PELESTARIAN JANGKA PANJANG DAN AKSESIBILITASISI INFORMASI DENGAN TEKNOLOGI Oleh: Purwono 1
Abstrak Pemilihan program komputer untuk kegiatan di perpustakaan pada kenyataannya, bukan masalah sederhana, terutama jika program komputer tersebut akan digunakan untuk pengolahan data koleksi perpustakaan. Perubahan kebijakan, perluasan layanan, dan munculnya kerjasama antar perpustakaan, merupakan beberapa pemicu masalah dalam pemakaian program komputer di perpustakaan. Pilihan untuk mengganti program komputer agar sesuai dengan perkembangan kegiatan perpustakaan bukan hal yang mudah. Kegagalan migrasi data merupakan masalah besar yang sering kali muncul, terutama jika perpustakaan harus mengisi ulang seluruh data koleksi yang dimilikinya. Oleh karena itu perlu kecermatan dalam pemilihan teknologi yang tepat untuk kegiatan preservasi. Kata kunci: Pelestarian informasi, Program komputer, Teknologi pelestarian, Migrasi data
Pendahuluan elestarian (preservasi) dikatakan ada relevansinya untuk seluruh profesi. Ada tanggapan yang makinmeningkat atas masalah menemukankembali informasi dalam berbagai amacam format yang dapat diginakan dalam abad terakhir ini. Apakah mungkin untuk menyimpan informasi dalam format digital? Ataukah format digital ini akan terbukti menjadi pemecah masalah pelestarian informasi yang emula diterbitkan dalam bentuk cetak? Dengan hanya mengajukan pertanyaan ini, sudah berarti mengusulkan cakupan, tujuan dan arti yang baru dalam bagian yang paing tua dari tugas pustakawan, yaitu tugas pemeliharaan koleksi.
dimanfaatakan dalam kegiatan preservasi atau pelestarian pustaka. b). Pemahaman preservasi teknologi dalam bentuk perawatan perangkat keras dan lunak c). Upaya yang dapat dilakukan unutk pembaruan dengan pemindahan data dari suatu media ke media lainnya. d). Upaya yang dapat dilakukan dalam migrasi dan format ulang dengan mengubah konfigurasi data digital tanpa mengubah kandungan isi. e).Upaya yang dapat dilakukan dalam pengiriman data digital dengan enkapsulasi
Pelestarian (presevasi) dalam bentuk yang dapat dilacak kembali merupakan pokok bahasan dalam tulisan ini. Oleh karena itu di dalam tulisan ini akan diuraikan serba sedikit bagaimana pelestarian jangka panjang dan aksesibilitas kandungan informasi dengan pemanfaatan teknologi. Cakupan tulisan ini di antaranya: a). Pemahaman atas teknologi yang
Dari segi t e k n o l o g i , k e g i a t a n p r e s e r v a s i sebenarnya terdiri dari berbagai jenis kegiatan yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut (Pendit, 2008):
'Pustakawan Utama Universitas Gadjah Mada MEDIA PUSTAKAWAN
1. Aspek Teknologi dalam kegiatan Pelestarian (Preservasi)
1) P r e s e r v a s i teknologi (technology preservation) dalam bentuk perawatan secara seksama semua perangkat keras dan lunak yang dipakai untuk membaca atau
Vol. 1 7 No. 1 dan 2 Juni 2010
[ 7 ]
menjalankan sebuah materi digital tertentu. Dalam dunia digital sebuah isi atau materi dapat "hilang" atau "tak terpakai" karena mesin dan p r o g r a m n y a k a d a l u w a r s a . Kegiatan preservasi teknologi ini sebenarnya tidak praktis dan bisa menjadi mahal, karena perangkat yang sudah kadaluwarsa akan hilang dari pasaran dan akan sulit untuk memperoleh k o m p o n e n n y a jika rusak. Pengalaman perpustakaan dengan pembaca mikro (micro r e a d e r ) d a p a t m e n j a d i pelajaran. P r e s e r v a s i t e k n o l o g i juga seringkali harus diikuti dengan perawatan media digital, termasuk dalam bentuk upaya refreshing sebagaimana dijelaskan di butir berikut. 2) Penyegaran atau pembauran (refreshing) d e n g a n m e m p e r h a t i k a n usia media, misalnya dalam bentuk pemindahan data dari satu media ke media lainnya. Ini sudah berlangsung lama. Ketika personal computer (PC) diperkenalkan secara meluas pada tahun 80-an, data yang tersimpan dalam pita magnetic dari jaman baehula computer (yang sebenarnya hanya 20 tahun yang lalu) d i p i n d a h ke floppy disk. Lalu k e t i k a teknologi CR-ROM hadir, data tersebut "dikeluarkan" lagi dari floppy disk dan di rekam ke dalam CD. Setelah teknologi harddisk semakin canggih, materi digital dipindahkan lagi. Demikian seterusnya, perpindahan dan penyegaran ini akan terus berlangsung. 3) Migrasi dan format ulang ( m i g r a t i o n and reformatting) berupa kegiatan mengubah konfigurasi data digital tanpa mengubah kandungan isi intelektualnya. Seringkali ini juga merupakan prasyarat setiap kali sebuah perangkat lunak atau system computer berganti versi. Daripada mempertahankan mesin dan program versi lama, perpustakaan memilih untuk melakukan format ulang terhadap data mereka agar sesuai dengan versi terbaru. Namun kegiatan ini harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati, sebab ada kemungkinan perubahan (atau p e n g u r a n g a n ) isi k e t i k a s e b u a h data deprogram-ulang. Juga diperlukan d o k u m e n t a s i y a n g baik, sebab biar bagaimanapun data yang sudah diformat ulang ini bukanlah data orisinal. Persoalan autentisitas akan menjadi salah satu sumber kepusingan para pengelola materi digital.
