PELESTARIAN CANDI BOROBUDUR SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL BERBASIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Oleh : Fr. Dian Ekarini, S.Si Sri Sularsih, S.H
I. Pendahuluan Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, kurang lebih berjarak 40 km sebelah barat daya kota Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad 8 sampai 9 sekitar tahun 800 M pada masa pemerintahan Raja Samaratungga salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Secara geografis, Candi Borobudur ini dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah barat laut dan Pegunungan Menoreh di sebelah selatan. Selain itu ada dua sungai besar yang mengalir di dekatnya yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo. Candi Borobudur dibangun di atas bukit yang telah diratakan dan mempunyai ketinggian 265 di atas permukaan air laut. Candi Borobudur merupakan candi peninggalan agama Budha terbesar di Indonesia. Bangunannya merupakan punden berundak yang terdiri dari 7 tingkat berbentuk persegi empat dan tiga tingkat di atas berbentuk lingkaran. Candi ini dibangun lebih dulu dibandingkan Angkor Wat di Kamboja. Candi ini memiliki luas 123x123 m2 dengan 504 patung Budha dan 72 buah stupa di lantai teras dan 1 buah stupa induk. Candi Borobudur mempunyai 2.672 panel relief yang terdiri dari 1.460 panel relief carita dan 1.212 panel relief dekoratif. Apabila panel relief ini dipanjangkan dapat mencapai 6 km. Candi Budha ini tersusun dari kurang lebih 2 juta blok batu dengan sistem saling mengunci (interlock) tanpa spesi. Di sekitar Candi Borobudur juga terdapat candi-candi tinggalan agama Budha maupun Hindu. Candi Pawon dan Candi Mendut adalah candi-candi di dekat Candi Borobudur yang juga merupakan peninggalan agama Budha. Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut adalah serangkaian candi-candi yang terletak segaris lurus. Karena merupakan karya agung dari budaya nenek moyang yang patut dijaga dan dilestarikan, maka kompleks Candi Borobudur yang terdiri dari Candi Borobudur, Candi Pawon. dan Candi Mendut serta lingkungannya dijadikan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage Culture). Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound) menjadi salah satu daftar warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1991. Predikat ini merupakan
suatu predikat penting bagi sebuah situs di mata dunia internasional. Dengan ditetapkannya kompleks Candi Borobudur sebagai warisan dunia, banyak wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang ingin berkunjung dan menikmati kemegahan serta keindahan Candi Borobudur dan kompleksnya. Dengan meningkatnya kunjungan wisata, maka akan dapat meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan masuknya kawasan Candi Borobudur sebagai World Heritage Culture, maka pemerintah Indonesia harus mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan yang berkenaan dengan warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO. Salah satu kewajiban sebuah situs menjadi warisan dunia adalah setiap dua tahun sekali membuat laporan (periodic reporting) kepada UNESCO mengenai kondisi situs yang bersangkutan. Apabila sebuah situs warisan dunia dinilai tidak lagi terpelihara dengan baik maka akan mendapat catatan merah dari UNESCO dan dapat menjadi warisan dunia dalam kondisi bahaya. Negaranegara yang tidak dapat mempertahankan predikat situs-situsnya sebagai warisan dunia secara otomatis akan menurunkan citranya di mata dunia internasional. Di Indonesia terdapat 8 warisan dunia (world heritage) yaitu 4 warisan dunia kategori budaya dan 4 warisan dunia kategori alam. Empat warisan dunia kategori budaya adalah Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound, 1991), Kompleks Candi Prambanan (Prambanan Temple Compound, 1991), Situs Manusia Purba Sangiran (1996) dan Lanskap Budaya Propinsi Bali (Cultural landscape of Bali Province, 2012), sedangkan 4 warisan dunia kategori alam yaitu Taman Nasional Komodo (1991), Taman Nasional Ujung Kulon (1991), Taman Nasional Lorenz (1999) dan Hutan Hujan Tropis Sumatera yang meliputi Taman Nasional Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (2004). Warisan budaya tak benda (Intangible Cultural Heritage) sudah tercacat ada 6 (enam) yaitu Wayang Indonesia, Keris Indonesia, Batik Indonesia, Angklung Indonesia, Tari Saman, dan Noken Tas Rajut Multifungsi. Sangat disayangkan bahwa sejak tahun 2011 Hutan Hujan Tropis Sumatera telah dimasukkan dalam daftar warisan dunia dalam kondisi berbahaya (World Heritage in Dangerous) dengan adanya kegiatan pembalakan liar, perluasan perkebunan, dan pembangunan jalan yang mengancam kelestarian Hutan Hujan Tropis Sumatera. Selama pemerintah tidak serius mengatasi masalah ini, maka predikat in dangerous list masih akan tercatat dan suatu saat dapat dicoret (didelete) dari daftar warisan dunia. Sungguh sangat disayangkan apabila ini terjadi, pemerintah Indonesia akan dianggap tidak mampu mengelola warisan dunia, sedangkan pengajuan sebuah situs menjadi warisan dunia butuh
proses yang panjang dan tidak mudah. State party harus memenuhi berbagai persyaratan dan harus memenuhi segala macam data dukung yang dibutuhkan.
