Lampiran 3 - Verbatim Subjek Pertama (Ibu Prima) PELAKU
URAIAN WAWANCARA
Peneliti
Pagi ibu..
Subjek
Pagi melati.. apa yang saya bisa bantu?
Peneliti
Baik ibu, sebelum saya mendengar share
KODING
pengalaman ibu, boleh saya mengetahui latar belakang ibu dikeluarga? Subjek
Boleh, silahkan.
Peneliti
Ibu anak keberapa dikeluarga?
Subjek
Saya anak pertama dari tiga bersaudara.
Peneliti
Ibu berasal dari suku apa?
Subjek
Suku Jawa, saya Jawa Timur Surabaya.
Peneliti
Bagaimana hubungan ibu dengan orangtua ibu?
Subjek
Ehmm, hubungan ya.. gimana ya, sejak kecil saya bebas sih mbak. Saya boleh ngambil keputusan yang saya mau, tapi ya tetap gitu.. saya harus tetep tanggung jawab sama apa yang saya putusin. Kalau nggak ya pasti saya kena omel, kan saya yang pilih masa saya nggak mau tanggung jawa. Sekarang juga baik-baik saja,
A.1
rumah kami berdekatan. Peneliti
Ibu menikah ditahun berapa?
Subjek
Tahun 1997 mbak.
Peneliti
Saat itu berapa usia ibu?
Subjek
Saat itu, hmm.. 28 tahun.
Peneliti
Baik bu, bisa tolong jelaskan arti menanti kelahiran seorang anak bagi diri Ibu?
Subjek
Anak itu sebuah anugrah yang luar biasa mbak,
A.1
menakjubbkan. Mbak bisa bayangin ada manusia hidup berawal dari tubuh mbak, itu suatu keajaiban yang paling indah yang saya rasakan saat
saya
mengandung
dan
menantikan
kelahirannya. Peneliti
Baik bu, boleh ibu ceritakan bagaimana proses kelahiran Balqis?
Subjek
Balqiz kembar kedua dari kembar tiga dari proses bayi tabung. Lahir prematur 30 minggu karena pecah ketuban dengan proses caesar. Berat badan lahir rendah 920 gram panjang 34 cm.
A.1
Peneliti
Bagaimana kondisi Balqis saat dikandungan?
Subjek
Ketiga janin baik , saat dikandungan kan nggak
A.1
ketahuan yang mana balqiz. Peneliti
Lalu bagaimana akhirnya diketahui bahwa balqiz mengalami gangguan penglihatan?
Subjek
Awalnya saya nggak tau bahwa ada sesuatu yang
A.1,
janggal pada anak saya terutama Balqiz, karena
B.1b
saya cuma bisa lihat dari kejauhan, merekakan di inkubator. Dokter juga nggak bilang apa, waktu usianya 30 hari saya mulai bisa lihat detail anak saya, dan dari situ saya baru lihat kayanya ada yang aneh dimatanya Balqiz. Usia 34 hari dilakukan pemerikasaan, diketahui ROP stadium 3. Hari ke 36 dilakukan pemeriksaan second opinion dengan hasil yang sama segera dirujuk ke Singapore untuk dilakukan operasi. Operasi dilakukan saat usia 41 hari. Terus setelah itu dinyatakan ada gejala ablasi retina. Sehingga dilakukan operasi kedua kalinya di usia 72 hari untuk pemasangan buckle. Namun kemudian dinyatakan ada pendarahan sehingga terjadi
ablasi retina pada usia 86 hari. Peneliti
Saat mengetahui kondisi tersebut, dapat ibu ceritakan bagaimana perasaan ibu?
Subjek
Saya hanya mikir bagaimana balqiz bisa tumbuh kembang secara optimal. Kalu ditanyakan apakah perasaan saya sedih, kecewa dll. Saya tidak punya waktu banyak untuk larut dalam perasaan tersebut. Karena bukan hanya Balqiz yang saya harus urus dan perhatikan. Ada saudara kembarnya yang juga harus durus. Saat diagnosa disampaikan, saya hanya mikirin kemana saya harus mencari informasi untuk tumbuh kembangnya, kemana saya harus cari referensi,
dan
kemana
nanti
saya
harus
menyekolahkan. Peneliti
Tadi ibu katakan “tidak punya banyak waktu untuk larut dalam perasaan tersebut.” Dapat dijelaskan lebih detail bagaimana perasaan ibu saat itu?
Subjek
Ya maksudnya, sedih ya pasti sedih lah.. ibu yang mana sih yang nggak sedih saat melihat
B.1a
kondisi anaknya seperti itu. Tapi ya seperti yang saya bilang, saya tidak fokus dengan perasaan itu, yang saya fokusi adalah saya harus mencari informasi tentang apa yang harus saya lakukan untuk tumbuh kembang anak saya. Jadi ya sedihnya hilang begitu aja. Peneliti
Dapat ibu ceritakan hal apa yang membuat ibu mengalami perasaan tersebut dengan mengetahui kondisi Balqiz?
Subjek
Maksudnya?
Peneliti
Iya, hal apa yang membuat ibu sedih, kecewa dll saat mengetahui kondisi Balqiz?
Subjek
Hhhmmm... rasanya saya tidak mempunyai rasa
B.1c
kecewa dan sedih dengan kondisi Balqiz.
C.1a
Kecewa dan sedihnya lebih kepada karena tidak banyak informasi yang bisa saya peroleh untuk mengoptimalkan
tumbuh
kembang
anak
tunanetra. Peneliti
Lalu perasaan apa yang mendominasi saat itu?
Subjek
Ya itu tadi bingung mencari informasi. Perasaan
B.1a
bingung itu lebih kepada karena tidak banyak
C.1a
informasi yang bisa saya peroleh untuk anak tunanetra, bukan kepada kondisi. Soale kondisi saya
merasa
sudah
sangat
maksimal
mengupayakan dari sisi medis, sehingga tidak ada penyesalan. Ada kekecewaan. Peneliti
Ada kekecewaan itu maksudnya apa?
Subjek
Maksudnya
tidak
ada
kekecewaan,
salah
ngomong. Hehehehe.... karena sudah maksimal berupaya ya ga ada penyesalan atau kekecewaan. Peneliti
Upaya maksimal yang seperti apa yang sudah ibu upayakan?
Subjek
Ya saya sudah menjaga kandungan saya dengan baik, tidak makan sembarangan, saya juga menghindari polusi-polusi yang ada. Pokoknya saya benar-benar jaga kandungan saya. Lalu saat saya melahirkan, jalan-jalan medis terbaiklah yang saya pilih. Jadi ya saya sudah lakukan bagian saya dengan baiklah, kalau hasilnya begini ya nggak ada yang perlu disesali toh?. Berarti ya ini yang terbaik.
Peneliti
Bagaimana dengan pertolongan dokter, apakah
C.1b
ada yang salah dengan mereka menurut ibu? Subjek
Ya kan ini anak hasil proses bayi tabung mbak, dulu saya ingin punya anak tapi nggak punyapunya. Jadi ya saya terpaksa lakukan proses ini agar saya memiliki anak. Sebelumnya saya udah dikasi tau resiko-resiko yang harus saya hadapi. Bakal lahir prematur, beratnya kurang, sama banyak lagi deh. Tapi ya jujur saya ga tau kalu bisa buta juga. Tapi ya udah, saya terima kenyataannya dengan lapang dada. Nggak ada tuh marah apalagi nyalahin oranglain.
Peneliti
Lalu dukungan apa yang ibu dapatkan pada kondisi tersebut?
Subjek
Tidak ada, saya mencari-cari sendiri aja.
Peneliti
Bagaimana dengan dukungan dari suami ibu?
Subjek
Kami saling support mencari informasi bersama. Dan karena saya tidak bekerja dikantor, ya otomatis tetap porsi saya dalam hal pencarian informasi lebih besar.
Peneliti
Seiring berjalannya waktu, apa yang ibu rasakan
C.1c
saat ini terkait dengan kondisi Balqiz? Subjek
Optimis saja.
Peneliti
Bisa diceritakan hal apa yang membuat ibu optimis?
