PEMAKNAAN HUMANISME PANCASILA DALAM RANGKA PENGUATAN KARAKTER BANGSA MENGHADAPI GLOBALISASI Oleh: Slamet Subekti Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
ABSTRACT Today Indonesia is facing the challenges of globalization, especially in its cultural dimension has brought the threat to the continuity of national culture. Historically Pancasila ideology has been an integrating force is quite steady as a common platform for the nation-state of Indonesia. The existence of Pancasila should be shown again as a public discourse that is open to interpretation in accordance with the demands of the contemporary with the times. Therefore, the meaning of Pancasila humanism necessary in order to strengthen the nation's character in order to face the challenges of globalization. Keywords: Pancasila, humanism, Nation’s character, Globalization
I.
“Kita hidup dalam masa yang gegapgempita, suatu masa yang penuh dengan bahaya. Keadaan ditimbuni dengan kesulitan-kesulitan, namun kita tidak boleh melarikan diri dari kesulitan-kesulitan ini, kita harus mengatasi keadaan itu. Akan tetapi dogma-dogma dari masa lampau yang tenang tidak setara dengan masa sekarang yang membadai. Karena peristiwa kita baru, maka kita harus berpikir kembali, kita
PENDAHULUAN Setengah
abad
yang
lalu
Presiden Sukarno mengemukakan visi tentang masa depan seluruh bangsa di dunia
senantiasa
menghadapi
gelombang besar peradaban yang tidak terhindarkan. Sehubungan dengan itu diperlukan
interpretasi
kembali
(reinterpretation) terhadap nilai inti atau pandangan hidup (way of life) kita untuk mengantisipasi tuntutan zaman. Berikut ini petikan pidato beliau pada 1 September 1961 di hadapan Konferensi Negara-negara Nonblok I di Beograd: 139
harus bertindak kembali, kita harus membentuk kembali, kita harus membentuk lagi kembali. …” (Sukarno, 1985: 104). Betapa perlunya setiap negarabangsa
mengantisipasi
perubahan
zaman
Dewasa
bangsa
kita
menghadapi arus globalisasi dengan dimensi
ekonomi,
budaya
maupun
politik. Pertanyaan mendasar pertama, apakah
gelombang
menuju
ini
ideologi
Pancasila
masih
relevan dalam masa globalisasi dan
tata
demokratisasi yang nyaris tanpa batas?
hubungan dunia baru tetap relevan
Kedua,
hingga
Susilo
dimungkinkan agar pandangan hidup
26
Pancasila dikonstruksikan sedemikian
hari
Bambang
ini.
Presiden
Yudhoyono
pada
bagaimana
sehingga
cara
September 2009 menyatakan misinya
rupa
mampu
dalam pidato bertemakan ―Harmony
tantangan global tersebut?
yang
merespon
among Civilization‖ di Universitas
Makalah ini melalui interpretasi
Harvard bahwa di abad 21 tidak perlu
filosofis, yakni langkah penafsiran atas
ada perbenturan peradaban atau agama,
kandungan nilai dasar Pancasila secara
melainkan
masyarakat
bisa
kontekstual kontemporer, dimaksudkan
mencapai
harmoni
toleransi
sebagai usaha untuk mencari jawaban
agama
atas pertanyaan tersebut. Pembahasan
(Suara Karya, 24 September 2009).
difokuskan pada pengungkapan nilai
Akhir-akhir ini, Presiden SBY dalam
humanisme yang implisit terkandung
kesempatan menerima pimpinan US
dalam Pancasila sebagai kearifan lokal.
ASEAN Business Council di Kantor
Namun
Presiden pada 7 Juni 2012 menyatakan
merumuskan kemungkinan humanisme
bahwa
Pancasila dalam rangka
antarsemua
global
atau
peradaban
dan
pengembangan
ASEAN
ekonomi
pertama-tama
harus
mempertimbangkan
terwujudnya
ASEAN
stabil,
yang
damai,
mempertimbangkan
dicoba
untuk
penguatan
karakter bangsa menghadapi tantangan globalisasi.
dan
demokratis. Kedua, harus berkelanjutan dan
demikian
II. TANTANGAN GLOBALISASI
harmoni
Dewasa ini semua negara di
antarperadaban
dunia terlibat dalam proses globalisasi,
(http://www.presidensby.info).
yang pada dasarnya dipahami sebagai 140
suatu proses deteritorialisasi atau lintas-
penemuan internet sebagai jejaring
batas. Kita melihat perluasan bentang
sosial yang memungkinkan terjadinya
ekonomi pasar ke dalam pasar global,
pertukaran antarbudaya.
politik global
melampaui batasan
Inilah
momen
dari
sejarah
negara-bangsa dan konsep modern
manusia bahwa orang di dunia merasa
tentang kedaulatan serta budaya global
berdekatan satu sama lain sehingga
berlawanan dengan dialektika di antara
rawan dan rentan terhadap berbagai
kebangkitan budaya-budaya lokal. Oleh
macam
karena
merupakan momen sejarah yang secara
itu,
globalisasi
didefinisikan
sebagai
suatu
dapat proses
kritis
konflik.