II. Borobudur Sebagai Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur sebagai salah satu World Culture Heritage dikelola secara langsung oleh 2 instansi yaitu Balai Konservasi Borobudur sebagai pengelola Zona I (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko sebagai pengelola Zona II (Badan Usaha Milik Negara). Candi Mendut dan Candi Pawon sebelumnya dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, sedangkan pada waktu pengajuan Kompleks Candi Borobudur (Borobudur Temple Compound) menjadi warisan dunia, dalam dokumennya terdiri dari Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut beserta lingkungannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengelolaan dan pelestarian Kompleks Candi Borobudur, maka berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012, Candi Mendut dan Candi Pawon masuk dalam wilayah kerja Balai Konservasi Borobudur. Sebagai wujud kepedulian pemerintah Indonesia untuk menjaga dan memelihara kelestarian Kompleks Candi Borobudur sebagai warisan dunia (world heritage) maka dibuatlah Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang memasukkan Kompleks Candi Borobudur ke dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN). Definisi kawasan strategsi nasional (KSN) yang tercantum dalam peraturan pemerintah tersebut adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan Negara, pertahanan, dan keamanan Negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Berpedoman pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), pemerintah dapat merencanakan, mengatur, dan mengendalikan tata ruang dan pemanfaatan ruang di seluruh wilayah Indonesia termasuk Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur dan sekitarnya. Ruang yang dimaksud di sini adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tujuan dari penataan ruang kawasan Candi Borobudur adalah untuk menata ruang, memanfaatkan ruang dan mengendalikan pemanfaatan ruang
sehingga dapat selaras dengan upaya pelestarian cagar budaya warisan dunia yang meliputi upaya pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Menurut Pasal 9 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), strategi untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia meliputi : a. melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya b. meningkatkan kepariwisataan nasional c. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi d. melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup. Berdasarkan strategi tersebut, langkah pertama yang dilakukan terhadap kompleks Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia adalah bagaimana melestarikan kondisi fisik candi atau monumennya beserta lingkungan ekosistemnya. Lingkungan sekitar situs juga harus dilestarikan keasliannya karena kondisi fisik situs sangat dipengaruhi oleh lingkungan aslinya. Apabila terjadi perubahan yang signifikan terhadap kondisi lingkungan ekosistem di sekitar situs, maka akan berdampak pada fisik situs tersebut. Setelah kondisi fisik dan lingkungan ekosistemnya dapat dijaga kelestariannya, dapat dilakukan promosi pariwisata yang akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung sekaligus meningkatkan sektor ekonomi masyarakat. Melalui promosi pariwisata, masyarakat Indonesia akan dapat mengetahui dan mengenal kompleks Candi Borobudur dan sekitarnya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat itu sendiri akan pelestarian tinggalan nenek moyang. Secara bersamaan kawasan Candi Borobudur dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita ketahui bersama bahwa Pemugaran II Candi Borobudur tahun 1973-1983 merupakan awal masuknya teknologi pemugaran candi yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Banyak teknik dan metode yang dapat dipelajari dari kegiatan pemugaran yang melibatkan expert dari dalam dan luar negeri. Selain itu, dapat dipelajari dan dikembangkan cara dan metode konservasi batu baik penanganan pelapukan maupun kerusakan batu candi sehingga dapat bertahan lebih lama dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi ini dapat dilakukan kerjasama dengan para ahli di bidangnya baik dari dalam maupun luar negeri, kerjasama dengan instansi terkait pelestarian cagar budaya dan kerjasama dengan akademisi. Semakin banyak penelitian yang dilakukan, semakin banyak informasi yang didapatkan sehingga permasalahan cagar budaya akan dapat tertangani dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan dipeliharanya keseimbangan lingkungan ekosistem sekitar situs Candi Borobudur sebagai warisan dunia maka kelestarian lingkungan hidup juga akan terjamin. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Strategi melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup di sekitar situs warisan dunia untuk pelestarian dan peningkatan nilai kawasan, dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar situs diantaranya dengan secara aktif turut mendukung dan berperan serta dalam program penataan kawasan oleh pemerintah. Penataan kawasan strategis nasional Candi Borobudur tidak hanya berkutat pada monumen candinya saja, melainkan juga kawasan di sekitarnya yang berjarak radius 5 km dari pusat Candi Borobudur. Terdapat dua pembagian kawasan yaitu: Sub Kawasan Pelestarian (SP) I yang merupakan kawasan pelestarian utama situs-situs cagar budaya yang harus dikendalikan pertumbuhan kawasan terbangunnya untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon, dan Sub Kawasan Pelestarian (SP) II yang merupakan kawasan pengamanan sebaran situs yang belum tergali, yang pertumbuhan kawasan terbangunnya harus dikendalikan dalam rangka menjaga keberadaan potensi sebaran cagar budaya yang belum tergali dan kelayakan pandang.
