LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P2M)
PELATIHAN SOFTSKILL BAGI MAHASISWA FIS SEBAGAI UPAYA MENGHADAPI PERSAINGAN KERJA
Oleh Luh Putu Sri Ariyani, S.S. M. Hum (Ketua) NIP. 197704242003122002 Dr. Tuty Maryati, M.Pd (Anggota) NIP. 196608311993032001 I Gusti Made Arya Suta Wirawan, S.Hum., M.Si. (Anggota) NIP. 198604052015041004
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha Nomor: 128/UN48.16/PM/2016 Tanggal 25 Pebruari 2016
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA NOPEMBER 2016 1
2
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena atas limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan laporan pengabdian masyarakat ini tepat waktu. Laporan yang kami buat ini berisikan semua kegiatan P2M yang telah berlangsung dengan lancar. Pada kesempatan ini ijinkan kami berterima kasih kepada Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNDIKSHA beserta jajarannya atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan P2M ini. Laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu tidak lepas dari dukungan IT dari LPPM yang sudah memudahkan kami dalam berbagai tahapan seperti monitoring dan persyaratan lainnya. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dekanat Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial (FHIS) UNDIKSHA
atas
dukungan yang begitu banyak terhadap kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para Ketua Jurusan di lingkungan FHIS UNDIKSHA karena telah bersedia mengirimkan wakil mahasiswa untuk mengikuti kegiatan ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para panitia yang terdiri dari pegawai FHIS beserta mahasiswa D3 Perpustakaan, berkat kerja keras mereka kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, sehingga kami mohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini masih ada kesalahan atau kekurangan. Akhir kata, semoga laporan kegiatan P2M yang telah kami selenggarakan dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan inspirasi bagi kegiatan serupa lainnya.
Singaraja, 1 Nopember 2016 Ketua Tim Pelaksana Luh Putu Sri Ariyani
3
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL …………………………………………………….. 1 HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… 2 PRAKATA …………………………...…………………………………….. 3 DAFTAR ISI ………………………………………………......................... 4 BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..... 5 1.1.
Analisis Situasi .…..………………………………………..……. 6
1.2.
Identifikasi dan Perumusan Masalah ...…………………….......
1.3.
Tinjauan Pustaka ……………………………………………....... 8
1.4.
Tujuan Kegiatan ……………………………………………........ 10
1.5.
Manfaat Kegiatan ……………………………………………...... 10
1.6.
Khalayak Sasaran …………………………………………….....
7
11
BAB II METODE PELAKSANAAN …………………………………...... 12 2.1
Kerangka Pemecahan Masalah .……………………………..….
12
2.2
Metode Pelaksanaan Kegiatan ..…………………………..…….
13
2.3
Rancangan Evaluasi Kegiatan…………………………….……..
13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………….………. 14 3.1
Waktu Pelaksanaan……………………………………………….. 14
3.2
Dokumentasi dan Evaluasi ……..…..…………………………… 21
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………….………. 23 DAFTARPUSTAKA ……………………………………………….............. 24 Lampiran 1……………………………………………….............................. 25 Lampiran 2……………………………………………….............................. 26 Lampiran 3……………………………………………….............................. 27 Lampiran 4……………………………………………….............................. 28
4
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi yang kian canggih telah membawa banyak perubahan pada gaya hidup masyarakat. Terlebih anak muda, mereka tidak pernah mau ketinggalan dalam mengkonsumsi teknologi informasi terbaru. Teknologi juga menjadikan kegiatan komunikasi menjadi lebih mudah dan cepat. Terlebih dengan adanya telepon genggam (baca: android) lengkap dengan koneksi internet membuat masyarakat bisa terhubung dengan masyarakat di mana saja, dari mana saja dan kapan saja. Bahkan masyarakat yang terpisah ribuan kilometer dapat terhubung dalam waktu yang bersamaan. Namun dalam perkembangannya masyarakat belum sepenuhnya bisa menggunakannya dengan bijak dan benar sehingga seringkali berdampak kurang baik. Penggunaan internet telah memungkinkan masyarakat khususnya anak muda untuk mengenal budaya di luar negaranya dan menerimanya tanpa merasa canggung. Budaya-budaya yang berasal dari luar sangat mempengaruhi anak muda karena mereka merasa bahwa budaya luarlah yang dapat membuat mereka lebih gaya, percaya diri dan merasa diri hebat. Kondisi ini menyebabkan anak muda semakin jauh dari lingkungan sekitarnya, menjadi semakin cuek dan tidak peduli dengan orang lain. Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan para orang tua, guru dan dosen, banyak keluhan yang dilontarkan terkait dengan ketidakpedulian para anak muda pada lingkungan sekitarnya sehingga seringkali mereka menjadi jauh dengan orang tua dan teman yang berada di dekatnya. Budaya timur seakan-akan sudah ditinggalkan. Anak muda semakin jarang menunjukkan kesopanan di depan orang yang lebih tua. Bahkan mahasiswa yang sudah memiliki kematangan dalam hal kejiwaan ikut-ikutan menjadi seorang ignorance yaitu orang yang sangat tidak peduli dengan sekitarnya. Budaya bertegur sapa mulai jarang ditemukan karena mereka lebih asyik mengobrol dengan orang yang sangat jauh alias chatting. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena anak muda sebagai generasi penerus budaya yang
5
adiluhung, harus melupakan budayanya karena terlalu asyik dengab dunia luar. Perubahan perilaku pada anak muda khususnya mahasiswa tentu tidak saja berpengaruh pada pergaulan sehari-hari mereka namun yang lebih penting perubahan ini akan berdampak pada perilaku mereka di masa depan khususnya pada saat menghadapi tantangan kerja. Dalam memasuki dunia kerja, seseorang tidak hanya dinilai dari technical skill namun kemampuan softskill kini menjadi salah satu faktor yang menentukan kesuksesan karir seseorang. Upaya untuk meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa sangatlah penting untuk mempersiapkan mereka menghadapi persaingan kerja. Selain itu softskill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup yang sangat berguna tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga untuk diri sendiri agar mampu diterima dalam masyarakat (Elfindri, dkk, 2011). Melalui kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) berupa pelatihan softskill bagi mahasiswa FIS UNDIKSHA semester tujuh ke atas, diharapkan para mahasiswa memiliki kemampuan softskill yang akan membantu mereka dalam menghadapi persaingan kerja di masa yang akan datang.
1.1 Analisis Situasi Pada prinsipnya softskill dapat dibagi menjadi dua jenis; pertama adalah kualitas personal, yang terdiri dari kemampuan bertanggung jawab, kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, self-management (mampu mengatur diri sendiri) dan integritas/kejujuran. Kedua adalah interpersonal skill yang terdiri dari leadership (kepemimpinan), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama dalam tim, mau berbagi ilmu dengan orang lain, serta dapat melayani klien/pelanggan. Menurut laporan Professional Standarts Council New South Wales dalam https://miracleone.wordpress.com/miracle-learning/soft-skill-training/,
pemberi
kerja cenderung untuk mencari orang yang memiliki kemampuan softskill yang bagus. Hal ini dikarenakan tantangan utama yang dihadapinya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan individu-individu dalam upaya mencapai kesuksesan. Faktor-faktor lain yang juga tidak kalah penting adalah motivasi atau
6
dorongan pencapaian, mengembangkan orang lain, kemampuan beradaptasi, pengaruh, kepercayaan diri dan kepemimpinan. Apa yang telah dikemukakan di atas merupakan bagian dari softskill (McClelland dalam Covington, 2000). Dalam buku yang berjudul Lesson from The Top yang ditulis oleh Neff dan Citrin (1999) bahwasannya kunci sukses seseorang 90% ditentukan oleh softskill dan sisanya adalah kemampuan hardskill. Pendapat
mereka diperkuat oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Harvard University dalam Sailah (2008) bahwa 20% kesuksesan seseorang diperkirakan berasal dari intelegensia yaitu kemampuan untuk belajar dan memahami (hardskill), 80% sisanya berasal dari kemampuan untuk memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain (softskill). Hal ini menunjukkan bahwasannya kemampuan softskill adalah kemampuan yang patut diperhatikan dengan serius oleh siapapun untuk menghadapi dinamika kehidupan di masyarakat. Mahasiswa yang akan menjadi bagian masyarakat tentunya harus memiliki kemampuan softskill agar dapat diterima sebagai bagian masyarakat. Dari apa yang dikemukakan di atas, kemampuan softskill menjadi sangat penting untuk menghadapi persaingan mendapatkan pekerjaan.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa identifikasi permasalahan di lapangan yang ditemui sebagai berikut : a. perlu ada usaha untuk meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa; b. banyak mahasiswa yang belum menyadari pentingnya kemampuan softskill. Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan untuk dibantu pemecahannya melalui pengabdian masyarakat ini sebagai berikut : 1. Bagaimana memotivasi mahasiswa untuk mengasah kemampuan softskill? 2. Bagaimana mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi persaingan kerja?