Sekarang
mengandaikan
sikap
ini
terbuka
sejarah bercorak deteritorialisasi atau
kepada sesama, di samping bertahan
lintas-batas, dimana keinginan manusia
dengan menutup-diri. Dalam rangka
secara universal dan ontologis saling
merespon situasi genting dewasa ini
terhubung menjadi kesatuan di planet
yang penuh dengan konflik
ini, dan sekarang terwujud sebagai
diciptakan oleh ketertutupan-diri karena
pasar bebas global, tatanan politik
keadaan
trans-nasional dan globalisme budaya
perbedaan ajaran, kebudayaan, politik
(Shen, 2010: 72).
dan
Fenomena
globalisasi
secara
yang
berbeda
kelompok
bahasa,
dan
agama, perbedaan
yang
seperti
komunitas wilayah
historis telah terjadi seribuan tahun
geografis dan peradaban dunia, dan
yang lalu. Sejak abad 19 dicatat
sebagainya; kita selayaknya menjadi
sejumlah peristiwa ketika bangsa Eropa
lebih
menemukan
yang
kemungkinan untuk saling memperkaya.
Eropa,
Pembahasan tentang dimensi
benua
mengakibatkan
Amerika
Imperialisme
peduli
kepada
globalisasi
dengan berbagai penemuan transportasi
dimensi ekonomi, kemudian dimensi
kereta api dan kapal laut, telepon dan
sosial, dan akhirnya dimensi politik.
telegraf yang menghubungkan dunia.
Perekonomian global merupakan sistem
Selanjutnya pada abad 20, pasar bebas
dimana transaksi –pertukaran barang
Kapitalisme berkembang luas sejak
dan jasa dengan uang—berlangsung,
berakhirnya
dalam bentuk perdagangan asing dan
Dingin,
dan 141
diawali
dan
terjadi Revolusi Industri yang ditandai
Perang
akan
sesama
dengan
keuangan
internasional.
Beberapa
akal, argumen yang lainnya sekedar
faktor menjadikan transaksi tersebut
dalih bagi adanya proteksionisme oleh
lebih rumit ketimbang perekonomian
mereka yang paling diuntungkan oleh
nasional.
tersebut
adanya pembatasan impor. Selama
berkisar pada banyak perbedaan –dalam
lebih dari 25 tahun terakhir, kebijakan
mata uang, hukum, bahasa, kebiasaan,
perdagangan telah menjadi lebih liberal
dan budaya—di antara negara-negara
di seluruh dunia, dan para ekonom
(Gorman, 2009: 277).
berharap tren ini terus berjalan.
Faktor-faktor
Sebuah
negara
keuntungan
memiliki
komparatif
Kesepakatan
dalam
perdagangan
mengatur perdagangan
internasional
memproduksi sebuah barang ketika
antara dua atau lebih negara. Sebuah
biaya
kesepakatan
kesempatannya
untuk
mungkin
mencakup
memproduksi barang tersebut lebih
seluruh impor dan ekspor, kategori
rendah daripada negara lainnya. Sebuah
barang-barang tertentu, atau sebuah
negara memiliki keuntungan absolut
kategori tunggal. Amerika Serikat saat
ketika negara itu dapat menghasilkan
ini
barang yang lebih murah daripada yang
kesepakatan
dapat
dilakukan
Keuntungan keuntungan
terlibat
dalam
perdagangan
berbagai negara. Akan tetapi beberapa
komparatif,
bukan
kesepakatan perdagangan umum telah berpengaruh
barang yang mana yang suatu negara
perdagangan
seharusnya ekspor dan impor.
(Gorman, 2009: 290).
negara
itu
dengan
lainnya.
menentukan
mengekspor
320
negara
absolut,
Sebuah
sekitar
negara
seharusnya
barang-barang memiliki
pada dalam
tingkatan
Kesepakatan
dimana
umum
keuntungan
paling
kebijakan luas
perdagangan penting
disebut
Kesepakatan Umum mengenai Tarif
komparatif dan mengimpor barang-
dan
barang yang memiliki ketidakuntungan
ditandatangani
komparatif, secara langsung (vis-a-vis)
untuk meliberalkan perdagangan, untuk
dengan
Sementara
menciptakan sebuah organisasi untuk
beberapa argumen yang menentang
mengelola kesepakatan perdagangan
perdagangan bebas terdengar masuk
yang
negara
lainnya.
142
Perdagangan
lebih
(GATT)
pada
liberal,
yang
Oktober 1947
dan
untuk
menetapkan sebuah mekanisme untuk
perdagangan bebas semuanya memiliki
menyelesaikan
tujuan
perselisihan
dagang.
yang
sama,
yaitu:
untuk
Organisasi GATT kecil dan terletak di
meliberalkan perdagangan, mendorong
Jenewa. Lebih dari 110 negara telah
pertumbuhan
menandatangani kesepakatan umum,
menyediakan akses yang sebanding
yang awalnya ditandatangani oleh 24
terhadap pasar di antara negara-negara
negara, termasuk Amerika Serikat.
anggota. Zona perdagangan bebas yang
Hingga tingkatan yang lebih luas, peran
paling signifikan adalah Uni Eropa
GATT sebagai sebuah organisasi telah
(EU), Kesepakatan Perdagangan Bebas
dilampaui oleh Organisasi Dagang
Amerika Utara (NAFTA), dan ASEAN
Dunia (WTO).