Gambar 1. Peta Batas Kawasan Strategis Nasional yang Didelineasi oleh PU Tahun 2010
III. Pelindungan Kawasan Strategis Nasional Borobudur Untuk menggali potensi persebaran cagar budaya yang merupakan salah satu bentuk pengamanan dan penyelamatan, Balai Konservasi Borobudur melaksanakan kegiatan survei cagar budaya dan ekskavasi arkeologi di KSN Candi Borobudur. Kegiatan survei dilaksanakan guna mencari dan menemukan informasi terdapat temuan yang diduga cagar budaya, sedangkan maksud diadakannya penggalian (ekskavasi) pada lokasi survei yang terdapat temuan adalah untuk mengetahui apakah masih banyak terpendam tinggalan purbakala di dalamnya. Dengan adanya penggalian ini, jika ternyata ditemukan banyak tinggalan purbakala, maka dapat segera diambil tindakan pengamanan selanjutnya. Kegiatan survei dan ekskavasi dilaksanakan di area KSN Borobudur, meliputi wilayah yang termasuk dalam SP I dan SP II. Sampai pada saat ini, pelaksanakan survey dilaksanakan di SP I dan sebagian SP II. Survei dilaksanakan berdasarkan laporan warga untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Tim Balai Konservasi Borobudur. Berdasarkan Pasal 26 ayat (1) Undangundang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pencarian benda, bangunan, struktur, dan/atau lokasi yang diduga sebagai Cagar Budaya, begitupun dengan masyarakat yang turut serta dalam melaporkan temuan yang didapat maupun dimilikinya namun terkadang temuan tersebut tidak dilaporkan kepada pemerintah dikarenakan rasa takut dan khawatir serta adanya motif lain. Jika di kemudian hari banyak ditemukan batu-batu serupa dan merupakan komponen batuan Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon maka dapat dilaksanakan pemugaran untuk mengganti batu-batu baru dengan batu asli candi terutama pada Candi Pawon. Pemugaran dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik candi yang bersangkutan. Berikut beberapa temuan batu-batu yang diduga merupakan komponen batu Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut.