7
1.3 Tinjauan Pustaka Maju tidaknya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya (SDM). Semakin baik kualitas SDM suatu bangsa, maka semakin dapat bersaing dengan negara lain. Apalagi banyak yang beranggapan bahwa di era globalisasi saat ini sering disebut sebagai era persaingan kualitas. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan mengingat pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan sumber daya manusia. Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat perguruan tinggi, telah mengalami pergeseran-pergeseran ke arah pembentukan kompetensi lulusan. Hal ini dikarenakan oleh kompetensi lulusan menjadi salah satu faktor penunjuk keberhasilan sebuah perguruan tinggi dalam menjalankan visi misinya. Selain itu ini terkait juga dengan daya tarik (pull factor) bagi pengguna atau user (stakeholder) yang akan memakai atau memanfaatkan lulusan perguruan tinggi yang bersangkutan. Kementerian Pendidikan Nasional dalam Tempo (2015) memiliki strategi kebijakan sebagai berikut “Mewujudkan Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif Tahun 2025”, sehingga peningkatan daya saing lulusan sebagai salah satu output dari pendidikan tinggi ditempatkan sebagai prioritas program utama di setiap perguruan tinggi. Upaya peningkatan kualitas lulusan ini, selain dilakukan melalui sistem pembelajaran yang komprehensif, efektif dan transformatif, juga dikembangkan program pembinaan kemahasiswaan yang diarahkan memiliki pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) sehingga memberikan nilai tambah (added values) guna meningkatkan daya saing lulusan. Dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi dituntut agar selalu mengedepankan kualitas lulusannya atau dengan kata lain lulusan yang memiliki kompetensi tinggi. Istilah kualitas merupakan kata kunci yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi di negara manapun termasuk di Indonesia. Peningkatan kualitas menjadi sangat penting karena dapat menjadi strategi utama dalam meningkatkan nation’s competitiveness. Dalam hal ini kompetensi lulusan (sarjana) tentu tidak hanya pada bidang keilmuannya saja, namun ada kompetensi-
8
kompetensi penunjang yang akan meningkatkan daya tawar (bargaining power) para lulusan (sarjana) pada saat memasuki pasar tenaga kerja. Kompetensi yang dimaksudkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, menunjukkan bahwa selain kompetensi pada bidang ilmunya (base knowledge), dituntut pula ada kompetensi-kompetensi tambahan. Kompetensi tambahan ini sangat penting mengingat rekruitmen tenaga kerja saat ini tidak hanya membutuhkan sarjana-sarjana dengan tingkat intelegensia yang tinggi (yang ditunjukkan oleh indeks prestasi yang tinggi), namun juga para sarjana yang memiliki wawasan kemandirian dan keahlian lainnya. Kondisi seperti ini hendaknya menjadi perhatian pihak perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang kompeten (berkualitas) dalam arti yang luas sehingga mampu memenuhi permintaan pasar kerja, dimana penguasaan berbagai teknologi baru dan keterampilan termasuk soft skill semakin dikedepankan. Apabila dicermati, maka rasio kebutuhan softskill dan hardskill di dunia kerja menunjukkan bahwa yang membawa orang di dalam sebuah kesuksesan, 80% ditentukan oleh softskill yang dimilikinya dan 20% oleh hard skill. Namun dengan sistem pendidikan yang kita miliki di Indonesia, soft skill hanya diberikan rata-rata 10% saja dalam kurikulum (Sailah, 2008). Senada dengan hal di atas, Samani (2012) mengungkapkan pendidikan di Indonesia masih mengutamakan teori dan belum menyentuh praktek dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa pendidikan di negara kita selama ini belum membekali peserta didik bagaimana menghadapi kehidupan nyata di tengah masyarakat, sehingga menyebabkan mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan, kecuali belajar dengan buku untuk mendapatkan selembar ijasah. Dari penelitian yang dilakukan Goleman (1998) bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya didukung oleh seberapa pintar seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan mendemonstrasikan keterampilannya, akan tetapi seberapa besar seseorang mampu mengelola dirinya dan berinteraksi dengan orang lain. Adanya kenyataan tersebut, maka tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa pada era globalisasi ini
9
universitas sebagai penyelenggara pendidikan tinggi diposisikan sebagai kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional dalam kancah persaingan global.
1.4 Tujuan Kegiatan Kegiatan P2M berupa pelatihan softskill yang akan diikuti oleh mahasiswa FIS semester akhir, bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa agar siap memasuki dunia kerja. 2. Melatih kemampuan softskill mulai dari tindakan sederhana sehari-hari. 3. Melatih mahasiswa agar mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain.