Subjek
Saya memang bukan orang yang gampang mellow. Saya selalu berfikir positif apapun situasi dan kondisi yang sedang saya alami. Jadi seiring dengan usianya yakin aja kalau dia mampu dan bisa, toh.. sudah banyak contoh teman tunanetra yang saya temui dan melihat mereka bisa, saya yakin bahwa Balqiz bisa. Kalau gak bisa saya akan paksa Balqiz untuk bisa. Hahahahaa... ibu tiri mode on.
Peneliti
Mengapa ibu memaksakan Balqiz untuk bisa?
Subjek
Ya, biar dia mandiri mbak. Saya percaya bahwa setiap
anak
punya
kelebihan
dibalik
kekurangannya. Kalau dia terganggung 1 indra nya, artinya dia masih punya banyak inderaindera yang lain kan. Jadi nggak ada alasan untuk nggak bisa sebenernya. Peneliti
Apakah kondisi Balqiz membuat ibu perlu
D.1b
memberi waktu dan perhatian ekstra? Subjek
Idealnya begitu, namun karena Balqiz anak kembar,
ada
saudara
kembarnya
yang
membutuhkan perhatian yang sama jadi harus berbagi. Peneliti
Perhatian yang sama yang seperti apa menurut ibu?
Subjek
Ya perhatian yang sama, apa yang saya lakukan kepada Balqiz itu juga saya lakukan kepada kakaknya. Kaya saya perhatikan pola makan Balqiz, ya saya juga perhatikan pola makan kakaknya. Dan masih banyak lagi mbak, pokoknya saya harus berbagi gitu aja.
Peneliti
Apa yang ibu lakukan saat mengalami kondisi tersebut?
Subjek
Biasanya si kakak saya ajak bantu saya. Misalnya kaya harus mengambilkan sesuatu atau apa gitu.
Peneliti
Apakah ibu menemukan kendala-kendala dalam menjalani proses tersebut?
Subjek
Beberapa kendala iya, karena mereka usia yang
sama. terkadang tidak bisa banyak menuntut si kakak. Ya, hanya seputar berbagi perhatian saja. terkadang bisa dengan mudah si kakak mengerti, namun karena dia juga pada usia yang sama ya tdak bisa juga untuk selalu menuntut dia mengerti. Pada saat itulah saya harus bersama Balqiz. Peneliti
Sedikit mundur kebelakang ni bu. Bagaimana respon lingkungan saat mengetahui kondisi Balqiz ketika lahir dan mengalami masalah dibagian penglhatan?
Subjek
Pada keluarga saya tidak ada masalah, karena mereka tau saya seperti apa jadi orang tua. Saya tidak memiliki kekuatiran atau apapun. Pada keluarga suami memang ada beberapa suara yang tidak menyenangkan tapi karena saya tipikal orang yang masa bodoh dengan orang yang mempuanya pikiran negatif ya don’t care lah mereka mau ngomong apa, emang gw pikirin.
Peneliti
Suara yang tidak menyenangkan seperti apa yang
C.1d
ibu dapatkan dari keluarga suami ibu? Subjek
Ya dibilang saya ga becus lah jaga kehamilan, atau saya dibilang ibu yang nggak sempurnalah. Tapi ya lagi-lagi saya bilang, saya nggak peduli sama sekali.
Peneliti
Dukungan apa saja yang keluarga berikan untuk ibu melewati semua proses ini?
Subjek
Dukungan keluarga? Ya biasa-biasa aja.
Peneliti
Maksudnya biasa-biasa saja?
Subjek
Ya biasa aja, mereka mendukung saya dengan kasih perhatian. Kadang mereka juga suka tanyatanya keadaan balqiz. Udah eee... itu aja.
Peneliti
Bagaimana dengan dukungan dari keluarga besar ibu?
Subjek
Kalau keluarga besar saya sih nggak ada masalah ya mbak. Mereka menelpon saya, bahakan ada juga yang datang. Ya walaupun memberikan sepatah dua patah kata, tetap saja mereka semua kasi dukungan yang baik buat saya.
Peneliti
Lalu bagaimana dengan respon lingkungan
A.1
diluar keluarga ibu? Subjek
Respon lingkungan diluar keluarga ya beragam.
Peneliti
Bisa ibu ceritakan bagaimana respon lingkungan diluar keluarga yang beragam itu?
Subjek
Ya ada yang bertanya, ada yang bersikap sisni,
C.1d
ada yang melihat namun kemudian menolak berinteraksi. Cuma ya cuek aja, masa bodoh. Hahahaha... Peneliti
Apa yang membuat ibu dapat cuek dan masa bodo dengan respon mereka tersebut?
Subjek
Karakter dasar saya kali ya yang memang cuek. Ya karena saya selalu berfikir positif, kalau ada yang mikir negatif ke saya ya cuek aja.
Peneliti
Apakah ibu mengalami hambatan dengan respon lingkungan diuar keluarga seperti itu?
Subjek
Sampai saat ini gak ya. Ohh sempat sih, waktu mau mencari tempat les mussic buat balqiz.
Peneliti
Ada apa saat itu?
Subjek
Tempat kursus musik banyak yang menolak. Saya sempat ngotot dan marah karena mereka menolak sebelum melihat kemampuan Balqiz.
C.1d
Tapi pada akhirnya saya ya cuek saja. Peneliti
Lalu apa yang ibu lakukan saat itu?
Subjek
Ya mencoba meminta kesempatan untuk mereka melihat dulu kemampuan Balqiz tapi tetap tidak bisa juga yasudah. Kembali cuek dan mikirnya “Rugi loe ga nerima balqiz.” Hahahaa....
Peneliti
Apa harapan ibu terhadap Balqiz kedepannya?
Subjek
Bisa mandiri, minimal mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Karena saya sebagai orang tua tidak bisa selamanya mendampingi. Dan saudara kembarnyapun akan memiliki kehidupannya sendiri.
Peneliti
Apa saja yang ibu lakukan untuk memenuhi harapan ibu terhadap balqiz tersebut?
Subjek
Ya... apa ya.. ya biasa aja, kaya anak lain. Belajar sekolah, makan sendiri, mandi sendiri, beresin kamar dan mainan sendiri, ya cuci piring abis makan, apa yang bisa dilakuin anak lain Balqiz juga bisa.
Peneliti
Lalu apa yang ibu lakukan agar balqiz dapat melakukan semua itu?
D.1a
Subjek
Ya
sudah
melakukan
pasti itu
saya semua.
akan
membantunya
Memperlakukannya
seperti anak-anak normal pada umumnya. saya akan selalu menemani dan mebimbing dia mengenai apa yang harus saya lakukan, menegur bila melakukan salah dan memberi pujian saat dia melakukan hal benar. Peneliti
Apa saja yang ibu lakukan agar ibu semangat menjalani hari-hari ibu bersama balqiz?
Subjek
Wah, yang jelas saya kasi yang terbaiklah buat balqiz. Setiap hari yang saya pikirkan adalah masa depannya, jadi saya semangat untuk menjalani hari-hari saya bersama dia sampai akhirnya harapan-harapan yang saya bilang tadi terwujud.
Peneliti
Lalu apakah ibu merasakan ada perubahan saat ibu menjalani hari-hari ibu bersama balqiz dengan semangat?
Subjek
Jelas ada, sekarang balqiz bisa tuh beresin mainannya sendiri, makan sendiri dan menjalani hari-harinya hampir sama dengan anak normal.
D.1a
saya
juga
makin
semangat
melihat
perkembangan balqiz yang luar biasa itu. Peneliti
Untuk yang terakhir bu, bagaimana perasaan ibu akhir-akhir ini terkait kondisi balqiz beserta hambatan-hambatan yang ada dalam mengasuh balqiz?
Subjek
Perasaan saya tetap sama dan tidak pernah berubah mbak, tidak ada sedih, tidak ada penyesalan, tidak ada kata putus asa. Saya semangat kedepan
memikirkan dan
bagaimana
melewati
hambatannya dengan optimis.
semua
Balqiz hmbatan-
D.1c
Lampiran 3 – Verbatim Subjek Kedua (Ibu Viria) PELAKU
URAIAN WAWANCARA
Peneliti
Selamat sore Ibu Viria..
Subjek
Selamat sore mel...
