BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI BALI
Pada bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang terkait dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan seperti fasilitas-fasilitas Puslitbang, syarat fasilitas Puslitbang, studi banding dan lain-lainnya yang berkaitan dengan Puslitbang. Data-data yang dipaparkan pada bab ini menggunakan referensi buku, artikel majalah, artikel internet resmi, dan perundang-undangan terkait. 2.1.Tinjauan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali 2.1.1 Pengertian Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengertian Pusat adalah merupakan tempat yang letaknya ditengah : pokok pangkal atau menjadi pimpinan (berbagai urusan, hal, dsb) sesuatu yang menjadi penyatu pada suatu tempat dan sesuatu yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap atau memadai. Penelitian yang memiliki arti kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan secara sistematis dan objektif. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
7
Pusat Pengembangan adalah suatu tempat usaha mencapai kemajuan atau meningkatkan kualitas dan kuantitas sesuatu menjadi lebih baik (WJS,1996) Ternak yang memiliki arti binatang yang dipelihara untuk dikembangbiakan dengan tujuan produksi, dan kata sapi yang memiliki arti binatang pemamah biak, berkaki empat dan dipelihara untuk di diambil daging dan susunya. Sehingga Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali merupakan suatu tempat yang bertujuan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ternak sapi Bali dengan sarana dan prasarana lengkap, demi meningkatkan kualitas bibit unggul sapi Bali sehingga pelestarianya tetap terjaga. 2.1.2 Mengenal Asal Usul Sapi Bali Berdasarkan breed (ras) murninya, sapi dapat digolongkan ke dalam tiga bangsa sapi, yakni bangsa sapi Eropa (Bos Taurus), bangsa sapi India (Bos Indicus), dan bangsa sapi Bali (Bos Sondaicus). Sapi Bali (Bos Sondaicus) merupakan sapi yang berdarah murni karena merupakan hasil penjinakkan (domestikasi) langsung dari banteng liar. Banteng liar tersebut kini masih dapat ditemui di hutan Ujung Kulon (Jawa Barat), Ujung Wetan (Jawa Timur), dan Taman Nasional Bali Barat. Dengan demikian, sapi Bali merupakan rasa atau bangsa sapi tersendiri yang asli berasal dari negara kita. (Guntoro, 2002) Sebagai keturunan banteng, sapi Bali memiliki warna dan bentuk tubuh persis seperti banteng liar. Sapi Bali jantan dan betina memiliki warna kaki putih dan memiliki telau, yakni bulu putih pada bagian pantatnya dan terdapat garis bulu hitam di sepanjang punggungnya. Sapi Bali tidak memiliki punuk seperti halnya banteng, bentuk badannya kompak, dan dadanya dalam. Dibandingkan dengan sapi-sapi lain, sapi Bali lebih agresif (galak) terutama sapi Bali jantan. Jika kita hendak memegang atau mendekati sapi Bali, pakaian berwarna merah hendaknya dihindari agar tidak diserangnya. Namun, sapi Bali juga akan menjadi penurut pada orang yang biasa dekat dengannya. (Guntoro, 2002) Disamping ciri-ciri umum tersebut, sapi Bali jantan dan sapi Bali betina juga memiliki beberapa ciri yang spesifik, antara lain : (Guntoro, 2002) a. Sapi Jantan Ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sapi Bali jantan adalah sebagai berikut : 1)
Warna bulu badan hitam kecuali kaki dan pantat
2)
Tanduk di bagian luar dari kepala mengarah latero-dorsal dan membelok dorso-cranial.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
8
3)
Tubuhnya relatif lebih besar disbanding dengan sapi betina, berat sapi dewasa rata-rata 350 kg – 450 kg, dan tinggi badan 130 cm – 140 cm.
b. Sapi Betina Ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sapi Bali adalah sebagai berikut : 1)
Warna bulu badan merah bata kecuali kaki dan pantat
2)
Tanduk agak di bagian dalam dari kepala, mengarah latero-dorsal dan membelok dorsomedial
3)
Tubuh relatif lebih kecil dibandingkan dengan sapi jantan dan berat sapi dewasa 250 kg- 350 kg. Sewaktu lahir, baik sapi Bali jantan maupun betina, memiliki bulu berwarna merah bata.
Setelah dewasa, warna bulu sapi Bali jantan berubah menjadi hitam karena adanya pengaruh hormon testoteron (hormon kelamin jantan). Karena itu, jika sapi Bali jantan dikebiri, warna bulunya yang hitam akan berubah menjadi merah. (Guntoro, 2002) 2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Sapi Bali Sapi Bali memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan bangsa sapi lainnya. Namun, sapi Bali juga mempunyai beberapa kelemahan. Berikut ini adalah keunggulan dan kelemahan sapi Bali : 1
Keunggulan Sapi Bali
a. Adaptasi terhadap Lingkungan Sapi Bali memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan baru, baik terhadap suhu udara, kelembaban dan angin, maupun terhadap kondisi lahan, pakan, dan penyakit. Menurut Prof. Dr. Didi Atmadilaga, kemampuan sapi Bali beradaptasi dengan lingkungan yang panas merupakan yang terbaik dibandingkan dengan kemampuan sapi-sapi lain di Indonesia ataupun sapi-sapi daerah sub-tropis. Menurut hasil penelitian para ahli di Australia, daya tahan panas (heat tolerance) sapi Bali mempunyai angka tertinggi dibandingkan dengan sapi-sapi sub-tropis ataupun sapi tropis yang lain. (Guntoro, 2002). Sapi Bali juga memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap jenis makanan dengan kadar serta yang tinggi dan pakan yang berbeda – beda jika dibandingkan dengan jenis sapi lainnya. b. Fertilitas Tinggi Salah satu kelebihana sapi bali adalah fertilitas (kesuburan) sangat tinggi, Fertilitas sapi Bali rata-rata 83%, artinya setiap perkawinan memberikan peluang kebuntingan 83%. Angka ini jelas Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
9
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat fertilitas bangsa sapi Eropa atau sapi tropis lainnya. (Guntoro, 2002) c. Produksi Karkas Tinggi Sapi Bali mempunyai presentase produksi karkas lebih tinggi dibandingkan dengan jenisjenis sapi tropis lainnya. Sapi Ongole memiliki produksi karkas sekitar 45%, sapi Madura 47,80%, dan sapi Bali produksi karkasnya mencapai 56% dari berat hidup (Darmadja, 1980). Namun, presentase produksi karkas sapi Bali tersebut masih sedikit di bawah produksi karkas sapi Eropa yang mencapai 56%-58%. Dilihat dari produksi karkasnya, sapi Bali memiliki potensi untuk dikembangkan, baik sebagai ternak potong maupun sebagai ternak kerja. (Guntoro, 2002) 2. Kelemahan Sapi Bali a. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Birahi Sapi Bali akan membutuhkan birahi dengan waktu yang cukup lama, sehingga mempengaruhi lamanya interval beranak. Pada sapi-sapi Eropa, jangka waktu birahi kembali setelah melahirkan hanya 50-70 hari (Hafez, 1978). Sedangkan sapi-sapi tropis jangka waktu birahi kembali setelah melahirkan biasanya lebih dari 160 hari. Pada sapi Bali, jangka waktu birahi kembali setelah melahirkan dapat mencapai 182 hari (Devendra, 1973). b.