[~2~| Vol. 17 No. 1 dan 2 Juni 2010
4) E m u l a s i ( e m u l a t i o n ) yaitu proses "penyegaran" di lingkungan sistem. Artinya, secara teoritis dapat dilakukan pembuatanulang secara berkala terhadap program komputer tertentu agar dapat terus membaca data digital yang direkam dalam berbagai format dari berbagai versi. Namun tentu saja hal ini m e m b u t u h k a n k e m a m p u a n t e k n o l o g i y a n g c u k u p tinggi di pihak p e n y e l e n g g a r a preservasi. A k a n lebih m u d a h j i k a p r o d u s e n t e k n o l o g i ikut membantu. 5) Arkeologi digital (digital archaeology) dengan asumsi bahwa suatu saat nanti (entah kapan!) akan ada sebuah cabang ilmu khusus yang berkonsentrasi pada "penggalian" media digital untuk mencari tahu apa isinya. Dalam hal ini, badan preservasi cukup menyimpan media dan memastikan bahw secara fisik media tersebut masih utuh, atau mungkin melakukan penyegaran tetapi tanpa berupaya melakukan migrasi atau emulasi. Tentu saja pilihan ini paling murah jika dilakukan saat ini, tetapi risiko bahwa data itu akhirnya tidak akan terbaca di masa depan juga sangat tinggi. 6) M e n g u b a h data digital menjadi analog, terutama untuk materi digital yang sulit diselamatkan dengan semua cara di atas. Memperhatikan berbagai jenis kegiatan di atas, dan mengingat persoalan-persolan preservasi digital, maka jelas terlihat bahwa preservasi digital bukanlah kegiatan yang sederhana. Semata-mata menyimpan dan menyediakan ruang penyimpanan materi digital bukanlah kegiatan preservasi. Konservasi pada pencegahan degradasi fisik sebuah media digital juga bukan praktik yang dianjurkan. Sebaliknya dari itu, s e b u a h institusi y a n g b e r m a k s u d m e l a k u k a n preservasi digital m u n g k i n harus m e l a k u k a n kombinasi dari semua kegiatan di atas. 2. Pelestarian ( P r e s e r v a s i ) I n f o r m a s i Format Nonkertas Perkembangan perpustakaan pada saat ini menunjukkan bahwa perpustakaan bukan hanya m e r u p a k a n t e m p a t u n t u k m e n y i m p a n atau m e n g o l e k s i b u k u . P e r p u s t a k a a n saat ini juga b e r p e r a n s e b a g a i t e m p a t y a n g disebut " t h e preservation of knowledge". Artinya perpustakaan merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan semua ilmu
MEDIA PUSTAKAWAN
pengetahuan/gagasan manusia dari jaman ke jaman. Secara khusus perpustakaan berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pelestarian, pengelolaan, pemanfaatan, dan penyebaran informasi. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini secara efektif, maka isi perpustakaan seharusnya tidak hanya terbatas pada koleksi media cetak berbahan kertas, namun juga media non cetak dan berbahan non kertas pula. Pergeseran media baru di dunia perpustakaan dan kearsipan saat ini m e n u n j u k k a n tingkat perkembangan yang pesat sebagaimana kita saksikan seperti munculnya : media gambar hidup maupun diam (still and motion pictures), rekaman video maupun audio, dan komputer. Perpustakaan dan kearsipan menganggap bahawa masa "harapan hidup" atau usia buku atau berbagai rekaman yang dimiliki mencapai usia lima puluh sampai seratus tahun bahkan lebih panjang dari usia karier seorang pustakawan atau arsiparis. Namun informasi yang terkandung di kebanyakan media terbaru saat ini bisa ditelusur kembali hanya sepuluh atau duapuluh tahun. Banyak media terbaru saat ini lebih tidak tahan lama dibanding buku atau dokumen kertas sebab: a.
Media non kertas kurang stabil secara kimiawi dibandingkan kertas yang paling jelek sekalipun, sehingga secara bertahap mengalami kerusakan apalagi tidak disimpan pada tempat dan dalam lingkungan yang baik.
b.
Sangat tergantung pada mesin, kita harus m e n g g e r a k k a n d e n g a n mesin ketika m e m b u t u h k a n i n f o r m a s i n y a . Dengan demikian harus tersedia mesin yang sesuai.
c.
Keseluruhan sistem tergantung pada pola penelusuran informasinya. Jika sistem tidak memberikan jaminan masa keberlangsungan yang cukup panjang, maka informasi akan hilang jika tidak dilakukan migrasi ke sistem terbaru.
d. T e k n o l o g i i n f o r m a s i t e r g a n t u n g p a d a seberapa besar dan kepadatan kemasan informasi. Informasi mudah hilang dan rusak hanya karena kecelakaan kecil. e.
Kegagalan pada kebanyakan media terbaru tidak bisa diramalkan dan terjadi tiba-tiba, dan kemungkinan sekali terjadi semua informasi akan hilang.
