LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE UNTUK SISWA SEKOLAH BERORIENTASI PARIWISATA Oleh: Putu Eka Dambayana Suputra, S.Pd., M.Pd. (Ketua) NIDN 0014117808 Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. (Anggota) NIDN 0026066203 I Made Suta Paramarta, S.Pd.,M.Hum. (Anggota) NIDN 0031127106
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Dengan SPK Nomor: 50/UN48.16/PM/2016 tanggal 25 Februari 2016
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN
1
Judul
2
Ketua Pelaksana a.Nama Lengkap b.Jenis Kelamin c.NIP/NIDN d.Disiplin Ilmu e.Pangkat/Golongan f. Jabatan g. Fakultas/ Jurusan h.Alamat i.Telp/Faks/email j.Alamat Rumah k. Telp/Faks/email Jumlah anggota pelaksana Lokasi Kegiatan a.Nama Desa b. Kecamatan c.Kabupaten/Kota d.Propinsi Jumlah Biaya Kegiatan Lama Kegiatan
3 4
5 6
: Pelatihan Spiritual Tour Guide Untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata : : Putu Eka Dambayana S, S.Pd., M.Pd. : Laki-laki : 197811142008121002/0014117808 : Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Inggris : Penata Muda Tk.I/ III/b : Dosen : FBS/ Pendidikan Bahasa Inggris : Jln. Achmad Yani 67 Singaraja, Bali : 036221541 : KPR Puri Indah Pemaron E No.3-4 Pemaron : 081338621484/
[email protected] : 2 orang : : : : : : :
Mengetahui, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Prof.Dr.Putu Kerti Nitiasih,M.A. NIP 19620626198603 2 002
Penarukan Buleleng Buleleng Bali Rp 12.000.000 8 bulan Singaraja, 1 September 2016 Ketua Pelaksana
Putu Eka Dambayana S, S.Pd., M.Pd. NIP 197811142008121002
Menyetujui, Ketua LPPM Undiksha
Prof. Dr.I Nengah Suandi,M.Pd. NIP 195612311983031022
KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas Asung Kertha Wara Nugraha Beliau sehingga Program dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengabdian kepada masyarakat yang berjudul “Pelatihan Spiritual Tour Guide bagi Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” sebagai berikut. 1. Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Pd., selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 2. Drs. Putu Sidharta, selaku Kepala Sekolah SMA Karya Wisata Penarukan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. 3. Guru-guru Bahasa Inggris di SMA Karya Wisata Penarukan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. 4. Mitra peserta pelatihan yakni siswa-siswi SMA Karya Wisata Penarukan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. 5. Rekan-rekan panitia pelaksana. Program ini kami laksanakan guna menunjang wisata spiritual di Kabupaten Buleleng dan pelestarian tempat-tempat suci, adat, dan budaya warisan leluhur. Program ini telah kami upayakan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Namun, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat diperlukan demi penyempurnaan kegiatan yang serupa di masa yang akan datang. Terima kasih. Om Santhi, Santhi, Santhi, Om September 2016 Ketua,
Putu Eka Dambayana Suputra
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................. ……. ii DAFTAR ISI................................................................................................ …….. iii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...1 BAB II METODE PELAKSANAAN KEGIATAN……………………………….. 3 BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ ………. 4 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... ………. 14 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan sebuah jasa yang sangat dibutuhkan guna menunjang perekonomian suatu daerah karena sektor jasa ini menambah pendapatan daerah dan devisa negara. Perkembangan dunia usaha jasa pariwisata sangatlah pesat dan bervariasi. Berbagai jenis hiburan, kenyamanan, rekreasi, dan even unik diperkenalkan guna meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan ke daerah. Masingmasing daerah memiliki keunikannnya tersendiri dan menawarkan jasa pariwisata yang dikemas sesuai dengan keunikan dan potensi daerah dimaksud. Bali sebagai salah satu wilayah yang memiliki budaya dan adat istiadat yang kental dengan keseharian masyarakat Hindu menyajikan hal unik dan menarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Potensi wisata yang sedang dikembangkan dan digalakkan saat ini adalah wisata spiritual. Hal ini memunculkan adanya kebutuhan akan kompetensi dan profesi pemandu wisata yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam memandu wisatawan yang tertarik dengan wisata spiritual yang meliputi kunjungan ke situs-situs spiritual seperti: pura/ candi, wihara, goa, dan tempat-tempat meditasi atau yoga, termasuk menyaksikan ritual-ritual keagamaan yang hampir setiap hari bisa ditemui di seluruh wilayah di Bali. Potensi pariwisata spiritual ini membuka peluang usaha pemandu wisata spiritual atau spiritual tour guide yang menuntut seorang guide untuk tidak hanya paham tentang seluk beluk lokasi secara fisik dan fasih berbahasa Inggris, namun juga mampu memberikan informasi komprehensif terkait unsur-unsur spiritual/ keyakinan dan keagamaan terkait keberadaan tempat suci atau ritual yang menjadi objek ketertarikan para wisatawan. Pada kenyataaannya, pemandu wisata yang memiliki keterampilan dan kompetensi dimaksud masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu diadakan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga professional pemandu wisata spiritual dimaksud. Usaha pelatihan telah kami lakukan di beberapa lokasi guna memberikan informasi dan mengasah keterampilan para calon pemandu wisata spiritual demi terwujudnya pemenuhan kebutuhan petugas pemandu wisata di berbagai daerah di Bali dan ini juga merupakan usaha pelestarian warisan budaya leluhur. Jika masyarakat
merasakan kebermanfaatan dari keberadaan situs-situs spiritual, adat-istiadat, dan ritual yang ada di dalam kehidupan mereka, niscaya mereka akan melestarikannya. Program pengabdian kepada masyarakat “Pelatihan Spiritual Tour Guide bagi Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” merupakan program serupa yang telah dilaksanakan selama empat kali di beberapa tempat. Tahun 2010, pelatihan diberikan terkait dengan Tour Guiding (Pemanduan Wisata) tentang pura-pura umum kepada mahasiswa Jurusan Agama Hindu terutama keterampilan guiding dan berbahasa Inggris dalam menjelaskan pura-pura umum. Mereka berdiskusi tentang landasan filosofis dan fakta keberadaan masing-masing pura bersama-sama narasumber terkait. Selanjutnya mereka menterjemahkan penjelasan dimaksud, mengemasnya secara singkat dan padat, serta melatihkannnya dalam bentuk simulasi (Nitiasih dkk, 2010). Pada tahun 2011, pelatihan serupa dilaksanakan di STKIP singaraja. Program serupa dilaksanakan dengan tema Upakara/ sesajen/ banten. Pada saat itu, mahasiswa dan narasumber berdiskusi tentang bentuk, makna, dan fungsi upakara/ sesajen/ banten sebagai sarana upacara. Forum ini juga digunakan untuk mendiskusikan berbagai jenis variasi bentuk upakara/ banten di masing-masing daerah asal mahasiswa. Variasi yang ada sebenarnya muncul karena perbedaan desa (tempat), kala (waktu/zaman), dan patra (adat/ kebiasaan). Mahasiswa juga berlatih membuat sarana upacara dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Pihak lembaga dan mahasiswa juga membantu dalam mengusahakan pengadaan bahan-bahan baku pembuatan upakara/banten. Dalam simulasi, mereka menterjemahkan informasi ke dalam bahasa Inggris dan menyampaikan informasi dimaksud dengan media sarana upacara/ banten secara bergantian (Suputra dkk., 2011). Terkait kebermanfaatan program P2M dimaksud dan keinginan mahasiswa STKIP Agama Hindu asal desa Banyupoh untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan serupa pada rekan-rekan mereka yang tergabung di dalam Sekaha Teruna Teruni desa Banyupoh, maka kami bersama-sama mahasiswa dan anggota sekeha merancang sebuah program pelatihan dan pendampingan yang kemudian menjadi program Pengabdian Kepada Masyarakat yang kami selenggarakan pada tahun 2013. Kegiatan berlangsung dalam kaitannya dengan memberdayakan pemuda desa dalam memperkenalkan Pura Pulaki sebagai tempat wisata spiritual di desa