Interval Beranak Panjang Interval beranak adalah jangka waktu antara satu kelahiran dan kelahiran berikutnya atau
sebelumnya. Dibandingkan dengan jenis sapi-sapi lain, terutama sapi-sapi Eropa, interval beranak pada sapi Bali lebih panjang. Hal ini antara lain disebabkan oleh masa birahi setelah melahirkan pada sapi Bali relatif panjang. (Guntoro, 2002) Pada sapi-sapi Eropa, interval beranak rata-rata 314 hari, sedangkan pada sapi Bali, berdasarkan hasil penelitian Sumbung, dkk. (1978) di daerah Sulawesi Selatan, interval beranak pada sapi Bali rata-rata 338 hari. Bahkan, di daerah Bali, hasil penelitian Djiwa Darmadja (1980) menunjukkan angka interval beranak pada sapi Bali rata-rata 555 hari. (Guntoro, 2002) c. Rentan terhadap beberapa jenis penyakit Kelemahan sapi Bali yang lain adalah rentan terhadap beberapa jenis penyakit. Penyakit yang sering menyerang sapi Bali adalah penyakit Jembrana. Penyakit ini dapat juga menyerang jenis sapi atau ternak lain, namun tidak sepeka sapi Bali, misalnya penyakit Bali Ziekte dan Coryza. (Guntoro, 2002)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
10
Diluar penyakit-penyakit tersebut, sapi Bali juga dapat terserang penyakit lain yang lazim menyerang sapi, misalnya penyakit Mulut dan Kuku, dan Ngorok.
2.1.4. Sistem Perkawinan Sistem perkawinan sapi untuk memperoleh keturunan ada dua macam yaitu perkawinan secara alam (sapi betina yang birahi kawin langsung dengan pejantan) dan perkawinan buatan yang dikenal dengan inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik, dimana sapi betina yang birahi disuntik dengan mani sapi jantan unggul. Cara inseminasi buatan akan lebih baik hasilnya, karena mani yang disuntikkan di[ilih dari pejantan yang unggul. Perkawinan pada sapi bali adalah perkawinan silang/blasteran (cross breeding) yaitu perkawinan antara sapi – sapi dari jenis sapi Bali.
2.1.5. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Bali 1. Pemeliharaan sapi Bali untuk calon bibit. Didalam pemeliharaan sapi bibit, pakan yan diberikan harus memadai, baik jumlahnya maupun mutunya. Disamping pemberian hijauan yang berkualitas minmal 10 % dari berat badannya, sapi jantan yang sedang digunakan sebagai pemacek perlu diberi akan ambahan (konsentrat) seperti dedak padi atau bungkil kelapa. Berdasarkan hasil penelitian, disamping meningkatkan fertilitas, pemberian pakan penguat berupa dedak padi sebanyak 1,5 – 2 kg/ekor/hari pada induk sapi Bali yang sedang bunting selama 1,5 – 2 bulan sebelum melahirkan dapat meningkatkan berat lahir pedet sebesar 20 % - 25 %. 2 .Pemeliharaan anak sapi (pedet) Anak sapi yang baru lahir biasanya 30 menit setelah lahir akan berdiri dan menyusui induknya, bila tak dapat bisa dibantu. Anak sapi ini perlu minum susu induknya pada hari-hari pertama hidupnya. Susu induk yang keluar 1-4 hari, ini disebut dengan kolostrum. Hal ini penting karena susu kolostrum mengandung zat yang bergna untuk pertumbuhan anak sapi, yaitu mengandung protein dalam jumlah yang lebih banyak daripada susu biasa, mengandung vitamin A, B2 dan vitamin C, mengandung zat antibodi serta sebagai obat urus-urus (laxantia).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
11
3. Pemeliharaan sapi muda Sapi muda adalah sapi yang sudah disapih sampai menjelang dewasa umur 3-15 bulan. Sapi muda di bawah 6 bulan perlu mendapat makanan halus seperti bubur konsentrat sebagai pengganti susu.