Peneliti
Bagaimana kabarnya chiko bu?
Subjek
Wah, kabarnya baik Mel. Tapi anaknya lagi tidur sekarang.
Peneliti
Puji Tuhan kalau kabarnya baik bu. Baik bu kita mulai saja sharing kita hari ini. Bisa ibu jelaskan bagaimana latar belakang keluarga ibu, maksudnya kalau boleh tau ibu anak ke berapa di keluarga, asalnya darimana.. seperti itu.
Subjek
Saya anak kedua dari empat bersaudara, kakak saya yang cowok terus adik saya setelah saya itu cewek, adik saya yang paling terakhir itu cowok. Udah itu, terus apalagi?
Peneliti
Asal ibu darimana?
Subjek
Asalnya.. maksudnya suku china gitu?
Peneliti
Iya...
Subjek
China, udah itu saya lahir di palembang sampai kira-kira umur empat.. iya empat tahun gitu saya pindah ke jakarta.
Peneliti
Ibu menikah ditahun berapa?
KODING
Subjek
Di 2007 aku menikah, 2008 aku punya anak.
Peneliti
nah sejak usia 3 tahun hingga menikah sekarang ini masih tinggal dengan orangtua atau sendiri?
Subjek
Masih, masih sama orangtua dari dulu sampai sekarang.
Peneliti
Kalau orangtua sendiri bekerja apa?
Subjek
Kalau mama ibu rumah tangga, kalau papa wiraswasta. Ekspedisi... usaha ekspedisi.
Peneliti
Ibu sendiri saat ini sedang bekerja?
Subjek
Eee... nggak sih. Paling bantu-bantu adik aja. Kan adik buka toko-toko souvenir di mall, nah saya bantu-bantu aja. Biasa dirumah, suami bekerja.
Peneliti
Kalau hubungan dengan adik-adiknya dan kakaknya bagaimana?
Subjek
Deket, deket banget karena kita semua tinggal disini.
Peneliti
Kalau hubungan ibu dengan orangtua ibu bagaimana?
Subjek
Hubungan saya sama ortu sih baik ya, waktu kecil saya bebas mau ngapain aja. Waktu sudah besarpun saya juga bebas, termasuk milih suami saya. Hehehe... yang penting tanggung jawabnya aja sih, soalnya gimana ya.. yang namanya tanggung jawab sama menjaga kepercayaan itu point yang penting banget dikeluarga saya. Itu adalah bukti
A.2
kalau saya menghormati keluarga saya terutama ortu saya. Peneliti
Bisa tolong ibu jelaskan, apa arti menanti kehadiran seorang anak bagi diri ibu?
Subjek
Kelahiran anak, eee.... itu tu masa yang indahlah pasti. Tau-
A.2
tau dapet kabar kalau ada yang hidup diperut itu buat saya ngebayangin kaya apa ya anak saya nanti. Mukanya, kulitnya, mirip siapa dia nanti. Pasti lucu banget, dan saya bisa deh banggain hasil Anugrah Tuhan itu ke semua orang. Peneliti
Baik bu, sekarang boleh diceritakan bagaimana awalnya keadaan chiko saat terlahir
Subjek
Jadi gini si chiko itu lahirnya normal saya lahirin chiko itu 41 minggu, jadi bener-bener bayi normal. Selama saya hamilpun ga ada masalah, udah itu saya juga cek tokso segala macem itu negatif semuanya hasilnya. Jadi ga ada apa-apa, selama hamilpun ga ada masalah-masalah sama sekali. Itu pas saya lahirin Chiko 16 Juli itu eee... normal. normal, ee... ee... memang saya mau lahirinnya normal tapi karena tidak ada pembukaan sama sekali selama 16 jam akhirnya saya caesar.. caesar. Abis itu udah, abis itu kaya orangtua yang gak tau apa-apa. Maksudnya, udah setalah tiga hari saya bawa pulang saya liat sih ada yang aneh di
A.2
matanya Chiko, cuman kata ipar saya karena saya orangtua baru saya tanya ipar saya. Mungkin hanya karena perkembangan, terkena sinar lampu ata segala what else dan dia bilang gitulah.Trus saya ke dokter karena harus ada imunisasi dan segala macem, saya tanyain.. “Dok, ini matanya kok ada lingkaran putih.” saya bilang. Oohh nggak apa-apa karena pas disenterin matanya masih ngikut. Dah tu, gak ada apa-apa itu matanya masih ngikut. Itu karena perkembangan mata atau bagaimana, ya sudah. Pas dua bulan cek kesana, sama ini masih perkembangan mata atau segala macem. Dah tu pas saya bawa kerumah mertua saya ini kayanya ada yang aneh. Karena kalau dipanggil anakanak pasti nengok, ya kan? Dia pasti mendengar suara lalu nengok. Ini nggak, gak ada nengoknya sama sekali. Akhirnya, saya bawa pulang. Saya ngasi mainan di depan matanya dia, dia tidak touching tidak nyentuh sama sekali. Setelah itu, itu saya bawa ke dokter lagi, “Dok,dia begini begini begini.” Ee.. “saya liat sih ga ada masalah.” Kata dokter itu. Itu ee, apa sih namanya.. itu tu dia bilang, yaudah untuk make surenya lagi kamu ke dokter ini aja ke dokter anak. Terus waktu itu saya bawa ke sana, udah terlambat
katanya. Lho waktu itu aku bilang kok bisa begitu?, karena ada selama kandungan ada cairan yang menutupi gitulah saya ga begitu paham. Karena sepertinya mereka menutupi. Katanya chiko saat sel putih dimatanya seharusnya berhenti tapi si chiko terus sampai dia lahir katanya. Nah penyakitnya itu PSPV, saya nggak ngertilah apa namanya. Udah itu saya bawa, karenakan dari dokter anak saya harus dioperasi, terus saya nanya sama dokter “Dok, kalau dioperasi disini gimana alatnya dan segala macem?”, “kayanya sih belum terlalu lengkap.” Dia bilang. Akhirnya saya bawa ke Singapore, ada sudara saya disana, saya berngakat ke Singapore. Saya nggak sama dokter Indonesia, dan sampai sana ternyata bener . eee.. saya cari lima dokter yang memvonis. Karena dua dokternya dokter umum, dia bilang dioper ke beberapa dokter. Saya sampai mencari lima dokter dan kata dokter ternyata memang seperti itu, jadi apa yang di cek di Jakarta itu bener. Eee, terus oke jadi gimana harus dioperasi yaudah. Mata kanan yang harus dioperasi, mata kiri udah ga bisa katanya. Yang mata kiri itu, karena dokter juga udah nggak bisa liat retina mata belakangnya jadi yang bisa diliat itu Cuma retina mata kanannya. Jadi yang diselamatin retina
mata kanannya aja. Yaudah saya bilang, “Berapa persen nih dok?”, “lima puluh persen.” Dan setelah operasi hasilnya perkembangan matanya cukup baik namun tidak berapa lama si chiko tetap tidak bisa melihat. Kata dokternya mungkin ini karena masa kehamilan saya yang kurang baik makananya atau polusinya. Jadi si chiko kayanya Cuma bisa lihat sinar doang, sinar dari matahari yang langsung nyengat gitu. Kalau suruh touching mainan dan segala macem itu nggak bisa. Jadi saat masa kelahiran anak dokter tidak menyatakan ada yang aneh dari kondisi Chiko? Iya tidak ada, waktu saya lihat anak saya ya kelihatan normal-normal gitu aja, tapi saya tidak perhatikan matanya. Waktu saya pulang barulah saya lihat ada lingkaran putih dimatanya. Peneliti
Jadi waktu pulang dari rumah sakit langsung terlihat ada yang aneh gitu?
Subjek
Iya, heeh..
Peneliti
Tapi balik lagi ke dokternya, dokter bilang ga ada apa-apa?
Subjek
Iya bener, bilang ga ada apa-apa.
