Jurnal Permata Indonesia Volume 5, Nomor 2, November 2014 Hal. 8-14 PEMANFAATAN DATA REKAM MEDIS PASIEN HEMODIALISA DALAM PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2014 Indriani Bungaria, Andajani Woerjandari, Ignatia Dian Tripitasari Abstrak : Perencanaan kebutuhan obat Antihipertensi untuk pasien hemodialisa merupakan salah satu aspek yang sangat penting dan menentukan dalam pengelolaan obat. Perencanaan kebutuhan obat yang tepat akan membuat pengadaan obat menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam perencanaan kebutuhan obat banyak data yang digunakan, salah satu data yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat yaitu data rekam medis pasien. Mengetahui pemanfaatan data rekam medis pasien hemodialisa dalam perencanaan kebutuhan obat Antihipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa data rekam medis pasien hemodialisa yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan Antihipertensi obat adalah data pemakaian obat. Perencanaan kebutuhan obat yang digunakan adalah dengan metode konsumsi. Kata Kunci : Data Rekam Medis, Perencanaan Kebutuhan Obat, Obat Antihipertensi, Rumah Sakit. Abstract : Planning needs of antihypertension drugs to hemodialysis patient is one of the important and crucial aspect in the management of medication. Planning needs of drug will make the procurement of drugs to be more effective and efficient. In planning the drug needs more data is used, one of the data used in the planning of the medication needs of patients that medical record.Knowing use of medical records in a hemodialysis patient in requirements planning antihypertension drug at PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta.Methods Of Researche Descriptive methods researche with qualitative approach.Medical record data of hemodialysis patient used in the drug needs palnning for Antyhipertension drugs is drug consumption data. Planning needs medication used is method of consumption. Keywords : Medical record data, Drug Needs Planning, Antihipertension drug, Hospital.
8
8
Jurnal Permata Indonesia, Volume 5, Nomor 2, November 2014, Hal. 8-14
PENDAHULUAN Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan dunia dengan peningkatan insiden, prevalensi serta tingkat morbiditas. Menurut data dunia WHO (2008) menyebutkan bahwa penderita penyakit ginjal kronik yang membutuhkan RRT (renal replacement therapy) diperkirakan lebih dari 1,4 juta pasien, dengan insidensi sebesar 8% dan terus bertambah setiap tahunnya. Jumlah penderita penyakit ginjal kronik yang mencapai tahap gagal ginjal di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai 150.000 pasien. Dari jumlah pasien tersebut yang benar-benar membutuhkan RRT tidak kurang dari 3000 pasien (Simatupang, 2006). Sedangkan insidensi gagal ginjal kronik di Yogyakarta diperkirakan sebesar 1000 orang tiap 1 juta penduduk atau seorang penderita tiap 1.000 penduduk (Kompas, 5/8/2006). Pada penderita gagal ginjal kronik, hampir selalu disertai dengan hipertensi, sebab hipertensi dan penyakit ginjal kronik merupakan dua hal yang selalu berhubungan erat. Hipertensi terjadi pada kurang lebih 80% penderita gagal ginjal kronik (Henrich, 1999). Adapun pasien penyakit gagal ginjal kronik tahap akhir diindikasikan untuk memperoleh terapi renal replacemen therapy, yaitu dialisis. Dialisis yang dimaksud baik dialisis peritonial maupun hemodialisis (Decker et al, 2007 ; Shargel dan Yu, 1985). Menurut European Society of Hypertension-European Society of
Cardiology (2003) dan 7th Joint National Committee of Hypertension (2004), target tekanan darah pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal sebagai faktor penyulit disarankan <130/80 mmHg. Pencapaian target ini diperberat dengan adanya hipertensi akibat komplikasi hemodialisis. Kondisi tersebut menjadi dasar pentingnya pemberian obat antihipertensi pada pasien dengan hemodialisis (National Kidney Foundation, 2005 ; Bishu, 2006). Dalam pemberian terapi atau obat tersebut baik dokter maupun tenaga kesehatan lainnya harus mencatatnya dalam dokumen rekam medis. Secara lebih mendalam data rekam medis tidak hanya digunakan untuk memenuhi aspek administrasi dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Rekam medis juga memiliki aspek finansial yaitu berupa pemanfaatan informasi rekam medis untuk perencanaan suatu sarana kesehatan (Huffman, 1994). Perencanaan finansial dalam institusi kesehatan salah satunya adalah perencanaan kebutuhan obat. Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan obat, karena perencanaan kebutuhan obat akan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian dan pemakaian obat di unit pelayanan kesehatan, dimana dengan perencanaan kebutuhan obat yang tepat akan membuat pengadaan menjadi efektif dan efisien sehingga tersedia obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dengan mutu 9
Indriani Bungaria, Andajani Woerjandari, Ignatia Dian : Pemanfaatan Data……
yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang diperlukan (DepKes RI, 1997). Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta diketahui bahwa jumlah pasien yang menjalani hemodialisa adalah 60 pasien perhari. Semua pasien yang menjalani hemodialisa tersebut merupakan pasien dengan hipertensi sehingga wajib diberikan obat Antihipertensi. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana pemanfaatan data rekam medis pasien Hemodialisa dalam perencanaan kebutuhan obat Antihipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan dengan menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu satu orang perawat hemodialisa, satu orang kepala bagian farmasi dan satu petugas rekam medis, sedangkan objek penelitian ini adalah dokumen pencatatan obat antihipertensi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Adapun untuk pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode triangulasi sumber karena dalam pengumpulan data, peneliti mengambil data-data tersebut dari berbagai sumber yang mana sumbernya adalah
perawat hemodialisa, kepala bagian farmasi dan petugas rekam medis. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam pada bulan Juni 2014 kepada responden. Dalam penelitian ini ada dua jenis informan, yaitu responden dan triangulasi sumber. Responden dilakukan pada satu petugas rekam medis dan satu perawat hemodialisa. Sedangkan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan wawancara kepada kepala bagian farmasi. A. Data rekam medis yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obatAntihipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 1. kegiatan pencatatan rekam medis Dari hasil observasi dan wawancara selama penelitian diketahui bahwa rekam medis adalah berkas yang sangat penting karena mempunyai banyak kegunaan dan mengandung banyak informasi mengenai pasien dan tindakan yang telah diberikan kepada pasien. Untuk berkas rekam medis pasien hemodialisa sendiri dicatat oleh dokter dan perawat hemodialisa ketika pasien sedang menjalani terapi di unit hemodialisa, selanjutnya data pasien akan di entry ke dalam komputer,kemudian berkas tersebut disimpan di lemari penyimpanan di unit hemodalisa. Pada intinya rekam medis merupakan 10
Jurnal Permata Indonesia, Volume 5, Nomor 2, November 2014, Hal. 8-14
catatan yang berisikan data sosial dan riwayat penyakit pasien serta perencanaan pengobatan, tetapi untuk berkas rekam medis pasien Hemodialisa masih banyak yang belum diisi dengan lengkap oleh perawat ataupun dokter, terutama dalam hal yang berkaitan dengan obat yang diberikan kepada pasien Hemodialisa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, pencatatan rekam medis pasien hemodialisa berisi tentang catatan data sosial dan riwayat penyakit pasien serta tindakan pengobatan yang diberikan kepada pasien. Sesuai dengan PERMENKES No .269 / MENKES / PER / III/ 2008 rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Hatta (2009) rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan oleh pasien. 2. Data rekam medis yang digunakan dalam perencanaan pengadaan obat Antihipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi, studi dokumentasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti tentang data rekam medis yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, diketahui bahwa perencanaan kebutuhan obat dibuat berdasarkan data pengeluaran obat atau resep yang dilihat dari data rekam medis pasien. Dalam perencanaan obat banyak data yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam pengambilan keputusan perencanaan obat. Menurut DepKes RI (1997) data yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat adalah kartu stok obat, buku register obat dan catatan rekam medis. Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta data rekam medis yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat adalah data pengeluaran obat atau resep yang direkap di bagian rekam medis untuk selanjutnya diserahkan ke bagian farmasi, data pemakaian obat atau konsumsi dan data penjualan obat. 3. Perencanaan kebutuhan obat Antihipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
11
Indriani Bungaria, Andajani Woerjandari, Ignatia Dian : Pemanfaatan Data……
Berdasarkan penjelasan responden satu dan triangulasi sumber di atas, mengemukakan bahwa perencanaan kebutuhan obat dan anggaran untuk kebutuhan obat dibuat pertahun dengan melihat resep yang keluar tahun sebelumnya serta obat yang paling sering keluar apa beserta jumlahnya. Sedangkan untuk RL 3.13 (Formulir Kegiatan Obat, Penulisan dan Pelayanan Resep) belum dilaporkan oleh bagian rekam medis. Tetapi untuk laporan tentang kegiatan obat dan pelayanan resep sudah dibuat oleh bagian farmasi. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta diketahui bahwa perencanaan kebutuhan obat dibuat pertahun, dengan melihat resep atau obat yang keluar pada tahun sebelumnya (metode konsumsi), serta obat apa yang paling sering keluar beserta jumlahnya. 4. Jenis obat Antihipertensi yang diberikan kepada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi, studi dokumentasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti tentang jenis obat Antihipertensi yang diberikan kepada pasien Hemodialisa di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta diketahui bahwa obat yang paling banyak diberikan kepada pasien
