Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK Margarettha, Hasriati Nasution, dan Muhammad. Syarif Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstrak Masyarakat kota Jambi saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pangan organik, hal ini terlihat dari banyaknya konsumen yang memilih sayuran dan buah organik dibandingkan sayur dan buah yang dibudidayakan secara konvensional. Permintaan buah pepaya yang dibudidayakan secara ramah lingkungan termasuk salah satu buah yang tinggi permintaannya.Kelompok tani Mawar Melati dan kelompok tani Harapan Baru adalah kelompok tani yang berada di desa Kasang Pudak kecamatan Kumpeh Ulu. Kedua kelompok tani ini sepakat untuk bermitra dalam program PPM Universitas Jambi. Tahapan pelaksanan program dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: (I). Pengenalan Program dan Persiapan, (II). Penyuluhan dan Pelatihan, (III). Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan, (IV). Layanan Konsultasi Teknis, dan (V). Evaluasi Program, dan (VI). Pelaporan Kegiatan. Hasil penerapan program pengabdian yang dilaksanakan terhadap mitra adalah biaya produksi budidaya pepaya khususnya pemakaian pupuk buatan dapat dihemat sampai 50%. Kecukupan hara tanaman berasal dari dari pupuk kompos aktif berbahan baku kotoran ternak dan limbah panen yang diperkaya dengan mikroba lokal (MOL). Kata Kunci : Kompos aktif, papaya organik, MOL PENDAHULUAN Permintaan pangan sehat khususnya hortikultura merupakan keniscayaan, terutama bagi masyarakat perkotaan dengan latar belakang berbagai pendidikan dan ekonomi. Masyarakat semakin paham artinya sehat, yang dimulai dari konsumsi makanan yang berasal dari proses budidaya ramah lingkungan. Masyarakat kota Jambi saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap pangan organik, hal ini terlihat dari banyaknya konsumen yang memilih sayuran dan buah organic dibandingkan sayur dan buah yang dibudidayakan secara konvensional. Di pasar-pasar swalayan dalam kota Jambi permintaan terhadap sayur organic dan buah organik cukup tinggi, mencapai 123 ton per bulan (Survei pasar tahun 2009), sementara di beberapa pasar tradisional sayuran organic dan buah organik juga diminati banyak masyarakat, diperkirakan 40% konsumen pasar tradisional sudah menkonsumsi pangan organik. Walaupun demikian, produk organik yang beredar di pasar Kota Jambi sangat terbatas baik jumlah maupun ragamnya, hal ini
dikarenakan masih belum tingginya minat dan pengetahuan petani memproduksi sayuran dan buah organik. Kecamatan Kumpeh Ulu dikenal sebagian sebagai daerah penghasil sayur dan buah buahan utama. Mayoritas penduduk bermata pencarian petani, khususnya tanaman palawija dan holtikultura, hal ini didukung kondisi lahan yang sebagian terdiri dari dataran rendah dan lahan basah sehingga sangat cocok untuk budidaya tanaman sayuran dan buah-buahan. Keadaan ini menjadikan kecamatan Kumpeh Ulu merupakan salah satu daerah sebagai pemasok sayur dan buah untuk kota Jambi dan sekitarnya. Desa Kasang Pudak merupakan salah satu dari 17 desa yang berada di kecamatan Kumpeh Ulu kabupaten Muaro Jambi. Secara geografis kecamatan Kumpeh Ulu sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Maro Sebo, sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Sungai Gelam, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Jambi dan sebelah Timur dengan kecamatan Kumpeh. Jumlah penduduk desa Kasang Pudak tahun 2012 adalah 12.385 jiwa,
Pemanfaatan Kompos Aktif Dalam Budidaya Pepaya Organik Di Desa Kasang Pudak
16
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
dengan komposisi 6.452 laki - laki dan 5.933 perempuan, dan jumlah rumah tangga 3.025, dan rata - rata anggota rumah tangga 4 orang. Jumlah usia produktif adalah 48% dan sisanya adalah usia tua (BPS, 2013). Data ini menggambarkan bahwa hampir separoh penduduk desa Kasang Pudak termasuk produktif sehingga menjadi kekuatan bagi desa Kasang Pudak dalam meningkatkan pembangunan dalam segala sektor. Sebahagian besar mata pencaharian penduduk di desa Kasang Pudak adalah petani hortikultura, seperti sayuran dan buah-buahan. Untuk dua tahun terakhir ini petani desa Kasang Pudak melakukan diversifikasi tanaman buah dengan menanam pepaya, dan menjadikan sebagai salah satu daerah pemasok buah pepaya untuk kota Jambi. Kelompok tani Mawar Melati dan kelompok tani Harapan