Diduga Stupa Candi Borobudur Diduga Relief Candi Borobudur
Diduga Batu Mendut
Relief
Candi
Diduga Batu Komponen Candi Mendut
Diduga Batu Komponen Candi Pawon
Gambar 2. Batu-Batu Temuan Hasil Kegiatan Survei Cagar Budaya dan Ekskavasi yang Diamankan Di Balai Konservasi Borobudur dan Candi Pawon Serta Candi Mendut
Diduga Batu Relief Komponen Candi Pawon
Dengan ditetapkannya kompleks Candi Borobudur dan lingkungannya menjadi kawasan strategis nasional, diharapkan semakin lestari dengan semakin terjaganya kondisi fisik dan lingkungannya dari perkembangan infrastruktur dan pemukiman yang tumbuh pesat di sekitarnya. Hal yang langsung berkaitan dengan masyarakat di sekitar situs kawasan Candi Borobudur dan koridor Palbapang adalah mengenai delineasi (batas) zona Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur. Delineasi ini menentukan pemanfaatan ruang yang boleh/tidak boleh dilakukan dan bentuk pemanfaatannya. Tentunya persoalan ini dapat menimbulkan konflik pemanfaatan lahan, selain adanya kesenjangan ekonomi masyarakat yang berada di sekitar kawasan situs cagar budaya warisan dunia Candi Borobudur, juga hal ini membatasi hak dari masyarakat pemilik lahan yang termasuk dalam kawasan strategis nasional. Hal ini selaras dengan pembagian kewilayahan KSN Borobudur bahwa SP I merupakan kawasan pelestarian utama situs-situs cagar budaya yang harus dikendalikan pertumbuhan kawasan terbangunnya untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon. Saat ini pembangunan fisik di sekitar kawasan Candi Borobudur dan koridor Palbapang dimoratorium menunggu perpres mengenai Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur untuk ditetapkan. Diharapkan dengan adanya penetapan Perpres ini, maka dapat menekan laju pertumbuhan infrastruktur pembangunan melalui pengaturan pemanfaatan lahan dengan tetap memperhatikan kelestarian Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Bagaimana model bangunan maupun koefisien bangunan yang diizinkan didirikan, perlu pengaturan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Saat ini, sepanjang koridor Palbapang
adalah merupakan jalur hijau menuju kompleks Candi Borobudur dan diharapkan kedepan tetap terjaga untuk mempertahankan lanscape candi. Berikut beberapa bangunan infrastruktur dan pemukiman di sepanjang koridor Palbapang: Gambar 3. Contoh bangunan di sepanjang koridor Palbapang
Pengendalian pemanfaatan lahan selain dalam hal pengendalian pembangunan infrastruktur dan pemukiman, juga pendirian menara tower BTS. Hal ini dilaksanakan mengingat semakin maraknya pembangunan tower-tower menara komunikasi celuller yang menjulang tinggi di wilayah Candi Borobudur yang dapat mengganggu selayang pandang maupun saujana Candi Borobudur. Beberapa permasalahan ditemui dalam pendirian menara tower BTS tersebut adalah belum lengkapnya perizinan dalam pendirian serta adanya argumentasi bahwa telah ada rekomendasi pendirian dari Balai Konservasi Borobudur. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, beberapa pendirian menara tower BTS dihentikan sementara dan untuk kedepan dalam pendirian menara BTS dilakukan secara kamuflase yang menyerupai pohon dan dalam satu menara mencakup lebih dari 1 operator telekomunikasi. Beberapa contoh pendirian menara BTS yang dikamuflase :
Menara BTS yang dikamuflase, terketak di SMA Muhamadiyah Borobudur
Gambar 4.
Menara BTS yang dikamuflase menjadi sebuah pohon, terletak di Dusun Ngaran Borobudur
Menara BTS di Dusun Kenayan, Borobudur yang belum dikamuflase
Menara- menara BTS di Kawasan Candi Borobudur
Untuk memonitoring perkembangan infrastruktur pembangunan, pemukiman, menara tower BTS, Balai Konservasi Borobudur melaksanakan kegiatan monitoring kawasan secara rutin guna mengetahui berbagai perubahan yang terjadi di kawasan strategis nasional, baik demografi, keadaan sosial budaya, ekonomi, infrastruktur, dan hal lain-lain perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk menekan perkembangan yang dapat merusak kelestarian Borobudur Temple Compound serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
IV. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ekonomi masyarakat di sekitar situs kawasan Candi Borobudur tergolong masih rendah walaupun situs ini sudah termasuk ke dalam warisan dunia. Perlu adanya usaha untuk mendukung peningkatan perekonomian masyakarat, contohnya mengenai pemasaran kerajinan lokal masyarakat kawasan Candi Borobudur yang kesulitan dalam hal pemasarannya, peningkatan sumber daya manusia masyarakat sekitar situs serta modal usaha. Banyak kerajinan masyarakat kawasan Candi Borobudur diantaranya gerabah, batik, souvenir/pernak-pernik, handycraft, dan lain-lain. Selain menghasilkan aneka kerajinan, masyarakat terampil pula dalam hal berkesenian (tari-tarian, dayakan, topeng ireng, dan lain-lain). Hal ini dapat menjadi daya tarik pendukung agar wisatawan