Laju perubahan atau perpindahan ke digitalisasi juga menambah kompleksitas preservasi. Informasi dalam bentuk tekstual maupun numerik, gambar hidup MEDIA PUSTAKAWAN
maupun diam (still) dan suara berkembang, hal ini sejalan dengan meningkatnya produksi, proses, distribusi d a l a m b e n t u k digital. K e u n t u n g a n informasi dalam bentuk digital perwujudannya tidak terlepas dari u s a h a p a n j a n g penelitian demi keberlangsungan ke masa depan: a.
Aksesibilitas terhadap informasi digital tergantung sepenuhnya pada seluk beluk bangunan perangkat keras, sistem operasi, a p l i k a s i p e r a n g k a t l u n a k dan m e d i a penyimpan.
b.
Perubahan teknologi selalu dikendalikan oleh k e g i a t a n b i s n i s dan k e k u a t a n konsumen, hampir bisa dikatakan bahwa perpustakaan dan lembaga kearsipan tidak ada p e n g a r u h n y a t e r h a d a p p e r u b a h a n tersebut,
c.
W a l a u p u n terdapat norma baik formal maupun de facto, di dalam domain digital, perkembangan di bidang teknologi lebih cepat d i b a n d i n g proses p e r k e m b a n g a n norma.
Penting untuk diperhatikan bahwa faktor-faktor tersebut akan dipengaruhi oleh aspek manajerial dan kemampuan ekonomi dari perpustakaan dan kearsipan. Di samping itu, kebanyakan media terbaru minim sekali pengalaman dalam pemeliharaan dan preservasi. Masa pemakaian media terbaru sangat tergantung ketersediaan lingkungan yang memadai dan ketatnya pengawasan terhadap pemakaian media tersebut. Biaya operasional pemeliharaan lingkungan yang optimal bagi media non kertas sangat tinggi, karena harus menyediakan fasilitas yang memadai. Karena lingkungan harus terjaga seberapa tinggi temperature dan tingkat kelembaban relatif guna menanggulangi kerusakan yang bersifat kimiawi. Dalam hal ini, kebanyakan media terbaru sangat sensitif terhadap lingkungan yang mengakibatkan kerusakan. Penanganan dan pemakaian juga menyebabkan kerusakan objek, misalnya pemakaian yang ceroboh dan kerusakan disebabkan oleh pemakai. Pemakaian u n t u k k e g i a t a n p a m e r a n atau p e r t u n j u k a n kemungkinan akan mempercepat kerusakan terutama media yang sensitif terhadap cahaya. Pemakaian mesin yang sesuai keperuntukannya sangat mempengaruhi preservasi media non kertas, perlu kecermatan pemeliharaan, dan dilakukan p e l a t i h a n bagi p e r s o n i l y a n g bertugas untuk menangani media tersebut.
Vol. 1 7 No. 1 dan 2 Juni 2010
[7]
Kebanyakan mesin disertai petujuk pemakaian, bagi personil baru harus hati-hati dalam pengoperasian. Lingkungan harus bersih dari debu, asap rokok, rontokan rambut manusia, yang berangkali mempengaruhi kerja videotape atau readwrite head. Frekuensi pemakaian akan menyebabkan kemunduran (kerusakan}, untuk kepentingan pemakai barangkali disediakan media pengganti sedang media yang orisinal ditangani oleh staf. Pembuatan duplikasi (copying}dan fasilitas restorasi guna pemeliharan harus dilakukan secara professional dan ruang harus terjaga kebersihannya. Media harus selalu d i s i m p a n kembali pada tempatnya yang sesuai setelah dipakai. Suatu ketika pembuatan turunan (copy), migrasi dan penyegaran dilakukan untuk preservasi. Suatu media dibuatkan turunannya untuk menjaga kerusakan media dan keusangan sistem. Pembuatan turunan juga untuk mempertahankan media aslinya dan menyediakannya untuk memenuhi permintan pengguna. Banyak kritik diajukan terhadap mesin pembuat turunan - tergantung media untuk tujuan preservasi - kualitas peralatan, ketersediaan personil yang terlatih untuk melakukannya. Untuk preservasi "master" yang mulai memburuk atau mengalami kemunduran audiotapes atau videotapes misalnya, maka harus d i p e r t i m b a n g k a n b a h w a harus mencakup sepenuhnya informasi sebelum media orisinal tersbut betul-betul tidak bisa dioperasikan lagi. Ketika keinginan preservasi bagi "master copy" terhadap kemunduran videotapes dan videotapes dibuat, muncul hal yang bersifat delematis apakah turunan dibuat dalam format digital atau analog. Preservasi pada m e d i a m a g n e t i k . Media magnetik ini kita jumpai pada audio, video, gambar hidup, dan koleksi data komputer yang masingmasing memiliki cirinya sendiri. Komponen dasar dari magnetic tape (misalnya d i s k e t / f l o p y disk}didukung oleh lapisan yang bermagnet. Untuk kepentingan preservasi dan konservasi jauhkan media ini dari medan magnet. Boleh dikatakan hampir semua media magnetik dilapisi film polister, walaupun pada awal perkembangan audiotape dengan bahan dasar kertas cellulose acetate. Dalam hal ini polister lebih tahan lama dan bahannya awet Kebanyakan media terbaru masa atau usia keterpakaiannya relatif singkat. Oleh karena itu secara substantif menuntut percepatan penentuan kebijakan preservasi dibandingkan dengan media tradisional yang tersimpan di perpustakaan dan lembaga kearsipan. Tindakan preservasi menuntut adanya survei guna menentukan skala prioritas,
[~2~| Vol. 17 No. 1 dan 2 Juni 2010