Baru adalah kelompok tani yang berada didesa Kasang Pudak kecamatan Kumpeh Ulu. Kedua kelompok tani ini sepakat untuk bermitra dalam program PPM Universitas Jambi. Kelompok tani Mawar Melati (sebagai Mitra 1) dibentuk tahun 1985 dan jumlah anggota adalah 13 orang. Sebagai ketua kelompok tani adaalah bapak Selamat. Mayoritas anggota kelompok tani Mitra 1 adalah petani hortikultura, khusus untuk buah-buahan nya adalah pepaya. Tingkat pendidikan anggota Mitra 1 adalah SMP (40%) dan SMA (60%). Tahun 1991 kelompok tani Mawar Melati pernah meneima bantuan dari dinas Pertanian Tanaman Pangan tingkat Kabupaten berupa benih jagung Hibrida. Hasil wawancara dengan bapak Selamat diketahui program ini tidak berlanjut, disebabkan keterbatasan alat mekanisasi pertanian berupa alat pemipil jagung. Tujuan program budidaya jagung hibrida diantaranya sebagai bahan baku penyusun pakan ternak. Kondisi ini menggambarkan bahwa sesungguhnya masyarakat desa Kasang Pudak siap menerima inovasi baru. Kelompok tani Harapan Baru (sebagai Mitra 2) dibentuk belakangan dibandingkan kelompok tani Mitra 1, yaitu tahun 2003 dengan ketua kelompok tani nnya adalah bapak
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Mujianto. Jumlah anggota Mitra 2 adalah 19 orang dengan komoditas usaha petani hortikultura berupa sayuran dan buahbuahan. Mitra 2 berasal dari suku Jawa dengan tingkat pendidikan SD (25%), SMP (60%) dan SMA (15%). Dari tahun 2009 sampai sekarang anggota Mitra 2 secara tetap menanam pepaya dengan luasan mencapai 3 hektar. Jenis pepaya yang ditanam adalah pepaya Borneo. Sistim budidaya yang dilakukan adalah secara konvensional, yaitu menggunakan pupuk buatan sebagai sumber hara utama tanaman. Permasalahan Mitra 1 dan 2 program PPM Universitas Jambi adalah tingginya biaya produksi. Dari hasil observasi diketahui petani yang bergabung dalam kelompok tani Mawar Melati dan Harapan Baru di desa Kasang Pudak kecamatan Kumpeh Ulu adalah tingginya biaya produksi (pembelian pupuk kandang dan pupuk anorganik serta pestisida). Hal ini disebabkan petani menggunakan pupuk buatan atau anorganik dalam jumlah yang berlebih dari kebutuhan tanaman untuk meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk buatan yang dilakukan adalah pupuk lengkap sesuai dosis anjuran (N, P, K) dan ditambah lagi dengan pupuk kandang ayam. Oleh karena itu petani membutuhkan biaya produksi yang besar. Jenis tanah di desa Kasang Pudak adalah berliat dengan ordo Ultisol. Untuk tanaman hortikultura jenis tanah yang dikehendaki adalah dengan struktur tanah gembur. Kondisi ini diharuskan memakai bahan organik untuk mendapatkan struktur tanah menajdi gembur dan remah sehingga kemampuan tanah menahan air menjadi tinggi, disamping penyediaan unsur hara tanaman. Takaran pemakaian pupuk kandang yang dilakukan oleh kedua Mitra adalah 40 kg pupuk kandang (setara dengan 1 karung) untuk 3 lobang tanam yang diberikan ketika selesai mengolah tanah dan membuat lobang tanam. Kemudian diinkubasi sampai 3 minggu. Selanjutnya ketika selesai benih disemaikan dan siap dipindahkan ke lobang tanam, maka dilanjutkan dengan pemberian pupuk
Pemanfaatan Kompos Aktif Dalam Budidaya Pepaya Organik Di Desa Kasang Pudak
17
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
anorganik Khusus pupuk kandang ayam petani mendapatkannya dari kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Harga satu karung (≠ 20 kg) pupuk kandang ayam adalah Rp. 6.000,dan ditambah dengan biaya transportasi sekitar Rp. 200.000,- . Jumlah pupuk kandang yang dibutuhkan dalam 1 hektar dengan jarak tanam 2 x 2,5 m adalah 667 karung. Total biaya untuk pembelian pupuk kandang adalah Rp. 4.202.000,- per hektar. Tingginya biaya produksi yang dikeluarkan oleh kedua Mitra tidak diikuti oleh produksi, sehingga dalam analisis usaha tani nya keuntungan yang diperoleh kedua Mitra tidak sebanding dengan ongkos produksi. Oleh sebab itu perlu pengelolaan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan input yang tinggi. Input yang tinggi pada dasarnya tidak berarti ongkos produksi menjadi besar. Hal ini dapat dilakukan asalkan petani bisa memanfaatkan sumber-sumber bahan organik yang ada disekitar lahan sebagai sumber hara. Jika petani mempunyai skill dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan organik insitu maka pada akhirnya biaya produksi dapat