(Gorman, 2009: 291).
Sejak
GATT
ekonomi,
dan
ditandatangani,
Selain itu, Organisasi Dagang
beberapa ―putaran‖ berisi pembicaraan
Dunia (WTO) merupakan organisasi
untuk meliberalkan perdagangan telah
perdagangan global, yang bermarkas di
dilangsungkan.
paling
Jenewa, untuk menangani perdagangan
signifikan adalah putaran Kennedy,
antara negara-negara. Didirikan pada
yang pada akhirnya mendorong pada
Januari
pengurangan sebesar sepertiga dalam
putaran Uruguay dalam GATT, WTO
tarif, dan lebih belakangan lagi, putaran
terdiri dari 144 negara hingga Januari
Uruguay. Putaran Uruguay membahas
2002. WTO mengatur kesepakatan
halangan umum bagi perdagangan dan
perdagangan,
masalah yang relatif baru seperti hak
untuk
properti, praktik penangkapan ikan, dan
penyelesaian
kepedulian lingkungan.
mengawasi
Dianggap
Tren utama dalam 25 tahun
1995
perundingan
menyediakan
perundingan
menyediakan
terakhir merupakan masa pembentukan
melalui
dagang
perselisihan kebijakan bantuan
forum dan
dagang,
dagang,
dan
teknis
dan
pelatihan bagi negara berkembang.
dan pertumbuhan zona perdagangan
Globalisasi lebih dari sekedar
bebas di antara negara-negara yang
perpindahan
sepakat
blok
Nike, Coca Cola dan MacDonald’s,
perdagangan regional. Kesepakatan-
melainkan juga perpindahan budaya.
kesepakatan yang menciptakan zona
Pakaian, musik, film dan televisi
untuk
membentuk
143
barang-barang
seperti
merupakan bagian dari dimensi sosial
persamaan terpengaruh
kehidupan kita. Nyaris globalisasi telah
seperti Lady Gaga.
mempengaruhi
pilihan
kita
musik global
dalam
Kita telah terbiasa melihat film
empat hal tersebut (Perry-Globa et.al.,
buatan Hollywood (AS), ―Bollywood‖
2007: 15).
(India) atau Anime (Jepang) semua
Tren pakaian di kalangan gadis
sangat popular di AS, Kanada dan
Generation Y tahun 2005 meliputi low-
negara-negara
cut jeans dan T-shirts dengan slogan
menunjukkan betapa globalisasi juga
provokatif.
mempengaruhi
Perempuan
ABG
di
lain.
Hal
ini
pembuatan
film.
Edmonton, London, dan Hongkong
Misalnya, kesuksesan film The Raider
semua meniru pakaian yang dikenakan
yang
bintang pop dalam musik video yang
keterlibatan bintang film dan sutradara
mereka lihat hari majalah internasional
dari luar negeri berhasil mendulang
ABG. Pada 2005, laki-laki ABG di
keuntungan finansial yang besar sekali.
Tokyo, Rio de Janeiro, dan Calgary budaya
Hampir sebagian anak muda musik
ciptaan
di
Namun
merespon pengaruh media global.
mendengarkan
dibuat
Indonesia
demikian
dapat
dengan
globalisasi
dipandang
sebagai
Imperialisme Budaya, karena yang
artis
terjadi
dominasi
satu
kebudayaan
internasional seperti Green Day (AS),
terhadap kebudayaan lain. Hal ini
Him (Finlandia), Bjork (Islandia) atau
tampak
Kati Melua (Georgia) dan mengunduh
MacDonald’s,
musik
Globalisasi
Starbucks di berbagai penjuru negara.
jaringan komputer berarti kita bisa
Bersamaan dengan itu dominasi bahasa
mendapatkan musik dengan mudah
Inggris sehingga terjadi invasi terhadap
baik
bahasa-bahasa
dari
Internet.
dari Afrika Selatan maupun
Kanada.
Beberapa
kehadiran
Disneyland,
lain.
Kiranya
dan
perlu
dipertanyakan secara kritis, benarkah
membeli CD di toko musik, di samping
semua orang di seluruh dunia ini
membeli
mempunyai selera yang sama?
dengan
antara
dengan
kita
CD
di
jelas
pembayaran
virtual di belahan dunia mana pun.
Teknologi
Banyak orang di dunia menunjukkan
televisi,
radio,
informasi dan
Internet
seperti telah
memutus selera ikatan-ikatan budaya 144
kita. Menurut Daniel Yergin pemenang
dalam bentuknya yang paling kasar,
Pulitzer Price bahwa akses yang lebih
semacam
besar pada televisi dan Internet telah
bahkan tribalism justru menunjukkan
menciptakan suatu ―tenunan dunia‖.
gejala peningkatan. Gejala terakhir ini
Televisi khususnya telah masuk ke
sering
dalam rumah kita, dan sulit untuk
―Balkanisasi‖, yang terus mengancam
menghindarinya.
antropolog
integrasi negara-bangsa yang majemuk
menunjukkan dampak televisi terhadap
dari sudut etnis, sosio-kultural, dan
kebudayaan, yaitu ketika orang melihat
agama seperti Indonesia (Azra, 25
televisi, mereka gagal berpartisipasi
Maret 2008).