Banyupoh. Kegiatan juga diikuti oleh para guide lokal yang telah lama bekerja sebagai pramuwisata di kawasan pura pulaki. Program di wilayah Buleleng barat ini berlangsung dengan baik (Suputra dkk., 2013). Merujuk pada pengalaman pengabdian kepada masyarakat yang telah dilaksanakan sebelumnya dan menyadari potensi wilayah timur kabupaten Buleleng yang berada di desa Kubutambahan, tim kami bersama mitra dari desa Kubutambahan mencoba merencanakan dan melaksanakan program serupa mengingat desa ini memiliki potensi wisata spiritual dengan adanya Pura Meduwe Karang. Pura ini memiliki sejarah, fungsi, dan keunikan tersendiri. Dilihat dari namanya secara umum, pura ini merupakan tempat memuja Sang Maduwe Karang atau pemilik lahan wilayah yang bersangkutan. Potensi wisata spiritual di desa Kubutambahan juga didukung oleh potensi pemuda yang memilki dasar berbahasa asing (Bahasa Inggris) cukup. Namun mereka belum memiliki keterampilan guiding yang mencukupi. Disamping itu pula, kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris mereka, khususnya dalam hal berbicara perlu diasah dan dibina lebih lanjut. Pada tahun 2014, kegiatan dilaksanakan dengan memberdayakan pemuda desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali dalam memperkenalkan Pura Maduwe
Karang sebagai tempat wisata spiritual di Kubutambahan. Kegiatan
berlangsung dengan baik (Suputra, 2014). Merujuk pada tujuan utama pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dimaksud dan beberapa pelaksaan pelatihan yang telah dilaksankan dalam kurun waktu 2010-2014, tim kami dan pihak sekolah di kabupaten Buleleng mencoba merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan serupa di SMA Karya Wisata Penarukan. SMA Karya Wisata terletak di Jalan Samratulangi di desa Penarukan Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. Sekolah ini terletak di pinggiran kota Singaraja, kira-kira berjarak 6 kilometer dari pusat kota Singaraja. SMA Karya
Wisata adalah sekolah menengah tingkat atas yang
mengusahakan pendidikan dan pengajaran tidak hanya dalam bidang umum seperti layaknya SMA lainnya, tetapi juga mengemban misi untuk memberikan keterampilan tambahan kepada peserta didiknya untuk menjadi sumber daya manusia
dalam industri jasa pariwisata. Tidak mengherankan jika SMA Karya Wisata juga dikenal masyarakat sebagai SMA plus Pariwisata. Siswa-siswi SMA Karya Wisata sebagian besar berasal dari wilayah timur kabupaten Buleleng. Mereka memiliki ketertarikan di bidang pariwisata. mereka memilki dasar pariwisata dan Bahasa Inggris yang memadai untuk mengikuti pelatihan. Mereka tergolong siswa-siswi dengan penghasilan orang tua menengah ke bawah. Berdasarkan hasil penjajagan, secara umum terdapat beberapa permasalahan yang muncul di lapangan meliputi: 1. Mitra tidak memiliki pengetahuan dan pedoman informasi memadai dan praktis tentang kawasan yang berpotensi pariwisata di wilayah mereka. 2. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan pemandu wisata (guiding) 3. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan berbahasa asing aktif dan komunikatif dalam memberikan informasi kepada para wisman. 4. Pemandu wisata spiritual yang memadai dari segi bobot pengetahuan atau informasi yang benar dan tepat masih sangat kurang. Sehubungan dengan permasalahan mitra dimaksud, program P2M Pelatihan Tour Guide ini bertujuan untuk: 1. Menyediakan pengetahuan dan pedoman informasi memadai dan praktis tentang kawasan yang berpotensi pariwisata di wilayah mereka, Bali; 2. Memberikan keterampilan pemandu wisata( Tour Guiding) kepada mitra; 3. memberikan keterampilan berbahasa Inggris aktif dan komunikatif untuk dapat digunakan dalam memberikan informasi kepada para wisman; 4. menghasilkan calon-calon pemandu wisata spiritual yang memadai dari segi bobot pengetahuan atau informasi yang benar dan tepat serta kemampuan berkomunikasi dan guiding yang memadai. Melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan dimaksud, mitra memperoleh manfaat sebagai berikut. 1. Mitra memperoleh informasi komprehensif, memadai, dan praktis tentang kawasan dan potensi pariwisata. 2. Mitra memperoleh keterampilan pemandu wisata (Tour Guiding) melalui program pelatihan dan pendampingan.
3. Mitra memperoleh keterampilan berbahasa Inggris aktif dan komunikatif untuk dapat digunakan dalam memberikan informasi tentang kawasan wisata kepada para wisman. Dengan informasi dan keterampilan yang didapat, mitra memiliki peluang usaha jasa pemandu wisata spiritual.
BAB II METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dan pendampingan dengan simulasi (training and simulation = TS). Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan informasi melalui simulasi (rehearsal), dan pembelajaran informasi (learning). Seluruh aktivitas tersebut dirancang bersama-sama dan dilakukan dalam situasi informal dengan melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap siswasiswi Hindu di SMA Karya Wisata, Singaraja, Bali. Mereka masih sangat produktif dan berumur 16 s/d 18 tahun. Mereka menjadi kelompok sasaran karena mereka memiliki dasar kemampuan rata-rata cukup, khususnya kemampuan Bahasa Inggris dan pengetahuan pariwisata dasar, untuk menerima materi program pelatihan dan pendampingan yang berupa pengayaan informasi Kawasan wisata khususnya wisata spiritual, keterampilan bahasa Inggris tingkat dasar/madya, dan keterampilan pemandu wisata. Disamping itu, mereka juga masih memilki peluang cukup besar untuk mengembangkan karir pada jasa pariwisata dan pemasaran. Jumlah mitra yang diberdayakan sebanyak 44 orang siswa-siswi SMA Karya Wisata Penarukan, Kabupaten Buleleng, Bali. Dalam kegiatan ini, kami dibantu oleh 2 orang sukarelawan yakni rekan mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII yang memiliki pengetahuan cukup dalam dunia pariwisata khususnya jasa pemanduan wisata. Mereka bertugas bersama-sama tutor memberikan penjelasan dalam kegiatan pelatihan serta membantu administrasi dan pemenuhan kebutuhan program. Evaluasi dilakukan melalui pemantauan ketercapaian program berdasarkan indikator keberhasilan program yang telah dirancang bersama dengan mitra. Evaluasi dilakukan untuk merefleksi efektifitas dan manfaat program bagi mitra guna perbaikan pada kegiatan program berikutnya. Tabel 2.1 menunjukkan Matrik Evaluasi Program sebagai berikut.