1.5 Manfaat Kegiatan Kegiatan P2M berupa pelatihan softskill kepada mahasiswa FIS memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1.
Mahasiswa akan memiliki kemampuan softskill selain hardskill sebagai bekal dalam mencari kerja.
2.
Mahasiswa memiliki kemampuan dasar softskill seperti kemampuan berkomunikasi, mendengar aktif, cerdas, hangat dan bermakna, dll.
3.
Mahasiswa akan menjadi insane yang lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya.
1.6 Khalayak Sasaran Sasaran P2M berupa pelatihan softskill adalah mahasiswa FIS Universitas Pendidikan Ganesha semester 7 ke atas. Mahasiswa tingkat akhir dipilih untuk menambah pegetahuan dan wawasan ereka tentang pentingnya softskill dalam menghadapi dunia kerja serta dalam proses pencarian kerja mengingat kemampuan softskill sangat menentukan kesuksesan seseorang. Dalam pelatihan nanti, mahasiswa akan dilatih oleh pakar seperti psikolog, HRD perusahaan, dan perusahaan yang merupakan user
10
dari lulusan perguruan tinggi khususnya di FIS UNDIKSHA. Mahasiswa
yang
terlibat sebanyak kurang lebih 50 orang yang diambil semua jurusan yang ada di FIS.
11
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka kerangka pemecahan masalah yang ditawarkan dalam pelaksanaan pelatihan softskill tersebut adalah sebagai berikut:
Pelatihan Softskill
Permasalahan
Mahasiswa dengan kemampuan Softskill
Information Sharing, tindakan sehari-hari, dll
Bagan 1. Bagan Skematis Kerangka Pemecahan Masalah Secara umum kerangka berpikir untuk memecahkan masalah kegiatan ini digambarkan seperti pada Gambar 1. Berangkat dari permasalahan yang muncul disusun berbagai alternatif untuk memecahkan masalah. Dari berbagai alternatif, dipilih alternatif yang paling mungkin dilaksanakan. Langkah-langkah Pelatihan Kegiatan pelatihan dilakukan untuk memberikan pemahaman bagi peserta pelatihan tentang kemampuan softskill. Materi ini akan diberikan oleh Psikolog dari UNDIKSHA. Materi yang diberikan memuat berbagai hal yang berkaitan dengan wawancara kerja, sikap-sikap yang dikembangkan agar memiliki kemampuan intra personal dan inter-personal yang baik. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pelatihan antara lain: 1) Ceramah; 2) diskusi dan 3) contoh kasus.
12
2.2 Keterkaitan Kegiatan P2M ini melibatkan mahasiswa semester akhir semua jurusan di Fakultas Ilmu Sosial. Peserta diperkirakan sebanyak 50 orang dari 7 jurusan yang ada. Mahasiswa yang akan segera tamat dan akan segera melamar pekerjaan sangat tepat menjadi peserta pelatihan untuk meningkatkan kemampuan softskill agar mampu bersaing dengan pencari kerja lain.
2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan Untuk mencapai tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dengan menggunakan metode sebagai berikut. a. Metode Ceramah/Penyuluhan, dimaksudkan untuk menyampaikan informasi untuk materi yang bersifat umum dan teoritis, dalam hal ini adalah materi atribut softskill. b. Metode Dialogis, dimaksudkan untuk tanya jawab dan diskusi tentang bagaimana menjadi pribadi yang memiliki keterampilan softskill. c. Metode Pelatihan, dimaksudkan untuk menanamkan kecakapan softskill dan memberikan gambaran konkrit dari sudut pandang pencari kerja.
2.4 Rancangan Evaluasi Kegiatan Rancangan evaluasi dari kegiatan ini menekankan pada proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan pada saat mahasiswa mendengarkan ceramah sekaligus praktek keterampilan softskill. Melalui pertanyaan dan keseriusan peserta latihan akan diperoleh bagaimana antusiasme dan kebermanfaatan kegiatan ini.