ditekan. Pemanfaatan bahan organik baik sebagai sumber hara tanaman maupun sebagai biopestisida merupakan langkah awal menuju sistim pertanian ramah lingkungan yang dikenal sistim pertanian organik. Produk yang dihasilkan dengan sistim ini dikenal dengan produk organik dan dari segi kesehatan manusia sangat baik karena tidak ada residu kimia yang terbawa dari hasil panen dan aman dikonsumsi. Dari aspek pelestarian lingkungan maka sistim ini menuju ke sistim pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Berdasarkan ini maka permasalahan yang dihadapi kedua Mitra adalah dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya alam secara berkelanjutan dan dapat diringkas sebagai berikut : 1. Biaya produksi sangat tinggi, terutama untuk pengadaan pupuk (pupuk anorganik dan organik), benih serta pestisida.
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
2. Rendahnya pengetahuan petani dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar lahan sebagai alternatif untuk sumber hara tanaman. 3. Penerapan teknologi terutama dalam pengelolaan sumber hara tanaman yang berasal dari sekitar lahan belum dilakukan. 4. Kurangnya kesadaran petani untuk menerapkan system low cost production pada proses usaha tani mereka disebabkan kurangnya pengetahuan dan informasi. 5. Keterbatasan dana, sarana dan prasarana untuk pengembangan program. Oleh karena itu harus ada upaya perbaikan yang menyeluruh dan terintegrasi dalam usaha tani kedua Mitra dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan dengan sisitim pertanian ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, dengan penerapan program pengabdian berbasis transfer teknologi dan pengetahuan diharapkan dapat mengatasi masalah ini, dan dapat menjadi solusi dalam membantu petani dalam meningkatkan produktivitas lahan serta menciptakan sistim pertanian ramah lingkungan dan produksi buah-buahan organik. METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Program PPM telah dilaksanakan dari bulan Mei sampai Oktober 2014 dikelompok tani Mawar Melati dan Harapan Baru yang berlokasi di desa Kasang Pudak kecamatan Kumpeh Ulu kabupaten Muaro Jambi. Solusi yang Ditawarkan Merujuk kepada permasalahan dan tujuan yang diharapkan, rincian program yang sudah dilaksanakan dalam program PPM yaitu penerapan Ipteks bagi masyarakat benar-benar dapat disesuaikan dengan kondisi petani dan potensi sumber daya alam, yang mencakup sumber daya manusia, ilmu dan teknologi, serta kelembagaan. Tahapan pelaksanan program dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu:
Pemanfaatan Kompos Aktif Dalam Budidaya Pepaya Organik Di Desa Kasang Pudak
18
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
(I). Pengenalan Program dan Persiapan, (II). Penyuluhan dan Pelatihan, (III). Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan, (IV). Layanan Konsultasi Teknis, dan (V). Evaluasi Program, dan (VI). Pelaporan Kegiatan. Metode Pendekatan Metode yang digunakan adalah pendidikan kepada masyarakat melalui: Tahap I : Pengenalan program dan persiapan. Pengenalan program rencana kegiatan pengabdian kepada mitra 1 dan 2 dengan menjelaskan secara detail rencana kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap ini dibuat kesepakatan pengaturan rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan persiapan pelaksanaan pengabdian, sehingga komitmen mitra untuk berpartisipasi lebih tinggi, serta partisipasi kelompok tani menjadi lebih aktif. Tahap II: Penyuluhan dan Pelatihan Pelaksanaan tahap II dilakukan tanggal dengan metode ceramah dan diskusi yang dilaksanakan di Balai Pertemuan milik mitra 1 dan mitra 2. Penyuluhan dibantu dengan alat multimedia LCD projector dan Film dengan tujuan agar memudahkan peserta penyuluhan dalam memahami materi yang disampaikan. Materi yang diberikan dalam penyuluhan adalah: a. Sistim budidaya organik (nilai tambah dibandingkan dengan metode konvensional) yang ramah lingkungan. b. Penggunaan pupuk kompos Aktif sebagai sumber hara dengan sistim bioteknologi dalam pemanfaatan pupuk kandang dan mikroba lokal potensial (MOL) dan pemanfaatan hijauan/gulma serta limbah panen yang sifatnya spesifik lokasi sebagai bahan baku pupuk kompos aktif. c. Menjelaskan keuntungan dan cara pemakaian mikroba lokal, manfaatnya dalam ketersediaan hara tanaman dan sekaligus sebagai bahan proteksi tanaman (biopestisida).