yang berkunjung di kompleks Candi Borobudur dapat menetap lebih lama, yang mana dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar candi. Akan lebih baik jika masyarakat dapat bekerja sama dengan pihak penyedia jasa perjalanan, misalnya dalam pembuatan paket perjalanan wisata. Diadakan penawaran perjalanan dengan rute misalnya kunjungan di Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut kemudian dilanjutkan kunjungan ke desa-desa wisata sekitar Candi Borobudur sampai sore hari. Kunjungan ke desa-desa wisata tersebut dapat mengunjungi lokasi pembuatan makanan khas Borobudur dan pembuatan batik maupun kerajinan lainnya serta kegiatan petik buah. Dilanjutkan malam hari dengan wisata kuliner dan pementasan tari Kinara Kinari di Lapangan Tingal atau dinner di Candi Pawon misalnya, sehingga akan membuat wisatawan tersebut menginap di homestay-homestay. Untuk esok harinya dapat ditawarkan hunting sunrise baik di Candi Borobudur, Puthuk Situmbu, Kedon, maupun lokasi dengan spot terbaik untuk menikmati sunrise dan perjalanan dapat dilanjutkan dengan wisata ke Ketep Pass maupun rafting sungai Progo Elo di Mendut. Tentu saja dalam pengadaan perjalanan ini membutuhkan kerjasama dan kesiapan dari berbagai pihak termasuk masyarakat itu sendiri. Dengan adanya paket-paket
wisata tersebut maka akan meningkatkan lama tinggal wisatawan di kawasan Borobudur sehingga akan meningkatkan perputaran uang yang selanjutkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Gambar 5. Alternatif Paket Wisata di Kompleks Candi Borobudur
Selain penataan ruang Kawasan Strategis Nasional Candi Borobudur dan sekitarnya, yang tidak kalah urgensinya adalah mengenai penanggung jawab pengelolaan kawasan Candi Borobudur sebagai warisan dunia. Sesuai dengan arahan dari UNESCO dan amanat dari peraturan perundang-undangan untuk segara membentuk sebuah badan pengelola secara terpadu warisan dunia, maka pemerintah saat ini juga menyiapkan Raperpres mengenai pengelolaan terpadu Kompleks Candi Borobudur yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha. Dengan adanya badan pengelola secara terpadu maka diharapkan akan dapat menuju kepada kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di sekitar situs maupun kawasan. Dengan adanya badan pengelola ini, upaya pelestarian yang mencakup upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan akan dapat berjalan dengan selaras dan seimbang karena berada dalam satu atap pengelolaan.
Raperpres Badan Pengelola ini disusun sebagai payung hukum pembentukan Badan Pengelola situs dan kawasan cagar budaya. Untuk saat ini, telah disusun Rancangan Peraturan Presiden (Raperpres) mengenai Badan Pengelola sedangkan pengaturan mengenai Badan Pengelola tiap situs maupun kawasan akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Rapermen Badan Pengelola Kawasan Candi Borobudur, Kawasan Candi Prambanan, dan Situs Manusia Purba Sangiran telah dibuat dan jika kelak ditetapkan, diharapkan dapat menjadi contoh bagi pembentukan Badan Pengelola situs maupun kawasan cagar budaya lainnya.
V. Penutup
Pelindungan kewilayahan melalui kegiatan survei dan ekskavasi dalam rangka pengamanan dan penyelamatan cagar budaya, pengendalian pemanfaatan ruang (pembatasan pembangunan infrastruktur, pemukiman, dan menara tower) terkait pengaturan zonasi dan konservasi lingkungan di KSN Borobudur sangat diperlukan. Kedepan dimungkinkan dapat benar-benar terwujud wilayah KSN Borobudur yang merupakan taman arkeologi nasional karena memang mengandung banyak temuan arkeologi yang penting bagi nilai pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini sejalan pula dengan harapan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sangat perlu pula dilaksanakan sosialisasi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya secara intens kepada masyarakat agar masyarakat menjadi lebih paham dan turut melestarikan cagar budaya yang ada. Pada dasarnya, jika masyarakat telah memiliki kesadaran dan sepaham dengan pemerintah maka dengan suka rela turut berperan serta dalam upaya-upaya pelestarian cagar budaya di sekitarnya terutama dalam wilayah KSN Borobudur. Melalui Perpres KSN Candi Borobudur dan Perpres Badan Pengelola, kedepannya diharapkan dapat menjadi payung hukum bagi pelestarian Borobudur Temple Compound dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar kawasan. Pengelolaan dan pelestarian wilayah KSN Borobudur oleh satu badan pengelola akan dapat meminimalisir berbagai konflik kepentingan yang selama ini masih terjadi, memaksimalkan pelestarian dan meningkatkan perekonomian masyarakat yang pada dasarnya merupakan amanat dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tim. Laporan Monitoring Kawasan. 2012. Balai Konservasi Borobudur Jogja.tribunnews.com. tanggal 28 November 2013. Pukul 08.00 Borobudurwisata.com. tanggal 28 November 2013. Pukul 08.00