13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan softskill diadakan pada Senin, 28 Maret 2016 di ruang Seminar Fakultas Ilmu Sosial. Pelatihan diikuti oleh mahasiswa dari 7 jurusan Fakultas Ilmu Sosial serta dari jurusan Pendidikan IPS Pasca Sarjana UNDIKSHA. Kegiatan terlaksana dari pukul 08.00 – 13.00 wita. Adapun jadwal kegiatan adalah sebagai berikut: WAKTU 08.00 – 09.00
ACARA Presensi
KETERANGAN Panitia
Pembagian Snack 09.00 - 09.30
Pembukaan Panitia
09.30 – 10.15
1. Indonesia raya dan doa 2. Kata sambutan ketua panitia 3. Kata sambutan ketua LPM sekaligus membuka kegiatan P2M Pemaparan materi Softskill
10.15-11.00
Praktek
Nice Maylani Asril
11.45-13.00
Diskusi
Perserta
Ketua Panitia Ketua Jurusan Nice Maylani Asril
Nara Sumber Moderator 13.00-selesai
Makan siang
Peserta
Penutup
Nara Sumber Panitia
14
Peserta kegiatan mulanya dirancang untuk seluruh mahasiswa semester 8 (delapan) dari 3 (tiga) jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Sejarah, Pendidikan Geografi, Pendidikan PPKN, serta Pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dari 4 (empat) jurusan yaitu jurusan Ilmu Hukum, Pendidikan Sosiologi, D3 Perpustakaan, dan D3 Survey & Pemetaan. Sehingga yang ada di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Dari jumlah undangan yang disebar, panitia meminta masing-masing jurusan mengirim dua orang perwakilan untuk mengikuti pelatihan ini. Namun pada kenyataannya, banyak mahasiswa dari semester 8 (delapan) tidak dapat mengikuti pelatihan karena banyak diantara mereka sedang berada di luar kampus untuk urusan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Total peserta pelatihan yang datang adalah sebanyak 60 orang. Dalam pelaksanaan P2M tersebut, panitia dibantu oleh 5 (lima) orang mahasiswa D3 Perpustakaan. Untuk menghindari kekurangan tempat duduk, konsumsi dan materi pelatihan softskill, 2 (dua) minggu sebelum pelatihan mahasiswa yang akan mengikuti pelatihan mendaftar dan mengisi pre-test terkait softskill. Pre-test diisi pada saat mendaftar dan dikumpul saat itu juga sehingga sebelum pelatihan dimulai, pelatih sudah memiliki gambaran tentang pengetahuan calon peserta terkait softskill. Pre-test juga digunakan pelatih dalam menyusun materi pelatihan softskill yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016. Hal ini penting agar materi yang disajikan pelatih sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta. Harapannya pengetahuan dan skill mahasiswa akan bertambah setelah pelatihan dilaksanakan sehingga peserta yang terdiri dari mahasiswa siap menghadapi wawancara kerja. Sehari sebelum pelatihan dilaksanakan, panitia sudah menerima meteri pelatihan untuk digandakan yang selanjutnya akan dibagikan untuk peserta pelatihan. Selanjutnya pelatihan sudah siap untuk dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016. Acara pelatihan diawali dengan registrasi peserta dan pembagian kelengkapan pelatihan. Pada pukul 09.00 wita ketika Ketua LPM sudah tiba di lokasi pelatihan, acara dimulai. Acara pertama adalah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa bersama dilanjutkan dengan laporan ketua panitia. Acara selanjutnya adalah
15
sambutan Ketua LPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) yaitu Prof. Dr. I Ketut Suma, M.Pd sekaligus membuka acara pelatihan. Selain membuka, Ketua LPM juga banyak memberi masukan terkait dengan efektifitas kegiatan Pelatihan Softskill, terutama evaluasi kegiatan yang dilaksanakan setelah pelatihan untuk memastikan bahwasannya kegiatan pelatihan softskill yang sudah dilaksanakan bermanfaat bagi mahasiswa terutama ketika menghadapi wawancara, baik wawancara yang dilaksanakan selama menjadi mahasiswa maupun pada saat wawancara kerja. Saat bersamaan, ketua LPM juga melakukan monitoring terkait persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan pelatihan dilaksanakan. Setelah acara pembukaan usai, peserta diberikan kesempatan untuk menikmati snack yang disediakan oleh panitia. Tepat pukul 09.30 wita, pelatihan dimulai.
16
Foto 1: Kegiatan Pelatihan Softskill dibuka oleh Ketua LPM Undiksha sekaligus melaksanakan monitoring.