Hemodialisa adalah obat golongan diuretik. Pasien yang menjalani Hemodialisa dapat memperoleh lebih dari satu jenis obat Antihipertensi, karena tekanan darahnya yang susah untuk dikontrol. KESIMPULAN Data rekam medis pasien hemodialisa yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat Antihipertensi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah adalah data pengeluaran obat atau resep obat dan data pemakaian obat. Tetapi dalam pendokumentasiannya masih banyak data rekam medis pasien yang belum lengkap, terutama data pemberian obat. Perencanaan kebutuhan obat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan metode konsumsi dengan melihat resep atau obat yang keluar pada tahun sebelumnya. perencanaan kebutuhan obat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah baik, ini bisa dilihat dari tidak pernah terjadi kekosongan obat. Jenis obat Antihipertensi yang paling banyak diberikan untuk pasien Hemodialisa di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah golongan Diuretik. SARAN 1. Sebaiknya dalam pendokumtasiannya, berkas rekam medis pasien hemodialisa dilengkapi, sehingga dapat digunakan secara optimal untuk perencanaan kebutuhan obat 12
Jurnal Permata Indonesia, Volume 5, Nomor 2, November 2014, Hal. 8-14
Antihipertensi,mengingat pentingnya data rekam medis untuk perencanaan kebutuhan obat 2. Sebaiknya laporan RL 3.13 (Formulir Kegiatan Obat, Penulisan dan Pelayanan Resep) juga dibuat oleh bagian rekam medis, untuk mengetahui semua informasi yang berhubungan dengan obat, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan anggaran untuk kebutuhan obat. DAFTAR PUSTAKA Agarwal, R, 1999, Supervised Atenolol Therapy in The Management of Hemodialysis Hypertension,Kidney Int.,; 55: 1528-35. Anief, Moh. 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anonim, 2009. Prevalence of Disease. Agustus 20, 2010. http://www.worldkidney.org/ Arikunto, S. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara. Aslam Muhammad Shakil MD, MPH. 2003. Brachytherapy for renal artery in-stent restenosis. Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara Bishu, K, 2006, Appropriatness of Antihypertensive Drug Therapy in Hemodialysis Patients, Clin J Am Soc Nephrol ; 1:820-824. Budi, Citra, Savitri. 2011. Manajemen Unit Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.
Bungin, B. M. 2007. Pengertian Kualitatif. Jakarta: Jakarta Interpratama Offset. Chen, J., Gul, A., Sarnak, M.J. , 2006, Management of Intradialitic Hypertension: The Ongoing Challenge, Seminars in Dialysis;19(2): 141-145. Decker, B.S., Mueller, B.A., Sowinski, K.M. 2007, Drug Dosing Consideration in Alternative Hemodialysis, Advances in Chronic Kidney Disease; 14 (3): e17- 26. Depkes RI. 1994. Biaya Kebutuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes RI. 2007. Pedoman Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan Di Daerah kepulauan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. DinKes Prov Jateng. 2006. Modul pelatihan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Lainnya Bagi Pengelola Obat di Puskesmas. Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. Dirjen YanMedik, Buku Petunjuk Pengisian, Sistem Informasi Rumah Sakit. Jakarta: DepKes RI, 2011 Ganiswara S.G. (eds). 2007. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Gaya Baru : Jakarta. Hatta, R. Gemala. Ed. 2009. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Huffman, Edna K, RRA. 1994. Health Information Management, Tenth
13
Indriani Bungaria, Andajani Woerjandari, Ignatia Dian : Pemanfaatan Data……
Edition,Berweyn, Illinois Physicians’ Record Company. Moleong, L.J, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. National Kidney Foundation, 2004, K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Cardiovascular Disease in Dialysis Patients. Notoatmodjo, S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Permenkes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis. Jakarta. Simatupang, Toga.A. 2006. Gangguan Kardiovaskuler Pada Penderita Penyakit Ginjal http : // www.apotik2000.net/artikel.ht m(22 April 20014) Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suwitra, K., Aru, W. S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., Siti,
S. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi 4: Penyakit Gagal Ginjal Kronis Dalam,Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam. Tessy, A., Transplantasi Ginjal di Indonesia Sekarang dan Masa Depan, supl. Vol.2006. Fakultas kedokteran Universitas Hassanudin, http:// med. unhas.ac.id. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit WHO, 2008. Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification and Stratification. http://www.who.int/nmh/public ations/ncd_report_chapter1.pdf William L, Henrich, M.D. Principles and Practice of Dialysis. Lippincott. 1999 : 14:209-211. Zoccali, C., Dunea, G., 2001, Hypertension in Handbook of Dialysis oleh Daugirdas (Ed), McGraw-Hill, New York, hal.467 – 475 6th Ed. McGrawHill,NewYork
14