Tabel 2.1 Matrik Komponen Evaluasi Program No 2
Hasil Jasa Pemandu Wisata (Spiritual)
Spesifikasi
Traget/ Indikator capaian
a. Memiliki pengetahuan/ tatwa yang baik, memadai, dan benar b. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris aktif, komunikatif, fungsional, baik, dan benar c. Memiliki keterampilan Guiding yang baik dan benar
Setiap mitra mampu menjadi Guide yang berpengetahuan Tatwa memadai dan mampu berkomunikasi aktif dengan Bahasa Inggris kepada wisman a. Setiap mitra mampu memberikan 70% atau lebih informasi dengan benar dan tepat b. Setiap mitra mampu 70% atau lebih memandu wisatawan dalam bahasa Inggris dengan baik& benar
BAB III PEMBAHASAN
Sekolah adalah tempat memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, pengalaman, pendidikan, dan pelatihan terbaik guna menjadikan individu peserta didik insan penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia demi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sekolah beserta seluruh komponennya, dalam hal ini, bertugas menghasilkan lulusan-lulusan yang baik, berkualitas, dan mampu bersaing di dunia kerja demi perbaikan kualitas hidup para lulusannya. Hal ini juga menjadi kewajiban sekolah yang telah berdiri sejak tahun 2001, selama 15 tahun, yakni SMA Karya Wisata. SMA Karya Wisata adalah sekolah menengah tingkat atas yang mengusahakan pendidikan dan pengajaran tidak hanya dalam bidang umum seperti layaknya SMA lainnya, tetapi juga mengemban misi untuk memberikan keterampilan tambahan kepada peserta didiknya untuk menjadi sumber daya manusia dalam industri jasa pariwisata. Tidak mengherankan jika SMA Karya Wisata juga dikenal masyarakat sebagai SMA plus Pariwisata. Bukti kesungguhan pihak pimpinan dan sekolah dalam mewujudkan misi tersebut adalah diberikannya pelajaran dan pelatihan perhotelan sejak mereka berada di kelas X sampai mereka tamat. Bahasa Jepang juga diberikan dari kelas X. Kegiatan familiarization atau pengenalan industri perhotelan diberikan kepada peserta didik setiap tahunnya. Pada saat menjelang pengenalan Mata Pelajaran Perhotelan di awal semester I di kelas X, para peserta didik diantar ke beberapa hotel ternama dan berbintang di kawasan wisata di Denpasar, Bali dan diperkenalkan tentang segala hal terkait industri jasa akomodasi, perhotelan. Kegiatan dilakukan selama 1 hari penuh. Kegiatan ini diberikan untuk menambah pemahaman mereka tentang perhotelan, sehingga materi yang diberikan di sekolah akan lebih mudah diserap oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Bukti lain adalah kegiatan training atau magang selama 3-4 bulan, pada bulan Juni sampai September setiap tahunnya, di hotel-hotel ternama dan berbintang yang telah memilki kesepakatan atau MoU dengan pihak sekolah. Siswa-siswi yang telah
menyelesaikan studinya di kelas XI diberikan kesempatan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka pada dunia kerja yang nyata. Kegiatan berlangsung pada musim liburan sekolah yang notabene kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara mencapai puncaknya. Hal ini memberikan peluang besar kepada para siswa untuk mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang mereka peroleh di sekolah serta mengenal lebih dalam pekerjaan terkait industri perhotelan. Dewasa ini, industri pariwisata Bali makin memperlihatkan kemajuan. Ini terbukti dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali. Diperkirakan jumlah wisatawan yang datang ke Bali sampai tahun 2013 tercatat meningkat sebesar 240%. Pertumbuhan jumlah wisatawan ini merupakan potensi peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat Bali. Tujuan wisata para wisatawan, khususnya wisataman mancanegara (wisman) cukup beragam. Mereka datang ke Bali untuk menyatu dengan kebudayaan masyarakat, khususnya masyarakat Hindu Bali karena mereka menganggap bahwa budaya masyarakat lokal memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Tidak mengherankan jikalau sebagian besar wisman adalah para repeater atau mereka yang datang secara kontinyu ke Bali. Bahkan beberapa dari mereka tinggal dan menetap di Bali. Selain berwisata, mereka juga bermaksud mengembangkan usaha di Pulau Dewata. Tujuan lainnya adalah karena mereka ingin menikmati kesakralan Pulau Seribu Pura dengan segala ritual keagamaan dan aktivitas-aktivitas meditasi. Ketertarikan wisman terhadap upakara, upacara, dan hal-hal yang berkaitan dengan religi dan spiritual merupakan potensi pariwisata bagi para pramuwisata untuk menjelaskan tentang keberadaannya, dasar filosofis, sejarah, dan perkembangannya di Bali. Oleh karena itu para pramuwisata diharapkan tidak hanya menguasai bahasa asing sebagai bahasa pengantar tetapi juga menguasai betul informasi tentang upakara, upacara, religi, dan spiritual yang sering dipertanyakan oleh wisman. Sayangnya, pramuwisata yang telah mampu memberikan informasi yang akurat dan benar tentang upakara, upacara, dan tempat suci Hindu di Bali masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu kiranya mengadakan pembinaan kepada calon-calon pramuwisata masa depan agar mereka siap lahir bathin, khususnya dalam hal pengetahuan dan keterampilan menyampaikan informasi yang benar dan tepat kepada wisman.
Para pramuwisata yang potensial itu dididik di SMA Karya Wisata Singaraja, Bali. Hal ini menjadi dasar pihak sekolah SMA Karya Wisata dan Tim P2M Undiksha untuk menjalin kerjasama dalam Program Pelatihan Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata. Kelompok sasaran program adalah siswa-siswi Hindu SMA Karya Wisata, Singaraja, Bali. Mereka masih sangat produktif dan berumur 16 s/d 18 tahun. Mereka menjadi kelompok sasaran karena mereka memiliki dasar kemampuan rata-rata cukup, khususnya kemampuan Bahasa Inggris dan pengetahuan pariwisata dasar, untuk menerima materi program pelatihan dan pendampingan yang berupa pengayaan informasi Kawasan wisata khususnya wisata spiritual, keterampilan bahasa Inggris tingkat dasar/madya, dan keterampilan pemandu wisata. Disamping itu, mereka juga masih memilki peluang cukup besar untuk mengembangkan karir pada jasa pariwisata dan pemasaran. Jumlah mitra yang diberdayakan sebanyak 44 orang siswa-siswi SMA Karya Wisata Penarukan, Kabupaten Buleleng, Bali . Tempat pelatihan adalah di gedung kelas SMA Karya Wisata Penarukan. Ruang kelas dimaksud terletak di lantai 1 gedung sekolah. Program pelatihan dimaksud dilaksanakan pada hari Senin-Selasa, pada tanggal 6-7 Juni 2016. Kegitan dilanjutkan dengan evaluasi program/pendampingan yang dilakukan kepada para siswa yang telah mengikuti program pelatihan sebelumnya. Pendampingan dilakukan guna memfasilitasi mitra dalam memahami, melatih, dan merefleksi materi pelatihan yang diberikan oleh tim sebelumnya secara lebih mendalam. Pada saat evaluasi program/ pendampingan, peserta pelatihan mengakui kelemahan mereka terkait praktik jasa pramuwisata dan kendala-kendala berbahasa asing, Bahasa Inggris. Mereka juga merasa tidak percaya diri ketika berhadapan dengan wisman dan menjelaskan topik/ informasi spiritual tour guide. Program evaluasi/pendampingan juga ditujukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan program pengabdian yang telah dilakukan. Pelaksanan program berjalan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pemetaan kegiatan terangkum dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Program Kegiatan Kegiatan 2
