PEMANFAATAN CTRI RAN(]ANG S'I'RTJK'TT] R BAHASA DALAM KEGIATAN BERBAIIASA Yulia Esti Katrini I'- K I
P U niver:sitas Tidar M ugelang
ABSTRACT lungutge sil ou pt't(tl)(ut ('ontprehdnsiort lunSquage slrlt(lur( 1,r I't'/'v f tiltctirn in huntun li/b. .sr,qntlit'unl tn ucltvtly speuking, because luncuug,e r,\ d lluntun nradiunt .fitr resp()nse expluin ubout t't(tlurc unnmd untl un c.\pencn('c ltle tndividually or in a group,t. 'lhe dcvelopnattt ttl .toc'toltngui.tltc.: und I)svcfutlinguislics urc imprtrlunl l() .\Irpp()rt lungwrgc meuning.fitr human lifb. A.s c:ottttttttnic:ulir.tn s|teech organ,
Kevwords : ('ontprehension language slnrclurc cut't he .suytporl lo muke betler tlrc speaking uctivily
A. PENDAITTJLTTAN Dalam kegiatan berbahasa manusia secara umum akan diha
pada dua kemampuan yang berhubungan dengan bahasa, yaitu kerirampuan ieseptif dan kernampuan produktif. Kernampuan reseptif bcrkaitan dengan kemampuan menyirnak dan membaca, sedangkan kemanrpuan produktif Xerkaitan dcngan keinanipuan berbicara dan ketnarnpuan rnenulrs. Pengernbangan dari kemarnpuan-kemampuan ini sangat crat hubungannya. dengan fungsi bairasa itu sendiri dalam kehidupan manusia. Interaksi di antara penutur atau perxakai bahasa dapat berjalan dengan lancar apabila ada pernaharnan di kedua pihak sesuar dengan kesepakatan bahasa yang digunakan.
Dalam tulisannya y4rrg beqjudul "Origin of Speech" l-lockett rncrnbahas ciri-ciri rancang struktur bahasa manusia sebagar sistem kornunikasi. 'l'cori ini mengarah pada upa\a untuk rnenelrrsuri evolusi I3-j
Litl. 20, No. 2, 15 Agust 2001 (Tqhun ke I0)
: t33-l3g
bahasa manusia dan mencoba menerangkan asal-usulnya. Disebutkan di
situ mengenai tiga belas ciri yang berhubungan dengan pola maupun
unsur yang bisa membentuk struktur bahasa manusia. Dua di antara ciri yang dikemukakan dalam tulisan itu antara lain (a) bahasa manusia itu khusus dihasi.lkan untuk memenuhi kebutuhan berkornunikasi dan bukan merupakan akibat sampingan dari suatu fungsi
.
yang'lain. Kemudian yang satunya (b) bahasa manusia selalu
..nguiu
kepada makna khusus sesuai dengan kesepakatan suatu guyuban baiasa di mana makna tersebut dapat direntangkan secara rnetaforis.
Berprlak dari teori Hokett tersebut kiranya dapat dikernbangkan ke arah aspek-aspek penting dari bahasa manusia dan keterkaitannya dengan faktor-fak-tor yang ada di sekelilingnya. Bahasa merupakan aiat
komunikasi, yaitu alat yang dipakai manusia untuk berhubungan dengan manusia yang lain. Jadi bahasa sekaligus merupakan salah satu ciri khas tnanusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain dalam sistem komunika5i. Tiga aspek pokok bahasa manusia meliputi : aspek motorik atau gerak, yang dilakukan manusia secara sadar dalam kegiatan berbahasa, kernudian aspek akustik yang menyangkut alat-alat penghasil, penyebar dan penerima bunyi, sedangkan aspek yang ketiga adalah aspek psikologis yang bertalian dengan makna. Dalam kegiatan berbahasa ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan yung lain, yang dalam suatu konteks haruslah merupakan paduan yung utulr. Pengenalan terhadap ciri rancang struktur bahasa sangat membantu pemahaman terhadap sifat dan wujud bahasa, sehingga membuka cakrawala bagi pengamatan lebih lanjut terhadap fungsi uutruru sebagai alat komunikasi atauyang lain.
