pembelajaran terhadap peserta didik, menjalin hubungan keakraban antara orang tua dan pihak sekolah, serta untuk menampung dan menyalurkan aspirasi orang tua peserta didik.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Implementasi pendidikan ramah anak di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa hal diantaranya: melalui kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin, keteladanan guru,, proses pembelajaran yang menyenangkan, serta melalui nasehat yang diberikan kepada siswa. Untuk menyikapi siswa yang melanggar tata tertib, maka guru menanggapinya dengan tanpa kekerasan dan diskriminasi kepada siswa. (Rofi’ah, 2014). 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah 16 Srrakarta. Pengumpulan data digunakan melalui kegiatan wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Desain pada penelitian menggunakan desain fenomenologi dengan subjek penelitian yaitu guru, siswa kelas 4,5,6 dan orang tua siswa kelas 4,5,6. Peneliti mengamati realitas yang tampak dari subjek serta faktor yang mempengaruhi implementasi sekolah ramah anak dan menganalisis hasil penelitian kemudian menyimpulkan pelaksanaan sekolah ramah anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN SD Muhammadiyah 16 Surakarta merupakan sekolah yang memiliki penciri sebagai Sekolah Ramah Anak. Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan implementasi sekolah ramah anak yang sudah di laksanakan oleh SD Muhammadiyah 16 Surakarta, beserta hambatan yang dialami dan solusi mengenai hambatan tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan implementasi SRA di SD Muhammadiyah 16 Surakarta sebagai berikut : a. SD Muhammadiyah 16 Surakarta merupakan sekolah yang tidak membeda–bedakan siswa satu dengan yang lainnya Hasil observasi yang peneliti lakukan ketika berpartisipasi dalam penerimaan siswa baru untuk angkatan 2015/2016 dari proses tersebut dilakukan dengan cara dua kali tes
172
ISBN 978-979-3812-4
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
yaitu tes tertulis dan tes psikologi setiap calon peserta didik memiliki hak yang sama. Tes tersebut tidak hanya dilakukan guru saja namun juga oleh psikolog. Setiap siswa yang lolos seleksi tersebut berhak menjadi siswa di SD Muhammadiyah 16 Surakarta, tidak melihat siswa dari kalangan orang kaya maupun orang yang tidak berkecukupan. Ini juga dapat diketahui, dari daftar pekerjaan para wali murid yang beragam, ada yang sebagai wirausaha, PNS, karyawan, Polri dan sebagainya namun hal ini tidak menjadikan pembeda bagi peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran di SD Muhammadiyah 16 Surakarta, hubungan guru dan siswa sebagai bagian dalam pembelajaran berlangsung sangat baik. Diluar kelas maupun didalam kelas guru bersikap profesional terhadap semua siswanya dan tidak ada batasan terhadap siswa satu dengan yang lain. Hal ini terlihat ketika siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, mereka tidak sungkan untuk meminta bantuan kepada guru meskipun guru tersebut tidak menjadi wali kelasnya. Dan guru juga dengan senang hati membantu siswa tersebut meskipun belum selesai pembelajaran dikelasnya. Penanaman sikap yang dilakukan oleh guru juga sangat menarik, disalah satu kelas ada guru yang membuat kesepakatan dengan siswa untuk mengucapkan “Istighfar” sebanyak 3 kali ketika siswa maupun guru sendiri mengucapkan kata- kata yang kurang pantas. Hal ini, benar – benar dilakukan ketika guru membuat lelucon tentang siswanya yang memeliki postur tubuh yang gendut, dengan spontan siswa didalam kelas meminta guru tersebut untuk membaca istighfar sebanyak 3 kali. Ini membuktikan bahwa guru bisa saja salah dan siswa berhak menegurnya begitu pula jika siswa salah, guru lebih berhak untuk menegurnya. b. SD Muhammadiyah Surakarta menerapkam pembelajaran dengan metode yang variatif Hal ini didukung dengan observasi yang kami lakukan di salah satu kelas, yaitu kelas 3 C yang diampu oleh Bapak Dwi. Sebelum memulai pembelajaran , guru dan siswa