(dan
Para
menopang)
kebudayaan
yang
ethno-nationalism
disebut
sebagai
Globalisasi
dan
penyebab
politik
dapat
hidup di sekitarnya dengan risiko
mempengaruhi lebih dari sekedar usaha
generasi yang dibesarkan layar televisi
humanitarian, bahkan mempengaruhi
akan kehilangan aspek kritis atas
bentuk pemerintahan suatu negara.
kebudayaannya.
Demokrasi
Gelombang
demokrasi
merupakan
contoh
ide
yang
politik yang telah menyebar-luas dari
berlangsung sejak akhir 1980an telah
satu negara ke negara lain selama
mengakibatkan keruntuhan rejim-rejim
berabad-abad.
sosialis-komunis di Uni Soviet dan
percaya
Eropa Timur itu berbarengan dengan
meningkatkan standar kehidupan rakyat
meningkatnya globalisasi seakan-akan
dan memperbaiki etika pemerintahan.
membuat
Mereka
ideologi
semakin
tidak
Bagi
bahwa
percaya
pendukungnya
demokrasi
bahwa
akan
demokrasi
relevan dalam dunia yang kian tanpa
dapat membawa kebebasan warga,
batas.
seperti
Akan
tetapi,
diketahui
bahwa
mengandung
banyak
kontradiksi.
Pada
sebagaimana globalisasi ironi
pemerintahan,
dan
membuat
kebebasan
pilihan-pilihan
untuk personal,
pihak,
kebebasan dari kontrol pemerintah.
mengakibatkan
Pada 2005, 118 negara (dari 193 negara
kebangkrutan banyak ideologi –baik
di dunia) telah menganut demokrasi
universal maupun lokal—tetapi pada
elektoral.
globalisasi
satu
kebebasan untuk memilih
lain pihak, nasionalisme lokal bahkan 145
Adopsi gradual
demokrasi
oleh
merupakan
banyak bentuk
secara
negara
sumber daya tak-terbarukan, eksploitasi
ini
tenaga kerja semakin besar terutama
globalisasi.
perempuan
dan
anak-anak,
Sebagaimana banyak masyarakat yang
ancaman
mengekspos ide-ide politiknya kepada
budaya lokal maupun nasional.
masyarakat lain sehingga mengadopsi
terhadap
serta
kelangsungan
Berdasarkan kesadaran bahwa
beberapa ide tersebut. Sebagian besar
globalisasi
masyarakat melakukan modifikasi ide-
budaya
ide
disesuaikan
terhadap kelangsungan budaya lokal
dengan sejarah, tradisi, agama, geografi,
maupun nasional, maka diperlukan
dan
langkah antisipasi terhadap ancaman
politiknya
untuk
perkembangan
ekonominya.
terutama
membawa
Usaha
dalam
aspek
ancaman
serius
Misalnya, gerakan politik di Timor
tersebut.
strategis
perlu
Timur pada 2002 berhasil melakukan
dilakukan dengan pengkajian kembali
perubahan politik berkat globalisasi
terhadap inti budaya atau way of life
media dan teknologi informasi (Perry-
bangsa kita, yaitu Pancasila. Pengkajian
Globa, 2007: 22).
kembali terhadap nilai-nilai keutamaan
Demikian gambaran globalisasi
(virtue values) Pancasila ini perlu
sebagai proses yang mempertemukan
dilakukan dalam tataran filosofis yang
berbagai
berjangkar
negara
di
dunia
dalam
interaksi ekonomi, politik, dan budaya.
pada
pemaknaan
humanisme Pancasila.
Namun demikian proses globalisasi bukan hanya membawa keuntungan
III. PEMAKNAAN
berkat kerjasama ekonomi dan peluang
HUMANISME
PANCASILA
kerja yang lebih besar. Akan tetapi,
Dalam konteks globalisasi dan
globalisasi juga membawa kerugian
interaksi dialogis di antara peradaban
serius seperti semakin lebarnya jurang
ini akan didiskusikan tantangan dan
antara negara kaya dan negara miskin,
kemungkinan bagi ideologi Pancasila.
dominasi
Di samping itu, akan dikemukakan ide-
perdagangan
global
oleh
negara-negara kaya, kurangnya peluang
ide berfokus pada filsafat Pancasila.
negara miskin terhadap akses pasar, kerusakan
lingkungan
hidup
Proses
dan
dikembangkan 146
globalisasi oleh
teknologi
komunikasi dan diterapkan dalam level
yang
ekonomi, politik dan budaya, yang
relevansinya.
membawa manusia ke dalam jejaring
Azhra (2008) terdapat setidaknya tiga
yang lebih sistematis. Situasi kehidupan
faktor
dalam
secara
semakin sulit dan marjinal dalam
eksistensial dijadikan contoh ontologis
semua perkembangan yang terjadi.
tentang hubungan dinamis yang sejak
Pertama, Pancasila terlanjur tercemar
lama telah diteguhkan oleh Pancasila.
karena kebijakan rejim Soeharto yang
Konsep ―kemanusiaan yang adil dan
menjadikan
beradab‖ dalam Pancasila mengacu
politik untuk mempertahankan status-
pada hubungan internal antara manusia
quo kekuasaannya. Rejim Soeharto
dan segenap ciptaan di alam semesta.