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Tahap III: Demonstrasi, Praktek, dan Pembinaan Pelaksanaan tahap III dilakukan demonstrasi, dimana tempat demplot ditentukan oleh ketua kelompok tani. Demonstrasi ini dimaksudkan dimana masing- masing peragaan teknologi ini dipastikan petani nantinya bisa melakukan sendiri-sendiri. Demonstrasi pertama adalah cara pembuatan MOL Sayuran. Kemudian demonstrasi cara pembuatan kompos aktif dengan bahan baku pupuk kandang, hijauan dan dekomposernya MOL sayuran. Pembuatan demplot dengan melibatkan peserta dengan tujuan peserta mampu secara mandiri untuk melaksanakan materi yang sudah diberikan. Pembinaan dilakukan secara terus menerus oleh Tim Pelaksana kepada mitra 1 dan mitra 2 untuk memonitor alih teknologi yang sudah dilakukan. Tahap IV: Layanan Konsultasi Teknis. Memberi jasa konsultasi teknis kepada anggota kelompok tani dan masyarakat tentang manajemen budidaya pepaya, baik masalah kesuburan tanah, penyakit dan pengendaliannya, panen dan pasca panen beserta analisis usaha tani. Waktu jasa konsultasi disesuaikan dengan waktu monitoring. Tahap V: Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan tujuan melihat tingkat keberhasilan pencapaian dari pelaksanaan kegiatan PPM. Pelaksanaan evaluasi dilakukan mulai dari tahap penyuluhan sampai ke tahap pelaksanaan demplot. Tahap VI: Penyusunan laporan Kegiatan penyusunan laporan disusun sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukan baik persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan. Pembuatan laporan akhir dilakukan dengan berpedoman pada laporan kemajuan per 1 bulan, dan diakumulasi dalam bentuk laporan kemajuan. Pembuatan laporan akhir dilakukan setelah semua kegiatan
Pemanfaatan Kompos Aktif Dalam Budidaya Pepaya Organik Di Desa Kasang Pudak
19
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
lapang selesai dan dilaksanakan dalam waktu 3 minggu di bulan terakhir HASIL DAN PEMBAHASAN Pengenalan Program dan Persiapan Tim PPM mulai melakukan persiapan sejak diumumkan dan disahkannya secara resmi proposal layak untuk didanai. Pengenalan program dilakukan kepada ke dua mitra tanggal 2 Mei 2014. Pertemuan yang dihadiri oleh masing-masing ketua kelompok tani dan sekretarisnya, yaitu bapak Selamat selaku ketua kelompok tani Mawar Melati dan bapak Mujianto sebagai ketua kelompok tani Harapan Baru. Pengenalan program PPM bertujuan untuk menyusun jadwal pelaksanaan dan sekaligus membuat kesepakatan antara kelompok tani dengan tim PPM untuk bekerjasama dan berpatisipasi aktif dalam transfer teknologi. Pengenalan program PPM juga melibatkan PPL sebagai pendamping sekaligus keterkaitan dengan instansi pemerintah. Penyuluhan dan Pelatihan Kegiatan penyuluhan dilakukan hari Selasa 12 Juni 2014 yang dihadiri sekitar 75% dari masing-masing anggota kelompok tani (Gambar 1 dan Lampiran 2). Penyuluhan pertama dengan materi Budidaya Pepaya dengan Sistim Ramah Lingkungan.