optimasi penyimpanan, kebijakan penanganan, dan pemakaian, serta program pembuatan turunan dan migrasi. Untuk itu semua, tentu saja dibutuhkan ketersediaan dana yang memadai. 3. Pelestarian (Preservasi) Objek Digital Materi atau dokumen yang sejak terlahir dalam kedaan sudah digital dan akan digunakan dan dipertahankan sebagai materi digital merupakan materi yang born digital. Istilah born digital digunakan untuk membedakan materi itu dari dua materi lainnya, yaitu: 1). Materi digital yang merupakan hasil konversi dari materi analog, misalnya sebuah lukisan yang dipotret dengan kamera digital, atau sebuah buku yang dipayar {scanned) untuk dijadikan buku elektronik, dan 2) Materi dibuat sebagai materi digital tetapi kemudian dicetak di atas kertas atau bentuk lainnya (Pendit, 2008) Untuk keperluan penyimpanan dan pengelolaan dokumen, kita sering pula menggunakan istilah digital work bagi materi yang born digital. Ini berkaitan dengan upaya mengidentifikasi dan mengklasifikasi karya ( w o r k ) yang akan disimpan di perpustakaan digital. Dalam hal ini, pustakawan digital diharapkan memahami beberapa hal pokok yang muncul akibat kehadiran materi digital yang mulai mbludak, misalnya perbedaan antara karya (work) dan perwujudan ( m a n i f e s t a t i o n ) dan berkas komputer (computer file). Banyak perpustakaan kini m e n g u r u s buku y a n g m e m i l i k i w u j u d alias manifestasi digital, sehingga harus disimpan dan dikelola dengan cara khusus, bersama-sama dengan karya yang benar-benar hanya berbentuk digital atau sering juga d i k a t e g o r i k a n sebagai single manifestation work. Sebagian bersar karya digital (digital works) di World Catalog (yaitu karya yang setidaknya memiliki satu manifestasi digital) adalah karya yang born digital, dan/atau karya yang tidak diketahui apakah memiliki bentuk lainnya atau tidak. Mislnya, sebuah gambar digital seringkali sebenarnya memiliki bentuk asli dalam bentuk tercetak, tetapi siapa yang menyimpan bentuk itu, dan apakah ada katalognya? Persoalan teknis lainnya yang segera muncul tentu saja adalah persoalan jumlah "ruang digital" yang diperlukan untuk menyimpan materimateri digital, apakah diperlukan hard disk, floppy disk atau flash disk. Materi digital, dan terlebih-lebih materi yang born digital membawa serta dua persoalan s e k a l i g u s , yaitu persoalan media penyimpan dan alat bacanya. Ini mirip dengan persoalan media penyimpan film mikro ( m i c r o f i l m ) yang kini nyaris punah. Media ini hanya dapat MEDIA PUSTAKAWAN
dibaca dengan pembaca mikro (micro reader) yang sudah tidak diproduksi lagi. Ketika teknologi komputer muncul, banyak film mikro yang diubah menjadi berkas komputer. Apakah persoalan selesai? Ternyata tidak. Berkas komputer itu pada mulanya disimpan dalam floppy disk, tetapi dalam waktu cepat teknologi berubah, dan kini floppy disk pun sudah jarang, kalau tidak dapat dikatakan tidak lagi diproduksi. Perubahan dalam teknologi komputer amat cepat, jauh lebih cepat dari p e r u b a h a n teknologi media manapun yang pernah dikenal manusia. Akibatnya, pihak yang berurusan dengan penyimpanan materi digital harus mengikuti terus perkembangan teknologi media penyimpan komputer. Ongkos untuk menyimpan materi born digital juga tidak kecil, t e r u t a m a kalau kita memperhitungkan juga ongkos melatih pustakawan m e r a w a t materi itu s e k a l i g u s m e n g i k u t i perkembangan teknologi komputer. Seringkali, para pengelola preservasi digital harus membujuk para p e n g g u n a untuk ikut " m e n a n g g u n g o n g k o s " , terutama ongkos mengembangkan perangkat lunak pembaca materi born digital. Misalnya, perpustakaan lalu tidak perlu memperbarui ( u p d a t e j perangkat setiap kali. Cukup menyediakan materi dalam b e n t u k versi lama atau versi o r i s i n a l , dan mempersilahkan pengguna mengupayakan sendiri p e r a n g k a t l u n a k y a n g dapat m e m b a c a atau mengubah (konversi) materi tersebut. Ini terutama terjadi di bidang yang spesifik, misalnya arsitektur dan industri besar yang menggunakan perangkat lunak berharga mahal. Di negara-negara yang saat ini sudah mulai banyak bergantung kepada materi digital, persoalan born digital sering menjadi masalah nasional. Di Amerika Serikat, misalnya, sebuah studi tahun 2003 yang dilakukan Art Institute of Chicago dan melibatkan para arsitek, ilmuwan, kurator museum, dan teknolog, menunjukkan bahwa ternyata tidak satupun museum atau badan arsip di negeri itu yang punya kesiapan memadai dalam menyimpan dan mengelola materi born digital. Hasil kajian ini mendorong pembentukan sebuah komite yang merekomendasikan penggunaan model Open Archival Information System (OAIS) u n t u k kepentingan penyimpanan dan pengarsipan data digital. Dalam rekomendasi tersebut, ada ketentuan tentang enam l a n g k a h p e n g e l o l a a n m a t e r i , khususnya yang born digital, mulai dari penyiapan (preparing), pengumpulan dan pengolahan (collecting and processing), pengatalogan {cataloging), penyimpanan {storing), perawatan {preserving) dan penyediaan akses {accessing digital