Peneliti
Jadi waktu ibu dateng ke dokter yang akhirnya ibu dibilang
terlambat itu, gimana perasaan ibu saat itu? Subjek
Jadi pas sebelum ke dokter nih, sebelum ke dokter kan saya
B.2a
ada dirumah ngajak chiko mainkan ini ni seglama macem. Dia tidak ada respon sama sekali, saya bilang sama suami “ Kayanya ada yang ga bener nih.” Ya mau gimana lagi, masa kita mau buang kan ga mungkin. Jadi dari awal sebelum ke dokter kita sudah bisa terima. Tapi terimanya itu, hope itu tidak akan terjadi gitu lho. Maksudnya, mohon-mohon itu nggak bener gitu lho. Akhirnya saya bawa kesana juga, dokter sana bilang itu sudah terlambat gitu lho, yasudah maksudnya itu menyakinkan kita. Kita bisa terima, tapi ya karena ya dari awalnya kita sudah bisa terima, akhirnya saat saya ke dokter sudah diyakinkan seperti itu ya mau gimana. Intinya sudah bisa terima, tapi untuk saya pribadi untuk terima chiko saya butuh waktu dua tahun. karena nggak gampang terima anak seperti Chiko. Peneliti
Maksudnya ga gampang terima chiko itu seperti apa?
Subjek
Papa saya itu keluarga besar, mereka itu semua pada
B.2c
nyalahin saya. Saya itu dipanggil cencen kalau di keluarga.
C.2a
Jadi mereka pada tanya, “cen, ini kamu kenapa? Ngapain aja
C.2d
sama suamimu?” jadi mereka hanya bisa menyalahkan saya
dengan suami saya, bertanya-tanya saya dulu ngapain sama suami sayalah. Mereka nggak bisa gitu berfikir, oh ini tu anugrah dari Tuhan, atau gimana. Nggak, mereka Cuma bisa nyalahin saya. Saya sampai bertanya-tanya mereka itu kenapa sebenernya. Karena keluarga besar aku itu tergolong cukup, cukup gitu kemampuan ekonominya tapi takutnya mereka itu memandang rendah aku, jadi untuk terima Chiko itu nggak mudah bagi diri saya sendiri. Kalau suami saya bodo amat orangnya, tapi kalau saya.. saya malu. karena bisa dibilang ini kaya aib gitu lho. Tapi balik lagi, saya sama suami saya ya mau gimana. Gitu aja, akhirnya saya selama dua tahun.. selama si Chiko usia sebelum dua tahun itu saya sibuk cari sekolahan yang lainnya saya i don’t care gitu. Jadi usia 2 tahun chiko sudah sekolah. Saya berfikir kalau saya terpuruk seperti ini terus saya nggak akan maju. Akhirnya saya cari sekolah-sekolah buat chiko. Dan sekolah-sekolah SLB itukan jauh-jauh, nggak ada yang deket dari sini. Akhirnya saya dapet di Rawinala gitu lho, saya sekolahin dan segala macem. Nah dari sekolahnya itu kumpullah grupmnya ibu-ibu yang mempunyai anak sama seperti saya. Saya melihat mereka bisa gitu terima anak saya, sementara
saya belum bisa terima chiko. Bahkan saya kalau pergi ketemen-temen saya, saya nggak pernah ajak Chiko. Kalau temen-temen saya tanya chiko saya Cuma bilang ada baikbaik saja dirumah. Nggak ada yang tau sama sekali, sama sekali nggak ada yang tau tentang anak saya. Akhirnya saya sudah, dua tahun Chiko sekolah dan segala macem, dari situ saya mulai bisa belajar dari ibu-ibu disana. Mereka aja bisa terima anaknya dan kondisi dirinya gitu aja, kenapa saya nggak bisa. Nah, dari situ saya ngobrol dengan ibu-ibunya dan merekalah yang menguatkan saya. Karena memang nggak mudah, merekapun nggak mudah terima anak-anak yang seperti itu. Pada akhirnya saya mulai terima keadaan saya dan anak saya, jadi kalau kemana-kemana saya bawa anak saya. Saya nggak peduli mereka mau terima atau nggak terserah, soalnya dari sayanya sudah terima. Ya memang awalnya sedih, untuk terima Chika dalam 2 tahun pertama ini hehehe.. sangat nggak mudah. Peneliti
Lalu selama dua tahun itu, apa saja yang ibu lakukan bersama Chiko?
Subjek
Oo, saya... yang pastinya dari saya gini. Kalau saya harus nangis saya berfikir itu nggak ada gunanya. Paling saya
memperlakukan chiko seperti anak normal lainnya. Chiko mau apa, ya saya perlakukan dia seperti anak normal. dia mau ambil mainan, saya hanya bunyikan mainannya dan dia ambil sendiri. Chiko itu 3 tahun dia baru bisa ngomong, dua tahun dia baru bisa bilang papa mama. Dua tahun chiko sebenernya bisa ngomong, tapi entah apa yang buat dia nggak mau ngomong. Dan saya suka ngajarin dia main piano kecil, ngajarin dia dua tahun kebawah itu susah banget. Ternyata pas umur 3 tahun dia bisa main, dia tau nada. Dia punya pendengaran yang bagus, saya hanya nyanyi nadanya saja
dan
dia
bisa
memainkan
dengan
baik.
Saya
mengajarkan anak saya mandiri, kadang saya dibilang jahat sama orang lain. Tapi saya bilang tidak, saya mengajarkan dia mandiri seperti anak normal. abis makan cuci tangan, abis cuci tangan cuci mulut. Ya seperti anak normal. kalau saya kasihan dari awal, bagaimana nanti kehidupan dia selanjutnya. Peneliti
Lalu selama dua tahun itu seperti apa dukungan yang diberi keluarga ibu?
Subjek
Mereka... mereka.. hmm.. mereka.. main kok sama chiko. Mereka sayang juga sama Chiko, mereka dukung kok,
mereka apa ya.. mereka mau apa segala macem kadang main sama Chiko. Kalau papa kan kerja ya sampai malem, paling kalau kumpul hari minggu Chiko diajak makan. Peneliti
Namun selama dua tahun dia awal yang ibu bilang keluarga tidak mendukung itu bagaimana?
Subjek
Oh, itu keluarga besar bukan orang tua. Kalau orangtua tidak, waktu itu pernah saya tanya kepada papa saya, “papa, papa nggak malu apa punya cucu seperti ini diliatin sama bawahan-bawahan papa? Papakan istilahnya pemimpin dikantor.” Dan waktu itu papa saya bilang dia nggak malu karena itu cucu dia. Ya, waktu saya denger itu sayang ngerasa.. oh.. aku aman. Kan takutnya kalau aku bawa kesana dilihat bawahanya, takutnya gimana gitu. Kalau mama, saya tanya mama “Mama, mama nggak malu apa punya cucu seperti ini sama temen-temen mama?”, dan mama saya bilang juga nggak malu. yasudah saya aman lagi. Jadi maksudnya keluargaku itu nggak ada masalah, tapi keluarga besarku aja.
Peneliti
Sedekat apa ibu dengan keluarga besar ibu?
Subjek
Hmm, sedekat apa ya? Nggak dekat-dekat banget lah. Tapi ya mungkin kalau dari keluarga papa kan keluarga yang
A.2
cukup kaya lah, mereka puna segalanya, punya cucu-cucu mereka dengan keadaan baik. Jadi ya takutnya mereka mebicarakan yang tidak baik aja. Kalau keluarga mama berasal dari ekonomi yang kurang jadi nggak banyak bicaralah. Kalau masalah deket atau nggak, Cuma kalau ada acara keluarga saja mereka kumpul gitu. Kalau nggak ya nggak. Cuma segitu aja sih, tapikan kita nggak tau gimana mulut-mulut mereka. Peneliti
Selama dua tahun pertama itu Chiko ibu sendiri yang urus atau ibu ada yang bantu dari orang lain?
Subjek
Kalau umur sampai 1 tahun Chiko ada mbak, Chiko ada mbak. Jadi aku tetap pegang Chiko, mbak ku hanya cuci baju, beresin kasur. Tapi selebihnya aku yang pegang. Tapi karena sudah 3 tahun aku mulai kewalahan, aku pakai mbak sampai sekarang aku pakai mbak.
Peneliti
Tadikan ibu ada bilang butuh waktu selama 2 tahun untuk bisa terima kondisi ibu dan Chiko, lalu selama dua tahun itu apa saja yang ibu lakukan sehingga penerimaan yang ibu katakan itu terjadi?