juga
Dalam rasio ―kemanusiaan yang adil
Pancasila
dan
diindoktrinasikan secara paksa melalui
jejaring
demikian
beradab‖,
dipengaruhi
oleh
sesamanya
dan
―manusia
susila‖
meluaskan
manusia
dapat
serta
merespon
dengan
tindakan
mereka
bentang
plural
seolah
kehilangan
Menurut
Azyumardi
yang
membuat
Pancasila
mendominasi yang
Pancasila
sebagai
alat
pemaknaan selanjutnya
Penataran P4. Kedua,
liberalisasi
politik
dapat
dengan penghapusan ketentuan oleh
eksistensinya
Presiden BJ Habibie tentang Pancasila
menuju realitas eksistensi yang lebih
sebagai
luas dari diri sendiri kepada sesama,
organisasi.
keluarga, komunitas sosial, negara,
memberikan peluang bagi adopsi asas-
semua yang berada di alam semesta,
asas ideologi lain, khususnya yang
yang
berbasiskan agama. Pancasila jadinya
sekarang
ini
diterjemahkan
dengan term globalisasi.
satu-satunya
asas
setiap
Penghapusan
ini
cenderung tidak lagi menjadi common
Gelombang demokratisasi juga
platform
dalam
kehidupan
politik.
melanda Indonesia berikutan dengan
Ketiga, desentralisasi dan otonomisasi
krisis moneter, ekonomi dan politik
daerah yang sedikit banyak mendorong
sejak akhir 1997 telah berimbas pada
penguatan sentimen kedaerahan, yang
Pancasila
sebagai
basis
ideologi
jika tidak diantisipasi bukan tidak bisa
(common
platform)
dan
identitas
menumbuhkan
nasional bagi negara-bangsa Indonesia
sentimen
local-
nationalism yang dapat tumpang tindih 147
dengan
ethno-nationalism.
Dalam
pada
tempatnya
mengesampingkan
proses ini, Pancasila kian kehilangan
Pancasila
posisi sentralnya.
pemerintah Orde Baru. Karena posisi
Kecenderungan bahwa posisi Pancasila
semakin
sulit,
atas
dasar
perlakuan
Pancasila yang krusial seperti itu,
cukup
dipandang urgensi untuk dilakukan
memberikan peringatan akan masa
pemaknaan
depan Indonesia yang tetap terintegrasi.
prinsip
Pancasila meskipun menghadapi ketiga
humanisme.
masalah tersebut, tetap merupakan
Pancasila
dasar
berdasarkan
kemanusiaan
Pembahasan
atau
tentang
kekuatan pemersatu (integrating force)
humanisme Pancasila ini didasarkan
yang
pada
relatif
masih
utuh
sebagai
kajian
Prof.
Soerjanto
common platform bagi negara-bangsa
Poespowardojo, pakar filsafat dari UI;
Indonesia. Sementara itu, kekuatan-
dan Prof. Franz Magnis-Suseno, pakar
kekuatan pemersatu lainnya, terutama
filsafat dari STF Driyarkara.
birokrasi telah
kepemerintahan mengalami
Indonesia
Sebagaimana ditegaskan oleh
kemerosotan
Soerjanto
signifikan. Liberalisasi politik yang
Pancasila
menghasilkan fragmentasi elit politik
menyatakan bahwa kelima sila, yaitu
telah
Ketuhanan
menghalangi
kepemimpinan
kemunculan
nasional
Poespowardojo, sebagai
ideologi
Yang
Maha
bahwa negara
Esa,
pemersatu,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
corak kepemimpinan solidarity maker
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
yang dapat mencegah disintegrasi tetap
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
belum tampil.
dalam
Kiranya tidak ada yang salah dengan
Pancasila
dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
sendiri.
Indonesia, merupakan prinsip dasar
Kekeliruan terjadi karena membuat
serta pedoman bagi bangsa Indonesia
pemaknaan tunggal atas Pancasila yang
dan
kemudian
menangkap
kepadatan
politik untuk mempertahankan status-
ketetapan
tersebut,
quo kekuasaan. Oleh karena tidak ada
diadakan penelitian tentang kekayaan
masalah dengan Pancasila, maka tidak
yang terkandung di dalamnya dan
dipaksakan
itu
permusyawaratan/perwakilan,
sebagai
alat
148
hidup
kenegaraannya. serta
Usaha bobot
sewajarnya
dicoba
memahaminya
mengungkapkan
dengan
nilai-nilai
keseluruhan
serta
nilai
dengan
kodrat
manusia, maka disebut Humanisme
hubungan antarnilai dan antarsila dalam
Pancasila.
bentuk-bentuk yang lebih eksplisit. Hal
Kelima sila merupakan unsur
ini berarti bahwa terlebih dahulu harus
konstitutif kodrat manusia dan inheren
dipelajari
yang
padanya. Kodrat manusia di sini adalah
disebut
keseluruhan struktur, dinamika serta
filsafat
melatarbelakanginya, Filsafat
Pancasila
yang
(Poespowardojo,
perwujudan
1991: 54).
yang
kesemuanya
mengungkapkan realitas manusia qua
Suatu rumusan hanya dapat dipahami
dan
memperlihatkan
dengan
talis.