MEDIA PUSTAKAWAN
design data). Laporan komisi dan rekomendasinya dapat dilihat secara lengkap di alamat berikut: http:/ /www.artic.edu/aic/collections/dept_architecture / dddreport/oc. pdf Jika A n d a telah terbiasa m e n g o p e r a s i k a n internet dalam penelusuran informasi, maka Anda akan menjumpai apa yang disebut objek digital. D a l a m k o n t e k s i n s f r a s t u k t u r dan a r s i t e k t u r sumberdaya digital di Internet, sebuah objek digital (digital object) merupakan objek yang memiliki struktur yang tidak terikat pada jenis mesin ataupun landasan pijak {platform) teknologinya. Sebagai s e b u a h o b j e k , ia d i i d e n t i f i k a s i , diakses, dan dilindungi bilaman perlu. Sebuah objek digital tidak hanya mengandung elemen informasi (misalnya dalam betuk hasil digital sebuah buku, rekaman video), tetapi j u g a p u n y a identitas unik dan metadata. Termasuk dalam metadata ini adalah informasi tentang aturan akses, catatan kepemilikan, dan perjanjian mengenai pemakaian. Dengan kata lain objek digital dalam pengertian ini adalah objek yang punya aspek hukum dan ekonomi, selain aspek teknis dan fisik. Dalam konteks preservasi, sebuah objek digital merupakan salah satu dari 5 entitas yang menjadi bagian utama dari kegiatan preservasi digital {digital preservation activities) (Pendit, 2008), yang perlu dicatat sebagai bagian dari metadata preservasi. Kelima entitas itu adalah: Entitas Intelektual {Intelectual Entity), Obyek {Objects), Kejadian {Events), Hak {Rights), dan Agen {Agents). Pada gambar model di bawah, entitas-entitas ini terlihat sebagai kotak-kotak, sementara hubungan atau relasi di antara mereka diperlihatkan dalam bentuk garis. Tanda panah menandai arah kaitan hubungan atau relasi. Misalnya, tanda panah dari Hak menuju Agen berarti metadata untuk HAK mencakup di dalamnya unit semantik yang mengidentifikasi Agen. Kalau ada dua tanda panah bolak-balik, berarti ada relasi bolak-balik antara keduanya.
Keterangan selanjutnya dari masing-masing entitas itu adalah sebagai berikut:
Vol. 1 7 No. 1 dan 2 Juni 2010
[7]
a.
Objek (Object), atau disebut juga Digital Object, merupakan sebuah unit informasi yang berdiri sendiri dalam bentuk digital.
b. Entitas Intelektual (Intellectual Entity) adalah serangkaian isi yang padu, dan yang dapat d i a n g g a p s e b a g a i s e b u a h unit. Misalnya, sebuah buku, peta, foto, atau sebuah pangkalan data. Sebuah Entital Intelektual dapat mengandung atau terdiri dari beberapa entitas intelektual. Misalnya: sebuah situs Web mengandung halaman W e b , dan s e b u a h h a l a m a n Web mengandung sebuah foto. Sebuah Entitas Intelektual juga dapat mengandung lebih dari satu representasi atau bentuk digital. c.
Kejadian (Event) adalah sebuah tindakan atau k e g i a t a n y a n g m e l i b a t k a n atau mengenai setidaknya satu objek atau agen yang ada di tempat preservasi.
d. Agen (Agent) adalah seseorang, atau sebuah organisasi, atau sebuah perangkat lunak yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan kegiatan preservasi di daur hidup sebuah objek. e.
Hak (Rights) atau disebut juga Rights Statements, adalah pernyataan tentang adanya satu atau beberapa hak atau ijin yang berkaitan dengan p e n g g u n a a n sebuah Obyek dan/atau sebuah Agen.
Di antara ke lima entitas di atas, dapat terjadi relasi (relationship) berupa sebuah pernyataan tentang kaitan antar beberapa entitas. Sebuah Objek Digital memiliki tiga komponen penting yang disebut subtypes-, yaitu file, bitsream, dan representation. Penjelasan ringkasnya adalah sebagai berikut: a.
b.
Sebuah file (berkas) adalah serangkaian bytes yang memiliki nama dan dikenali oleh operating system. S e b u a h file bias berukuran 0 byte atau lebih dan memiliki format, ijin akses, dan informasi statistic, misalnya besaran (size) dan tanggal terakhir diubah (last modification date). Sedangkan bitsream adalah data dalam suatu file baik yang berdampingan maupun yang tidak berdampingan (contiguousatau non-contiguous). Data ini memiliki cirri dan karakter (property) yang sama untuk kepentingan preservasi, Sebuah bitstrem tidak dapat diubah menjadi file yang berdiri
[~2~| Vol. 17 No. 1 dan 2 Juni 2010
sendiri, kecuali kalau diubah strukturnya atau dilakukan format ulang (reformatting). c.
Sebuah representation adalah serangkaian files, t e r m a s u k di d a l a m n y a metadata structural, yang diperlukan untuk interpretasi (rendition) sebuah Entitas Intelektual. Misalnya, sebuah artikel jurnal mungkin terdiri dari satu berkas Portable Document Format (PDF) saja sehingga berkas tunggal ini saja sudah menjadi representation. Tetapi ada artikel jurnal lain yang m ungkin terdiri dari satu berkas SGML dan dua berkas gambar. Maka ada tiga berkas yang bersama-sama menjadi representation. Lalu ada juga artikel lain yang representasinya berupa 12 berkas TIFF dan satu berkas X M L sebagai metadata strukturnya. Dalam hal ini 13 berkas itulab yang merupakan representation.