3
4
5
2016 Bulan ke6 7 8
9
10
11
Penjajagan / orientasi Persiapan pelaksanaan/koordinasi Pelaksanaan kegiatan Menghimpun data Penyusunan laporan Penyerahan laporan, ujian program, dan refleksi Seminar Hasil
Tahap awal kegiatan dilaksanakan oleh tim melalui penjajagan awal ke lokasi mitra. Konsultasi dan koordinasi dilakukan dengan pihak sekolah, Kepala sekolah, guru pendamping, dan mitra peserta pelatihan dan pendampingan. Informasi tentang pura, banten/ upakara, dan ritual/ upacara diperoleh dari berbagai sumber di internet. Informasi tentang hal-hal dimaksud yang ada dan berlaku di daerah masing-masing juga didapat dari para siswa mitra pelatihan Persiapan administrasi dan perencanaan program kegiatan juga dilakukan oleh tim bersama-sama mitra. Ada beberapa poin yang disepakati pada saat itu yakni: 1. Program didukung sepenuhnya oleh mitra peserta. 2. Program diberikan kepada 44 siswa-siswi SMA Karya Wisata Penarukan yang memiliki ketertarikan dalam bidang usaha jasa pemandu wisata. 3. Program dilaksanakan di gedung kelas SMA Karya Wisata Penarukan, pada hari Senin-Selasa, 6-7 Juni 2016, pukul 08.00 – 12.00 wita. Dilanjutkan dengan evaluasi program/pendampingan pada tanggal 25 Agustus 2016 guna mencari informasi terkait kebermanfaatan dan kelemahan atau kekurangan program pengabdian. Setelah melakukan penjajagan dan koordinasi kepada pihak mitra, tim merencanakan dan menyusun materi kegiatan. Materi kegiatan meliputi pengetahuan umum dan praktis tentang aturan dan tata cara pemanduan wisata, beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan di dalam pemanduan wisata, dan informasi tentang pura/tempat suci, upakara/ banten, dan ritual. upacara. Informasi-
informasi yang terdapat di dalam materi di peroleh dari internet dan referensireferensi terkait. Seperti yang tersurat di dalam pendahuluan maupun metode kegiatan di atas, Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dengan simulasi (training and simulation = TS). Strategi ini dilakukan agar mitra langsung melatihkan dan merasakan pengalaman pemanduan secara optimal. Pemberian penjelasan dasardasar pemanduan dan teori terkait serta keterampilan Bahasa Inggris diberikan sebesar 40%. Sisanya (60%) digunakan untuk latihan, diskusi, dan simulasi. Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), yakni tahap pemantapan pengetahuan konsep tentang jasa pemandu wisata secara teoretis dan praktis. Penyemaian informasi juga dibarengi dengan memberikan contoh langsung dan tidak langsung melalui pemutaran beberapa video guiding yang diambil dari situs you-tube. Setelah itu, para siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan juga mencoba untuk melatihkan beberapa komponen penting terkait guiding. Informasi teoretis dan praktis tentang jasa pemanduan wisata diberikan guna menambah wawasan peserta tentang aturan dan tata cara pemanduan yang baik. Penyemaian informasi juga dilakukan melalui pemantapan konsep tentang pura/ tempat suci dan upakara/sesajen/ banten. Pada tahap ini narasumber dan peserta pelatihan mendiskusikan konsep-konsep filosofis, bentuk, makna, fungsi, dan fakta mengenai pura/ tempat suci dan upakara/banten. Beberapa siswa juga menanyakan tentang perbedaan atau variasi bentuk sarana upacara/ banten masing-masing daerah. Hal ini, sekali lagi, tidak lepas dari adadnya pengaruh desa (tempat), kala(waktu/zaman), dan patra (adat/ kebiasaan). Pada tahap ini, narasumber juga menayangkan video penjelasan berbahasa Inggris tentang pura/ tempat suci dan upakara/banten. Keterampilan berbahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, peserta juga dilatihkan dengan memberikan beberapa informasi secara langsung dan tidak langsung, melalui penayangan beberapa video. Pembekalan diawali dengan menayangkan 2 buah video berisikan pemanduan wisata di Bali yang dilakukan oleh 2 orang asing, penutur asli Bahasa Inggris, yang masing-masing berdurasi 8-10 menit. Para peserta diminta untuk menyimak isi video tersebut. Kemudian, siswa
diminta untuk merangkum atau menulis intisari informasi yang ada di dalam video, termasuk mengidentifikasi komponen-komponen penting yang perlu disampaikan ketika memberikan pemanduan wisata tentang tempat suci dan sarana upacara dimaksud. Kesempatan diskusi kemudian dibuka untuk menampung beberapa pertanyaan peserta pelatihan. Secara umum mereka memahami informasi yang disampaikan di dalam 2 video yang ditayangkan. Berdasarkan 2 contoh video yang ditayangkan, secara umum ada tiga hal yang perlu peserta pelatihan lakukan untuk mampu menjalani profesi sebagai pemandu wisata yakni menguasai informasi penting tentang objek wisata yang diterangkan secara baik, memiliki keterampilan bahasa asing, bahasa Inggris, yang fungsional, singkat, jelas, dan komunikatif, dan mampu mengetahui karakteristik wisman yang dipandu secara tepat yang nantinya berpengaruh pada jenis dan metode pelayanan yang diberikan kepada mereka. Informasi tata cara pemanduan wisata ini penting diberikan kepada mitra karena sebelum menjadi seorang pemandu wisata, mereka seharusnya mengetahui beberapa tata cara yang baik dan benar untuk menjadi seorang pemandu wisata, khususnya pengetahuan tentang etika memandu wisatawan. Pembekalan tentang materi pemandu wisata juga menimbulkan kesadaran peserta pelatihan tentang peran penting jasa pemandu wisata dalam memberikan informasi yang tepat dan benar tentang suatu kawasan wisata, memasarkan potensi-potensi wisata yang ada di daerah mereka selain wisata spiritual, dan menjaga kelestarian dan kesakralan kawasan wisata terkait karena mereka memperoleh manfaat, khususnya manfaat ekonomi, dengan menjaga kelestarian situs pura, budaya, maupun potensi-potensi lainnya. Pembekalan pengetahuan dan informasi terkait telah dapat memberikan potensi alternatif usaha, jasa pemandu wisata, kepada peserta yang secara umum diarahkan untuk bekerja sebagai pegawai hotel oleh pihak sekolah. Informasi praktis tentang beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan dalam berkomunikasi dengan wisman oleh para pemandu wisata juga diberikan kepada peserta pelatihan. Fungsi dan ekspresi bahasa yang dilatihkan meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menawarkan bantuan, dan menjelaskan.