B. METODE Dalam pengernbangan linguistik untuk kepentingan kegiatna berbahasa dengan memanfaatkdn ciri rancang struktur bahasa ke arah
sosiolinguistik dan psikolinguistik dFpat rnenggunakan metode observasi langsung ke lapangan dan warvahcara kepida pernakai bahasa. oleh kai'eira itu penelitiannya berupa penelitian kualitatif yang desainnva leblh t34
l' t' t ) tLt t
t
f t ut I tr
:
t (' t t i llu t tt
tttt
g,\ t r
t
t
kt
t r
r
ll uhu.s:u
<Ju I u n
t
( l' u I iu 1.,.: t
i
Kut r i ni.)
bersilat umum dan fleksibel. Sebagairnana dikernukakan Bigdan dan Biklen (1982 . 27-30) ada lima ciri yang merupakan karakteristik, penelitian kualitatif, yaitu : (a) "natural setting" sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrumen kunci ; (b) bersifat deskriptif ; (c) lebih rnengutamakan proses dari pada hasil ; (d) analisis data secara induktif ; dan (e) rnakna atau meaning merupakan perhatian utamanya ' Penelitian yang berhubungan dengan kegiatan berbahasa perlu dilaksanakan di dalam "natural setting" karena fenomena-fenomena yang dipelalari memperlihatkan rnaknanya secara penuh dalam konteknya yang alarniah. Peneliti dapat menganalisis data dengan seluruh kekayaan inlbnrrasi sebagairnana yang terekam pada kurnpulan data
C.
PEMBAHASAN llanusia dalam Kegiatan Berbahasa Bahasa sebagai disiplin ilmu dapat dikaji dari beberapa segi, baik yang menyangkut struktur bahasa itu sendiri maupun bidang lain yang berhubungan dengan bahasa itu. Dalam kegiatan berbahasa, kemampuan manusia memang diturunkan secara naluriah, meskipun demikian perlu diingat bahwa dalam perkembangan dan pemerolehannya haruslah melalui proses sosialisasi yang berarti melibatkan hubungan antar manusia dalam kesepakatan dan saling pengertian. Sebagai suatu sistem lambang, bahasa dipelajari oleh linguistik sebagai struktur yang harus ditelaahnya. Tetapi dalam hubungannya dengan manusia pemakai bahasa itu, maka studi bahasa berarti melibatkan disiplin ilmu pengetahuan yang lain dalarn sifatnya yang multidisipiiner. Berangkat dari tiga aspck pokok bahasa rnanusia, maka dalam penjabatannya akan mehbatkan bukan hanya hahasa sebagai sisiem larnhaug tetapi luga hal-hal !ain yang rnenyertai pernakaiannya.
oleh karcna itu berpi;ak bari ciri lain yang dikemukakan ljokett, pengamatan akan diarahkan pada sosiolinguistik dan psikolinguistik.
Sebagai alat komunikasi, bahasa rnenduduki fungsi utama dararn kehidupan nranusia. Pemahanan struktur bahasa sangat penting dalarn l<egiatan berbahasa, karena bahasa merupakan alat pada rnanusia untuk menyatakan ianggapannya terhadap alarn sekitar atau peri stiwa-peristiiva I
l5
I?tl. )0, No. ), I 5 Agt.sr )001 ('lihtrtt ke
yang dialarni secara individual atau secara
101
. I 3-t- t 39
bersama-sama.