demikian
fungsinya
Oleh
karena
itu,
Pancasila
mencerminkan nilai-nilai kodrati yang
apabila
fundamental
sifatnya,
dan
bukan
dikaitkan dengan jalan serta alam
sekedar perwujudan kongkret yang
pikiran
mengungkapkan
pelaku
(pengemban)
yang
kode-kode
merumuskannya dan lebih-lebih kalau
kebiasaan
dikaitkan
penghayatan
perkataan lain, Pancasila merupakan
eksistensial, dimana rumusan tersebut
eksplisitasi pribadi manusia sebagai
merupakan motif dasar berbagai bentuk
totalitas yang mengandung berbagai
tindakannya.
antinomi
dengan
Secara
fenomenologis
sehari-hari.
atau
dalam
Dengan
dirinya
dapat dikatakan bahwa kelima sila itu
individualitas
berlaku bagi setiap manusia. Pada
materialitas
dasarnya tidak seorang pun dapat
transendensi
dilepaskan dari kelima sila tersebut
eksteriorisasi dan interiorisasi, yang
tanpa risiko menyalahi kemanusiaannya,
tidak dilihat secara sektoral dalam salah
meskipun
kemerdekaan
satu aspek kehidupannya, tetapi secara
yang dimilikinya sebagai hak asasi ia
integral dengan mengikutsertakan dan
mampu berbuat berlawanan dengan
memperhatikan
sila-sila itu, namun secara etis tetap
membentuk keutuhan pribadi manusia
terikat untuk menaatinya. Kesadaran
dan segala yang mempengaruhinya,
akan kenyataan ini dengan sendirinya
termasuk
mengaitkan
ditimbulkan oleh antinomi tersebut.
berdasarkan
kelima
sila
sebagai 149
dan
antara
dan dan
segala
sosialitas, spiritualitas, immanensi,
segi
problematika
yang
yang
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengungkapkan sebagai
dimensi
pendasaran
keberadaan
Pancasila
vertikal
adalah
keagamaan
yang
terbuka (Magnis-Suseno, 2012: 10).
metafisis
Sila Kemanusiaan mempunyai
Dalam
pengertian bahwa komunikasi antar
manusia.
kesadarannya manusia insyaf akan
manusia
tingkat
yang
dirinya yang serba terbatas. Sila ini
―manusiawi‖ serta hubungan
antar
merupakan
bangsa
manusia senantiasa adil. Dalam arti ini,
Indonesia akan Nilai Absolut yang
kebaikan apa pun apabila tidak adil itu
menjadi sumber segala realitas, jadi
tidak baik, dan perbuatan yang tidak
bukan hanya sebagai pengertian yang
adil tidak pernah benar. Demikian pula
abstrak belaka, melainkan sungguh-
makna beradab mengandaikan tuntutan
sungguh sebagai realitas kongkret.
paling dasar Pancasila agar manusia
Tuhan adalah kekuasaan tertinggi yang
membawa diri selalu secara beradab.
transenden yang merupakan tujuan
Sebaliknya,
akhir segala sesuatu yang ada, dan
beradab tidak pernah bisa benar.
pengakuan
merupakan pendasaran metafisis segala relasi
yang
dimiliki
manusia
kelakuan
yang
persatuan
tidak
Indonesia
mengandaikan agar kita semua bukan hanya hidup bagi kebahagiaan privat
Magnis-
kita dan keluarga, melainkan kita
Suseno terhadap rumusan sila pertama
merasa solider senasib sepenanggungan
ini buah kesepakatan the founding
dengan
fathers tentang arti penting agama bagi
keutamaan
bangsa Indonesia, bahwa kita tidak
mengharapkan
membeda-bedakan antara agama-agama.
mencintai bangsa dan negara kita, dan
Oleh karena itu, sila pertama Pancasila
bersedia berkurban baginya.
mewajibkan
Franz
semua
Sila
(Poespowardojo, 1999: 76-77). Pemahaman
di
pluralisme
dalam
arti
seluruh dari kita
bangsa. sila
Etika
ketiga
mampu
ini untuk
Sila kerakyatan yang dipimpin
pengakuan terhadap adanya keyakinan-
oleh
keyakinan religius yang berbeda, yang
permusyawaratan/perwakilan
semuanya
dilatar-belakangi kehendak agar bangsa
(religiosity)
dilindungi. yang
Keagamaan
didukung
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam ini
Indonesia merdeka menjadi demokratis, dan tidak jatuh ke tangan feudal lagi. 150
Akan tetapi nilai keutamaan kerakyatan
dilaksanakan dalam salah satu dari
ini bukan sekedar perasaan bersatu
ketiga
dengan rakyat, melainkan tekad bahwa
penekanan
nasib bangsa dan kebijakan politik
mengabaikan
negara benar-benar ditentukan oleh
ekstremitas
rakyat, bukan oleh elit. Oleh karena itu,
masyarakat.
sila keempat ini menolak segala sistem
(masyarakat) dan prinsip ketuhanan
diktatoral, paternalistik dan bentuk lain
adalah lingkungan yang sama esensial
kekuasaan elit di atas rakyat.