Subjek
Saya, pokoknya saya gini. Ya mau gimana itukan anakku. Saya awalnya selama awal itu saya menghindar dan segala
macem, sampai akhirnya saya sekolahkan chiko dan bertemu ibu-ibu itu mulailah saya bisa terima keadaan. Awalnya kalau saya ajak pergi Chiko ke mall-mall orang-orang banyak yang ngeliatin, nah saat itu saya nggak tahu cara menanganinnya karena waktu itu juga Chiko belum sekolah. Dulu kan grup orang tua yang punya anak-anak seperti ini kan nggak ada, sekarangpun saya juga nggak terbuka dengan orang lain. Sama sekali tidak terbuka dengan orang lain, jangankan keluarga besar saya ke temen-temen saya aja saya tidak terbuka. Jadi saya tidak ada yang memotivasi saya, saya bener-bener menutup semuanya. Jadi setelah Chiko usia 2 tahun dan dia sekolah saya baru ketemu ibu-ibu disana,
dan
mereka
yang
banyak
membantu
saya,
memotivasi saya, bahkan meminta saya mengenalkan anak saya dimuka umum. Dari situ saya baru bisa menerima keadaan saya dan menerima Chiko juga. Peneliti
Waktu ibu pergi dengan teman-teman ibu, lalu ibu tidak membawa anak ibu sebenarnya bagaimana perasaan ibu?
Subjek
Saya sedih, ya saya sedih kan. Saya sedih liat anak begitu. Pas saya pergi kan ada orang sekeluarga sama anaknya, ngeliat ibu sama anaknya gimana sih.. main ciluk baa.. ciluk
baa.. gitu. Sedih dong, ngeliat anak seperti itukan, dia bisa nyari emaknya gitu kan. Yaa sedih, aku sama suami juga sedih. Ya mau gimana, sedih.. sedih kok, aku ya sedih. Belum bisa terima kok. Aku belum bisa terima sama sekali. Pegang Chiko iya, dirumah segala macem sayang sama dia iya. Cuman kan menerima dia seperti itu kan susah, gitu lho. Peneliti
Lalu saat Chiko masih dalam kandungan, apa sih sebenernya harapan-harapan ibu untuk Chiko samapi akhirnya ibu harus menerima
kenyataan
bahwa
anak
ibu
terganggu
penglihatannya? Subjek
Emmm, sebenernya nggak, sebenernya ada yang.. ehmm... jadi gini, waktu itu saya pernah ngomong sama suami saya. Eee... aku maunya dia besok bisa bahasa, karena bila dia pinter bahasa itu akan jadi bekal dia. Aku tidak akan push anak saya menjadi pengacara, atau doker atau apa. Sebenernya dulu saya berpikir kalau anak saya sudah satu tahun, saya mau bekerja. Tapi ternyata kan tidak bisa. Saya Cuma mau dia bisa bahasa, walaupun dia tidak bisa melihat,tapi yang namanya bahasa itu tetap kepake. Ya kalau dia bisa empat atau lima bahasa, apa namanya itu.. apa namanya, itu akan membantu dia untuk hidup kedepannya.
Kalau dia bisa main piano atau musik itu bonus buat saya. Kalau dia bisa pintar bahasa segala macem kan, dia bisa menggunakan verbal dengan membaca. Gitu maksud saya. Peneliti
Tapi saat ibu harus terima kenyataan bahwa anak ibu terlahir dengan memiliki gangguan pada penglihatannya, bagaimana dengan semuanya itu?
Subjek
Saya... saya tidak putus asa sih ya. Sekarang sayakan beri dia tiga bahasa, indonesia, inggris, sama mandarin. Kalau misalnya, kalau inggris dia kan baru saya ajarin yang dasardasar aja nggak yang terlalu dalam gitu. Kaya misalnya Chiko handsome, handsome itu ganteng. Chika sit down, sit down easly. Dia duduk diam, dia tau kalau sit down easly itu duduk tenang tanpa bergerak. Kalau mandarin, kadangkadang dia nyanyi.. dia nyanyi sama mamakan. Dia ngerti ga ngerti ya sabodo ae, dia ngerti nggak ngerti ya nanti. Nanti kalau udah besar tinggal dikasi tau, ini lho Chiko artinya. Pokoknya dia harus bisa bahasa, walaupun dia tidak normal dia tetap harus bisa bahasa.
Peneliti
Nah ini, saya masih seputar 2 tahun di awal-awal itu ya. Ketika ibu, itu kan berhubungan setiap hari apalagi tadi ibu bilang, rencananya 1 tahun usia Chiko ibu akan bekerja. Nah
ketika itu semua tidak terjadi bagaimana respon ibu? Subjek
Sudah nggak kepikiran lagi, setelah keadaan ini saya sudah tidak memikirkan diri saya lagi. Saya tau saya belum bisa terima Chiko, tapikan saya harus tetap jalan terus. Saya nggak mikirin, oh.. saya nggak bisa terima chiko, saya nggak mau ngurus Chiko atau segala macem itu nggak. Saya tetap take care in chiko, nyiapin makananya dll. Saya tetap nyuruh Chiko nyuap makananya sendiri. Saya tetap pengen Chiko mandiri walaupun dia belum sekolah. Walaupun saya belum terima chiko sepenuhnya ya. Saya itu tidak terima chiko sepenuhnya itu tidak. Saya tetap terima chiko tapi tidak sepenuhnya. Saya tetap menerima Chiko tapi ya nggak sepenuhnya gitu lho, paling Cuma ya.. 75 persen lah. Udah itu saya banyak dibantu mama saya saat mengurus chiko, kalau saya kecapean mama saya bantu saya ajak main Chiko. Nah mama saya terus adik-adik saya yang dirumah kan banyak bantu saya. Itu semua bikin saya kadang nggak ngerasa sendirian segala macem.
Peneliti
Nah itu semua kan moment-moment bersama keluarga inti gitu ya, namun bila ibu hanya berdua saja dengan Chiko ibu gimana perasaannya?
Subjek
Ohh, ya kadang kalau dia lagi tidur sedih.. ada. Karena karena karena kalau nangis kan sudah diawal-awal. Waktu denger Chiko harus dioperasi sayanya nggak tahan nahan nangis. Ya kadang sepintas ya ada rasa, saya kan up and down, up and down terus. Jadi ya nggak down.. terus gitu.
Peneliti
Lalu apa hal-hal yang membuat ibu terkadang dapat up?
Subjek
Up, ehmm... ya nggak up-up banget sih. Stabil lah, biasa aja. Kalau mau main ya main, mau nyuapin ya nyuapin. Jadi ya stabil lah, biasa aja. Waktu itu saya terapiin chiko bicara 6 bulan lho, tapi si chiko nggak mau ngomong-ngomong juga. Akhirnya saya stop semua dan perasaan saya ya itu tadi, eee.. stabil biasa aja. Ya mau gimana lagi.
Peneliti
Itu Chiko terapi dengan siapa?
Subjek
Orang lain, suster kan.
Peneliti
Nah saat chiko terapi itu artinya kan Chiko dibawa dihadapan publik, sementara tadi ibu bilang bahwa ibu tertutup dan tidak ingin semua orang tau. Dapa dijelaskan mengenai hal itu?
Subjek
Oohh.. itu kan di Hermina, saya ma ya nggak peduli. Sebenernya saya bukannya nggak mau ngajak Chiko keluar atau gimana. Bawa ya bawa aja, asal jangan ke orang yang
saya kenal aja. Peneliti
Mengapa ibu tidak mau mebawa Chiko kepada mereka yang mengenal ibu?
Subjek
Malu, malu, jujur aku malu. malulah aku punya anak seperti ini. keluarga besarku semuanya nggak ada yang ngalamin kaya aku gini, tapi tau-tau aku begini. Inikan istilahnya kaya aib gitu. Kadang saya ada menggerutu-menggerutunya sama Tuhan, saya menikah baik-baik, saya punya kelakuan juga baik-baik. Sementara ada banyak saudara saya yang seks diluar nikah, tetep aja punya anak yang ganteng-ganteng. Lha saya? Malu mbak, malu dengan kondisi kaya gini. Kenapa juga saya dikasi anak kaya begini. Nah saya menggerutu terus tuh sama Tuhan.