Pengernbangan ke arah sosiolinguistik dan psikolinguistik sangat membantu makna bahasa bagi kehidupan manusia. Sebagai gejala sosial (dengan rnengingat proses perkenrbangan dan pernerolehan bahasa), bahasa dan pemakaian bahasa tidak hany'a ditentukan oleh faktor-taktor linguistik tetapi juga faktor non-linguistik yang antara lain : sosial. Dalam kegiatan berbahasa atau penrakaian bahasa dalam sosialisasi nampaknya ada faktor-faktor sosial yang mempengaruhinya antara lain . status, tingkat pendidikan, umur. tingkat ekonomi maupun situasi. .ladi faktor sosral dan situasional mernpengaruhi pemakaian bahasa, yang dapat menimbulkan variasi bahasa atau bahhan ragarn bahasa yang nampak secara rndividual maupun kelornpok. Uraian di atas rnenunjukkan adanya hubungan antara bahasa dan pemakaiannya dengan peristirva-peristirva sosial. Dengan demikian cr ri rancarlg struktur bahasa manusia yang dikemukakan Hokett sekaligus membuka cakrawala bagi sosiolinguistrk untuk berperan serta dalarn studi bahasa. Pernberian makna yang terefleksi dalarn kegiatan berbahasa adalah wujud keterpaduan aspek pokok bahasa secara rnenyeluruh beserta hal-hal yang melatarbelakanginya. Aspek psikologis yang berkaitan dengan makna erat hubungannya dengan aspek bahasa yang lain dalam proses pengungkapan makna. Hubungan kemampuan bahasa, proses berpikir dan bahasa yang akan dikomunikasikan tarlpaknya merupakan bagian dari kegiatan berbahasa dalam pernakaiannya. Hal ini belum semuan]/a dapat dilvujudkan dalam sistern lambang bahasa. sebab. berhubungan dengan proses psikologis yang mendcrong terjadinya kornunikasi. Menurut Austin (1962 . 100-lLl2), dalarn komunikasi apabila kita menl,atakan scsuatu. kita selaltrmelaliukan suatu tindak bahasa. Ia merumuskan tindak bahasa-tindak bahasa sebagai pembicara yang rnelakuka,n tiga tindak bahasa se-kaligus. yaitu (l) tindak bahasa lckusi (locutionary act) . yakni rnengatakan sesuatu dalarn arti "berkata". Scarle
1969) menamakan rindak bairaia inr tindak bahasa prooosisi (propositional act) . (2) tindak bahasa ilokosi (illocutionarv- act) vakni (
l.l(.
Pantturfauton
('iri llancang Struklur
Bahasu dulant
..
(I'uI iu l:tt
i
Kttt
t'i rti )
tindak bahasa yang diidentifikasi dengan kalimat pelaku yang eksplisit ; (3) tindak bahasa perlokusi (perlocutionary act) yakni tindak bahasa yang dilakukan sebagai akibat atau efek dari sesuatu ucapan orang lain. Komunikasi dengan pemanfaatan bahasa dapat dihubungkan dengan perbuatan dan sikap manusia dalam berbahasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan. Pengamatan terhadap perubahanperubahan tersebut dapat mengarah pada hubungan antara sumber perbuatan, perbuatan serta akibat dalam konteks pemanfaatan bahasa secara sosial.
Aspek l,uar.-Bahasa dan Pengaruhnya Dengan mengingat bahasa dan kegiatan berbahasa 1'ang pada dasarnya bersifat sosial, akan diketengahkan aspek di luar bahasa sebagai sistem lanrbang yang mempengaruhi tindakan atau kegiatan berbahasa. Ketika tindakan berbahasa terjadi maka kemungkinan vang terlibat adalah pemakai, pemakaian bahasa dan hal-hal yang melatarbelakangi pemakaian bahasa tersebut. Dengan demikian seluruh peristirva kebahasaan yang sesuai dengan fungsinya, akan meliputi faktor sosial, cultural maupun situasional, di samping segi-segi structural grarnatikalnya. Keterlibatan faktor sosial, cultural maupun situasional menunjukkan betapa besar pengaruhnya terhadap aspek kebahasaan yang lebih menitikberatkan unsur structural gramatikal. Hal itu disebabkan oleh kernampuan dan ketrampilan berbahasa seseorang yang tidak hanya ditentukan oleh penguasaannya terhadap bahasa sebagar sistem larnbang. Oleh karena itu kajian terhadap aspek di luar bahasa sangatlah membantu dalarn belajar bahasa sebagai disiplin ilmu tersendiri. Sosiolingriistrk memandang bahasa pertama-talrla scbagai sistcm sosial dan sistem komunikasi, jadi merupakan bagian dan suatu rnasyarakat dan kebudayaan tenentu. Sedangkan tindakan berbahasa merupakan bentuk interaksi sosial yang terjadi daiarn sltuasi-situasi y'ang konkret. Dalam scsiohnguistik, bahasa bisa dipelalari dalanr konteks sosial-kultural serta situasi pemakaiannya. Aspek di luar bahasa yang rnempengaruhi pernakaian bahasa dalarn tinciakan berbahasa adalah pertimbangan yang datang dari penutur t37