Gambar 1. Peserta Kelompok Tani Sedang Mengikuti Kegiatan Penyuluhan
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
Diskusi yang dilakukan setelah pemberian penyuluhan, diketahui petani masih berorientasi kepada sistim pertanian konvensional. Pemakain pupuk buatan dan pestisida kimia secara berlebihan, diyakini mampu meningkatkan hasil tanaman. Lebih lanjut dari diskusi tersebut diketahui juga bahwa petani belum mengetahui dampak negatif dari pemakaian pupuk dan pestisida buatan secara berlebihan terhadap kesehatan manusia, ekosistim dan tanah dan air. Penyuluhan ke dua dilakukan hari Selasa 24 Juni 2014 dengan materi Teknologi Kompos Aktif (Gambar 2 dan Lampiran 3). Penyuluhan dilaksanakan di rumah ketua kelompok tani.
Gambar 2. Penyuluhan Tentang Kompos Aktif Peserta yang mengikuti penyuluhan tentang manfaat kompos aktif sangat antusias, disebabkan petani belum mengetahui tentang kompos yang diperkaya dengan mikroba aktif potensial. Pembuatan kompos dengan aktivator mikroba dekomposer akan mempercepat proses pematangan kompos. Pembuatan kompos secara konvensioanal membutuhkan waktu untuk pematangan 3 - 4 bulan, sedangkan kompos yang ditambahkan biodekomposer membutuhkan waktu 2 - 3 minggu. Penambahan mikroba aktif potensial ke dalam bahan kompos, tidak hanya mempercepat pematangan kompos tapi juga bermanfaat untuk tanaman. Sejumlah mikroba mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan enzim-
Pemanfaatan Kompos Aktif Dalam Budidaya Pepaya Organik Di Desa Kasang Pudak
20
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
enzim yang berguna untuk membantu ketersediaan hara. Demonstrasi Pelaksanaan demonstrasi pembuatan pupuk kompos aktif kepada ke dua kelompok tani dilaksanakan hari Kamis tanggal 26 Juni 2014 (Gambar 3 dan Lampiran 4).
Gambar 4. Demonstrasi Pembuatan MOL
Gambar 3. Demonstrasi Pembuatan Kompos Aktif Partisipasi aktif yang dilakukan anggota kelompok tani adalah dengan menyiapkan hijauan berupa gulma dan sisa limbah panen yang menjadi salah satu sumber penyusun bahan kompos aktif. Semua bahan yang sudah disiapkan digabung dalam bak kompos, proses selanjutnya seperti yang sudah dijelaskan dalam materi penyuluhan. Pembuatan pupuk kompos aktif sampai panen hanya membutuhkan waktu dua minggu. Dari total bahan yang disiapkan maka pembuatan pupuk kompos dilakukan sampai 5 kali pengomposan. Dihasilkan pupuk kompos aktif sebanyak 2000 kg. Demonstrasi pembuatan mikroorganisma lokal (MOL) dilakukan hari Jumat 27 Juni 2014. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dengan semangat (Gambar 4 dan Lampiran 5).
Proses pembuatan pupuk kompos aktif dan MOL dapat diselesaikan dengan baik dalam rentang waktu 2 minggu. Selanjutnya benih pepaya disemaikan pada pesemaian yang dilakukan oleh anggota kelompok tani. Proses penyemaian berlangsung 2 – 3 minggu. Proses pengolahan tanah den sekaligus membuat lobang tanam. Selanjutnya pupuk kompos aktif diberikan per lobang tanam. Bibit siap dipindahkan ke lapangan dan dimasukkan ke dalam lobang tanam (Gambar 5).
Gambar 5. Tanaman Pepaya Demplot tanaman pepaya yang dibuat pada lahan kelompok tani, sampai saat pembuatan laporan baru berumur 6 bulan, sehingga belum bisa menghitung hasil/produksi. Tanaman pepaya panen pada umur 9 – 12 bulan.
Pemanfaatan Kompos Aktif Dalam Budidaya Pepaya Organik Di Desa Kasang Pudak
21
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
KESIMPULAN Program pengabdian kepada masyarakat kepada kelompok tani Mawar Melati dan Harapan Baru, diterima dengan baik oleh semua anggota kelompok tani. Partisipasi mitra mencapai 75% dan melebihi dari target yang direncanakan (50%).
Volume 30, Nomor 3 Juli – September 2015
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2010. Muaro Jambi dalam Angka. Badan Pusat Statistik. BPS. 2013. Kecamatan Kumpeh Ulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Pemanfaatan Kompos Aktif Dalam Budidaya Pepaya Organik Di Desa Kasang Pudak
22