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
memulai pembelajaran dengan icebreaking untuk menciptakan susasana kelas yang kondusif dan menyenangkan. Selain melakukan observasi kesimpulan peneliti didukung hasil wawancara singkat mengenai metode yang diajarkan dalam pembelajaran. Metode yang digunakan oleh bapak Dwi adalah menggunakan point. Kelas dibagi menjadi 4 kelompok besar, setiap kelompok memiliki nama kelompok ada Nahkoda, TNI, Polri dan Masinis hal ini juga untuk mengenalkan siswa tentang macam – macam pekerjaan. Setiap kelompok memiliki point sendiri, biasanaya point ini akan mulai dilaksanakan pada awal pertemuan dan dihitung menjelang ujian tengah semester maupun ujian semester. Point tersebut didapatkan oleh setiap kelompok yang anggotanya dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru ataupun karena sikap yang baik dan tenang selama pembelajaran, begitu pula point dapat berkurang ketika ada salah satu siswa dalam kelompok yang membuat gaduh pelajaran. Atau jawaban yang diberikan kurang tepat, bahkan ketika ada anggota kelompok yang melamun dan tidak fokus terhadap pelajaran maka point dapat dikurangi. Hal ini berdampak positif bagi siswa, karena setiap siswa menjadi sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran dan berusaha sebaik mungkin untuk menambah point bagi kelompoknya. Kerjasama antar teman juga menjadi semakin baik, yang terlihat ketika ada siswa yang berbuat salah langsung ditegur oleh teman-temannya tentunya untuk mempertahankan point mereka. Pelaksanaan metode yang variatif dilaksanakan dengan adanya pembelajaran secara langsung melalui narasumber atau pembelajaran melalui lingkungan. Narasumber berasal dari orang tua wali murid yang mempunyai keahlian atau berkunjung ketempat yang sesuai dengan pembelajaran” c. Menggunaan media yang menarik dan memiliki manfaat dalam pembelajaran SD Muhammadiyah 16 Surakarta memiliki guru – guru yang inovatif dan kreatif selama pelaksananaan observasi menemui guru yang mengajar menggunakan
173
ISBN 978-979-3812-4
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
media, seperti yang dilakukan bapak Agung wali kelas 4 ketika beliau membahas materi pecahan dengan mengajak siswa untuk belajar diluar ruang kelas. Guru menjelaskan pelajaran dengan menggunakan alat peraga,siswa diajak untuk membuat lingkaran dari sebuah stereofom kemudian guru membaginya menjadi beberapa bagian dan mulai menjelaskan tentang pecahan. Anak – anak sangat antusias, penjelasan lebih menarik karena biasanya anak – anak duduk dan memperhatikan dikursi mereka masingmasing namun dengan belajar diluar ruang kelas mereka dapat melihat alat peraga yang digunakan lebih jelas. Pelaksanaan diperkuat dengan guru melibatkan siswa dalam membuat alat peraga sebagai media pembelajaran. Mengajak siswa untuk learning by doing, selain pembuatan media guru meminta siswa untuk mendemonstrasikan pecahan yang dibuat dari stereofom. Sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik, dan menjadi pembelajaran yang dapat diingat dalam jangka waktu panjang. d. Penataan kelas dilaksanakan oleh warga kelas sendiri. Penemuan dalam observasi di salah satu kelas dengan kelas yang lain memiliki suasana kelas yang berbeda, salah satunya kelas yang peneliti gunakan sebagai observasi pembelajaran yaitu kelas 3 dengan wali kelas bapak Dwi. Penempatan bangku disesuaikan dengan luas kelas,tempat duduk terdiri dari dua orang dan ada juga yang satu orang, dokumen siswa seperti hasil ulangan disimpan disebuah map dan digantung berjejeran secara rapi di dinding bagian samping siswa. Bagi pengurus kelas seperti ketua, sekertaris dan bendahara serta wali kelas dibuat sebuah mmt yang disertakan foto masing-masing sehingga menambah kepercayaan diri bagi pengurus kelas. Dipajangnya standar kompetensi menunjukkan kejelasan apa saja yang akan dipelajari selama satu semester. Ada juga tempat baca yang terletak dipojok depan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