Vol. 20, No. 2, 15 Agust 2004 (Tahun ke I0)
:
133-139
maupun pendengarnya yang terlibat dalam proses interaksi itu. Pertimbangan itu dapat meliputi kepada siapa ia berbicara, di mana, kapan, tentang masalah apa serta situasi yang bagaimana. Contoh kasus : Dalam situasi perkuliahan, hubungan antara seorang dosen dengan mahasisrva akan menentukan jenis pemakaian bahasa di antara mereka. Pilihah ungkapan, penyebutan untuk lawan bicaranya, bukan hanya ditentukan susunan kalimat yang berstruktur gramatikal tetapi juga oleh faktor kesopanan, status, maupun hal yang dibicarakan. Jika sosiolinguistik berhubungan dengan gejala sosialnya, maka psikolinguistik berhubungan dengan tindak tutur (speech act), jadi lebih cenderung sebagai gejala individual yang bersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Oleh karena itu lebih menitikberatkan pada makna atau arti dalam tuturan tersebut. Sikap tindak tutur dalam peristiwa komunikasi (tindakan berbahasa) selalu dipengaruhi oleh suasana kejiwaan penutumya yang terlambang dalam ungkapan bahasa. Hal-hal seperti itulah yang merupakan aspek luar bahasa yang mempengaruhi tindakan berbahasa.
D. SIMPULAN Bahasa sebagai sistem lambang temyata memiliki kemungkinankemungkinan yang lebih luas lagi, sebab dalam kaitannya bahasa sebagai alat komunikasi masih ada komponen lain yang bisa ditambahkan oleh si pemakai bahasa itu dalarn konteks pemakaiannya. Kehadiran sosiolinguisti*: dan psikolinguistik kiranya merupakan bukti perkembangarf bahasa dan tindakan berbahasa yang pada dasarnya bersifat sosial. Hal ini masrh membutuhkan kajian secara terus-menerus. terutama dalam kaitannya scbaEjai sistern lambang yang masih harus dibantu dalam fungsinya sebagai alat komunikasi. Faktor-faktor lain yang ikut serta menentukan wujudnya perlu dikaji lebih lanjut, adakah kemungkinan penggabungan menye.Juruh dalanr kaitannya studi bahasa. Linguistik mengambil oblek bahasa lisan atau bunyi tutur yang keinudian diikuti bahasa tulis, dalam arti bahasa yang nrenggunakan
li8
l)cntuttfuultut
('iri lluncutrg Struhtur Bqhdsd
dulanr
.. (Y ul
io
Est
i Korri ni )
suara yang dikeluarkan oleh mulut manusia, yang kemudian diwujudkan
melalui lambangnya. Jadi bahasa tulis merupakan bahasa lisan yang ditampakkan. Sementara itu sebagai tindak lanjut, dalam analisis bahasa ada kornponen yang harus diperhitungkan, yaitu : manusia sebagai pernakai bahasa, hubungan antaimanusia sebagai suasana atau situasi pemakaian, kemudian bunyi sebagai penghadir bahasa dan infbrmasi sebagai isi tuturan. Keterlibatan bid4ng lain terasa sangat membantu para ahli dalam pemahaman dan penelitian terhadap perkembangan bahasa lebih lanlut, dengan memanfaatkan ciri rancang struktur bahasa dalam kegiatan berbahasa.
DAFTAR PTISTAKA Austin, John. 1962. Hov,to do'|hingwith l4/ords. N.Y. OUP. Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 1982. Qualitative research./itr educution ; An intoduction to theory and methorJs. Boston : Allyn and Bacon, inc.
Hokett. Charles F., 1971. "Origiort of Speec" in Physrological Psychologi : Ileudings from Scientilic Americun, W.H. Freenurm and Company, San Fransisco. Nababan, P.w.J. 1984. sr,'stolinguistik
: sebuuh penguntar. Grarnecia. 'Jakarta. Nababan - Sri utari Subyakto 1992. Psikolinguistik suatu ['engantar. PT. Gramedia Pusta'ka Utama. Jakana. Sudaryanto. 1983. Lingttistik F,sat tetttrutg Baha,sa tian Pengrtntcr rlulant Ilmu Bahasa. Ga
t
1i9