PEMANFAATAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL HASIL PERIKANAN SERO DI PULAU BUNGKUTOKO Fajriah1, Ary tamtama2, Kobajashi Togo Isamu3 1,2)
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari, Kota Kendari 3) Fakultas Teknologi dan Ilmu Pangan Universitas Halu Oleo, Kota Kendari
Jl.KH.Ahmad Dahlan No.10 Telp/Fax.0401-3190710 E-mail : 1)
[email protected],2)
[email protected],3)
[email protected]
Abstrak Usaha perikanan sero di Pulau Bungkutoko, Kota Kendari merupakan salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat setempat. Dari banyaknya hasil tangkapan sero, banyak pula ditemukan hasil tangkapan sampingannya (by catch) yakni dari segi ukuran yang kecil sehingga kurang laku dijual dan kegiatan ekonomi mereka hanya sebatas pada penjualan ikan segar. Tujuan kegiatan adalah (1) saling mensinergikan antara nelayan sero dapat menjual hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan kepada ibu-ibu PKK sebagai bahan baku menjadi berbagai produk olahan, (2) Memberikan tambahan Iptek kepada ibu-ibu PKK, (3) Meningkatkan nilai jual hasil perikanan sero melalui diversifikasi produk. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan inti menggunakan metode ceramah, pelatihan dan pendampingan dengan memberikan materi dan demonstrasi membuat produk diversifikasi sehingga pengolahan hasil perikanan sero tidak hanya terbatas pada pembuatan bajabu ikan untuk konsumsi sendiri namun dapat menjadi produk baru olahan ikan yang lebih berkualitas, tahan lama dan beragam serta dapat dijual seperti; abon ikan, kerupuk tulang ikan, dan stik ikan teri sehingga produksi tetap berkesinambungan, selain itu ibu-ibu PKK menjadi mampu membuat sendiri. Manfaat dari kegiatan ini adalah keberlanjutan bahan baku olahan ikan bagi kelompok ibu-ibu PKK, meningkatnya iptek ibu-ibu rumah tangga dalam pengolahan hasil tangkapan, dan peningkatan pendapatan rumah tangga nelayan dari ibu-ibu rumah tangga melalui penjualan produk olahan. Kata Kunci : Hasil tangkapan sampingan, perikanan sero, Pulau Bungkutoko
1. PENDAHULUAN Pulau Bungkutoko yang masuk dalam wilayah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai salah satu daerah yang masyarakatnya banyak memanfaatkan alat tangkap sero secara turun temurun sebagai alat tangkap utama dalam menangkap ikan dan mereka terbentuk dalam kelompok-kelompok nelayan sero. Kondisi pantai yang dangkal sehingga berpotensi untuk pemasangan alat tangkap sero selain itu perairan pantai Bungkutoko memiliki potensi karang yang cukup baik sehingga memungkinkan ikan-ikan demersal (karang) banyak terdapat disekitaran pantai. Sebagai alat tangkap yang berupa perangkap, sero mampu menghasilkan tangkapan dengan kualitas yang baik dalam bentuk ikan segar bahkan hidup. Berbagai jenis ikan ekonomis penting menjadi hasil tangkapan sero seperti ikan baronang, ikan kuwe dan ikan kakap. Namun dari banyaknya jumlah hasil tangkapan sero banyak pula terdapat hasil tangkapan sampingannya. Hasil tangkapan sampingan (by-catch) tersebut dapat berupa jenis dan ukuran ikan yang memiliki nilai jual rendah bahkan dibuang begitu saja (discard). Masalah kedua yakni penggunaan teknik dan teknologi pengolahan ikan oleh masyarakat di Pulau Bungkutoko yang sangat minim menyebabkan ikan hasil tangkapan baik tangkapan utama terlebih hasil tangkapan sampingan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bahkan untuk ikan tangkapan sampingan selalunya berujung dibuang begitu saja disekitar pantai karena tidak laku dijual dan kondisinya sudah tidak segar. Adapun yang dapat dimanfaatkan oleh ibu-ibu rumah tangga hanya sebatas membuat abon bajabu ikan yang tidak tahan lama atau cepat rusak dan terbatas hanya untuk konsumsi rumah tangga. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari nelayan sero di