2.1.6 Kandang sapi dan Perlengkapannya Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam membudidayakan ternak, termasuk sapi Bali. Kandang bagi ternak berfungsi sebagai tempat berlindung dari sengatan matahari, guyuran hujan dan tiupan angin kencang sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan. Berkaitan dengan pembuatan kandang, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain letak kandang, bahan kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang dan perlengkapan kandang. 1. Letak Kandang Idealnya, letak kandang agak jauh dari rumah / permukiman penduduk agar kebersihan dan kesehatan ternak yang dipelihara terjamin. Letak kandang harus mudah dijangkau, agar pemberian pakan, minum, dan perawatan mudah dilakukan. Letak kandang harus cukup memperoleh sinar matahari. Sisi kandang yang memanjang hendaknya mengarah kearah utara dan selatan, agar lebih banyak permukaan bangunan yang terkena sinar mataharai. Bila bentuk kandang dibuat berderet dengan satu baris, kandang hendaknya menghadap ke timur, sehingga ternak lebih banyak mendapat sinar matahari. Disamping memperoleh sinar matahari yang cukup, pertukaran (ventilasi) udara dalam kandang juga harus baik. Karena itu, kandang sapi hendaknya dibangun di tempat yang terbuka (cukup udara). Demi menambah kenyamanan bagi ternak, khususnya di daerah yang beriklim panas, sebaiknya di sekitar kandang ditanami pohonpohonan. (Guntoro, 2002) 2. Bahan dan Konstruksi Kandang Kandang sapi yang baik tidak harus dibuat dari bahan yang mahal, tetapi yang penting bentuk dan ukuran kandang harus memenuhi syarat. Kandang sapi dibuat dari bahan yang harganya murah, mudah didapat, dan tahan lama. Hal ini sebagai pertimbangan untuk efisiensi usaha. Alas kandang dapat dibuat dari beton (campuran semen, pasir dan kapur), dari batu merah atau dari papan kayu.Lantai kandang dibuat sedikit miring (± 5 derajat) dengan bagian belakang Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
12
lebih rendah untuk memudahkan pembersihan kotoran sapi. Bila alas kandang dibuat dari beton, permukaan alas kandang tidak boleh dibuat halus / rata agar tidak licin. Daerah dataran tinggi, diatas alas beton tersebut diberi jerami atau sampah kering agar sapi tidak kedinginan ketika tidur di lantai. Tiang kandang dapat dibuat dari bahan kayu, bambu, betin yang mampu menyangga atap dengan kokoh. Tiang kandang dibagian depan lebih tinggi dari pada bagian belakang sehingga konstruksi atap miring ke arah belakang. Dinding kandang dapat dibuat dari kayu atau bambu. Namun, kandang untuk sapi Bali sebaiknya tidak tertutup rapat. Bila dinding kandang dari papan kayu, cukup menggunakan 3-4 kayu yang dipaku pada tiang-tiang kandang. Dinding kandang yang rapat akan mengurangi ventilasi dan membuat sapi tidak mengetahui keadaan sekelilingnya, sehingga mudah terperanjat atau kaget bila ada orang yang masuk sebab sapi Bali memiliki temperamental yang tinggi. (Guntoro, 2002) Atap kandang dibuat dari bahan yang tidak panas, misalnya genting, anyaman daun ilalang atau anyaman daun kelapa. Di daerah lahan kering banyak kandang sapi Bali yang atapnya dibuat dari anyaman daun lontar. Di daerah dataran rendah yang berhawa panas, kontruksi atap kandang hendaknya dibuat agak tinggi agar ruangan kandang tidak terlalu panas sehingga nafsu makan sapi tetap tinggi. Atap kandang dibuat miring dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan, agar air hujan mudah jatuh ke bawah dan kandang cukup mendapat sinar matahari, terutama pada pagi hari. (Guntoro, 2002) 3. Ukuran Kandang Ukuran lantai kandang untuk setiap ekor sapi Bali yang digemukkan adalah panjang 175 cm200 cm dan lebar 125 cm – 150 cm. Ukuran lantai kandang untuk sapi pejantan dan induk hampir sama, yaitu panjang 200 cm dan lebar 150 cm untuk setiap ekornya. Tinggi atap harus disesuaikan bentuk dan konstruksi kandang yang akan dibuat. Idealnya, tinggi atap kandang bagian depan dibuat sekitar 250 cm-350 cm dan tingi atap bagian belakang sebaiknya sekitar 140 cm-225 cm.Untuk sapi Bali, dinding kandang tidak menjadi keharusan.bila dipandang perlu, tinggi kandang dapat dibuat tidak lebih dari 125 cm.. 4. Bentuk Kandang Kandang dapat dibuat dalam bentuk tunggal atau ganda, tergantung pada jumlah sapi yang dipelihara. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan dalam satu baris atau satu Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
13
jajaran. Pada kandang tipe ganda penempatan sapi dilakukan dalam dua baris. Setiap baris dapat saling berhadap-hadapan atau bertolak belakang. Namun, untuk memudahkan pemeliharaan, sebaiknya setiap baris saling berhadapan, misalnya semua sapi menghadap ke dalam. Diantara dua baris sapi disediakan jalan selebar ± 1 meter untuk memudahkan pemeliharaan sapi didalam memberi makan dan minuman. Alas kandang dibuat miring (5 derajat) dengan bagian belakang lebih rendah dan di bagian belakang kandang dibuatkan saluran yang salah satu ujungnya dihubungkan ke tempat pembuangan limbah / kotoran. Tempat makanan dan minuman dibuat atau ditempatkan didepan sapi yang dipelihara. Tempat makanan dibuat memanjang, sedangkan tempat minum dibuat di samping tempat makan atau disediakan wadah khusus yang ditempatkan di dalam tempat makan atau disediakan wadah khusus yang ditempatkan di dalam tempat makan saat pemberian air minum. Pada kandang tunggal, atap kandang bagian depan harus menaungi tempat makanan agar saat hujan, makanan sapi tidak terkena air. (Guntoro, 2002) 5. Perlengkapan Kandang Perlengkapan kandang yang penting meliputi tempat makanan, tempat minuman, tempat pembuangan limbah, gudang dan peralatan-peralatan kandang yang lainnya. a. Tempat makanan dapat terbuat dari beton, dari kayu atau dari bambu. Ukuran tempat makan disesuaikan dengan ukuran kandang, misalnya panjang 90 cm – 125 cm, lebar bagian atas 50 cm, dan lebar bagian bawah 40 cm. Sedangkan tinggi bagian luar 60 cm dan tinggi bagian dalam (kedalaman) 50 cm. Tempat makanan diletakkan di bagian depan sapi. b. Tempat minuman dapat dibuat dari beton atau kayu yang diletakkan di samping tempat makanan. c. Tempat pembuangan limbah biasanya berbentuk lubang di tanah yang dibuat beberapa meter dari kandang. Ukuran lubang pembuangan limbah disesuaikan dengan jumlah sapi yang dipelihara. Antara tempat pembuangan limbah dan dihubungkan dengan saluran untuk memudahkan pembuangan limbah. d. Gudang sebagai tempat penyimpanan makanan konsentrat atau stok hijauan, serta untuk menyimpan peralatan. Gudang dapat dibuat dari bahan-bahan yang sederhana dan murah, yang penting jangan sampai bocor saat turun hujan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
14
e. Peralatan yang perlu disediakan antara lain sabit untuk mencari rumput/hijauan, cangkul, sekop, sapu, selang, mesin pencacah hijauan (grass chopper), kereta dorong untuk membuang kotoran ke tempat penampungan. Mengetahui perlengkapan dan ukuran kandang dengan jelas dapat dilihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.