Peneliti
Menggerutunya langsung sama Tuhan..
Subjek
Hehehehe iya, abis sama keluarga kan nggak mungkin.
Peneliti
Nggak mungkin itu nggak mungkin yang seperti apa?
Subjek
Ya keluarga sih dukung ya dukung, tapi kan mereka nggak pernah punya anak kaya saya. Jadi ya percuma menggerutu sama mereka toh mereka nggak akan tau apa solusinya. Si Chiko itu belum ngerti kalau dia nggak bisa ngelihat, dia cuma mendengar. Penciuman sama pendengarannya sensitif
C.2c
sekali. Kaya misalnya saya datang, dia tau saya datang tanpa saya kasi tau. Banyak orang yang takjub ngeliatnya,karena menurut mereka orang cacat tuh nggak bisa apa-apa. Jadi ya dibalik gerutuan saya, saya bersyukur sih karena melalui Chiko orang-orang tau kalo anak ABK itu masih bisa ini, ini, ini gitu. Peneliti
Nah kalau dari faktor penyebab, di awal tadi ibu katakan bahwa
dokter
menjelaskan
alasan
mengapa
Chiko
mengalami hal tersebut, diantarannya mungkin karena makanan yang ibu konsumsi saat kehamilan dan polusi. Itu artinya penyebab berasal dari internal yaitu ibu sendiri, bagaimana perasaan ibu menanggapi semuanya itu? Subjek
Ohh, kalau itu saya nggak ngerasa semuanya karena saya.
C.2b
Karena selama hamil saya masak sendiri kok, terus kalau
C.2c
kemana-kemana saya pake mobil. jadi saya ngerasa semua yang saya makan itu baik kok. Jadi ya saya kira bukan itulah penyebabnya. Peneliti
Lalu menurut ibu apa penyebabnya?
Subjek
Sebabnya ya paling dokternya itu, dokternya ga pernah bilang tentang anak saya. Kayak nutup-nutupin gitu, bilang anak saya normal padahal nggak. Kan kalo dia bilang dari
C.2c
awal, kita bisa lakuin tindakan medis lebih awal. Peneliti
Nah, selama berjalannya waktu akhirnya ibu menemukan sekolah Rawinala untuk Chiko bersekolah, nah waktu saat awal-awal ibu memasukkan Chiko kesekolah tersebut, kondisi ibu sudah menerima Chiko dan keadaan Chiko sendiri belum?
Subjek
Ohh, ohh... belum. Saya masih sedih sama keadaan ini.
D.2b
bahkan waktu awal-awal masuk itukan kita semua di briefing dudlu dari sekolah, dikasi tontonan video tetang sekolah itu. Itu aja saya nangis, mikir kok anakku sekolah disini gitu lho. Udah gitu baru ketemu ibu-ibu disana, ternyata banyak lho ibu-ibu yang punya anak kaya saya, dan mereka banyak menguatkan saya, mensupport saya. Peneliti
Butuh waktu berapa lama untuk akhirnya bisa menerima Chiko seutuhnya dan kondisi ibu sendiri tentunya, setelah Chiko bersekolah di rawinala?
Subjek
Oh, cepet.. ya cepet. Nggak nyampe sebulan. Jadi disitukan ada komunitas ya kita saling ngobrol. Jadi saya ngomong apa mereka nanggapi, gitupun sebaliknya. Saling dukung, saling bantu kaminya.
Peneliti
Lalu saat ibu membawa Chiko kedepan teman-teman ibu
D.2c
akhirnya, bagaimana saat itu perasaan ibu? Subjek
Oh, saya sudah nggak peduli lagi saat itu. Ya paling merekanya aja yang kaget, pada bertanya-tanya kenapa saya nggak cerita. Ya saya Cuma bilang kalau nggak gampang bisa cerita ini semua. Tapi sekarang saya sudah nggak peduli lagi. Kemana-mana saya udah bawa Chiko.
Peneliti
Jadi saat ibu bawa Chiko kepada teman-teman ibu, perasaan cuek itu sudah lebih dulu muncul atau bagaimana?
Subjek
Iya bener, udah muncul duluan karena saya sudah dimotivasi sama ibu-ibu komunitas disekolah. Jadi ya saya udah nggak peduli lagi.
Peneliti
Nah terus secara keluarga besar saat ini, bagaimana penerimaan mereka terhadap Chiko?
Subjek
Ya, mereka sih udah bisa terima. Tapi kan nggak tau juga, kan mereka di palembang. Ya terima ya terima. Tapi kadang sampai sekarang, masih sih ada yang ngomongin gitu. Pusing aku. Males mikirinnya, jadi yasudah saya cuekin aja.
Peneliti
Apa yang membuat ibu merasa pusing?
Subjek
Ya pusing, pada bawel-bawel banget, padahal itukan anak saya. Tapi karena sekarang saya sudah menerima semuanya saya jadi nggak peduli lagi dengan mereka.
Peneliti
Terus apa yang ibu lakukan untuk menanggapi dukungandukungan seprti itu yang ada yang menerima, dan ada juga yang nggak?
Subjek
Hmm.... aku sih nggak terlalu peduli mereka. Yang penting keluarga intiku aja, asal keluarga intiku menerima yasudah saya tidak peduli lagi. Anak-anak gua kok.
Peneliti
Chiko ini anak tunggal ya bu?
Subjek
Iya anak tunggal.
Peneliti
Apakah ibu harus mempunyai tenaga dan waktu ekstra untuk Chiko?
Subjek
Eee... enggak ya, selama ini sih nggak. Kalaupun saya bantu adik saya di tokopun, kan ada suster. Sayapun mengajarkan dia layaknya orang normal kok. Jadi ya biasa aja.
Peneliti
Lalu sejauh ini ibu jalanin hari-hari ibu, adakah hambatan yang ibu alami?
Subjek
Nggak, nggak ada. Ya paling ketakutan saya, ehhh.. bukan ketakutan deh, kaya kebingungan saya bila suatu saat Chiko semakin besar dan bertanya tentang penglihatannya. Saya masih bingung aja sampai sekarang bagaimana saya menjelaskannya nanti.
Peneliti
Kalau dukungan yang paling besar yang ibu rasakan saat ini
itu berasal dari siapa? Subjek
Dukungan? Kalau dukungan itu semua dari temen ya, kalau suami kan kerja sampai malem. Jadi ya paling Cuma nanya gimana Chiko, udah gitu aja. Jadi ya kalo saya ada masalah dan segala macem, saya ya larinya ke komunitas. Kebanyakan sih dari temen, kalau keluarga ya balik lagi mereka juga nggak ngerti. Jadi saya lari ke komunitas saya.
Peneliti
Terus ada nggak hal-hal yang ibu lakuin untuk membuat ibu ngerasa bersemangat menjalankan hari-hari ibu bersama Chiko?
Subjek
Ya paling itu, saya semngat karena saya banyak ajarin dia
D.2c
banyak hal untuk mandiri, dan saya liat Chiko itu dapat lakukan apa yang saya ajarkan. Itu yang membuat saya makin semangat. Saya juga seneng kasi hal-hal baru untuk dia, kaya mainan dan segala macem. Pokoknya kalau dia seneng ya saya seneng. Peneliti
Baik bu untuk yang terakhir, selama 4 tahun ini tadi ibukan bilang ada masa up dan down, lalu hal apa yang dapat membuat ibu kembali down?
Subjek
Ya paling Cuma kalau liat anak-anak normal, kadang saya sedih aja. Kadang kalau di toko saya ngeliat anak-anak, saya
D.2c
langsung inget Chiko dan ingat kenyataan bahwa Chiko tidak bisa melihat. Tapi dibalik itu semua saya bersyukur karena
dibalik
kekurangannya,
chiko
pnya
banyak
kelebihan. Dan bersyukurnya saya saat inipun sudah semakin grow dan tidak merasa bersalah sama sekali.
Lampiran 3 – Verbatim Subjek Ketiga (Ibu Risa) PELAKU
URAIAN WAWANCARA
Peneliti
Selamat Malam bu Risa..