94
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Pulau Bungkutoko setiap tahun jumlah alat tangkap ini terus mengalami peningkatan diduga karena semakin bertambahnya jumlah penduduk di sekitaran pesisir Pulau Bungkutoko yang secara turuntemurun menggantungkan hidupnya sebagai nelayan sero. Hal ini berarti semakin banyak pula hasil tangkapan sampingan yang terbuang percuma Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, informasi dan modal yang mereka miliki. Berkenaan dengan permasalahan perikanan sero dan ibuibu PKK sehingga kegiatan Pemanfaatan Hasil Tangkapan Sampingan (by catch) untuk meningkatkan nilai jual hasil perikanan sero di Pulau Bungkutoko Kota Kendari melalui pemberdayaan Kelompok ibu-ibu PKK dengan Penerapan Iptek Pengolahan Hasil Tangkapan yang Tepat menjadi solusi yang sangat tepat sasaran. Sehingga tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam skema iptek bagi masyarakat (IbM) ini sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yakni : (1) saling mensinergikan antara nelayan sero dapat menjual hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan kepada ibu-ibu PKK sebagai bahan baku menjadi berbagai produk olahan (2) Memberikan tambahan iptek kepada ibu-ibu PKK bahwa pengolahan hasil perikanan sero tidak hanya terbatas pada pembuatan bajabu ikan untuk konsumsi sendiri namun dapat menjadi produk baru olahan ikan yang lebih berkualitas, tahan lama dan beragam serta dapat dijual seperti; abon ikan, kerupuk tulang ikan, dan stik ikan teri sehingga produksi tetap berkesinambungan, (3) Meningkatkan nilai jual hasil perikanan sero melalui diversifikasi produk, dimana pulau Bungkutoko lokasinya cukup dekat dengan pusat Kota Kendari sehingga memungkinkan tersedianya pasar untuk produk olahan tersebut. Pemanfaatan hasil tangkapan sampingan telah menjadi anjuran pengelolaan dalam usaha perikanan tangkap dibeberapa Negara, antara lain di meksiko, Slavin (1981) dalam Marpaung (2006) menjelaskan bahwa dalam Report of a Technical Consultation on shrimp catch Utilization di Georgetown, Guyana tahun 1981 menjelaskan pengelolaan hasil tangkapan sampingan di Meksiko. Pemerintah meksiko, melalui Departemen Perikanan memiliki program menganjurkan dan mendorong agar hasil tangkapan sampingan dibawa kedarat dan dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk konsumsi pangan. Melalui kegiatan pemanfaatan hasil tangkapan sero ini sekaligus dapat menjawab berbagai asumsi kuno bahwa hasil tangkapan sampingan tidak mampu memberikan keuntungan secara ekonomi, sebagaimana yang diungkap Allsopp (2010) bahwa terdapat hambatan dalam upaya pengelolaan hasil tangkapan sampingan yakni tidak menjanjikan bagi nelayan dan pengusaha pegolahan. Hal tersebut kini dapat diminimalkan melalui pola kemitraan antara nelayan dan kelompok pengolah. 2. METODE Khalayak sasaran yang sekaligus menjadi mitra dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang sekaligus menjadi anggota kelompok ibu-ibu PKK perwakilan dari 3 RW yang terdapat di Pulau /Kelurahan Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari. Hasil kerjasama dari kelompok ibu-ibu PKK mitra IbM ini diharapkan agar ibu-ibu PKK perwakilan dari masing-masing RW dapat memberi inspirasi dan motivasi bagi ibu-ibu rumah tangga disekitarnya. Keseluruhan dari kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Pulau/Kelurahan Bungkutoko. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan inti menggunakan metode ceramah, diskusi dan pelatihan. Jenis materi ceramah dan pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan mitra. Solusi bagi pemecahan masalah yang dialami oleh mitra ( kelompok ibu-ibu rumah tangga/PKK) adalah melalui kegiatan IbM untuk Pemberdayaan Kelompok ibu-ibu PKK Melalui Penerapan Iptek Teknologi Pengolahan Hasil Tangkapan (Pasca Panen) yang masuk dalam kategori Teknologi Tepat Guna. Untuk mencapai tujuan kegiatan IbM maka ada beberapa cara pemecahan masalah yaitu ; (1) Pelatihan Pengolahan Hasil Tangkapan menjadi produk perikanan yang lebih berkualitas dan tahan lama bagi kelompok ibu-ibu PKK, dan (2) Peningkatan Ipteks pola kemitraan antara nelayan sero dengan Kelompok ibu PKK. Evaluasi dari kegiatan ini antara lain jumlah peserta pelatihan perlu ditambah, waktu pelaksanaan kegiatan sebaiknya disiang hari setelah para ibu rumah tangga selesai
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
95
mengurus rumah mereka masing-masing, dan produk yang dibuat mestinya lebih banyak agar peserta pelatihan bisa membawanya pulang kerumah. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah terselenggaranya seluruh kegiatan dalam kegiatan “Pemanfaatan Hasil Tangkapan Sampingan untuk meningkatkan nilai jual hasil perikanan sero di Pulau Bungkutoko”. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : 3.1. Koordinasi dengan pemerintah setempat Kegiatan ini merupakan tahap awal dari pelaksanaan program kerja pengabdian masyarakat. Hal ini penting dilakukan agar program IbM ini diterima secara resmi melalui perangkat administrasi daerah setempat. Kantor Kelurahan Bungkutoko dimana Lurah sebagai pimpinan tertinggi, memiliki peran yang sangat penting untuk menginformasikan keberadaan program IbM kepada seluruh warganya. Lurah Bungkutoko sangat mendukung dan kooperatif pada pelaksanaan program IbM. Hal mendasar yang dilakukan oleh tim IbM adalah memberikan penjelasan yang lebih detail tentang konsep program secara menyeluruh. Selain konsep program, pelaksanaan program dan kondisi mitra penting pula dikoordinasikan agar tidak terjadi kesalahan informasi antara tim IbM, pemerintah dan masyarakat. Setelah semuanya jelas, tim IbM dan pemerintah menentukan waktu yang tepat dalam pelaksanaan semua kegiatan IbM di Pulau/Kelurahan Bungkutoko. 3.2.
Survei pendahuluan Kegiatan ini merupakan pengumpulan data peserta pada setiap latihan dan kegiatan yang akan dilakukan. Peserta yang mengikuti pelatihan terdiri dari kelompok mitra IbM dan warga Bungkutoko baik dari kalangan ibu-ibu, remaja dan nelayan-nelayan sero Pulau Bungkutoko. Selain pengumpulan data peserta, tim IbM juga melakukan survey lokasi pelaksanaan pelatihan, Ditetapkan tempat pelatihan pengolahan bagi ibu-ibu PKK, dan pelatihan pola kemitraan di Aula kantor Kelurahan Bungkutoko. Tempat ini dipilih dengan pertimbangan kondisinya yang cukup luas dan representatif serta mudah diakses bagi semua warga. 3.3. Pelaksanaan Pelatihan Pengolahan hasil tangkapan sero pada Kelompok Ibu-ibu PKK Pelaksanaan pelatihan pengolahan hasil tangkapan sero mendapat apresiasi yang sangat baik oleh warga. Hal ini karena pesertanya terdiri dari ibu-ibu dan remaja putri. Pelatihan diawali dengan presentase materi oleh tim berupa pengenalan produk, alat dan bahan yang digunakan melalui gambar serta keunggulan dan keuntungan yang diperoleh dalam pembuatan diversifikasi produk. Peserta juga dilengkapi dengan paket Alat tulis dan resep setiap produk yang dibahas dan akan dipraktekkan. Selanjutnya para peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, bertanya dan memberi masukan terhadap materi yang diberikan melalui sesi diskusi. Setelah secara teori dianggap telah cukup, para peserta diarahkan menuju ke tempat praktek pembuatan produk olahan hasil tangkapan sero. Kegiatan praktek ini tim IbM dibantu oleh seorang ahli pengolahan hasil perikanan. Para peserta diberi kumpulan resep yang berisikan berbagai olahan hasil perikanan. Kegiatan pengolahan hasil perikanan menjadi produk diversifikasi telah banyak dilakukan di Provinsi Sulawesi Tenggara salah satunya yang pernah dilakukan oleh Arami (2015) tentang pengolahan hasil tangkapan sero di Pulau Wakatobi. Terdapat lima produk yang berhasil dipraktekkan antara lain : abon ikan, nugget ikan, empek-empek, stick ikan dan kerupuk kalsium tulang ikan. Gambar berikut merupakan dokumentasi pada pelatihan ini :