Gambar : 2.1. Tampak Samping Kandang sapi Bali tipe Tunggal Sumber : Guntoro, 2002.
Keterangan : A :Tempat makanan / minuman •
Lebar bagian atas
•
Lebar bagian bawah : 40 cm
•
Tinggi
: 60 cm
•
Bahan
: dari kayu / bambu
: 60 cm
B :Lantai kandang •
Kemiringan
: ± 5º
•
Panjang
: 175 cm
C :Saluran kotoran / kencing •
Lebar
: 25 cm
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
15
Gambar : 2.2. Tampak Samping Kandang Sapi Bali Type Ganda Sumber : Guntoro, 2002.
Keterangan : A : Tempat makanan / minuman
Lebar
: 50 – 60 cm
Tinggi dinding depan
: 60 cm
Tinggi dinding belakang
: 40 cm
B : Lantai kandang
Kemiringan
: ± 5º
Panjang
: 175 cm
C : Saluran kotoran / kencing
Lebar
: 25 cm
2.1.7 Pemberian Pakan pada Sapi Bali Ada dua jenis pemberian pakan yang dapat diberikan pada sapi Bali, yaitu pakan hijauan dan pakan penguat (konsentrat). Pakan hijauan dapat dikelompokan menjadi dua macam yakni jenis rumput-rumputan dan jenis daun-daunan. Pakan jenis rumput-rumputan berupa rumput lapangan seperti rumput raja,rumput gajah, rumpur setaria dan rumput benggala. Sedangkan jenis daun – daunan yang gizinya paling baik adalah daun leguminosa seperti daun gamal, daun lamtoro daun turi dan daun kaliandra. Jenis leguminosa umumnya memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dbandingkan dengan rumput-rumputan. (Setiadi, 2001) Pakan penguat atau konsentrat merupakan pakan tambahan yang nilai gizinya lebih tinggi serta mudah dicerna dibandingkan dengan pakan hijauan. Pemberian pakan konsentrat Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
16
dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan sapi. Namun, pemberian penguat berupa konsentrat yang terlallu tinggi dapat menyebabkan kerugian, bila tidak diiringi dengan peningkatan pertumbuhan yang sesuai. (Setiadi, 2001) Selain pemberian pakan di atas pemberian air minum sangat dibutuhkan bagi kesehatan sapi, Tinggi rendahnya kadar air dalam bahan makanan yang dimakan, akan mempengaruhi kebutuhan air minumnya. (Setiadi, 2001) Jenis-jenis pakan hijauan /rumput-rumputan yang dapat diberikan pada sapi, dapat dilihat pada gambar 2.3, 2.4 dan gambar 2.5. (Setiadi, 2001) 1) Panicium maximum (rumput bengala)
Gambar 2.3 Rumput Benggala Sumber : www. Ditjennak. Pertanian. go. Id.
2) Pennisetum purpureum (rumput gajah)
Gambar 2.4 Rumput Gajah sumber : www.Ditjennak. Pertanian. go. Id.
3) setaria sphacelata (rumput setaria)
Gambar 2.5 Rumput Setaria Sumber : www. Ditjennak. Pertanian. go. Id.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
17
2.1.8. Pengawetan Hijauan Makanan Ternak Pengawetan hijauan, sebaiknya dilakukan pada waktu produksi hijauan berlimpah, sehingga pada musim kemarau persediaan hijauan mencukupi untuk ternak. Ada dua cara pengawetan hijauan yaitu dalam bentuk segar (silage) dan dalam bentuk kering (hay). (Setiadi, 2001) a) Silage Silage adalah hijauan makanan ternak yang disimpan dalam keadaan segar (kadar 60-70%) dalam suatu tempat yang padat, hampa udara, dan dalam keadaan asam. Tempat penyimpanan ini disebut Silo. Silo ini dapat dibuat di dalam tanah atau diatas tanah. Tujuan penyimpanan hampa udara dan suasana asam adalah membunuh bakteri dan jamur, prinsipnya seperti pada makanan kaleng biar awet. (Setiadi, 2001).