Subjek
Malam mbak Melati..
Peneliti
Sebelum saya mendengar share dari Ibu Risa, saya
KODING
boleh tau latar belakang Ibu Risa dikeluarga? Subjek
Oh gitu ya.. boleh mbak silahkan.
Peneliti
Kalau boleh tau asal ibu darimana ya?
Subjek
Maksudnya? Lahirnya gitu? Apa suku?
Peneliti
Iya lahir dimana dan suku apa?
Subjek
Ohh, saya lahir di Jakarta. Suku saya suku jawa mbak dari keluarga.
Peneliti
Bagaimana hubungan ibu dengan orangtua ibu?
Subjek
Saya sama orangtua saya baik-baik aja mbak, dulu kecil saya suka disuruh-suruh. Harus nurut juga sama apa yang disuruh, ga boleh nolak. Kalau nolak pasti habis deh saya kena omel. Semua yang berhubungan sama hidup saya orangtua saya yang urus. Waktu milih suami saya aja, berjuangannya setangah mati mbak. Tapi ya syukurnya diterima
A.3
juga sama orangtua saya. Peneliti
Hingga saat ini bagaimana hubungan ibu dengan keluarga ibu?
Subjek
sampai sekarang hubungan saya sama ibu bapak
A.3
saya baik-baik aja mbak. Ya dikasih masukanmasukkan lah sayanya.. kelurga besar saya yang lain juga gitu mbak, kadang mereka dateng kasi wejangan sama dukung saya. Jadi ya gitulah, berjalan baik-baik aja hubungannya. Peneliti
Pada saat radit terlahir saat itu berapa usia ibu?
Subjek
Hmm,saya nikah tahun 2006 terus Radit itu lahir tanggal 13 April 2007, waktu itu usia saya hmm... 23 tahun.
Peneliti
Menurut ibu, apa sih arti dari menanti kelahirannya Radit itu?
subjek
Anak ya mbak, wah itu hal yang paling saya tunggu-tunggu dulu. Wanita itu kan katanya belum jadi wanita kalau belum hamil terus melahirkan kan.. ya jadi saya seneng banget pas tau saya hamil, saya tunggu-tunggu kelahirannya. Harapan yang baru buat hidup saya, saya bisa bangga jadi ibu dan
A.3
diakui orang lain kalau saya ibu yang baik lewat anak saya itu. Peneliti
Aku mau tanya nih bu, bagaimana sosok seorang Radit dimata ibu?
Subjek
Hmmm... Radit ya? Dia itu sosok yang luar biasa mbak, sosok yang murah senyum, periang dan baik.
Peneliti
Apakah dia pernah bertanya tentang penglihatannya ke ibu?
Subjek
Hmmm, belum pernah sih. Kayanya dia belum ngeh kalau matanya ga bisa ngelihat.
Peneliti
Bisa tolong ceritakan bagaimana perasaan ibu saat pertama kali mengetahui bahwa Balqis terlahir buta?
Subjek
Hhmmm, perasaan saya berantakan mbak. Saya
A.3
kaget banget anak saya terlahir seperti itu. Selama
B.3a
masa kehamilan dokter nggak ada bilang apa-apa selain bilang bayinya sehat dan normal. Normal mbak, normal.. bayangin deh tu. Mana ada yang namanya normal itu buta. Saya nggak habis pikir kenapa juga anak saya yang begini waktu lahir. Peneliti
Waktu mengalami semua perasaan itu, apa yang ibu
lakukan? Subjek
Waduh mbak, saya Cuma bisa nangis. Abis mau
B.3a
gimana lagi? Mau marah? Marah sama siapa saya? Ya saya kecewa aja begini hasilnya. Saya nggak bisa ngelakuin apa-apa mbak selain nangis waktu itu. Peneliti
Apakah ibu dapat menerima kenyataan yang ibu alami bahwa buah hati yang ibu lahirkan tidak sesuai dengan harapan ibu?
Subjek
Jelas nggak mbak, awalnya saya bener-bener nggak percaya waktu suami saya dateng ke saya dengan muka yang ggak ada senyum-senyumnya. Terus dia bilang kalo anak kami buta. Rasanya saya mau tampar suami saya sambil bilang, “Bercandamu nggak bagus mas.” Saya benar-benar nggak percaya mbak, saya suruh suster bawa masuk anak saya tetapi suster bilang anak saya dalam perawatan. Dalam hati saya berharap kalau semuanya hanya ingin memberi saya kejutan. Namun, udah 2 hari anak saya nggak juga dibawa masuk ke kamar saya, akhirnya saya yang
B.3b
ke kamar bayi dan yang pertama kali saya lihat adalah matanya. Dengan penuh harap saya melihat mata buah hati saya. Setelah melihatnya saya sudah tidak lagi bisa tersenyum mbak, saya hanya bisa menangis samapi saya jatuh pingsan. Saya lemas melihat bahwa apa yang suami saya katakan itu benar. Peneliti
Pada kondisi tersebut, kesulitan-kesulitan apa yang ibu alami?
Subjek
Saya sangat sulit menerima kondisi anak saya, sulit
B.3c
menerima kondisi saya sebagai ibu. Karena menurut saya saat itu saya gagal melahirkan anak yang selama ini dibilang dokter sehat dan normal. Peneliti
Apa yang membuat ibu begitu sulit menerima keadaan ibu?
Subjek
Ya malu lah mbak, biasanya ibu-ibu yang lain senang anaknya lahir normal sehat, lha saya/ anak saya cacat mbak. Dan anak yang cacat itu lahirnya dari
rahim
saya,
betapa
terpuruknya
saya
mengalami hal itu. Peneliti
Apa yang paling membuat berat? Apakah perasaan
B.3c
malu karena anak cacat? Atau karena merasa berkontribusi sudah melahirkan anak cacat dari rahimnya? Subjek
Ehmm.. saya malu karena saya melahirkan anak yang cacat, saya malu saya dibilang nggak becus jaga kandungan, saya juga malu kalau harus berhadapan dengan orang lain. Pasti saya yang akan kena sorot, padahal saya ngerasa sudah benar-benar jaga kandungan saya dengan baik, eh malah gini hasilnya.
Peneliti
Dukungan apa yang ibu dapatkan saat ibu mengalami kondisi-kondisi tersebut?
Subjek
Dukungan yang paling besar saya dapat dari suami dan orangtua saya mbak, suami saya selalu nemenin saya, ngehibur saya. Dia bilang nggak masalah punya anak buta, itu juga anugrah. Tapi tetap aja buat saya itu masalah.
Peneliti
Apa yang ibu lakukan saat ibu mengalami perasaan itu?
Subjek
Ya itu tadi, karena saya nggak percaya yaudah saya cek sendiri mata anak saya dengan harapan itu
B.3c
nggak benar. Tapi setelah saya lihat dan ternyata benar saya angkat tangan, nyerah. Nggak tau mau ngapain dan harus ngapain mbak. Peneliti
Bisa tolong ceritakan apa yang membuat ibu akhirnya menyerah dan tidak tau harus berbuat apa?
Subjek
Saya kecewa mbak, kecewa berat. Saya sedih melihat
keadaan
anak
saya.
Saya
sudah
ngebayangin indahnya punya anak, saya ajak jalanjalan, saya ajak beli mainan, belajar, sekolah. Nah kalau buta? Ya ampun mbak, ngebayanginya aja udah sedih banget saya. Saya nggak tau apa yang mau saya lakukan karena saya sudah terlanjur kecewa saat itu. Peneliti
Sampai berapa lama ibu berada dalam kondisi kecewa, sedih dan menyerah tersebut?
Subjek
Yah lumayan lama lah mbak, samapi dia hampir ulang tahun yang kedua baru saya lumayan bisa lewatin kondisi-kondisi itu.
Peneliti
Menurut ibu faktor-faktor apa yang membuat ibu tidak bisa menerima kondisi tersebut selama hampir dua tahun?