Fungsi dan ekspresi bahasa Inggris perlu diberikan karena bahasa adalah alat utama dalam berkomunikasi (bertanya dan memberikan penjelasan) dengan wisatawan manca negara selama pemanduan wisata berlangsung. Pada saat awal pelatihan, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang fungsi dan ekspresi Bahasa Inggris sebesar 60%. Pengetahuan ini dimiliki oleh 28 orang peserta, dan 16
orang menguasai Bahasa Inggris dalam kosakata terkait
pariwisata yang masih terbatas. Pada awal kegiatan secara umum, kelemahan peserta terletak pada penguasaan kosakata umum dan kosakata terkait pariwisata, ketepatan struktur bahasa; pengucapan kata dan intonasi, dan kelancaran berbahasa. Hal ini merupakan akibat dari rasa percaya diri peserta yang masih dirasa sangat kurang. Untuk itu para instruktur memberikan dorongan dan gambaran tentang pentingnya menumbuhkan rasa percaya diri didalam menjalankan usaha jasa pramuwisata. Kegiatan selanjutnya adalah pengintegrasian informasi menjadi suatu pemahaman (decoding) Pada tahap ini mereka diberikan kesempatan untuk menyiapkan tugas pemanduan wisata secara berkelompok dan berdiskusi dengan sesama peserta pelatihan termasuk dengan para instruktur. Peserta pelatihan diberikan waktu masing-masing 10 menit untuk berdiskusi tentang 3 kelompok materi tentang upakara/banten yang telah mereka peroleh. Setiap 10 menit, masingmasing kelompok diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dan atau memperagakan/ melatihkan beberapa instruksi langsung tentang materi terkait. Dengan cara ini, tim mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta tentang materi yang telah disampaikan. Secara umum, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang materi yang diberikan tergolong cukup dengan rata-rata tingkat pengetahuan dan keterampilan 73%. Tahap dilanjutkan dengan perekaman informasi (storing), yakni pemberian kesempatan kepada mitra untuk merekam informasi yang telah diintegrasikan selama beberapa waktu tertentu, baik melalui metode diskusi tambahan dengan anggota kelompok lainnya, menghafal poin-poin penting dari materi yang diperoleh, mencoba menjelaskan hal-hal penting terkait materi guiding kepada teman-teman di dalam kelompok secara bergantian (dalam waktu sekitar 30-40 menit) sesuai dengan kemampuan mereka dan melatihkan keterampilan guiding dan Bahasa Inggris. Pada tahap ini, ketika mereka telah siap, mereka di dalam kelompok kecil, didampingi oleh 1 orang instruktur, secara bergantian bertanya dan menjawab/ menjelaskan
informasi sederhana tentang topik yang mereka peroleh. Kegiatan ini juga memberikan penguatan dan pengulangan informasi atau drilling informasi dan keterampilan berbahasa kepada para peserta. Semakin sering dan intensif mereka melatihkan ini di dalam kelompok mereka, semakin banyak paparan dan frekuensi informasi yang mereka bagi dan peroleh dan semakin baik pembelajaran yang mereka lakukan sehingga semakin kuat dan mendalam informasi dan pengalaman yang mereka peroleh dari kegiatan dimaksud. Pada gilirannya, penguatan informasi dan pengalaman ke dalam memori mereka semakin kuat. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding tergolong cukup dengan rata-rata tingkat pengetahuan materi 71%, keterampilan guiding 73%, dan keterampilan berbahasa Inggris 74%. Permasalahan yang dialami oleh para siswa meliputi ketidakmampuan mereka dalam menyampaikan landasan filosofis terkait variasi bentuk, fungsi, dan makna upakara/banten. Sedangkan keterampilan penggunaan Bahasa Inggris peserta tergolong cukup baik, namun permasalahan masih ditemui pada penguasaan kosakata, struktur bahasa, dan pengucapan kata, termasuk kelancaran penggunaan Bahasa Inggris komunikatif. Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan simulasi (rehearsal), yakni pelatihan dan pendampingan terhadap mitra dalam menguji cobakan apa yang telah mereka terima dan pahami sebelumnya melalui permainan peran (Role play), sebagian berperan sebagai pemandu wisata dan sisanya berperan sebagai wisatawan yang dipandu. Kemudian mereka bertukar peran. Prosedur pelaksanaanya sama dengan tahap sebelumnya namun mereka diminta secara individu maupun berkelompok memperagakan keterampilan guiding di depan lokasi pelatihan dan ditonton oleh kelompok peserta lainnya. Kelompok peserta lainnya juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi guiding yang dipresentasikan kepada peserta yang sedang berperan sebagai tour guide. Dengan cara ini, antar individu dan kelompok dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar dan berlatih. Disamping itu, mereka juga dapat melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing individu dan kelompok untuk dijadikan refleksi demi perbaikan. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding masih tergolong cukup baik (73%) dan kemampuan menjelaskan materi rata-rata cukup (71%). Keterampilan berbahasa Inggris peserta juga tergolong cukup baik dengan
rata-rata 74%.Mereka masih bermasalah pada penguasaan kosakata, struktur bahasa, dan pengucapan kata. Tingkat percaya diri dan kelancaran berbahasa Inggris juga masih perlu dilatih dan ditingkatkan. Dari hasil wawancara dengan peserta di selasela sesi pelatihan, mereka mengakui bahwa mereka merasa takut, malu, dan takut salah ketika harus menjelaskan sesuatu dalam bahasa Inggris di depan kelas. Mereka juga mengakui, apa yang telah mereka persiapkan dengan kelompok masing-masing tidak bisa disampaikan secara utuh dan optimal di depan kelas karena rasa kurang percaya diri mereka. Sebagian besar siswa juga menambahkan bahwa hafalan mereka seketika hilang ketika mereka berdiri di depan kelas. Tahap akhir adalah pembelajaran informasi (learning), yakni pemberian penguatan-penguatan dan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka terima dan uji cobakan. Tahap ini dilakukan secara informal guna menjaga kedekatan tim dengan mitra secara personal dan emosional. Tahap ini juga merupakan tahap pendampingan yang diberikan guna memantapkan pengetahuan dan pelatihan mereka. Pada tahap ini mereka diberi masukkan atau umpan balik terkait dengan beberapa hal yang sudah mereka lakukan dengan baik dan hal-hal yang masih dianggap perlu diperbaiki di masa yang akan datang. Pendampingan juga dilakukan untuk sharing dan learning berdasarkan pengalaman dan permasalahan yang ditemui peserta pelatihan secara nyata di lapangan. Pada keterampilan pemanduan wisata atau guiding, para peserta disarankan untuk menjaga sikap, emosi dan rasa percaya diri, pengetahuan tentang objek atau materi yang dijelaskan, dan keterampilan berbahasa Inggris mereka. Karena seorang guide atau pemandu wisata diharapkan memiliki standar kualifikasi layanan dan kompetensi yang cukup berupa sikap, pengetahuan, keterampilan teknik, bahasa (pasal 14 UU 10/Th2009 tentang Usaha Jasa Pramuwisata). Selain itu pula, para peserta diberi tambahan pengetahuan terkait jasa pemandu wisata yakni kemampuan untuk mengenal budaya sendiri dan wisatawan, terutama wisatawan manca negara untuk menghindari kesalahpahaman. Seorang pemandu wisata juga diharapkan untuk mendengar secara baik dan menyimak segala hal yang menjadi fokus perhatian wisatawan, menunjukkan kesenangan guna mengantisipasi kebosanan, mengulangi informasi atau istilah-istilah asing kepada wisatawan, dan memberi jawaban singkat dan padat ketika wisatawan bertanya. Para pemandu juga wajib mengenal tempat/
wilayah tour secara detail dan mengggali informasi sebanyak-banyaknya guna menambah dan memperbaharui informasi terkait objek wisata atau materi pemanduan yang sedang mereka jelaskan. Hal ini bisa dilakukan dengan pergi langsung ke tempat yang dimaksud, bertanya dengan orang-orang tertentu atau tokoh masyarakat yang menguasai tempat/ objek pemanduan, atau mencari informasi dari sumber-sumber terpercaya (buku, artikel, majalah terkait). Tambahan informasi dan keterampilan lain yang menjadi masukan kepada peserta adalah cara mengatur ritme perjalanan/ kunjungan sehingga wisatawan tidak merasa bosan. Penyesuaian waktu dan jenis aktivitas pemanduan sangat berpengaruh terhadap tingkat ketertarikan atau kebosanan wisatawan dalam mengikuti tour yang telah kita rencanakan. Oleh karena itu, perencanaan yang matang perlu dilakukan dengan memperhatikan materi pemanduan, durasi yang diperlukan, tempat/objekobjek wisata yang dikunjungi, dan jenis aktivitas terkait. Pendampingan diakui oleh peserta dapat memberikan pengetahuan lebih tentang tour guiding dan rasa percaya diri peserta dalam belajar dan berlatih Spiritual Tour Guide. Disamping
itu,
evaluasi
program/pendampingan
dilaksanakan
guna
mengetahui kebermanfaatan, kendala, serta kelebihan program yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi program menunjukkan bahwa pelatihan sesuai atau releven dengan minat dan bidang studi mitra, materi pelatihan dapat dimengerti oleh mitra dengan baik, mitra merasakan manfaat informasi dan keterampilan tambahan tentang tour guiding karena secara formal mereka tidak memperoleh materi pariwisata terkait di sekolah, keikutsertaan mitra di dalam proses pelatihan cukup baik, saran dan kritik serta perbaikan yang diberikan oleh sesama partisipan dan instruktur bermanfaat untuk perbaikan pengetahuan dan keterampilan guiding mitra, dan mitra mengharapkan pelatihan serupa dilanjutkan guna memantapkan pengetahuan dan keterampilan spiritual tour guiding mereka pada masa yang akan datang. Hasil evaluasi program juga menunjukkan beberapa kelemahan program meliputi: keterbatasan waktu pelaksanaan program, beberapa mitra peserta pelatihan masih perlu bimbingan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Inggris dan tour guiding, dan perlu untuk mengajak peserta pelatihan ke tempat wisata yang sebenarnya
sehingga
mereka
bisa
langsung melatihkan
pengetahuan
dan
keterampilan berbahasa Inggris dan spiritual tour guiding secara lebih nyata. Hal ini disadari oleh tim karena keterbatasan waktu dan jumlah peserta pelatihan, serta situasi yang tidak memungkinkan untuk mengajak peserta berlatih langsung di lapangan. Setidaknya, ini akan menjadi rangsangan awal terhadap mitra untuk terus mau belajar dan mendalami pengetahuan dan keterampilan dimaksud, sehingga ke depan mereka memiliki keterampilan tambahan, spiritual tour guiding, yang bermanfaat untuk masa depan mereka. Penerapan IPTEKS yang ditransfer kepada mitra beranjak dari analisis situasi tentang potensi kawasan timur kabupaten Buleleng yang merupakan daerah tujuan wisata spiritual wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara dan potensi peserta sebagai calon pemandu wisata spiritual di wilayah timur kabupaten Buleleng. Namun, mitra memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan berbahasa asing, Bahasa Inggris, fungsional dan komunikatif guna menunjang peran serta mitra nantinya dalam industri jasa pramuwisata. Mitra juga memiliki keterbatasan pengetahuan tentang tempat suci/ pura, upakara/ banten, dan ritual/upacara sehingga bantuan informasi terkait diperlukan di dalam pelatihan. Keterampilan guiding juga menjadi salah satu fokus pelatihan dan pendampingan dimaksud.