Gambar 2.6 Tempat Penyimpanan Silage Sumber : Setiadi, Ir. Bambang, 2001
b) Hay Hay adalah hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan sebagi persediaan makanan pada musim paceklik. Prinsipnya adalah mengurangi kandungan air hijauan menjadi 15-20 persen, caranya dengan pemanasan (matahari, buatan) secara cepat. Cara pembuatan, potong rumput pendek-pendek dan jemur dalam lantai penjemuran atau rak-rak pengering. Makin cepat kering makin baik, setelah kering simpan di gudang makanan. (Setiadi, 2001) 2.1.9. Pengendalian Penyakit Pedet berumur 3 minggu umumnya sangat peka terhadap infeksi penyakit, terutama terhadap penyakit scours (mencret), cacar mulut (Diphtheria) dan penyakit mulut dan kuku (Apthae Epizootica). (Agus, 1990) Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
18
1. Penyakit Mencret (scours) adalah sejenis penyakit akut dan menular pada anak sapi. Penyebab : Bakteri Escherichia coli yang menyerang sapi berumur 3 bulan. Gejala- gejala : anak sapi tampak lesu, tidak ingin menyusui pada induknya, suhu tubuh tinggi, mengeluarkan kotoran cair berwarna kning keputih-putihan dan berbau busuk. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, selalu membersihkan ambing susu induk sapi dengan air hangat yang dicampur disinfektan. Pengobatan penyakit bisa digunakan obat-obatan Antibiotika sulfa dan dianjurkan agar obat diberikan lewat mulut atau air minum. (Agus, 1990) 2. Penyakit Cacar Mulut (Diphtheria) adalah penyakit yang cukup berbahaya, yang umumnya menyerang tenggorokan anak sapi. Penyebab penyakit adaah Bakteri Actynomyces ncrophorus yang menyerang anak sapi sampai usia 3 bulan dengan gejala adalah : datangnya mendadak, diikuti demam yang tinggi, sukar bernafas, lidah menjulur, mulut banyak mengeluarkan cairan dan mulut berbau asam. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan mengontrol secara berkala kebersihan mulut anak sapi, seperti Pinicillin, Sulfapyridine. (Agus, 1990) 3. Penyakit Mulut dan Kuku (Apthae Epizootica) adalah penyakit menular yang bisa enymebabkan ternak sapi mengalami kematian. Penyebab penyakit ini adalah virus. Adapun gejala-gejalanya adalah suhu tubuh meninggi, gusi dan permukaan lidah melepuh berisi cairan jernih. Pengobatan penyakit dapat dilakukan dengan vaksin AE setiap selang 6 bulan sekali. Pencegahan penyakit dapat diusahan dengan membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan larutan aluminium sulfat 5 persen, dan pengobatan pada penyakit kuku dilakukan dengan meredamnya dalam larutan formalin atau larutan natrium karbonat 4 persen. larutan formalin. (Agus, 1990)
2.2. Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis Kajian proyek yang sama dengan perencanaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak sapi Bali dilakukan pada Sentra Pembibitan dan Pengembangan Ternak sapi Bali yang ada di dalam daerah maupun luar daerah.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
19
2.2.1 Sentra Pembibitan sapi Bali di Desa Sobangan
Gambar 2.7 Sentra Pengembangan dan Pembibitan Ternak Sapi Bali di Sobangan Sumber : Observasi, 2 Oktober 2014
Sentra pembibitan ternak sapi di Sobangan
merupakan salah satu kegiatan non profit
oriented yang bertujuan untuk menyelamatkan sapi Bali dari kepunahan, sebagai pusat pembibitan sapi Bali yang menyediakan bibit-bibit sapi Bali yang berkualitas dan bersertifikat dan sebagai Centre of Excellence. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap dan diawali pada tahun 2008 dibangun diatas lahan Negara seluas 9 hektar di Banjar Selat Desa Sobangan Kecamatan Mengwi dan anak sebanyak 164 ekor. Sentra pembibitan ternak sapi Bali di Sobangan selain sebagai tempat pembibitan ternak sapi juga bekerja sama dengan Universitas Udayana khususnya Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan sebagai tempat praktek mahasiswa (teaching farm), berkaitan dengan ini di sentra ternak Sobangan telah dibangun Poskeswan dan gedung pusat Agribisnis sapi Bali sebagai pusat informasi agribisnis sapi Bali. Adapun kegiatan yang dilakukan pada Sentra Pembibitan Ternak di Sobangan secara umum meliputi kegiatan : Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
20
1. Menyediakan bibit ternak sapi Bali yang berkualitas dan bersertifikat. 2. Melakukan pemeliharaan sapi induk atau sapi bibit. 3. Melakukan pemeliharaan sapi pedet atau anak sapi 4. Melaksanakan Inseminasi Buatan pada ternak sapi di sentra 5. Menyediakan pakan HMT (Hijauan makanan ternak) 6. Menyimpann HMT untuk pakan persediaan ternak sapi 7. Mengolah pakan untuk ternak sapi 8. Melakukan kegiatan administrasi /surat menyurat 9. Mengolah limbah ternak menjadi pupuk kandanng untuk penyubur lahan pakan. 10. Memelihara dan mengawasi sapi yang terinfeksi penyakit menular. 11. Menyediakan tempat praktek/pembelajaran sapi Bali untuk masyarakat.
Fasilitas – fasilitas yang terdapat di Sentra Pembibitan Ternak Sapi Bali di Sobangan adalah : A. Fasilitas Utama a. Kandang Ternak Sapi ukuran 14 x 27 m2 sebanyak 8 unit
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
21
Gambar 2.8 : Kandang Ternak Sapi di Sentra Pembibitan Sapi Sobangan Sumber : Observasi, 2 Oktober 2014
Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam membudidayakan ternak sapi, karena kandang berfungsi sebagai tempat ternak berlindung dari sengatan sinar matahari, hujan dan angin kencang yang dapat menganggu kesehatan dan pertumbuhan ternak sapi. Di Sentra Pembibitan Ternak Sapi Bali di Sobangan ini, menggunakan tipe kandang ganda berkoloni dengan 10 ekor pada setiap sisinya dengan orientasi sapi saling berhadapan satu dengan lainnya.
b. Pos keswan (Pos Kesehatan Hewan) ukuran 17,4x14,5 m2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
22
Gambar 2.9 Gedung Poskeswan di Sentra Pembibitan Sapi Sobangan Sumber : Observasi, 2 Oktober 2014
Merupakan tempat atau ruangan yang digunakan untuk menyimpan obat-obatan untuk melayani sapi-sapi yang terserang penyakit yang dilaporkan oleh petugas kandang dengan ditangani langsung oleh Dokter Hewan. Poskeswan pada Sentra pembibitan Ternak sapi di Sobangan ini memiliki fungsi selain sebagai Poskeswan juga sebagai kantor UPTD Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautaan Kabupaten Badung yang berfungsi untuk pelayanan aktivitas masyarakat.
c. Fasilitas Pendukung 1) Balai Pertemuan ukuran 10x15 m2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
23
Gambar 2.10 Balai Pertemuan di Sentra Pembibitan Sapi Sobangan Sumber : Observasi, 2 Oktober 2014
Merupakan tempat yang digunakan untuk menerima kunjungan tamu seperti petani, mahasiswa yang ingin belajar mengenai pembibitan sapi yang lebih maju dan berkualitas baik, karena selama ini pemeliharaan ternak oleh petani masih bersifat tradisional. Pada Sentra pembibitan Ternak sapi di Sobangan ini bangunannya berbentuk wantilan, yang sehari-hari biasa digunakan untuk sosialisasi bagi warga maupun mahasiswa mengenai pembibitan ternak sapi.