Kegiatan dimulai dengan registrasi oleh peserta pelatihan sekaligus pembagian perlengkapan pelatihan berupa materi, alat tulis serta post-test (terlampir) yang harus diisi peserta saat pelatihan selesai. Post-test yang dibagikan kepada peserta boleh dibawa pulang dan diisi di rumah. Batas akhir pengumpulan post-test adalah 1 (satu) minggu. Pada saat mengumpulkan post test, peserta diwancacarai tentang pelatihan softskill yang sudah berlangsung dan kebermanfaatannya bagi mereka. 17
Setelah acara pembukaan oleh ketua LPM Undiksha, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh pelatih. Adapun kegiatan pelatihan terdiri dari 2 (dua) kegiatan yaitu: 1)
Pemaparan informasi (Ceramah) terkait Soft Skill Kegiatan diisi dengan ceramah dengan tema utama “How to succeed at Job
Interview and Psychological Test” (materi terlampir). Pada sesi ini psikolog sekaligus dosen UNDIKSHA Nice Maylani Asriel memaparkan tentang jenis-jenis tes psikologi yang ada pada dunia psikologi. Pada pemaparan ini, secara sekilas dipaparkan contoh dari masing secara detail kepada mahasiswa cara-cara menghadapi wawancara kerja di masa depan. Paparan pertama dimulai dengan membahas tentang cara-cara menulis CV (Curiculum Vitae). Pelamar kerja harus menyiapkan diri sebelum membuat CV karena kadangkala hal kecil yang menurut kita tidak penting ternyata menjadi perhatian bagi pencari kerja. Yang perlu dipersiapkan sebelum membuat CV adalah foto diri yang bagus, artinya tidak terlalu gelap atau terang serta harus menampilakan wajah yang menyenangkan. Kertas untuk menulis CV tidak boleh terlalu kecil atau terlalu besar sehingga mengganggu ketika dibaca. Layout atau tampilan CV harus bersih dan rapi sehingga perhatian pembaca lebih focus pada isi CV itu sendiri, bukan pada gambar-gambar yang menghiasi kertas tersebut. Pemilihan huruf pada isi CV juga tidak bisa diabaikan. Diusahakan agar tulisan atau huruf gampang dibaca dan tidak membuat mata sakit. Untuk isi CV, pelamar kerja harus mampu menjual diri secara positif, yaitu menampilkan data diri yang benar dan akurat; keterangan pendidikan secara lengkap, pengalaman kerja dan organisasi yang dimiliki, aktivitas dan keterampilan khusus, dan yang terakhir minat. Pada saat pemaparan materi, pelatih menampilkan contohcontoh CV yang dapat menarik perhatian pencari kerja untuk membacanya. Pada pemaparan materi, peserta juga diberikan tips sebelum berangkat melakukan wawancara kerja. Tips pertama adalah mencari tahu profil perusahaan tempat pencari kerja melakukan wawancara melalui website resmi perusahaan tersebut atau istilah lainnya dalam dunia kerja sebagai stalking website. Kedua adalah mencari tahu
18
budaya perusahaan, tren industri, interviewer, struktur organisasi perusahaan dan lain sebagainya. Ketiga mencari lokasi interview sebelum waktu interview. Keempat menyiapkan wardrobe untuk interview seperti memilih pakaian yang tepat baik dari warna, ukuran, dan jenis pakaian; mengaplikasikan parfum dan make up yang tidak mencolok, dan lain sebagainya. Pelatih juga memberikan saran agar pencari kerja rajin melatih diri dengan berbicara di depan cermin sehingga akan menemukan cara berbicara yang paling nyaman sehingga rasa percaya diri juga bertambah. Latihan berbicara di depan cermin untuk melatih ekspresi yang terlihat nyaman dan menyenangkan. 2)
Pelatihan Proses pelatihan softskill selain dipaparkan secara teori, sekaligus diiringi
dengan praktek. Metode ini dimaksudkan untuk merealisasikan teori yang diperoleh melalui informasi, tanya jawab dan diskusi. Dalam pelaksanaannya secara bersamasama di mana mahasiswa bertanya dan nara sumber memberikan solusi dengan mempraktekkan langsung di hadapan peserta. Karena sasaran dari pengabdian masyarakat ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang akan segera mengakhiri masa kuliah, nara sumber membawakan materi tentang kiat sukses mendapatkan pekerjaan. Adapun materinya meliputi kiat sukses menulis lamaran dan kurikulum vitae yang dapat dijadikan representasi dari pribadi si pelamar kerja. Mahasiswa diberikan pemahaman bagaimana menulis CV yang mengeluarkan citra positif pelamar kerja dan apa saja yang bisa disampaikan pada CV dan apa yang tidak perlu disampaikan. Selanjunya mahasiswa biberikan ilustrasi menghadapi wawancara kerja hingga tips dan trik menghadapi psikologi test yang biasa dilaksanakan pencari kerja (slides terlampir). Setiap pembahasan yang ditampilkan pada slides selalu diikuti dengan praktek seperti halnya bagaimana sikap dan bahasa tubuh para pencari kerja ketika pertama kali bertemu dengan pewawancara. Setiap slide yang dijelaskan, sekaligus diiringi praktek sehingga mahasiswa terus antusias dengan apa yang disampaikan nara sumber. Di bawah ini adalah contoh wawancara kerja yang langsung
19
dipraktekkan oleh peserta pelatihan dengan nara sumber. Adapun pelatihan yang dilakukan oleh peserta dan nara sumber adalah sebagai berikut: 1. Latihan salaman 2. Latihan duduk dengan posisi nyaman dan sopan 3. Latihan interview 4. Latihan tentang etika bertanya kepada interviewer 5. latihan sikap-sikap yang diperlukan ketika menghadapi wawancara kerja
Foto 1. Praktek yang dilakukan antara peserta dengan nara sumber serta antar peserta. Praktek meliputi cara berjabat tangan, cara berkenalan ketika pertama kali bertemu, serta cara duduk yang benar.