IPTEKS yang
ditransfer, dalam hal ini, adalah berupa pengetahuan dan keterampilan Guiding (pemanduan) dan Bahasa Inggris aktif, komunikatif, dan fungsional, dalam hal ini keterampilan berbicara. Gambaran IPTEKS yang ditransfer dapat dilihat pada gambar 1. Analisis Situasi
Peta Potensi Daerah
Keterampilan Sumber Daya di Jur. Bahasa Inggris
Penentuan Model Bantuan
Potensi Mitra
Kondisi Riil Mitra
Pemilihan dan Penentuan Tenaga Pelatih& Pendamping
PROGRAM : Pelatihan Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata
Gambar 3.1 Gambaran IPTEKS Program P2M
Secara umum, pengetahuan dan keterampilan Spiritual Tour Guide mitra tentang tempat suci dan banten/upakara cukup baik. Kesan yang sangat baik ditunjukkan oleh peserta dalam mengikuti kegiatan pelatihan. Keinginan sebagian besar siswa (75%) untuk berlatih dan menyajikan kemampuan serta keterampilan guiding mereka di depan kelas, dan berbagai jenis pertanyaan oleh mitra terkait materi dan keterampilan yang diberikan menunjukkan perhatian mereka yang cukup baik terhadap program yang dijalankan. Pihak kepala sekolah, guru pendamping dan peserta secara langsung memohon kepada tim pengabdian Undiksha untuk memberikan pelatihan lanjutan pada tahun mendatang. Program P2M Undiksha berjudul “Pelatihan Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” di SMA Karya Wisata Penarukan telah dilaksanakan dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan mitra tergolong cukup baik dan materi Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata telah dibuat guna menjaga keberlanjutan pemahaman pengetahuan dan keterampilan yang telah diberikan dan membantu rekan-rekan mitra yang lain yang tertarik untuk mempelajari, mendalami, dan melatihnya. Secara umum tanggapan mitra beserta seluruh komponennya sangat bagus dan mengharapkan keberlanjutan pelaksanaan program di masa yang akan datang.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
a. SIMPULAN Berdasarkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengabdian kepada masyarakat bertajuk “Pelatihan Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” di SMA Karya Wisata Penarukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Program “Pelatihan Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” di SMA Karya Wisata Penarukan telah memberikan pengalaman peserta pelatihan dalam memandu wisata spiritual, keterampilan berbahasa Inggris aktif dan fungsional dalam memandu wisata spiritual, dan memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang tempat suci/pura dan upakara/banten. 2. Program “Pelatihan Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” di SMA Karya Wisata Penarukan memberikan keterampilan pemanduan wisata spiritual peserta pelatihan dengan rata-rata kemampuan cukup baik. 3. Kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan Program “Pelatihan Spiritual Tour Guide untuk Siswa Sekolah Berorientasi Pariwisata” di SMA Karya Wisata Penarukan masih perlu ditingkatkan khususnya dalam kemampuan dan keterampilan pemanduan wisata dan pengetahuan materi spiritual yang meliputi materi tentang pura/tempat suci dan upakara/banten.
b. SARAN 1. Program serupa perlu dilanjutkan guna memantapkan hasil pelatihan yang telah diperoleh merujuk pada kebermanfaatan yang dirasakan oleh peserta dan pihak sekolah 2. Menyadari hasil program yang tergolong cukup baik, program serupa perlu dilaksanakan secara berkesinambungan guna memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada peserta untuk belajar, berlatih, dan berbagi pengalaman
DAFTAR PUSTAKA
Nitiasih, Putu Kerti, Putu Eka Dambayana Suputra, I Nyoman Adijaya Putra, dan Ni Nyoman Padmadewi. 2010. Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M Undiksha. Tidak dipublikasikan.
Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Nyoman Adijaya Putra, dan Ni Nyoman Padmadewi. 2011. IbM Spiritual Tour Guide: Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M Undiksha Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Made Suta Paramarta. 2013. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan “Spiritual Tour Guide” di Kawasan Pura Pulaki. Laporan P2M Undiksha Suputra, Putu Eka Dambayana, I Made Suta Paramarta. 2014. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan “Spiritual Tour Guide” di Kawasan Pura Maduwe Karang . Laporan P2M Undiksha
MATERI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE UNTUK SISWA SEKOLAH BERORIENTASI PARIWISATA 2016
Pramuwisata/Pemandu
Wisata/
Guide
yaitu
seseorang
yang
bertugas
memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Guide harus memiliki standar kualifikasi layanan dan kompetensi yang cukup berupa o sikap, o pengetahuan, o keterampilan teknik, o bahasa o kode etik profesi kepariwisataan (pasal 14 UU 10/Th2009 adalah Usaha Jasa Pramuwisata) Fungsi terpenting Pemandu Wisata adalah menghubungkan wisatawan dengan pusat-pusat ikon destinasi dan khazanah budaya lokal. Seorang Guide adalah o guru, o pemimpin, o informan, o juru terang, o wartawan, o humas, o pemandu, o penerjemah, o pendamping, o penghibur, o motivator, o seniman o pekerja budaya.
