Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
PEMAKNAAN AKUN – AKUN DALAM LAPORAN LABA RUGI MENURUT UKM DI SURABAYA
Rahel Valentine Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika
[email protected]
Yenny Sugiarti, S.E., M.AK., QIA. Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika
[email protected]
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pemaknaan akun oleh para wirausaha di bidang UKM dengan makna akun berdasarkan SAK ETAP. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengambilan data menggunaakan teknik interview, dan analisis dokumen. Penelitian ini menggunakan objek penelitian dua toko mainan yaitu Toko “Rizky Toys”, dan Toko “Anugerah”. Penelitian ini melihat bagaimana pemilik toko memaknai akun pendapatan, beban, laba / keuntungan sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan pemilik mengenai akun pendapatan, beban, laba / keuntungan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis pengakuan pendapatan dan beban dari kedua toko menunjukkan pemaknaan akun pendapatan pada kedua toko sudah terdapat kesesuaian dengan SAK ETAP. Pemaknaan beban oleh kedua toko masih belum sesuai dan masih terdapat perbedaan dengan SAK ETAP. Kemudian, dari hasil analisis pengakuan laba / keuntungan, Toko “Rizky Toys” dan Toko “Anugerah” dalam pengakuan keuntungannya masih terdapat perbedaan dengan SAK ETAP. Kata kunci: pemaknaan akun, pendapatan, beban, laba Abstract – The objective of this research is to look at the difference in the meaning of the account by the entrepreneurs in the field of SMEs with an account of meaning based SAK ETAP. This research used a qualitative approach and the data gathering is done through interview and document analysis. This research used the object of research in "Rizky Toys" Store, and “Anugerah" Store. The research looked at how to interpret the Store owners account revenues, expenses, profits in accordance with the understanding and knowledge of the account holder regarding revenues, expenses, profit. The findings of this research indicate that the results of the analysis of the recognition of revenues and expenses of the two stores showed meanings revenue account in both stores already contained conformance with SAK ETAP. Both the owner of the store interpret income
1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
as income received from the sale of goods. Meaning of expense by two stores are still not fit and there are differences with SAK ETAP. Then, from the results of the analysis of the recognition of income / profit, "Rizky Toys" Store and "Anugerah" Store in recognition of the benefits there are differences with SAK ETAP. Keywords: meaning accounts, income, expenses, profit PENDAHULUAN Kebutuhan akan akuntansi dalam dunia usaha membuat pemahaman akuntansi yang benar mutlak diperlukan bagi penyusun laporan keuangan. Seseorang yang ingin membentuk sebuah usaha atau sedang melakukan kegiatan usahanya juga perlu dibekali dengan pemahaman yang benar tentang akuntansi. Dengan belajar akuntansi maka nilai – nilai kewirausahaan akan tertanam dengan mempraktekan ilmu akuntansi yang berorientasi pada laba dan kemampuan mengelola keuangan. Kemampuan dalam mengelola keuangan yang baik terlihat dalam penyusunan laporan keuangan yang baik yang berperan penting dalam dunia usaha, guna mengetahui perkembangan keuangan perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Melalui sistem pencatatan dan pelaporan keuangan yang baik, pelaku usaha dapat memonitor kondisi dan daya tahan perusahaan dari krisis atau risiko kebangkrutan. Dengan melihat laporan keuangan, maka kita bisa tahu apakah perusahan dalam keadaan sehat, krisis atau sudah bisa dinyatakan bangkrut. Di balik sangat berperannya akuntansi dalam dunia bisnis, perlu juga dilihat di belakang berjalannya sebuah proses akuntansi, ada standar yang mengaturnya yaitu yang disebut SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Dibuatnya SAK (Standar Akuntansi Keuangan) inilah yang menjembatani pembuat dan pengguna laporan keuangan, sehingga dapat mencapai tujuannya dalam memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan investasi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam kedudukannya sebagai organisasi profesi sekaligus sebagai badan penyusun standar akuntansi keuangan melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI menyadari
2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
bahwa dalam perkembangan UKM, salah satu kendala utama yang dihadapi oleh UKM adalah terbatasnya sumber daya untuk menyusun laporan keuangannya berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Tidak tersedianya laporan keuangan ini menyebabkan terbatasnya akses UKM kepada pendanaan dari perbankan. IAI memiliki kewajiban untuk menyusun standar akuntansi keuangan yang sesuai dengan karakteristik UKM. (SAK ETAP, 2013, hal ix) Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) ini merupakan standar akuntansi keuangan yang diperuntukan untuk UKM. Penggunaan nama SAK ETAP, bukan SAK UKM, bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya. SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK umum; sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang umum dilakukan oleh UKM; bentuk pengaturan lebih sederhana dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan; dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun. (SAK ETAP, 2013, hal ix) Laporan keuangan menjadi salah satu komponen mutlak yang harus dimiliki oleh UKM jika mereka ingin mengembangkan usahanya. Laporan Keuangan bagi UKM penting untuk memperoleh kredit usaha dari kreditur untuk modal pengembangan usahanya karena dengan laporan keuangan pihak kreditor dapat melihat perkembangan kinerja usaha dan dapat memperkirakan kinerja usaha di masa yang akan datang. Oleh sebab itu pengusaha kecil dan menengah harus memiliki kebiasaan untuk menyusun laporan keuangan sebagai salah satu cara pengembangan usahanya. Dengan ditetapkannya SAK ETAP untuk mempermudah UKM dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya. Para pengusaha di bidang UKM dapat lebih mudah untuk menyusun laporan keuangan UKM guna menghasilkan laporan keuangan UKM yang lebih informatif dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi investor maupun kreditor untuk memberikan bantuan dana bagi para pengusaha UKM.
3
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Hal yang paling utama dalam proses akuntansi adalah kemampuan untuk mengklasifikasikan transaksi. Mengklasifikasikan transaksi atau disebut juga membuat jurnal. Ketika klasifikasi ini salah, maka seluruh laporan yang dihasilkan juga salah. Perlu pemahaman khusus dalam mengklasifikasikan transaksi. Penyusun laporan keuangan harus memahami betul penerapan standar akuntansi keuangan yang berlaku terhadap transaksi-transaksi bisnis di perusahaannya. Apabila terjadi kesalahan klasifikasi, maka akan menghasilkan informasi yang tidak tepat sehingga dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Tidak akuratnya informasi dalam laporan keuangan yang dihasilkan dapat berakibat buruk yang mengakibatkan tidak dapat digunakan untuk mengkomunikasikan infomasi keuangannya ke pihak luar. Sebagai contoh: Laporan keuangan RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkususmo) kacau. Opini disclaimer, merupakan status terendah dalam penilaian laporan keuangan. Opini disclaimer menunjukkan kacaunya pengelolaan laporan keuangan. Anwar juga gemas dengan opini disclaimer untuk Perjan RSCM karena sudah bertahun-tahun mendapatkan opini tersebut tanpa perubahan. BPK menyarankan kepada pemerintah untuk dapat memberikan perhatian khusus pada perbaikan sistem akuntansi Perjan RSCM. (Detikfinance, 2007) Laporan keuangan menjadi pertimbangan kreditor dalam menilai prospektivitas
UKM,
apakah
layak
untuk
mendapatkan
pinjaman
permodalan atau tidak. Ketidakmampuan UKM memenuhi prosedur pencairan kredit tersebut membuat UKM menjadi tidak bankable (tidak layak untuk memperoleh pinjaman dari bank). (Okezone, 2010) Kurangnya pemahaman akuntansi yang dimiliki oleh seorang wirausaha yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan akuntansi sangat memungkinkan menghasilkan laporan yang berbeda. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi karena perbedaan makna akun-akun dalam laporan yang disusun oleh wirausaha dengan latar belakang pendidikan non akuntansi. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan wirausaha dalam memaknai sebuah akun akan sangat berpengaruh pada
4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
laporan keuangan yang dihasilkan. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Sari (2010) menjelaskan bahwa ternyata makna akun tertentu dalam laporan keuangan dalam hal ini keuntungan, berbeda. Karena itu pengetahuan dan latar belakang pendidikan akuntansi penting untuk menentukan kualitas pelaporan yang dihasilkan. Perbedaan sudut pandang seorang wirausaha pada umumnya hanya berfokus pada profit yang akan didapat saja tidak peduli dengan makna perhitungan laba yang seharusnya, sedangkan akuntan sudah terbiasa untuk bekerja sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku Penelitian mengenai pemaknaan akun – akun dalam laporan laba rugi menurut wirausaha dengan latar belakang pendidikan yang berbeda beda masih jarang dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini ditekankan terhadap penyajian laporan laba rugi karena pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai kinerja perusahaan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas, dalam proses mengambil keputusan ekonomi, para pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Topik ini dipilih untuk mencermati dan mengetahui bagaimana seorang wirausaha yang tidak memiliki pengetahuan akuntansi dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap makna akun – akun dalam laporan laba rugi. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk explanatory research karena peneliti ingin menjelaskan bagaimana wirausaha yang tidak memiliki pengetahuan akuntansi dalam memaknai akun – akun dalam laporan laba rugi. Dengan mengetahui bagaimana seorang wirausaha dalam memaknai pendapatan, beban dan laba maka dapat diketahui bagaimana wirausaha tersebut dalam menghitung keuntungan usahanya sehingga diperoleh solusi yang tepat sehingga dapat menghasilkan kualitas informasi laporan keuangan yang terbaik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktik dalam hal pemaknaan akun – akun dalam laporan laba rugi sehingga dapat 5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
menghasilkan kualitas laporan keuangan yang terbaik yang dapat menjadi media komunikasi yang digunakan manajemen kepada pihak luar perusahaan. Fokus dalam penelitian ini adalah makna akun – akun dalam laporan laba rugi menurut wirausaha, sehingga masalah penelitian dapat dirumuskan main research question yang membahas pemaknaan akun – akun dalam komponen laporan laba rugi menurut UKM di Surabaya. Dalam menjawab main research question ini terdapat beberapa mini research question yang pertama adalah pencatatan pendapatan, beban dan keuntungan, serta maknanya bagi seorang wirausaha dengan metode pengumpulan data yang dilakukan berupa interview tujuaannya untuk mengetahui pemaknaan pendapatan, beban, dan keuntungan yang dilakukan oleh seorang wirausaha. Pada mini research question kedua ini membahas perbedaan pemaknaan akun dalam laporan laba rugi berdasarkan SAK ETAP dengan wirausaha atau pemilik toko dengan metode pengumpulan data yang dilakukan berupa interview dan analisis dokumen tujuannya menemukan kemungkinan perbedaan pemaknaan akun dalam laporan laba rugi oleh wirausaha dengan SAK ETAP. Pada mini research question ketiga ini membahas dampak perbedaan pemaknaan tersebut bagi pelaporan laba rugi yang ditampilkan berdasarkan SAK ETAP dan menurut wirausaha dan metode pengumpulan data yang dilakukan dari hasil analisis dari mini RQ 1 dan mini RQ 2 tujuannya untuk menemukan dampak yang akan terjadi apabila terjadi perbedaan pemaknaan yang dilakukan oleh wirausaha dibandingkan dengan SAK ETAP. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pengakuan Laba Menurut SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.38 “Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.”
6
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Sedangkan pemilik toko memaknai laba atau keuntungannya berbeda yaitu Pemilik Toko “Rizky Toys” belum mengakui semua beban untuk menghitung keuntungannya. Pemilik tidak mengakui beban penyusutan karena pemilik tidak memperhitungkan beban penyusutan aset tetapnya. Toko “Rizky Toys” juga tidak memisahkan perhitungan keuntungan dengan toko cabangnya. Pemilik menggabungkan keuntungan menjadi satu dengan cabangnya dengan alasan pemilik beranggapan bahwa lokasi toko cabangnya berdekatan dan yang menjaga adalah anaknya sendiri sehingga supaya pemilik tidak repot maka pemilik menggabungkan perhitungan pendapatan, beban dan keuntungan tokonya dengan cabangnya menjadi satu. Toko “Anugerah”, pemilik menghitung keuntungannya berasal dari harga jual dikurangi harga beli barang dan beban serta pengeluaran yang digunakan pemilik sebagai prive yaitu untuk makan, belanja, untuk kepentingan pribadi pemilik. Pemilik beranggapan bahwa pendapatan yang diperoleh pemilik dari hasil penjualan barang dagangan dapat digunakan pemilik untuk keperluan sehari - hari juga untuk keperluan mendadak. Pemilik juga belum mengakui semua bebannya seperti beban penyusutan dari aset tetapnya. Pemilik Toko “Anugerah” juga mengakui bahwa tidak menghitung biaya
transportasi
yang
dikeluarkan
untuk
mendapatkan
barang
dagangannya dikarenakan pemilik merasa kesulitan menghitung berapa bensin yang dipakai karena pemilik juga menggunakan transportasi tersebut tidak hanya untuk keperluan membeli barang dagangan saja sehingga sangat sulit untuk menelusuri berapa bagian dari biaya transport yang harus diakui beban pembelian barang dagangan. Analisis Pengakuan Pendapatan Berdasarkan SAK ETAP Bab 20 Paragraf 20.1 bagian a menyatakan bahwa pendapatan yang muncul sebagai akibat dari transaksi atau kejadian penjualan barang baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau dibeli untuk dijual kembali. Pemilik Toko 7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
“Rizky Toys” memaknai pendapatan yaitu penghasilan yang didapat dari penjualan barang setiap hari. Pemilik mengakui dan mencatat pendapatan dari penjualan setiap jenis barang yang berhasil terjual setiap hari karena jika tidak dilakukan setiap hari kemungkinan pemilik bisa lupa untuk mencatat penjualan barang dagangannya dan untuk menghitung jumlah pendapatan yang diterima setiap harinya oleh Toko “Rizky Toys”. Tidak ada laporan perbulan ataupun pertahun karena pemilik Toko “Rizky Toys” setiap bulannya hanya cukup mengetahui besar keuntungan yang diperoleh setiap bulan karena
pemilik berpikir bahwa dengan menghitung
keuntungannya otomatis juga akan mengetahui besar pendapatan yang diperoleh pada bulan tersebut. Pengakuan pendapatan pada Toko “Rizky Toys” berasal dari penjualan berbagai jenis mainan secara ecer. Pada Toko “Rizky Toys” pembeli hanya dapat melakukan pembelian secara tunai, pemilik tidak melayani pembelian secara kredit. Toko “Rizky Toys” juga mengakui pendapatan lainnya yaitu berasal dari cabangnya. Pemilik mengakui pendapatannya yang berasal dari Toko “Rizky Toys” sendiri dan cabang yang dimiliki oleh “Rizky Toys” pendapatannya akan digabung menjadi satu tidak dipisahkan satu dengan yang lainnya. Barang yang dijual di Toko “Rizky Toys” ini berasal dari pembelian barang dagangan yaitu mainan anak – anak oleh pemilik kepada pemasok. Misalnya jika ada penjualan secara kredit maka pemilik Toko “Rizky Toys” hanya mencatat pada buku pencatatan penjualan barang dagangan tetapi pemilik Toko “Rizky Toys” belum mengakui sebagai pendapatan yang diterima karena pemilik Toko “Rizky Toys” beranggapan bahwa barang dagangan tersebut masih
memiliki peluang untuk
dikembalikan oleh pembeli pada Toko “Rizky Toys”. Selain itu, pemilik juga beranggapan bahwa jika belum menerima uang pembayaran dari pembeli maka pemilik belum mengakui adanya pendapatan dari penjualan barang tersebut. Pemilik Toko “Anugerah” mengakui pendapatannya berasal dari penjualan secara tunai berbagai jenis mainan yang berhasil dijual di
8
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
tokonya. Sama halnya dengan Toko “Rizky Toys” memaknai pendapatan yaitu penghasilan yang didapat dari penjualan barang setiap hari karena jika tidak dilakukan setiap hari kemungkinan pemilik lupa untuk mencatat penjualan barang dagangannya dan untuk menghitung jumlah pendapatan yang diterima setiap harinya. Tidak ada laporan yang dibuat per bulan atau per tahun karena pemilik setiap bulannya langsung menghitung keuntungan yang diperolehnya. Pemilik beranggapan penting untuk menghitung keuntungan perbulan karena pemilik ingin mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dengan harapan keuntungan yang diperoleh semakin meningkat tiap bulannya. Jika ada penjualan kredit maka pemilik Toko “Anugerah” hanya mencatat pada buku pencatatan penjualan tetapi pemilik Toko “Anugerah” belum mengakui sebagai pendapatan karena pemilik Toko “Anugerah” beranggapan bahwa belum ada uang yang diterima dari pembeli sehingga pemilik belum mengakui penjualan barang dagangan yang belum dibayar oleh pembeli sebagai pendapatan. Menurut SAK ETAP Bab 20 paragraf 20.3, 2013 Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar atas pembayaran yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan potongan volume. Pendapatan yang diukur oleh Toko “Rizky Toys” dan Toko “Anugerah” merupakan pendapatan yang diterima dari hasil penjualan berdasarkan harga kesepakatan antara pembeli dan penjual. Harga jual barang tersebut sudah dipotong diskon penjualannya sehingga pemilik langsung mencatat pendapatannya dari penjualan barang tersebut sebesar yang dibayarkan pembeli kepada pemilik. Pemilik tidak menetapkan harga tetap pada barang yang dijual. Pemilik hanya memiliki patokan khusus seberapa besar keuntungan yang ingin diperoleh oleh pemilik dari hasil penjualan barang tersebut. Pada Toko “Rizky Toys” dan Toko “Anugerah” dalam pengukuran pendapatannya sudah sesuai tetapi dalam penyajiannya tidak sesuai. Kedua toko tersebut sudah mengukur pendapatannya sudah benar namun dalam
9
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
penyajiannya tidak sesuai dengan SAK ETAP Bab 20 paragraf 20.3. Dalam PSAK No. 23 Paragraf 9 dijelaskan lebih jelas mengenai pengukuran pendapatan yang diukur berdasarkan nilai wajar yang tetap harus dipotong dengan diskon penjualan. Kemudian berdasarkan SAK ETAP Bab 20 paragraf 20.4, Entitas harus memasukan dalam pendapatan manfaat ekonomi yang diterima atau masih harus diterima secara bruto. Entitas harus mengeluarkan dari pendapatan sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak pertambahan nilai. Toko “Rizky Toys” tidak melakukan pembayaran pajak apapun dalam usahanya. Sedangkan pada Toko “Anugerah”, pemilik hanya melakukan pembayaran pajak atas penghasilan. Toko “Anugerah” tidak melakukan pembayaran apapun selain pajak atas penghasilan. Pada kedua toko sama – sama tidak terdapat pajak penjualan, pajak atas barang dan jasa, dan pajak pertambahan nilai maka tingkat kesesuaian dengan SAK ETAP Bab 20 paragraf 20.4 tidak bisa terukur dan teranalisis dari kedua toko ini. Analisis Pengakuan beban Menurut SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.20 bagian b, Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada penanam modal. Pemilik Toko “Rizky Toys” mengklasifikasikan biaya – biaya yang dikeluarkan merupakan beban yang harus dibayarkan. Pemilik memaknai beban sebagai sesuatu yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu manfaat. Namun pengakuan beban oleh Toko “Rizky Toys” masih belum semua yang diakui oleh pemilik, salah satunya adalah beban penyusutan. Pemilik tidak mengakui dan menghitung beban penyusutan aset tetapnya. Alasan pemilik tidak mengakui dan menghitung beban penyusutan aset tetapnya karena pemilik berpikir bahwa aset tetap tersebut juga digunakan pemilik untuk kehidupannya sehari-hari. Contoh motor yang dimiliki oleh pemilik dipakai untuk mengantar sekolah anak, dipakai untuk
10
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
belanja kehidupan sehari-hari, dan beberapa hari sekali digunakan untuk kulakan barang dagangan sehingga biaya penyusutan motor menurut pemilik tidak perlu dicatat sebagai beban yang harus dikeluarkan. Tempat usaha yang dimiliki oleh pemilik tidak disusutkan karena pemilik merasa tempat tersebut bukan miliknya tetapi tempat saudaranya, oleh karena itu pemilik merasa tidak perlu disusutkan. Oleh karena itu jika dibandingkan dengan SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.20 bagian b, maka Toko “Rizky Toys” masih terdapat perbedaan dengan SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.20 bagian b. Sedangkan pada Toko “Anugerah”, pemilik mengatakan bahwa barang rusak menjadi barang yang tidak laku dijual itu merupakan beban. Perlakuan
pada
barang
yang
rusak,
pemilik
Toko
“Anugerah”
menyediakan teknisi khusus untuk memperbaiki barang yang rusak tersebut dan memiliki adanya beban gaji pada teknisi yang melakukan perbaikan pada barang tersebut, jika sebelumnya pemilik sudah ada perjanjian dengan distributor maka pemilik bisa mengembalikan dan menukar barang tersebut pada distributornya. Apabila barang yang rusak tersebut tidak bisa dikembalikan dan diperbaiki oleh teknisi, maka pemilik mengakui adanya beban atas barang yang rusak tersebut karena barang rusak tersebut tidak laku dijual lagi. Namun pemilik masih belum mengakui semua bebannya, salah satunya adalah beban penyusutan. Pemilik tidak mengakui dan menghitung beban penyusutan aset tetapnya karena aset tetap tersebut digunakan pemilik untuk kepentingan kehidupan sehari-hari. Contoh mobil dipakai untuk mengantar sekolah anak, dipakai untuk belanja kehidupan sehari-hari, dan seminggu sekali digunakan untuk kulakan barang dagangan sehingga biaya penyusutan mobil menurut pemilik tidak perlu dicatat sebagai beban yang harus dikeluarkan. Tempat usaha yang dimiliki oleh pemilik tidak disusutkan karena pemilik merasa tempat tersebut milik sendiri dan tidak perlu disusutkan. Hal tersebut berbeda dengan konsep business entity concept, dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan berbeda atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hal ini termasuk bahwa
11
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
transaksi-transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara keseluruhannya agar terpisah dari urusan pribadi dari seorang pemiliknya. Oleh karena itu jika dibandingkan dengan SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.20 bagian b, maka makna beban menurut Toko ”Anugerah” berbeda dengan SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.20 bagian b. Menurut SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.23 bagian a “Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa meliputi, misalnya beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara kas, persediaan, dan aset tetap.” SAK ETAP Bab 5 paragraf 5.6 bagian a Analisis menggunakan sifat beban, berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan), dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas. Pada Toko “Rizky Toys”, pemilik mengakui beban pokok penjualan berasal dari semua biaya – biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang dagangan untuk dijual kembali seperti biaya transportasi. Kemudian pemilik tidak mengakui beban gaji / imbalan kerja karena pada Toko “Rizky Toys” tidak memiliki pegawai. Seluruh penjualan di Toko “Rizky Toys” ditangani sendiri oleh pemilik dan anaknya. Toko cabang “Rizky Toys” juga digabung dengan Toko baju yang pemiliknya merupakan saudara dari Toko “Rizky Toys” oleh karena itu Toko “Rizky Toys” tidak perlu melakukan pembiayaan pada beban listrik, beban sewa atau sewa operasinya. Toko Rizky Toys tidak mempunyai pengalokasian beban listrik, beban sewa atau sewa operasinya karena beban listrik, beban sewa atau sewa operasinya ditanggung oleh saudara dari pemilik. Pemilik tidak mengakui beban penyusutan dikarenakan pemilik merasa tidak perlu melakukan perhitungan beban penyusutan. Dapat disimpulkan bahwa pemilik hanya mengakui beban pokok penjualan, iuran kampung yang diakui sebagai beban retribusi kebersihan dan beban keamanan yang dibayarkan kepada RT dan RW setempat.
12
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Pada Toko “Anugerah” Beban – beban yang harus ditanggung oleh pemilik antara lain beban listrik, telp; beban restibusi; beban keamanan; beban gaji. Pemilik juga membayar pajak tiap tahunnya. Toko “Anugerah” tidak melakukan perhitungan penyusutan aset tetap yang dimilikinya, dan biaya transportasi. Pemilik tidak memasukkan biaya transportasi ke dalam beban pokok penjualan. Pemilik hanya mengakui beban pokok penjualan dari harga beli barang tersebut saja. Hal ini tidak sesuai dengan pengertian dari beban pokok penjualan yaitu semua biaya yang dikeluarkan sampai barang tersebut dijual. Kedua pemilik toko sama – sama belum melakukan perhitungan beban penyusutan pada aset tetapnya. Hal tersebut berbeda dengan SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.23 bagian a dan SAK ETAP Bab 5 Paragraf 5.6 Bagian a. Pemilik Toko “Anugerah” juga tidak melakukan perhitungan biaya transportasi dikarenakan pemilik kesulitan menghitung berapa bensin yang digunakan untuk keperluan toko saja. Karena transportasi yang digunakan tidak hanya digunakan untuk kepentingan toko saja melainkan juga untuk keperluan pribadi. Contoh mobil digunakan untuk mengantar sekolah anak, belanja untuk kehidupan sehari-hari, dan pada waktu tertentu untuk kulakan barang dagangan. Alokasi biaya bensin yang dikeluarkan oleh pemilik Toko “Anugerah” untuk keperluan toko saja, tidak mudah dilakukan oleh pemilik. Pemilik beranggapan bahwa biaya bensin yang harus dikeluarkan tersebut menjadi tidak penting untuk dihitung oleh pemilik sebagai beban transportasi. Pengakuan beban pada Toko “Rizky Toys” ini diakui pada saat kas dikeluarkan. Pemilik merasa dengan mencatat beban saat adanya kas yang dikeluarkan untuk membayar beban tersebut maka pemilik dapat lebih mudah mengetahui besar pengeluaran yang dikeluarkan pada bulan atau pada hari tersebut contohnya kas keluar untuk pembiayaan beban retribusi kebersihan, beban keamanan yaitu iuran kampung dibayar pada waktu ditagih sehingga menggunakan cash basis. Pengakuan beban oleh Toko
13
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
“Rizky Toys” ini belum sesuai dengan SAK ETAP paragraf 2.33. Entitas harus menyusun laporan keungan, kecuali laporan arus kas, dengan menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut. Pengakuan beban pada Toko “Anugerah” ini diakui pada saat kas dikeluarkan untuk pembiayaan beban retribusi kebersihan, beban keamanan yang dibayar pada waktu ditagih sehingga menggunakan cash basis. Contoh lain pengeluaran kas untuk membayar beban utilitas yaitu listrik dan telepon, listrik dan telepon yang dibayakan pada bulan ini merupakan listrik dan telepon dari manfaat bulan lalu tetapi toko anugerah mengakui bahwa listrik dan telepon tersebut merupakan beban pada bulan ini bukan beban untuk bulan lalu. Hal ini juga terdapat perbedaan dengan SAK ETAP paragraf 2.33. Dampak Perbedaan Pemaknaan Bagi Pelaporan Laporan Laba Rugi Perbedaan pemaknaan dan pengakuan dari pendapatan, beban, dan laba / keuntungan tersebut memiliki dampak terhadap pencatatan keuangan khususnya laporan laba rugi dimana laporan tersebut merupakan dasar penting untuk mengetahui kinerja keuangan sebuah usaha yang mencakup pendapatan dan beban. Pengakuan beban oleh kedua pemilik toko juga belum sesuai dengan SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.20, SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.23 bagian a, SAK ETAP Bab 5 Paragraf 5.6 Bagian a, SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.33. Dampak perbedaan pemaknaan dan pengakuan dalam laporan laba rugi yaitu laporan laba rugi tersebut tidak dapat menunjukkan jumlah pendapatan, beban, dan keuntungan dengan benar. Pengakuan pendapatan dan beban yang berbeda dan tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku yaitu SAK ETAP oleh kedua pemilik toko mengakibatkan perhitungan laba bersih yang dihasilkan menjadi berbeda. 14
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Pengakuan beban pada Toko “Rizky Toys”, Toko “Anugerah” menggunakan cash basis. Menurut SAK ETAP Bab 2 Paragraf 2.33 mengharuskan entitas menyusun laporan keuangan kecuali laporan arus kas menggunakan dasar akrual dalam pengakuan akun – akun di dalamnya. Pengakuan beban menggunakan cash basis oleh kedua toko tersebut bertentangan dengan prinsip matching. Misalnya pemilik mengakui beban iuran kebersihan dan keamanan pada awal bulan dengan menggunakan cash basis yaitu mengakui adanya beban saat beban tersebut dibayarkan dan pemilik ingin membayar juga untuk bulan selanjutnya pengakuan beban tersebut menjadi lebih besar pada bulan tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh pada bulan ini menjadi lebih sedikit, sedangkan keuntungan yang diperoleh bulan selanjutnya menjadi lebih besar. Pemilik Toko “Anugerah” juga mengakui bahwa tidak menghitung biaya
transportasi
yang
dikeluarkan
untuk
mendapatkan
barang
dagangannya dikarenakan pemilik merasa kesulitan menghitung berapa bensin yang dipakai karena pemilik juga menggunakan transportasi tersebut tidak hanya untuk keperluan membeli barang dagangan saja sehingga sangat sulit untuk menelusuri berapa bagian dari biaya transport yang harus diakui beban pembelian barang dagangan. Pemilik Toko “Anugerah” tidak mengakui dan menghitung beban penyusutan aset tetapnya karena aset tetap tersebut digunakan pemilik untuk kepentingan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut berbeda dengan konsep business entity concept, dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan berbeda atau secara hukum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hal ini termasuk bahwa transaksi-transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara keseluruhannya agar terpisah dari urusan pribadi dari seorang pemiliknya. Tidak adanya pencatatan pendapatan perbulan ataupun pertahun yang dibuat oleh pemilik Toko “Rizky Toys” dan Toko “Anugerah”. Para pemilik toko merasa belum perlu melakukan pencatatan biaya dengan 15
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
periodisasi secara konsisten. Pemilik juga merasa tidak perlu untuk memantau akun atau pencatatan dengan keterangan yang jelas untuk periode bisnis yang ditunjukan untuk mengetahui hasil operasi bisnis dan disajikan posisi keuangan untuk periode tersebut. Pemberian diskon penjualan yang belum tercatat oleh Toko “Rizky Toys” dan Toko “Anugerah”. Jumlah diskon yang diberikan menjadi tidak jelas mengakibatkan pemilik tidak dapat mengetahui seberapa banyak pemilik
telah
memberikan
diskon
kepada
pembeli.
