Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah - garutkab.go.id
Halaman 1
Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah
Dalam kehidupan sehari-hari karbohidrat merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi tubuh dan sangat mutlak diperlukan setiap hari. Karbohidrat merupakan senyawa organik karbon, hydrogen, dan oksigen, yang terdiri atas satu molekul gula sederhana atau lebihy ang merupakan bahan makanan penting sebagai sumber energy atau tenaga. Karbohidrat kita peroleh dari makanan pokok sehari-hari seperti padi, jagung, ketela pohon, kentang, sagu, gandum, ubi jalar dan lain-lain. Dari sekian banyak sumber karbohidrat, padi ternyata merupakan ideal bagi kita. Itulah sebabnya padi menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia. Bagi bangsa kita padi identik dengan hidup, sebab selain padi sebagai sumber penghidupan, ia juga yang telah menghidupi bangsa kita. Sejak ratusan tahun yang lalu padi sudah dikenal di Indonesia. Nenek moyang kita sudah sejak lama membudidayakan tanaman pangan yang utama. Mengingat keadaan iklim, struktur tanah dan air setiap daerah berbeda maka jenis tanaman padi di setiap daerah umumnya berbeda. Perbedaan jenis padi pada umumnya terletak pada : Usia tanaman, jumlah hasil, mutu beras, dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit.
Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah - garutkab.go.id
Halaman 2
Petani tradisional umumnya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman. Karena pengetahuan yang terbatas itulah satu jenis padi sering ditanam terus menerus dalam suatu lahan. Pola tanam demikian bukan cara yang baik, terutama terhadap kemungkinan besar serangan hama dan penyakit.
Ditinjau dari kegunaannya tanaman padi dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu: 1. Padi beras, yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan makanan pokok sehari -hari. Beras sebagai hasil akhir tanaman dijadikan sumber utama karbohidrat, dimasak menjadi nasi dan dimakan. 2. Padi ketan, yaitu jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan makanan pokok sehari -hari. Beras ketan umumnya dibuat tepung sebagai bahan pembuat penganan atau makanan ringan. Dengan demikian padi ketan tidak dikonsumsi langsung sebagai makanan pokok sebagaimana padi beras.
Padi dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu: a. Padi sawah Padi sawah ditanam disawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh air. Padi sawah pada waktu-waktu tertentu memerlukan genangan air, terutama sejak musim tanam sampai mulai berbuah. b. Padi kering Padi kering, yaitu sejenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya mengandalkan curah hujan. Ditinjau dari segi hasilnya, padi sawah jelas dapat menghasilkan lebih banyak paripada padi kering.
Halaman 3
Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah - garutkab.go.id
Padi kering ini pada umumnya ditanam di daerah-daerah yang kurang atau sedikit air. Padi jenis ini masih dapat dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu: (1) Padi Ladang Padi lading, yaitu sejenis padi kering yang ditanam di wilayah hutan yang baru dibuka. Hasilnya sangat rendah. Padi ladang umumnya ditanam olah petani tradisional di daerah pedalaman yang berhutan, seperti di Kalimantan. Umumnya mereka melakukannya berpindah-pindah dan sudah barang tentu sangat merugikan kelestarian alam. Padi ladang mengandalkan air dan curah hujan. Biasanya petani menebang hutan, membakarnya, kemudian pada musim hujan menanaminya. Jika tanah sudah tidak subur lagi mereka membuka hutan yang lain dengan cara yang sama. (2) Padi Gogoh Rancah Padi gogoh rancah, yaitu sejenis padi kering yang ditanam di tegalan pada saat musim hujan. Padi digenangi air seperti di sawah. Padi gogoh rancah sangat bergantung pada curah hujan. Jika musim kemarau panjang sudah barang tentu pertanian pada gogoh rancah tidak dapat berlangsung. (3) Padi Tegalan Padi tegalan disebut juga padi gogo yang tumbuh ditanah kering. Dan jika pertumbuhannya digenangi air seperti padi sawah disebut gogoh rancah. Upaya peningkatan produksi pertanian padi terus dilakukan, antara lain dengan menyilangkan padi dan mendapatkan jenis bibit padi baru varietas unggul. Jenis varietas unggul seperti juga namanya maka ia memiliki kelebihan-kelebihan: umurnya pendek, hasilnya banyak, tahan terhadap hama dan penyakit. Sifat-sifat itulah yang diharapkan dari padi jenis unggul. Selain sifat-sifat diatas padi varietas unggul diharapkan menghasilkan beras berkualitas tinggi, rasanya enak, serta tidak mudah roboh. Dalam upaya meningkatkan produksi padi, Balai Penelitian Padi Bogor juga menyebarkan bibit-bibit baru yang lebih berkualitas yang kita kenal dengan istilah VUTW, singkatan dari Varrietas Unggul Tahan Wereng, dan Cisadane. Kelebihan bibit padi baru itu selain umurnya pendek, tahan terhadap hama dan penyakit, juga raanya jauh lebih enak.
Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah - garutkab.go.id
Halaman 4
Bila penelitian padi terdapat juga di Filipina, yaitu International Rice Research Institute. Balai penelitian tersebut berhasil mengembangkan bibit padi baru yang di beri nama IR 5 dan IR 8. Padi IR ini dikembangkan dari asal padi jenis Peta di Indonesia. Oleh karena itu padi IR 5 dan IR 8 di Indonesia diganti namanya menjadi PB 5 dan PB 4. PB singkatan dari Peta Baru. IRRI (International Rice Research Institute) di Filipina terus mengembangkan jenis unggul baru, antara lain dengan ditemukannya IR 24 yang lebih cocok untuk konsumsi Indonesia. Salah satu keunggulan IR 24 antara lain rasanya lebih enak selain umurnya hanya 120 hari dan tahan terhadap hama dan penyakit. Padi sawah yang diusahakan di Kabupaten Garut meliputi 41,4% dari seluruh komoditas tanaman pangan. Benih padi varietas unggul nasional yang dominan digunakan ialah IR64, Ciherang, Membramo, WA Buru, dan Cisadane. Namun sejak tahun 1995, varietas local sarinah mulia dikenal luas di Garut. Hingga tahun 2003, luas areal tanam varietas Sarinah mencapai 45.365 Ha (38,53%) dari seluruh varietas yang ditanam di Garut. Secara umum, Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler, Karangpawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, dan Bayongbong. Bahkan pada tahun 2003, melalui proyek PMI, padi Sarinah mulai dikembangkan secara luas (350 Ha) di kecamatan Bayongbong. Daerah yang menjadi sentra pengembangan agribisnis komoditas padi adalah Kecamatan Bungbulang, Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong, Bayongbong, Kadungora, dan Cibatu. Selain padi sawah yang dibudidayakan sesuai anjuran, terdapat pula budidaya dengan system organic dan ini merupakan peluang bisnis yang dapat dikembangkan. Tahun 2004 Kabupaten Garut menghasilkan padi sawah 620.878 ton (GKG) dengan produktivitas 55,64 ton/ha dan padi gogo sebesar 64.354 ton dengan produktivitas 28,65 ton/ha. Dilihat dari produktivitas, baik padi sawah maupun padi gogo masih berpeluang untuk dikembangkan dengan penggunaan teknologi tepat guna. Dari tahun ke tahun luas lahan sawah semakin berkurang, namun kebutuhan akan beras semakin meningkat. Untuk itu upaya yang harus dilakukan adalah peningkatan produktivitas dengan teknologi tepat guna sesuai potensi. Peluang penggunaan benih berlabel masih terbuka begitu pula dengan penggunaan alat-alat pengolahan. Dalam hal perbenihan khususnya padi, Kabupaten Garut telah memiliki Balai Benih Pembantu Padi yang berlokasi di Pameungpeuk dan Cibatu. Namun masih memungkinkan untuk dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak.
Halaman 5
Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah - garutkab.go.id
Analisis Ekonomi Usaha tani padi sawah
NAMA PROYEK
: Usaha Tani Padi Sawah
KAPASITAS
: 6.450 Kg/Ha (sample Penelitian)
LOKASI
: Kadungora, Leles, Tarogong, Bayongbong, Sukawening, Karangpawitan, Pameungpeuk, Cibatu, Cibalong, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet.
LUAS LAHAN
Kebutuhan lahan
: Tidak terbatas
Status Lahan
: Milik Pemda Garut
KEBUTUHAN TENAGA KERJA
: 1 orang tenaga kerja/Ha (pengawas) 20 orang tenaga tidak tetap
Jumlah
21 orang
PERKIRAAN INVESTASI Modal Tetap
: Rp. 9.000.000/Ha
Modal Kerja
: Rp. 3.082.500/Ha Jumlah : Rp. 12.082.500/Ha
f. Dukungan Studi Studi/identifikasi Peluang Investasi (Opportunity Study) : √ ( ada ) Prastudi Kelayakan Proyek (pre Feasibility Study) : √ ( ada ) Studi Kelayakan Proyek (FS) : √ ( ada ) g. Profabilitas Finasial BEP = 10.947.67 Kg. atau BEP = Rp. 14.231.972 NPV = Rp. 10.327.640 (Proceeds 22.410.140 dan outlays 12.082.500 dan estimasi rr 12%) IRR = 42,87% ROI = 33,97% (dibulatkan)