2) Pabrik Pakan ukuran 10x15 m2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
24
Gambar 2.11 Pabrik Pakan Sapi di Sentra Pembibitan Sapi Sobangan Sumber: Observasi, 2 Oktober 2014
Merupakan suatu ruangan yang digunakan untuk membuat olahan pakan seperti jagung, dedak, bungkil kelapa. Dalam Sentra pembibitan Ternak sapi di Sobangan ini pabrik pakan memiliki ruangan yang berisi alat-alat mesin yang digunakan untuk mencacah dan mencampur bahan pakan ternak sapi menjadi pakan yang siap saji atau pakan pakan tambahan konstrat, selain diberikan rumput segar seperti dedak padi, bungkil kelapa, ketela, ubi jalar yang merupakan pakan tambahan yang nilai gizinya lebih tinggi serta mudah dicerna dibandingkan dengan pakan hijauan.
3) Gudang Penyimpanan Pakan Sapi ukuran 5x4,6 m2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
25
Gambar 2.12 Gudang Penyimpanan Pakan Sapi di Sentra Pembibitan Sapi Sobangan Sumber : Observasi, 2 Oktober 2014
Merupakan gudang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan konsetrat, stok hijauan, serta untuk menyimpan peralatan, karena untuk pemeliharaan sapi dalam jumlah yang cukup banyak (minimal 10 ekor) sehingga perlu dilengkapi dengan gudang.
2.2.2. UPTD Balai Inseminasi Buatan Daerah Propinsi Bali di Baturiti
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
26
Gambar 2.13 UPT Balai Inseminasi Butan Daerah Provinsi Bali Sumber: Observasi, 4 Oktober 2014
UPT Balai Inseminasi buatan ini terletak di Jl. Raya Bedugul Km. 43 Pekarangan, Baturiti Tabanan, memiliki lahan seluas 4,80 Ha dengan lokasi disebelah timur jalan seluas 3,5 Ha dan disebelah barat jalan seluas 1,80 Ha. Disamping itu UPT Balai Pembibitan ini juga memanfaatkan lahan milik Pemda Kabupaten Gianyar di Desa Buruan, Gianyar seluas sekitar 0,50 Ha. Lahan yang berlokasi di Baturiti terutama lahan berada disebelah timur jalan raya lebih banyak dimanfaatkan untuk lahan Hijauan Makanan Ternak. Dalam pelaksanaan tugas sebagai fungsi pelayanan dalam hal penyediaan benih (semen beku sapi Bali) dan bibit ternak sapi, hijauan makanan ternak, penyediaan SDM pelayanan Inseminasi Buatan, sarana pelayanan Inseminasi Buatan pada ternak. Sebagai tempat penyediaan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut inseminasi guna yang bertujuan untuk : a. Memperbaiki mutu genetika ternak b. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya c. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama d. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur e. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
27
Tugas-tugas secara umum yang dilakukan pada UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah di Baturiti antara lain ; a. Memelihara dan merawat ternak sapi yang dimiliki serta lingkungannya b. Memelihara dan merawat pejantan sebagai sumber produksi semen c. Melakukan penampungan semen dan memprosesnya menjadi semen beku d. Menyimpan dan merawat semen beku e. Mengolah, menanam dan merawat kebun hijauan untuk kebutuhan pakan ternak f. Penyimpanan hasil prossesing semen beku g. Penyimpanan hasil vaksinasi ternak sapi h. Penyimpanan alat-alat untuk IB i. Melayanii pelaksanaan inseminasi buatan atau kawin suntik j. Mengolah limbah ternak sapi k. Mengelola kegiatan urusan kepegawaian, keuangan dan surat menyurat
A. Fasilitas yang ada pada UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah di Baturiti ini adalah : 1) Kandang Sapi Pejantan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
28
Gambar 2.14 Kandang sapi Pejantan di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Kandang sapi pejantan di UPT Balai Inseminasi Buatan ini memiliki 3unit kandang dengan kapasitas
yang memilki jumlah yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sapi jantan
memerlukan tempat yang luas karena merupakan pejantan yang unggul serta mudah didalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan ternak yang rutin, memudahkan pemberian pakan dan lebih efisien dalam pembersihan kandang.
2) Laboratorium luasnya 44,18 m2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
29
R. penyimpanan semen
R. peralatan lab R. kantor
R. penelitian lab
Gambar 2.15 Laboratorium di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Laboratorium di UPTD. Iseminasi Buatan di Baturiti ini sebagai unit yang memproduksi semen beku sapi Bali dan semen cair babi unggul, UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali memiliki laboratorium tersendiri. Walaupun luas laboratorium produksi tidak terlalu besar, namun cukup memadai untuk melakukan kegiatan sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada. Laboratorium produksi semen beku sapi Bali terdiri dari 2 unit bangunan yaitu tempat untuk mempersiapkan peralatan penampungan yang dipadukan dengan bangunan tempat menampung semen sapi serta laboratorium untuk prosesing semen beku sapi. Laboratorium untuk prosesing yang luasnya 108 M² memiliki 4 (empat) kamar yaitu kamar evaluasi dan pengenceran semen (12 M²), kamar equilibrasi dan pembekuan (14,7 M²), kamar sterilisasi peralatan (9 M²) dan kamar penyimpanan semen yang telah dibekukan yang sekaligus merupakan kamar administrasi (34,4 M²). Laboratorium produksi semen cair babi yang ada di Baturiti memiliki 3 kamar yaitu kamar persiapan peralatan penampungan (14,4 M²), kamar penampungan semen babi (9,8 M²) dan kamar prosesing (evaluasi, pengenceran dan pengepakan dengan luas 11,02 M²). Kamar persiapan
penampungan
sekaligus
berfungsi
sebagai
kamar
administrasi. Sedangkan
laboratorium produksi semen cair babi di Buruan hanya terdiri dari 2 (dua) ruangan yaitu ruang
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
30
penampungan (12,6 M²) dan ruang prosesing (12,04 M²), sementara tempat persiapan penampungan berada diluar menyatu dengan kandang pejantan. 3) Kandang Sapi Betina luasnya 3 m2
Gambar 2.16 Kandang sapi Betina di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Kandang sapi betina sebanyak 3 (tiga unit) yaitu yang berada di Baturiti sebanyak 2 unit masing-masing berkapasitas 20 ekor (di areal lokasi kantor direnovasi tahun 1998) dan 8 ekor (di lokasi kebun HMT dibangun tahun 2006) . 4) Kantor
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
31
R. Kasi
R. kasubag TU
R. tamu R. kepala UPTD
Gambar 2.17 Kantor di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Gedung kantor yang berlokasi di Baturiti seluas 198 m2 merupakan gedung kantor yang pengadaannya dilaksanakan tahun 2000
memiliki bentuk denah bangunan persegi panjang
dengan tampak bangunanya khas Arsitektur Tradisional Bali, adapun dalam kantor ini terdapat ruangan kepala, ruang tata usaha, ruang kasi dan kamar mandi.