Dari hasil wawancara dengan peserta pelatihan ketika pengembalian post-test, praktek yang mereka lakukan pada saat pelatihan sebagian besar merupakan pengalaman yang belum mereka ketahui sehingga kegiatan ini bermanfaat bahkan
20
mereka menganggap waktunya kurnag lama dan semestinya nara sumber berbagi lebih banyak hal terkait keterampilan yang harus diperhatikan dalam melamar kerja.
3.2 Evaluasi dan Dokumentasi Secara umum kegiatan pelatihan softskill bagi mahasiswa FIS sebagai upaya menghadapi persaingan kerja sudah berlangsung lancer dan berhasil baik, meskipun banyak masukan dari para mahasiswa bagwasannya waktu pelatihan yang Cuma sehari masih kurang. Namun dengan adanya evaluasi yang dilakukan lebih dari sebulan, sudah mengakomodasi keingintahuan mahasiswa tentang proses wawancara kerja lebih lanjut. Pada saat evaluasi berlangsung, ada salah satu mahasiswa dari D3 Perpustakaan yang kebetulan sedang dalam proses mencari pekerjaan di sekolah swasta international di Denpasar, secara rutin berdiskusi tentang pemaparan yang pernah disampaikan oleh nara sumber. Sebelum melakukan wawancara kerja, simulasi wawancara kerja dilakukan di jurusan D3 Perpustakaan. Saat wawancara berlangsung, mahasiswa ini menerapkan segala tips dan trik yang dibagikan oleh nara sumber. Pada akhirnya mahasiswa tersebut berhasil mendapatkan posisi pustakawan di sekolah yang dituju. Ketika diwawancarai mengenai pengalamannya dalam pencarian kerja, mahasiswa tersebut mengungkapkan bahwasannya pelatihan softskill yang disiapkan untuk menghadapi wawancara kerja sangat bermanfaat bagi para mahasiswa. Pengalaman lainnya datang dari mahasiswa semester 9 jurusan S1 Pendidikan Sejarah yang mengungkapkan bahwasannya pelatihan softskill tidak hanya bermanfaat saat mencari kerja, namun juga berguna ketika menghadapi ujian skripsi. Menuruh mahasiswa ini, dengan segala skill yang diberikan pada saat pelatihan kita jadi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari agar dosen menuji tidak merasa terganggu dengan penampilan kita baik dalam menyampaikan presentasi maupun dalam menjawab pertanyaan dari dosen. Sikap yang dianjurkan oleh nara sumber membantu mahasiswa tersebut menhadapi proses ujian hingga selesai. Dan apa yang diungkapkan mahasiswa tersebut lebih meyakinkan apabila pelatihan softskill sangat dibutuhkan mahasiswa.
21
Pengalaman unik yang diungkapkan mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi semester 4 lebih menarik lagi. Mahasiswa tersebut memberikan masukan kalau pelatihan softskill semestinya diadakan untuk mahasiswa baru. Semakin dini kita mengetahui bagaimana cara berinteraksi yang benar dengan orang lain, maka semakin cepat mahasiswa tersebut sukses baik di dunia akademik maupun di dunia kerja. Mahasiswa tersebut berpendapat bahwa pelatihan softskill tidak hanya berguna saat mencari kerja, namun sangat berguna bagi interaksi harian di lingkungan kampus baik dengan sesama siswa, dosen dan perangkat perguruan tinggi lainnya. Dalam kegiatan evaluasi ditemukan juga ketidakpuasan pada kegiatan pelatihan softskill yang sudah dilaksanakan. Mahasiswa merasa tema psikotest yang dipaparkan nara sumber belum dikupas secara mendalam. Mahasiswa tersebut menganggap kemampuan psikotest penting untuk dikuasai mengingat banyak pencari kerja mengandalkan test ini untuk menjaring karyawan. Saran yang diberikan mahasiswa tersebut agar pelatihan softskill lebih ditekankan pada pengerjaan psikotest termausk bagaimana tips dan trik agar lulus melaluinya. Masukan ini sangat baik untuk pengembangan kegiatan selanjutnya.