kelas yang menyediakan beberapa buku untuk dibaca siswa. Untuk siswa kelas 1, dikelas terdapat mmt bergambar gerakan sholat dan doa sholat. Dengan pemanfaatan kelas sebagai media belajar, siswa dapat belajar gerakan sholat sejak dini mengingat kelas 1 materi pelajaran masih ringan, maka yang ditonjolkan adalah aspek spiritual. e. SD Muhammadiyah 16 Surakarta memiliki lingkungan yang baik untuk perkembangan anak Dari hasil penelitian, peneliti melihat bahwa siswa-siswi di SD Muhammadiyah 16 Surakarta merasa nyaman di sekolah. Pernyataan tersebut didukung pengamatan mengenai sarana dan prasarana sekolah. Peneliti menemukan sarana dan prasaran yang memadai diantaranya, untuk menunjang sekolah yang bersih sekolah menyediakan wastafel diantaranya wastafel di dekat gerbang masuk dan airnya memancar dengan baik. Kamar mandi cukup banyak, disetiap lantai terdapat kamar mandi. Selain sanitasi, terdapat kantin, lapangan tempat bermain, UKS, Perpustakaan, Laboratorium Bahasa, Ruang BK dan kelas yang menunjang siswa untuk belajar dengan nyaman dan aman. f. SD Muhammadiyah 16 Surakarta telah memberikan sarana bagi setiap siswanya untuk mengembangkan bakat dan minatnya dalam kegiatan ekstrakulikuler Dari hasil penelitian peneliti, terdapat 5 kegiatan yang dapat diikuti siswa di setiap minggunya, diantaranya 1) Kegiatan Drum Band dilaksanakan siswa 1 kali dalam seminggu, yang dilatih oleh guru yang profesional dibidangnya namun bukan guru tetap di SD tersebut. Kegiatan ini diikuti oleh siswa kelas 4 dan kelas 5 2) Kegiatan Hisbul Wathon (HW), merupakan kegiatan kepanduan di SD Muhammadiyah Surakarta, dilaksanakan 1 kali dalam seminggu, setiap hari sabtu yang diikuti oleh siswa kela 3, 4, 5 3)..Qiroah (Kegiatan seni baca Al– Quran) dilaksanakan 1 kali dalam seminggu,
174
ISBN 978-979-3812-4
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
4) Footsal merupakan kegiatan olahraga tambahan yang di sediakan sekolah bagi siswa putra dan juga digunakan untuk persiapam pertandingan antar sekolah, 5) Senam, bagi siswa kelas 1 dilaksanakan senam pagi rutin setiap hari Selasa dan senam pagi juga dilaksanakan semua siswa dari kelas 1 – 6 ketika hari Jumat. Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa SD Muhammadiyah 16 Surakarta cukup memberikan ruang kepada siswanya untuk berkreasi, berekspresi, dan berpartisipasi untuk mengembangkan minat dan bakatnya. 5. KESIMPULAN Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: a. Sekolah Ramah Anak dapat diartikan sebagai sekolah atau tempat pendidikan yang secara sadar menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab b. Implementasi Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Muhammadiyah 16 Surakarta telah diterapkan pada siswa kelas 3 – 5. Pelaksanaanya sudah baik dan sudah memenuhi indikator SRA meskipun masih terdapat beberapa hambatan c. Implementasi Sekolah ramah anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta telah dilaksanakan dengan humanis, tanpa diskriminasi, melibatkan guru yang inovatif, lingkungan yang nyaman untuk pembelajaran, serta melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran. d. Guru mempunyai peran yang penting dalam pelaksanaan sekolah ramah anak, guru harus mempunyai pemahaman mengenai sekolah ramah anak sehingga mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dalam pembelajaran dan Siswa merupakan tujuan dari sekolah ramah anak, yaitu membentuk pola belajar dan lingkungan yang nyaman sehingga anak terpenuhi kebutuhan belajarnya.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