dan
Sila keadilan sosial bagi seluruh
dimensi
tersebut,
karena
dimensi
dengan
satu
dimensi yang
lain
berarti
berbahaya
Dunia,
bagi sesama
fundamentalnya
perkembangan
bagi
manusia,
maka
rakyat Indonesia merupakan pernyataan
hubungan terhadap ketiganya serta
resmi bahwa bangsa ini harus dibangun
peningkatannya harus berjalan secara
dalam solidaritas. Bangsa ini pun tidak
seimbang.
boleh terpecah secara vertikal, antara
Pemaknaan
humanisme
mereka yang terus maju dan mereka
Pancasila ini dapat dipandang sebagai
yang tidak mempunyai harapan. Nilai
usaha
keutamaan sila ini adalah pengharaman
Pancasila
atas korupsi, karena korupsi merupakan
(public
penyakit
Pancasila
paling
membusukkan merusak
berbahaya
tubuh
bangsa
kemampuannya.
hakikatnya
korupsi
yang dan
sebagai discourse). sebagai
kembali
wacana
publik
Pengembalian wacana
publik
Pada
pengembangan
bertentangan
kembali
Pancasila
sebagai ideologi terbuka, yang dapat dimaknai
secara
terus-menerus
menurut
sehingga tetap relevan dalam kehidupan
Pancasila adalah manusia yang secara
bangsa dan negara Indonesia. Pada
otentik berhasil memanusiakan dirinya
gilirannya, pembudayaan humanisme
dalam hubungannya dengan ketiga
Pancasila
faktor esensial, yaitu dunia, sesama
penguatan
(masyarakat) dan prinsip ketuhanan.
rangka tata hubungan peradaban global.
Berdasarkan perkembangan
manusia
membawa
merupakan tahap awal krusial untuk
dengan keadilan sosial. Ideal
untuk
perspektif
Pancasila,
tidak
cukup 151
akan
berkontribusi
karakter
bangsa
bagi dalam
IV. ARTI PENTING PENGUATAN
―kemanusiaan yang adil dan beradab‖
KARAKTER BANGSA DI ERA
serta implikasinya sebagai suatu etika
GLOBALISASI
keugaharian.
Pada
dasarnya,
humanisme
Menurut Franz Magnis-Suseno
Pancasila dapat berkontribusi pada
bahwa kita mempunyai etika nasional
proses globalisasi dengan pandangan
yang dirumuskan dalam Pancasila.
hidupnya
sebagai
Etika Pancasila bukan hanya rumusan
perluasan
bentang
suatu
proses
etika,
terutama
yang indah,
melainkan merupakan
dengan nilai-nilai keutamaan Pancasila
prasyarat agar bangsa Indonesia bisa
seperti
maju
ketuhanan,
kemanusiaan,
bersama,
dalam
damai,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan
kesejahteraan dan solidaritas. Beliau
sosial. Dalam rangka jejaring yang
mencoba
dikembangkan globalisasi, jika manusia
Pancasila dalam lima pedoman yang
ingin
harkat
mudah dimengerti oleh masyarakat
manusia,
(Magnis-Suseno, 2012: 11). Kelima
menjunjung
kehidupannya
tinggi
sebagai
mengandaikan hubungan orang dengan
untuk
merumuskan
pedoman tersebut adalah:
sesamanya berdasarkan ketulusan dan
1. Tak
boleh
ada
khususnya berkaitan dengan keutamaan
ancaman
nilai
dalam hal agama.
kemanusiaan
yang
adil
dan
beradab.
tekanan,
atau
paksaan
2. Dalam situasi apa pun kita
Kesediaan
untuk
melampaui
bertindak secara beradab.
kepentingan diri sendiri dan bermurah-
3. Kita maju dan kita maju
hati kepada sesama dipandang sebagai
bersama.
keutamaan yang sangat diperlukan dalam
etika
proses
globalisasi.
4. Mari
Dalam
kita
sukseskan
demokrasi kita, dan
konteks Pancasila, nilai keutamaan
5. Mari kita dahulukan mereka
kemanusiaan yang adil dan beradab
yang miskin dan lemah agar
dapat dipandang sebagai keutamaan
dapat
yang
manusiawi.
mendasar.
Pancasila
yang
Kajian
tentang
berkaitan
dengan
dinamisme dan batasan nilai keutamaan 152
hidup
secara
Nilai keutamaan kemanusiaan
budaya yang bersangkutan. Hal ini
yang adil dan beradab ini menjadi pusat
berarti bahwa pengembangan budaya
bagi pembangunan karakter manusia
dan karakter bangsa
Indonesia, yang mampu meluaskan
dilakukan
bentang komitmen etisnya pada bangsa
pendidikan yang tidak melepaskan
dan
dan
peserta didik dari lingkungan sosial,
perilaku hidup keadilan sosial, serta
budaya masyarakat, dan budaya bangsa.