Profesi Tourist Guide juga berperan ikut menjaga daya tarik wisata dari pelaku kerusakan (fandalisme): o perbuatan mengubah warna dan bentuk, o menghilangkan spesies tertentu, o mencemarkan lingkungan, o memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya keunikan, keindahan, dan nilai autentik suatu daya tarik wisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Tugas Pemandu Wisata dan Pengusaha terkait lain bisa pula dirujuk dalam UU 10/Thn 2009 Pasal 20, bahwa setiap wisatawan berhak memperoleh: (a) informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata; (b) pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar. Hal ini berarti bahwa seorang pemandu wisata memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat kepada wisatawan dan memperlakukan wisatawan sesuai kaidah-kaidah prosedur pemanduan wisata yang berlaku. Sehingga wisatawan akan merasa nyaman, aman, dan puas akan layanan yang diberikan kepadanya. Seorang Pramuwisata yang Handal: Jujur. Sabar ; Sopan dan beretika; Kenal budaya sendiri dan wisatawan (untuk menghindari kesalahpahaman) Dengar, tunjukkan kesenangan, ulangi, beri jawaban singkat dan padat; Tahan
bekerja
berjam-jam
(dalam
memberikan
pelayanan
kepada
wisatawan); Kenal tempat/ wilayah tour dan gali informasi sebanyak-banyaknya; Percaya diri dan tunjukkan pengetahuan serta keahlian anda sewajarnya; Organisasi dengan baik waktu, tempat/ objek wisata, transportasi, akomodasi, dan wisatawan; Atur ritme perjalanan/ kunjungan sehingga wisatawan tidak merasa bosan; Tidak panik jika terjadi sesuatu yang tidak diiinginkan.
Tourist guide refers to a person who guides visitors in the language of their choice and interprets the cultural and natural heritage of an area, which person normally possesses an area-specific qualification usually issued and/or recognized by the appropriate authority A tour guide (or tourist guide) provides assistance, information and cultural, historical and contemporary heritage interpretation to people on organized tours, individual clients, educational establishments, at religious and historical sites, museums, and at venues of other significant interest. They (normally) have a recognized national or regional tourist guide qualification. Some facts about tour guide: If you have decided to be a tour guide of certain group of tourists, you need to know these things below: 1. Tour guides must know everything 2. Tour guides must speak loudly 3. Tour guides are not entertainer 4. Tour guides must work out the nationality of their visitors How to be a good tour guide 1. Listen, show pleasure, repeat, concise answer 2. Make sure you have solid people skills as well as infinite patience. Be honest about whether you’re comfortable being “on” for 10, 12, even 18 hours a day. That’s more important than knowing all about art, history or geography. 3. Research the area you’ll be touring extensively. Companies provide some basic information, but it’s good to do homework on your own. You’ll have more confidence, and people on your tour will appreciate your expert touch-which may lead to bigger tips and word-of-mouth recommendations from your clients. 4. Be a master of organization--you need to juggle your time and handle details such as getting through customs and finding lost luggage. You’ll be in charge of transportation logistics, accommodations (finding hotels or setting up camp), meals, equipment repairs and maintenance, and more. 5. Be aware that you set the tone of a trip. If you’re upbeat and enthusiastic, others will join in and have fun.
6. Stay calm when other people aren’t. You have to handle all emergencies, whether a monsoon hits, the bus breaks down, a client has a meltdown or the hotel is overbooked. 7. Plan for a minimum of personal free time on a trip. That's just as well: Once you take care of all the arrangements and everyone else’s needs, you’ll have very little energy and time to go exploring on your own--or even do your laundry. Remember: Don’t lose your cool, panic, be rude, get angry, put someone down, and never lie
Fungsi dan Ekpresi Bahasa Inggris Yang Digunakan oleh Seorang Pramuwisata/Pemandu Wisata/ Guide Greeting: Good morning/ afternoon/ evening/ night Hai/ Hello
Introducing (self and others) Get to know each other: May I have your (full) name? Can you tell me your name, please? May I know your name? What is your name? My name is …. This is ….. He/ she is ….. Where are you from? Nice to meet you, (too). Asking Guest’s Address: May I have your address, please? Could I have your (complete) address? Please tell me your address.
Asking Like/ Dislike/ Preferences/ Choices: What kind of place do you like/ prefer? Do you like this place? How do you like it? Which one do you like/ prefer? Which one will you choose?
Offering something: Would you like some ….. Would you like to visit the temple? Would you like to take a photo?
Explaining I would like to tell you about ….. I would like to explain about ….. Let me tell you about ….. Let me explain about ….. Pura Pulaki is one of the most unique temples in Buleleng. This temple is unique because ….. This place is built in 1878. People come here by …… for …… This is held every week/once in a year/ twice a month.
Asking and Informing price/rate: How much is it? It costs Rp 150.000,It is Rp 150.000,-
Asking Number of Guest: How many people will come (here)? How many guests (will come/ will be with you)?
Asking Special Requests: Do you have any special requests? Is there any request?
Closing : Good bye Thank you. Good bye. Thank you and see you soon. Thank you very much. We look forward to seeing you soon. Thank you. Take care.
MATERI
SPIRITUAL
TOUR
GUIDE
(TEMPLES,
RITUAL,
AND
OFFERING)
Beji Temple http://www.bali-travelnews.com/Buleleng/beji-temple.html inShare
This temple is located at Sangsit village, Sawan subdistrict, approximately 8 km east of the town of Singaraja and about 500 meters to the road leading to the beach. The temple owned by local subak members of the village lies in the middle of the rice field of Sangsit village. Attraction of the temple is that nearly all parts of the temple are decorated by carving of Buleleng style in the shape of vines and floral motifs belonging to characteristic of North Bali. The Beji Temple is used to venerate Goddess Sri as the goddess associated with the agriculture in particular and is believed to be the Goddess who created the rice as a staple food. Neighborhood of the temple is also known as the neighborhood of Subak Temple for the area of Sangsit customary village, where the whole royal neighborhood is decorated with carving style as the mode of king of Buleleng in the
form of propagating plants and floral motif characterizing the fifteenth century during the era of King of Majapahit. Entrance gates of the temple compound are decorated with two dragons as guardians of the temple. PULAKI TEMPLE
Lokasi (Location) Pura Pulaki terletak di Desa Banyupoh Kecamatan Gerokgak, Buleleng, sekitar 53 kilometer di sebelah barat kota Singaraja. Pura ini terletak di pinggir jalan raya jurusan Singaraja-Gilimanuk. Piodalan yang dimulai pada Purnama Sasih Kapat. It is located in Banyupoh village, Gerokgak district, Buleleng regency. This temple is about 53 km from Singaraja city to the west. It is by the main road/ highway of Singaraja-Gilimanuk. The ceremony is held in the fourth full moon of Balinese lunar calendar system. Sejarah (History) Kepercayaan yang umum berlaku di Nusantara -- sejak zaman prasejarah gunung senantiasa dianggap tempat suci dan dijadikan stana para dewa dan tempat suci para roh nenek moyang -- maka diperkirakan Pura Pulaki sudah berdiri sejak zaman prasejarah. Hal ini merunut pada konsep pemujaan Dewa Gunung, yang merupakan satu ciri masyarakat prasejarah. In the prehistoric period, it is generally believed that the mountain/ mountainous area is a holly place. It is as the place of the ancestor, God, and Godesses. This is based on the prehistoric concept of devotion to the God of the mountain.
Pura Pulaki sebagai suatu tempat suci sudah ada sejak zaman prasejarah dan menghilang setelah kehadiran Dang Hyang Nirarta dengan peristiwa dipralinakannya Pura Pulaki sekitar 1489 Masehi. Keberadaan Pura Pulaki tanpa penghuni secara sekala berlangsung cukup lama. Pura Pulaki menghilang dari penglihatan sekala dan daerah ini praktis kosong sejak 1489 sampai sekitar tahun 1920 atau selama sekitar 431 tahun. Namun sebelum itu, dari kurun waktu zaman prasejarah sampai dengan kehadiran Ida Batara Dang Hyang Nirarta tahun 1489, Pura Pulaki masih tetap sebagai tempat pemujaan, baik yang dilaksanakan orang prasejarah, orang Baliaga dengan Sekte Waisnawa yang dikembangkan Rsi Markandeya dan orang pengikut Tri Sakti dengan simbol tiga kuntum bunga teratai yang berwarna merah, hitam dan putih yang dipetik Dang Hyang Nirarta dari kolam yang diperoleh dalam perut naga di Pulaki. Pulaki Temple as a holy place has been around since prehistoric times and disappeared after the presence of Dang Hyang Nirarta with a purification of Pulaki Temple around 1489 AD. The existence of unoccupied Pulaki Temple lasted long enough for a while. Pulaki Temple occasionally disappeared from sight and practically became isolated area since 1489 until around 1920 or for about 431 years. But before that, from prehistoric times up to the period of the presence of Dang Hyang Ida Batara Nirarta in 1489, Pulaki Temple was still as a place of worship, performed well by prehistoric people, people with Sect Waisnawa Baliaga developed by Rsi Markandeya and the followers of Tri Sakti with the symbols of three lotus flowers in red, black and white which Dang Hyang Nirarta obtained from the pool in the stomach of Pulaki dragon.