T u j u a n u t a m a dari p e n y i m p a n a n untuk preservasi adalah mempertahankan usable versioni dari Entitas Intelektual sepanjang waktu. Agai sebuah Entitas Intelektual dapat ditampilkan dimainkan, atau digunakan oleh manusia, semu; berkas yang menjadi bagian dari Entitas Intelektua itu harus dapat diidentifikasi, disimpan, dar dipelihara, sedemikian rupa sehingga berkas-berka: tersebut dapat dirakit dan digunakan (rendered) bag pengguna ketika dibutuhkan. Dalam konteks inilal maka sebuah representation merupakan serangka berkas yang diperlukan untuk memungkinkai semua ini terjadi. Namun, tidak semua institusi yang melakukai preservasi peduli tentang representation. Ini terjad m i s a l n y a , jika s e b u a h l e m b a g a penyimpanai memilih melakukan preservasi objek-objek (atai berkas) saja dan m e n g g u n a k a n agen eksterna (misalnya sebuah perangkat lunak) untuk meraki objek-objek tersebut agar dapat dimanfaatkan ole' pengguna. Jika sebuah badan penyimpan tida mengelola representation, maka tidak diperluka: rekaman metadata tentang representasi itu. S e b a g a i m a n a d i s e b u t k a n di atas, b a h w preservasi digital bukanlah kegiatan yang sederhan; maka kegiatan preservasi digital harus dilakaka secara cermat, seksama dengan pilihan teknoloj yang tepat, sebagai contoh migrasi dan format ulanj Migrasi data adalah sebuah proses konversi data yan telah diolah satu program komputer atau perangk; lunak komputer ke pada program komputer lainny; Data dalam sebuah program komputer dibentuk at; satuan kecil yang dikodekan dalam sebuah sistei
MEDIA PUSTAKAWAN
bahasa komputer. Sistem bahasa itulah yang akan membedakan bagaimana sebuah program komputer m e n g k o d e k a n data yang y a n g diolahnya dan s e b e n a r n y a h a n y a l a h salah satu hal y a n g membedakan satu program komputer dengan yang lainnya. Perpustakaan mengenal berbagai jenis program komputer yang dapat dipergunakan untuk mengolah data. Perpustakaan juga memiliki beberapa jenis data yang dapat diolah mempermudah perkerjaannya, baik secara terintegrasi pada seluruh kegiatannya, maupun secara terpisah pada tiap bidang yang berbeda. Awalnya program komputer lebih banyak digunakan untuk membantu kegiatan administrasi perpustakaan, dan proses migrasi pada kegiatan ini b i a s a n y a tidak terlalu b e r m a s a l a h . P a d a perkembangan selanjutnya penggunaan program komputer lebih terkonsentrasi pada bagaimana p r o g r a m k o m p u t e r dapat m e n g o l a h dan menampilkan data koleksi yang akan membantu proses temu-kembali di perpustakaan. Seperti kita ketahui, kegiatan temu kembali merupakan kegiatan utama di perpustakaan. Data koleksi atau katalog diperoleh melalui proses pengolahan koleksi, sebuah kegiatan yang banyak membutuhkan waktu dan tenaga. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini terus bertambah dan diperlakukan sebagai satu kesatuan dalam proses temu kembali. Data tersebut juga akan dipakai selama koleksi tersebut masih ada dan perlu untuk ditemukan. Proses m i g r a s i data k o l e k s i harus dapat dilakukan secara menyeluruh dan tanpa perubahan pada isinya agar tidak mengganggu proses temu kembali di perpustakaan yang menggangu kegiatan utama di perpustakaan. Dalam kenyataannya tidak satupun program komputer yang dapat melakukan hal tersebut secara sempurna, bahkan ada yang tidak sama sekali akibat perbedaan sistem bahasa yang digunakan. Ketika hal ini terjadi, perpustakaan terpaksa melakukan pengisian data kembali untuk seluruh koleksinya. Dan jika proses migrasi tidak dapat dilakukan sempurna maka perpustakaan perlu melakuka proses perbaikan data y a n g sangat melelahkan. Memang sangat disadari bahwa tidak ada pilihan ataupun keputusan yang sempurna, tapi selalu ada r a m b u - r a m b u y a n g dapat d i g u n a k a n u n t u k memperkecil kerugian. Perlu kesediaan para pengambil kebijakan untuk meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sebelum memilih program yang akan digunakan. Pilihan yang bukan sekedar didasari MEDIA PUSTAKAWAN
adanya kemudahan pengadaan atau sedikitnya dana yang harus dikeluarkan. Disamping masalah yang kemudian muncul adalah masalah hak cipta. Masalah ini sebagian besar terbagi dua : a.
Hak cipta pada dokumen yang didigitalkan. Yang termasuk didalamnya adalah: mengubah dokumen ke digital dokumen, memasukkan digital dokumen ke database, mengubah digital dokumen ke hypertext dokumen .
b.
Hak cipta pada dokumen di communication network. Dalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen lewat komputer network belum didefinisikan dengan jelas.