SARAN : Dari penelitian mengenai Implementasi sekolah ramah anak, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1) Bagi siswa diharapkan: mampu belajar dengan baik dengan adanya situasi yang nyaman dalam pembelajaran, terlibat secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran, dan ikut serta menjaga lingkungan sekolah dan lingkungan kelas agar kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran. 2) Bagi orang tua hendaknya; aktif melakukan komunikasi dengan pihak sekolah terhadap perkembangan belajar anaknya, dan mau bekerjasama dengan sekolah untuk menciptakan sekolah yang ramah anak. 3) Bagi guru diharapkan mengetahui hal yang berkaitan dengan sekolah ramah anak, menjalin komunikasi pada siswanya dengan baik, dan menghindari terjadinya diskriminasi atau hal lain yang tidak sesuai dengan sekolah ramah anak, serta dan melakukan komunikasi secara interaktif dengan orang tua siswa terhadap pelaksanaan sekolah ramah anak. 4) Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian untuk mengetahui hal-hal yang belum terungkap dalam penelitiaan saat ini, serta melakukan kerjasama dengan pihak sekolah unyuk mengetahui perkembangan pelaksanaan sekolah ramah anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta. 6. REFERENSI Ali, Farid dan Gau.2014.Managemen penetitian berbasis sasaran. Bandung: Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan.2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif.Jakarta: Rajawali Pers Creswell, John.2012.Research Design Pendekatan Kualitatif ,kuantitatif ,dan mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Pendidikan Nasional, Direktrat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Undang-Undang Republik
175
ISBN 978-979-3812-4
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Karlina, Yuliasih, dkk. 2012. “Implementasi Program Sekolah Ramah Anak di SD Putren Pleret Bantul”. Dalam Spektrum Analisis Kebijakan Pendidikan, Volume 1 No. 1. Kebijakan pengembangan sekolah ramah anak. Asisten Deputi Pemenuhan Hak Pendidikan Anak . Deputi Bidang Tumbuh Kembang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 5/31/2014 Kristanto.2011. Identifikasi Model Sekolah Ramah Anak (SRA) Jenjang Satuan Pendidikan anak usia dini se-kecamatan semarang selatan. Jurnal Penelitian Paudia, Volume 1 No. 1 Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muti’ah.2014. Manajemen Kesiswaan Model Sekolah Ramah Anak di SD Pangudi Luhur Servatius Gunung Brintik. Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan. (http://conf.unnes.ac.id/index.php/snep/II /paper/view/222) diakses 21 Mei 2016 Putra, Nusa. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Rasmusson, Bodil & Wikenberg, Per. 2012. The UN Convention on the Rights of the Child (CRC): Content and Interpretationin Advand International Training on Child Rights, Classroom and School Management. Lund: Universitet of Lund. Rofi’ah. 2014.Implementasi Pendidikan Ramah Anak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Kelas Rendah SD Muhammadiyah Program Khusus Kotta Barat Tahun Peajaran 2013/ 2014.Profesi Pendidikan Dasar Vol. 2, No. 1 Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suharsaputra, Uhar.2012. Metode Penelitian. Bandung : Refika Aditama
THE 5TH URECOL PROCEEDING
UAD, Yogyakarta
Sutopo, Anam,. Zuhriah Siti A. Suprihanto. 2012.Children’s Rights To Participation Through Authentic And Participational Learning As Well As To Protection In Muhammadiyah Primary Schools 16 Of Surakarta:Materi Progress Report ITP onChild Rights, Classroom and School Management. Johannesburg: Indaba Hotel.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa Beta Bandung. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian. Jakarta : Prenadamedia Group.
176
ISBN 978-979-3812-4