meningkatkan bentang spiritualitasnya
Lingkungan sosial dan budaya bangsa
sebagai insan religius. Pembangunan
kita adalah Pancasila, jadi pendidikan
karakter ini mengacu pada watak, tabiat,
budaya dan karakter bangsa harus
akhlak atau kepribadian seseorang yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
negara,
terbentuk
nilai
dari
demokrasi,
hasil
berbagai
kebajikan
diyakini
dan
internalisasi
(virtues)
suatu
dapat proses
Sekiranya diperlukan referensi
yang
banding
dapat
diacu
program
sebagai
pendidikan karakter yang diterapkan di
landasan untuk cara panadang, berpikir,
lingkungan sekolah North Carolina
bersikap, dan bertindak. Kebajikan
dengan mendasarkan pada delapan
terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
aspek: (1) Berani, (2) Pertimbangan
norma, seperti jujur, berani bertindak,
yang baik, (3) Integritas, (4) Keramah-
dapat dipercaya, dan hormat kepada
tamahan, (5) Ketangguhan, (6) Respek,
orang lain. Interaksi seseorang dengan
(7) Tanggung-jawab, dan (8) Disiplin
orang
karakter
diri (Mike et.al., 2002:15). Sementara
masyarakat dan karakter bangsa. Oleh
itu, Kementerian Pendidikan Nasional
karena itu, pengembangan karakter
merumuskan
bangsa hanya dapat dilakukan melalui
karakter: (1) Religius, (2) Jujur, (3)
pengembangan
Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras,
lain
digunakan
dalam
hanya
menumbuhkan
karakter
individu
(Hasan et.al., t.t.: 3).
delapan
belas
aspek
(6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis,
Akan tetapi, karena masyarakat
(9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat
hidup dalam lingkungan sosial dan
kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12)
budaya tertentu, maka pengembangan
Menghargai
karakter
Bersahabat/komunikatif,
individu
hanya
dapat
dilakukan dalam lingkungan sosial dan
prestasi, (14)
(13) Cinta
damai, (15) Gemar membaca, (16) 153
Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial,
bangsa dalam rangka interaksi antar-
dan (18) Tanggung-jawab. Sejumlah
budaya, antar-peradaban dan antar-
delapan belas aspek karakter tersebut
regional.
dimungkinkan untuk mengurangi atau menambahi, tetapi diharapkan lima
V. SIMPULAN
nilai berikut ini dikembangkan pada
Ideologi
Pancasila
secara
setiap sekolah: (1) Nyaman, (2) Jujur,
historis merupakan kekuatan pemersatu
(3)
(5)
yang cukup mantap sebagai common
Tangguh/kerjakeras (Hasan et.al., t.t.:
platform bagi negara-bangsa Indonesia.
9-10).
Keberadaan
Peduli,
(4)
Cerdas,
dan
Pada intinya, mendidik budaya dan
karakter
perlu
ditampilkan kembali sebagai wacana
adalah
publik yang terbuka bagi pemaknaan
mengembangkan nilai-nilai Pancasila
kontemporer sesuai dengan tuntutan
pada
perkembangan zaman. Oleh karena itu,
diri
bangsa
Pancasila
peserta
didik
melalui
pendidikan paripurna yang mencakup
pemaknaan
aspek hati, otak, dan fisik. Pendidikan
diperlukan dalam rangka penguatan
budaya
karakter
dan
karakter
bangsa
dimaksudkan untuk mengembangkan
pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai dalam
kehidupan
sebagai
anggota
dirinya
masyarakat
dan
warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Oleh karena itu, pembangunan karakter bangsa sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa depan. Ringkasnya, di era globalisasi ini mensyaratkan
penguatan
bangsa
dalam
Pancasila
rangka
menghadapi tantangan globalisasi.
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
tersebut
humanisme
karakter 154
Poespowardojo, Soerjanto, 1991, Filsafat Pancasila: Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya, Jakarta: Penerbit PT Gramedia kerjasama Lembaga Pengkajian Strategi dan Pembangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, 25 Maret 2008, ―Pancasila di Tengah Peradaban Dunia: Perspektif Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural‖ semula makalah Round Table Discussion pada Lemhanas. Dapat diakses pada WWW.SETNEG.GO.ID
Shen, Vincent, 2010. ―Globalization and Dialogue of Civilizations – Rethinking Confucian Philosophy‖ dalam Culture and Philosophy, A Journal for Phenomenological Inquiry, Washington D.C.: The Council for Research in Values and Philosophy.
Frye, Mike et.al. (Ed.), 2002, Character Education Informational Handbook and Guide, Raleigh: North Carolina Character Education Department of Public Instruction. Dapat diakses pada www.ncpublicschools.org
Sukarno, 1985. Pancasila dan Perdamaian Dunia, Sebuah Kumpulan Pidato, Jakarta: Inti Idayu Press – Yayasan Pendidikan Sukarno.
Gorman, Tom, 2009. The Complete Ideal’s Guide: Economics, Dialihbahasakan oleh Arif Rakhman, Jakarta: Prenada.
Suara Karya, 24 September 2009, ―Presiden Serukan Harmoni Antarperadaban Global‖. ―Pengembangan Ekonomi ASEAN Harus Pertimbangkan Stabilitas‖ dapat diakses pada http://www.presidensby.info
Hasan, Said Hamid et.al., t.t., Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional. Magnis-Suseno, Franz. ―Etika Bangsa Berbudaya di Abad ke-21: Keharusan Kalau Indonesia Mau Maju‖ makalah pada Seminar Nasional Membangun Karakter Bangsa melalui Pemantapan Kebudayaan Nasional dan Kesadaran Historis diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Semarang, 30 Mei 2012. Perry-Globa, Pamela, Peter Weeks, Victor Zeleski, David Yoshida and Jill Colyer, 2007. Perspectives on Globalization, Toronto: Oxford University Press.
155