Subjek
Waktu itu saya berfikir kalau saya tidak bisa melahirkan anak yang normal, ya itu artinya saya gagal. Saya punya standart sendiri mbak untuk menilai apakah saya berhasil atau nggak. Minimal saya sama dengan orang lain baru saya bisa bilang saya berhasil, nah ini? Anak saya terlahir cacat dan itu artinya saya gagal mbak. Saya terus berkutat dengan semua perasaan gagal itu selama hampir dua tahun.
Peneliti
Bagaimana dengan dukungan suami dan orangtua yang ibu dapatkan?
Subjek
Ya kalau dari sayanya aja udah kecewa berat, mau mereka ngomong apa juga saya Cuma masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.
Peneliti
Pada saat itu, apa yang ibu lakukan?
Subjek
Saya cuma dengerin aja apa yang mereka nasehatin , ngeliat mereka main-main sama anak saya. Sayanya pasif mbak, males mau ngapain juga.
Peneliti
Pada saat kondisi tersebut bagaimana perasaan ibu ketika melihat anak ibu sehari-hari?
Subjek
Itu juga saya bingung mbak, kadang saya kasihan
C.3a
tapi kadang saya nggak mau ngelihat anak saya sendiri. Peneliti
Kasihan yang bagaimana menurut ibu?
Subjek
Ya kasihan aja, dia jadi beda sama anak-anak yang
C.3a
lain. Harusnya dia bisa lihat saya, lihat indahnya dunia kaya apa yang semua orang bisa lihat. Peneliti
Lalu apa yang membuat ibu terkadang tidak mau melihat anak ibu sendiri?
Subjek
Melihat dia terkadang seperti membuka luka saya
C.3a
mbak, melihat wajahnya, melihat matanya membuat saya ingat detik-detik saya menantikan kelahirannya yang sempurna lalu tiba-tiba di detik yang dinantikan itu dia terlahir dengan mata yang tidak bisa melihat. Saya selalu terluka saat megingat hal itu. Peneliti
Kebutuhan terdalam apa yang tidak terpenuhi dan membuat ibu terluka?
Subjek
Saya nggak butuh apa-apa mbak, yang saya butuhin satu saya Cuma pengen punya anak kaya anak-anak kebanyakan, normal, sehat, ga ada yang cacat. Saya
C.3a
pengen gitu ketika anak saya lahir, saya bisa dengan bangga bilang.. “Ini lho anakku.”, lha sekarang, eee... liatlah anak saya, gimana mau bangga wong anak saya bisa liat aja nggak. Peneliti
Menurut ibu apa penyebab anak ibu terlahir buta?
Subjek
Penyebab, eee... penyebabnya saya mbak, saya
C.3b
penyebabnya. Saya yang nggak bisa kasi yang terbaik buat anak saya saat saya mengandung. Entahlah apa itu, mungkin saya kurang kasi asupan gizi atau apalah. Intinya saya yang melahirkannya ya sayalah penyebabnya. Peneliti
Bagaimana perasaan ibu saat ibu menghadapi situasi yang membuat ibu tahu penyebabnya?
Subjek
Saya merasa nggak berguna mbak, merasa bersalah sudah tidak kasi yang terbaik buat anak saya.
Peneliti
Apa yang ibu lakukan saat ibu mengalami perasaan tersebut?
Subjek
Saya nggak ngelakuin apa-apa mbak, luka saya terlalu dalam saat itu. Saya Cuma menjalani tugas dan kewajiban saya sebagai ibu rumah tangga sekaligus
ibu
untuk
anak
saya
yang
buta.
C.3b
Melakukan rutinitas seperti biasa. Dan saya lebih senang menghabiskan waktu saya untuk duduk diam di teras melihat lalu lalangnya orang. Peneliti
Apa yang paling ibu nikmati saat melihat orang lalu lalang atau menemani anak tidur?
Subjek
Eee.. lalu lalang ya.. eee.. kalau liat orang lalu lalang itu rasanya saya tenang aja gitu, mikir pasti mereka-mereka yang jalan itu punya pikirannya masing-masing, punya cerita masing-masing lalu saya berimajnasi sendiri aja gitu mereka kaya gimana. Saya senang kaya gitu, main imajinasi jadinya saya bisa jadi apa yang saya mau sendiri. Kalau menemani anak tidur saya senang karena saya lihat matanya merem, nggak keliatan kalau dia terganggu penglihatannya jadi seolah-olah saya punya anak normal deh.
Peneliti
Lalu siapa yang mengurus anak ibu dirumah?
Subjek
Ya saya, tapi keseringan pembantu saya. Saya paling Cuma nemenin tidur atau main bentar. Kalau urusan
makan
pembantunya.
dan
lain-lain
itu
sudah
ada
Peneliti
Apakah kondisi anak ibu membuat ibu perlu memberi perhatian dan tenaga yang ekstra?
Subjek
Nggak juga sih mbak, karena saya malah terluka terus kalu ngeliat anak saya. Jadi saya menyerahkan hampir semua urusan anak saya kepada pembantu saya ya seperti yang saya bilang tadi, saya hanya nemenin dia tidur atau main untuk beberapa kali...
Peneliti
Bagaimana respon lingkungan saat anak ibu terlahir?
Subjek
Saya nggak begitu perhatiin lingkungan saat-saat itu
C.3d
mbak, tapi ya saya juga nggak perah dengar omongan aneh-aneh dari orang lain. Palingan beberapa orang tanya bagaimana anak saya dan saya jawab dengan singkat “sehat dan lucu.” Saya malu bila mereka harus tau bahwa anak saya terlahir buta. Peneliti
Lalu bagaimana respon lingkungan saat ini?
Subjek
Ya saat ini mereka semua tau keadaan anak saya, mereka sering bilang ke saya untuk sabar dan tetap semangat. Tapi ya bagi saya kata-kata sabar itu terkadang saya malas dengar. Karena harusnya saya
C.3d
mendapatkan kata-kata selamat dari mereka bila anak saya normal. Peneliti
Apakah ibu sering mendapatkan hambatan dalam bersosialisasi dengan lingkungan terkait kondisi anak ibu?
Subjek
Jelas ada mbak, saya malu kepada mereka.
C.3d
Terkadang mereka menunjukkan belas kasihannya kepada saya, dan itu semua membuat saya semkain malu. Bagaimana nggak mbak, apalah enaknya hidup terus-terusan dikasihani sama orang lain. Itu membuat saya jadi males bergaul mbak, malas ditanya-tanya, malas dikasihani, mals dianggap lain sendiri. Malu mbak, saya malu dan takut hadapi situasi-situasi itu. Peneliti
Lalu apa yang menjadi harapan ibu terhadap anak ibu saat ini dan kedepannya?
Subjek
Ya anak saya kan sekarang usianya sudah 3 tahun, saya juga sudah lumayan lebih baik daripada yang lalu. Sakit yang saya rasakan hanya muncul saatsaat tertentu dan tidak sesering dulu. Harapan saya untuk anak saya sekarang dan besok-besok adalah
D.3b
dia bisa terus semangat dan nggak gampang putus asa seperti saya. Saya berharap dia tetap berhasil hidupnya seperti orang lain, sekalipun dia punya kekurangan. Peneliti
Apakah
menurut
ibu,
ibu
mampu
untuk
mewujudkan harapan ibu terhadap anak ibu tersebut? Subjek
Ya mudah-mudahan mampu mbak, namanya juga anak.
Peneliti
Apa saja yang ibu lakukan agar ibu dapat mewujudkan harapan ibu terhadap anak ibu tersebut?
Subjek
Ya saya juga harus berubah mbak, nggak bisa terus
D.3b
diem dan tenggelam di rasa kecewa saya. Lama-
D.3c
lama saya juga bisa gila mbak. Jadi yasudah saya berjuang buat berdamai sama diri saya sendiri sambil membantu anak saya bertumbuh dan berkembang. Sudah banyak dari beberapa hal yang biasanya dilakukan oleh pembantu saya untuk anak saya kini saya yang urus. Peneliti
Apa yang ibu lakukan agar ibu dapat berdamai
dengan diri ibu sendiri? Subjek
Ya saya mikir yang positif-positif mbak, terkadang saya buka hati untuk dengerin dukungan-dukungan yang selama ini sebenarnya selalu ada buat saya. Saya juga berdoa lagi sama Tuhan biar dikasih ketenangan.
D.3c