96
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 1. Presentase materi pelatihan oleh tim IbM pada ibu-ibu PKK
Gambar 2. Proses Pembuatan berbagai produk olahan (abon dan nugget ikan)
Gambar 3. Hasil Praktek Pengolahan Hasil tangkapan sero yang telah dikemas
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
97
3.4. Pembahasan Pola Kemitraan Nelayan Sero dengan Ibu-ibu PKK dalam rangka Peningkatan Ipteks Manajemen Usaha sebagai implikasi pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Kegiatan Pembahasan pola kemitraan nelayan sero dengan ibu-ibu PKK dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Tim IbM memberikan penjelasan tentang kerjasama yang saling bersinergi dan menguntungkan antara kelompok nelayan sero dengan kelompok Ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam ibu-ibu PKK. Hasil tangkapan nelayan sero dapat dijual ke ibu-ibu PK, selanjutnya dapat diolah menjadi berbagai macam produk oleh ibu-ibu PKK sehingga terdapat nilai tambah dari hasil tangkapan tersebut. Produk diversifikasi tersebut dapat dijadikan sumber pendapatan bagi ibu PKK dan keluarganya. Dengan demikian terdapat kerjasama yang baik antara nelayan sero dengan ibu-ibu PKK, sehingga sumberdaya yang terdapat di Pulau Bungkutoko baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dapat dioptimalkan dengan baik. Beberapa fungsi mitra dalam kegitan ini yaitu : 1. Memudahkan pendekatan dengan masyarakat sasaran; masyarakat sasaran sebagaimana masyarakat pesisir pada umumnya dikenal sebagai kelompok yang sulit menerima informasi baru sehingga dibutuhkan pendekatan khusus melalui kerjasama dengan mitra sehingga dapat memaksimalkan manfaat kegiatan ini. 2. Mitra berfungsi sebagai ”batu loncatan” yang memberikan pengaruh/contoh kepada masyarakat lain untuk berusaha memaksimalkan potensi sumberdaya wilayah secara maksimal dan berkelanjutan.
4. KESIMPULAN 1. Segala Potensi yang ada dalam suatu daerah hendaknya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan umat. Salah satu hal yang dilakukan adalah mensinergikan antara potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya manusia sehingga menghasilkan nilai tambah bagi hasil perikanan sero di Pulau Bungkutoko. 2. Pelatihan diversifikasi produk memberi tambahan ipteks bagi warga Pulau Bungkutoko khususnya kelompok ibu-ibu PKK berupa pengolahan abon dengan menggunakan alat pengepres yang praktis, pengolahan kerupuk kalsium ikan, pengolahan stik ikan teri, nugget dan empek-empek. 3. Terjadi peningkatan nilai jual hasil perikanan dari ikan segar dengan harga murah menjadi produk siap santap dengan harga yang lebih tinggi, sehingga mempengaruhi pendapatan keluarga nelayan sero Pulau Bungkutoko. DAFTAR PUSTAKA
[1] Arami. 2015. “Kelompok nelayan Sero dan Ibu-ibu Rumah Tangga di Pulau Wakatobi”. Laporan Akhir Iptek Bagi Masyarakat, Universitas Halu Oleo Kendari. [2] Allop, P.G. 2010. Integrated management of sugarcane in Australia;Anevolving success. Annual Rev. Entomology 55: 329-49 [3] Hasnia, 2010. Desain dan Konstruksi Alat tangkap Sero dan Perangkap Lainnya di Perairan Pesisir Kota Kendari. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Kendari. [4] Marpaung, 2006. Pemanfaatan hasil tangkapan sampingan. Alfabeta.Bandung
98
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk