Halaman 112 Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing
❏ Khairina Nasution
PEMAJEMUKAN DALAM BAHASA MANDAILING Khairina Nasution Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Abstract This research is aimed to describe compound in bahasa Mandailing. The data gained from oral language by adopting interview method and analyzed with distributional method with interruption and expansion techniques. The analysis results show that there are found base compound, affixed compound, and reduplication compound. These three kinds of compounds can function as a subject, a predicate, and an object. And the meanings raised from this compounds are ‘number’, ‘repetitive’, ‘similarity’, ‘transitive’, ‘benefactive’, ‘intensity’, and ‘causative’. Key words: compound, function, meaning
1. PENDAHULUAN Salah satu cara untuk memperkaya budaya nasional adalah dengan cara melestarikan bahasabahasa daerah (Halim 1983) dan salah satu di antara bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa Mandailing (selanjutnya disebut BM). Penelitian BM masih sedikit dilakukan bila dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya. Penelitian tentang kata majemuk pernah dilakukan oleh Lubis (1978) dan Daulay (1993). Namun, kata majemuk yang dibahas dalam kedua penelitian itu hanya terbatas pada distribusi kata majemuk saja dan belum membahas perilaku semantis dan sintaksis masing-masing dalam berbagai konstruksi. Tulisan ini membicarakan pemajemukan yang terdapat di dalam BM yang meliputi wujud pemajemukan, kelas kata yang menjadi kata majemuk, fungsi dan maknanya. Data bersumber dari bahasa lisan yang dijaring dari empat desa, yaitu Panyabungan, Kotanopan, Siabu, dan Batang Natal dengan menggunakan metode simak dan cakap yang didukung dengan teknik sadap, pancing, dan catat. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode agih dengan teknik sisip dan perluas (Mahsun 2005).
2. ANCANGAN TEORETIS Pemajemukan merupakan salah satu bagian konstruksi morfologis. Samsuri (1987) mengatakan bahwa konstruksi morfologis merupakan bentukan dari kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain. Tiap bahasa mempunyai ciri-ciri struktur pemajemukannya sendiri. Misalnya, dalam bahasa Inggris, tekanan digunakan sebagai ciri-ciri struktur pemajemukannya. Bentuk dancing girl
‘penari’ yang tekanannya pada kata kedua adalah kata majemuk, sedangkan dancing girl ‘anak perempuan yang sedang menari’ yang mendapat tekanan pada kata pertama adalah frase. Di dalam bahasa Indonesia ciri struktur pemajemukannya dapat dilihat pada unsur sisipan yang dapat dilekatkan di antara dua konstruksi tersebut. Misalnya, pada konstruksi sabun mandi dan orang mandi. Pada konstruksi pertama tidak dapat disisipkan morfem lain menjadi *sabun yang mandi karena merupakan kata majemuk, sedangkan pada konstruksi kedua dapat disisipkan morfem lain menjadi orang yang mandi karena merupakan frase. Istilah kata majemuk beragam. Fokker (1960), misalnya, lebih menyukai istilah kelompok kata daripada istilah majemuk karena kelompok kata dan kata majemuk tidak dapat dibeda-bedakan dengan tajam. Walaupun Fokker ragu dengan istilah ini, ia mengakui adanya kata majemuk. Bloomfield (1995) menyebut kata majemuk sebagai dua bentuk bebas di antara konstituenkonstituen langsungnya. Dengan dasar seperti ini bahasa-bahasa biasanya membedakan kata majemuk dengan frase. Misalnya, wild animalhouse tidak terdiri dari tiga unsur wild, animal dan house, tetapi terdiri dari wild animal (frase) dan house. Lyons (1977) dan Kridalaksana (1989) menyebutnya dengan komposisi (composition). Verhaar (1999) menyebut kata majemuk dengan komposisi atau pemajemukan. Kata majemuk merupakan proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar (atau pradasar) menjadi satu kata. Ramlan (1985) lebih menyukai istilah persenyawaan. Dikatakan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat proses pemajemukan berupa gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru, misalnya, rumah sakit dan kepala batu. Ia
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
Halaman 113 ❏ Khairina Nasution
juga mengakui gabungan dua kata atau lebih dapat membentuk frase yang predikatif dan dapat pula membentuk frase endosentrik yang atributif. Akan tetapi, pada kata majemuk gabungan yang terdiri atas dua kata atau lebih itu tidak berfungsi membentuk kedua hal tersebut di atas, tetapi membentuk kata yang utuh. Tidak menjadi persoalan apakah hal itu bersifat eksosentris atau endosentris. Selanjutnya, ia mengemukakan ciriciri kata majemuk adalah (1) salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata, misalnya, pasukan tempur, lomba lari, (2) unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah, misalnya, mata gelap, orang besar. Menurut Badudu (1978) dasar penilaian terpenting untuk membedakan majemuk dan frase terletak pada konsep satu pengertian. Konstruksi ini tidak lagi menonjolkan makna apa komponennya, tetapi menonjolkan makna yang ditimbulkan oleh gabungan komponen itu sekaligus. Adapun pegangannya adalah bahwa antara komponen-komponen kata majemuk itu tidak dapat disisipkan unsur lain sebab hal ini akan memecahkan sifat pemajemukan. Jadi menurutnya, orang tua merupakan kata majemuk, sedangkan orang yang tua merupakan frase. Keraf (1978) mengatakan bahwa kata majemuk mula-mula berbentuk sebagai urutan kata yang bersifat sintaksis, dengan arti yang sepenuh-penuhnya sebagai satu kata dengan arti baru yang didukung bersama serta frekuensi pemakaiannya tinggi. Apabila dibandingkan pendapat-pendapat para ahli di atas tampak deskripsi pemajemukan itu banyak persamaannya. Perbedaan terletak pada penggunaan istilah saja. Berkaitan dengan hal di atas, dalam BM terdapat kata majemuk yang dapat dikenal melalui ciri-cirinya. Ciri yang dipakai untuk menganalisis pemajemukan ini adalah ciri prakatagorial, ciri morfologis, dan ciri sintaksis. Misalnya: 1.
Menek perper do ia nian,tai bisa ia manaek arambir i. kecil mungil lah ia sangat, tetapi bisa ia memanjat pohon kelapa itu ‘Ia kecil mungil, tetapi bisa memanjat pohon kelapa’.
Bentuk perper merupakan morfem unik dan tidak dapat berdiri sendiri serta belum mempunyai arti, tetapi jika ia digabungkan dengan kata menek ‘kecil’, maka ia berarti ‘kecil mungil’. 2. 3.
/paηincop daro/ pengisap darah ‘plasik’ /matipul marsarakan/ patah berserakan ‘patah berantakan’
Kata panincop (b) terdiri dari prefiks /paN-/ dan bentuk dasar /incop/ dan /daro/ pada kata kedua merupakan kata benda, sedangkan matipul (c) merupakan gabungan prefiks /ma-/ dan
Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing
bentuk dasar /tipul/ dan marsarakan merupakan gabungan /mar-an/ dengan bentuk dasar /sarak/. 4.
Orja i dibaen di bagas godang. pesta itu diadakan di rumah besar ‘Pesta itu diadakan di rumah adat’.
Bentuk /bagas godaη/ merupakan kata majemuk karena di antara kedua kata tersebut tidak dapat disisipi kata yang lain seperti */bagas na godan i jeges/ ‘rumah yang besar itu cantik’ (frase).
3.
WUJUD PEMAJEMUKAN
3.1 Kata Majemuk Dasar 3.1.1 Kata Benda Dasar sebagai Komponen Pertama Kata benda dasar sebagai komponen pertama dapat digabungkan dengan KB, KK, KS, dan Kbil sebagai komponen kedua. 1) KB + KB
KM
5.
/kotu? baju/ buah baju ‘kancing baju ‘ 6. /porkis api/ semut api ‘semut api’ 7. /harta pusako/ harta pusaka ‘harta pusaka ‘ 8. /aek mual/ air keluar ‘mata air ‘
Gabungan kata benda dengan kata benda di atas membentuk kata majemuk kata benda. 2) KB + KK
KM
9.
/tukaη arut/ tukang kusuk ‘tukang kusuk’ 10. /amak sumbayaη/ tikar sembahyang ‘sajadah‘ 11. /indan caok/ nasi goreng ‘nasi goreng’ 12. /anak dapot/ anak dapatan ‘anak tiri‘
Gabungan kata benda dengan kata kerja di atas membentuk kata majemuk kata benda. 3) KB + KS
KM
13. /lasiak lamot/ cabe pedas ‘cabe rawit’ 14. /horja godaη/ kerja besar ‘pesta besar ‘ 15. /miyak manis/ minyak manis ‘minyak goreng ’ 16. /gaduη jarar/ ubi jalar ‘ubi rambat ‘
Gabungan kata benda dengan kata sifat di atas membentuk kata majemuk kata benda. 4) KB + Kbil 17. 18.
KM
/halai sude/ mereka semua ‘mereka semua’ /simpaη opat/ simpang empat ‘simpang empat ’
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
Halaman 114 Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing
❏ Khairina Nasution
Gabungan kata benda dengan kata bilangan di atas membentuk kata majemuk kata benda. 3.1.2 Kata Kerja Dasar sebagai Komponen Pertama Kata majemuk yang terdiri dari kata kerja dasar sebagai komponen pertama dapat bergabung dengan KK, KS, KB, dan Kbil sebagai komponen kedua. 1) KK + KK
KM
19.
/manaek mijur/ naik turun ‘naik turun ’ 20. /jonjoη juguk/ berdiri duduk ‘duduk tegak’ 21. /maηan modom/ makan tidur ‘makan tidur’ 22. /undu? oηa?/ tunduk tengadah ‘tunduk tengadah‘
Gabungan kata kerja dengan kata kerja dalam kalimat di atas membentuk kata majemuk kata kerja. 2)
KK + KS 23. 24. 25. 26.
KM
/pudun mate/ simpul mati ‘simpul mati‘ /modom sinok/ tidur nyenyak ‘tidur nyenyak‘ /mate jogal/ mati tegang ‘mati tegang ‘ /karejo koras/ kerja keras ‘kerja keras‘
Gabungan kata kerja dengan kata sifat dapat membentuk kata majemuk kata sifat. 3)
KK + KB
1)
4)
KK + Kbil
Gabungan kata sifat dengan kata sifat dapat membentuk kata majemuk kata sifat dan kata keterangan. 2)
KM
Gabungan kata kerja dengan kata bilangan dapat membentuk kata majemuk kata kerja dan kata sifat. 3.1.3. Kata Sifat sebagai Komponen Pertama Kata sifat sebagai komponen pertama dapat digabungkan dengan KS sebagai komponen pertama dapat digabungkan dengan KS dan KB sebagai komponen kedua.
KS+ KB
KM
37. /narata lumut/ hijau lumut ‘hijau muda’ 38. /narara sibuk/ merah langsat ‘kuning langsat ‘ 39. /narara siak/ merah cabe ‘merah darah‘ 40. /toraη bulan/ terang bulan ‘terang bulan‘
Gabungan kata sifat dan kata benda dapat membentuk kata majemuk kata keadaan dan kata sifat. 3.1.4.
Kata Bilangan sebagai Komponen Pertama Kata majemuk pada pola ini terdiri dari kata bilangan sebagai komponen utama dan kata benda serta morfem unik sebagai komponen kedua. 1)
Kbil + KB
KM
41. /pitu bulan/ tujuh bulan ‘tujuh bulan‘ 42. /tolu saman/ tiga zaman ‘tiga zaman‘ 43. /opat ikur/ empat ekor ‘empat ekor‘ 44. /dua buηkus/ dua bungkus ‘dua bungkus‘
KM
29. /bagi tolu/ ‘ bagi tiga ‘bagi tiga‘ 30. /lompit dua/ lipat dua ‘lipat dua‘ 31. /tipul tolu/ patah tiga ‘patah tiga’ 32. /kobet dua/ kepang dua ‘kepang dua‘
KM
33. /lomlom paet / hitam pait ‘hitam pekat’ 34. /susah payah/ susah payah ‘susah payah‘ 35. /godaη ginjaη/ besar tinggi ‘tinggi semampai’ 36. /sakit kuniη/ sakit kuning ‘sakit kuning‘
27. /masuk aηin/ masuk angin ‘hamil ‘ 28. /patah tobu/ patah tebu ‘patah tebu‘
Gabungan kata kerja dengan kata benda membentuk kata majemuk kata sifat.
KS + KS
Gabungan kata bilangan dan kata benda seperti pada contoh-contoh di atas dapat membentuk kata majemuk kata bilangan. 2)
Kbil + MU
KM
45. /onom bolas/ enam belas ‘enam belas‘ 46. /pitu ribu/ tujuh ribu ‘tujuh ribu‘ 47. /opat puluh/ empat puluh ‘empat puluh’ 48. /tolu juta/ tiga juta ‘tiga juta‘
Gabungan kata bilangan dan morfem unik pada contoh di atas dapat membentuk kata majemuk kata bilangan. Selain itu, pada data ditemukan kata majemuk /saribu sada/ ‘pembohong’. Gabungan kata bilangan dengan kata bilangan pada kata ini membentuk kata majemuk kata sifat. Pada data juga ditemukan
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
Halaman 115 ❏ Khairina Nasution
Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing
beberapa kata majemuk yang disertai dengan morfem unik yang lain seperti, 49. 50. 51. 52. 53. 54.
/sursur api/ ‘ kembang api ‘ /margatgat baba/ ‘ capek mulut ‘ /salim potpot/ ‘ kunang-kunang ‘ /menek perper/ ‘ kecil mungil ‘ /obuk bolbol/ ‘ rambut lebat ‘ /batu leit/ ‘ batu tulis '
6)
66.
3.2. Kata Majemuk Berimbuhan Dalam BM terdapat kata majemuk berimbuhan (KMBi) yang awalannya pada kata pertama. Imbuhan-imbuhan itu adalah /mar-/, /marsi-/, /paN-/, /pa-/. Kata majemuk berimbuhan ini berasal dari kata majemuk yang terdiri atas KS + KB, KB + KB, KB + KS, KK + Kbil, Kbil + KB, KK + KB, dan Kbil +/sa-/ + KB. /mar-/ + KS + KB
KM
55. /marlapan roha/ berlapang hati ‘berlapang dada’ 56. /marbaut muko/ bermasam muka ‘bermuka masam’
Gabungan prefiks /mar-/ dengan kata sifat dan kata benda membentuk kata majemuk kata kerja. 2)
/mar-/ + KB + KB
KM
57. /markaco mata/ berkaca mata ‘berkaca mata‘ 58. /marmanuk itik/ berayam itik ‘berayam itik‘
/mar-/ + KB + KK
Gabungan prefiks /mar-/ dengan kata benda dan kata kerja membentuk kata majemuk kata kerja. /mar-/ + KB + KS
KM
61. /marhorja godaη/ bekerja besar ‘berpesta besar‘ 62. /marmiak manis/ berminyak manis ‘berminyak goreng‘
Gabungan prefiks /mar-/ dengan kata benda dan kata sifat membentuk kata majemuk kata kerja. 5)
/mar-/ + Kbil + KB 63. 64.
Gabungan prefiks /mar-/ dengan kata kerja dan kata sifat membentuk kata majemuk kata kerja. 7)
/mar-/ + KK + KB 67. 68.
KM
/marsialap ari/ saling mengambil padi ‘gotong royong menuai padi ‘ /marsimulak/ saling pulang ‘pulang pergi‘
Gabungan prefiks /mar-/ dengan kata kerja dan kata benda membentuk kata majemuk kata kerja. 8)
/paN-/ + KK + KB 69. 70.
KM
/pandaek abit/ pengait kain ‘pengait kain ‘ /pamankur saba/ pencangkul sawah ‘pembajak sawah’
Gabungan prefiks /paN-/ dengan kata kerja dan kata benda membentuk kata majemuk kata benda. 71. 72.
KM
/pamarsak roa/ penyedih hati ‘penyedih hati‘ /parmotor parah/ penyupir truk ‘supir ‘
KM
59. /maramak sumbayaη/ bertikar sembahyang ‘memakai sajadah‘ 60. /marbaju kuruη/ berbaju kurung ‘memakai baju kurung‘
4)
KM
/maradu poso/ berlomba muda ‘berlomba muda‘ /marpikir ginjaη/ berpikir panjang ‘berpikir panjang‘
9) /par-/ + KS + KB
Gabungan prefiks /mar-/ dengan kata benda membentuk kata majemuk kata kerja. 3)
/mar-/ + KK + KS 65.
Bentuk /sursur/, /margatgat/, /salim/, /perper/, /bolbol/, dan /leit/, merupakan morfem unik.
1)
Gabungan prefiks /mar-/ dengan kata bilangan dan kata benda membentuk kata majemuk kata bilangan.
KM
/maropat bungkus/ berempat bungkus ‘kira-kira empat bungkus‘ /marlapan ari/ berlapan hari ‘kira-kira delapan hari‘
Gabungan prefiks /par-/ dengan kata sifat dan kata benda membentuk kata majemuk kata sifat dan kata benda. 10) /pa-/ + KS + KB 73. 74.
KM
/pasonang roa/ penyenang hati ‘menyenangkan hati‘ /pasada roa/ penyatu hati ‘menyatukan hati‘
Gabungan prefiks /pa-/ dengan kata sifat dan kata benda membentuk kata majemuk kata kerja. 3.3 Kata Majemuk Berulang Kata majemuk berulang BM dapat dilihat dari segi bentuk, jenis kata, dan maknanya. Dilihat dari segi bentuknya kata majemuk ini dapat dibagi atas (1) kata majemuk berulang sebagian (KMUSeb) dan (2) kata majemuk berulang seluruhnya (KMUSel). Apabila dilihat dari jenis katanya kata majemuk ini dapat dibagi menjadi (1) kata majemuk kata benda
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
Halaman 116 Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing
❏ Khairina Nasution
yang berulang (2) kata majemuk kata kerja yang berulang (3) kata majemuk kata sifat yang berulang dan (4) kata majemuk kata bilangan yang berulang. Makna kata majemuk berulang BM adalah ‘jamak’, ‘berulang kali’, ‘agak’, dan ‘sifat’. 3.3.1 Kata Majemuk Kata Benda yang Berulang Kata majemuk kata benda yang berulang (KBMBu) dalam BM mempunyai pola sebagai berikut. 1) KB + KB + KUSeb
KM
75. /indu?-indu? taηan/ jari-jari tangan ‘jari-jari tangan’ 76. /kotuk-kotuk baju/ buah-buah baju ‘kancing-kancing baju’
Kbil + KB + KUSeb 77. 78.
KM
/opat-opat bunkus/ empat-empat bungkus ‘empat-empat bungkus’ /tolu-tolu bulan/ tiga-tiga bulan ‘kira-kira tiga bulan’
3.3.2 Kata Majemuk Kata Kerja yang Berulang Kata majemuk kata kerja yang berulang terdiri atas: 1) KK + KK + KUSel
KM
79. /manaek mijur-manaek mijur/ Naik turun-naik turun ‘naik turun-naik turun’ 80. /jonjon juguk-jonjon juguk/ tegak duduk – tegak duduk ‘duduk tegak-duduk tegak’
Selain bentuk-bentuk kata majemuk di atas pada data ditemukan bentuk /mago-mago tarida/ ‘hilang-hilang muncul’ yang terdiri dari kata sifat dan gabungan prefiks /tar-/ dengan prakatagorial /ida/. 3.3.3
Kata Majemuk kata Sifat yang Berulang Kata sifat majemuk berulang terdiri atas:
1) KS + KS + KUSeb 81. /lomlom-lomlom manis/ hitam hitam manis ‘hitam-hitam manis’ 82. /siak-siak tabo/ pedas-pedas enak ‘pedas-pedas enak’
4. FUNGSI KATA MAJEMUK
4.1 Kata Majemuk sebagai Subjek Kata majemuk yang dapat berfungsi sebagai subjek terdiri atas kata majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan, dan kata majemuk berulang. Contoh: 1) KB + KK 83. /Tukan arut i markarejo arian borηin/ tukang kusuk itu bekerja siang malam ‘Tukang kusuk itu bekerja siang malam’.
2) /mar-/ + KB + KB
Selanjutnya, pada data ditemukan kata majemuk kata benda yang berulang sebagian (KMUSeb) /lasiak-lasiak lamot/ ‘cabe rawit-cabe rawit’ yang terdiri atas KB + KS + KUSeb. Kata majemuk dengan pola seperti ini sedikit sekali didapati di dalam BM. 2)
Dalam BM kata majemuk yang terdiri dari kata majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan, dan kata majemuk berulang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan objek.
KM
84. /Marmanuk itik karejo nia/ berayam itik kerja nya ‘Beternak ayam itik adalah kerjanya’.
3) (KK + KK) + KUSel 85. /Manan modom-manan modom sajo inda pade/ makan tidur-makan tidur saja tidak baik’ ‘Makan tidur-makan tidur saja tidak baik’.
4.2 Kata Majemuk sebagai Predikat Kata majemuk yang dapat berfungsi sebagai predikat adalah kata majemuk dasar, berimbuhan, dan kata majemuk berulang. Contoh: 1) KB + KK 86. /Ana? boru i ana? dapot dei/ anak perempuan itu anak dapat itu ‘Anak perempuan itu anak tiri’.
2) /marsi-/ +KK + KB 87. /Ami marsialap ari/ kami saling mengambil padi ‘Kami bergotong royong menuai padi’.
3) KK + KK + KUSel 88. /Natoban i kaluar masuk-kaluar masuk sajo/ orang tua itu keluar masuk-keluar masuk saja ‘Orang tua itu keluar masuk-keluar masuk saja’.
4.3 Kata Majemuk sebagai Objek Kata majemuk yang berfungsi sebagai objek dapat berbentuk kata majemuk dasar, kata majemuk berimbuhan, dan kata majemuk berulang. Contoh: 1) KB + KB 89. /Umak manobusi buluη gaduη/ ibu membeli daun ubi ‘Ibu membeli daun ubi’.
2) KB + /paN-/ + KK 90. /Ia maηalap tiaη panirean i/ ia mengambil tiang jemuran itu ‘Ia mengambil tiang jemuran’.
3) KB + KB + KUSeb 91.
/Narintik i manega-nega kotuk-kotuk baju nia/ yang gila itu memutuskan kancing-kancing bajunya’ ‘Wanita gila itu memutuskan kancing-kancing bajunya’.
5. MAKNA KATA MAJEMUK
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
Halaman 117 ❏ Khairina Nasution
Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing
Makna kata majemuk dalam BM akan diuraikan menurut kelas kata majemuk. Perubahan makna yang terjadi pada kata majemuk ini ditimbulkan oleh proses morfologis seperti afiksasi dan perulangan.
Makna kata majemuk kata kerja yang timbul akibat adanya proses afiksasi dan pengulangan adalah: 1) ‘berulang-ulang’ 98.
5.1 Makna Kata Majemuk Kata Benda 1) ‘jamak’ 92.
/Indu?-indu? tanan hala i marbonka sudena/ ibu-ibu jari tangan orang itu berbengkakan semuanya ‘Ibu-ibu jari mereka berbengkakan’.
/Manaek mijur-manaek mijur karejo nia samulo nankin/ naik turun-naik turun kerjanya mulai tadi ‘Naik turun-naik turun saja kerjanya dari tadi‘.
2) ‘memakai’ 99. /Guru nami markaco mata/ guru kami berkaca mata ‘Guru kami memakai kaca mata‘.
Kata majemuk kata benda yang memiliki makna ‘jamak’ timbul setelah mengalami proses pengulangan sebagian dan terdiri dari KB + KB dan KB + KS.
3) ‘memiliki’
2) ‘jumlah’
4) ‘berusaha’
93. /Tolu-tolu bulan pe ia i sodun/ tiga-tiga bulan pun dia di sana ‘Kira-kira tiga bulan ia di sana‘. 94. /Opat sapodoman baen so tampil sudena/ empat setiduran buat agar muat semuanya ‘Empat orang satu tempat tidur agar semuanya‘.
101.
muat
Makna jumlah yang ditemukan pada kata majemuk kata bilangan ini berupa kata majemuk kata benda dengan pengulangan sebagian dan katamajemuk kata bilangan yang kata keduanya memperoleh prefiks /sa-/. 3) ‘tempat’ 95.
/Daganak i marmanam i panuanan eme i/ anak itu bermain di tempat penanaman padi itu ‘Anak itu bermain-main di tempat penanaman padi’.
Makna ‘tempat’ terdapat pada kata majemuk kata benda yang kata pertamanya memperoleh konfiks /paN-an/. 4) ‘Alat’ 96. /Pandaek abit i madun matipul/ pengait kain itu sudah patah ‘Pengait kain itu sudah patah‘.
Kata majemuk kata benda yang bermakna ‘alat’ terdapat pada kata majemuk yang kata pertamanya memperoleh prefiks /paN-/. 5) ‘menyerupai’ 97. /Motor-motoran palastik aηginku madun ma sega/ motor-motoran pelastik adikku sudah lah rusak ‘Motor-motoran pelastik adikku itu sudah rusak‘.
Makna ‘menyerupai’ ditemukan pada kata majemuk kata benda dengan pengulangan sebagian dan mendapat sufiks /-an/ pada akhir kata keduanya.
5.2. Makna Kata Majemuk Kata Kerja
100.
/Tuti maraman poso/ Tuti berayah angkat ‘Tuti berayah angkat‘.
/Bayo i marbeηkel motor i sodun/ laki-laki itu berbengkel motor di sana ‘ ‘Laki-laki itu berbengkel motor di sana‘.
5) ‘menanam’ 102.
/Markacaη panjaη do ma hala i sannari/ berkacang panjang lah orang itu sekarang ‘Mereka sekarang menanam kacang panjang‘.
6) ‘memelihara’ 103.
/Marmanuk itik na toban i i sabaan/ berayam itik lah orang itu di sawah ‘Orang itu memelihara itik di sawah‘.
7) ‘saling’ 104.
/Andigan do hita muloi na marsialap ari on/ kapan lah kita mulai yang saling mengambil padi ini ‘Kapan kita mulai gotong royong menuai padi‘.
8) ‘intensitas’ 105. /Au pagodaη-godaη roha nia sotibu murak arun nia i/ saya membesar-besar hati dia supaya cepat sembuh dia itu ‘Saya membesar-besarkan hatinya supaya cepat sembuh‘.
9) ‘kausatif’ 106.
/Motori ma pasonan roha nia/ mobil itu lah penyenang hati nya ‘Mobil itu membuat hatinya senang‘.
5.3. Makna Kata Majemuk Kata Sifat Makna kata majemuk kata sifat yang timbul akibat adanya proses morfologis adalah 1) ‘sifat’ 107.
/Inda dengan parsompik roha/ tidak baik sempit hati ‘Tidak baik sempit hati‘
2) ‘jamak’ 108. /Bujiη-bujiη ison na godaη-godaη ginjaη sudena/ gadis-gadis di sini yang besar-besar tinggi semuanya ‘Gadis-gadis di sini tinggi semampai semuanya‘.
3) ‘intensitas’
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
❏ Khairina Nasution 109. / Si Butet maribo-ibo roha muloi nankin/ si Butet bersedih hati mulai tadi ‘Si Butet bersedih hati saja dari tadi‘.
5.4. Makna Kata Majemuk Kata Bilangan Kata majemuk kata bilangan hanya memiliki makna ‘jumlah’. Misalnya, 110. /Maribu-ribu gulaen i marmatean/ beribu-ribu ikan itu bermatian ‘Beribu-ribu ikan itu bermatian‘.
6. SIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemajemukan BM terdiri atas (1) kata majemuk dasar yang berupa gabungan KB + KB, KB + KK, KB + KS, KB + Kbil, KK + KK, KS + KS, KS + KB, dan Kbil + KB; (2) kata majemuk berimbuhan yang terdiri dari imbuhan /mar-/, /marsi-/, /paN-/, /-an/, /pa-/, dan /par-/; (3) kata majemuk berulang dengan pengulangan sebagian dan pengulangan seluruhnya. Ketiga jenis kata majemuk ini dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan objek. Adapun makna yang ditimbulkan akibat proses morfologis adalah ‘jamak’, ‘berulang kali’, ‘menyerupai’, ‘memakai’, ‘berusaha’, ‘memelihara’, ‘intensitas’, dan ‘kausatif’. Gabungan bentuk dasar dengan bentuk-bentuk yang lain di dalam pemajemukan BM dapat membentuk kata benda majemuk, kata kerja majemuk, kata sifat majemuk, dan kata bilangan majemuk.
DAFTAR PUSTAKA Badudu, J.S. 1978. “Adakah Kata Majemuk dalam Bahasa Indonesia?”. Dalam Bunga Rampai Ilmu Sastra. No.3. Bandung: Fak.Sastra – Unpad. Ba’dulu, A.M. dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.
Halaman 118 Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing
Bloomfield, L. 1995. Language. Terj. Sutikno. Jakarta: Gramedia. Chaer, A. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Daulay, Mascahaya. 1994. “Morfologi Bahasa Mandailing.” Medan: Lembaga Penelitian USU. Fokker, A.A. 1060. Pengantar Sintaksis Indonesia. Jakarta: Pradnja Parawita. Hockett, C.F. 1970. A Course in Modern Linguistics. New Delhi: Oxford & IBH. Keraf, Gorys. 1978. Tatabahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Lubis, Nurhayati. 1978. “Morfologi Bahasa Batak Angkola Mandailing.” Skripsi Sarjana. Fakultas Sastra USU. Lyons, John. 1971. Introduction to Theoritical Linguistics. London: Cambridge University. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Matthews, P.H. 1973. Morphology. London: Cambridge University Press. Nida, E.A. 1949. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. Ann Arbor: Michigan University. Ramlan, M. 1985. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
TENTANG PENULIS 1. Simon Sabon Ola dan Theo Eban Ola Simon Sabon Ola adalah staf pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Meraih gelar magister dan doktor dari Universitas Udayana. Minat utamanya pada bidang sosiolinguistik dan antropolinguistik. Theo Eban Ola adalah staf pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur. 2. Jufrizal, Zul Amri, dan Sunaryo Jufrizal adalah staf pengajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang. Pendidikan terakhirnya adalah S-3 dari Universitas Udayana dalam bidang tipologi bahasa. Selain rajin menulis dalam berbagai jurnal ilmiah, dia juga aktif sebagai pembicara/pemakalah dalam berbagai forum ilmiah. Zul Amri adalah staf pengajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang. Sunaryo adalah staf pengajar di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang. 3.
Dwi Widayati Dwi Widayati lahir di Magelang, 14 Mei 1965. Dosen tetap di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU dalam mata kuliah Dialektologi dan Bahasa Belanda. Menyelesaikan pendidikan sarjana di USU pada tahun 1987 dan magister di UGM tahun 1997. Saat ini dia sedang mengikuti program doktor di Sekolah Pascasarjana USU. Aktif meneliti dan telah menghasilkan sejumlah penelitian yang umumnya dibiayai oleh DP3M Depdiknas. Selain itu, aktif menulis artikel ilmiah dalam berbagai jurnal dan sebagai pemakalah, baik dalam seminar nasional maupun intenasional.
4.
Raka Sukma Kurnia dan Mulyadi Raka Sukma Kurnia lahir di Medan, 1 Februari 1983. Menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU tahun 2005. Mulyadi lahir di Tanjung Balai, 31 Juli 1964. Menjadi staf pengajar tetap di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra USU dalam mata kuliah Linguistik Kebudayaan dan Analisis Wacana. Lulus dari Program Magister Universitas Udayana tahun 1998. Aktif meneliti, mengikuti seminar, dan mempublikasikan tulisannya dalam berbagai jurnal. Aktivitas ilmiah terakhir adalah sebagai pemakalah pada Semiloka BKS-PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu Sosial dan Budaya di Universitas Riau dengan judul makalah ”Konsep Emosi dalam Perspektif Wacana Kebudayaan” dan menulis artikel dengan judul ”Konstruksi Kausatif dalam Bahasa Indonesia” dalam Jurnal Linguistika (2004).
5.
Namsyah Hot Hasibuan Namsyah Hot Hasibuan lahir di Sihepeng (Madina), 24 Oktober 1954. Beliau adalah staf pengajar tetap di Fakultas Sastra USU dalam mata kuliah Fonologi, Bahasa Belanda, dan Terjemahan. Menyelesaikan pendidikan sarjana tahun 1981 di USU dan pendidikan magister tahun 1996 di Universitas Indonesia. Banyak mengikuti pendidikan dan pelatihan kebahasaan di dalam dan di luar negeri. Saat ini dia sedang mengikuti program doktor di Sekolah Pascasarjana USU.
6.
Roswita Silalahi Roswita Silalahi lahir di Medan, 28 Mei 1954. Bekerja sebagai dosen tetap dalam di Departemen Sastra Inggris Fakultas Sastra USU Medan. Dia meraih pendidikan Dip.TESOL dari RELC Singapore dan magister linguisik dari Program Pascasarjana USU tahun 2000. Dia merupakan kandidat doktor linguistik di Sekolah Pascasarjana USU.
7.
Tengku Thyrhaya Zein Tengku Thyrhaya Zein lahir di Medan 9 Januari 1963. Menyelesaikan Sarjana Sastra di Departemen Sastra Inggris Fakultas Sastra USU (1987) dan M.A. dalam bidang kesusasteraan bandingan dari Universiti Sains Malaysia (1998), dengan judul tesis “The Expression of Romantic Poetics by Way of Symbols: A Comparison of the Poems of John Keats and Sanusi Pane”. Saat ini menjadi karya siswa Program Doktor Linguistik di USU.
8.
Khairina Nasution Khairina Nasution lahir di Medan, 4 November 1962. Beliau adalah staf pengajar tetap di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU. Menyelesaikan pendidikan sarjana dari USU tahun 1986 dan magister linguistik di UGM tahun 1991. Dia aktif terlibat dalam beberapa kegiatan penelitian dan seminar linguistik.