5) Kandang Pengambilan Semen sapi Pejantan luasnya 18 m2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
32
Gambar 2.18 Kandang Pengambilan Semen sapi Pejantan di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Merupakan tempat untuk memudahkan pengambilan semen sapi yang ditampung dalam sebuah wadah berupa botol yang kemudian akan menguji kualitas semen tersebut. Bentuk bangunan ini berupa ruangan terbuka dengan dengan atap bergola dan ditengah kandang ini terdapat alat bantu sebagai tempat sapi diambil semen nya. B. Fasilitas Pendukung 1) Pengolahan Bio Gas luasnya 32 m2
Gambar 2.19 Pengolahan Bio Gas di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Limbah ternak berupa tinja maupun urine selain dimanfaatkan untuk pupuk organic kebun rumput ataupun keperluan lainnya, sebagian dikelola menjadi gas-bio. UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali memiliki 1 (satu) unit instalasi biogas sederhana (degister dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
33
fiber) yang dibuat untuk percontohan dibangun pada tahun 2007 memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan bakunya. 2) Gudang Pakan
Gambar 2.20 Gudang pakan di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Gudang yang ada di Baturiti adalah berupa gudang pakan, gudang peralatan pertanian dan kebersihan ternak. Gudang tersebut terpisah satu dengan lainnya baik untuk kegiatan pembibitan ternak dan pengembangan usaha peternakan, untuk kegiatan pembibitan HMT maupun kegiatan prosesing semen beku. Sedangkan untuk peralatan rumah tangga UPTD, gudang menyatu dengan ruang istirahat dan dapur. Pada Stasiun UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi di Buruan, gudang yang ada adalah gudang pakan dan peralatan yang masing-masing menyatu dengan kandang baik kandang sapi bibit maupun kandang babi pejantan, serta gudang arsip yang berada pada aula pertemuan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
34
3) Gudang Peralatan
R.peralatan
Gambar 2.21 Gudang Peralatan di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Fasilitas gudang peralatan di UPTD. Inseminasi Buatan Dinas Peternakan Kesehatan Hewan Baturiti ini juga sama memiliki denah bentuk bangunan yang berbentuk persegi panjang dengan dinding anyaman bambu.fungsi dari gudang pakan ini yaitu sebagai tempat menimpan peralatan untuk menjaga kesehatan ternak, kebersihan kandang dan lingkungan di sekitar ternak seperti : sabit, kereta dorong, sprayer, skop, dan garu kecil.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
35
4) Mess Karyawan luasnya 60 m2
R. kamar
R. kamar
R. kamar
teras
Gambar 2.22 Mess Karyawan di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Penginapan tamu seperti peserta magang, koasistensi, PKL, penelitian, dan lain-lain yang dilakukan di Baturiti, UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali memiliki mess sebanyak 3 (tiga) unit yang masing-masing memiliki 2 (dua kamar) tidur berukuran 9,6 M², sebuah kamar tamu berukuran 7,5 M², sebuah kamar mandi dan dapur. Seluruh kamar tidur dilengkapi dengan springbed berukuran lebar 160 cm, almari pakaian dan bedcover. Mess tersebut dibangun pada tahun 2000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
36
5) Ruang Pelatihan Sapi seluas 72 m2
Gambar 2.23 Ruang Pelatihan Sapi di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Bangunan lainnya yang sangat mendukung dalam pelaksanaan kegiatan di UPT tersebut adalah lapangan atau exercise pejantan sapi yang dilakukan di ruang terbuka dengan dikelilingi rerumputan hijau, di pelatihan sapi ini terdapat dua buah tali baja yang diikat dan diberi pengerek yang akan digunakan untuk mengikat sap tersebut dengan arah maju mundur. Fungsi pelatihan sapi ini adalah untuk menjaga kondisi sapi pejantan selalu terjaga dengan baik sehingga dapat menghasilkan kualitas semen yang baik.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
37
6) Kandang Pemotongan kuku terrnak seluas 5 m2
Gambar 2.24 Kandang Pemotongan di UPTD Balai Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber : Observasi, 4 Oktober 2014
Fasilitas pemotongan kuku sapi ini memiliki bentuk berbentuk satu kandang berbahan dari besi dengan ukuran sesuai sapi sehingga sapi saat akan dipotong kukunya tidak dap leluasa yang akan menyebabkan proses pemotongan kuku menjadi efektif. 7) Ruang Peralatan Pengambilan Semen Sapi
gudang
R. peralatan pengambilan semen
Gambar 2.25 Ruang Peralatan Pengambilan Semen Sapi di UPTD Inseminasi Buatan di Baturiti Sumber Data : Observasi, 4 Oktober 2014
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
38
Fasilitas ruang peralatan pengambilan semen sapi di UPT Balai Inseminasi buatan di Baturiti ini memiliki denah bentuk bangunan yang berbentuk persegi dengan lokasi tempatnya bersebelahan dengan kandang pengambilan semen sapi pejantan sehingga memudahkan dalam pengambilan peralatan yang diperlukan selama proses pengambilan semen sapi pejantan ini. C. Tampilan Bangunan Tampilan bangunan pada kantor UPTD Inseminasi Buatan menyesesuaikan dengan tampilan kantor pemerintahan Provinsi Bali pada umumnya, yaitu menggunakan tampilan Arsitektur Bali yang tercermin dari penggunaan konsep Tri Angga (kepala, badan, kaki) dan penggunaan material bahan dari bata merah dan paras yang ditampilkan pada eksterior bangunan kantor tesebut. Berikut ini adalah gambar tampilan eksterior UPT Balai Inseminasi Buatan di Baturiti ini dapat dilihat pada gambar 2.26.