22
BAB IV KESIMPULAN Pelatihan softskill yang dipersiapkan selama 4 bulan sebelum pelaksanaannya sudah melalui berbagai diskusi terkait tema yang akan diambil. Mengingat cakupan softskill sangat luas, sempat ada diskusi panjang terkait dengan materi yang akan diangkat untuk membekali mahasiswa semester akhir dengan softskill yang tepat. Mengingat seringkali pencari kerja gagal dalam tahap wawancara kerja, maka diputuskan untuk memilik tema tersebut. Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ini tercermin dari semangat mereka mengambil pre-test yang diberikan sebelum pelatihan berlangsung serta mengembalikan post-test setelah pelatihan berlangsung sangat tinggi. Tidak ada satu mahasiswa peserta yang luput mengembalikan post-test yang sudah diberikan. Kondisi ini menunjukkan bahwasannya pelatihan softskill sangat diperlukan oleh mahasiswa baik semester awal hingga semester akhir. Masukan menarik datang dari mahasiswa bahwasannya pelatihan softskill sebaiknya mencakup pembentukan karakter mahasiswa agar mahasiswa terbiasa berperilaku baik di manapun berada. Keterbatasan waktu pelatihan juga membatasi durasi praktek yang tidak bisa melatih secara personal semua mahasiswa terkait keterampilan seperti berjabat tangan, menyapa, sikap duduk, dan lain sebagainya. Kelemahan dan kekurangan yang dialami pada saat pelatihan bisa menjadi masukan agar di kemudian hari kegiatan dilakukan selama 2 (dua) hari. Kegiatan pelatihan softskill sudah terlihat manfaatnya dari adanya laporan dari beberapa mahasiswa yang dalam tempo yang cukup singkat mengikuti tes wawancara kerja di sekolah maupun perusahaan swasta. Ke depan acara pelatihan softskill bisa dirancang menjadi kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh pihak fakultas maupun pihak universitas guna membekali seluruh siswa menjadi pribadi yang percaya diri baik dalam menghadapi wawancara maupun dalam pergaulan yang lebih luas.
23
DAFTAR PUSTAKA Covington, M.V. 2000. Goal Theory, Motivation, and School Achievement: An Integrative Review. Dalam http://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev.psych.51.1.171 diunduh pada tanggal 28 Oktober 2015. Depdiknas. 2008. Pengembangan Soft Skill Dalam Proses Pembelajaran Di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti. Elfindri, dkk. 2011. Softskill untuk Pendidik. Jakarta: Baduose Media. Goleman, Daniel. 1998. An EI-Based Theory of Performance. Dalam http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.203.662&rep=rep1&t ype=pdf diunduh pada tanggal 29 Oktober 2015. McClelland, 2Neff, T.J. dan Citrin J. M. 1999. Lesson From The Top NY: Doubleday. Sailah, Illah. 2008. Pengembangan Softskulls di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti Samani, Muchlas, dkk. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.
24
Lampiran 1 PRE-TEST Soft Skill
1. Apa yang anda ketahui mengenai wawancara kerja? 2. Apa itu psikotes? 3. Mengapa perusahaan menggunakan psikotes dan wawancara untuk menjaring calon karyawan? 4. Apa yang harus anda persiapkan dalam menghadapi wawancara kerja dan psikotes? 5. Sebutkan soft skill yang harus anda kuasai dalam mencari pekerjaan!
25
POST-TEST Soft Skill 1. Apa yang anda ketahui mengenai wawancara kerja? 2. Apa itu psikotes? 3. Mengapa perusahaan menggunakan psikotes dan wawancara untuk menjaring calon karyawan? 4. Apa yang harus anda persiapkan dalam menghadapi wawancara kerja dan psikotes? 5. Sebutkan soft skill yang harus anda kuasai dalam mencari pekerjaan!
26
Lampiran 3 Foto-foto pendukung lainnya
27
Lampiran 4 Materi Pelatihan
28
29
30
31