Hal
tersebut
mengakibatkan laba / keuntungan yang diperoleh bisa saja menjadi lebih sedikit. Akibat perbedaan pemaknaan pendapatan, beban dan keuntungan ini maka penyajian laporan laba rugi ini tidak dapat memberikan informasi yang berguna untuk mengetahui kemajuan sebenarnya yang telah dicapai oleh sebuah usaha dan belum dapat diketahui secara pasti berapakah hasil bersih atau keuntungan yang didapat dalam suatu periode. Menurut Djanegara (2005) dalam Arsani dan Putra (2013), keakuratan suatu laporan keuangan dapat diperoleh dari penerapan besarnya pendapatan. Jumlah pendapatan sesungguhnya pada periode yang bersangkutan dan bagaimana perlakuan akuntansinya. Oleh karena itu pengakuan pendapatan pada periode yang bersangkutan sangatlah penting untuk kewajaran laporan keuangan. KESIMPULAN Pemilik Toko dalam membuat pencatatan keuangannya sesuai dengan pemahaman dari pemilik. Format pencatatan keuangannya masih terdapat perbedaan dan masih belum sesuai dengan format laporan laba rugi yang telah ditentukan pada SAK ETAP. Perbedaan pemaknaan pendapatan, beban dan keuntungan antara SAK ETAP dengan makna akun oleh wirausaha atau pemilik toko yang tidak memiliki pengetahuan akuntansi ini dikarenakan kedua pemilik toko
16
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
tersebut memiliki pemahaman tersendiri tentang makna pendapatan, beban, dan keuntungan. Dampak perbedaan pemaknaan dan pelaporan laba rugi bagi pelaporan laba rugi adalah pencatatan keuangan yang dilakukan oleh Toko “Rizky Toys”, Toko “Anugerah” masih belum menghasilkan informasi yang tepat bagi pengguna laporan keuangan karena kedua toko dalam pengakuan pendapatan, beban dan keuntungan masih terdapat perbedaan dengan SAK ETAP. DAFTAR PUSTAKA Andriani. L., A.T. Atmadja dan N.K. Sinarwati. 2014. Analisis Penerapan Pencatatan Keuangan Berbasis SAK ETAP Pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) (Sebuah Studi Intrepetatif Pada Peggy Salon). E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal Akuntansi Program S1 (Vol:2 No:1 Tahun 2014) Azhar, M.K.S. 2011. Pengaruh Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Publik Terhadap Opini Auditor Tahun 2007. Jurnal Keuangan dan Bisnis Volume 3 No. 3, November 2011 Bapepam. 2000. “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan”. http://www.bapepam.go.id/old/hukum/peraturan/emiten/VIII.G7.P DF Daniel, W. 2007. Laporan Keuangan RSCM Kacau. http://finance.detik.com/read/2007/10/10/103434/840172/4/laporan -keuangan-rscm-kacau Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Donald. E., Kieso, Jerry. J., Weygandt and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting IFRS Edition, volume 1. John Wiley & Sons Inc. Efferin, S., S.H. Darmadji dan Y. Tan. 2008. Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu: Yogyakarta Fransisca, C.W. 2014. Pengaruh Pengetahuan Akuntansi dan Kualitas Informasi Akuntansi Terhadap Pemanfaatan Laporan Keuangan. Jurnal Frisdiantara,C., E.A. Troena, A. Thoyib, Suhardjono. 2012. Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Kompetensi
17
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.4 No.1 (2015)
Manajerial: Studi Pada Sarjana Akuntansi Di Jakarta, Surabaya, dan Malang. Jurnal Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia. 2013, Standar Akuntansi Keuangan: Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, Jakarta: DSAK-IAI. Rodhiyah. 2012. Kajian Tentang Akuntabilitas Usaha Kecil Menengah Melalui Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada UKM Konveksi Di Semarang) Sari, D.P. 2010. Tafsir “Keuntungan” bagi Profesi Dokter dengan Pendekatan Hermeneutika Intensionalisme. Simposium Nasional Akuntansi XIII Puwokerto 2010 Winarko. G., 2014. Pentingnya Laporan Keuangan bagi Klub Sepak Bola. http://olahraga.kompasiana.com/bola/2014/02/20/pentingnyalaporan-keuangan-bagi-klub-sepakbola-636539.html Zuharity. M., 2010. Mengatasi Hambatan Finansial UKM. http://news.okezone.com/read/2010/07/12/367/351883/mengatasihambatan-finansial-ukm
18