Hal yang perlu disempurnakan adalah tentang: hak menyebarkan, hak meminjamkan, hak memperbanyak, hak menyalurkan baik kepada masyarakat umum atau pribadi, semuanya dengan media jaringan komputer termasuk di dalamnya internet, intranet, dan sebagainya Pengaturan hak cipta pada digital dokumen di atas sangat diperlukan terutama untuk memperlancar proyek Digital Library di dunia. Salah satu wujud nyata adalah penelitian tentang ECSM (Electronic Copyright Management System), yang intinya adalah sistem yang memonitor penggunaan digital dokumen oleh user secara otomatis. 4. Enkapsulasi
dan Alur
Data
Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya: rapuh karena umur, pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan dan sebagainya. Y a n g harus d i p e r h a t i k a n dalam p e l a k s a n a a n enkapsulasi adalah kertas harus bersih, kering dan bebas asam. Pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi adalah berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya di antara dua lembar plastik yang transparan. Jadi tulisannya tetap dapat dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut, ditempeli lem dari double sided tape tadi, sehingga bahan p u s t a k a tidak t e r l e p a s . E n k a p s u l a s i mirip menempatkan bahan perpustakaan pada amplop yang terbuat dari plastik {Mylar Envelopes) Tetapi dalam enkapsulasi tidak ada udara di dalamnya seperti pada amplop. Hal tersebut dilakukan pada dokumen atau pustaka berbahan kertas dalam rekaman analog. Lalu bagaimana jika dokumen
Vol. 17 No. 1 dan 2 Juni 2010
[2jJ|
dalam betuk digital dengan media elektrotronik? Tentu saja Anda akan menjumpai definisi yang berbeda. Enkapsulasi adalah p e n g k o m b i n a s i a n / pembungkusan antara data dan prosedur ataupun fungsi (method) yang memanipulasi ke dalam sebuah objek pada bagian yang terlindungi sehingga datanya tidak mudah diakses langsung dari luar. Manfaat dari enkapsulasi ialah kode sumber dari sebuah objek dapat dikelola secara independen dari kode objek yang lain. Selain itu, dengan enkapsulasi kita bisa menyembunyikan informasi-informasi yang tidak perlu diketahui oleh objek lain. Enkapsulasi merupakan salah satu karakteristik utama dalam konsepOOP. OOP (Object Oriented Programming) merupakan konsep baru dalam teknik membangun program yang telah dimulai dengan lahirnya bahasa Simula 67 pada akhir tahun 1960-an. Sebelumnya, o r a n g - o r a n g atau p r o g r a m m e r lebih b a n y a k menggunakan konsep pemrograman terstruktur yang begitu mendominasi. Sejak saat itu muncul bahasa pemrograman lain yang menggunakan konsep OOP. Bahasa program lain tersebut adalah Smalltalk, LOOPS, Flavors, Object Pascal, Neon, C++, Eiffel, dan Actor. Terlepas dari cara berpikir atau berlogika terstruktur, OOP mencoba melihat permasalahan lewat pengamatan dunia nyata yang dianggap sebagai objek-objek. Dimana objek-objek tersebut dapat berdiri sendiri (independen) dan antar objek-objek tersebut dapat saling berinteraksi Dalam sebuah objek yang mengandung variabel dan metode, dapat ditentukan hak akses pada sebuah variabel atau metode dari objek. Pembungkusan variabel dan metode dalam sebuah objek dalam bagian yang terlindungi inilah yang disebut dengan enkapsulasi. Jadi, enkapsulasi dapat diartikan sebagai bungkusan (wrapper) pelindung program dan data yang sedang diolah. Pembungkus ini m e n d e f i n i s i k a n p e r i l a k u dan m e l i n d u n g i program dan data yang sedang diolah agar tidak diakses sembarangan oleh program lain. Manfaat dari proses enkapsulasi adalah : 1). Modularitas, Kode sumber dari sebuah objek dapat dikelola secara independen dari Kode sumber objek yang lain. 2). I n f o r m a t i o n H i d i n g , K a r e n a kita dapat menentukan hak akses sebuah variabel/metode dari objek, d e n g a n d e m i k i a n kita bisa menyembunyikan informasi yang tidak perlu diketahui objek lain.
5. Komunikasi data Pada Java juga dikenal konsep interface, yang m e r u p a k a n device y a n g d i g u n a k a n u n t u k komunikasi antar objek berbeda yang tidak memiliki hubungan apapun. Interface bisa dikatakan sebagai protokol komunikasi antar objek tersebut. Apa yang bisa dilakukan agar komunikasi data aman? Salah satu metoda komunikasi data dalam wujud paket data yang dikirim melalui fasilitas jaringan komputer dan internet adalah dengan cara mengamankan..Untuk mengamankan paket data tersebut, maka perlu dilakukan langkah "enkapsulasi" terhadap paket data, sehingga tidak dapat dibaca oleh orang lain selama di transmisikan, dan untuk kebutuhan enkapsulasi dilakukan dengan suatu metoda yang lebih populer disebut dengan kriptografi. Bidang Cryptography yang dalam bahasa Indonesia disebuh dengan Ilmu Sandi merupakan salah satu bidang kajian dalam bidang Informatika yang sangat populer dewasa ini. Hal ini seiring dengan semakin berkembangnya teknologi jaringan komputer dan internet. Semakin banyaknya aplikasi yang muncul memanfaatkan teknologi jaringan ini, dan beberapa aplikasi tersebut menuntut tingkat aplikasi pengiriman data yang aman. Agar sebuah data dapat terkirim dengan baik perlu dilakukan enkapsulasi terhadap data tersebut. Enkapsulasi adalah sebuah proses menambahkan header dan trailer atau melakukan pemaketan pada sebuah data. Dengan enkapsulasi data menjadi memiliki identitas. Bayangkan sebuah surat yang akan dikirim tetapi tanpa amplop, alamat dan perangko. Tentu saja surat tidak akan sampai ke tujuan. Amplop dengan alamat dan perangko adalah sama dengan enkapsulasi pada data. 6. Enkapsulasi
akses
Enkapsulasi adalah dasar dari OPP. Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa enkapsulasi itu adalah penyembunyian informasi melalui private dan protect. Sebelum mengetahui apa perbedaannya, perlu diketahui bahwa ada tiga jenis pendeklarasian di class, public, private dan protect. Secara default fungsi atau variabel yang dideklarasikan akan bertipe privat. Di bawah ini adalah perbedaan ketiganya: a.