Gambar 2.26 Tampilan Eksterior UPT Balai Inseminasi Buatan Sumber : Observasi, 10 Agustus 2014
D. Sturktur Organisasi Berikut ini adalah struktur Oganisasi UPT Balai Inseminasi Buatan Daearah Propinsi Bali yang ditetapkan melalui Perpu No. 98 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Rincian Tugas Pokok unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Peternakan dan Kesehatan Provinsi Bali pada Tabel 2.1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
39
Tabel 2.1. Sruktur Organisasi UPT Balai Inseminasi Buatan di Baturiti
Kepala UPT
KASUBAG TU
Kasi Sumber Daya Dan Kelembagaan
Kasi Produksi Dan Distribusi Semen
2.3. Kesimpulan Kajian Terhadap Proyek Sejenis Dari studi banding pada Sentra Pembibitan Ternak Sapi Bali di Daerah Sobangan Kabupaten Badung dan UPT Balai Inseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali di Baturiti, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : (Lihat Tabel 2.2) Tabel 2.2 Kesimpulan Hasil Studi Banding Nama Tempat
Luas Lahan
Fasilitas Utama
Fasilitas Penunjang
Sentra Pembibitan Ternak Sapi Bali 9 Ha di Sobangan
o o o o o o o o
Kandang Sapi Poskeswan Pabrik Pakan Laboratorium Lahan pakan Gudang pakan Kandang Jepit Kantor
o o o o o o
Balai Pertemuan Tempat Suci Bale Bengong Pos Satpam Parkir Pengolahan kotoran
UPTD. 4,80 Inseminasi Ha Buatan Dinas Peternakan Kesehatan Hewan di Baturiti
o
Kandang Sapi Pejantan Laboratorium Kandang Sapi Betina Kantor Kandang
o o o o o o o
Pengolahan Bio Gas Rumah Karyawan Ruang Pelatihan Sapi Garase Instalasi penjernih air Ruang Menyusui Gedung Pertemuan
o o o o
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
Pengelola Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung
Dinas Peternakan Kesehatan Hewan Provinsi Bali 40
o o o
Pengambilan Semen sapi Pejantan Gudang pakan gudang peralatan Ruang Perawatan sapi
o o o
Tempat Suci Mess / Penginapan Bale Bengong
Sumber : Analisa Pribadi
2.4 Spesifikasi Umum Proyek 2.4.1 Pengertian Pengertian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali ini adalah sebagai tempat kegiatan penelitian dan pengembangan inovasi teknologi untuk membudidayakan ternak sapi Bali kearah yang lebih baik, serta untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya. 2.4.2 Tujuan Adapun Tujuan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak sapi Bali ini adalah sebagai berikut 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi yang dapat diterapkan oleh masyarakat yang berbasis sumber daya lokal. 2. Melaksanakan kegiatan penelitian untuk mengembangkan ternak sapi Bali yang lebih berkualitas. 3.
Memberikan pendidikan informal kepada masyarakat tentang cara beternak sapi Bali yang baik.
4. Menyajikan data dan informasi yang dapat mendukung kebijakan di bidang peternakan khususnya tentang penelitian dan pengembangan ternak sapi Bali 2.4.3 Fungsi Adapun fungsi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi ini adalah sebagai berikut : a. Fungsi Pokok Fungsi pokok dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali ini adalah menyusun kebijakan teknis dan melaksanakan program penelitian dan pengembangan untuk
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
41
menghasilkan bibit/benih/vaksin/mikroba unggul yang nantinya dapat berguna untuk kemajuan di bidang Peternakan khususnya ternak sapi Bali. b. Fungsi Penunjang Fungsi penunjang dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali ini adalah sebagai tempat untuk pelayanan teknis penyakit hewan, serta konsultasi tentang peternakan, sehingga mampu mendorong berkembangnya usaha tani ternak di masyarakat serta dapat meningkatkan kesejahteraaan dan pendapatannya.
2.4.4 Ruang Lingkup Pelayanan Lingkup pelayanan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi di Kabupaten Tabanan ini secara umum adalah untuk semua kalangan masyarakat khusunya bagi para peternak sapi, mahasiswa dan juga pelajar, dengan cara memberikan informasi dan dokumentasi hasilhasil
penelitian
yang
telah
dilaksanakan
sehingga
menambah
wawasan
tentang
membudidayakan ternak sapi yang baik dan benar, agar pelestarian sapi Bali dapat terjaga dari kepunahan.
2.4.5 Fasilitas Proyek Fasilitas-fasilitas yang terdapat pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi ini secara umum adalah sebagai berikut : a. Fasilitas Penelitian (Gedung Laboratorium) b. Fasilitas Pengembangan (Kandang Ternak, Gudang Pakan Ternak, Lahan Pakan, Gudang Peralatan, Tempat Pengolahan Pakan) c. Fasilitas Pelayanan Masyarakat (Kantor, Poskeswan, Balai Pertemuan, Rumah Jaga, kantin) d. Fasilitas Pengolahan Daur Ulang (Gudang Pengolahan, Limbah Kotoran Menjadi Pupuk dan Bio Gas)
2.4.6 Prinsip Umum Pengelolaan Proyek Sistem pengelolaan proyek dikelola oleh pihak pemerintah Dinas Peternakan Kabupaten Tabanan. Penggunaan waktu pengunjungan fasilitas kantor menyesuaikan jam kerja pegawai negeri, sedangkan untuk fasilitas pembibitan dan lain-lainnya terbuka setiap hari sehingga semua
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
42
fasilitas ini dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat umum maupun dari mahasiswa dan instansi-instansi pemerintahan tertentu. Kelangsungan dari fasilitas ini tergantung pada sistem pengelolaanya, karena fasilitas ini melayani masyarakat umum khususnya peternak sapi maka diperlukan suatu sistem pengelolaan yang baik. Sistem pengelolaan yang tepat bagi Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali ini adalah sistem pengelolaan dari Pemerintah baik dari pemerintah Provinsi melalui dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) maupun dari pemerintah Pusat melaui dana APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan
43