Di sisi lain, dilihat dari letak Pura Pulaki yang terletak di Teluk Pulaki dan memiliki banyak sumber mata air tawar, kawasan ini diduga sudah didatangi manusia sejak berabad-abad lalu. Kawasan Pulaki menjadi cukup ramai dikunjungi oleh perahu dagang yang memerlukan air sebagai bahan yang sangat diperlukan dalam pelayaran menuju ke Jawa maupun ke Maluku. On the other hand, considering Pulaki Temple is in the Gulf Pulaki and has lots of fresh spring water, then it was believed to be visited by people many centuries ago.
Pulaki became quite crowded areas visited by boat commerce that required water as an indispensable need in the cruise heading to Java or the Moluccas.
Pulaki juga pernah dijadikan pusat pengembangan agama Hindu sekte Waisnawa sekitar 1380 Masehi seperti tertera dalam buku ''Bhuwana Tatwa Maharesi Markandeya'' susunan Ketut Ginarsa. Pulaki used to be the center of Waisnawa sect Hindu religion expansion around 1380 AD as shown in the book'' Bhuwana Tatwa Maharesi Markandeya” written by Ketut Ginarsa.
Tahun 1920 Pulaki mulai dibuka yang ditandai dengan disewakannya tempat ini oleh pemerintah kolonial Belanda kepada orang Cina bernama Ang Tek What. Kawasan itu kemudian dikembalikan sekitar tahun 1950 yang selanjutnya dilakukan pemugaran-pemugaran terhadap tempat suci di kawasan itu. Pemugaran Pura Pulaki dan pesanakannya dilakukan setelah tahun 1950. Pulaki 1920 was publicly opened by the Dutch colonial government which rented this place to a Chinese person named Ang Tek What. The area was later restored in 1950 and reconstruction was held towards holly places in this area. The reconstruction of Pulaki Temple and the other related temples was done after 1950. Pulaki dan pesanakannya( Pulaki and related temples) Pura Pulaki dan pesanakan, seperti Pura Pabean, Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, Pura Belatungan, Pura Puncak Manik dan Pura Pemuteran, tak bisa dipisahkan Pura Pulaki and all related temples, such as Pura Pabean, Pura Kerta Kawat, Pura Melanting, Pura Belatungan, Pura Puncak Manik dan Pura Pemuteran, cannot be separated
Nyegara gunung Nyegara gunung berarti terletak di antara gunung dan laut : wilayah nyegara-gunung, suatu daerah yang penuh dengan pusat spiritual dan tempat pemujaan, baik di gunung maupun di tepi laut.
Nyegara gunung means situated between the mountains and the sea: nyegara- gunung is an area full of spiritual centers and places of worship, whether in the mountains or by the sea.
Pulaki dibangun pada tempat perpaduan antara daerah pegunungan dan laut atau teluk. Tata letak, struktur dan lingkungan Pura Pulaki ini ditemukan unsur antara segara dan gunung yang menyatu. Pulaki was built in place of unity between the mountains and the ocean or bay. Thus, the layout, structure and the environment of Pulaki Temple are found between ocean and mountains together.
Monkey Forest Holds Tumpek Kandang Ritual http://www.bali-travelnews.com/Balinese-Live/monkey-forest-holds-tumpekkandang-ritual.html An Expression of Love to Animals
As an expression of love to animals like monkeys, the Monkey Forest Ubud celebrates Tumpek Kandang ritual on Saturday (Oct. 3). The celebration was conducted in the highest level and officiated over by Ida Pedanda Nabe Gede Manuaba. Type of the offerings presented is relatively large, namely the usual offerings coupled with bebangkit offerings. Since the ritual belongs to the highest level, it is then accompanied with wayang lemah or day puppet show and Sidakarya mask dance. Local people and travelers mingle to watch the ritual held every six months.
General Manager I Nyoman Buana said that the celebration is the implementation of the mission of the Monkey Forest Ubud namely preserving and maintaining the harmony of the region based on the concept of Tri Hita Karana. In this case, it is maintaining harmonious relationship between humans and the environment. Tumpek Kandang has the purpose to glorify all of God’s creation, especially animals. With the celebration of Tumpek Kandang and other important rituals, the community believes that
they can grow and develop the sectors that can strengthen the economic foundation of society such as the livestock sector or those making use of other animals. “In the Tumpek Kandang ritual, the Hindus invoke to God in order their animals are blessed with health and safety,”
he
said.
At the Monkey Forest in Ubud it is conducted a worship of God for the safety and health of the monkeys and other animals because the monkeys in the forest especially play an important role in the social and economic life of the Padangtegal customary village. After the ritual procession is over, the monkeys are given special food which is not given on usual days such as eggs, grapes, carrots and other fruits. Travelers are also given the opportunity to feed the monkeys. (BTN/015)
Banten (Offering) Banten is a symbolic offering of human being to the gods and neither world with arrangement as much as beautiful appearance can be made. Unable to explain each symbol, the tukang banten or “banten” makers must have made every effort to give meaning to the symbol. Banten has been developed in at almost unlimited types and shapes, from unlimited creation of complex young coconut leaves, cookies, plants, meat cooking, and bamboo works. The use of various flowers is determinant on every type of Banten.
Canang Canang is made of palm leave flower, and perfume which is used as a medium to worship and implore to the god of well being. Canang is considered as the simplest offering. Canang Genten On a small square or round tray made from young coconut leafs (called busung or janur), put porosan which is made from piper betel leaf, lime, plawa leaf, areca nut and clipped inside a small square of coconut leaf, and on the top of the porosan arrange flowers of various types and colors. The fragrant ones are preferred with four colors correspond to four cardinal points: white for east, red for south, yellow for west, and blue or dark for north. At the centre of these arranged flowers, put a pinch of
shredded fragrant pandanus leaves called kembang rampe, scented with sandalwood powder and perfume. Even though the compositions of making canang genten are simple, almost all the compositions have symbolic meaning. Jejahitan/ tetuwasan or artistic shape of the tray and various kinds of flowers symbolize sincerity; plawa leaf symbolizes peace; betel-leaf symbolizes God Visnu; lime symbolizes God Siva; areca nut symbolizes God Brahma; and the fragrance is used to lead our mind and soul into purity or holiness. Canang genten can be used in many kinds of ceremony as one of the offerings.
SUMBER -
http://vasuntara.blogspot.com/2009/06/various-nature-of-offerings.html
-
http://www.bbc.co.uk/dna/h2g2/A378317
-
http://en.wikipedia.org/wiki/Tour_guide
-
http://www.ehow.com/how_138394_become-tourguide.html#ixzz1Y4X35H1g RUBRIK PENILAIAN
Pertemuan/ Topik Nama Siswa : Deskripsi Accuracy Fluency Organization Content Pronunciation Total Nilai
: Rentang Nilai (10 – 20)
FOTO-FOTO KEGIATAN PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE UNTUK SISWA SEKOLAH BERORIENTASI PARIWISATA 2016