Public : seluruh yang dideklarasikan di sini bisa diakses siapa saja.
b. Private : Hanya bisa diakses oleh fungsi itu sendiri dari friend class c.
l~52~| Vol. 17 No. 1 dan 2 Juni 2010
dan kemudahan
Protect: Bisa diakses oleh fungsi itu
MEDIA PUSTAKAWAN
Oleh karena itu enkapsulasi diartikan: a.
Dalam sebuah objek y a n g m e n g a n d u n g variabel-variabel dan metode-metode, dapat ditentukan hak akses pada sebuah variabel atau metode dari objek.
b.
Pembungkusan variabel dan metode dalam sebuah objek dalam bagian yang terlindungi inilah yang disebut dengan enkapsulasi.
c.
Jadi, enkapsulasi dapat diartikan sebagai bungkusan (wrapper) pelindung program dan data yang sedang diolah.
d.
Pembungkus ini mendefinisikan perilaku dan melindungi program dan data yang sedang diolah agar tidak diakses sembarangan oleh program lain.
Manfaat dari proses enkapsulasi: a.
Modularitas: Kode sumber dari sebuah objek dapat dikelola secara independen dari kode sumber objek yang lain.
b.
I n f o r m a t i o n Hiding: K a r e n a kita d a p a t menentukan hak akses sebuah variabel/ method dari objek, dengan demikian kita bisa menyembunyikan informasi yang tidak perlu diketahui objek lain.
Penutup P e r k e m b a n g a n p e r p u s t a k a a n p a d a saat ini menunjukkan bahwa perpustakaan bukan hanya merupakan tempat untuk m e n y i m p a n atau mengoleksi buku. Perpustakaan saat ini berperan sebagai tempat yang disebut "the preservation of k n o w l e d g e " . Artinya perpustakaan merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan semua ilmu pengetahuan/gagasan m a n u s i a dari j a m a n ke j a m a n . S e c a r a k h u s u s perpustakaan berfungsi sebagai tempat pengumpulan, pelestarian, pengelolaan, pemanfaatan, dan penyebaran informasi. Maka diperlukan kegiatan konservasi dan preservasi. Pada preservasi digital bukanlah kegiatan yang sederhana. Semata-mata menyimpan dan menyediakan ruang p e n y i m p a n a n materi digital b u k a n l a h kegiatan preservasi. Konservasi pada pencegahan degradasi fisik sebuah media digital juga bukan praktik yang dianjurkan. Sebaliknya dari itu, sebuah institusi y a n g b e r m a k s u d melakukan preservasi digital mungkin harus melakukan kombinasi dari semua kegiatan preservasi teknologi.
MEDIA PUSTAKAWAN
Pergeseran media baru didunia perpustakaan d a n k e a r s i p a n s a a t ini m e n u n j u k k a n t i n g k a t perkembangan yang pesat sebagaimana kita saksikan seperti munculnya : media gambar hidup maupun diam (still and motion pictures), rekaman video m a u p u n a u d i o , d a n k o m p u t e r . Hal ini a k a n menimbulkan persoalan baru dalam konservasi dan preservasinya. Daftar Pustaka Aris Wendy, Ahmad SS. Ramadhana. Membangun VPN Linux Secara Cepat, Yogyakarta: Andi, 2005. Banks, Paul N. and Roberta Pelette (eds.) Preservation : Issues and Planning, Chicago: American Library Association, 2000. Banks, Paul N. "Preservation of Information in Nonpaper Formats", di dalam Paul N. Banks and Roberta Pilette , P r e s e r v a t i o n : Issues and Planning, Chicago: American Library Association, 2000. Graham, Peter S. "Issue in Digital Archiving", di dalam Paul N. Banks anda Roberta Pilette , Preservation: Issues and Planning. Chicago: American Library Association, 2000. http://vlado.blogsome.com/category/networking. Selasa, 16-9-2008 pk. 08.00 Pendit, Putu Laxman. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri, 2008. Stewart, Eleanore. "Special Collection Conservation", di dalam Preservation: Issues and Planning, Chicago: American Library Association, 2000. Stefano, Paula De. "Digitalization for Preservation and Access", di d a l a m Paul N. Banks and R o b e r t a Pilette, P r e s e r v a t i o n : Issues and Planning, Chicago: American Library Association, 2000. Strassberb, Richard. "Library and Archives Security" di dalam Preservation: Issues and Planning, Chicago: American Library Association, 2000. Surtikanti, Ratih , "Migrasi Data :Tidak Semudah M e n g u c a p k a n n y a " http://www.lib.ui.ac.id/ articles.php?cat_id=2 Selasa, 23 -9- 2008. 8.15
Vol. 17 No. 1 dan 2 Juni 2010
[2jJ|